Tanpa Kewarganegaraan
1
Adam Taylor, How Burmas Rohingya crisis went from bad to worse,
https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2017/09/06/how-burmas-rohingya-crisis-
went-from-bad-to-worse/?utm_term=.c6a969ae0f81 diakses pada 15 September 2017.
2
Ibid.
3
Warzone Initiatives, Rohingya Briefing Report, [s.l.:s.n.],2015. Hlm.4.
persentase sebesar 9% etnis Shan, 7% etnis Karen, 4% etnis Rakhine, 3% etnis
Chinese, 2% etnis Indian, 2% Mon dan 5% etnis-etnis lainnya (termasuk
Rohingya).4
` Pada tahun 1406 Masehi, terdapat kerajaan Islam yang berdiri di wilayah
Arakan yang bernama Dinnyawadi. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Sulaiman
Shah Narameikhla. Kekuasaan kerajaan Dinnyawadi pun semakin berkembang
dan kuat. Arakan pernah mencapai kejayaannya sebagai suatu kerajaan yang
merdeka hingga tahun 1784. Faktor yang mendukung tercapainya kemerdekaan di
masa Kerajaan Arakan waktu itu adalah ketersediaan sumber daya alam, seperti
tanah di Kaladan dan Lemro yang subur, dan letak geografis yang cukup strategis
seperti daerah Ramree dan Cheduba yang dijadikan sebagai pelabuhan bagi kapal-
kapal besar.5 Atas dasar faktor ini, membuka peluang bagi penduduk Muslim dari
Bengal (Bangladesh) untuk berpindah ke wilayah Arakan tepatnya di Rakhine.6
Istilah Rohingya berasal dari kata Rohai atau Roshangee, yang ditujukan
untuk Muslim Arakan tua. Di lihat dari asal-usulnya orang Rohingya merupakan
keturunan Arab, Moor, Turki, Persia, Mogul, Patthan dan Bangalees
(Bangladesh). Pada akhir abad ke-19, terjadi ekspansi yang dilakukan oleh
kerajaan Inggris Raya di wilayah Arakan, yang mengakibatkan adanya kontrol
migrasi Muslim. Pada zaman kekuasaan Inggris Raya, populasi Muslim terus
didatangkan dari Bangladesh menuju Arakan dengan tujuan untuk dijadikan
petani. Pada tahun 1942, Myanmar terbagi dalam dua kendali negara besar, yaitu
Inggris Raya dan Jepang. Etnis Burman yang kala itu berada dalam kontrol
4
Ibid.
5
Ridwan Bustaman, Jejak Komunitas Muslim di Burma: Fakta Sejarah yang Terabaikan, Jurnal
Lektur Keagamaan 11 (2013). Hlm.319-321.
6
R.P. Firman Syarif Hidayatullah, Dampak Penerapan Undang-Undang Kewarganegaraan Burma
1982 terhadap Warga Muslim Rohingya Pada Masa Pemerintahan Ne Win (1962-1988) (Skripsi
Sarjana Universitas Jember, Jember, 2015). Hlm.27-31.
Jepang, berusaha melarikan diri menuju wilayah yang di kuasai Inggris Raya
salah satunya di daerah Arakan.7
9
Madhura Chakraborty, Stateless and Suspect: Rohingyas in Myanmar, Bangladesh and India
10
Rachel Blomquist, Ethno-Demographic Dynamics of the Rohingya-Buddhist Conflict
Georgetown Journal of Asian Affairs (2016). Hlm.111.
11
Septiana Tindaon, Perlindungan atas Imigran Rohingya dalam Pelanggaran HAM Berat di
Myanmar dari Aspek Hukum Internasional dan Hukum Nasional, Hlm.5.
Langkah-langkah yang harus diambil bagi Pemerintah Myanmar dalam
menyelesaikan isu diskriminasi tersebut, yaitu:
12
Palupi Annisa Auliani, Mencari Solusi Rohingya,
http://nasional.kompas.com/read/2017/09/04/20073041/mencari-solusi-rohingya, diakses pada 15
September 2017.
13
Faisal Abdalia, Krisis Rohingya bisa Mengganggu Stabilitas ASEAN,
news.metrotvnews.com/read/2017/09/03/753054/krisis-rohingya-bisa-mengganggu-stabilitas-
asean, diakses pada 14 September 2017.
4. Membuka pintu perbatasan negara Indonesia terhadap pengungsi etnis
Rohingya yang kabur dari wilayah Rakhine.
a. melakukan operasi Search and Rescue (SAR) bagi para pengungsi yang
masih terapung di lautan;
b. melaksanakan patroli laut terkoordinasi dan memfasilitasi evakuasi di laut
ketika kapal-kapal berisi migran tersebut ditemukan;
c. menyediakan bantuan kemanusiaan, termasuk shelter, makanan, obat-
obatan, dan kebutuhan lainnya bagi migran yang terdampar di wilayah tiga
negara;
d. meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan UNHCR dan iom dalam
mengidentifikasi dan memverifikasi imigran, termasuk mencari negara
ketiga untuk proses resettlement;
e. mengaktifkan sumber daya milik ASEAN Coordinating Centre for
Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre) untuk
menyelesaikan krisis ini.
14
Dit. Politik-Keamanan Asean, Rohingya Antara Solidaritas Asean dan Kemanusiaan
Masyarakat Asean (Juni 2015).Hal.9-11.