Anda di halaman 1dari 74

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga

perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.

Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan

bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan

strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan

kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis

(Dahlan.M, 2004)

Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi

akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis,

salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptur saluran cerna, komplikasi post

operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Dahlan.M, 2004)

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat

fibrinosa.Gejala berbeda-beda tergantung luas peritonitis, beratnya peritonitis dan

jenis organisme yang bertanggung jawab. Gejala-gejala utama adalah sakit perut,

muntah, abdomen tegang, kaku, nyeri dan tanpa bunyi, demam dan leukositosis

yang sering terjadi (Price & Wilson, 2005).

Prinsip umum pengobatan adalah dengan pemberian antibiotik yang sesuai,

dekompresi saluran gastrointestinal dengan penyedotan intestinal atau nasogastrik,

penggantian cairan dan elektrolit yang hilang secara intravena, tirah baring dalam

posisi fowler, pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab inflamasi

lainnya (bila mungkin), dan tindakan untuk menghilangkan nyeri (Price & Wilson,

2005).

1
2

Angka kejadian penyakit peritonitis di Amerika pada tahun 2011

diperkirakan 750 ribu pertahun dan akan meningkat bila pasien jatuh dalam

keadaan syok . Dalam setiap jamnya didapatkan 25 pasien mengalami syok

dan satu dari tiga pasien syok berakhir dengan kematian. Angka insiden ini

meningkat 91,3% dalam sepuluh tahun terakhir dan merupakan penyebab

terbanyak kematian di ICU diluar penyebab penyakit peritonitis. Angka

insidensi syok masih tetap meningkat selama beberapa dekade, rata-rata

angka mortalitas yang disebabkannya juga cenderung konstan atau hanya

sedikit mengalami penurunan.Kejadian peritonitis tersebut dapat memberikan

dampak yang sangat kompleks bagi tubuh.Adanya penyakit peritonitis menjadikan

kasus ini menjadi prognosis yang buruk.

Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian peritonitis di sebagian besar

wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang

menderita penyakit peritonitis berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di

Indonesia atau sekitar 179.000 orang (Depkes, RI 2008)

Hasil survey Jawa Tengah tahun 2009, jumlah kasus peritonitis dilaporkan

sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya menyababkan kematian. Jumlah penderita

peritonitis tertinggi ada di Kota Semarang, yakni 970 orang. (Dinkes Jateng,2009).

Berdasarkan data yang diperoleh di ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KUDUS, dalam kurun waktu enam bulan terakhir dari bulan Januari 2014 sampai

bulan Juni 2014 tercatat ada 32 pasien dengan diagnosa Peritonitis dari 236 pasien

yang dirawat, dengan presentase 3,8%. Atas dasar karakteristik itulah penyusun

akan memaparkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan peritonitis dalam

bentuk kasus yang penyusun laksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Kudus
3

B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan Usulan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan

Keperawatan Pada Klien dengan gangguan sistem pencernaan Peritonitis.

Asuhan Keperawatan ini menggunakan metode proses keperawatan lima tahap

yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

C. Tujuan Penyusunan

1. Tujuan Umum.

Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu mampu mendokumetasikan

asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Peritonitis di Ruang ICU RSUD Kab.

Kudus

2. Tujuan Khusus.

a. Dapat mendokumentasikan pengkajian keperawatan pada klien dengan

Peritonitis.

b. Dapat mendokumentasikan masalah keperawatan klien dengan Peritonitis.

c. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan Peritonis.

d. Dapat mendokumentasikan tindakan keperawatan sesuai perencanaan

dengan Peritonitis.

e. Dapat mendokumentasikan evaluasi keperawatan dengan Peritonitis.

D. Metode Penyusunan.

Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini adalah metode

deskriptif berbentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan. Tehnik-

tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara.
4

Mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi lisan yang didapat secara

langsung dari klien maupun keluarga yang berhubungan dengan masalah

kesehatan yang sedang dirasakan klien saat ini.

2. Observasi.

Mengamati keadaan klien dan respon klien, untuk memperoleh data objektif

tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan.

3. Pemeriksaan Fisik.

Memeriksa keadaan fisik klien secara sistematis dan menyeluruh dengan

menggunakan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

4. Studi Dokumentasi.

Membaca catatan perawat dan catatan medis yang berhubungan dengan klien,

selama klien ada di rumah sakit.

5. Studi kepustakaan.

Mengumpulkan informasi dari bahan-bahan bacaan sebagai literatur yang

relevan dengan kasus yang diambil sebagai bahan dalam pembuatan karya

tulis.
5

E. Sistematika Penyusunan

Penyusunan laporan kasus ini terdiri dari 5 bab yaitu :

Bab I Berisi Pendahuluan

Yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penyusunan, ruang

lingkup penyusunan, metode penyusunan serta sistematika penyusunan.

Bab II Tinjauan Teori

Terdiri dari landasan teori kasus dan tinjauan asuhan keperawatan.

Bab III Tinjauan asuhan keperawatan.

Terdiri dari pengkajian keperawatan, analisa data, diagnosa keperawatan,

perencanaan tindakan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Bab IV terdiri dari Pembahasan

Meliputi analisa proses keperawatan

Bab V adalah Penutup

Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN

Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi

berbahaya akibat penybaran infeksi dari organ-organ abdomen (apendiksitis,

pankreatitis, dan lain-lain) ruptur saluran cerna dan luka tembus abdomen.

(Padila, 2012).

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum dan mungkin disebabkan oleh

bakteri ( misalnya dari perforasi usus ) atau akibat pelepasan iritan kimiawi,

misalnya empedu, asam lambung, atau enzim pancreas (Brooker, 2009).

Peritonitis adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa yang sering

bersamaan dengan kondisi bakteremia dan sindroma sepsis. (Dahlan.M, 2004)

B. ETIOLOGI

Penyebab peritonitis menurut Hughes, 2012 adalah :

a. Infeksi bakteri

1) Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal.

2) Appendisitis yang meradang dan perforasi .

3) Tukak peptik (lambung/dudenum).

4) Tukak thypoid.

5) Tukan disentri amuba/ colitis

6) Tukak pada tumor

7) Salpingitis

8) Divertikulitis (radang usus)

6
7

Kuman yang paling sering ialah bakteri coli, streptokokus U dan B

hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya

adalah clostrdiumwechii.

b. Secara langsung dari luar

1) Operasi yang tidak steril

2) Tercontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamide, terjadi

Peritonitis yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai

responterhadap benda asing, disebut juga Peritonitis granulomatosa serta

merupakan Peritonitis local.

3) Trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa, ruptur hati

4) Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis.Terbentuk

pula peritonitis granulomatos.

c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang

saluran pernapasan bagi atas, otitis media, mastoiditis,

glomerulonepritis.Penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokokus.

C. KLASIFIKASI

a. Peritonitis Primer

Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum,

kuman masuk kedalam rongga peritoneum melalui aliran darah/pada

pasien perempuan melalui alat genital.

b. Peritonitis Sekunder

Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam jumlah yang

cukup banyak.

c. Peritonitis karena pemasangan benda asing kerongga peritoneum,

misalnya pemasangan kateter


8

1) Kateter ventrikula peritoneal

2) Kateter peritoneal jugular

3) Continuos ambulatory peritoneal dyalisis. (Padila, 2012)

D. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah: gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi

abdomen ke paru, pembentukan luka dan pembentukan abses. (Haryono,

2012)

E. MANIFESTASI KLINIS

Menuerut (Kowalak & Hughes, 2010) Manifestasi klinis yang sering

muncul pada pasien peritonitis adalah:

a. Distensi abdomen

a. Rigiditas abdomen

b. Nyeri tekan pada abdomen

c. Bising usus menurun bahkan hilang

d. Demam

e. Mual bahkan muntah

f. Takikardia

g. Takipnea
9

F. PATOFISIOLOGI

Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen kedalam rongga

abdomen, biasanya diakibatkan dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau

perforasi tumor (Dahlan, 2004)

Awalnya mikroorganisme masuk kedalam rongga abdomen adalah steril tetapi

dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.akibatnya timbul edema jaringan

dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan

bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan

darah.Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotilitas, di ikuti

oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan didalam usus besar.

Timbulnya peritonitis Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena

kapiler dan membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak

dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel.

Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai

respon hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan

selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba untuk

mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal,

produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan

curah jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.

Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen

mengalami oedem.Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah

kapiler organ-organ tersebut meninggi.Pengumpulan cairan didalam rongga

peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra

peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal

menyebabkan hipovolemia.Hipovolemia bertambah dengan adanya


10

kenaikan suhu, masukan yang tidak ada, serta muntah.Terjebaknya cairan

di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan tekana

intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan

menimbulkan penurunan perfusi.Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas

pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul

peritonitis umum.Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas

peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi

atoni dan meregang.Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,

mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oliguria.Perlekatan

dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang dan dapat

mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.

Peritonitis adalah komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran

infeksi.Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya

eksudat fibrinosa.Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan

fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga

membatasi infeksi. (Padila, 2012)


11

G. PATHWAYS
Mikroorganisme, apenddiksitis, tukak Inflamasi pada
peptik, disentri, divertilikus, dan operasi peritonium
yg tidak steril

peritonitis

Depolarisasi bakteri dan Pelepasan berbagai mediator kimiawi (histamine, Perangsangan pirogen di
virus kesistem GE bradikinin, serotonin) hipotalamus

Gangguan pada lambung Menyebabkan edema pada dinding abdomen


(meningkatan HCl) Memicu pengeluaran prostaglandin
Pengumpulan cairan di rongga peritoneum

Reaksi mual dan muntah


Merangsang saraf Memacu kerja thermostat hipotalamus
Kehilangan sejumlah besar cairan perasa nyeri
Ketidak seimbangan nutrisi Suhu tubuh meningkat
kurang dari kebutuhan tubuh
Dehidrasi Nyeri
Hipertermi

Kekurangan volume cairan

(Padila, 2012)
12

H. PENATALAKSANAAN

Pada penatalaksanaan pasien Peritonitis penggantian cairan, koloid dan

elektrolit adalah fokus utama.

Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan

sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanul nasal atau

masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang

intubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan.

Terapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi

hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan terapi

modulasi respon peradangan.

Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di

dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah

sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani

eksplorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis

dengan hemodinamik stabil.Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen

harus di eksplorasi terlebih dahulu.Bila luka menembus peritonium maka

tindakan laparatomi diperlukan.Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok,

hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rektum,

adanya udara bebas intraperitonel dan lavase peritoneal yang positif juga

merupakan indikasi melakukan laparatomi.Bila tidak ada, pasien harus

diobservasi selama 24-48 jam.Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan

agar dilakukan laparatomi. (Haryono, 2012).


13

I. PENGKAJIAN FOCUS

a. Riwayat Kesehatan:

1) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan

pasien berobat atau keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama kali

masuk rumah sakit.

Pada klien dengan peritonitis biasanya mengeluh nyeri dibagian perut

sebelah kanan.

2) Riwayat kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang adalah menggambarkan riwayat

kesehatan saat ini.

Pada klien dengan peritonitis umumnya mengalami nyeri tekan di

bagian perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.demam, mual,

muntah, bising usus menurun bahkan hilang, takikardi, takipnea.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat kesehatan dahulu adalah riwayat penyakit yang merupakan

predisposisi terjadinya penyakit saat ini.

Pada klien dengan peritonitis mempunayai riwayat ruptur saluran

cerna, komplikasi post operasi, operasi yang tidak steril dan akibat

pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.

c. Pada penulisan ini menggunakan pendekaatan pola fungsi kesehatan menurut

Gordon:

1) Pola Persepsi Kesehatan atau Menejemen Kesehatan


14

Menggambarkan persepsi klien terhadap keluhan apa yang dialami

klien, dan tindakan apa yang dilakukan sebelum masuk rumah sakit.

Pada klien dengan peritonitis mengeluh nyeri berat dibagian perut

sebelah kanan dan menjalar ke pinggang dan umumnya telah

dilakukan tindakan dengan obat anti-nyeri.

2) Pola Nutrisi-Metabolik

Menggambarkan asupan nutrisi, cairan dan elektrolit, kondisi kulit

dan rambut, nafsu makan, diet khusus/suplemen yang dikonsumsi,

instruksi diet sebelumnya, jumlah makan atau minum serta cairan

yang masuk, ada tidaknya mual, muntah, kekeringan, kebutuhan

jumlah zat gizinya, dan lain-lain.

Pada pasien peritonitis klien akan mengalami mual. Vomit dapat

muncul akibat proses patologis organ visceral (seperti obstruksi) atau

secara sekunder akibat iritasi peritoneal, selain itu terjadi distensi

abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun

(<12x/menit). Diet yang diberikan berupa makanan cair seperti bubur

saring dan diberikan melalui NGT.

3) Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi menggambarkan eliminasi pengeluaran sistem

pencernaan, perkemihan, integumen, dan pernafasan.

Pada klien dengan peritonitis terjadi penurunan produksi urin,

ketidakmampuan defekasi, turgor kulit menurun akibat kekurangan

volume cairan, takipnea, .

4) Pola Kognitif Perseptual


15

Menggambarkan kemampuan proses berpikir klien, memori,

tingkat kesadaran, dan kemampuan mendengar, melihat, merasakan,

meraba, dan mencium, serta sensori nyeri.

Pada klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada

otak namun hanya mengalami penurunan kesadaran, adanya nyeri

tekan pada abdomen.

5) Pola Aktivitas/Latihan

Menggambarkan tingkat kemampuan aktivitas dan latihan, selain

itu, fungsi respirasi dan fungsi sirkulasi.

Pada klien dengan peritonitis mengalami letih, sulit

berjalan.Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot

mengalami kelelahan. Pola nafas iregular (RR> 20x/menit), klien

mengalami takikardi, akral : dingin, basah, dan pucat.

6) Pola Istirahat dan Tidur

Pola istirahat tidur menggambarkan kemampuan pasien

mempertahankan waktu istirahat tidur serta kesulitan yang dialami

saat istirahat tidur.

Pada klien dengan peritonitis didapati mengalami kesulitan tidur

karena nyeri.

7) Pola Nilai dan Kepercayaan

Pola nilai dan kepercayaan menggambarkan pantangan dalam

agama selama sakit serta kebutuhan adanya kerohanian dan lain-lain.


16

Pengaruh latar belakang sosial, faktor budaya, larangan agama

mempengaruhi sikap tentang penyakit yang sedang

dialaminya.Adakah ganggauan dalam peaksanaan ibadah sehari-hari.

8) Pola Peran dan Hubungan Interpersonal

Pola peran dan hubungan menggambarkan status pekerjaan,

kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan

gangguan terhadap peran yang dilakukan.

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan

interpersonaldan mengalami hambatan dalam menjalankan perannya

selama sakit.

9) Pola Persepsi atau Konsep Diri

Pola persepsi menggambarkan tentang dirinya dari masalah-

masalah yang adaseperti perasaan kecemasan, kekuatan atau penilaian

terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri,

dan identitas tentang dirinya.

Pada klien dengan peritonitis terjadi perubahan emosional

10) Pola Koping/Toleransi Stres

Pola koping/toleransi stres menggambarkan kemampuan untuk

menangani stres dan penggunaan sistem pendukung.

Pada klien engan peritonitis di dapati tingkat kecemasan pada

tingkat berat

11) Pola Reproduksi dan Seksual

Pola reproduksi dan seksual menggambarkan periode menstruasi

terakhir, masalah menstruasi, masalah pap smear, pemerikasaan


17

payudara/testis sendiri tiap bulan, dan masalah seksual yang

berhubungan dengan penyakit.

Pada pola ini, pada wanita berhubungan dengan kehamilan,

jumlah anak, menstruasi, pernah terjangkit penyakit menular sehingga

menghindari aktivitas seksual. Pada pasien yang telah atau sudah

menikah akan terjadi perubahan.

d. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien Peritonitis:

1) Kesadaran dan Keadaan Umum Klien

Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk

ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi

penilaian secara kualitatis seperti kompos mentis, apatis, somnolen,

spoor, koma dan delirium, dan status gizinya, GCS (Glasow Coma

Skala).

2) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

(1) Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan

infeksi intra abdomen menunjukan adanya luokositosis.

(2) Cairan peritoneal

(3) Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran

kemih

Pemeriksaan Radiologi

(1) Foto polos abdomen memperlihatkan distensi disertai edema

dan pembentukan gas dalam usus

(2) USG
18

(3) Foto rontgen abdomen memperlihatkan distensi disertai

edema dan pembentukan gas dalam usus halus dan usus besar

atau pada kasus perforasi organ viceral.Foto tersebut

menunjukan udara bebas dibawah diafragma.

(4) Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan diafragma


19

J. Diagnosa Keperawatan

Dignosa kepeawatan adalah penilaian klinis mengenai pengalaman/respon

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau

potensial/proses hidup. (Herdman, 2013)

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keehilangan cairan aktif

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerana makanan

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

4) Hipertemi berhubungan dengan penyakit.

5) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.

K. Perencanaan Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keehilangan cairan aktif

1) Tujuan

Pesien dapat mempertahankan cairan tubuh secara adekuat

2) Kriteria hasil

Data subjektif: asupan dan keluaran cairan seimbang, produksi urin

normal

Data objektif: membran mukosa lembab, tanda-tanda dehidrasi

menurun

Tabel 1 Intervensi dan Rasional 1

Intervensi Rasional

1. Monitor TTV 1. Membantu dalam mengobservasi


dan mengevaluasi deficit /
keefektipan penggatian terapi
cairan dan respon terhadap
pengobatan.
20

2. Monitor status dehidrasi ( 2. Tanda tanda tersebut meunukan


kelembaban membran mukosa, kehilangan cairan berlebih
Tugor kulit dan balance cairan)

3. Pertahankan intake dan output 3. Untuk mempertahankan


yang adekuat. keseimbangan elektrolit.

4. Kolaborasi untuk pemberian 4. Untuk memperbaiki cairan yang


cairan IV. hilang.

NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,

Prima Medika, NANDA.

b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mencerana makanan

1) Tujuan:

Klien dapat meningkatkan status nutrisi

2) Kriteria hasil:

Data subjektif: klien mengatakan nafsu makan meningkat

Data objektif: tidak terjadi mual dan muntah, trugor kulit baik

Tabel 2 Intervensi dan Rasional 2

Intervensi Rasional

1. Kaji kebutuhan nutrisi pasien. 1. Sebagai informasi dasar untuk


perencanaan awal da palidasi data.

2. Menghindarkan terjadinya
2. Atur posisi semi fowler selama muntah.
pemberian nutrisi.
3. Untuk meningkatkan intake dan
21

3. Tingkatkan intake pemberian menghindarkan mual.


nutrisi (susu) sajikan dalam
kondisi hangat.
4. Meningkatka intake makanan.

4. Tingkatka intake nutrisi, sedikit


tapi sering.
5. Menurunkan mual/muntah yang

5. Kolaborasi dengan dokter untuk dapat meningkatkan tekanan/nyeri

pemberian antiemetik intrabdomen.

6. Klaborasi dengan ahli gizi dalam 6. Agar dapat memberikan nutrisi

diet yang tepat pada klien

NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,

Prima Medika, NANDA.

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

1) Tujuan:

Klien mampu toleransi tehadap nyeri dan mengontrol nyeri

2) Kriteria hasil:

Data subjektif: klien mengatakan/melaporkan nyeri berkurang

Data objektif: ekspresi wajah tampak rileks, skala nyeri (0-3)

Tabel 3 Intervensi dan Rasional 3

Intervensi Rasional

1. Observasi kualitas nyeri pasien 1. Mengidentifikasi kebutuhan untuk

(skala, frekuensi, durasi) intervensi dan tanda-tanda


22

komplikasi

2. Gunakan komunikasi terapeutik

untuk mengetahui pengalaman 2. Pengalaman nyeri akan menaikan

nyeri pasien resistensi terhadap nyeri.

3. Pertahankan posisi semi Fowler

sesuai indikasi 3. Memudahkan drainase cairan/luka

karena gravutasi dan membantu

meminimalkan nyeri karena

4. Berikan tindakan kenyamanan, gerakan.

contoh pijatan punggung, napas

dalam, latihan relaksasi atau 4. Meningkatkan relaksasi dan

visualisasi. mungkin meningkatkan

kemampuan koping pasien denagn

memfokuskan kembali perhatian.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik
5. Nyeri biasanya berat dan

memerlukan pengontrol nyeri

narkotik, analgesik dihindari dari

proses diagnosis karena dapat

menutupi gejala.

NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,

Prima Medika, NANDA.


23

d. Hipertemi berhubungan dengan penyakit

1) Tujuan:

Klien mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

2) Kriteria hasil:

Data subjektif: klien mengatakan tidak demam

Data objektif: suhu tubuh normal (36-37C).

Tabel 4 Intervensi dan Rasional 4

Intervensi Rasional

1. Monitor warna dan suhu kulit 1. Tindakan ini sebagai dasar untuk

menentukan intervensi

2. Berikan kompres hangat pada 2. Kompres hangat memberikan

dahi, ketiak, dan lipatan paha efekvasodilatasi pembuluh darah,

sehingga mempercepat penguapan

tubuh.

3. Anjurkan klien untuk 3. Untuk mengontrol panas

menggunakan pakaian yang tipis

4. Berikan cairan parenteral sesuai 4. Penggantian cairan akibat

program medis penguapan panas tubuh

5. Kolaborasi dengan dokter untuk 5. Untuk menurunkan panas

pemberian antipiretik

NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,

Prima Medika, NANDA.

e. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.


24

Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit.

Kriteria hasil :

Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka.

Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka.

Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

Tabel 5 Intervensi dan Rasional 5

Intervensi Rasional

1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM 1. Meningkatkan aliran darah kesemua


(range of motion) dan mobilisasi jika daerah
mungkin

2. Rubah posisi tiap 2 jam


2. Menghindari tekanan dan
meningkatkan aliran darah

3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang


lunak di bawah daerah-daerah yang 3. Menghindari tekanan yang berlebih
menonjol pada daerah yang menonjol

4. Lakukan massage pada daerah yang


menonjol yang baru mengalami tekanan 4. Menghindari kerusakan-kerusakan
pada waktu berubah posisi kapiler-kapiler

5. Observasi terhadap eritema dan 5. Hangat dan pelunakan adalah tanda


kepucatan dan palpasi area sekitar kerusakan jaringan
terhadap kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap merubah posisi
25

6. Jaga kebersihan kulit dan seminimal 6. Mempertahankan keutuhan kulit


mungkin hindari trauma, panas terhadap
kulit

NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,

Prima Medika, NANDA.


26

Daftar Pustaka

Brooker, C. (2009). Ensiclopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.

Chandra, B. (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC.

Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta:

Gosyen Publishing.

Herdman, H. (2013). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta: EGC.

Dahlan. M., Jusi. D., Sjamsuhidajat. R., 2000, Gawat Abdomen dalam Buku Ajar Ilmu

Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta

Kowalak, J. P., & Hughes, A. S. (2010). Buku Saku Tanda dan Gejala: Pemeriksaan

Fisik dan Anamnesis, Penyebab, Tip Klinis, Ed. 2. Jakarta: EGC.

Kowalak, j. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:

EGC.

Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Widjaja, H. (2009). Anatomi Abdomen. Jakarta: EGC.

NANDA, (2006). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa,

Prima Medika,
27

BAB III

TINJAUAN KASUS

Nama mahasiswa : Hirwan januardi

Nim : XIII.11.1043

Tanggal Pengkajian : 19 November 2013

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas Pasien

Nama : Tn.S

Umur : 22Tahun

Jenis kelamin : laki- laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : tani

Suku/Bangsa : Jawa

Status Perkawinan : belum kawin

Alamat : Jati Wetan 07/02

Tanggal masuk RS : 10 November 2013

No. RM :

Diagnose Medis : Peritonitis

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. K

27
28

Umur : 32 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Jati Wetan

Hubungan dengan pasien : Kakak Pasien

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama tidak didapatkan, karena pasien soporocoma


b. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 1 Minggu pasien mengeluh perut sakit terutama ulu

hati, merasa mual dan muntah , BAB warna coklat, BAK

kuning, berlendir KU : baik, lalu dibawa ke IGD RSUD Kab.

Kudus dan diberikan terapi RL Guyur 1 habis Continue 20

tetes/menit, injeksi ranitidine 4x1 ampl, keterolac 3x1 ampl,

cefotaxim 2x1 gr, lalu pasien di bawa ke ruang ICU untuk

mendapatkan perawatan intensif.

c. Riwayat Penyakit dahulu

Keluarga pasien mengatakan belum pernah mengalami

penyakit seperti ini sebelumnya, dan belum pernah diopname

sebelumnya.
29

d. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga mengatakan di dalam keluarganya tidak pernah ada

yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien sebelumnya.

Dan di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular

seperti (HIV, Hepatitis)

e. Riwayat alergi

Keluarga pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi

makan-makanan, obat-obatan maupun cuaca.

f. Genogram

pasien

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal

3. Pola Fungsional

Menurut Virgina Henderson :

a. Pola pernafasan

Selama sakit

Pasien mengatakan sesak nafas, ada pernafasan cuping hidung,

retraksi dada tidak terlihat, suara nafas vesikuler, pernafasan


30

regular dengan respirasi 18x/menit dengan irama dalam dan

cepat.

b. Pola nutrisi

Selama sakit

Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari

NGT 3x/hari jumlah 750 cc

Minum : -

Antropometri :

BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4

BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%

: 165-100 (165-100) 10%

: 58,5 sampai 71,5 Kg

c. Pola eliminasi

Selama sakit

BAK : pasien BAK dengan menggunakan kateter dengan

volume mencapai 2500-3000cc/hari, bau khas ada aroma gula,

warna urine kuning

BAB : pasien BAB 2x setiap 1hari, dengan warna kekuningan,

bau khas, BAB encer @150cc


31

d. Pola istirahat dan tidur

Selama sakit

Pasien tidur malam 9 jam sehari, tidur malam dari pukul 21.00 -

05.00 WIB tapi sering terbangun pada malam hari, pasien tidur

siang dari jam 1400-15.00 WIB

e. Pola rasa aman dan nyaman

Selama sakit

Pasien terlihat tidak nyaman dengan keadaanya karena sakit

yang di deritanya, badannya lemah pasien tidak bisa melakukan

aktivitas apapun, hanya terbaring di tempat tidur.

f. Kebutuhan berpakaian

Selama sakit

Pasien ganti baju 2x/hari, pagi dan sore

g. Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh dan sirkulasi

Selama sakit

suhu tubuh pasien 3770C, pasien menggunakan selimut selama

dirawat Rumah Sakit

h. Kebutuhan personal Hygiene

Selama sakit

Pasien mandi dengan di sibin 2x sehari dibantu perawat karena

tubuhnya lemas, gosok gigi setiap pagi menggunakan

nacl+betadine.
32

i. Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh

Selama sakit

Keterangan 0 1 2 3 4

Makan dan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilisasi

j. Kebutuhan komunikasi dengan orang lain

Selama sakit

Pasien masih bisa berkomunikasi dengan keluarga pada jam

jenguk. Pasien mengalami penurunan optimism, emosi stabil.

k. Kebutuhan spiritual

Selama sakit

Pasien tidak pernah shalat 5 waktu di Rumah Sakit.

l. Kebutuhan bekerja

Selama sakit

Pasien tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai anak tertun dan

tidak bisa membantu orang tua.

m. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Selama sakit

Pasien tidak bisa bermain bersama keluarga karna penyakit yang

dideritanya.
33

n. Kebutuhan belajar

Selama sakit

Pasien hanya berbaring di tempat tidur.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : lemah

b. Kesadaran : Sopor E2 M3 V1

c. TTV :

Tekanan darah : 127/ 78 mmHg

Nadi : 141x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu : 3780 C

Spo2 : 89%

d. Kepala : mesochepal, rambut hitam kotor, ada ketombe, rambut

tidak bercabang, rambut tipis, tidak ada kutu, rambut mudah rontok,

kulit kepala.

e. Wajah : simetris, wajah terlihat gelisah, pucat, tidak moon face,

tidak ada oedem

f. Mata : konjungtiva tidak anemis,seclera ikterik, ada respon cahaya

ki/ka

g. Hidung : simetris, tidak ada pembesaran polip, bisa mencium bau

dengan normal, bisa membedakan bau (minyak kayu putih dan kulit

jeruk)
34

h. Mulut : bibir sianosis, mukosa bibit kering, tidak ada perdarahan

gusi, lidah berwarna keputihan dan berbau, lidah tidak berfugnsi

merasakan makanan, gigi kekuningan ada gigi yang berlubang

i. Telinga : simetris, antara kanan dan kiri, produksi serumen tidak

sampai menggangu diameter lubang.

j. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,

k. Kulit : turgor kulit jelek 5 dtk

l. Dada :

Paru-paru :

I : simetris, ada retraksi dinding dada, ekspansi dada kanan kiri

sama

Pa : vocal premitus teraba kanan kiri sama, tidak ada nyeri

tekan

Pe : sonor

A : bunyi nafas vesikuler

Jantung :

I : ictus cordis tidak terlihat

Pa : ictus cordis teraba di intercosta ke 5 linea mid clavikula

Pe : pekak

A : S1 dan S2 reguler, tidak terdapat bunyi tambahan S3 dan

S4

m. Abdomen

I : perut datar, tidak ada bekas operasi, tidak ada lesi, tidak ada

jejas
35

A : peristaltic usus 18x/menit

Pe : Tympani

Pa: nyeri tekan pada kuadra 4

n. Genetalia : bersih, tidak ada flur albus, terpasang kateter 16

o. Ekstermitas :

Atas : pergerakan pasif, tidak ada oedem, tangan kiri terpasang

infuse RL/Ns 20 Tpm, CRT 4 detik

Bawah : kaki kanan dan kiri bergerak bebas tapi lemah, tidak

ada oedem. Tidak ada varises, tidak ada reflek patella

2 2

2 2

p. Anus : bersih, lembab, tidak ada pembesaran vena rectal

5. Data Penunjang

a. Terapi medis (tanggal 19 September 2013 )

1) Injeksi :

Cefotaxime 2 x 1000 mg

Ranitidine 2 x 100 mg

2) Ifus

Rexamin

RL/Ns 1200 cc/jam (4 jam 30 mnt)

Triopusin
36

b. Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 19 September 2013)

Pemeriksaan laborat

Albumin 2,00 gr/dl (P)3,8 (L)3.0 gr/dl

Hemoglobin 7,3 gr/dl (P) 13,5- (L) 18 gr/dl

Ureum 290,0 gr/dl 11,0 55 gr/dl

Creatinin 3,4 gr/dl 0,6- 1,36 gr/dl

Calcium 2,15 mmol/l 2,02 2,60 mmol/l

Calium 6,0 mmol/l 3,6 5,5 mmol/l

Clinik

KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1

Rambut berwarna hitam, tidak mudah rontok, rambut tipis

Konjungtiva anemis, turgor kulit 4 detik

Diet

Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari

NGT 3x/hari jumlah 750 cc

Input :

- Nutrisi cair NGT = 750 cc

- Infus Rexamin

- Infus RL/NS = 1200 cc

- Infus Triopusin 1950 cc

Output :

- Urin = 2500 cc

- BAB 2 x 150 = 300 cc

2800 cc
37

IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc

Balance Cairan = input output

= 1950 cc 2800 cc

= - 850 cc

B. ANALISA DATA

No Hari/ Data Fokus Etiologi Problem

Tgl DS&DO

1. Kami DS : - Out put Kekuranga

s/19 cairan n volume

septe DO : BAK : pasien BAK dengan berlebih cairan

mber menggunakan kateter dengan

2013 volume mencapai 2500-3000cc/hari,

bau khas ada aroma gula, warna

urine kuning

BAB : pasien BAB 2x setiap 1hari,

dengan warna kekuningan, bau

khas, BAB encer. @150 cc

mukosa bibit kering, turgor kulit

jelek, lidah berwarna keputihan dan

berbau, Suhu : 3780 C, N :

141x/mnit.

Input :
38

- Nutrisi cair NGT = 750 cc

- Infus Rexamin

- Infus RL/NS = 1200

- Infus Triopusin 1950 cc

Output :

- Urin = 2500 cc

- BAB 2 x 150 = 300 cc

2800 cc

IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc

Balance Cairan = input output

= 1950 cc 2800 cc

= - 850 cc

2. Kami DS : - Intake Gangguan

s/19 inadekuat pemenuhan

septe DO : kebutuhan

mber Makan : pasien hanya mendapatkan nutrisi

2013 asupan nutrisi cair dari NGT 3x/hari kurang dari

jumlah 750 cc kebutuhan

BAB : pasien BAB 2x setiap 1hari, tubuh

dengan warna kekuningan, bau

khas, BAB encer. @150 cc


39

Mukosa bibir sianosis

2 2

2 2

Antropometri

BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4

BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%

: 165-100 (165-100) 10%

: 65 6,5

: 58,5 sampai 71,5 Kg

Biocemical

Hb : 7,3 g/dl

Albumin : 2 g/dl

Clinical

KU : Lemah, Kesadaran spoor

E3 M4 V1, Rambut berwarna

hitam, tidak mudah rontok,


40

rambut tipis, Konjungtiva

anemis, turgor kulit jelek.

Diet

Makan : pasien hanya mendapatkan

asupan nutrisi cair dari NGT 3x/hari

jumlah 250 cc.

peristaltic usus 18x/menit

3. Kami DS : - Tirah Resiko

s/19 DO : baring gangguan

septe Pasien terlihat tidak nyaman dengan lama integritas

kulit
mber keadaanya karena sakit yang di

2013 deritanya, badannya lemah pasien

tidak bisa melakukan aktivitas

apapun, hanya terbaring di tempat

tidur, tempat tidur lembab,

KU : Lemah, Kesadaran spoor E3

M4 V1

TTV :

Tekanan darah : 127/ 78 mmHg

Nadi : 141x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu : 3780 C

Spo2 : 99%
41

C. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan out put cairan berlebih

yang di tandai dengan :

BAK : pasien BAK dengan kateter dengan volume mencapai 2500-

3000cc/hari, bau khas ada aroma gula, warna urine kuning

BAB : pasien BAB 2x setiap 1hari, dengan warna kekuningan, bau

khas, BAB encer. @150 cc

mukosa bibir kering, lidah berwarna keputihan dan berbau, Suhu :

3780 C, N : 141x/mnit.

Input :

- Nutrisi cair NGT = 750 cc

- Infus Rexamin

- Infus RL/NS = 1200 cc

- Infus Triopusin 1950 cc

Output :

- Urin = 2500 cc

- BAB 2 x 150 = 300 cc

2800 cc

IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc

Balance Cairan = input output

= 1950 cc 2800 cc
42

= - 850 cc

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubuga dengan intake inadekuat yag ditandai dengan :

DO : Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari

NGT 3x/hari jumlah 750 cc

BAB : pasien BAB 2x setiap 1hari, dengan warna kekuningan, bau

khas, BAB encer. @150 cc

peristaltic usus 18x/menit

Mukosa bibir sianosis

2 2

2 2
Antropometri

BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4

BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%

: 165-100 (165-100) 10%

: 65 6,5

: 58,5 sampai 71,5 Kg

Biocemical

Hb : 7,3 g/dl
43

Albumin : 2 g/dl

Clinical

KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1, Rambut berwarna hitam,

tidak mudah rontok, rambut tipis, Konjungtiva anemis, turgor kulit

jelek

Diet

Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari NGT

3x/hari jumlah 750 cc. peristaltic usus 18x/menit

3. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

yang di tandai dengan :

Pasien terlihat tidak nyaman dengan keadaanya karena sakit

yang di deritanya, badannya lemah pasien tidak bisa melakukan

aktivitas apapun, hanya terbaring di tempat tidur, tempat tidur

lembab.

KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1

TTV :

Tekanan darah : 127/ 78 mmHg

Nadi : 141x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu : 3780 C

Spo2 : 99%

D. Intervensi Keperawatan
44

No.
Hari/Tgl Tujuan Intervensi Rasional
Dx

Kamis I. Setelah dilakukan 5. Monitor TTV 5. Membantu

19 tindakan keperawatan dalam

Septemb 3x24 jam Pasien dapat mengobservas

er 2013 mempertahankan cairan i dan

tubuh secra adekuat. mengevaluasi

10.00 dengn : deficit /

WIB KH : keefektipan

1. Membrane mukosa penggatian

lembab. terapi cairan

2. Tugor kulit dan respon

membaik. terhadap

3. Suhu dalam batas pengobatan.

normal.

6. Monitor status 6. Tanda tanda

dehidrasi ( tersebut

kelembaban meunukan

membran mukosa, kehilangan

Tugor kulit dan cairan

balance cairan) berlebih


45

7. Pertahankan intake 7. Untuk

dan output yang mempertahan

adekuat. kan

keseimbangan

elektrolit.

8. Kolaborasi untuk 8. Untuk

pemberian cairan memperbaiki

IV. cairan yang

hilang.
46

Kamis II. Setelah dilakukan 1. Kaji kebutuhan 1. Sebagai

19 tindakan keperawatan nutrisi pasien. informasi

Septemb 3x24 jam diharapkan dasar untuk

er 2013 pasien dapat perencanaan

meningkatkan status awal da

nutrisi dengan KH : palidasi data.

1. BB meningkat

2. Fases padat

3. Susu masuk 1000

ml/hari 2. Atur posisi semi 2. Menghindarka

fowler selama n terjadinya

pemberian nutrisi. muntah.

3. Tingkatkan intake 3. Untuk

pemberian nutrisi meningkatkan

(susu) sajikan intake dan

dalam kondisi menghindarka

hangat. n mual.

4. Klaborasi dengan ahli


4. Agar dapat
gizi dalam diet memberikan

nutrisi yang

tepat pada klie


47

Kamis III. Setelah dilakukan 1. Anjurkan untuk 1. Meningkatkan

19 tindakan keperawatan melakukan latihan aliran darah

Septemb selama 3x24 jam tidak ROM (range of kesemua

terjadi kerusakan motion) dan daerah


er 2013
integritas kuli dengan mobilisasi jika

KH: mungkin.

1. Tidak ada luka

2. Kulit lembab 2. Menghindari


2. Rubah posisi tiap 2
3. Perfusi jaringan baik tekanan dan
jam.
4. Warna kulit tidak pucat meningkatkan

aliran darah

3. Gunakan bantal air

atau pengganjal yang


3. Menghindari
lunak di bawah
tekanan yang
daerah-daerah yang
berlebih pada
menonjol.
daerah yang

menonjol

4. Lakukan massage

pada daerah yang

menonjol yang baru

mengalami tekanan 4. Menghindari

pada waktu berubah kerusakan-

posisi. kerusakan
48

kapiler-kapiler

5. Observasi terhadap 5. Hangat dan

eritema dan pelunakan

kepucatan dan palpasi adalah tanda

area sekitar terhadap kerusakan

kehangatan dan jaringan.

pelunakan jaringan

tiap merubah posisi.

6. Mempertahank
6. Jaga kebersihan kulit
an keutuhan
dan seminimal
kulit
mungkin hindari

trauma, panas

terhadap kulit
49

E. Implementasi Keperawatan

No.
Hari/Tgl Implementasi Respon TTD
Dx

Kamis I Memonitor TTV DS: -

19 DO: Tekanan darah : 127/ 78

septemb mmHg

er 2013 Nadi : 141x/menit

08.30 Respirasi : 18x/menit

Suhu : 3780 C

Spo2 : 99%

09.00 II Mengkaji kebutuhan nutrisi DS: -

pasien. DO:

Antropometri

BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4

BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%

: 165-100 (165-100) 10%

: 65 6,5

: 58,5 sampai 71,5 Kg

Biocemical
50

Hb : 7,3 g/dl

Albumin : 2 g/dl

Clinical

KU : Lemah, Kesadaran

spoor E3 M4 V1, Rambut

berwarna hitam,tidak mudah

rontok, rambut tipis,

Konjungtiva anemis, turgor

kulit jelek

Diet

Makan : pasien hanya

mendapatkan asupan nutrisi

cair dari NGT3x/hari jumlah

750 cc. peristaltic usus

18x/menit

10.00 III Observasi terhadap eritema dan DS: -

kepucatan dan palpasi area DO: punggung teraba hangat,

sekitar terhadap kehangatan dan


lemabab, kemerahan.
pelunakan jaringan tiap

merubah posisi.

Atur posisi semi fowler


10.15 II DS:-
selama pemberian nutrisi.
DO: pasien terlihat nyama
51

10.30 III Rubah posisi tiap 2 jam. DS:-

DO: pasien terlihat nyaman

11.30 I Pertahankan intake dan DS:-

output yang adekuat. DO:pasien hanya mendapatkan

asupan nutrisi cair dari

NGT 3x/hari jumlah

750 cc

12.00 II Tingkatkan intake pemberian DS:-

nutrisi (susu) sajikan dalam DO: nutrisi cair dari NGT

kondisi hangat. 3x/hari jumlah 750 cc

dalam keadaan hangat.

12.15 III Gunakan bantal air atau DS:-

pengganjal yang lunak di


DO:pasien terlihat nyaman
bawah daerah-daerah yang

menonjol.

12.30 I DS:-
Kolaborasi untuk pemberian
DO: Cefotaxime 2 x 1000 mg
cairan IV.
Ranitidine 2 x 100 mg

12.40 II DS:-
Klaborasi dengan ahli gizi
DO: pasien mendapatkan
dalam diet
nutrisi cair dari NGT

3x/hari jumlah 750 cc


52

dalam keadaan hangat.

12.45 III Lakukan massage pada daerah DS:-

yang menonjol yang baru DO:paisen terlihat nyaman,


mengalami tekanan pada waktu
dan tidak ada benjolan
berubah posisi.
yang abnormal.

Jaga kebersihan kulit dan


13.00 III DS:-
seminimal mungkin hindari
DO:pasien terlihat nyaman.
trauma, panas terhadap kulit

Monitor status dehidrasi (


13.15 I kelembaban membran DS: -

mukosa, Tugor kulit dan DO: mukosa bibir kering,

balance cairan) tugor kulit jelek,

Input :

- Nutrisi cair NGT = 750 cc

- Infus Rexamin
- Infus RL/NS 1200 cc
- Infus Triopusin 1950 cc

Output :

- Urin = 2500 cc

- BAB 2 x 150= 300 cc

2800 cc

IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc
53

Balance Cairan

= input output

= 1950 cc 2800 cc

= - 850 cc

Jumat I Monitor TTV DS : -

20 DO: Tekanan darah : 147/ 88

septemb mmHg

er 2013 Nadi : 151x/menit

08.30 Respirasi : 18x/menit

Suhu : 3780 C

Spo2 : 78%

09.00 II Kaji kebutuhan nutrisi DS: -

pasien. DO:

Antropometri

BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4

BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%

: 165-100 (165-100) 10%


54

: 65 6,5

: 58,5 sampai 71,5 Kg

Biocemical

Hb : 7,3 g/dl

Albumin : 2gr/dl

Clinical

KU : Lemah, Kesadaran

spoor E3 M4 V1, Rambut

berwarna hitam,tidak mudah

rontok, rambut tipis,

Konjungtiva anemis, turgor

kulit jelek

Diit

Makan : pasien hanya

mendapatkan asupan nutrisi

cair dari NGT3x/hari jumlah

750 cc. peristaltic usus

18x/menit

10.15 III Observasi terhadap eritema dan DS: -

kepucatan dan palpasi area


DO: punggung teraba hangat,
sekitar terhadap kehangatan dan
lemabab, kemerahan.
pelunakan jaringan tiap

merubah posisi.
55

10.30 I Monitor status dehidrasi (

kelembaban membran DS: -

mukosa, Tugor kulit dan DO: mukosa bibir kering,

balance cairan) tugor kulit jelek,

Input :

- Nutrisi cair NGT = 750 cc

- Infus Rexamin

- Infus RL/NS 1200 cc

- Infus Triopusin 1950 cc

Output :

- Urin = 2800 cc

- BAB 1 x 150= 150 cc

2950 cc

IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc

Balance Cairan

= input output

= 1950 cc 2950 cc

= - 1000 cc

11.30 II mengatur posisi semi fowler DS:-

selama pemberian nutrisi. DO: pasien terlihat nyaman

tidak muntah
56

merubah posisi tiap 2 jam.


12.00 III DS:-

DO: pasien terlihat nyaman

12.15 I DS:-
Pertahankan intake dan
DO:pasien hanya mendapatkan
output yang adekuat.
asupan nutrisi cair dari

NGT 3x/hari jumlah

750 cc

12.40 II DS:-
Tingkatkan intake pemberian
DO: nutrisi cair dari NGT
nutrisi (susu) sajikan dalam
3x/hari jumlah 750 cc
kondisi hangat.
dalam keadaan hangat.

DS:-
Gunakan bantal air atau
13.00 III DO:pasien terlihat nyaman,
pengganjal yang lunak di

bawah daerah-daerah yang

menonjol.

13.15 I Kolaborasi untuk pemberian DS:-

cairan IV. DO: Cefotaxime 2 x 1000 mg

Ranitidine 2 x 100 mg

II Klaborasi dengan ahli gizi DS:-

dalam diet DO: pasien mendapatkan

nutrisi cair dari NGT

3x/hari jumlah 750 cc


57

dalam keadaan hangat


Lakukan massage pada daerah
III DS:-
yang menonjol yang baru
DO:paisen terlihat nyaman
mengalami tekanan pada waktu

berubah posisi.

III Jaga kebersihan kulit dan DS:-

seminimal mungkin hindari DO:pasien terlihat nyaman.

trauma, panas terhadap kulit

Sabtu I Monitor TTV DS : -

21 DO: Tekanan darah : 137/ 88

septemb mmHg

er 2013 Nadi : 148x/menit

08.30 Respirasi : 18x/menit

Suhu : 370 C

Spo2 : 89%

09.00 II Kaji kebutuhan nutrisi DS: -

pasien. DO:

Antropometri

BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm
58

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4

BBI : Tb-100 (Tb-100) 10%

:165-100 (165-100) 10%

: 65 6,5

: 58,5 sampai 71,5 Kg

Biocemical

Hb : 7,7 g/dl

Clinical

KU : Lemah, Kesadaran

spoor E3 M4 V1, Rambut

berwarna hitam,tidak mudah

rontok, rambut tipis,

Konjungtiva anemis, turgor

kulit jelek

Diit

Makan : pasien hanya

mendapatkan asupan nutrisi

cair dari NGT3x/hari jumlah

750 cc. peristaltic usus

18x/menit
59

10.00 III Observasi terhadap eritema dan DS: -

kepucatan dan palpasi area DO: punggung teraba hangat,

sekitar terhadap kehangatan dan lembab, kemerahan.


pelunakan jaringan tiap

merubah posisi.

10.15 I
Monitor status dehidrasi (
DS: -
kelembaban membran
DO: mukosa bibir kering,
mukosa, Tugor kulit dan
tugor kulit jelek,
balance cairan)
Input :

- Nutrisi cair NGT = 750 cc

- Infus Rexamin

- Infus RL/NS 1200 cc

- Infus Triopusin 1950 cc

Output :

- Urin = 2550 cc

- BAB 2 x 150= 300 cc

2850 cc

IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc

Balance Cairan

= input output

= 1950 cc 2850 cc
60

= - 800 cc

10.30 II Atur posisi semi fowler DS:-

selama pemberian nutrisi. DO: pasien terlihat nyaman

11.30 III DS:-


Rubah posisi tiap 2 jam.
DO: pasien terlihat nyaman

12.00 I Pertahankan intake dan DS:-

output yang adekuat. DO:pasien hanya mendapatkan

asupan nutrisi cair dari

NGT 3x/hari jumlah

750 cc

12.15 II Tingkatkan intake pemberian

nutrisi (susu) sajikan dalam DS:-

kondisi hangat. DO: nutrisi cair dari NGT

3x/hari jumlah 750 cc

dalam keadaan hangat.

12.40 III Gunakan bantal air atau DS:-

pengganjal yang lunak di DO:pasien terlihat nyaman

bawah daerah-daerah yang

menonjol.

Kolaborasi untuk pemberian


13.00 I DS:-
cairan IV.
DO: Cefotaxime 2 x 1000 mg

Ranitidine 2 x 100 mg
Klaborasi dengan ahli gizi
61

13.15 II dalam diet DS:-

DO: pasien mendapatkan

nutrisi cair dari NGT

3x/hari jumlah 750 cc

dalam keadaan hangat.


Lakukan massage pada daerah
13.25 III DS:-
yang menonjol yang baru
DO:paisen terlihat nyaman
mengalami tekanan pada waktu

berubah posisi.

13.30 III Jaga kebersihan kulit dan

seminimal mungkin hindari DS:-

trauma, panas terhadap kulit DO:pasien terlihat nyaman.

F. Evaluasi Keperawatan

No.
Hari/Tgl Evaluasi TTD
Dx

Kamis 19 I S :-

september

2013 O :mukosa bibir kering, tugor kulit jelek,

13.45 Input :

- Nutrisi cair NGT = 750 cc


- Infus Rexamin
- Infus RL/NS 1200 cc
- Infus Triopusin 1950 cc
62

Output :

- Urin = 2500 cc
- BAB 2 x 150= 300 cc
2800 cc
IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc

Balance Cairan = input output

= 1950 cc 2800 cc

= - 850 cc

Tekanan darah : 127/ 78 mmHg

Nadi : 141x/menit

Respirasi : 18x/menit

Suhu : 3780 C

Spo2 : 99%

A :masalah belum teratasi

P :lanjutkan semua intervensi

S:-

O:

Antropometri
II
BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4
63

BBI :Tb-100 (Tb-100) 10%

: 165-100 (165-100) 10%

: 65 6,5

: 58,5 sampai 71,5 Kg

Biocemical

Hb : 7,3 g/dl

Albumin : 2 g/dl

Clinical

KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1, Rambut

berwarna hitam,tidak mudah rontok, rambut tipis,

Konjungtiva anemis, turgor kulit jelek

Diet

Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari

NGT3x/hari jumlah 750 cc. peristaltic usus 18x/menit

- Pasien terlihat nyaman

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan semua intervensi

S: -

O:- punggung teraba hangat, lemabab, kemerahan.

- paisen terlihat nyaman, dan tidak ada benjolan yang

III abnormal.

A ; Masalah teratasi

P: Pertahankan semua intervensi.


64

Jumat 20 I S :-

september O : mukosa bibir kering, tugor kulit jelek,

2013 Input :

13.45 - Nutrisi cair NGT = 750 cc

- Infus Rexamin

- Infus RL/NS 1200 cc

- Infus Triopusin 1950 cc

Output :

- Urin = 2800 cc

- BAB 1 x 150= 150 cc

2950 cc

IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc

Balance Cairan = input output

= 1950 cc 2950 cc

= - 1000 cc

pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari NGT

3x/hari jumlah 750 cc

A :masalah belum teratasi

P :lanjutkan intervensi

S:-

O:

II Antropometri
65

BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4

BBI : Tb-100 (Tb-100) 10%

:165-100 (165-100) 10%

: 65 6,5

: 58,5 sampai 71,5 Kg

Biocemical

Hb : 7,7 g/dl

Clinical

KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1, Rambut

berwarna hitam,tidak mudah rontok, rambut tipis,

Konjungtiva anemis, turgor kulit jelek

Diit

Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair

dari NGT3x/hari jumlah 750 cc. peristaltic usus 18x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan semua intervensi

S:-

O:- punggung teraba hangat, lemabab, kemerahan.

III - Pasien terlihat nyaman


66

A: masalah teratasi

P : pertahankan semua intervensi

Sabtu I S :-

21 O :Tekanan darah : 137/ 88 mmHg

september Nadi : 148x/menit

2013 Respirasi : 18x/menit

13.45 Suhu : 370 C

Spo2 : 89%

mukosa bibir kering, tugor kulit jelek,

Input :

- Nutrisi cair NGT = 750 cc

- Infus Rexamin

- Infus RL/NS 1200 cc

- Infus Triopusin 1950 cc

Output :

- Urin = 2550 cc

- BAB 2 x 150= 300 cc

2850 cc

IWL = 15xBB/24

= 15x47/24

= 29,37 cc

Balance Cairan = input output

= 1950 cc 2850 cc

= - 800 cc
67

A :masalah belum teratasi

P :lanjutkan semua intervensi

II S:-

O : Antropometri

BB : 47 kg

TB : 165 cm

Lila : 23 cm

IMT : BB(kg)/TB(m)2

: 47/1.62

: 17,4

BBI : Tb-100 (Tb-100) 10%

:165-100 (165-100) 10%

: 65 6,5

: 58,5 sampai 71,5 Kg

Biocemical

Hb : 7,7 g/dl

Clinical

KU : Lemah, Kesadaran spoor E3 M4 V1, Rambut

berwarna hitam,tidak mudah rontok, rambut tipis,

Konjungtiva anemis, turgor kulit jelek

Diit

Makan : pasien hanya mendapatkan asupan nutrisi cair

dari NGT3x/hari jumlah 750 cc. peristaltic usus 18x/menit

A: masalah belum teratasi


68

P : Lanjutkan semua intervens

III S :-

O : punggung teraba hangat, lemabab, kemerahan.

- Pasien terlihat nyaman

A: masalah teratasi

P : pertahankan semua intervensi


69

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB IV ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan


Pada Tn S Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Peritonitis Di Ruang ICU
RSUD Kudus. Pembahasan ini meliputi komponen asuhan keperawatan yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.Adapun fokus pembahasan difokuskan pada masalah (Diagnosa
Keperawatan) berikut penatalaksanaannya dengan membandingkan antara teori
dengan kasus nyata.

1. Diagnosa keperawatan pada pasien Tn S yang sesuai dengan teori Asuhan


Keperawatan Nanda, 2013 antara lain :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan beelebih.
Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seorang atau
individu yang tidak mengalami puasa, mengalami atau berisiko
mengalami dehidrasi vaskuler interstisial atau vaskuler (Carpenito,
2005).
Kekurangan volume cairan pada kasus Tn S terjadi karena
pengeluaran cairan yang melebihi pemasukan. Bila jumlah cairan yang
masuk dan keluar setiap hari selalu seimbang tidak akan terjadi
kekurangan volume cairan.
Data yang ditemukan untuk menegakkan diagnosa ini, menurut
Nanda, 2013 yaitu : urin meningkat, turgor kulit jelek, membran
mukosa kering, dan berkeringat. Data teori tersebut sesuai dengan
pengkajian pada tanggal 19 September 2013, data untuk menegakkan
diagnosa tersebut adalah Pasien BAK menggunakan kateter volume
mencapai 2500-3000 cc/hari bau khas dan aroma gula, pasien BAB 2x
sehari encer @ 150 cc, mukosa bibir kering, turgor kulit jelek, suhu
tubuh 37,8 C, dan balance cairan = -850 cc, dan IWL 29,37 cc.

69
70

Untuk mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan


tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil membran
mukosa lembab, turgor kulit baik, dan suhu dalam batas normal.
Dengan rencana tindakan yang penulis gunakan menurut Nanda, 2013
adalah monitor tanda tanda vital, monior dehidrasi (kelembaban
membran mukosa bibir, turgor kulit, dan balance cairan), pertahankan
intake dan output yang adekuat, dan kolaborasi untuk pemberian cairan
IV.Semua intervensi secara teori dilakukan oleh penulis.
Evaluasi hasil pada tanggal 21 september 2013 didapatkan data
subjektif: data subjektif tidak dapat di temukan oleh penulis karena
pasien dalam keadaan soporocoma. Sedangkan data objektif : tekanan
darah 137/88 mmHg, Nadi : 148x/menit, RR : 37 C, SPO2 : 89%,
mukosa bibir kering, turgor kulit jelek, balance cairan = -800 cc, dan
IWL = 29,37 cc. Berdasarkan data di atas penulis menyimpulkan
masalah belum teratasi, kemudian untuk merencanakan untuk
melanjutkan semua intervensi agar kondisi pasien segera membaik dan
cairan di dalam tubuh dapat seimbang.

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake in adekuat.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Nanda, 2013).
Data yang ditemukan pada pengkajian tanggal 19 september
2013 untuk menegakkan diagnosa di atas menurut Nanda, 2013 adalah
asupan nutrisi tidak adekuat, mukosa bibir sianosis, BB menurun, dan
konjungtiva anemis. Data teori sesuai dengan pengkajian pada tanggal
19 september 2013 untuk menegakkan diagnosa tersebut adalah pasien
hanya mendapatkan asupan nutrisi cair dari NGT 3x/hari jumlah 750
cc, mukosa bibir sianosis, IMT : 17,4 BB : 47 Kg, Hb : 7,3 g/dl, dan
BAB 2x sehari encer @150 cc.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil BB
71

meningkat, BAB padat, dan susu masuk 100ml/hari. Dengan rencana


tindakan yang penulis gunakan menurut Nanda, 2013 adalah Kaji
kebutuhan nutrisi pasien, atur posisi semi fowler selama pemberian
nutrisi, tingkatkan intake pemberian nutrisi (susu) sajikan dalam
kondisi hangat, kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet. Penulis
melakukan semua rencana tindakan keperawatan tersebut tanpa
terkecuali.
Evaluasi pada tanggal 21 september 2013 di dapatkan data
subjektif : data subjektif tidak dapat di temukan oleh penulis karena
pasien dalam keadaan soporocoma. Sedangkan data objektif : BB ; 47
kg, IMT : 17,4, Hb : 7,7 g/dl, KU : lemah, kesadaran soporocoma,
konjungiva anemis, turgor kulit jelek, dan pasien hanya mendapatkan
asupan nutrisi cair dari NGT 3x/hari 750 cc.
Bedasarkan data di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
masalah belum teratasi dan melanjutkan semua intervensi aga kondisi
pasien lebih baik.
c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
Gangguan integritas kuli adalah perubahan atau gangguan
epidermis dan dermis.(Nanda, 2013). Gangguan integritas kulit pada
kasus Tn S terjadi karena pasien hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Data yang ditemukan untuk menegakkan diagnosa ini menurut
Nanda, 2013 adalah pasien lemah, suhu tubuh naik. Data teori tersebut
sesuai dengan pengkajian pada tanggal 19 september 2013 untuk
menegakkan diagnosa tersebut adalah pasien hanya terbaring di tempat
tidur, tempat tidur lembab, dan keadaan umum lemah.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis merencanakan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam jam tidak terjadi kerusakan
integritas kuli dengan KH: Tidak ada luka, kulit lembab, perfusi jaringan baik,
warna kulit tidak pucat. Dengan rencana tindakan yang penulis gunakan
menurut Nanda, 2013 adalah Anjurkan untuk melakukan latihan ROM
(range of motion) dan mobilisasi jika mungkin.rubah posisi tiap 2 jam,
gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang
menonjol, lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
72

tekanan pada waktu berubah posisi. observasi terhadap eritema dan kepucatan
dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap
merubah posisi, jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma,
panas terhadap kulit
Evaluasi pada tanggal 21 september 2013 di dapatkan data
subjektif : data subjektif tidak dapat di temukan oleh penulis karena
pasien dalam keadaan soporocoma. Sedangkan data objektif :punggung
teraba hangat, lemabab, kemerahan, Pasien terlihat nyaman.
Bedasarkan data di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
masalah teratasi dan melanjutkan untuk mempertahankan semua
intervensi.
Sedangkan diagnosa yang ada tetapi tidak diangkat di antaranya :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan
yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dan akhir
yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6
bulan.(Nanda, 2013).
Diagnosa ini tidak di angkat karena tidak ada data yang menunjang dari
pasien.
2. Hipertemi berhubungan dengan penyakit
Hipertermi merupakan penigkatan suhu tubuh di atas kisaran
normal (Nanda, 2013).
Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis karena suhu tubuh pasien masih
dalam keadaan normal.
73

BAB V

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis menarik kesimpulan dari uraian BAB terdahulu yang
berkaitan dengan tujuan yang ditetapkan.

A. KESIMPULAN
1. Peritonitis merupakan suatu masalah pada sistem pencernaan, dalam
menerapkan proses keperawatan pada TnS penulis bekerja sama
dengan perawat yang bertugas di ruangan tersebut. Masalah
keperawatan dapat muncul saat pengkajian dan sering kali masalah
baru muncul pada saat intervensi, implementasi, dan evaluasi. Untuk
itu perawat atau penulis harus memantau Tn S secara intensif dengan
cara apabila diluar jam dinas atau praktek melakukan pendelegasian
dengan perawat jaga.
2. Pada asuhan keperawatan pada Tn S yang telah dilaksanakan selama
3 hari dari tanggal 19 21 september 2013 muncul 3 masalah
keperawatan yaitu : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
out put cairan berlebih, Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubuga dengan ketidak mampuan
mencerna makanan, Resiko gangguan integritas kulit berhubungan
dengan tirah baring lama. Sedangkan diagnosa yang tidak diangkat
oleh penulis antara lain : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik, Hipertemi berhubungan dengan penyakit
3. Penulis melakukan evaluasi yaitu : Respon pasien secara formatif
Merupakan evaluasi yang di lakukan pada saat memberikan intervensi
dengan respon segera dan evaluasi sumatif Merupakan rekapitulasi dari
hasil observasi dan analisis status pasien pada saat tertentu berdasarkan
tujuan rekapitulasi dari hasil yang direncanakan pada tahap
perencanaan.
untuk mengetahui perkembangan dan kemungkinan adanya masalah
baru yag timbul.

73
74

4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan. penulis mengalami


kesulitan dalam mencari dokumentasi karena dokumentasi tersebut di
bawa para praktekan terutama para calon dokter,dan sulit mendapatkan
studi kepustakaan karena keterbatasn buku. dan penulis hanya dapat
sift selama 3 hari di ruang Dahlia. Tetapi masalah tersebut
terselesaikan dengan kerjasama antara tim kesehatan, dan teman-teman
praktekan.serta pihak keluarga pasien dan pasien yang kooperative.
B. Saran
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara holistik
hendaknya penulis memiliki skill dan pengetahuan yang cukup dan
mampu bekerja sama dengan TIM kesehatan lain.
2. Diharapkan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan
melakukan pendelegasian tugas secara baik karena dalam
melekukan asukah keperawatan tidak hanya dilakukan dalam satu
siff tetapi 24 jam sehingga tercipta pelayanan yang komprehensif.
3. Untuk mengidentifikasi masalah secara dini hendaknya penulis
waspada terhadap perubahan yang terjadi pada pasien.
4. Diharapkan keluarga bisa ikut berperan serta atau terlibat berperan
serta atau terlibat dalam pemberian perawatan pada pasien karena
keluarganya dapat memberikan support dalm proses penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai