Anda di halaman 1dari 8

REFERENCE PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL, TBK.

Slogan: Integrating Human Ingenuity, Technology, and Capital

Lokasi: Desa Ciwandan, Kecamatan Anyer, Kotamadya Cilegon, Banten


Pemilihan lokasi karena:
- Ciwandan sebagai wilayah kawasan industry Cilegon yang diterapkan oleh
pemerintah Cilegon
- Terletak tidak jauh dari kantor pusat, sehingga memudahkan koordinasi
- Lokasi dejat dengan laut, sehingga dapat memanfaatkan air laut sebagaiair
pendingin dalam system utilitas, selain iitu juga memudahkan dalam
trasnportasi produk dan suplai bahan baku
- Terletak di ujung pulau Jawa, sehingga memudahkan distribusi dan
pemasaran produk, baik produk utama maupun produk samping.

Raw material
1. Naphta (light naphta (spgr < 0.7) dan heavy naphta (spgr >0.7))
dari kilang minyak
- Naphta domestik dari Pertamina Cilacap, Pertamina Bontang, dan
Pertamina Balikpapan, dengan konsumsi 10% per-tahun.
Kenapa dari Pertamina yang dikonsumsi hanya sedikit? Karena dari
pihak Pertamina sendiri lebih memprioritaskan produksinya untuk
kebutuhan Bahan Bakar Minyak dan Bahan Bakar Gas domestik, maka
pasokan dari Pertamina makin lama makin berkurang.
- Sebagian besar naphta impor didatangkan dari Jubail Naphta, Saudi
Aramco Shell Refinery Company, Bahrain Pert Company, Qatar, Egypt
General Refinery Corporation, Abu Dhabi Gas Liquefaction Company
Limited (ADGAS), dan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC)
(Timur Tengah), Singapura, Sikka India Naphta (India), dan Marubeni
Petroleum Co. Ltd (Jepang).
Kenapa impor? Karena untuk membuat kualitas produk yang
diinginkan (spesifikasi produk sesuai dengan permintaan pasar dalam
negeri maupun pasar ekspor), maka diperlukan spesifikasi bahan baku
yang sesuai. Selain itu, alasan pengimporan naphta dari luar negeri pada
poses produksi etilen ialah tinjauan konsentrasi kandungan paraffin
yang dapat mempengaruhi perolehan yield etilen yang didapat. Naphta
yang diimpor memiliki kandungan paraffin yang lebih besar
dibandingkan naphta yang berasal dari Pertamina. Pada pembuatan
etilen, jika semakin jenuh rantai karbon atomnya, maka akan semakin
besar yield etilne yang didapatkan.
Spesifikasi Bahan Baku Naphta dari ADNOC
1. Densitas : 0.6567 gr/cm3
2. Initial boiling point : 35.5
3. 50% boiling point : 47.5
4. End boiling point : 135.5
5. Total Sulphur : 16.4 ppm
6. Paraffin : 16.4 (%v/v)
7. Olefin :-
8. Naphtaness : 5.1 (%v/v)
9. Aromatic : 1.8 (%v/v)
10. N-parafin total : 0.49

Spesifikasi Bahan Baku Naphta dari ADNOC


1. Densitas : 0.6575 gr/cm3
2. Initial boiling point : 34.5
3. 50% boiling point : 49
4. End boiling point : 1140
5. Total Sulphur : 235.9 ppm
6. Paraffin : 93.6 (%v/v)
7. Olefin :-
8. Naphtaness : 5.6 (%v/v)
9. Aromatic : 0.8 (%v/v)
10. N-parafin total : 0.5
- Naphta merupakan salah satu produk kilang minyak, yaitu fraksi ringan
dari crude oil berupa hidrokarbon C1-C9.

2. C3-LPG
- Diperoleh dari by-product pada produksi etilen yang merupakan hasil
dari proses propilen fraksinator.
- Fuel pada saat start up
- Pada saat awal produksi belum dihasilkan C3-LPG, sehingga C3-LPG
diimpor dari luar untuk diumpankan ke furnace.
- Spesifikasi C3-LPG:
Kandungan Komposisi (%v/v)
Propana 9596
Metana 0.040.05
Etana 23
Propilena 0.20.4
i-butana 11.25
n-butana 0.20.3
Sulfur 1020 ppm
Air Saturated

3. C2/C3 Recycle*
- Produk bawah dari etilen fraktinator
- Direcycle kembali untuk memperoleh yield etilen lebih tinggi
- C2/C3 Recycle dijadikan umpan ke furnace

4. C4/C5 Recycle*
- C4/C5 Recycle dihasilkan dari C4/C5 hydrogenation reactor
- C4/C5 Recycle dijadikan umpan untuk furnace, diharapkan dengan di re-
cracking dapat menghasilkan C2

Produk utama
a. Etilen (bahan baku polietilen, bijih plastik)
- Produk utama dengan kapasitas 600.000 ton/yrs
- Kemurnian 99.5%
- Banyak dipakai sebagai bahan baku LLDPE dan HDPE
- Sisanya dijual ke PT. Asahimas dan PT. TITAN
- Sifat-sifat fisik etilen sebagai produk utama:
1) Rumus molekul : C2H4
2) Struktur : H2 C = C H2
3) BM : 28.05 g/mol
4) Titik didih : -49.18
5) Titik lebur : -159.79
6) Bentuk zat : Gas
7) Warna : Colorless
- Sifat-sifat kimia etilen:
1) Hidrogenasi senyawa etilen terjadi pada suhu kamar dan
tekanan hydrogen rendah dengan katalis Palladium. Jika dengan
menggunakan katalis nikel, maka hidrogenasi terjadi pada
tekanan tinggi dan suhu 150200
2) Polimerisasi etilen (> 99%) te[olimerisasi dengan katalis
peroksida, seperti benzoil peroksida dan tert-butil peroksida
pada tekanan tinggi 10002500 atm dan suhu 100300.
3) Etilen dengan halogen pada tekanan rendah menghasilkan
dihaloetana, rekasi ini lebih cepat dengan klorin daripada
dengan iodine. Reaksi selanjutnya tidak akan sempurna C2H4
dan irreversible. Tetapi reaksinya tidak secepat dengan klorin
4) Oksidasi katalitik langsung menghasilkan etilen oksida sebagai
pengganti proses klorohidin dalam skala komersil
- Spesifikasi produk etilen:
Kandungan Unit Spesifikasi
C2H4 % mol Min. 99.9
C2H2 ppm mol Maks. 2
C2H6 ppm mol Maks. 500
C3H6 ppm mol Maks. 10
H2 ppm mol Maks. 5
CO2 ppm mol Maks. 0.2
CO ppm mol Maks. 0.2
H2S ppm mol Maks. 1

b. Propilen (bahan baku propilen, bijih plastik)


- Produk utama selain etilen, dengan kapasitas 240.000 ton/yrs
- Kemurnian 98.8%
- Digunakan untuk umpan dalam pembuatan polipropilen, dan sebagian
dijual ke PT. Nippon Shokubai Indonesia
- Spesifikasi propilen:
Kandungan Unit Spesifikasi
C3H6 % mol Min. 99.5
C3H8 % mol Maks. 0.5
C2H4 ppm mol Maks. 50
C2H6 ppm mol Maks. 100
C2H2 ppm mol Maks. 1
CO2 ppm mol Maks. 2
CO ppm mol Maks. 0.2
Sulfur ppm mol Maks. 1
MAPD ppm mol Maks. 3

c. Pirolisis gasoline
- Kapasitas 200.000 ton/yrs
- Campuran C6-C8, benzene, toluene, xilena digunakan sebagai fuel untuk
kendaraan dan diekspor ke negara lain
Produk samping bahan bakar atau direcycle dimanfaatkan kembali
a. Metana
- Digunakan sebagai fuel pada Gas Turbin Generator
- Digunakan sebagai fuel pada boiler unit utilitas
- Digunakan sebagai refrigerant dan refrigerator system
b. Etana
- Digunakan sebagai refrigerant dan refrigerator system
- Direcycle untuk dijadikan umpan furnace untuk diolah kembali menjadi
etilena.
c. Hydrogen
- Menghasilkan dua jenis hydrogen, yaitu hydrogen dengan kemurnian
99% dan hydrogen dengan kemurnian 96%
- Digunakan dalam proses reaksi hidrogenasi pada acetilena converter dan
pada polietilena plant (PE) dan polipropilena plant (PP)
d. Pyrolysis fuel oil
- Sebagian digunakan sebagai fuel pada boiler, dan sebagiannya dijual
e. Crude C4
- Dijadikan bahan baku untuk PT. Petrokimia Butadiena Indonesia
f. C3-LPG
- Direcycle kembali untuk dijadikan umpan untuk furnace dan sebagai
back-up fuel untuk furnace
g. C9
- Digunakan sebagai fuel pada boiler atau reactor yang disesuaikan dengan
kebutuhan pada saat itu

Produk akhir industry hilir yang berkaitan dengan industry olefin


1. Barang-barang dari plastic
2. Lembaran film
3. Kain sintetik
4. Obat-obatan
5. Pestisida, dll
Deskripsi Proses
1. Hot section: thermal cracking
2. Cold section: memisahkan komponen-komponen dari charge gas hasil dari
proses cracking pada temperatur operasi dibawah suhu ruang.

Hot Section
a. Merupakan daerah proses yang menggunakan kondisi suhu tinggi
b. Hot section thermal cracking
c. Pada section ini, produk yang diinginkan sudah terbentuk. Hanya saja masih
tercampur dengan hidrokarbon, hydrogen, dan air.
- Furnace
1. Digunakan tujuh buah furnace dengan tipe Short Residence Time (SRT-
V) dengan lisensi teknologi Lumnus Crest Technology (LCT) dan satu
buah furnace tambahan dengan lisensi teknologi Kellog Brown & Root
(KBR). 1 buah furnace untuk bahan baku C2/C3 recycle, dan 7 buah
furnace digunakan untuk naphta.
2. Umpan dipanaskan lebih dulu, sebelum masuk ke dalam furnace hingga
suhunya 60 (untuk mencegah terjadinya kondensasi sulfur dan nitrit
yang berasal dari bahan baku, dan dapat mengakibatkan korosi pada
koil) umpan dijaga aga kandungan sulfurnya tidak kurang dari 100
ppm, bertujuan agar proses coking dalam proses cracking dapat
dihambat.
3. Furnace dibagi dua bagiang convection section, umpan masuk dan
menerima panas secara konveksi dari flue gas hasil pembakaran fuel.
Panas ini juga dimanfaatkan untuk pemanasan boiler feed water hingga
menjadi superheated steam. radiant section, umpan menerima panas
secara radiasi oleh pembakaran bahan bakar dengan menggunakan heart
and wall burner dan mengalami proses cracking. cracking selesai
produk dari furnace harus langsung didinginkan untuk mencegah
berlanjutnya proses cracking proses pendinginan dilakukan dengan
mengontakkan secara langsung dengan quench oil.
4. Mengontrol proses cracking yang terjadi, variable yang harus dijaga:
Coil Outlet Temperatur (COT) sebesar 820835. umpan
diinjeksikan ke dilution steam dengan tujuan mendapatkan yield yang
lebih besar.
5. Bahan bakar furnace merupakan produk samping yang dihasilkan, yaitu
metana. Pembakaran dengan funace menggunakan dua macam burner,
yaitu Hearth Burner dan Wall Burner.

- Gasoline Fractinator (GF) dan PFO Stripper


1. Cracked gas dari furnace dialirkan ke GFO dengan suhu sekitar
200. Fungsi GFO ialah untuk memisahkan fraksi ringan dari cracked
gas dari fraksi beratnya, seperti Pyrolysis Fuel Oil (PFO) dan Pyrolisis
Gas Oil (PGO) produk bawah dari GF, dibawa ke PFO stripper
berperan sebagai control viskositas. Produk atas masuk ke Qurnch
Tower. PFO Stripper berlaku sebagai reboiler pada GF dan sebagai
refluks condenser pada Quench Tower.
2.

Anda mungkin juga menyukai