Anda di halaman 1dari 30

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK

LIMBAH CAIR PT. MIWON INDONESIA

Oleh:
1. Amanatul Awwaliyah (1431010056)
2. Bintang Guruh Pamungkas (1431010058)
3. Restia Eka Puspita (1431010066)
4. Fadillah Akbar Novian .A (1431010082)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAWA TIMUR
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat dan ridho Allah SWT, karena
dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pengolahan limbah
pabrik dengan menggunakan sampel dari limbah PT. Miwon Indonesia.
Makalah ini berisi tentang karakteristik, analisis limbah cair pabrik, reaksi-
reaksi flokulasi. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memahami karakteristik dari limbah tertentu serta cara pengolahan dan baku mutu
sesuai peraturan gubernur jawa timur.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Rekan rekan kelompok yang turut aktif
membantu terselesainya makalah ini dengan baik. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi banyak pihak terutama mahasiswa Teknik Kimia.
Apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik penulisan atau
yang lainnya, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Surabaya, 10 September 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang
limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti
industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya
mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang.
Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan
limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk
memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Aktivitas industri yang terus berjalan akan memberikan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun dalam aktivitas produksi tersebut
terdapat bahan buangan yang disebut limbah, dimana limbah tersebut harus
dilakukan treatment terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah cair
atau air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang banyak dihasilkan dalam
kegiatan perindustrian. Secara normatif pemerintah telah membuat aturan tentang
pengolahan limbah cair, antara lain Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan Gubernur Jawa Timur
No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau
Kegiatan Usaha Lainnya.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara


kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik
maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan
kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik
pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan
dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu
pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara
biologi. Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

Kondisi pengolahan air limbah cair PT Miwon yang diolah pun kini masih
cukup berbahaya karena kadar COD (chemical oxygen demand) atau kandungan
kimia dalam oksigen terlarut masih cukup tinggi dan melebihi batas baku mutu.
Dari hasil uji lab saat sampel diambil hasil dari kadar COD masih terlalu tinggi.
Limbah cair juga diketahui masih belum bagus berwarna abu-abu hitam dan
diduga kuat masih berbahaya.

I.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air limbah dari baku
mutu air limbah yang dihasilkan oleh PT. Miwon Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sumber Air Limbah


Data tentang sumber air limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan
jumlah rata-rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan, industri dan
aliran air tanah yang ada di sekitarnya. Kesemuanya ini harus diperhitungkan
peningkatannya sebelum membuat suatu bangunan pengolah air limbah dan
merencanakan pemasangan saluran pembawanya
II.4 Baku Mutu Air Sesuai Peruntukannya
Di wilayah propinsi Jawa Timur, standarisasi kualitas air telah dituangkan
di dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Timur No. 5 tahun
2000 tentang pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur. Inti dari
keputusan tersebut adalah penggolongan baku mutu air ke dalam lima golongan,
yaitu :
1. Golongan A
Yaitu air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa diolah terlebih dahulu.
2. Golongan B
Yaitu air yang dapat digunakan sebagai bahan baku air minum dan keperluan
rumah tangga lainnya.
3. Golongan C
Yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
4. Golongan D
Yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, industri dan PLTA.
5. Golongan E
Yaitu air yang tidak dapat digunakan seperti yang tertera dalam penjelasan
pada golongan A, B, C, dan D.

II.5 Tahapan Pengolahan Air Limbah


Limbah merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang mana
limbah tersebut berasal dari berbagai sumber seperti dari pembuangan rumah
tangga, sisa hasil produksi dan sebagainya. Limbah cair tersebut apabila tidak
ditangani sesegera mungkin maka akan menyebabkan terjadinya pencemaran
air yang tentunya akan menimbulkan dampak bagi lingkungan maupun
masyarakat.

Untuk itu limbah cair tersebut perlu diolah lebih lanjut agar tidak
memberikan dampak negatif. Proses pengolahan limbah cair memang sudah
dikembangkan menjadi beragam. Proses pengolahan limbah cair tersebut sudah
disesuaikan dengan kebutuhan ataupun faktor finansial. Adapun pengolahannya
terbagi atas 5 macam, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder, pengolahan
tersier, proses desinfeksi dan pengolahan lumpur.

1.Pengolahan Primer
Tahap pertama dari pengolahan limbah cair industri adalah pengolahan primer
(primary treatment), pengolahan ini merupakan pengolahan secara fisika. Adapun
tahapan dari pengolahan primer adalah tahap penyaringan, tahap pengolahan awal,
tahap pengendapan dan terakhir adalah tahap pengapungan.
a. Tahap Penyaringan (Screening) Limbah cair yang terkumpul harus
melewati proses penyaringan terlebih dahulu melalui saluran pembuangan.
Metode ini dapat dikatakan sebagai metode yang efisien dan tentunya
tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk menyaring bahan padat
yang terdapat dalam air limbah.
b. Tahap Awal (Pretreatment) Setelah melewati proses penyaringan, maka
limbah tersebut akan disalurkan menuju tangki atau bak yang berfungsi
untuk memisahkan pasir dan partikel padat lain yang berukuran besar.
Cara kerja dari tangki tersebut adalah dengan memperlambat aliran air
limbah sehingga partikel pasir yang ada akan mengendap di dasar tangki,
sedangkan air limbah akan dialirkan untuk diproses lebih lanjut.
c. Tahap Pengendapan Setelah melewati proses awal maka air limbah
akan ditampung dalam tangki khusus pengendapan. Metode pengendapan
merupakan metode paling dasar dalam pengolahan untuk mengolah limbah
cair. Dalam tangki pengendapan, limbah cair akan didiamkan dalam
jangka waktu tertentu agar partikel padat yang masih ada dapat
mengendap di dasar tangki. Biasanya endapan partikel tersebut berupa
lumpur yang nantinya akan dipisahkan menuju saluran lain untuk diolah
lebih lanjut.

d. Tahap Pengapungan (Floation) Metode terakhir dari proses


pengolahan primer adalah tahap pengapungan. Metode ini sangat efektif
digunakan untuk memisahkan polutan seperti minyak dan lemak. Proses
pengapungan ini menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung
udara, dimana gelembung tersebut akan membawa partikel polutan
menuju permukaan air limbah dan kemudian akan dihilangkan.

Perlu diketahui bahwa apabila limbah cair yang mengandung polutan tadi
sudah bersih melalui proses primer, maka limbah akan langsung dibuang ke
perairan. Akan tetapi apabila limbah cair yang mengandung polutan tadi masih
menyisakan polutan lain yang sulit dihilangkan, maka limbah tadi akan diproses
lebih lanjut menuju pengolahan sekunder.

2. Pengolahan Sekunder

Pengolahan sekunder (secondary treatment) merupakan pengolahan


limbah cair secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme untuk
menguraikan bahan organik. Salah satu mikroorganisme yang sering digunakan
pada proses ini adalah bakteri aerob. Pengolahan sekunder secara umum terbagi
atas 3 tahapan, yaitu tahap penyaringan dengan tetesan (tricking filter), tahap
lumpur aktif (activated sludge) dan terakhir tahap kolam (treatment ponds).

a. Tahap Tricking Filter Pada tahap ini, bakteri aerob akan digunakan
untuk menguraikan bahan organik yang melekat dan berkembang pada
media kasar yang berupa batuan kecil atau plastik dengan ketebalan 1-3
mili. Limbah cair akan dialirkan ke media kasar tadi dan dibiarkan agar
dapat meresap. Pada proses peresapan tersebut, bahan organik yang
terkandung pada limbah akan diuraikan oleh bakteri aerob dan selanjutnya
hasil resapan tersebut akan sampai pada dasar lapisan media dan kemudian
akan ditampung dalam wadah yang selanjutnya akan disalurkan pada
tangki khusus pengendapan. Endapan tersebut nantinya akan diproses
lebih lanjut

b. Tahap Lumpur Aktif Pada tahap ini limbah cair yang telah melewati
proses filter akan ditampung pada tangki khusus yang didalamnya terdapat
lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Setelah itu limbah akan disalurkan
kembali ke tangki pengendapan yang lainnya sementara itu lumpur yang
mengandung bakteri aerob akan disalurkan pada tangki aerasi.

c. Tahap Treatment Ponds Tahap terakhir pada tahap sekunder


adalah treatment ponds atau kolam perlakuan. Pada tahap ini limbah cair
akan ditempatkan pada kolam terbuka dimana didalamnya terdapat alga
yang dapat menghasilkan oksigen. Oksigen inilah yang nantinya akan
digunakan bakteri aero untuk menguraikan bahan organik dalam limbah
cair. Apabila limbah telah mengendap maka air permukaan dapat
disalurkan ke lingkungan untuk diolah dan digunakan lagi.

3. Pengolahan Tersier
Seperti yang telah disinggung diawal bahwa apabila setelah melalui proses
pengolahan primer dan sekunder masih ada zat dalam limbah yang tentunya
berbahaya bagi lingkungan dan juga masyarakat, maka akan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu tertiary treatment. Pengolahan ini umumnya bersifat khusus
yang berarti pengolahan akan disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa pada
lembah cair tersebut.
Adapun zat zat yang biasanya masih tertinggal adalah nitrat, fosfat dan garam.
Pengolahan tersier terdiri atas rangkaian dari proses kimia dan fisika. Metode
pengolahan ini sebenarnya jarang sekali digunakan pada pengolahan limbah cair
industri karena biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses pengolahan ini
cenderung tinggi dan tentunya tidak ekonomis.

II.1 Karakteristik Air Limbah PT. Miwon Indonesia


Sesuai dengan anjuran pemerintah maka PT. MIWON INDONESIA, Tbk
berusaha mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Untuk limbah yang
dihasilkan sebagai efek dari proses industri diperlukan untuk menurunkan beban
polutannya. Jenis limbah yang dihasilkan oleh PT. MIWON INDONESIA, Tbk
adalah :

1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas

1. Limbah Cair

Limbah cair dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. High concentration waste water, yang terdiri dari :


- Air cucian tangki sisa proses (dari plant OB-acid, plant CGA, plant
MSG, dll).
- Air cucian kain filter (dari plant MSG).
- Kondesnsat steam bevamonia (plant OB).
- Kebocoran pipa
b. Low concentration waste water.
Berupa air bekas pendingin barometrik condensor. Karakteristik limbah
cair itu yaitu :
- BOD = 600 1000 ppm
- COD = 3000 6000 ppm
- Ph = 4 11
- Suhu = 34 37 0C
- NH3 = 10 25 mg / L

Tujuan pengolahan limbah cair ini untuk mengolah air limbah


menjadi buangan yang memenuhi syarat untuk dibuang ke sungai.

Jenis parameter yang dipantau meliputi :

- Suhu
- Amonia
- COD
- BOD
- Debit
- pH
- Suspended Solid

CARA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Untuk high concentration waste water yang mengandung banyak amonia


perlu penanganan khusus. Limbah cair dari proses ditampung pada bak perataan
dan dilakukan aaerasi secara kontinyu ini dapat meningkatkan kandungan oksigen
terlarut sehingga diharapkan BOD dan COD turun.

Selanjutnya limbah cair dipompa ke aerator I dan aerator II untuk


direaksikan kembali. Aerator I dan aerator II ini berfungsi sebagai activated
sludge tank ( tangki lumpur aktif ).

Reaksinya yang terjadi sebagai berikut :


bakteri
Air Limbah + Oksigen effluent limbah + sel sel
teroksida bakteri
Sel sel bakteri yang terbentuk ini terbawa oleh gerakan hidrolik air limbah dan
harus dihilangkan sebelum effluent dibuang ke badan air.

Untuk low concentration waste water langsung dialirkan ke lagoon II sampai XII.

Ukuran lagoon =

Kedalaman lagoon = 1,5 2 m

Karakteristik limbah setelah diolah :

- BOD = 40 45 ppm
- COD = 110 170 ppm
- pH =7
- Suhu = 30 32 0C
- NH3 = 0.2 1.2 ppm

Sedangkan baku mutu limbah cair yang harus dipenuhi oleh PT. MIWON
INDONESIA, Tbk berdasarkan SK. Gubernur Jawa Timur adalah

- BOD = 44,9 ppm (beban : 4,613 kg/ton)


- COD = 87,19 ppm (beban : 8,958 kg/ton)
- pH =7
- TSS = 24 ppm (beban : 2,466 kg/ton)
- NH3 = 1,5 ppm (beban : 0,154 kg/ton)

Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Monosdium Glutamat (MSG)
dan Lysine

Kondensor digabung dengan


buangan limbah cair Kondensor dipisah dengan buangan limbah cair

Volume Limbah Cair Maksimum per Satuan Produk


Volume limbah cair maksimum MSG LYSINE
per satuan produk
Limbah Cair : 15 m3/ton Limbah Cair : 75 m3/ton
MSG : 120 m3/ton
Kondensor : 105 m3/ton Kondensor : 105 m3/ton
LYSINE : 180 m3/ton

Kadar Maks. Kadar maksimum (mg/l) Kadar Maksimum (mg/l)


Parameter
(mg/l) Limbah Cair Kondensor Limbah cair kondensor

BOD 80 80 80 80 80

COD 150 200 140 175 180

TSS 60 60 60 60 60

NH3 3 3 3 3 3

pH 69 69 69 69 69

Pada setiap lagoon terdapat ganggang yang berfungsi untuk menyerap CO 2


untuk proses fotosintesis ini adalah O2 yang berguna bagi kebutuhan bakteri yang
berperan dalam degradasi senuyawa organik yang ada dalam limbah. Selain itu
untuk penambahan udara didalam lagoon dilakukan dengan menggunakan aerasi
dari pintu lagoon. Didalam lagoon 6 sampai 13 terdapat bakteri yang memakan
beban berat yang dibawa oleh limbah. Bila taidak ada bakteri akibatnya air limbah
menjadi tidak baik. Setiap setahun sekali dilakukan pembersihan terhadap bak
kolektor dan T4. Proses pengolahan limbah cair dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Blok Proses Pengalahan Limbah PT. Miwon Indonesia

2. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. MIWON INDONESIA, Tbk
adalah sebagai berikut :

a. Gysum Slurry (CaSO4) dari plant fermentasi.


Limbah ini timbul akibat adanya proses pengolahan tetes tebu
sebelum diolah di fermentasi. Tetes yang mengandung Ca yang tidak
diinginkan dalam proses Biofermentasi sehingga kadar kapur ini diambil
dan direaksikan dengan H2SO4.
Berikut ini data gysum slurry :
- Kadar gula =4-6%
- BOD = 10.000 ppm
- COD = 16.000 ppm
- Jumlah = 12 ton/hari

Gysum slurry yang mengandung calsium dapat dimanfaatkan sebagai :

- Bahan pencampur semen putih (dempul vlamir)


- Bahan pelapis tambak agar ikan tak berbau lumpur atau tanah.

b. Cake Carbon aktif dari plant MSG


Adalah carbon aktif yang habis dipakai dalam proses decolorisasi
MSG yaitu proses penghilangan warna agar cairan menjadi bening tak
berwarna sebelum masuk pada proses kristalisasi. Berikut data untuk cake
karbon :
- BOD = 11.000 ppm dan COD = 72.000 ppm
- Jumlah = 8.8 ton/hari

c. Cake Humos
Adalah padatan yang dihasilkan dari proses penyaringan (hidrolisa)
encolth filter di Acid Plant. Berikut data untuk cake humos :

- COD = 33.000 ppm


- % GA =2%
- HCl =4%
- Jumlah = 30 ton/hari

Humos cake memiliki kadar kalor yang tinggi, tetapi


kandungan asamnya terlalu tinggi. Untuk saat ini humos cake
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk.
3. Limbah Gas

Limbah industri yang berbentuk gas secara langsung akan dilepas


ke udara bebas dan akan berbahaya apabila gas gas tersebut mengandung
gas beracun. Limbah gas yang dihasilkan antara lain : amoniak, HCl, CO2,
SO2, dan gas hasil pembakaran yang semuanya hasil samping dari proses
produksi. Limbah gas yang paling utama adalah gas HCl yang dikeluarkan
dari proses hidrolisa dibagian Acid dan sintesis HCl dibagian HCl.

a. Cara pengolahan limbah gas :

Gas dipompa dengan pompa netralizer yang menggunakan air


dengan tekanan yang tinggi sehingga gas gas beracun terikat oleh air,
sedangkan gas yang lolos sudah netral, reaksi yang terjadi :

HCl + H2O 3H+ + Cl-


Sedangkan sisa gas hasil pembakaran dari gas lain dapat
dikurangi intensitasnya dengan cara pembuatan cerobong untuk
dibuang ke udara bebas serta penanaman pohon penghijauan yang
berguna untuk menyerap gas CO2.

II.2 PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang
limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti
industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya
mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang.
Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan
limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk
memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara


kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik
maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan
kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.

Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya


telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan:

1. pengolahan secara fisika

2. pengolahan secara kimia

3. pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
Penapisan
Pemisahan
Presipitasi Secara
Pengolahan KlarifierFisika
Cair1.
- Padatan
Tipe konvensional
Tipe resirkulasi berlumpur
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
Tipe selimut lumpur
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
Tipe pallet selimut lumpur
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Pemekatan
Penyaringan Flotasi
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan Filtrasi
bahan Filtrasi
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
Filtrasi lambat
Filtrasi cepat
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Tipe bertekanan
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
Tipe gravitasi

Filtrasi
mengendap partikel dan waktu precoat hidrolis di dalam bak pengendap.
detensi
Filter membran Mikro filter

Ultra filter

Reverse osmosis

Dialisis elektris
Dewatering Filter vacuum rotasi

Filter tekan/press

Belt press

Contrifugasi Presipitasi sentrifugasi


Gambar 1. Skema Diagram Pengolahan Fisik

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang


mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan
tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk


mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan
untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar
tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan
dalam proses osmosa.

Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk


menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut
lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan
tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-
unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan
kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.

2. Pengolahan Secara Kimia

Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk


menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-
logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan
bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada
prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari
tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik
dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.

Netralisasi
Pengolahan Kimia
Koagulasi & Flokulasi
- Fisik
Oksidasi dan/atau Reduksi

Oksidasi kimia/reduksi

Aerasi

Elektrolisis

Ozonisasi

UV
Adsorbsi Karbon aktif

Alumina aktif

Penukar ion Resin penukar kation

Resin penukar anion


Gambar 2. Skema Diagram
Resin penukar anion pengolahan Kimiawi

Zeolite
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan
muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga
akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan
dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk
endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan
logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada
Koagulasi &

pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom
hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan
membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan
organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan
dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon
hidrogen peroksida.

Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan


secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan
bahan kimia.

3. Pengolahan secara biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi.


Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai
pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah
berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya.

Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:

1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);

2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).

Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan


berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal
berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan
berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.
Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai
kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).
Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses
absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD
tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.

Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen
yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi
cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.

Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media


pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain:

1. trickling filter

2. cakram biologi

3. filter terendam

4. reaktor fludisasi

Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-
90%.

Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara


biologi, proses Pengolahan
ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
aerob
Pengolahan
Proses lumpur aktif
1.
Biologi Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
Metode standar

Aerasi
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Proses bebas bulki

Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
Saluran oksidasi

dianggap lebih ekonomis dari anaerob.


Proses nitrifikasi dan Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l,
denitrifikasi

proses anaerob menjadi lebihfilm


Pengolahan ekonomis.
biologi

Lagoon Filter trikling

Cakram biologi

Aerasi kontak

Proses filter biologi diaerasi

Proses media unggun biologi

Anaerobic treatment Pencerna anaerobi


Gambar 3. Skema Diagram pengolahan Biologi

Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik


(rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah.
Sebagai contoh, mari kita lihat Kota Jakarta. Jakarta merupakan sebuah ibukota
yang amat padat sehingga letak septic tank, cubluk (balong), dan pembuangan
sampah berdekatan dengan sumber air tanah. Terdapat sebuah penelitian yang
mengemukakan bahwa 285 sampel dari 636 titik sampel sumber air tanah telah
tercemar oleh bakteri coli. Secara kimiawi, 75% dari sumber tersebut tidak
memenuhi baku mutu air minum yang parameternya dinilai dari unsur nitrat,
nitrit, besi, dan mangan.

Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zat/kontaminan


yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk
terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdown beberapa
peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar
dapat memenuhi baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin
limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution
prevention) dan setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention).
Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume
limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya.
Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan
kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya air tersebut memenuhi baku mutu
yang sudah ditetapkan.

Parameter Konsentrasi (mg/L)

COD 100 - 300

BOD 50 - 150

Minyak nabati 5 - 10

Minyak mineral 10 - 50

Zat padat tersuspensi (TSS) 200 - 400

pH 6.0 - 9.0

Temperatur 38 - 40 [oC]
Ammonia bebas (NH3) 1.0 - 5.0

Nitrat (NO3-N) 20 - 30

Senyawa aktif biru metilen 5.0 - 10

Sulfida (H2S) 0.05 - 0.1

Fenol 0.5 - 1.0

Sianida (CN) 0.05 - 0.5

Gambar 2 : Batasan Air Limbah untuk Industri Cair

BAB III
ANALISIS DATA

III.1 Analisis Secara Kimia dan Fisika


Analisa secara kimia dilakukan dengan penambahan NaOH ( Natrium
Hidroksida ) dengan kecepatan pengadukan 100 rpm dan waktu pengadukan 10
menit.

Pada analisa pertama dan kedua limbah PT. Miwon Indonesia ditambah NaOH
sebanyak 135 ml :
Analisa pH pH setelah Kecepatan Waktu
penambahan pengaduk pengendapan Keterangan
ke- awal tawas (rpm) (menit)
limbah PT Miwon yang
didapatkan dari tetes tebu hasil
produksi monosodium glutamat
dengan karakteristik limbah
yang kental dan berwarna gelap
1 3 3,3 100 10 dan tidak terbentuk flok karena
larutan berwarna gelap serta pH
asam sehingga belum memenuhi
baku mutu limbah industri yang
akan di buang atau dilepas ke
dalam sumber air atau sungai.
Larutan masih belum terbentuk
flok meskipun pH basa, karena
karakteristik pH yang memenuhi
2 3,3 7,8 100 13
baku mutu untuk dapat dibuang
atau dilepas ke dalam sumber air
atau sungai yaitu pada pH 6-9.

III.2 Pembahasan
Suatu usaha dan atau kegiatan pasti melalui proses produksi, entah proses
produksi tersebut menghasilkan limbah maupun tidak menghasilkan limbah.
Namun, sebagai produsen diharuskan untuk menjalankan Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri
dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya agar dapat menjaga kualitas air dan menjamin
keberlanjutan pelestarian, perlindungan serta pengelolaan fungsi lingkungan
hidup.
Penetapan baku mutu air limbah bagi industri sesuai dengan Pasal 2
PERGUB JATIM No. 72 tahun 2013 dimaksudkan untuk mengukur batas atau
kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber
air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Pada percobaan kali ini kami menggunakan limbah PT Miwon yang
didapatkan dari tetes tebu hasil produksi monosodium glutamat dengan
karakteristik limbah yang kental dan berwarna gelap. Memiliki pH asam (2-3)
yang kemudian akan dilakukan percobaan untuk mengolah limbah tersebut
dengan cara kimia menjadi pH 6 9 sesuai dengan PERGUB JATIM No. 72
tahun 2013 sehingga limbah tersebut dapat dibuang dengan aman.
Mula-mula limbah disiapkan sebanyak 500 ml, kemudian limbah ini akan
diubah karakteristiknya menjadi netral dengan penambahan larutan basa, pada
percobaan kali ini kami menggunakan larutan NaOH 1N 250 ml. Limbah 500 ml
tersebut kami beri NaOH sebanyak 135 ml. Setelah penambahan NaOH limbah
yang awalnya pH 3 kemudian berubah menjadi pH 7,4.
Sedangkan baku mutu limbah cair yang harus dipenuhi oleh PT. MIWON
INDONESIA, Tbk berdasarkan SK. Gubernur Jawa Timur adalah BOD = 44,9
ppm (beban : 4,613 kg/ton), COD = 87,19 ppm (beban : 8,958 kg/ton), pH 7, TSS
= 24 ppm (beban : 2,466 kg/ton), dan NH3 = 1,5 ppm (beban : 0,154 kg/ton).

Menurut PERGUB JATIM No. 72 tahun 2013 pH 7,4 sudah layak untuk
dibuang di sungai, namun pada percobaan ini kami menemukan bahwa limbah
yang kami olah tidak terbentuk endapan maupun flok karena limbah tersebut
terlalu pekat dan warnanya terlalu gelap.
Kami dapat menyimpulkan berdasarkan percobaan yang telah kami
lakukan bahwa limbah PT Miwon tersebut perlu pengolahan lebih lanjut dengan
pengolahan limbah secara kimia maupun biologis agar limbah tersebut dapat
dibuang ke sungai, karena limbah tersebut masih dapat mencemari sungai dan
lingkukan dikarenakan limbah tersebut terlalu pekat dan warnanya terlalu gelap.
Nantinya setelah dilakukan proses pengolahan limbah yang lebih baik agar
didapatkan limbah yang memiliki pH 6-9 kemudian tidak terlalu pekat dan
warnanya tidak terlalu gelap sehingga limbah tersebut dapat dibuang ke sungai
dengan aman tidak mencemari sungai dan lingkungan di sekitarnya.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

1. Sesuai dengan anjuran pemerintah maka PT. MIWON INDONESIA, Tbk


berusaha mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Untuk limbah
yang dihasilkan sebagai efek dari proses industri diperlukan untuk
menurunkan beban polutannya.
2. Tujuan pengolahan limbah cair ini untuk mengolah air limbah menjadi
buangan yang memenuhi syarat untuk dibuang ke sungai. Jenis parameter
yang dipantau meliputi : Suhu, Amonia, COD, BOD, Debit, pH, dan
Suspended Solid

3. Hasil pengolahan limbah PT. Miwon Indonesia diantaranya yaitu Karakteristik


limbah setelah diolah BOD sebesar 40 45 ppm, COD sebesar 110
170 ppm, pH 7, Suhu = 30 320C, dan NH3 = 0.2 1.2 ppm.

4. pH awal sebelum penambahan NaOH adalah 3 dengan baku mutu sebesar 6,0
9,0 dalam hal ini sudah sesuai dengan standar baku mutu, tetapi ketika ada
penambahan NaOH 135 ml pH menjadi 7,8 dengan kondisi fisik larutan masih
tetap keruh dan berwarna abu-abu hitam gelap.
5. Dari hasil uji lab saat sampel diambil hasil dari kadar COD limbah PT. Miwon
Indonesia masih terlalu tinggi. Limbah cair juga diketahui masih belum bagus
berwarna abu-abu hitam dan diduga kuat masih berbahaya. Maka dari itu
harus diolah kembali secara kimia. Agar COD dapat memenuhi kriteria sesuai
standart yang ditentukan oleh Surat Keputusan PERGUB JATIM.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Tahapan dan Karakterstik Pengolahan Limbah Cair


http://nunktralala.blogspot.co.id/2014/09/metode-tahapan-dan-
karakteristik-proses.html
Anonim. 2017. Pengolahan Limbah Cair Industri. http://ilmugeografi.com/ilmu-

sosial/pengolahan-limbah-cair-industri
Anonim. 2013. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri (Pergub Jatim).
http://blh.jatimprov.go.id/index .php
LAMPIRAN

No. Gambar Percobaan Keterangan


Bentuk dari limbah cair
PT. Miwon Indonesia
1.
yang berwarna abu-abu
hitam gelap dan cairan
kental.

pH awal sebelum diolah


2. secara kimia yaitu 3,0
dan termasuk pH asam.

Larutan NaOH 1 N untuk


menurunkan kadar asam
pada limbah cair PT.
3 Miwon Indonesia agar
memenuhi karakteristik
pH sesuai baku mutu
yaitu 6-9.
Setelah di tambahkan
NaOH 1 N sebanyak 135
ml pH limbah PT. Miwon
menjadi basa yaitu 7,8.
Hal ini menyatakan
bahwa pH antara 6-9
memenuhi baku mutu dan
limbah tersebut dapat
dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air.
Setelah ditambahkan
NaOH kemudian limbah
PT. Miwon Indonesia
diaduk menggunakan
motor pengaduk dengan
kecepatan 100 rpm dan
waktu yang dibutuhkan
4.
yaitu selama 2-10 menit.
Akan tetapi tidak terdapat
flok atau floating di
karenakan karakteristik
fisika limbah PT.Miwon
terlalu pekat dan
berwarna abu-abu hitam.

Anda mungkin juga menyukai