1
untuk menyelesaikan masalah matematik, diperlukan kemampuan untuk membuat model
matematika, menyajikan suatu ide matematika dengan simbol, tabel, gambar atau diagram
untuk memperjelas suatu masalah sehingga diperoleh suatu solusi yang merupakan indikator
representasi matematik.
Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Kartini (2009) bahwa representasi matematik
merupakan ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika (masalah, pernyataan, definisi, dan
lain-lain) yang digunakan siswa untuk memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil kerjanya
dengan cara tertentu sebagai hasil interpretasi dari pikirannya. Mudzakkir (dalam Suryana,
2012) mengelompokkan representasi matematik dalam tiga bentuk yaitu (1) representasi
berupa diagram, grafik atau tabel dan gambar, (2) persamaan atau ekspresi matematik, dan
(3) kata-kata atau teks tertulis. Dengan demikian seorang siswa dikatakan memiliki
kemampuan representasi yang baik apabila siswa mampu menyajikan kembali suatu situasi
atau masalah matematik dalam bentuk gambar, diagram, tabel atau grafik, persamaan atau
model matematika dan dalam bentuk kata-kata atau teks tertulis untuk memperjelas masalah
serta mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat.
Dalam pembelajaran, yang harus dikembangkan bukan hanya aspek kognitif saja,
melainkan juga harus mengembangkan aspek afektif, seperti self efficacy. Bandura (1994: 2)
menyatakan bahwa self efficacy merupakan kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya
dalam menghasilkan sesuatu. Kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan kinerjanya ketika
melakukan suatu tugas atau tuntutan tertentu.
Self efficacy menjadi sesuatu yang sangat penting karena orang-orang yang memiliki
self efficacy tinggi akan bekerja keras dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan dan
membangun motivasi positif yang berkaitan dengan tugas atau pekerjaan yang sedang
dilakukan (Brown dkk, 2005: 137). Berkaitan dengan pembelajaran, tentunya sangat
diharapkan siswa memiliki self efficacy yang tinggi, artinya siswa memiliki keyakinan yang
tinggi bahwa dirinya mampu menyelesaikan tugas pelajarannya serta mengatasi berbagai
masalah yang berkaitan dengan pelajaran tersebut.
Russefendi (dalam Arcat, 2013: 5) mengungkapkan bahwa terdapat banyak orang yang
setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak dipahaminya,
bahkan banyak konsep yang dipahami secara keliru. Matematika dianggap sebagai ilmu yang
sukar dan rumit. Masih berkembangnya anggapan yang menyatakan bahwa matematika itu
sulit menyiratkan bahwa self efficacy siswa masih rendah.
Untuk menangani permasalahan tersebut diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran
yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta,
tetapi pendekatan yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka
sendiri agar pengaruhnya yang tidak baik bagi pembangunan kemampuan matematika siswa
tidak berlanjut kepada sikap negatif terhadap matematika. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat, cocok, dan relevan. Salah satu pendekatan
yang dianggap tepat adalah pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).
Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan yang orientasinya menuju
kepada kemampuan matematika siswa yang bersifat realistik. PMR memiliki lima
karakteristik, yaitu: (1) konteks; masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, (2) pemodelan;
penggunaan model sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit
menuju pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan tingkat formal, (3)
2
pemanfaatan hasil konstruksi siswa untuk membuat siswa aktif dan kreatif, (4) interaktifitas,
dan (5) ketertkaitan; mengaitkan antar konsep untuk membangun konsep yang baru (Wijaya,
2012).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematik dan
self efficacy matematis siswa yang diajarkan dengan PMR dan dengan pembelajaran
langsung.
RUMUSAN MASALAH
(1) Apakah peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang diajarkan dengan
PMR lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran langsung?
(2) Apakah peningkatan self efficacy siswa yang diajarkan dengan PMR lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran langsung?
TUJUAN PENELITIAN
(1) Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang
diajarkan dengan PMR lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
(2) Untuk mengetahui apakah peningkatan self efficacy siswa yang diajarkan dengan PMR
lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah
semua siswa kelas VII SMP Negeri 15 Medan, dan dipilih dua kelas secara acak (cluster
random sampling) sebagai sampel yaitu kelas eksperimen (diberikan perlakuan PMR) dan
kelas kontrol (Pembelajaran Langsung) yang sudah diuji homogenitasnya.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest
Control Group Design dengan instrumen tes yaitu (1) tes kemampuan awal (2) tes
kemampuan representasi matematik, dan (3) angket untuk melihat self efficacy siswa.
Selanjutnya data akan dianalisis dengan analisis deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan perbedaan rata-rata kemampuan siswa, dan analisis statistik inferensial
yaitu uji ANAKOVA sebagai uji statistik untuk melihat faktor lain seperti kemampuan awal
selain perlakuan model (Syahputra, 2016). Selain itu, sebelum penelitian setiap tes akan diuji
terlebih dahulu untuk dihitung validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda
soal, dan setelah itu akan diuji normalitas data hasil tes tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arcat. 2013. Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Self Efficacy Siswa SMP Melalui Model
Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung
Brown, L.J, dkk. 2005. The Effectiveness of Self-Efficacy Intervention for helping adolescents
cope with sport competition loss. Journal of sport behaviour.
3
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.