Anda di halaman 1dari 21

TUGAS II TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

BEHAVIORISM
LEARNING THEORY: PAVLOV, WATSON, DAN SKINNER
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Psikologi Perkembangan

Disusun oleh:
Kelompok 7

Kelas:
A

Nama NPM
Nurjihan B. A. 190110140025
Yemima N. H. 190110140027
Karunia I. 190110140061
Irania K. S. 190110140063
Socha K. 190110140107
Natasya A. 190110140109
M. Andri K. 190110140131
Rifda A. M. 190110140133

Fakultas Psikologi
Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2016
TOKOH, BIOGRAFI, DAN SEJARAH ASAL USUL TEORI

I. BIOGRAFI TOKOH BEHAVIORSM

A. Ivan Petrovich Pavlov (1894-1936)


Dikenal sebagai bapak dari teori belajar modern, ia lahir di Ryazan, Russia.
Selama beberapa tahun Pavlov mengabdikan dirinya pada penyelidikan yang
melakukan peninjauan dan percobaan fisiologis, dan tahun 1904 Piala Nobel
berhasil diraihnya akibat kerja kerasnya menginvestigasi sistem pencernaan.
Tapi ini hanya serangkaian kecil dari hasil penelitiannya, ketika Pavlov berusia
50 tahun, ia memulai pengerjaannya pada conditioned reflex. Ketertarikannya
ini didapatkan secara tak sengaja pada anjing yang mengeluarkan air liur.
Umumnya anjing akan mengeluarkan air liur ketika makanan menyentuh lidah
mereka; ini adalah refleks bawaan. Tetapi Pavlov menyadari bahwa anjingnya
telah mengeluarkan air liur sebelum makanan berada di mulutnya; seperti
ketika melihat makanan datang maka akan mengeluarkan air liur, atau ketika
mereka mendengar langkah kaki semakin dekat. Apa yang telah terjadi adalah
refleks telah terkondisikan menjadi sesuatu yang baru, setelah sebelumnya
berasal dari stimulus netral.
Untuk beberapa saat Pavlov tidak dapat menentukan apakah mempelajari
implikasi dari penemuan barunya atau melanjutkan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Tapi pada akhirnya ia memilih untuk mulai
mempelajari conditioning process atas hasil dari penemuan barunya. Namun
tetap, Pavlov percata bahwa ia mengerjakanya sebagai seorang fisilolog, bukan
psikolog.

B. John Broadus Watson (1878-1958)


Watson lahir di daerah pedesaan dekat Greenville, Karolina bagian Selatan.
Ia melanjutkan perguruan tingginya di Universitas Furman dan lulus sekolah di
Universitas Chicago, tempat dimana ia mulai melakukan penelitian psikologi
menggunakan binatang. Setelah mendapatkan gelar doktor, ia menjabat suatu
posisi di Universitas Johns Hopkins di Baltimore, disinilah ia sangat produktif
menghasilkan pekerjaannya.
Tahun 1913 Watson membuat isu yang sangat berdampak pada psikologi,
yaitu Psychology as the Behaviorist Views It. Ia setuju bahwa menguji
kesadaran melalui introspeksi tidak memiliki tempat di psikologi sebagai
sebuah ilmu. Bahwa seharusnya psikologi hanya mempelajari stimulus, respon,
dan pembentukan suatu sikap. Dengan ini psikologi dapat menjadi ilmu
pengetahuan seperti ilmu lainnya. Jadi, tujuan psikologi seharunya prediksi
dan mengontrol perilaku (p.158).
Setahun kemudian ia membaca hasil pengerjaan Pavlov dan peneliti Rusia
lainnya mengenai conditioned reflexes, dan membuat prinsip tersebut menjadi
batu loncatan mengenai pemikirannya. Lalu, tahun 1916, Watson memulai
penelitian pada anak kecil, dan menjadi psikolog pertama mengaplikasikan
prinsip belajar pada masalah perkembangan. Tetapi tahun 1929 karir Watson
merosot dan berakhir pada pemecatan dari Universitas Johns Hopkins, pun
bercerai dengan istrinya.
Watson menikah kembali dengan Rosalie Raynor (partner kerjanya) dan
memulai dunia bisnisnya menjadi penjual kopi dan juru tulis pada Macy
department store.

C. Burrhus Frederic Skinner (1905-1990)


Skinner tumbuh di kota kecil Susquehanna, Pennsylvania pada tanggal 20
Maret 1904. Ia merupakan anak pertama dari pasangan William Skinner dan
Grace Mange Burrhus Skinner. Setelah lulus dari SMA, ia melanjutkan
perguruan tinggi di Hamilton College di New York. Disini ia merasakan hal
berbeda dan tak sesuai tempatnya, tetapi ia tetap lulus Phi Beta Kappa dengan
penjurusan English literature.
Skinner menjalani hidup dua tahun selanjutnya dengan mencoba menjadi
seorang penulis, tapi ia tiba-tiba berfikir bahwa ia tidak akan sukses dalam hal
ini. Karena ia tertarik dengan manusia dan perilaku hewan, ia terdaftar
menjadi lulusan jurusan Psikologi di Harvard, dimana ia memulai penelitian
dan membentuk idenya mengenai belajar. Skinner telah belajar di beberapa
universitasi, yaitu University of Minnesota (1936-1945), Indiana University
(1945-1947), dan Harvard University (1947 sampai meninggal tahun 1990).
Pada tanggal 18 Agustus 1990, Skinner meninggal karena menderita leukimia.
Satu minggu sebelum kematiannya, Skinner mengirimkan pidato emosionalnya
kepada konvensi American Psychological Association (APA) mengenai
kelanjutan advokasinya terhadap behaviorisme radikal. Dengan adanya
konvensi ini, ia mendapat surat pujian pertama sebagai Outstanding Lifetime
Contribution to Psychology dan Skinner adalah satu-satunya orang yang
mendapat penghargaan tersebut dalam sejarah APA.

II. ASAL USUL TEORI

A. Teori Classical Conditoning oleh Ivan Pavlov


Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan antara conditional
stimulus (CS), unconditional stimulus (UCS), conditioned response (CR), dan
unconditioned response (UCR). CS adalah rangsangan yang mampu
mendatangkan respon yang dipelajari, sedangkan respons yang dipelajari itu
sendiri disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang menimbulkan
respons yang tidak dipelajaRi, dan respons yang tidak dipelajari disebut UCR.
Kemudian, dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan
bel (CS) bersama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS).
Setelah latihan yang berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS)
diperdengarkan lagi tanpa disertai makanan (UCS). Hal ini menyebabkan
anjing dalam percobaan tadi mengeluarkan air liur (CR), meskipun hanya
mendengar suara bel (CS). Jadi, CS akan menghasilkan CR apabila CS dan
UCS telah berkali-kali digadirkan bersama.
Berdasarkan eksperimen yang ada, semakin jelas disebutkan bahwa belajar
adalah proses perubahan yang ditandai dengan awalnya hubungan antara
stimulus dan respons. Kesimpulan dari berbagai eksperimen yang dilakukan
Pavlov adalah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai dengan
stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan
menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini
yaitu CR.

B. Eksperimen Little Albert oleh John B. Watson


Penelitian yang dilakukan oleh Watson merupakan contoh bagaimana
strategi conditioning Pavlov apabila diterapkan pada manusia. Albert
merupakan bayi yang pendiam dan tidak emosional. Ia menjadi subjek
penelitian Watson sejak usia 9 bulan sampai 1 tahun. Tujuan diadakannya
penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa respon emosional yang
kompleks (rasa takut) dikembangkan organisme mengikuti prinsip contioning
Pavlov.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan stimulus berupa benda-benda
yang berbulu seperti tikus, kelinci, anjing, dll. Awalnya Albert tidak takut
untuk menyentuk benda berbulu tersebut, namun Watson memulai
kondisioningnya dengan membunyikan suara yang keras pada saat Albert
menyentuh tikus putih. Karena secara terus menerus dibunyikan suara yang
keras ketika menyentuh tikus, Albert memiliki rasa takut apabila dihadapkan
dengan tikus tersebut. Rasa takut pada tikus ini juga Ia generalisasikan saat ia
melihat benda-benda berbulu yang lain.
Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa suara keras dan mendadak akan
menimbulkan reaksi takut yang tajam pada hampir semua bayi.

C. Teori Operant Conditioning oleh B. F. Skinner


Pemikiran Skinner menyatakan bahwa setiap manusia bergerak karena
mendapat rangsangan dari lingkungan, hingga terjadi sebuah proses interaksi
dengan lingkungan tersebut. Rangsangan itu disebut stimulan yang
menimbulkan sebuah respon atau tindakan-tindakan dengan perubahan-
perubahan tertentu.
Operan kondisioning oleh Skinner dimulai awal tahun 1930-an, dimana
model klasikal kondisioning dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat
pada pelaksanaan penelitian. Skinner tidak sependapat dengan pandangan
conditioned reflexes yang menyatakan bahwa stimulus terus memiliki sifat-
sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner banyak tingkah laku
menghasilkan perubahan pada lingkungan yang mempunyai pengaruh pada
organisme.
Asas-asas operan kondisioning adalah kelanjutan dari prinsip John Watson.
Artinya, agar Psikologi menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus
dijadikan fokus penelitian psikologi. Selanjutnya, Skinner terus mengupas atau
berfokus pada kondisi-kondisi yang berhubungan dengan munculnya respons
atau tingkah laku operan.
KONSEP DASAR DAN DINAMIKA TEORI

I. KONSEP DASAR

A. Teori Classical Conditioning Ivan Pavlov


Classical Conditioning Paradigm
Eksperimen yang dilakukan Ivan Pavlov pada seekor anjing dengan cara
membuat anjing ini mengasosiasikan suara bel dengan makanan. Perlakuan
diawali dengan memberikan makanan pada anjing setiap kali terdengar bunyi
bel. Setiap anjing mendengar bunyi bel, secara otomatis anjing tersebut
mengeluarkan saliva sekalipun makanannya tidak ada.
Pavlov menjelaskan bahwa kehadiran makanan disebut sebagai
unconditional stimulus (US); Pavlov tidak perlu mengondisikan hewan untuk
mengeluarkan saliva. Kehadiran suara bel disebut sebagai conditioned stimulus
(CS); merupakan efek yang memerlukan pengkondisian. Saliva yang muncul
akibat makanan disebut unconditional reflex (UR) dan saliva yang muncul
akibat suara bel disebut conditional reflex (CR). Proses ini disebut dengan
classical conditioning.
Extinction
Saat CS sekali terjadi, ternyata tidak akan bekerja selamanya. Pavlov
menemukan bahwa sekalipun suara bel dapat menjadi CS dan menghasilkan
saliva, saat dia memunculkan suara bel tanpa disertai makanan maka hal itu
mengurangi dampaknya. Saliva yang dihasilkan semakin berkurang,
semakin sedikit, dan pada akhirnya menghilang. Hal ini disebut sebagai
extinction.

Stimulus Generalization
Sekalipun refleks dikondisikan kepada satu stimulus, hal itu tidak hanya
diperoleh dari bagian stimulus tersebut. Respon tersebut dapat terlihat pada
stimulus yang mirip dengan CS, terjadi penggeneralisasian. Pavlov
meyakini bahwa kita melakukan observasi generalisasi stimulus karena
berada dalam proses fisiologis yang disebut iradiasi. Stimulus awal
tersimpan di otak dan menyebar di bagian lain pada cereberum.
Discrimination
Penggeneralisasian awal merupakan proses diferensiasi. Jika suara bel
dari nada yang berbeda (tanpa pemberian makanan), anjing mulai berespon
secara selektif, lebih memilih berespon pada nada yang suaranya paling
mirip dengan CS. Dapat juga terjadi diferensiasi dengan cara memasangkan
satu suara dengan makanan dan suara lain yang tanpa makanan. Hal ini
disebut dengan diskriminasi.
Higher-Order Conditioning
Pavlov menunjukkan, pada akhirnya, saat anjing sudah terkondisikan
dengan CS, dia dapat menggunakan CS untuk menghubungkan pada
stimulus netral lainnya. Pavlov pernah melakukan percobaan: setelah anjing
mengeluarkan saliva pada suara bel tanpa diiringi makanan, Pavlov
menyertakan suatu kotak hitam setiap kali membunyikan bel. Saliva muncul
saat anjing melihat kotak hitam tersebut. Hal ini disebut dengan second-
order conditioning.

B. Evaluasi
Pada dasarnya ide Pavlov bukanlah hal yang baru. Pada abad ke-17, Locke
mengemukakan pengetahuan mengenai asosiasi. Tetapi Pavlov menjelaskan
prinsip asosiasi ini berdasarkan ekperimen empiris. Seperti telah diketahui,
Pavlov tidak menemukan hal lain tentang pengkondisian; pengkondisiannya
terlihat terbatas pada respon bawaan. Sekalipun begitu, Pavlov adalah yang
pertama memunculkan teori belajar secara signifikan.

C. Teori J. B. Watson
a. Enviromentalist, Watson adalah seorang behaviorist. Ia mengatakan bahwa
kita seharusnya hanya mempelajari perilaku yang tampak. Ia juga seorang
environmentalist dan mengajukan hal popular berikut:
Berikan aku balita yang sehat, dan terbentuk dengan baik, dan dengan
duniaku sendiri aku dapat membuat salah satu dari mereka secara acak
menjadi apapun yang aku pilih dokter, pengacara, seniman, penjual, koki,
dan bahkan seorang pengemis atau pencuri, tidak peduli kemampuan, bakat,
kecenderungan (tendencies), vokasi, dan ras dari leluhurnya (1924, p. 104)
Setelah kalimat ini, Watson menambahkan aku mungkin menambah-
nambahkan hal tersebut, namun mereka (Advocates of the contrary)
melakukan hal yang sama, dan mereka melakukan hal itu sudah mereka
lakukan selama ribuan tahun. (p.104)

b. Study of Emotions, Salah satu hal yang dipelajari Watson adalah


pengondisian emosi. Ia mengatakan bahwa ketika lahir, seseorang sudah
memiliki 3 reaksi emosi bawaan yaitu takut, amarah dan cinta.
- Takut, Watson mengatakan (1924, pp. 152 154), diobservasi ketika
bayi tiba-tiba melompat, bernafas cepat, mengepalkan tangannya,
menutup matanya, jatuh, dan menangis. Ada dua unconditioned stimulus
yang menghasilkan rasa takut. Pertama adalah suara kencang yang tiba-
tiba, yang kedua adalah kehilangan bantuan (seperti ketika kepala bayi
terjatuh). Meskipun begitu, Anak kecil yang lebih tua takut akan banyak
hal, oleh karena itu, terdapat proses belajar rasa takut.
- Amarah adalah respon tidak dipelajari terhadap ditahannya gerakan
tubuh. Misal ketika seorang anak berumur 2 tahun, dilarang untuk pergi
ke tempat yang ia mau, maka ia akan teriak dan badannya menjadi kaku.
Ia berbaring kaku, seperti sebuah tiang di tengah jalan dan ia berteriak
hingga mukanya menjadi biru (p.154). Meskipun amarah merupakan
respon pada satu situasi ditahan secara paksa namun kemudiannya,
hal ini diekspresikan pada situasi lain seperti diperintahkan untuk
membersihkan muka, mencuci kaki, sikat gigi, ganti baju, dan
seterusnya. Hal ini membangkitkan rasa amarah karena hal tersebut
sudah terasosiasi dengan penahanan fisik.
- Cinta, adalah awalnya adalah sebuah respon yang dihasilkan akibat
mengelus kulit, menggelitik, mengayunkan, dan menepuk kepala. Bayi
merespon ini dengan tersenyum, tertawa, gurgling dan cooing, dan
respon-respon lainnya yang disebut afektif dan baik. Meskipun Watson
tidak menggunakan prinsip Freud, ia mengatakan bahwa respon tersebut
sangat mudah untuk dibangkitkan dengan stimulasi pada , dengan istilah
seadanya, daerah erogenous, misalnya puting, bibir, dan organ seksual
(p.155).
Bayi pada awalnya tidak mencintai orang tertentu, tapi mereka
dikondisikan untuk melakukan hal tersebut. Muka ibu biasanya
diasosiakan dengan menepuk kepala, mengayun-ayun, dan mengelus,
maka hal tersebut menjadi conditioned stimulus. Kemudian, orang lain
juga memberikan respon yang serupa sehingga dapat menghasilkan
respon yang serupa.

c. Conditioning fear on Little Albert, Watson dan Raynor (Watson, 1924, pp.
159 164) ingin mencari tahu apakah mereka dapat mengkondisikan rasa
takut terhadap tikus pada Albert. Pada percobaan pertama ia tidak
menunjukkan rasa takut, berikutnya peneliti menunjukkan tikus dan
memukulkan sebuah tiang dibelakang kepala Albert pada 4 kali kesempatan,
dan menghasilkan respon kaget. Setelah itu Albert pun telah terkondisikan
untuk menakuti sang tikus. Beberapa hari kemudian, Watson dan Raynor
menguji generalisasi stimulus. Mereka menemukan meskipun belum pernah
melihatnya sebelumnya, Albert menghasilkan respon takut pada benda
berbulu, seperti kelinci, anjing, mantel berbulu, kapas wool, an bahkan
topeng sinterklas.
d. Practical Applications. Salah satu inovasi praktis terbesar Watson adalah
metode untuk me-dekondisikan rasa takut. Sayangnya, Watson tidak dapat
melakukan metode ini pada Albert karena Albert seorang yatim piatu dan
sudah diadopsi dan berpindah ke kota lain ketika sebelum metode ini
dicoba. Namun ia melakukan metode ini pada anak berumur 3 tahun
bernama Peter melalui koleganya, Mary Cover Jones. Jones mencoba
berbagai metode, namun yang digarisbawahi adalah metode berikut. Peter
diberikan kudapan siang, dan kelinci ditunjukkan pada jarak yang tidak
mengganggu. Setiap hari, jarak kelinci didekatkan kepada Peter, hingga
pada jarak tertentu, Peter mulai terganggu. Meskipun begitu, kelinci tetap
didekatkan terus-menerus tiap harinya ketika Peter sedang memakan
kudapannya, hingga akhirnya Peter menggunakan satu tangannya untuk
memakan kudapannya, dan tangan lainnya untuk bermain dengan kelinci.
Dengan metode yang sama, Jones menghilangkan rasa takut Peter lainnya.
Metode yang dilakukan Jones merupakan metode yang inovatif pada
waktunya, dan zaman sekarang, metode itu merupakan salah satu bentuk
modifikasi perilaku yang disebut systematic desensitization. Pertama-tama
subjek dibuat rileks terlebih dahulu lalu secara bertahap diberikan stimulus
yang ditakuti, peneliti harus memastikan bahwa subjek tidak merasa terlalu
cemas. Secara bertahap, subjek mengasosiasikan stimulus tersebut dengan
rasa rileks, dibandingkan dengan rasa takut.

D. Evaluasi
Watson tidak membatasi sarannya untuk menggunakan metode yang ia
temukan untuk menghilangkan rasa takut. ia juga punya banyak gagasan dalam
bidang parenting, dan ingin menjadikannya sebagai disiplin ilmu. Watson
menyarankan kepada orangtua untuk membuat jadwal yang kaku untuk anak,
dan untuk tidak mencium, memeluk, dan mengelus anak-anaknya. Ia percaya
dengan melakukan hal ini, ketika anak melihat orang tua, ia akan menghasilkan
respon-respon toleransi dan mereka tidak akan melepaskan diri dari orangtua
dan mengeksplorasi dunia sendiri. Saran ini sangat influensial pada tahun
1930an, namun dinilai terlalu ekstrim. Selain itu pengaruh dari Spock, Bowbly,
dan lainnya, mengakibatkan orang tua membuat jadwal yang lebih fleksibel
dan lebih menyayangi anak mereka.

E. Teori Operant Conditioning B. F. Skinner


The Operant Model
Seperti Watson, Skinner merupakan seorang behavioris yang sangat
disiplin. Dia yakin bahwa psikologi seharusnya dapat menjelaskan mengenai
proses mental (seperti tujuan, hasrat, dan tujuan), hal ini harus dapat dijelaskan
melalui perilaku yang nampak (overt behavior). Skinner merupakan seorang
environmentalist: sekalipun Skinner menyadari bahwa organisme hadir di
dunia membawa sumbangan genetik, Skinner merasa lingkungan memiliki
kontrol pada perilaku.
Berbeda halnya dengan Watson, model awal yang dikembangkan Skinner
bukanlah pengkondisian yang diusulkan oleh Pavlov. Menurut Skinner, respon
dari penelitian Pavlov adalah pemikiran terbaik tentang responden. Respon
yang muncul merupakan respon yang bersifat otomatis.
Hal yang membuat Skinner tertarik adalah operant. Untuk mempelajari
operant conditioning, Skinner mengkonstruksikan suatu perangkat yang
disebut dengan Skinner box. Skinner meyakini bahwa perilaku operan
memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Perilaku dapat ditentukan
dari konsekuensinya.

Principles of Conditioning
Reinforcement and Extiction
Skinnerian menunjukkan pengalaman manusia diawali sejak masa bayi,
dapat dikendalikan dengan stimulus penguat. Beberapa penguat, seperti
makanan atau cara menghilangkan rasa sakit, adalah primary reinforcers;
hal tersebut memiliki properti penguat natural. Penguat lainnya seperti
senyuman, pujian, perhatian, bisa jadi merupakan conditioned reinforcers;
dapat dilihat ketika ada asosiasi dengan primary reinforcers.
Perilaku operan, seperti perilaku repsonden juga bisa menjadi extinction.
Perilaku operan juga dapat menunjukkan spontaneous recovery.
Immediacy of Reinforcement
Skinner menemukan bahwa dirinya dapat mendapatkan respon yang
cepat saat dirinya memberikan penguatan yang segera pula.
Discriminative Stimuli
Dikatakan bahwa pengkondisian operan dideskripsikan tanpa stimulus
awal. Hal ini benar, tetapi tidak berarti bahwa stimulus bersifat tidak
penting. Stimulus yang menghasilkan respon dapat meningkat dalam
pengendalian tersebut. Sekalipun stimulus diskriminatif melibatkan
pengendalian, hal ini seharusnya menekankan bahwa pengendalian ini tidak
otomatis.
Generalization
Dalam pengkondisian operan, sebagai responden, terdapat proses yang
disebut dengan stimulus generalization. Contohnya adalah seorang anak
yang mengatakan Da da setiap kali melihat ayahnya, tidak mengatakan
hal tersebut ketika melihat ibunya. Tetapi ternyata anak tersebut
mengatakan Da da setiap kali melihat laki-laki. Stimulus ini sudah
tergeneralisasikan, ini waktunya orang tua mengajarkan hal yang benar
yaitu mengajarkan perbedaan-perbedaan kepada anaknya.
Shaping
Perilaku operan tidak terjadi pada semua kejadian atau tidak sama sekali.
Hal ini dipelajari, sedikit demi sedikit. Skinner berpendapat bahwa untuk
mendapatkan suatu respon memerlukan proses shaping atau pembentukan.
Behavior Chains
Sekalipun perilaku bisa dibentuk sedikit demi sedikit, hal itu pun harus
dikembangkan, diintegrasikan dengan respon yang berantai. Hal ini
memberi sinyal kepada manusia untuk menentukan tindakan apa yang
selanjutnya akan dilakukan.
Schedules of Reinforcement
Skinner mengobservasi bahwa perilaku manusia sehari-hari terus
menerus dikuatkan, setiap waktu; sekalipun hal itu dikuatkan dalam jangka
waktu yang sebentar. Menurut percobaan Skinner, terdapat pengaruh dari
perbedaan jadwal pemberian penguatan.
- Fixed-interval schedule (Jadwal interval tetap):
Objek menyadari waktu kapan dirinya akan menerima penguat positif
sehingga selama jangka waktu dia tidak menerima penguat positif,
respon objek akan berkurang kemudian akan meningkat lagi ketika
mendekati waktu akan mendapat penguat positif. Jadwal interval tetap
menyebabkan jumlah tinggi memberi respon dekat akhir interval, tetapi
jauh lebih lambat memberi respon setelah ada penguat tersebut.
- Fixed-ratio schedule (Jadwal rasio tetap):
Penguatan positif yang diberikan untuk memperkuat perilaku setelah
sejumlah respon. Menghasilkan respon yang tinggi.
- Variable-interval schedule (Jadwal interval bervariasi):
Sebuah respon akan diperkuat setelah sejumlah variasi waktu yang tidak
dapat diprediksi berlalu.
- Variable-ratio schedule (Jadwal rasio tetap):
Penguatan positif yang diberikan setelah respon muncul beberapa kali,
tetapi dalam basis yang tidak tetap dan tidak dapat diprediksi.
Negative Reinforcement and Punishment
Sejauh ini fokus yang dibahas adalah penguatan secara positif. Penguatan
berarti menguatkan munculnya suatu respon, dan penguatan positif
menguatkan respon dengan cara menambahkan konsekuensi positif seperti
makanan, pujian, atau perhatian. Respon juga dapat ditingkatkan melalui
penguat negatif, dengan cara menghilangkan stimulus yang tidak enak atau
yang tidak disukai.
Ketika diberikan hukuman, hal itu tidak menguatkan perilaku tetapi
menghilangkannya. Menurut Skinner hukuman merupakan teknik paling
umum untuk mengendalikan hidup. Hukuman tidak selalu berdampak
dengan baik.

Internal Events:
Thoughts, Feelings, and Drives
Thoughts
Skinner tidak menolak keberadaan hal-hal yang ada di dalam diri
manusia sekalipun dia menekankan pentingnya.perilaku yang terlihat.
Skinner mengerti bahwa manusia dapat merasakan sensasi dari dalam diri.
Manusia dapat berpikir. Berpikir semata-mata lebih tersembunyi daripada
perilaku. Pemikiran merupakan penyebab adanya perilaku.
Feelings
Skinner menyatakan bahwa manusia memiliki perasaan, sama halnya
seperti memiliki pemikiran. Tetapi perasaan tidak terlalu menyebabkan
munculnya perilaku seperti halnya pemikiran. Respon emosional dapat
dijelaskan berdasarkan melalui prinsip teori belajar. Banyak emosi
diproduksi dari perbedaan kontingen penguatan. Skinner meyakini bahwa
kita dapat memahami emosi jika kita melihat hal itu sebagai produk kontrol
dari lingkungan.
Drives
Dalam hal ini secara konsep dorongan makan dan minum tidak memiliki
status khusus sebagai penguat. Makan dan minum, seperti tindakan lainnya,
memungkinkan menjadi penguat yang baik atau sebaliknya, bergantung
pada probabilitas terjadinya di suatu waktu.

Species-Specific Behavior
Skinner berpendapat bahwa kita tidak perlu melihat hal-hal yang berada di
dalam diri organisme sebagai penyebab dari perilaku. Perilaku dikendalikan
oleh lingkungan eksternal. Sekalipun terdapat keterbatasan di lingkungan. Pada
praktiknya, Skinnerian sering kali setuju dengan species-specific behavior
sebagai topografi dari respon. Topografi semata-mata merupakan deskripsi dan
bukan merupakan hal mendasar yang menjadi bagian penting dalam analisis,
penguat membentuk dan memelihara perilaku. Sekalipun begitu, topografi
merupakan hal yang esensial.
Skinner berpendapat sekalipun species-epecific behavior merupakan produk
dari kesatuan lingkungan. Lingkungan secara selektif menguatkan semua
perilakutidak hanya pada kehidupan hewan tetapi juga pada masa evolusi
spesies.
Practical Application
Behavior Modification with Children with Autism, penelitian Skinner
sangat mudah diterapkan. Sudah terlihat bahwa Skinnerian menghilangkan
amarah dan membuat mereka dikelas rendah berperilaku semestinya.
Penggunaan teknik operant merupakan cabang dari modifikasi perilaku dan
melengkapi teknik systematic desentization yang dicanangkan oleh Watson dan
Jones. Lovaa menunjukan salah satu contoh terapi operant yang menakjubkan
dengan melaytih anak dengan autism. Lovaa mencoba mengendalikan perilaku
mereka sehingga dapat diganti. Lovaa menerapkan dengan cara memberikan
reinforcement untuk perilaku yang diterima secara sosial, dan memberikan
punishment untuk perilaku yang sebaliknya. Jika mereka melakukan perilaku
yang tidak sesuai secara sosial, Lovaa akan mengatakan Tidak! yang
kencang dan memukul paha mereka, jika mereka melakukan hal yang sesuai
dengan sosial, Lovaa memberikan sereal atau reward lainnya dan mengatakan
bagus. Seringkali, perilaku harus dibentuk secara bertahap, seperti ketika
terapis melatih anak yang bisu. Mereka memberikan reward untuk berbagai
macam vokalisasi, bahkan jika hanya suara udara keluar dari mulutnya, ketika
sudah biasa, peneliti mulai menyebutkan kata dan memberikan reward untuk
perkataan yang mendekati kata tersebut hingga kata yang disebutkan dapat
disampaikan. Pada beberapa kasus, ada anak yang sangat diam sehingga
peneliti harus menggelitik anak tersebut dan menggerakan mulutnya untuk
mengeluarkan suara. Sebenarnya, hal ini melanggar paradigma Skinner karena
operant conditioning menguatkan respon yang dikeluarkan sendiri, sehingga
hal ini harus segera diselesaikan.

Programmed Instruction
Skinner juga berkontribusi kepada pembelajaran siswa dengan
penemuannya akan mesin yang mengajar dan instruksi terprogram.
Mekanisme mesin ini sederhana, pertama seseorang membaca suatu wacana,
lalu menjawab pertanyaan, dan akhirnya siswa menggerakan tuas untuk
melihat apakah jawaban Ia benar. Yang perlu ditekankan disini bukanlah
mesinnya, melainkan programnya yang dapat berbentuk booklet atau software
yang dapat di install dalam komputer. Instruksi yang diprogram memiliki
beberapa prinsip Skinnerian. Yang pertama, ini dilakukan dalam langkah kecil,
menurut Skinner, perilaku baru lebih baik dibentuk secara perlahan. Yang
kedua, pelajar disini aktif, karena naluri alamiah dari organisme. Dan yang
ketiga, umpan balik yang diberikan bersifat langsung, karena menurut Skinner
proses belajar paling banyak ketika penguatan diberikan secara langsung
(penguatan dari kasus ini adalah pengetahuan akan jawaban yang diberikan
benar). Secara teknis, instruksi terprogam mengalami beberapa kesulitan,
misalnya siswa terkadang langsung menggunakan program ini tanpa
memahami materi pelajaran terlebih dahulu. Meskipun begitu, prinsip yang
tertanam didalamnya bersifat penting dan membuat usaha untuk
menyelesaikannya sepadan.
Prinsip yang terdapat didalam instruksi terprogram bersinggungan dengan
prinsip Montessori. Skinner dan Montessori ingin membuat proses belajar
bersifat indivual, aktifitas sendiri yang dimulai sesuai dengan kemampuan dan
tingkatan siswa itu dan meningkatkan kemampuan secara bertahap. Tujuannya
bukan untuk menjatuhkan, lewat kritik dan punishment, namun untuk
menjadikan proses belajar suatu pengalaman positif.
Namun, terdapat juga perbedaan dari Skinner dan Montessori. Salah satunya
Montessori membiarkan siswa memilih tugas mereka sendiri lalu pengajar
bekerja dibelakang layar. Sedangkan instruksi terprogram secara tidak
langsung menmbuat siswa mengikuti perintah orang dewasa (programmer dari
instruksi tersebut). Meskipun begitu, kesamaan mereka tidak dapat diacuhkan,
terutama bagaimana mereka ingin menjadikan belajar sebagai pengalaman
positif.
IMPLEMENTASI TEORI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

A. Ivan Pavlov
Seperti yang telah dijelaskan di atas, Pavlov menjelaskan tentang classical
conditioning. Jika teori ini diterapkan pada manusia, ketika memberikan
stimulus berupa US akan memicu keadaan emosional seperti sedih, senang,
marah, dan sebaagainya. Jika pada setting pendidikan, misalnya adalah saat
guru menghendaki siswanya untuk dapat merasakan emosi positif saat guru
menjelaskan tentang suatu meteri pelajaran. Dimana pada awalnya, kondisi
guru menjelaskan tentang suatu materi pelajaran adalah stimulus netral yang
responnya tidak dikondisikan. Di kondisi lain, anak akan merasakan emosi
positif (UR) berupa senang saat gurunya memberikan senyum, berkata-kata
positif, dan sebagainya (US). Sehingga untuk menghendaki siswa merasakan
emosi positif saat guru menjelaskan suatu materi pelajaran, dapat menerapkan
teori classical conditionng. Caranya adalah saat guru menjelaskan suatu materi
pelajaran, guru dapat memberikan senyum (US) kepada siswanya. Sehingga,
terjadilah conditioning serta akan menghasilkan US berupa emosi positif dari
siswa. Pada akhirnya ketika diberikan CS berupa guru menjelaskan suatu
materi pelajaran, maka akan didapatkan CR berupa emosi positif dari siswa.
Jadi terjadilah proses pembelajaran bahwa jika guru menjelaskan suatu materi
pelajaran, siswa akan merasakan emosi positif berupa senang.
Hal serupa akan terjadi bila guru memberikan perilaku yang tidak
menyenangkan yang membuat UR dari siswa akan berubah menjadi sesuatu
yang tidak positif pula. Sehingga jika dilakukan proses conditioning, maka
suatu stimulus neutral berupa guru menjelaskan suatu materi pelajaran akan
menghasilkan CR berupa suatu emosi negatif seperti sedih. Oleh karena itu
menurut teori ini, lingkungan yang baik dapat membuat perilaku anak menjadi
perilaku yang baik serta positif pula.

B. Skinner
1. Modifikasi Perilaku pada Anak-anak Autis
Penggunaan teknik operan untuk memperbaiki masalah perilaku adalah
cabang dari modifkasi perilaku. Teknik operan melengkapi desensitisasi
sistematis Prosedur pertama kali digunakan oleh Watson dan Jones.
Contoh yang mengesankan terapi operan adalah perlakuan Lovaas pada
anak-anak autisme. Autisme pertama kali dijelaskan oleh Kanner pada tahun
1943. Ini adalah gangguan parah di mana anak-anak sangat terisolasi. Anak-
anak juga melakukan perilaku berulang seperti memutar benda atau
mengepak-ngepakan tangan mereka. Banyak yang bisu, dan yang lainnya
mengatakan ulang apa yang mereka dengar. Beberapa terlibat dalam
perilaku yang merugikan diri sendiri, seperti memukul diri mereka sendiri
(Lovaas, 2003; Koegel & Koegel, 2006, hal 34.).
Lovaas mencoba mengontrol perilaku anak-anak sehingga ia dapat
mengubahnya. Dia mencoba untuk menghilangkan perilaku sosial yang
tidak pantas dan memperkuat perilaku sosial yang sesuai. Jika seorang anak
terlibat dalam echolalia, perilaku berulang, atau perilaku yang merugikan
diri sendiri, Lovaas memberikan perhatian atau menghukum anak dengan
keras "Tidak!" atau tamparan di paha. Jika anak melakukan sesuatu yang
lebih tepat, seperti membacakan pidato yang benar, Lovaas memberikan
anak hadiah, mungkin sedikit sereal lezat dan kata "Baik" (Lovaas, 1987).
2. Pembuatan Program Instruksi
Skinner kontribusi terhadap pendidikan anak normal melalui penemuan
mesin pengajar dan pembuatan program instruksi (Skinner, 1968). Mesin
pengajar adalah alat sederhana yang memfasilitasi seseorang untuk
membaca sebuah bacaan singkat, menjawab pertanyaan, dan kemudian,
dengan memutar tombol, lihat apakah salah satu benar. Pada mesin pengajar
tersebut menggunakan program instruksi yang mewujudkan beberapa
prinsip Skinnerian.
a. Pertama, program tersebut dijalankan dengan langkah-langkah kecil,
karena Skinner telah menemukan bahwa cara terbaik untuk membangun
perilaku baru adalah untuk membentuk sedikit demi sedikit.
b. Kedua, pelajar aktif, karena ini adalah kondisi alami dari organisme.
(Ingat bagaimana anjing Pavlov, Sebaliknya, yang dimanfaatkan dan
hanya bereaksi terhadap rangsangan).
c. Ketiga, umpan balik segera diberikan, karena Skinner menemukan bahwa
belajar adalah paling cepat saat segera diperkuat. (Penguatan sini adalah
pengetahuan bahwa jawaban seseorang benar).

C. Watson
Watson juga menjelaskan mengenai classical conditioning. Dimana teori
Watson juga menjelaskan tentang asosiasi. Misalnya contoh implementasi
lainnya adalah memebuat suasana belajar menjadi menyenangkan, misalnya
guru mengajak siswanya belajar sambil bermain games. Dengan hal ini,
memungkinkan terjadinya asosiasi antara sekolah dengan emosi yang
menyenangkan. Sehingga responnya adalah siswa menjadi semangat belajar
yang disebabkan stimulus berupa suasana belajar yang menyenangkan dan
rajin datang ke sekolah karena akibat asosiasi antara suasana belajar yang
menyenangkan dengan datang ke sekolah.
KRITISI TEORI

A. Ivan Pavlov
Kritisasi:
Pada teorinya Pavlov menjelaskan bahwa dalam perkembangan, tingkah
laku dihasilkan dari lingkungan eksternal dengan menggunakan cara belajar
asosiasi. Pavlov mengasosiasikan stimulus yang tidak dikondisikan contohnya
makanan (Unconditioned stimulus) dengan stimulus yang dikondisikan
contohnya suara bel (conditioned stimulus) untuk mengahasilkan respon yang
dikondisikan contohnya keluarnya saliva (conditioned response). Pavlov juga
menemukan beberapa prinsip asosiasi denan menggunakan eksperimen, seperti
extinction, situmulus generalization, discrimination, dan higher-order
conditioning. Namun teori Pavlov hanya dibatasi pada respon bawaan (innate
responses) seperti mengeluarkan saliva saat melihat makanan dan
ketergugahan seksual.

B. Watson
Kritisi:
Secara garis besar teori Watson telah banyak digunakan sebagai landasan
dalam teori-teori psikologi. Namun dalam waktu yang bersamaan pula model
ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan yang pertama adalah, peneliti-
peneliti menemukan suatu kondisi dimana kita akan lebih susah
mengkondisikan respon bayi. Ini dapat terjadi pada 1 bulan peratama
kehidupan bayi. Mungkin, classical conditioning akan lebih mudah diterapkan
ketika bayi telah mengembangkan apa yang disebut Piage sebagai circular
primary. Ketika mereka telah mampu mengkoordiknasikan sensorimotor
mereka, mungkin mereka akan lebih mudah untuk belajar membuat berbagai
macam asosiasi.
Kekurangan yang kedua adalah jenis conditioned stimuli yang akan
dipelajari oleh manusia. Sebagai contoh, peneliti-peneliti mencoba untuk
mengkondisikan bayi untuk takut pada objek seperti tirai dan kayu penghalang
sebagai ganti dari tikus, hal ini menjadi lebih sangat susah. Mungkin manusia
secara bawaan hanya dapat merespon pada stimulus takut tertentu. Mungkin
terdapat batasana secara biologis terhadap jenis jenis stimulus yang akan
diasosiasikan dengan respon yang berbeda.
Kekuangan yang ketiga , jika kita lihat dari sudut pandang learning theory,
classical conditioning juga memiliki kekurangan pada jenis-jenis respon
tertentu. Hal ini mungkin akan bekerja dengan baik pada saat kita
mengkondisikan respon bawaan dan reflek. Ini akan menjadi pertanyaan besar
bagaimana kita mengkondisikan respon yang kompleks dan aktif seperti
berbicara, menggunakan suatu alat, menaro atau bermain. Ketika kita
menguasai suuatu skill. Kita tidak akan terbatas pada reaksi bawaan pada
stimulus, tetapi kita melibatkan perilaku trial-and-eror dan menacari hal terbaik
untuk dilakukan.

C. Skinner
Kritisasi:
Skinner memerluas teori belajar yang dimilikinya. Skinner memelajari
operant behavior, dimana organism bebas bertingkah laku dan dikontrol
dengan konsekuensi dari tingkah laku yang dihasilkannya. Skinner
menunjukan bagaimana memengaruhi dengan menggunakan perencanaan
dalam pemberian reinforcement, shaping, dll. Skinner juga menunjukan
pentingnya ide yang dimilikinya.
Beberapa tearinya dipergunakan untuk mengaplikasikan sikap otoritas
seperti mengontrol, memanipulasi dan memrogram tingkah laku seseorang,
namun Skinner menyatakan bahwa lingkungan memang faktanya dapat
mengontrol tingkah laku dan bagaimana kita menggunakan pengetahuan yang
dimiliki bergantung kepada kita, menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
tujuan manusia atau yang tidak sesuai.
Developmentalists juga merasa kurang setuju dengan teori Skinner
mengenai mengontrol dan mengubah tingkah laku anak, ketika kita seharusnya
memahami anak dan memberikan kesempatan untuk tumbuh kembangnya.
Terdapat tiga hal yang bertentangan dengan teori perkembangan, yaitu pertama
teori perkembangan sering mendiskusikan faktor internal, contohnya Piaget
yang mendeskripsikan struktur mental kompleks. Skinner menyatakan bahwa
beberapa konsep menjauhkan kita dari perkembangan science, dengan
membatasi pada pengukuran respon overt dan stimulus lingkungan. Namun
pada poin ini, Skinner dinilai terlalu ekstrim karena saat ini telah berkembang
banyak teori belajar yang memertimbangkan internal, kognitif, meskipun tidak
dapat secara langsung diukur.
Kedua Skinner meragukan fase-fase kehidupan, yang dinyatakan Piaget
bahwa fase dapat memprediksi apa yang dapat anak pelajari. Skinner justru
beranggapan bahwa lingkungan membentuk tingkah laku anak secara bertahap
dan berkelanjutan. Skinner mengakui bahwa ia harus memerhatikan umur anak
pada eksperimen. Skinner berpendapat bahwa umur berperan pada topografi
dari tingkah laku, ini membantu mendeskripsikan tingkah laku yang di berikan
eksperimenter untuk dibentuk atau dipertahankan.
Ketiga, isu mengenai sumber dari perubahan tingkah laku. Developmentalist
percaya bahwa tingkah laku, perasaan, dan tindakan anak berkembang secara
spontan, dari diri anak. Tingkah laku tidak semata-mata pola dari lingkungan
eksternal. Contohnya adalah seorang bayi yang menjatuhkan balok, mendengan
suaranya, dan terus mengulang menjatuhkan balok. Menurut Skinner, suara
balok merupakan reinforcer yang mengontrol tingkah laku bayi tersebut,
namun lama keamaan reinforcer tersebut akan hilang efektivitasnya, karena
anak akan lebih tertarik dengan hasil yang lebih kompleks.
Oleh karena itu teori perkembangan mencoba menkonseptualisasian
bagaimana anak tumbah dan belajar dengan sendirinya, tidak bergantung pada
orang lain yang mengajari atau penguatan (reinforcement) eksternal. Juga
disaat yang sama, menerima bahwa lingkungan juga memberikan penguatan
dan pengontrolan tingkah laku.
DAFTAR PUSTAKA

2014. Biografi Burrhusm Frederic Skinner. Diakses pada 20 September 2016 dari
http://www.psychoshare.com/file-1547/tokoh-psikologi/biografi-burrhusm-
frederic-skinner.html

2014. Teori dan Perkembangan Kepribadian Menurut Watson. Diakses pada 20


September 2016 dari http://www.psikologiku.com/teori-dan-perkembangan-
kepribadian-menurut-watson/

Ayuni, Nizwa. 2016. Makalah: Teori Belajar Skinner. Diakses pada 20 September
2016 dari
http://www.academia.edu/5530705/Makalah_TEORI_BELAJAR_SKINNER

Crain, William. 2014. Theories of Development (Concept and Applications) 6th


ed. USA : Pearson Education Limited

Hutasoit, Isabella. 2016. Makalah Kepribadian Behavioristik Ivan Pavlov.


Diakses pada 20 September 2016 dari
http://www.academia.edu/8451910/Makalah_kepribadian_behaviosristik_ivan_
pavlov
LEMBAR KONTRIBUSI KELOMPOK

Nama/NPM Kontribusi
Menjelaskan bagian III (Implementasi
Nurjihan B. A./190110140025
teori)
Yemima N. H./190110140027 Menjelaskan bagian II (Isi teori)
Menjelaskan bagian I (Sejarah teori dan
Karunia I./190110140061
tokoh)
Menjelaskan bagian III (Implementasi
Irania K. S./190110140063
teori)
Socha K./190110140107 Menjelaskan bagian IV (Kritisi teori)
Menjelaskan bagian I (Sejarah teori dan
Natasya A./190110140109
tokoh)
M. Andri K./190110140131 Menjelaskan bagian II (Isi teori)
Rifda A. M./190110140133 Menjelaskan bagian IV (Kritisi teori)

Anda mungkin juga menyukai