Anda di halaman 1dari 16

1.

Distemper pada anjing


A.Penyebab
Distemper anjing disebabkan oleh virus RNA Paramyxovirus yang berukuran 150-
300 m dengan nukleokasid simetris dan berbungkus lipoprotein. Virus distemper terdiri atas
enam struktur protein yaitu nucleoprotein (N) dan dua enzim (P dan L) pada
nukleoplasmidnya, juga membrane protein (M) disebelah dalam dan dua protein lagi (H dan
F) pada bungkus lipoprotein sebelah luar. Pembungkus lipoprotein mudah dihancurkan oleh
pelarut lemak yang menjadikan virus tidak menular lagi.
Distemper dapat menyerang pada semua ras dan umur anjing. Anjing muda yang
tidak divaksin merupakan yang paling sering terinfeksi distemper yang parah. Pada infeksi
akut, anjing akan mengeluarkan sekresi dari saluran pernafasan. Sekresi tersebut biasanya
akan menjadi sumber penularan virus. Virus distemper diluar induk semang tidak stabil dan
akan segera mati.

B.Gejala
Pada anjing yang terinfeksi gejala awal yang dapat timbul berupa gejala non
neurologist antara lain ocular dan nasal discharge, batuk, dysnoep, vomitus, serta diare.Gejala
gejala tersebut akan muncul setelah virus masuk kedalam tubuh kurang lebih satu minggu
setelah infeksi. Sedangkan untuk gejala syaraf (neurologis) akan muncul setelah dua sampai
tiga minggu setelah infeksi, gejala yang timbul dapat berupa seizure, hyperetesia, kekakuan
cervical, gejala vestibular, tetraparesis, maupun ataxia.
Gejala klinis yang timbul dapat bermacam macam tergantung dari strain virulensi
strain virus, kondisi lingkungan, umur anjing (inang), dan status kekebalan. Kebanyakan dari
CDV (Canine Distemper Virus) bersifat subklinis atau dengan kata lain bergabung dengan
gejala dari infeksi saluran pernafasan atas yang ditangani tanpa dilakukan terapi lanjutan,
salah satu contohnya akibat infeksi Bordetella bronchiseptica (Headley 1999). Masa inkubasi
dari virus ini selama 6-8 hari, dengan gejala yang kurang jelas dan baru jelas setelah 2-3
minggu. Gejala awal yang timbul berupa kenaikan suhu pada hari ke 1-3, diikuti dengan
penurunan suhu selama beberapa hari, kemudian naik lagi selama satu minggu atau lebih.
Saat awal kejadian segera diikuti dengan leukopenia dan limfopenia. Selanjutnya
terjadi netrofilia yang berlangsung selama beberapa minggu. Keadaan ini menandakan
adanya peradangan dan respon dari tubuh untuk melawan infeksi. Gangguan respirasi
ditandai dengan pengeluaran leleran hidung kental, mukopurulen dan leleran air mata yang
meningkat (epifora) yang lama kelamaan akan bersifat mukopurulen pada sudut medial
(canthus medialis) mata.
Anjing yang menderita distemper akan tampak lesu, depresi, batuk batuk, anoreksia,
dan mungkin juga disertai diare dengan feces yang berbau busuk. Pada telapak kaki anjing
akan terjadi perubahan menjadi keras karena kurangnya cairan, hal itu yang kemudian
menjadi ciri khas dari distemoer yang dinamakan Hardpad disease.Pada anjing muda (2-6
bulan) yang tidak divaksin merupakan yang paling sering diinfeksi distemper yang parah.
Pada anjing ini didapati gejala non neurologis termasuk ocular discharge, batuk, dysnoep,
vomit, dan diare. Anjing yang terserang menghasilkan bau yang khas. Gejala dehidrasi sangat
menonjol dan mungkin penderita mengalami kematian dan gagal ginjal sebagai kompensasi
dari dehidrasi yang sangat hebat. Gejala neurologis dimulai 1-3 minggu setelah anjing
sembuh dari penyakit sistemik ini dan termasuk hyperestesia, kekakuan cervical, seizure,
gejala vestibular dan cerebral, tetraparesis, dan ataxia. Seizure (gejala khas distemper) dapat
terjadi dalam beberapa tipe tergantung dari bagian otak yang terinfeksi, tetapi chewing gum
disebabkan ole poliencephalomalacia dari lobus temporalis.
Myoclonus, kontraksi ritmis yang berulang dari kelompok otot menyebabkan fleksio
dari tungkai atau kontraksi dari otot penguncah umumnya dikenal sebagai distemper chorea
dan umumnya dihubungkan dengan distemper encephalomyelitis. Pada anjing yang muda
terinfeksi terjadi ketika gigi permanennya berkembang, ditandai dengan enamel, hypoplasia
(gigi yang berwarna coklat). Pada hewan yang lebih tua dapat berkembang dari sub akut
menjadi encephalomyelitis kronis dengan gejala neurologist termasuk tetraparesis atau
disfungsi vestibular, tanpa ada gejala sistemik.
Gejala saraf bagi yang sembuh berupa (1) tick atau chorea, kejang kronik teratur dari
sekelompok otot kaki, wajah, dada, atau bagian tubuh lainnya. (2) paresis atau paralysis yang
dimulai dari tubuh bagian belakang. Kalau berjalan terlihat adanya innkordinasi kaki kaki
dan ataxia. (3) gerak mengunyah yang makin lama makin sering dan diikuti oleh
hipersalivasi. Kalau penderita tidak mampu bangun, ia memperlihatkan gerakan mengunyah,
berputar ke satu arah, kanan atau kiri atau mencoba bangun. Gejala saraf berlangsung
beberapa minggu atau bulan. Anjing tidak mampu mengontrol miksi (pengeluaran urin). Pada
stadium akhir terlihat adanya kejang kejang atau tanpa kejang dengan bola mata mengalami
nystagmus.

C.Penyebaran
Penularan virus distemper biasanya terjadi secara aerogen dari batuk hewan yang
terinfeksi. Penularan virus lewat udara (per inhalasi) menyebabkan infeksi ke dalam sel
makrofag saluran pernafasan. Pada hampir semua kasus, virus masuk melalui hidung dan
mulut. Virus mula mula akan berkembang di dalam limfonodus terdekat. Dalam satu
minggu virus menjalani replikasi dan menyebabkan viremia (beredarnya virus dalam
sirkulasi), yang selanjutnya virus akan menyebar menuju organ limfoid, sumsum tulang, dan
lamina propria dari epitel. Virus distemper akan tinggal dalam nucleus (intranukleus) maupun
dalam sitoplasma (intrasitoplasma) serta akan menyebar ke seluruh jaringan karena virus
distemper termasuk pantropik (menyukai seluruh jaringan).
Apabila respon jaringan retikuloendothelia bagus, maka akan segera terbentuk
antibodi yang cukup dan virus akan mudah dinetralisasi hingga tubuh bebas dari virus.
Sebaliknya apabila antibodi tidak terbentuk maka virus akan menyebar dengan cepat ke
semua sel epitel dan system saraf pusat. Suhu tubuh akan segera naik, anoreksia, depresi dan
sel-sel kelenjar di saluran pernapasan dan mata akan menghasilkan sekreta secara berlebihan
(epifora). Batuk, dysnoep, disertai suara cairan dari paru-paru akan segera terjadi. Pada
saluran cerna terdapat sel-sel epitel yang mengalami kerusakan sehingga menyebabkan diare,
muntah, serta nafsu makan tertekan.

D.Referensi
Yuvianto,Laurensius.2009.Distemper pada Anjing.
http://All-about-All_Distemper-Pada-Anjing-(oleh_Laurensius-Yuvianto,-S.KH).html.
Diakses 15 Oktober 2016

Chandra,Evelyn Aurora.2013.Mengatasi & Penyebarab Flu Distamper yang Mematikan pada


Anjing.
http://Mengatasi-&-Penyebaran-Flu-Distemper-Yang-Mematikan-Pada-Anjing!!_4-Doggie-
Lovers.html. Diakses 15 Oktober 2016

2.New Castle Disease


A.Penyebab
Newcastle Disease (ND) juga di kenal dengan sampar ayam atau Tetelo yaitu
penyakit yang disebabkan oleh Newcastle Disease Virus dari golongan Paramyxovirus. Virus
ini biasanya berbentuk bola, meski tidak selalu (pleomorf) dengan diameter 100 300 nm.
Genome virus ND ini adalah suatu rantai tunggal RNA. Virus ini menyerang alat pernapasan,
susunan jaringan syaraf, serta alat-alat reproduksi telur dan menyebar dengan cepat serta
menular pada banyak spesies unggas yang bersifat akut, epidemik (mewabah) dan sangat
patogen (Anonimus, 2009).
Virus ND dibagi dua tipe yakni tipe Amerika dan tipe Asia. Pembagian ini
berdasarkan keganasannya dimana tipe Asia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim
hujan atau musin peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit
mudah masuk. Yang ganas cepat sekali menular, dan seringkali menimbulkan kematian
secara mendadak. Penyakit ini pertama ditemukan oleh DOYLE pada tahun 1926 di
Newcastle (Inggris), dan mengidentifikasinya sebagai paramyxovirus-1 (PMV- 1).
Saat ini dikenal empat strain PMV-1 yaitu, strain Viscerotropic velogenik bersifat
akut dan menginfeksi saluran pencernaan, dapat menimbulkan tingkat kematian yang tinggi
90%, Neurotropic velogenic yang dapat menyebabkan paralisis kaki, strain mesogenik dapat
menyebabkan akut pernapasan dan menimbulkan kematian lebih dari 50%, dan strain
lentogenik yang kurang virulen. Penularannya cepat dan kematian yang ditimbulkan sangat
tinggi. Sampai sekarang ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
bagaimanapun dapat digunakan vaksin untuk mencegah penyakit ini. Untuk itu lebih baik
mencegah daripada mengobati (Anonimus, 2009).

B.Gejala
Gejala klinis yang disebabkan oleh virus ND tergantung dari starin virus, spesies
unggas, umur induk semang, status kekebalan induk semang, ada tidaknya infeksi
mikroorganisme lain, kondisi lingkungan, dan jalur atau dosis infeksi virus ND . Pada
umumnya gejala klinis yang terlihat dari infeksi virus ND adalah bulu sayap terkulai, lesu,
dan anoreksia. Selain itu gejela pernafasan dengan kepala dan leher berputar disertai diare
juga terlihat. Infeksi virus ND dapat menyebabkan penurunan produksi telur pada ayam
petelur. Pada infeksi yang parah dapat menyebabkan gangguan saraf dan sampai
menimbulkan kematian yang mendadak.
Gejala penyakit akibat infeksi virus ND dimulai dengan anoreksia diikuti peningkatan
suhu tubuh yang mencapai 430C, selanjutnya lesu, haus, bulu yang kusam, jengger berdarah,
mata selalu tertutup, laring serta faring kering, dan bersin-bersin. Setelah sembuh dapat
mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat dengan tampak gejala paresis kaki, ataksia,
tortikolis, dan tremor.
Menurut (Alexander ,1997), tipe Velogenik Viscerotropik gejala dimulai dengan lesu,
peningkatan aktivitas pernafasan, lumpuh, dan akhirnya mati. Pada tipe Velogenik
Neurotropik dimulai dengan penyakit pernafasan mendadak dan parah yang diikuti gejala
saraf setelah 1-2 hari. Terjadi juga penurunan produksi telur dan akhirnya mati. Tipe
Mesogenik dimulai penyakit pernafasan pada infeksi luas, penurunan produksi telur dalam
beberapa minggu dan kadang-kadang timbul gejala saraf serta diikuti kematian. Pada tipe
Lentogenik tidak ada gejala-gejala yang tampak pada unggas dewasa, sedangkan pada unggas
yang masih muda tampak ada gejala pernafasan dan sampai menimbulkan kematian.
C.Penyebaran
Penularan Virus Newcastle Disease (ND) dapat terjadi secara langsung dari ayam
sakit ke ayam yang peka, tetapi dapat juga terjadi secara tidak langsung. Cara penularan dari
ayam sakit ke ayam peka tergantung pada tempat bereplikasi virus tersebut. Ayam yang
menunjukkan gejala gangguan pernafasan akan menyebabkan adanya udara bercampur titik
air yang mengandung virus ND yang berasal dari mukosa ayam sakit, dalam hal ini penularan
terjadi secara inhalasi.
Virus ND yang terutama bereplikasi dalam saluran pencernaan akan menyebabkan
adaya feses yang tercemar oleh virus tersebut. Dalam hal ini penularan terjadi melalui oral
akibat ingesti feses yang mangandung virus ND.
Pada infeksi alami leleran tubuh yang mengandung virus ND akan dibebaskan dari
ayam sakit sebagai akibat replikasi virus dalam saluran pencernaan. Partikel yang
mengandung virus ND dapat dihirup atau ditimbun pada membrana mukosa (Charles, 2000).
Penularan virus ND dari satu tempat ke tempat lain terjadi melalui alat transportasi, pekerja
kandang, liter, dan peralatan kandang, burung dan hewan lain. Debu kandang, angin,
serangga, makanan dan karung makanan yang tercemar, dapat pula melalui telur terinfeksi
yang terpecah dalam inkubator dan mengkontaminasi kerabang telur lain.
Penyebaran virus ND oleh angin bisa mencapai radius 5 kn. Burung-burung
pengganggu, ayam kampung dan burung peliharaan lain merupakan reserpoir ND. Penularan
ND terutama melalui udara. Melalui batuk, virus mudah terlepas dari saluran pernafasan
penderita ke udara dan mencemari pakan, air minum, sepatu, pakaian dan alat-alat sekitarnya.
Virus dengan cepat menyebar dari ayam ke ayam lain, dari satu kandang ke kandang lain.
Sekresi, ekresi dan bangkai penderita merupakan sumber penularan penting bagi ND. Virus
yang tercampur lendir atau dalam feses dan urin mampu bertahan dua bulan, bahkan dalam
keadaan kering tahan lebih lama lagi (Anonimus, 20010).

D.Referensi
http://Newcastle-disease-(ND)_Veterinary.html
Diakses 15 Oktober 2016

Saputro,Thomas.2015.Penyakit ND(New Castle Disease/Tetelo)


http://PENYAKIT-ND-(NEWCASTLE-DISEASE_TETELO)-Ilmu-Ternak.html
Diakses 15 Oktober 2016

3.Avian Influenza
A.Penyebab
Penyebab avian influenza (AI) merupakan virus ss-RNA yang tergolong family
Orthomyxoviridae, dengan diameter 80-120 nm dan panjang 200-300 nm. Virus ini memiliki
amplop dengan lipid bilayer dan dikelilingi sekitar 500 tonjolan glikoprotein yang
mempunyai aktivitas hemaglutinasi (HA) dan enzim neuraminidase (NA). Virus influenza
dibedakan atas 3 tipe antigenik berbeda, yakni tipe A, B dan C. Tipe A ditemukan pada
unggas, manusia, babi, kuda dan mamalia lain, seperti cerpelai, anjing laut dan paus. Tipe B
da C hanya ditemukan pada manusia.
Virus AI tipe A tersusun atas 8 segmen gen yang memberikan 10 sandi protein, yaitu
polymerase basic-2 (PB2), polymerase basic-1 (PB1), polymerase acidic (PA), hemaglutinin
(HA), nukleoprotein (NP), neuraminidase (NA), matrix (M) dan non-struktural (NS).
Masing-masing segmen memberikan satu macam sandi protein, kecuali segmen M
memberikan sandi protein M1 dan M2, serta segmen NS memberikan sandi protein NS1 dan
NS2. Berat molekul protein berturut turut adalah: 87, 96, 85, 77, 50-60, 48-63, 24, 15, 26, dan
12 kDa. Protein HA dan NA merupakan protein terpenting di dalam menimbulkan respons
imun dan sebagai penentu subtype virus AI. Berdasarkan perbedaan genetik antar virus AI,
sehingga sekarang telah diketahui adanya 16 subtipe hemaglutinin (H1-16) dan 9 subtipe
neuraminidase (N1-9)

B.Gejala
Gejala klinis yang terlihat pada ayam penderita HPAI antara lain adalah, jengger, pial,
kelopak mata, telapak kaki dan perut yang tidak ditumbuhi bulu terlihat berwarna biru
keunguan. Adanya perdarahan pada kaki berupa bintikbintik merah (ptekhie) atau biasa
disebut kerokan kaki. Keluarnya cairan dari mata dan hidung, pembengkakan pada muka dan
kepala, diare, batuk, bersin dan ngorok. Nafsu makan menurun, penurunan produksi telur,
kerabang telur lembek. Adanya gangguan syaraf, tortikolis, lumpuh dan gemetaran. Kematian
terjadi dengan cepat. Sementara itu pada LPAI, kadang gejala klinis tidak terlihat dengan
jelas.

C.Penyebaran
Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dari unggas terinfeksi dan unggas
peka melalui saluran pernapasan, konjungtiva, lendir dan feses; atau secara tidak langsung
melalui debu, pakan, air minum, petugas, peralatan kandang, sepatu, baju dan kendaraan yang
terkontaminasi virus AI serta ayam hidup yang terinfeksi. Unggas air seperti itik dan entog
dapat bertindak sebagai carrier (pembawa virus) tanpa menujukkan gejala klinis. Unggas air
biasanya berperan sebagai sumber penularan terhadap suatu peternakan ayam atau kalkun.
Penularan secara vertikal atau konginetal belum diketahui, karena belum ada bukti ilmiah
maupun empiris. Masa inkubasi bervariasi dari beberapa jam sampai 3 (tiga) hari pada
individual unggas terinfeksi atau sampai 14 hari di dalam flok.

D.Referensi
http://Flu-burung-Gejala-penyebab-dan-mengobati-Alodokter.html
Diakses 15 Oktober 2015

http://avian-influenza/Flu-Burung-Kenali-Gejala-Penyakit-Sedini-Mungkin.html
Diakses 15 Oktober

4.Swine Influenza
A.Penyebab
Penyebab flu babi adalah virus influenza tipe A subtipe H1N1 dari familia
Orthomyxoviridae. Pada saat ini paling tidak ada empat subtipe dari tipe A yang
diidentifikasi pada babi yaitu H1N1, H1N2, H3N2, dan H3N1. Namun, dari subtipe tersebut
yang banyak menyebabkan flu babi adalah H1N1. Virus tersebut terus-menerus mengalami
perubahan dan bermutasi untuk menghindari sistem imun hewan yang diinfeksi.
Agent penyakit flu babi adalah virus Influenza Tipe A (H1N1). Seperti halnya virus
influenza lainnya, virus flu babi dapat berubah-ubah. Babi dapat ditulari oleh virus flu
burung, flu babi, maupun virus influenza yang berasal dari manusia. Apabila virus influenza
yang berasal dari beberapa spesies seperti unggas dan manusia menginfeksi babi maka
didalam tubuh babi virus-virus tersebut dapat mengalami mutasi (antigen shift) dan
membentuk subtipe baru.
Di tubuh babi, virus mengalami perubahan dengan dua pola. Pola pertama berupa
adaptasi. Jika ini terjadi dampaknya tidak terlalu berbahaya karena tidak ada perubahan
struktur virus. Pola kedua berupa penyusunan ulang virus. Berdasarkan pola ini, virus bisa
berkembang menjadi gabungan flu babi, flu unggas, dan flu manusia. Pencampuran material
genetik bermula ketika virus itu masuk ke tubuh babi. Virus flu manusia dan virus flu babi
masuk ke sel selaput lendir atau epitel babi melalui reseptor alfa 2,6 sialic acid, sedangkan
virus flu unggas masuk ke reptor alfa 2,3 sialic acid. Namun, babi memiliki kedua reseptor itu
sehingga virus dengan mudah masuk ke dalam sel babi. Di dalam sel babi, virus-virus
tersebut kemudian mengalami replikasi.
Pada saat bereplikasi, diantara virus-virus tersebut bisa terjadi pertukaran material
genetik atau antigenic drift. Masing-masing virus memiliki material genetik berupa delapan
fragmen. Delapan fragmen itu adalah HA, NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-
fragmen tersebut bisa bertukar antara atau dengan lainnya sehingga terbentuk anak virus
dengan sifat yang berbeda. Dalam kasus flu babi, penataan ulang itu menghasilkan virus
dengan struktur luar sama dengan induknya, yaitu virus flu babi (karena itu virus ini tetap
disebut subtipe H1N1). Namun, material di dalamnya berasal dari fragmen virus flu manusia
dan flu unggas. Disamping terjadi pertukaran material genetik, kemungkinan pula terjadi
antigenetik shift, yaitu fragmen-fragmen yang ada saling bermutasi. Bila ini yang
terjadi,anak virus memiliki material genetik yang lebih kompleks. Bila antigenetik shift dan
antigenetik drift terjadi di dalam kasus flu babi, ini merupakan perubahan yang sempurna

B.Gejala
Penyakit ini menyebar sangat cepat hampir 100% babi yang rentan terkena, dan
ditandai dengan apatis, sangat lemah, enggan bergerak atau bangun karena gangguan
kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada kulit, anoreksia, ngorok, batuk, serta diare namun
kadang tanda-tanda tersebut tidak nampak, demam sampai 41,80C. Batuk sangat sering
terjadi apabila penyakit cukup hebat, dibarengi dengan muntah eksudat lendir, bersin, dispnu
diikuti kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata. Biasanya sembuh secara tiba-
tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis.
Tanda klinis pada manusia yaitu, mirip flu biasa pada manusia, demam, lesu, sakit
kepala, batuk, pilek, tenggorokan sakit, iritasi pada mata, sesak nafas tapi tidak separah flu
burung, mual, muntah dan diare.
a. Gejala pada anak-anak.
1) Napas cepat atau kesulitan bernapas
2) Kulit berwarna kebiruan dan tidak cukup minum
3) Susah bangun dan tidak berinteraksi
4) Sangat rewel dan tidak mau disentuh
5) Flu-like sympstoms membaik tapi muncul lagi dengan gejala demam dan batuk hebat
6) Demam dengan kemerahan
b. Gejala pada orang dewasa.
1) Kesulitan bernapas atau sesak napas
2) Nyeri atau rasa tertekan di dada dan perut
3) Rasa pusing atau dizziness yang tiba-tiba
4) Hilang kesadaran
5) Muntah yang hebat

C.Penyebaran
Penularan penyakit flu babi yaitu secara kontak langsung (bersentuhan, terkena lendir
penderita) dan tidak langsung (virus ini menyebar lewat udara, peralatan kandang, alat
transportasi dll). Virus ini sangat sangat mudah menular bisa lewat bersin dan batuk
penderita. Virus ini tidak menular lewat daging babi jika telah dimasak dengan suhu minimal
710C atau lebih dari 800C.
a. Peularan pada hewan
Penyebaran virus influenza dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong babi,
melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat penularan. Virus tidak
akan tahan lama di udara terbuka. Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau
babi anakan. Kekebalan maternal dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat
mencegah infeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif.
Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan
menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe
H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari influenza A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke
3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara,
tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Canada.
Rute utama penularan adalah melalui kontak langsung antara hewan yang terinfeksi
dan tidak terinfeksi Ini kontak dekat sangat umum selama transportasi hewan. Pertanian
intensif juga dapat meningkatkan resiko penularan, karena babi yang dibesarkan dalam jarak
yang sangat dekat satu sama lain. Para transfer langsung dari virus mungkin terjadi baik oleh
babi, menyentuh hidung, atau melalui lendir kering. Transmisi udara melalui aerosol yang
dihasilkan oleh babi batuk atau bersin juga merupakan sarana penting infeksi. Virus ini
biasanya menyebar dengan cepat melalui kawanan, menginfeksi semua babi hanya dalam
beberapa hari.
b. Penularan pada manusia
Manusia dapat terkena penyakit influenza secara klinis dan menularkannya pada babi.
Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika
Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal manusia. Penyakit pada
manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin.
D.Referensi
http://Flu-Babi-Gejala-penyebab-dan-mengobati-Alodokter.html
Diakses 15 Oktober 2016

http://H1N1_Flu-babi_Periode-inkubasi-flu-babi_Dettol.html
Diakses 15 Oktober 2016

Nurhuda,Biover.2014.Makalah Flu Babi Berbahaya Bagi Manusia.


http://Nurhuda-Biover_MAKALAH_FLU-BABI-BERBAHAYA-BAGI-MANUSIA_.html
Diakses 15 Oktober 2016

5.Felin leukimia (FeLV)


A.Penyebab
Leukemia pada kucing ini adalah penyakit yang menyebar melalui urin, lendir hidung
dan air liur. Kucing juga bisa tertular penyakit leukemia kucing melalui gigitan, berbagi
makanan dan air dalam satu mangkuk atau hidup bersama. Induk kucing juga bisa
menularkan penyakit Leukemia pada kucing kepada anak kucing mereka, dan anak kucing
lebih rentan terkena penyakit Leukemia pada kucing dibandingkan dengan kucing dewasa.
Kucing bisa mendapatkan FeLV dari air liur kucing yang terinfeksi, darah, urin, atau air
mata. Modus yang paling umum penularan adalah melalui perawatan bersama, air bersama
dan hidangan makanan, gigitan, dan transfusi darah. Anak kucing juga dapat terinfeksi oleh
ibu mereka sebelum kelahiran atau saat menyusui.

Family: Retroviridae

Subfamily: Orthoretrovirinae

Genus: Gammaretrovirus

Feline leukemia virus


B.Gejala
Gejala leukemia kucing biasanya banyak dan beragam, tidak jarang untuk kucing ke
dokter hewan untuk sementara waktu karena korban 'dari keadaan malaise dan tak dikenal,
dokter mungkin meningkatkan kecurigaan virus leukemia mereka. Gejala yang paling umum
termasuk: anemia, ikterus, depresi sensorium, penurunan berat badan jelas, kehilangan nafsu
makan, diare atau sembelit, pembengkakan semua kelenjar getah bening, kesulitan bernapas,
aborsi dan kematian bayi yang tinggi, penurunan perlawanan terhadap gangguan yang paling
umum , gangguan autoimun, kerentanan terhadap berbagai macam kanker.
Jika Anda melihat kucing dalam beberapa gejala yang tercantum di atas, terutama jika
digunakan sering meninggalkan rumah untuk menghadiri dan liar kucing, dokter hewan harus
melakukan setidaknya satu tes serologis untuk menentukan apakah kontrak ini telah masih
malattia.Purtroppo Sains belum mampu menggunakan pengobatan yang permanen Debelli
virus ini dan satu-satunya cara untuk mengobati kucing yang terinfeksi dengan FeLV
sebenarnya untuk menyembuhkan penyakit ini karena kekurangan kekebalan tubuh, serta
langkah-langkah untuk meningkatkan mungkin hidup kondisi kucing sudah sakit.
Banyak dokter hewan meresepkan dosis konstan kortison (prednisolon khusus) dalam
upaya untuk menurunkan sel darah putih yang terinfeksi atau kanker yang telah menghasilkan
FeLV, setiap salah satu dari lymphosarcoma. Dengan harapan untuk menemukan terapi yang
efektif telah diuji banyak obat, di antara mereka, juga vitamin C, yang, sayangnya, setelah
studi pertama yang tampak sangat menjanjikan, ditemukan tidak memiliki khasiat melawan
infeksi oleh FeLV, meskipun memberikan masih kontribusi yang baik, bersama dengan
vitamin dan mineral lainnya untuk menjaga konstitusi baik kucing yang terinfeksi.
Ada banyak kucing yang terinfeksi meskipun FeLV dapat hidup bulan umumnya
memuaskan, sayangnya bagi orang lain, ketika penderitaan mereka jelas untuk kerusakan
yang menyebabkan leukemia kucing di dalamnya, kadang-kadang menjadi perlu untuk
mengukur lebih drastis, pemilik terhadap egoisme semua.

C.Penyebaran
Kucing dapat terinfeksi dalam dua cara: baik secara langsung atau tidak langsung,
secara langsung melalui luka atau gigitan, ketika kucing berada dalam kontak langsung
dengan kotak sampah dan mangkuk dari kucing yang terinfeksi. Penyakit ini dapat memiliki
yang berbeda berlalu bahwa jika respon imun kucing adalah tinggi (hampir 40% kasus), virus
ini dinetralkan dan kucing mencapai kekebalan terakhir, jika respon imun rendah, sekitar
30% dari kasus , infeksi l `dapat melewati sawar sel darah putih (WBC) dari darah yang
ditunjuk untuk membela terhadap infeksi, sistem imun yang tertekan dan kemudian membuat
kucing juga peka terhadap infeksi sederhana daripada kucing lainnya akan diatasi tanpa
kesulitan besar.
Anda tidak dapat membuat prediksi yang akurat pada waktu yang tersisa untuk hidup
dengan seekor kucing yang terinfeksi dengan FeLV, menyangkut kelangsungan hidup banyak
faktor: keadaan kesehatan subjek, tahap penyakit saat diagnosis dan terapi.Para FeLV
ditransmisikan antara kucing dengan penyakit ini, khususnya melalui cairan tubuh (urin,
darah, cairan plasenta), kemungkinan tertular penyakit untuk kucing yang hidup dengan
pasien sangat tinggi.
Retrovirus dari FeLV menyerang sistem kekebalan tubuh kucing itu dan bermain di
tempat, menciptakan apa yang disebut "penekanan kekebalan", yaitu kehancuran mekanisme
pertahanan host alami dari kucing ke titik di mana tubuh Anda tidak bisa lagi bertarung
sendirian bahkan yang penyakit paling ringan.Kucing dapat terinfeksi secara langsung,
melalui luka atau gigitan, atau dengan pangkat, ketika kontak dengan kotak sampah dan
mangkuk dari kucing yang terinfeksi. Penularan, bagaimanapun, tidak diberikan, bahkan bila
sudah dalam kontak dengan cairan infeksius, sering karena organisme kucing sehat berhasil
menjadi kebal terhadap virus engraftment `, sehingga melindungi mereka dari bentuk
mematikan dari penyakit.
Infeksi terjadi ketika tangan `lain, ketika leukemia yang berakar, kucing sakit
kemungkinan untuk hidup selama beberapa minggu untuk beberapa bulan karena banyak
tergantung pada di mana penyakit ini didiagnosis dan tahap di mana ia pada saat diagnosis,
baik, tentu saja, jenis pengobatan yang akan diberikan.

D.Refernsi
Nasution,Borgo Mali.2014.Feline Leukimia.
http://Borgo-Mauly-N_Feline-Leukimia.html. Diakses 15 Oktober 2016

http:/___All-About-Cats__..html
Diakses 15 Oktober 2016

6.Yellow fiver

A.Penyebab
Yellow fever disebabkan oleh virus RNA, termasuk genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Virus ini merupakan virus RNA.Penyebaran demam kuning disebabkan oleh
gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mulanya menggigit penderita penyakit ini, umumnya
manusia dan monyet. Nyamuk ini kemudian menularkan demam kuning di antara sesama
manusia atau monyet lainnya, atau dari manusia ke monyet, dan sebaliknya. Selain gurun
Sahara di Afrika dan area tropis Amerika selatan, atau bahkan pemukiman manusia yang
bersih sekalipun, tidak luput dari perkembangbiakan nyamuk ini.
Virus yang akhirnya berdiam dalam kelenjar saliva nyamuk Aedes aegypti ini
kemudian masuk ke aliran darah manusia atau monyet lainnya melalui gigitan dan
menyebabkan sakit pada inang baru yang didiaminya. Waspadai senja hingga fajar karena
pada waktu-waktu inilah penyebaran virus demam kuning paling banyak terjadi, saat nyamuk
Aedes aegypti menjadi sangat aktif.
B.Gejala
Demam kuning menyebabkan demam, sakit kepala, mual, muntah, serta nyeri otot
pada penderitanya. Umumnya terdapat tiga tahap infeksi virus demam kuning dengan tahap
awal yang cenderung tidak dapat dibedakan dari infeksi virus lainnya, atau bisa juga tanpa
gejala. Tahapan awal infeksi dapat berlangsung selama 3-4 hari dan biasanya dimulai 3-6 hari
sejak infeksi virus atau sejak gigitan nyamuk terjadi,dan ketika pada tahap ini terjadi
viremia(virus dapat ditemukan dalam darah). Pada tahap viremia ini kadang disertai jaundice
(kekuningan), pendarahan (hemorrhage), muntah yang berwarna hitam (black vomit), tidak
dapat kencing (anuria), dan terminal delirium.Gejala lain yang mungkin muncul adalah
kehilangan nafsu makan, sensitif berlebihan terhadap cahaya, serta kemerahan pada mata,
lidah, dan wajah.
Tahapan kedua adalah tahap remisi, di mana keadaan pasien tampak membaik. Secara
umum pasien sembuh di tahap yang berlangsung kurang lebih 2 hari ini. Walau begitu,
disarankan untuk tetap diwaspadai karena pada sekitar 15-25 persen pasien dapat memasuki
fase ketiga yang lebih berisiko dan dapat berujung kematian.
Pada fase ketiga, waspadai munculnya kerusakan pada organ hati yang dapat
membuat warna mata dan kulit menjadi kuning. Selain itu, dapat muncul juga demam yang
disertai dengan pendarahan di dalam tubuh, muntah darah, peradangan hati atau hepatitis,
serta kerusakan multi organ.

C.Penyebaran
Di alam demam kuning ditemukan dalam bentuk dua siklus penularan, siklus sylvatic
atau siklus penularan di hutan yang melibatkan nyamuk dan primata dan siklus urban yang di
dalamnya melibatkan nyamuk Aedes aegypti dan manusia. Penularan dengan siklus sylvatic
hanya ditemukan didaerah Afrika dan Amerika Latin, dimana ada beberapa ratus kasus
ditemukan setiap tahun, dan paling sering menyerang usia dewasa muda yaitu
mereka yang bekerja di hutan atau daerah perbatasan di Bolivia, Brasil, Columbia,Ekuador
dan Peru (70% 90% kasus dilaporkan dari Peru dan Bolivia).Tidak ada bukti bahwa demam
kuning pernah terjadi di Asia atau didaerah pantai timur Afrika, namun demam kuning
sylvatic pernah dilaporkan terjadi di daerah Kenya bagian barat pada tahun 1992 1993.
Di daerah perkotaan, manusia & Aedes aegypti berperan sebagai reservoir : di hutan,
reservoir adalah vertebrata selain manusia terutama monyet dan mungkin juga marsupialia
serta nyamuk hutan. Penularan transovarian pada nyamuk menyebabkan berlanjutnya
infeksi demam kuning. Manusia tidak mempunyai peran yang berarti dalam siklus
penularan demam kuning Sylvatic tapi merupakan hospes utama pada siklus penularan
didaerah perkotaan.
Di daerah perkotaan & di beberapa daerah pedesaan penularan terjadi karena gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Di hutan-hutan di Amerika Selatan penularan terjadi akibat gigitan
beberapa spesies nyamuk hutan dari genus Haemagogus. Di Afrika Timur Aedes
africanus merupakan vector pada populasi kera dimana Ae. Bromeliae dan Ae. Simpsoni
(semidomestik) dan mungkin spesies aedes lainnya berperan menularkan virus dari kera
ke manusia. Di daerah yang pernah mengalami wabah yang luas seperti di Ethiopia, studi
epidemiologis membuktikan Ae. Simpsoni berperan sebagai vector yang menularkan virus
dari orang ke orang. Di Afrika Barat Ae. furcifer taylori, Ae. luteocephalus dan spesies
lain berperan sebagai vector penularan virus dari monyet ke manusia. Ae. Albopictus
dibawa ke Brazil dan Amerika Serikat dari Asia dan diduga sangat potensial berperan
sebagai jembatan perantara antara siklus demam kuning tipe sylvatic dengan siklus tipe
perkotaan di belahan bumi bagian barat. Walaupun demikian hingga saat ini keterlibatan
spesies ini dalam penularan demam kuning belum pernah dilaporkan.

D.Referensi
http://Demam-Kuning-Gejala-penyebab-dan-mengobati-Alodokter.html
Diakses 15 Oktober 2016

http://DEMAM-KUNING-(YELLOW-FEVER)_Pustaka-Kedokteran.html
Diakses 15 Oktober 2016

http://YELLOW-FEVER-DENGUE_Sama-Sama-Belajar!.html
Diakses 15 Oktober 2016

7.Rabies
A.Penyebab
Rabies disebabkan oleh virus dari genus lyssaviruses dan family rhabdoviridae.
Untuk tertular rabies, maka dua hal harus terjadi:
Pertama, harus terpapar dengan hewan yang terinfeksi rabies.
Kedua, paparan tersebut harus memungkinkan transmisi virus rabies, yang melibatkan
paparan air liur hewan yang terinfeksi yang biasanya melalui gigitan atau goresan.
Virus rabies menular kepada manusia melalui luka akibat gigitan hewan, atau luka
terbuka pada kulit Anda yang terpapar dengan ar liur hewan terinfeksi rabies, atau terpapar
dengan selaput lendir (misalnya mata, hidung atau mulut). Virus ini kemudian menyebar dari
lokasi paparan menuju ke otak hingga akhirnya menyebar ke seluruh bagian tubuh.
Gigitan dari hewan yang terinfeksi rabies merupakan penyebab penularan rabies yang
paling sering. Risiko penularan rabies melalui cakaran hewan yang terinfeksi rabies
kemungkinan jauh lebih kecil, tetapi tetap saja dianggap sebagai penyebab rabies yang
potensial. Oleh karena itu, pengobatan mungkin diperlukan setelah tergigit atau tercakar oleh
anjing dan kelelawar.
Selain dua cara tersebut, rabies jarang ditularkan dengan cara lain. Misalnya dengan
menghirup udara di gua yang penuh dengan sekresi kelelawar atau pada para peneliti yang
bekerja di laboratorium untuk mempelajari rabies.
B.Gejala
Gejala rabies pada hewan
Hewan yang terinfeksi rabies biasanya akan terlihat sakit, gila, atau galak. Inilah
alasan mengapa penyakit ini disebut sebagai penyakit "anjing gila." Namun, hewan yang
terinfeksi rabies juga dapat menunjukkan gelagat yang bersahabat, jinak atau ramah atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Perilaku hewan yang terinfeksi rabies juga seringkali aneh, seperti binatang liar
nocturnal (hewan malam hari) yang beraktivitas di siang hari (misalnya kelelawar atau rubah)
atau binatang liar yang menjadi jinak. Waspadai hewan-hewan yang berperilaku aneh seperti
ini karena bisa jadi sudah terinfeksi rabies.
Gejala rabies pada manusia
Rata-rata masa inkubasi (waktu mulai terinfeksi hingga gejala berkembang) rabies
pada manusia adalah 30-40 hari, tapi juga dapat berkisar antara kurang dari 10 hari hingga
bertahun-tahun.
Umumnya gejala awal rabies adalah nyeri, kesemutan atau gatal-gatal dari lokasi
gigitan tempat masuknya virus. Gejal non spesifik lainnya adalah demam, menggigil,
kelelahan, nyeri otot, dan mudah tersinggung. Gejala-gejala awal rabies seringkali mirip
dengan gejala flu. Pada awalnya, gejala-gejala tampak sama dengan gejala virus pada
umumnya, kecuali sensasi aneh pada area gigitan. Kemudian gejalanya akan bertambah parah
seiring waktu, seperti demam tinggi, kebingungan, agitasi, dan akhirnya kejang, koma,
hingga kematian.
Biasanya, orang dengan rabies akan mengalami kontraksi dan kejang otot pernapasan
bila terpapar dengan air (hydrophobia), hal ini juga yang menjadikan alasan nama penyakit
ini anjing gila. Penderita juga mungkin akan menunjukkan respon yang sama ketika
merasakan hembusan angin (aerophobia).Akhirnya, berbagai organ tubuhnya sudah terkena,
dan penderita akan meninggal meskipun telah mendapatkan bantuan respirator, obat-obatan,
dan perawatan modern. Ada pula bentuk rabies lain yang cukup jarang, yaitu rabies lumpuh.
Pada rabies ini, orang digigit akan mengalami kelumpuhan, atau ketidakmampuan
menggerakkan bagian tubuh yang digigit. Biasanya ini disebabkan oleh kelelawar vampir.
Infeksinya juga akan menyebar ke seluruh tubuh secara bertahap, dan akhirnya penderita
akan meninggal. Hydrophobia (takut air) kurang umum terjadi pada rabies lumpuh
dibandingkan dengan rabies klasik.

C.Penyebaran
Setiap mamalia (binatang menyusui) dapat menularkan virus rabies. Hewan-hewan
paling mungkin untuk menularkan virus rabies kepada orang-orang dari hewan peliharaan
dan hewan ternak meliputi:
- Kucing
- Sapi
- Anjing
- Musang
- Kambing
- Kuda

Faktor-faktor penyebab penyakit rabies yang dapat meningkatkan risiko meliputi:


1.Bepergian atau tinggal di negara-negara berkembang di mana rabies lebih umum terjadi.
2.Kegiatan yang menempatkan penduduk dekat dengan binatang liar yang mungkin terinfeksi
rabies, seperti menjelajahi gua di mana kelelawar hidup atau berkemah tanpa mengambil
tindakan pencegahan untuk mengusir binatang liar jauh dari perkemahan penduduk.
3.Bekerja di laboratorium dengan virus rabies
4.Luka pada kepala, leher atau tangan, yang dapat membantu perjalanan virus rabies ke otak
Anda lebih cepat.
5.Memiliki banyak hewan peliharaan, misalnya anjing atau kucing.

Pada saat hewan yang terinfeksi virus rabies menggigit kita, tidak ada cara untuk
mengetahui apakah hewan yang mengigit kita tersebut telah menularkan virus rabies kepada
kita. Untuk alasan ini, pengobatan untuk mencegah virus rabies menginfeksi tubuh kita
dianjurkan jika dokter berpikir ada kemungkinan kita telah terkena virus.
Tidak ada obat rabies khusus untuk infeksi penyakit rabies. Meskipun sejumlah kecil orang
telah sembuh dari penyakit rabies, penyakit ini biasanya berakibat fatal. Oleh karena itu, jika
kita berpikir kita telah terkena rabies, kita harus mendapatkan serangkaian perawatan untuk
mencegah infeksi bertambah parah.

D.Referensi
http://Rabies-Gejala-penyebab-dan-mengobati-Alodokter.html
Diakses 15 Oktober 2016

Syah,Efran.2014.Penyebab dan Gejala Rabies (Penyakit Anjing Gila).


http://Penyebab-dan-Gejala-Rabies-(Penyakit-Anjing-Gila)_Medkes.html
Diakses 15 Oktober 2016

Susanto. Gejala Penyakit Rabies Pada Manusia Dan Penularan Virus Rabies Dari
Hewan.Artikel Kesehatan. http://Gejala-Penyakit-Rabies-Pada-Manusia-Dan-Penularan-
Virus-Rabies-Dari-Hewan.html.Diakses 15 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai