Oleh:
1. Amanatul Awwaliyah (1431010056)
2. Bintang Guruh Pamungkas (1431010058)
3. Restia Eka Puspita (1431010066)
4. Fadillah Akbar Novian .A (1431010082)
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat dan ridho Allah SWT, karena
dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah pengolahan limbah
pabrik dengan menggunakan sampel dari limbah PT. Miwon Indonesia.
Makalah ini berisi tentang karakteristik, analisis limbah cair pabrik, reaksi-
reaksi flokulasi. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memahami karakteristik dari limbah tertentu serta cara pengolahan dan baku mutu
sesuai peraturan gubernur jawa timur.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Rekan rekan kelompok yang turut aktif
membantu terselesainya makalah ini dengan baik. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi banyak pihak terutama mahasiswa Teknik Kimia.
Apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik penulisan atau
yang lainnya, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Aktivitas industri yang terus berjalan akan memberikan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun dalam aktivitas produksi tersebut
terdapat bahan buangan yang disebut limbah, dimana limbah tersebut harus
dilakukan treatment terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah cair
atau air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang banyak dihasilkan dalam
kegiatan perindustrian. Secara normatif pemerintah telah membuat aturan tentang
pengolahan limbah cair, antara lain Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan Gubernur Jawa Timur
No. 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri dan/atau
Kegiatan Usaha Lainnya.
Kondisi pengolahan air limbah cair PT Miwon yang diolah pun kini masih
cukup berbahaya karena kadar COD (chemical oxygen demand) atau kandungan
kimia dalam oksigen terlarut masih cukup tinggi dan melebihi batas baku mutu.
Dari hasil uji lab saat sampel diambil hasil dari kadar COD masih terlalu tinggi.
Limbah cair juga diketahui masih belum bagus berwarna abu-abu hitam dan
diduga kuat masih berbahaya.
I.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air limbah dari baku
mutu air limbah yang dihasilkan oleh PT. Miwon Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk itu limbah cair tersebut perlu diolah lebih lanjut agar tidak
memberikan dampak negatif. Proses pengolahan limbah cair memang sudah
dikembangkan menjadi beragam. Proses pengolahan limbah cair tersebut sudah
disesuaikan dengan kebutuhan ataupun faktor finansial. Adapun pengolahannya
terbagi atas 5 macam, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder, pengolahan
tersier, proses desinfeksi dan pengolahan lumpur.
1.Pengolahan Primer
Tahap pertama dari pengolahan limbah cair industri adalah pengolahan primer
(primary treatment), pengolahan ini merupakan pengolahan secara fisika. Adapun
tahapan dari pengolahan primer adalah tahap penyaringan, tahap pengolahan awal,
tahap pengendapan dan terakhir adalah tahap pengapungan.
a. Tahap Penyaringan (Screening) Limbah cair yang terkumpul harus
melewati proses penyaringan terlebih dahulu melalui saluran pembuangan.
Metode ini dapat dikatakan sebagai metode yang efisien dan tentunya
tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk menyaring bahan padat
yang terdapat dalam air limbah.
b. Tahap Awal (Pretreatment) Setelah melewati proses penyaringan, maka
limbah tersebut akan disalurkan menuju tangki atau bak yang berfungsi
untuk memisahkan pasir dan partikel padat lain yang berukuran besar.
Cara kerja dari tangki tersebut adalah dengan memperlambat aliran air
limbah sehingga partikel pasir yang ada akan mengendap di dasar tangki,
sedangkan air limbah akan dialirkan untuk diproses lebih lanjut.
c. Tahap Pengendapan Setelah melewati proses awal maka air limbah
akan ditampung dalam tangki khusus pengendapan. Metode pengendapan
merupakan metode paling dasar dalam pengolahan untuk mengolah limbah
cair. Dalam tangki pengendapan, limbah cair akan didiamkan dalam
jangka waktu tertentu agar partikel padat yang masih ada dapat
mengendap di dasar tangki. Biasanya endapan partikel tersebut berupa
lumpur yang nantinya akan dipisahkan menuju saluran lain untuk diolah
lebih lanjut.
Perlu diketahui bahwa apabila limbah cair yang mengandung polutan tadi
sudah bersih melalui proses primer, maka limbah akan langsung dibuang ke
perairan. Akan tetapi apabila limbah cair yang mengandung polutan tadi masih
menyisakan polutan lain yang sulit dihilangkan, maka limbah tadi akan diproses
lebih lanjut menuju pengolahan sekunder.
2. Pengolahan Sekunder
a. Tahap Tricking Filter Pada tahap ini, bakteri aerob akan digunakan
untuk menguraikan bahan organik yang melekat dan berkembang pada
media kasar yang berupa batuan kecil atau plastik dengan ketebalan 1-3
mili. Limbah cair akan dialirkan ke media kasar tadi dan dibiarkan agar
dapat meresap. Pada proses peresapan tersebut, bahan organik yang
terkandung pada limbah akan diuraikan oleh bakteri aerob dan selanjutnya
hasil resapan tersebut akan sampai pada dasar lapisan media dan kemudian
akan ditampung dalam wadah yang selanjutnya akan disalurkan pada
tangki khusus pengendapan. Endapan tersebut nantinya akan diproses
lebih lanjut
b. Tahap Lumpur Aktif Pada tahap ini limbah cair yang telah melewati
proses filter akan ditampung pada tangki khusus yang didalamnya terdapat
lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Setelah itu limbah akan disalurkan
kembali ke tangki pengendapan yang lainnya sementara itu lumpur yang
mengandung bakteri aerob akan disalurkan pada tangki aerasi.
3. Pengolahan Tersier
Seperti yang telah disinggung diawal bahwa apabila setelah melalui proses
pengolahan primer dan sekunder masih ada zat dalam limbah yang tentunya
berbahaya bagi lingkungan dan juga masyarakat, maka akan dilanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu tertiary treatment. Pengolahan ini umumnya bersifat khusus
yang berarti pengolahan akan disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa pada
lembah cair tersebut.
Adapun zat zat yang biasanya masih tertinggal adalah nitrat, fosfat dan garam.
Pengolahan tersier terdiri atas rangkaian dari proses kimia dan fisika. Metode
pengolahan ini sebenarnya jarang sekali digunakan pada pengolahan limbah cair
industri karena biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses pengolahan ini
cenderung tinggi dan tentunya tidak ekonomis.
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas
1. Limbah Cair
- Suhu
- Amonia
- COD
- BOD
- Debit
- pH
- Suspended Solid
Untuk low concentration waste water langsung dialirkan ke lagoon II sampai XII.
Ukuran lagoon =
- BOD = 40 45 ppm
- COD = 110 170 ppm
- pH =7
- Suhu = 30 32 0C
- NH3 = 0.2 1.2 ppm
Sedangkan baku mutu limbah cair yang harus dipenuhi oleh PT. MIWON
INDONESIA, Tbk berdasarkan SK. Gubernur Jawa Timur adalah
Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Monosdium Glutamat (MSG)
dan Lysine
BOD 80 80 80 80 80
TSS 60 60 60 60 60
NH3 3 3 3 3 3
pH 69 69 69 69 69
2. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. MIWON INDONESIA, Tbk
adalah sebagai berikut :
c. Cake Humos
Adalah padatan yang dihasilkan dari proses penyaringan (hidrolisa)
encolth filter di Acid Plant. Berikut data untuk cake humos :
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
Penapisan
Pemisahan
Presipitasi Secara
Pengolahan KlarifierFisika
Cair1.
- Padatan
Tipe konvensional
Tipe resirkulasi berlumpur
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
Tipe selimut lumpur
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
Tipe pallet selimut lumpur
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Pemekatan
Penyaringan Flotasi
(screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan Filtrasi
bahan Filtrasi
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
Filtrasi lambat
Filtrasi cepat
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Tipe bertekanan
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
Tipe gravitasi
Filtrasi
mengendap partikel dan waktu precoat hidrolis di dalam bak pengendap.
detensi
Filter membran Mikro filter
Ultra filter
Reverse osmosis
Dialisis elektris
Dewatering Filter vacuum rotasi
Filter tekan/press
Belt press
Netralisasi
Pengolahan Kimia
Koagulasi & Flokulasi
- Fisik
Oksidasi dan/atau Reduksi
Oksidasi kimia/reduksi
Aerasi
Elektrolisis
Ozonisasi
UV
Adsorbsi Karbon aktif
Alumina aktif
Zeolite
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan
muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga
akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan
dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk
endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan
logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada
Koagulasi &
pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom
hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan
membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan
organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan
dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon
hidrogen peroksida.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis,
yaitu:
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga
termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti
Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi
maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen
yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi
cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
1. trickling filter
2. cakram biologi
3. filter terendam
4. reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-
90%.
Aerasi
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Proses bebas bulki
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat
Saluran oksidasi
Cakram biologi
Aerasi kontak
BOD 50 - 150
Minyak nabati 5 - 10
Minyak mineral 10 - 50
pH 6.0 - 9.0
Temperatur 38 - 40 [oC]
Ammonia bebas (NH3) 1.0 - 5.0
Nitrat (NO3-N) 20 - 30
BAB III
ANALISIS DATA
Pada analisa pertama dan kedua limbah PT. Miwon Indonesia ditambah NaOH
sebanyak 135 ml :
Analisa pH pH setelah Kecepatan Waktu
penambahan pengaduk pengendapan Keterangan
ke- awal tawas (rpm) (menit)
limbah PT Miwon yang
didapatkan dari tetes tebu hasil
produksi monosodium glutamat
dengan karakteristik limbah
yang kental dan berwarna gelap
1 3 3,3 100 10 dan tidak terbentuk flok karena
larutan berwarna gelap serta pH
asam sehingga belum memenuhi
baku mutu limbah industri yang
akan di buang atau dilepas ke
dalam sumber air atau sungai.
Larutan masih belum terbentuk
flok meskipun pH basa, karena
karakteristik pH yang memenuhi
2 3,3 7,8 100 13
baku mutu untuk dapat dibuang
atau dilepas ke dalam sumber air
atau sungai yaitu pada pH 6-9.
III.2 Pembahasan
Suatu usaha dan atau kegiatan pasti melalui proses produksi, entah proses
produksi tersebut menghasilkan limbah maupun tidak menghasilkan limbah.
Namun, sebagai produsen diharuskan untuk menjalankan Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri
dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya agar dapat menjaga kualitas air dan menjamin
keberlanjutan pelestarian, perlindungan serta pengelolaan fungsi lingkungan
hidup.
Penetapan baku mutu air limbah bagi industri sesuai dengan Pasal 2
PERGUB JATIM No. 72 tahun 2013 dimaksudkan untuk mengukur batas atau
kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber
air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Pada percobaan kali ini kami menggunakan limbah PT Miwon yang
didapatkan dari tetes tebu hasil produksi monosodium glutamat dengan
karakteristik limbah yang kental dan berwarna gelap. Memiliki pH asam (2-3)
yang kemudian akan dilakukan percobaan untuk mengolah limbah tersebut
dengan cara kimia menjadi pH 6 9 sesuai dengan PERGUB JATIM No. 72
tahun 2013 sehingga limbah tersebut dapat dibuang dengan aman.
Mula-mula limbah disiapkan sebanyak 500 ml, kemudian limbah ini akan
diubah karakteristiknya menjadi netral dengan penambahan larutan basa, pada
percobaan kali ini kami menggunakan larutan NaOH 1N 250 ml. Limbah 500 ml
tersebut kami beri NaOH sebanyak 135 ml. Setelah penambahan NaOH limbah
yang awalnya pH 3 kemudian berubah menjadi pH 7,4.
Sedangkan baku mutu limbah cair yang harus dipenuhi oleh PT. MIWON
INDONESIA, Tbk berdasarkan SK. Gubernur Jawa Timur adalah BOD = 44,9
ppm (beban : 4,613 kg/ton), COD = 87,19 ppm (beban : 8,958 kg/ton), pH 7, TSS
= 24 ppm (beban : 2,466 kg/ton), dan NH3 = 1,5 ppm (beban : 0,154 kg/ton).
Menurut PERGUB JATIM No. 72 tahun 2013 pH 7,4 sudah layak untuk
dibuang di sungai, namun pada percobaan ini kami menemukan bahwa limbah
yang kami olah tidak terbentuk endapan maupun flok karena limbah tersebut
terlalu pekat dan warnanya terlalu gelap.
Kami dapat menyimpulkan berdasarkan percobaan yang telah kami
lakukan bahwa limbah PT Miwon tersebut perlu pengolahan lebih lanjut dengan
pengolahan limbah secara kimia maupun biologis agar limbah tersebut dapat
dibuang ke sungai, karena limbah tersebut masih dapat mencemari sungai dan
lingkukan dikarenakan limbah tersebut terlalu pekat dan warnanya terlalu gelap.
Nantinya setelah dilakukan proses pengolahan limbah yang lebih baik agar
didapatkan limbah yang memiliki pH 6-9 kemudian tidak terlalu pekat dan
warnanya tidak terlalu gelap sehingga limbah tersebut dapat dibuang ke sungai
dengan aman tidak mencemari sungai dan lingkungan di sekitarnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
4. pH awal sebelum penambahan NaOH adalah 3 dengan baku mutu sebesar 6,0
9,0 dalam hal ini sudah sesuai dengan standar baku mutu, tetapi ketika ada
penambahan NaOH 135 ml pH menjadi 7,8 dengan kondisi fisik larutan masih
tetap keruh dan berwarna abu-abu hitam gelap.
5. Dari hasil uji lab saat sampel diambil hasil dari kadar COD limbah PT. Miwon
Indonesia masih terlalu tinggi. Limbah cair juga diketahui masih belum bagus
berwarna abu-abu hitam dan diduga kuat masih berbahaya. Maka dari itu
harus diolah kembali secara kimia. Agar COD dapat memenuhi kriteria sesuai
standart yang ditentukan oleh Surat Keputusan PERGUB JATIM.
DAFTAR PUSTAKA
sosial/pengolahan-limbah-cair-industri
Anonim. 2013. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri (Pergub Jatim).
http://blh.jatimprov.go.id/index .php
LAMPIRAN