Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama


bagi kelompok wanita usia reproduksi (WUS), anemia pada WUS dapat
menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas, kemampuan atau
produktifitas kerja. Bagi ibu hamil, anemia berperan pada peningkatan
prevalensi dan kesakitan ibu, dan bagi bayi dapat meningkatkan resiko
kesakitan dan kematian bayi serta berat badan bayi lahir (BBLR). Anemia
pada umumnya terjadi diseluruh dunia, terutama dinegara berkembang
(Developing countries ) dan pada kelompok ekonomi rendah, anemia terjadi
pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil dan wanita menyusui
karena mereka banyak mengalami defisiensi zat besi. Anemia di tandai
dengan rendahnya konsentrasi Hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ha).
(Persada Raja Grafindo, 2008).

Anemia yang dalam bahasa yunani berarti tanpa darah adalah penyakit
kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah
merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar Hemoglobin
kurang dari 14 gram/dl dan eritrosit dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 gram/dl dan eritrosit
kurang dari 37% maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia adalah keadaan
tubuh yang kekurangan Hemoglobin. Kadar hemoglobin (Hb) normal adalah
12-16% dari sel darah merah. Jumlah sel darah merah normal 5 juta. Pada
penderita anemia, kadar hemoglobin kurang dari normal. (Ikhsan soebroto,
2009).

Badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization) melaporkan


prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% semakin
meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan dan diperkirakan 30-
40% penyebab anemia karena kekurangan zat besi 3,4 Kelainan ini ditandai
oleh SI (Serum Iron) menurun, TIBC (total iron binding capacity) meningkat,
saturasi transferin menurun, feritin serum menurun, pengecatan besi sumsum
tulang negatif dan adanya respon terhadap pengobatan dengan preparat besi.
(Hidayanti, 2014).

1
2

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), prevalensi


anemia pada ibu hamil di Indonesia 40,1% dan pada tahun 2007 turun
menjadi 24,5%. 6 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia naik menjadi 37,1%. 17
Dengan demikian keadaan ini mengindikasi bahwa anemia gizi besi masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Menurut WHO 40% kematian ibu
dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan
kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi. Dari
hasil penelitian sebelumnya, persalinan pada wanita hamil yang menderita
anemia defisiensi besi didapatkan 12-28% kematian janin, 30% kematian
perinatal dan 7-10% angka kematian neonatal. (Sudha, 2013).

Terdapat penyebab tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu


kebutuhan zat besi yang meningkat akibat perubahan fisiologi dan
metabolisme pada ibu, inadequate intake (utamanya zat besi, dan juga
defisiensi asam folat dan vitamin B12), gangguan penyerapan, infeksi
(malaria dan kecacingan), kehamilan yang berulang, thalasemia dan sickle
cell disease, kondisi sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan ibu. (Dampang,
2014).

Anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari


yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya.
Anemia, terjadinya pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang
seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat besi yang
masuk sedikit. Secara umum, konsumsi makanan berkaitan erat dengan status
gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka
status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai
gizinya, maka dapat menyebabkan kekurangan gizi. Selain itu, perilaku
konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh faktor instrinsik, yaitu faktor-
faktor yang berasal dari diri seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan
keyakinan, serta faktor ekstrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar
diri seseorang seperti tingkat ekonomi, pendidikan, tempat tinggal,
lingkungan sosial, dan kebudayaan. (Jumarlina, 2008).
3

Tingkat pengetahuan ibu hamil yang rendah akan mempengaruhi bagaimana


ibu hamil menjaga kehamilannya. Pengetahuan kurang memiliki risiko 1,45
kali lebih besar untuk menderita anemia dalam kehamilan dibandingkan
dengan ibu hamil yang berpengetahuan baik. (Mulyati, 2007).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2008) menunjukan


bahwa ada hubungan antara pengetahuan pada ibu hamil dengan kejadian
anemia ada ibu hamil di Klaten. Penelitian tentang anemia pada ibu hamil
juga telah dilakukan oleh Effri S. A. Sinaga (2010) ada Puskesmas Medan
Deli Sumatra Utara. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan ibu hamil dengan kejadian
anemia ibu hamil.

Terjadinya anemia umumnya disebabkan oleh pola makan yang tidak


seimbang. Hal ini disebabkan oleh rendahnya angka kesadaran gizi
masyarakat khususnya ibu hamil. Salah satu langkah yang dapat ditempuh
untuk mencegah terjadinya anemia yaitu dengan memperbaiki menu makanan
yang akan dikonsumsi. Misalnya, dengan meningkatkan konsumsi makanan
yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging,
kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau tua, dan buah-buahan. Perhatikan
pula gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makanan yang diatur,
terutama bagi yang berdiet. Biasakan pula menambahkan substansi yang
memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air jeruk, daging, ayam,
dan ikan. Sebaliknya, substansi penghambat penyerapan zat besi seperti the
dan kopi patut dihindari. (Fatimah, 2011).

Penelitian Andi (2014) mengenai pola makan dan anemia pada ibu hamil di
masyarakat pesisir Desa Mlandingan Kecamatan Mlandingan Kabupaten
Situbondo didapatkan sebagian besar responden mempunyai pola makan
tidak baik sebanyak 12 responden (52,2%), hampir setengah responden
mengalami anemia sedang sebanyak 10 responden. (34,8%).

Hasil yang sama juga didapatkan oleh Djawa (2012) menunjukan bahwa
responden yang pola makan yang mengatakan kurang baik sebanyak 12
4

responden (30,0%) dan responden yang mengatakan baik sebanyak 16


responden (40,0%). Sedangkan responden nutrisi anemia yang mengatakan
kurang baik sebanyak 11 responden (27,5%) dan responden yang mengatakan
baik sebanyak 1 responden (2,5%). Berdasarkan uji statistik Uji chi-Square
diperoleh nilai P = 0, 005. Dengan demikian Ha diterima Ho ditolak dengan
interpretasi ditemukannya hubungan antara nutrisi dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di RSIA Siti Fatimah Makassar.

Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada
ibu, saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas,
ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan
dapat mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post
partum karena atonia uteri. (Manuaba, 2007).

Salah satu strategi operasional pencegahan anemia gizi besi pada ibu hamil
adalah suplementasi Fe. Selama kehamilan, kebutuhan zat besi akan
meningkat sehingga diperlukan tablet Fe untuk membantu pembentukan sel-
sel darah tambahan. (Setyoresmi, 2012). Cakupan pemberian tablet Fe
selama 90 hari secara nasional pada tahun 2014 didapatkan bahwa sebagian
besar (85,1%) ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe hanya sebagian kecil
(14,9%) saja yang mengkonsumsi sesuai dengan batas minimal yang
dianjurkan yaitu 90 tablet, akan tetapi jika dibandingkan dengan provinsi lain,
cakupan Fe selama 90 hari, Provinsi Banten menduduki Provinsi tiga
terbawah dengan nilai 61.4%. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Sejak tahun 1970 Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan suatu


program pemberian tablet zat besi pada ibu hamil di Puskesmas dan
Posyandu secara gratis dengan mendristribusikan tablet tambah darah yang
mengandung 200 mg ferro sulfat setara 60 mg besi dan 0,25 mg asam folat.
Setiap ibu hami dianjurkan minum tablet tambah darah dengan dosis satu
tablet setiap hari selama masa kehamilannya sampai 40 hari setelah
melahirkan. (Manuaba, 2007).
5

Pemberian suplementasi program dipandang efektif karena harganya murah


dan mudah didapatkan. Suplementasi yang mengandung elemental besi dan
asam folat tersedia di pusat pelayanan kesehatan pemerintah seperti
puskesmas dan diberikan secara gratis. Berbagai studi membuktikan tablet
tambah darah program terbukti dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada
ibu hamil. Pemberian asam folat dan besi dapat meningkatkan kadar
hemoglobin 1,44 gr/dl bila dibandingkan dengan pemberian multiple
mikronutrien. Peningkatan kadar hemoglobin kelompok yang mendapatkan
Fe-asam folat 0,89 gr/dl lebih tinggi bila multiple mikronutrien. (Dampang,
2014).

Penelitian Djawa (2012) mendapatkan hasil ada hubungan yang bermakna


antara kepatuhan konsumsi Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
RSIA Siti Fatimah Makassar dengan nilai P < 0.05. Penelitian ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul Ulfiana Sahlan (2012) di
kabupaten Baru kecamatan Tanete Rilau yaitu hasil uji hubungan asupan besi
dengan kadar hemoglobin didapatkan nilai p = 0.000 dan penelitian yang
dilakukan oleh Debby Triwidyaastuti (2011) di kabupaten Takalar dengan
nilai p = 0.000 yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara asupan besi dengan kadar hemoglobin ibu hamil.

Berdasarkan hasil survey anemia yang dilakukan serentak di 31 puskesmas,


Puskesmas Baros mendapatkan hasil sebagai berikut dari 70 ibu hamil yang
diperiksa sebanyak 37 orang (52,85%) ibu hamil mengalami anemia. Hasil
ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan puskesmas yang terdekat dengan
Puskesmas Baros yaitu Puskesmas Pabuaran (45,2%) dan Puskesmas Petir
(32,00%). Hasil ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anemia di
Kabupaten yaitu sebesar 51,41%. (Survey Anemia, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas, masih tingginya angka kejadian anemia


pada ibu hamil di Puskesmas Baros yaitu dari 70 ibu hamil yang diperiksa
sebanyak 37 orang (52,85%) ibu hamil mengalami anemia. Maka peneliti
ingin melakukan kajian lebih lanjut mengenai penelitian pada kasus tersebut
dengan judul hubungan antara pengetahuan, pola konsumsi tablet Fe dan
6

pola konsumsi makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Baros Kabupaten Serang Tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai