Anda di halaman 1dari 4

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK


SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 MEDAN

LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis
dan sarat perkembangan (Trianto, 2009: 1). Pendidikan yang mampu mendukung
pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
siswa, sehingga siswa mampu menghadapi dan memecahkan persoalan kehidupan yang
dihadapinya.
Untuk merealisasikan kenyataan diatas, perlu adanya SDM yang handal dan mampu
bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi yaitu berfikir logis,
kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama secara proaktif. Cara berfikir seperti ini dapat
dikembangkan melalui belajar matematika.
Hal ini juga ditegaskan dalam Tujuan Pembelajaran Matematika yang dinyatakan
dalam Permendiknas (2006: 346), bahwa ada lima tujuan pembelajaran matematika yaitu : (1)
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
(4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Namun kenyataan yang terlihat, mutu dan kualitas pendidikan belum sesuai dengan
yang diharapkan. Hal ini tampak dari hasil penilaian internasional mengenai prestasi belajar
siswa khususnya matematika yang menunjukkan mutu pendidikan di Indonesia cenderung
rendah. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) tahun 2011 melaporkan hasil
survey Trends In Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2003
menunjukkan prestasi belajar siswa SMP Indonesia berada pada peringkat 35 dari 46 negara.
Rerata skor yang diperoleh siswa adalah 411 dan masih berada dibawah rata-rata untuk
wilayah ASEAN. Prestasi TIMSS 2007 berada pada peringkat 36 dari 49 negara dengan skor
397, sangat memprihatinkan karena skor siswa turun dan jauh lebih rendah dibandingkan
rerata skor internasional yaitu 500 orang siswa dari 65 negara, termasuk Indonesia. Rata-rata
nilai siswa-siswi Indonesia menempati urutan kedua paling bawah dari total 65 negara
peserta.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu kecakapan hidup (life skill) yang perlu
dikembangkan melalui proses pendidikan dalam diri siswa adalah kemampuan representasi
matematik karena representasi merupakan kemampuan yang penting dalam pembelajaran
matematika. Meskipun kemampuan representasi tidak disebutkan secara jelas dalam tujuan
pembelajaran matematika yang ditetapkan pemerintah, namun pentingnya kemampuan
representasi dapat dilihat pada tujuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik, karena

1
untuk menyelesaikan masalah matematik, diperlukan kemampuan untuk membuat model
matematika, menyajikan suatu ide matematika dengan simbol, tabel, gambar atau diagram
untuk memperjelas suatu masalah sehingga diperoleh suatu solusi yang merupakan indikator
representasi matematik.
Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Kartini (2009) bahwa representasi matematik
merupakan ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika (masalah, pernyataan, definisi, dan
lain-lain) yang digunakan siswa untuk memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil kerjanya
dengan cara tertentu sebagai hasil interpretasi dari pikirannya. Mudzakkir (dalam Suryana,
2012) mengelompokkan representasi matematik dalam tiga bentuk yaitu (1) representasi
berupa diagram, grafik atau tabel dan gambar, (2) persamaan atau ekspresi matematik, dan
(3) kata-kata atau teks tertulis. Dengan demikian seorang siswa dikatakan memiliki
kemampuan representasi yang baik apabila siswa mampu menyajikan kembali suatu situasi
atau masalah matematik dalam bentuk gambar, diagram, tabel atau grafik, persamaan atau
model matematika dan dalam bentuk kata-kata atau teks tertulis untuk memperjelas masalah
serta mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat.
Dalam pembelajaran, yang harus dikembangkan bukan hanya aspek kognitif saja,
melainkan juga harus mengembangkan aspek afektif, seperti self efficacy. Bandura (1994: 2)
menyatakan bahwa self efficacy merupakan kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya
dalam menghasilkan sesuatu. Kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan kinerjanya ketika
melakukan suatu tugas atau tuntutan tertentu.
Self efficacy menjadi sesuatu yang sangat penting karena orang-orang yang memiliki
self efficacy tinggi akan bekerja keras dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan dan
membangun motivasi positif yang berkaitan dengan tugas atau pekerjaan yang sedang
dilakukan (Brown dkk, 2005: 137). Berkaitan dengan pembelajaran, tentunya sangat
diharapkan siswa memiliki self efficacy yang tinggi, artinya siswa memiliki keyakinan yang
tinggi bahwa dirinya mampu menyelesaikan tugas pelajarannya serta mengatasi berbagai
masalah yang berkaitan dengan pelajaran tersebut.
Russefendi (dalam Arcat, 2013: 5) mengungkapkan bahwa terdapat banyak orang yang
setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak dipahaminya,
bahkan banyak konsep yang dipahami secara keliru. Matematika dianggap sebagai ilmu yang
sukar dan rumit. Masih berkembangnya anggapan yang menyatakan bahwa matematika itu
sulit menyiratkan bahwa self efficacy siswa masih rendah.
Untuk menangani permasalahan tersebut diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran
yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta,
tetapi pendekatan yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka
sendiri agar pengaruhnya yang tidak baik bagi pembangunan kemampuan matematika siswa
tidak berlanjut kepada sikap negatif terhadap matematika. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat, cocok, dan relevan. Salah satu pendekatan
yang dianggap tepat adalah pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).
Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan yang orientasinya menuju
kepada kemampuan matematika siswa yang bersifat realistik. PMR memiliki lima
karakteristik, yaitu: (1) konteks; masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa, (2) pemodelan;
penggunaan model sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika tingkat konkrit
menuju pengetahuan dan matematika tingkat konkrit menuju pengetahuan tingkat formal, (3)

2
pemanfaatan hasil konstruksi siswa untuk membuat siswa aktif dan kreatif, (4) interaktifitas,
dan (5) ketertkaitan; mengaitkan antar konsep untuk membangun konsep yang baru (Wijaya,
2012).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematik dan
self efficacy matematis siswa yang diajarkan dengan PMR dan dengan pembelajaran
langsung.

RUMUSAN MASALAH
(1) Apakah peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang diajarkan dengan
PMR lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran langsung?
(2) Apakah peningkatan self efficacy siswa yang diajarkan dengan PMR lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran langsung?

TUJUAN PENELITIAN
(1) Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang
diajarkan dengan PMR lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran langsung.
(2) Untuk mengetahui apakah peningkatan self efficacy siswa yang diajarkan dengan PMR
lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran langsung.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah
semua siswa kelas VII SMP Negeri 15 Medan, dan dipilih dua kelas secara acak (cluster
random sampling) sebagai sampel yaitu kelas eksperimen (diberikan perlakuan PMR) dan
kelas kontrol (Pembelajaran Langsung) yang sudah diuji homogenitasnya.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest
Control Group Design dengan instrumen tes yaitu (1) tes kemampuan awal (2) tes
kemampuan representasi matematik, dan (3) angket untuk melihat self efficacy siswa.
Selanjutnya data akan dianalisis dengan analisis deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan perbedaan rata-rata kemampuan siswa, dan analisis statistik inferensial
yaitu uji ANAKOVA sebagai uji statistik untuk melihat faktor lain seperti kemampuan awal
selain perlakuan model (Syahputra, 2016). Selain itu, sebelum penelitian setiap tes akan diuji
terlebih dahulu untuk dihitung validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda
soal, dan setelah itu akan diuji normalitas data hasil tes tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Arcat. 2013. Meningkatkan Kemampuan Spasial dan Self Efficacy Siswa SMP Melalui Model
Kooperatif STAD Berbantuan Wingeom. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung

Bandura, A. 1994. Self-Efficacy.In V.S. Ramachaudran (Ed). Encyclopedia of Human


Behaviour (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press.

Brown, L.J, dkk. 2005. The Effectiveness of Self-Efficacy Intervention for helping adolescents
cope with sport competition loss. Journal of sport behaviour.

3
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Syahputra, E. 2016. Statistika Terapan. Medan: UNIMED Press.

Kartini. 2009. Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar


Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UNY. ISBN: 978-979-16353-3-2.

Suryana, A. 2012. Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut (advanced mathematical


thinking) Dalam mata kuliah statistika matematika 1. Makalah Dipresentasikan Dalam
Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY tanggal 10 November 2012. PROSIDING P-5 ISBN: 978-
979-16353-8-7.

Trianto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif Beriorientasi Konstruktivistik, Konsep


Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

PENGAJUAN DOSEN PEMBIMBING TESIS


1. Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd.
2. Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd.
3. Dr. KMS.M. Amin Fauzi, M.Pd.
4. Dra. Ida Karnasih, M.Sc.,Ed.,Ph.D.

Medan, 27 Februari 2017

Eka Rezki Nopianty

Anda mungkin juga menyukai