Anda di halaman 1dari 71

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Imunisasi

Definisi konsep dasar imunisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

1. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. (blog-Indonesia, 2008)
2. Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan
kekebalan terhadap penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu
penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. ( Notoatmodjo,2003:9)
3. Menurut pendapat Dr. Karel, Sp.A, Imunisasi adalah cara untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga kelak bila ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
sakit ringan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan


bahwa imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada anak atau
seseorang terhadap penyakit tertentu. untuk mengetahui informasi jadwal imunisasi
biasanya akan disosialisasikan oleh wilayah disekitar tempat tinggal.

Berikut jadwal imunisasi

jadwal imunisasi
A. Kekebalan yang Bekerja pada Bayi

Ada dua jenis kekebalan dalam tubuh bayi atau anak, yaitu:
1. Kekebalan aktif

Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.

Kekebalan aktif ini terbagi dua, yaitu:

1. Kekebalan aktif alamiah

Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah sembuh anak tidak
akan terserang campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan terhadap
penyakit tersebut.

1. Kekebalan aktif buatan

Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi), misalnya anak
diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.

2. Kekebalan pasif

Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi kekebalan
tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan, sehingga proses cepat
tetapi tidak tahan lama.

Kekebalan pasif ini terjadi dengan 2 cara:

1. Kekebalan pasif alamiah/kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi sejak
lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama(kira-kira hanya sekitar 5 bulan
setelah bayi lahir) misalnya difteri, morbili dan tetanus.
2. Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat
penolakan.

B.Tujuan Pemberian Imunisasi

Adapun tujuan diberikannya imunisasi kepada bayi adalah:

1. Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu


2. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapt mencegah gejala yang dapat
menimbulkan cacat atau kematian.

1. Syarat Pemberian Imunisasi


2. Bayi dalam keadaan sehat
3. Bayi umur 0-11 bulan
1. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Adapun penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu:

1. TBC
2. Polio myelitis (kelumpuhan)
3. Difteri
4. Pertusis
5. Titanus
6. Hepatitis
7. Campak

B.Jadwal Pemberian Imunisasi

Adapun jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada table berikut ini:

Selang waktu
Vaksinasi Pemberian imunisasi Umur
pemberian

1x

3x
BCG
0 12 Bulan

DPT I,II III 4 Minggu 2 12 Bulan


DPT

3x 4 Minggu 0 12 Bulan
HB

HB I,II,III 0 2 hari
HB Uniject

1x 4 Minggu 0 12 Bulan
Polio

4x 9 12 Bulan
Campak

Polio I,II,III,IV
1x

BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Dengan banyaknya analisa dari para ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada anak atau seseorang
terhadap penyakit tersebut. Pemberian imunisasi bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi tertentu dan Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat
mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian. Imunisasi terdri dari
BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, dan Campak.

1. Saran

Alangkah baiknya apabila kita mengetahi tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi.
Imunisasi itu sangat penting bagi pertumbuhan pada bayi, karena dapat memberikan
kekebalan tubuh serta mencegah terjadinya infeksi tertentu. Bagi orang tua yang
memiliki bayi atau balita sebaiknya selalu memperhatikan imunisasi apa yang belum
diberikan kepada sibayi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.2006. Imunisasi pada Balita , dilihat pada 12 Oktober 2012


(http://arikunto.wordpress.com/2006/05/12/imunisasi-ada-balita/)

Bangiwell, 2012, Imunisasi untuk Mencegah Penyakit, dilihat pada 12 Oktober


2012(http://bangiwell.blogspot.com/2012/05/imunisasi-untuk-mencegah-penyakit.html/)

Dokteranak, 2010, Contoh Mini Proposal Kebidanan Tentang Imunisasi, dilihat pada 12
Oktober 2012. (http://www.dokteranak.net/arsip/contoh-mini-proposal-kebidanan-
tentang-imunisasi.html/)

Notoatmodjo. 2003. Pengetahuan tentang Imunisasi 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Sarikata, 2005, Imunisasi pada Balita, dilihat pada 12 oktober 2010


(http://www.sarikata.com/index.php?fuseaction=home.baca&id=960, (2005). Imuni-sasi
Pada Balita.)
Scribd.com, 2010, contoh KTI Kebidanan, dilihat pada tanggal 12 Oktober
2012(http://www.scribd.com/collections/2457564/Contoh-KTI-Kebidanan/)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seorang inu hamil membutuhkan informasi tentang kehamilannya itu baik ibu yang
mengandung dan janin yang ada dalam kandungannya. Maka perlunya pengawasan dan
pendidikan yang diberikan oleh seorang petugas kesehatan kepada ibu hamil. Petugas kesehatan
ini kemudian dijadikan sebuah program yang disebut Antenatal Care. Program ini sebuah
program untuk menharahkan dan memberikan informasi tentang hal-hal yang harus dilakukan
seorang ibu agar janinnya tetap sehat dan terjadi kelahiran normal bagi bayi.
Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting menujukehamilan yang sehat.
Boleh dikatakan pemeriksaan kehamilan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para ibu
hamil. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau bidan dengan
minimal pemeriksaan 3 kali selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan trimester pertama,
trimester kedua dan pada kehamilan trimester ke tiga, itupun jika kehamilan normal. Namun ada
baiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan, sebulan dua kali
pada usia 7 - 8 bulan dan seminggu sekali ketika usia kandungan menginjak 9 bulan.
Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) sangat disarankan bagi para ibu hamil
untuk memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Pemeriksaan kehamilan adalah
serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dari awal kehamilan hingga proses
persalinan untuk memonitor kesehatan ibu dan janin agar tercapai kehamilan yang optimal.
Asuhan Antenatal Care meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan
informasi kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyakit kehamilan,
menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan menetapkan resiko kehamilan (resiko tinggi,
resiko meragukan, resiko rendah). (Manuaba, 2008).
Menurut World health organizations (WHO) tahun 2008, menyatakan bahwa masih
tingginya mortalitas dan morbilitas pada ibu hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang. di Negara miskin berkisar 25 30% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang
berkaitan dengan kehamilan dan persalinan.
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan
ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm (Guyton, 1997). Sementara
menurut manuaba (2005), kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. menurut Federasi Obstetri
Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (sarwono, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Dari pembahasan ini kita bisa menarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan antenatal care?
2. Apakah tujuan program antenatal care?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter
kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Juga mengetahui kesehatan
umum ibu, menegakan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakan secara dini
komplikasi kehamilan, dan menetapkan resiko kehamilan (Manuaba, 2009).

2.2Tujuan Antenatal Care (ANC)


1. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama ibu
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bagi bayi.
7. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan,
dan kala nifas.
8. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.
9. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,
laktasi, dan aspek keluarga berencana.
10. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Manuaba, I.B.G, 1998)

2.3 Manfaat Antenatal Care (ANC)


Manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk memperoleh gambaran dasar mengenai
perubahan fisiologik yang terjadi selama kehamilan dan berbagai kelainan yang menyertai
kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam
pertolongan persalinannya (Manuaba, 2009). Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat
bagi ibu dan janin, antara lain:
1) Bagi ibu
a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengobati secara dini
komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.
b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam menghadapi
persalinan.
c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan ASI.
d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi (Manuaba, 1999).
2) Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan prematur,
BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas suber daya manusia
(Manuaba, 1999).

2.4 Kebijakan Antenatal Care (ANC)


1) Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan.
Yaitu :
a) Satu kali pada triwulan pertama

b) Satu kali pada triwulan kedua

c) Dua kali pada triwulan ketiga

d. Standar Pelayanan ANC

2.5Standar Antenatal Care

1) Identifikasi Ibu Hamil


Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, anggota keluarganya agar mendorong ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal


Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi atau kelainan, khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS / infeksi HIV, memberikan pelayanan iminusasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus
mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

3) Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
serta melakukan rujukan tepat waktu.

4) Pengelolaan Anemia pada Kehamilan


Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus
anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5) Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan


Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda serta gejala pre eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat serta merujuknya.

6) Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester
ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan
kunjungan rumah untuk hal ini. (Standar Pelayanan Kebidanan. DepKes RI. 2000).

7. Frekwensi Antenatal Care


Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi
pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Menurut Dep Kes RI (2003)
dalam pelaksanaan ANC terdapat kesepakatan adanya standar adanya minimal yaitu dengan
pemeriksaan ANC 4 kali selama kehamilan sebagai berikut : 1). Minimal satu kali pada trimester
I ( 0-13 minggu) 2). Minimal satu kali pada trimester II (14-28minggu) 3). Minimal dua kali
pada trimester III (29-36 minggu).

8. Cakupan Antenatal Care


Cakupan pelayanan Antenatal care dapat di pantau melalui kunjungan baru ibu hamil kunjungan
pertama (K1) atau disebut juga akses dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit
empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali triwulan kedua, dan dua kali
pada triwulan ketiga dan keempat untuk melihat kwalitas. Cakupan kunjungan ibu hamil
keempat (K4) adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal care 4 kali
sesuai standar disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemerintah menetapkan cakupan
ANC > 95% (Peranginangin, 2006).
9. Pelayanan Anatenatal Care
Menurut Ari, (2009) bahwa dalam penerapan praktek sering dipakai standart minimal pelayanan
antenatal care yang disebut 7T yaitu: (Timbang) berat badan dan tinggi badan, Ukur (Tekanan)
darah. Ukur (Tinggi) fundus uteri, Pemberian imunisasi TT lengkap, Pemberian Tablet zat besi
minimum 90 tablet selama hamil, Tes terhadap penyakit seksual menular, Temu wicara dan
konseling dalam rangka rujukan.
10. Pelaksanaan Antenatal Care
Menurut Kusmiyati, Wahyuningsi,& Sujiyatini (2008) bahwa pemeriksaan yang sering
dilakukan dirumah sakit atau puskesmas yaitu:
a. Inspeksi
1. Muka : adalah kloasma gravidarum, keadaan selaput mata pucat atau
merah, udem, lidah dan gigi.
2. Leher: apakah ada bendungan vena di leher, kelenjar gondok
membesar atau kelenjar limfe membengkak.
3. Dada : bentuk buah dada, pigmentasi putting susu dan gelanggang
susu, keadaan putting susu, kolustrum.
4. Perut : Perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan pusat,
pigmentasi linea alba, nampakkah gerakan anak atau kontraksi rahim,
adakah striae gravidarum atau bekas luka
5. Vulva : keadaan perineum, varises, tanda Chadwick, kondylomata,
fluor.
6. Anggota bawah : adalah varises, edema, luka dan sikatris pada lipatan
paha
b. Palpasi
1. Untuk menentukan besarnya rahim, konsistensinya
2. Bagian-bagian janin, letak, presentasi
3. Gerakan janin
Cara palpasi menurut Leopold (Prawiroharjo & Wiknjosastro, 2005) yaitu:
1. Leopold I Tujuan untuk menentukan tinggi fundud uteri dan untuk
menemukan - presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh
fetus apa yang berada di fundus.
2. Leopold II Tujuan untuk menentukan batas samping rahim kiri-kanan
dan untuk menentukan letak punggung janin dan letak bagian-bagian
kecil.
Caranya : Letakkan kedua tangan pada sisi uterus, dan
tentukan dimanakan bagian terkecil bayi .(Hidayat, A.Aziz
Alimul, 2008).
3. Leopold III Tujuan untuk
menentukan bagian terbawah sudah atau belum terpegang
pada pintu atas panggul.
Caranya : Tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah
satu tangan secara lembut dan masuk kedalam abdomen
pasien diatas simpisis pubis.
4. Kemudian peganglah begian presentasi bayi, lalu bagian
apakah yang menjadi presentasi tersebut. (Hidayat, A.Aziz
Alimul, 2008).
Caranya :
a. Letakkan kedua tangan disis bawah uterus lalu
b. Tekan kedalam dan gerakkan jari-jari kearah romgga
panggul, dimanakah tonjolan sefalik dan apakah bagian
presentasi telah masuk .

5. Pemeriksaan ini dilakukan bila kepala masih tinggi, pemeriksaan leopold lengkap dapat
dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira bulan ke VI le atas.(Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008)
6. Leopold IV Tujuan untuk menentukan bagian terbawah janin apa dan
berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul.
c. Auskultasi
Uliyah dan Hidayat (2008) mengindikasikan bahwa auskultasi dilakukan menggunakan
stetoskop monoaural untuk mendengarkan:
1. Denyut jantung janin
2. Bising tali pusat, bising rahim, bising usus
3. Gerakan dan tendangan janin
Menurut Saifuddin,B.A. 2006, pelayanan / asuhan standar minimal 7 T adalah sebagai berikut
:
1. Timbang berat badan
Selama kehamilan antara 0,3 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan
dengan umur kehamilan kenaikan berat badan selama hamil
muda 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan
berat total adalah 9 12 kg. Bila ada kenaikan berat badan yang
berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti
bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar
(Depkes, 1997).
2. Ukur tekanan darah
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih.
Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia
kalau tidak ditangani dengan tepat
(Depkes, 1997).
3. Ukur tinggi fundus uteri
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah
sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 2 jari
diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri
pertengahan antara symphysispusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari
dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-
Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara
Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).
4. Pemberian imunisasi TT
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan
apabila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan interval
minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah
mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa
calon pengantin maka TT cukup diberikan satu kali saja. Dosis
pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas.
Adapun syarat pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a) Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau
meragukan diberikan II sedini mungkin sebanyak dua kali
dengan jarak minimal dua minggu.
b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan
suntikan ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang
pertama (Depkes RI, 1997).
5. Pemberian tablet zat besi
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan
pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 ug, minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama kopi atau teh karena akan mengganggu
penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi diminum
bersama air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu
diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi
berwarna hitam setelah ibu minum obat ini, hal tersebut adalah
normal (Depkes, 1997).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit
menular seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal
tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang
dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit penyakit menular
seksual harus segera ditangani.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Persiapan rujukan perlu disiapkan karena kematian ibu dan bayi
disebabkan keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat juga bahwa pelayanan
antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi.

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi


komponen-komponen (Saifudin, 2006) sebagai berikut:
1. Informasi yang dapat diberikan
Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga
karena selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.
Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau
tenaga medis lainnya.
Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan
kebiasaannya. Suami perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya
yang sedang hamil.
2. Anamnesis
Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari
pertama haid terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila
HPHT diketahui dan siklus haidnya teratur + 28 hari dengan
menggunakan rumus Naegele.
Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin.
Untuk primigravida gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu,
sedangkan multigravida 16 minggu. Nausea biasanya hilang pada
kehamilannya 12-14 mingggu.
Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta
berat bayi yang pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit
yang pernah diderita seperti penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes
melitus. Selain itu ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan,
keluarga, sosial, obstetri, kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin
ada pada ibu
3. Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan
umum, status gizi dan tanda vital. Pada mata dinilai ada tidaknya
konjungtiva pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan kloasma
gravidarum. Periksa gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa
pula jantung, paru, mammae, abdomen, anggota gerak secara lengkap.
4. Pemeriksaan Obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum
pemeriksaan kosongkan kandung kemih. Kemudian ibu diminta
berbaring terlentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu.
5. Pemeriksaan luar
Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus
ditunggu sampai dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan
teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat perbedaan suhu
dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa
digosokkan dahulu.
Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi
dalam 4 tahap. Pada pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa
menghadap ke arah muka ibu, sedangkan pada Leopold IV ke arah
kaki. Pemeriksaan Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri,
sehingga usia kehamilan dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi
fundus uteri dapat ditentukan dengan pita pengukur. Bandingkan usia
kehamilan yang didapat dengan hari pertama haid terakhir. Selain itu,
tentukan pula bagian janin pada fundus uteri: Kepala teraba sebagai
benda keras dan bulat, sedangkan bokong lunak dan tidak bulat.
Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping uterus dan
posisi punggung pada bayi letak memanjang. Pada letak lintang
ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III menentukan bagian janin
yang berada di bawah.
Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada di bawah,
juga bagian kepala yang telah masuk pintu atas panggul (PAP). Bila
kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala.
Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop
monoaural atau doppler. Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar
pada kehamilan 18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler terdengar
pada kehamilan 12 minggu.
Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak
janin, persentase janin, kondisi janin, serta taksiran berat janin.
Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack.
Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana
persalinan pervaginam secara spontan. Rumus tersebut:
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) N) X
155.
1. N = 13 bila kepala belum melewati PAP
2. N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
3. N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.
6. Pemeriksaan dalam
Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan
perineum dengan larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah
terdapat luka, varises, radang, atau tumor. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan inspekulo. Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan
sekret vagina. Lakukan pemeriksaan colok vagina dengan memasukan
telunjuk dan jari tengah. Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar
di liang vagina. Periksa adanya massa di adneksa dan parametrium.
Perhatikan letak, bentuk, dan ukuran uterus serta periksa konsistensi,
arah, panjang, porsio, dan pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini
harus dilakukan dengan cara palpasi bimanual.
Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam.
Pada kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar
telur angsa, dan 16 minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang
dewasa.
7. Pemeriksaan panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu
karena jaringan dalam rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari tengah ke dalam
liang vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk
merabanya. Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis.
Dengan ujung jari menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh
mungkin, tentukan bagian yang teraba. Raba lengkung sakrum dan
tentukan apakah spina iskiadika kiri dan kanan menonjol ke dalam.
Raba dinding pelvik, apakah luruh atau konvergen ke bawah dan
tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan bagian palmar jari-
jari tangan ke dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang dibentuk
antara os pubis kiri dan kanan.
8. Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah,
hematokrit, dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein,
dan glukosa.
2.6 Dampak Ibu tidak Antenatal Care (ANC)
1. Meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu
2. Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan.
3. Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini.

2.7 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTAK IBU HAMIL DENGAN


TENAGA KESEHATAN (K1)
(Depkes RI, 2008) (kontak ibu hamil diartikan sebagai kepatuhan dalam pelaksanaan
antenatal care)
1.Faktor internal
a. Paritas
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman
yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.
b. Usia
Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya daripada orang yang
belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola
berfikir seseorang akan lebih dewasa. Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir
secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

2. Faktor eksternal
a. Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak
pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.
b. Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan
kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c. Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang
rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul
pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan
protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan
energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

d. Sosial budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap
menyimpang.
Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam
memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e. Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan,
ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya,
hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat
terpencil.
f. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap
perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang
pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga
kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan
antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan
antenatal care.
g. Dukungan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan
bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti
bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan
kunjungan ulang.
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara
lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami
menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan
kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti
istri, berdoa untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri
dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal
care adalah perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standarpelayanan
antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedimi
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis
kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.
3.2 Saran
Di harapkan kepada mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu yang hamil normal
dengan baik dan benar. Dan kepada ibu hamil lebih baik sering melakukan pemeriksaan sedini
mungkin agar mengetahui perkembangan janin yang dikandungnya dan apa saja yang
dibutuhkannya baik diri sendiri maupun janinnya
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.indonesian-publichealth.com/2014/02/tujuan-pelayanan-antenatal-care-anc.html
2. http://asuhankebidanand3.blogspot.com/2013/01/antenatal-care-anc.html
3. http://midwiferyeducator.wordpress.com/2010/01/08/antenatal-care/
4. http://www.kajianpustaka.com/2013/07/antenatal-care.html
5. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-anc-ante-natal-care.html
6. http://zahra-zahrasblog.blogspot.com/2012/03/makalah-anc.html
7. http://arivaibeta.blogspot.com/2010/10/makalah-antenatal-care.html

Diposkan oleh Siti Zubaidah di


21.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Materi Kuliah
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

- See more at: http://kabarmalam.blogspot.com/2012/12/efek-kupu-kupu-terbang-di-blog.html#sthash.FgIXHctm.dpuf


CBOX - www.cbox.ws - v4.3 -->

Mau buat buku tamu ini ?


Klik di sini
[hide]
Insyallah
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus diberikan pada bayi
sampai bayi berusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.

2. Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase ASI
secara Eksklusif.

3. Masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI.

B. SARAN

1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan
menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan
payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.

2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin,
Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru
melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan menyusui.
Home

Artikel Kesehatan

Penyakit

Kesehatan

Kuliah

Lowongan Kerja

Home Kuliah Makalah Kesehatan Contoh Makalah Asi Eksklusif

Contoh Makalah Asi Eksklusif


Contoh Makalah Asi Eksklusif Sesuai dengan judul di atas artikel kali ini akan membahas
tentang Makalah Asi Eksklusif, ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali
vitamin dan mineral dan obat.

BAB I MAKALAH ASI EKSKLUSIF


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI. Namun, banyak ibu yang
mengganti ASI dengan susu formula. Padahal hal itu sangatlah tidak baik untuk seorang bayi.
Bayi umumnya diberikan ASI hingga berusia enam bulan, setelah itu ASI hanya berfungsi
sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang utama bagi bayi.
Di Indonesia masalah gizi buruk hingga saat ini masih belum teratasi. Salah satu masalah gizi
yang paling utama pada saat ini, di Indonesia adalah kurang kalori, dan protein. Hal ini banyak
ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan
golongan rentan. Selain itu banyak ibu yang melahirkan bayi prematur yaitu bayi dengan berat
badan rendah karena tidak sesuai dengan usia kelahirannya. Bayi dengan berat badan rendah
memiliki resiko besar terkena infeksi dan lebih memperlukan ASI lebih besar dibanding bayi
dengan berat badang normal.

Tetapi banyak ibu-ibu yang memberikan ASI hanya selama 3 bulan bahkan ada yang hanya
memberikan ASI selama satu bulan saja dikarenakan kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI
semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharan dan tumbuh kembang
bayi, Oleh sebab itu maka penulis membuat makalah dengan judul ASI EKSKLUSIF.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu ASI Eksklusif?


2. Apa saja pengelompokan ASI?
3. Apa saja manfaat ASI Eksklusif?
4. Bagaimana fisiologi pengeluaran ASI?
5. Apa saja komposisi ASI?
6. Apa saja keunggulan ASI daripada susu formula?
7. Bagaimana cara pemberian ASI yang benar?
8. Bagaimana cara menyimpan ASI yang benar?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi ASI Eksklusif.


2. Untuk mengetahui pengelompokan ASI
3. Untuk mengetahui manfaat ASI Eksklusif.
4. Untuk mengetahui fisiologi pengeluaran ASI
5. Untuk mengetahui komposisi dari ASI.
6. Untuk mengetahui keunggulan ASI daripada susu formula
7. Untuk mengetahui cara pemberian ASI yang benar.
8. Untuk mengetahui cara menyimpan ASI yang benar.
BAB II MAKALAH ASI EKSKLUSIF
PEMBAHASAN
A. Definisi ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah.
(Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang
diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli,
2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI
kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah
usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).

ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu
berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang
masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).

B. Pengelompokan ASI Eksklusif


ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar
payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan meconium
yaitu air ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses persalinan. Jumlah
(volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI
yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya.
C. Manfaat ASI Eksklusif
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan
negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena
mengandung enzim pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut:

1. Untuk Bayi

Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung
lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi
yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian
ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi
ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi
ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin
mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.

Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI
merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat
penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan
mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9
poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).

2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa
prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan
paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu
tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya.

ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih
murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan
bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).

3. Untuk Keluarga

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu, serta peralatan
lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan
kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat
berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap
saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli,
2005 ).

4. Untuk Masyarakat dan Negara

Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lainnya,
bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi
yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan
angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi Sunar, 2009
).

D. Fisiologi Pengeluaran Asi Eksklusif


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,
saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda.
Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai
dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let
Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).

Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi
perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya
proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya
peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar
cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari
plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan
normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi,
pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh
estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air
susu ibu (Maryunani, 2009).

Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun mulai.
Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu.
Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh
psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan.
Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi
buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).

Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang
berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari
sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI
tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).

Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks letdown/pelepasan ASI ini yaitu pada saat ibu
melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi.
Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks letdown/pelepasan ASI yaitu stress
seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau
merasakan nyeri.

Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat
lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh
karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui
Dini ). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik.
Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal
ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula
(Maryunani, 2009).

E. Komposisi Asi Eksklusif


Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat rumit dan berisi
lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:

1. Kolostrum Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A
yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
2. Protein Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey (protein yang
mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di bandingkan dengan casein.
3. Lemak Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen yang gizi
yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih
banyak menderita penyakit koroner usia muda.
4. Laktosa Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber energi
meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5. Zat Besi Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui jarang
kekurangan zat besi.
6. Taurin Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan penting dalam
maturasi otak bayi.
7. Laktobacilus Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri ecoli yang
sering menyebabkan diare pada bayi.
8. Laktoferin Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam
intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
9. Lizozim Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens, caries,dentis,dan
maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot.
F. Keunggulan ASI daripada Susu Formula
Perbedaan ASI Susu Formula

ASI mengandung zat-zat gizi, antara Tidak seluruh zat gizi yang
lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terkandung di dalamnya dapat
terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI diserap oleh tubuh bayi.
juga mengandung whey (protein utama Misalnya, protein susu sapi tidak
dari susu yang berbentuk cair) lebih mudah diserap karena
banyak daripada kasein (protein utama mengandung lebih banyak
dari susu yang berbentuk gumpalan) casein. Perbandingan whey:
Komposisi dengan perbandingan 65:35. casein susu sapi adalah 20:80.

Protein yang dikandung oleh


susu formula berguna bagi bayi
lembu tapi kegunaan bagi
Mengandung imunoglobulin dan kaya manusia sangat terbatas lagipula
akan DHA (asam lemak tidak polar yang immunoglobulin dan gizi yang
berikat banyak) yang dapat membantu ditambah di susu formula yang
bayi menahan infeksi serta membantu telah disterilkan bisa berkurang
Nutrisi perkembangan otak dan selaput mata. ataupun hilang.

Protein ASI adalah sejenis protein yang Tidak mudah dicerna:


lebih mudah dicerna selain itu ada sejenis serangkaian proses produksi di
unsur lemak ASI yang mudah diserap dan pabrik mengakibatkan enzim-
digunakan oleh bayi. Unsur elektronik enzim pencernaan tidak
dan zat besi yang dikandung ASI lebih berfungsi. Akibatnya lebih
rendah dari susu formula tetapi daya banyak sisa pencernaan yang
serap dan guna lebih tinggi yang dapat dihasilkan dari proses
memperkecil beban ginjal bayi. Selain itu metabolisme yang membuat
ASI mudah dicerna bayi karena ginjal bayi harus bekerja keras.
mengandung enzim-enzim yang dapat Susu formula tidak mengandung
Pencernaan membantu proses pencernaan antara lain posporlipid ditambah
lipase (untuk menguraikan lemak), mengandung protein yang tidak
amilase (untuk menguraikan karbohidrat) mudah dicerna yang bisa
dan protease (untuk menguraikan membentuk sepotong susu yang
protein). membeku sehingga berhenti di
perut lebih lama oleh karena itu
taji bayi lebih kental dan keras
yang dapat menyebabkan susah
BAB dan membuat bayi tidak
nyaman.

Dapat memajukan pendirian hubungan Kekurangan menghisap


ibu dan anak. ASI adalah makanan bayi, payudara: mudah menolak ASI
dapat memenuhi kebutuhan bayi, yang menyebabkan kesusahan
memberikan rasa aman kepada bayi yang bayi menyesuaikan diri atau
dapat mendorong kemampuan adaptasi makan terlalu banyak, tidak
Kebutuhan bayi. sesuai dengan prinsip kebutuhan.

Biaya lebih mahal: karena


menggunakan alat,makanan,
Lebih murah: menghemat biaya alat-alat, pelayanan kesehatan, dll. Untuk
makanan, dll yang berhubungan dengan memelihara sapi. Biaya ini
pemeliharaan, mengurangi beban sangat subjektif yang menjadi
Ekonomi perekonomian keluarga. beban keluarga.

Polusi dan infeksi: pertumbuhan


bakteri di dalam makanan buatan
sangat cepat apalagi di dalam
ASI boleh langsung diminum jadi bias botol susu yang hangat biarpun
menghindari penyucian botol susu yang makanan yang dimakan bayi
tidak benar ataupun hal kebersihan lain adalah makanan bersih akan
yang disebabkan oleh penyucian tangan tetapi karena tidak mengandung
yang tidak bersih oleh ibu. Dapat anti infeksi, bayi akan mudah
menghindari bahaya karena pembuatan mencret atau kena penularan
Kebersihan dan penyimpanan susu yang tidak benar. lainnya.

Tidak perlu disterilkan atau lebih mudah


dibawa keluar, lebih mudah diminum, Penyusuan susu formula dan alat
minuman yang paling segar dan suhu yang cukup untuk menyeduh
Ekonomis minuman yang paling tepat untuk bayi. susu.

Penampilan Bayi mesti menggerakkan mulut untuk Penyusuan susu formula dengan
menghisap ASI, hal ini dapat membuat botol susu akan mengakibatkan
gigi bayi menjadi kuat dan wajah menjadi penyedotan yang tidak puas lalu
cantik. menyedot terus yang dapat
menambah beban ginjal dan
kemungkinan menjadi gemuk.

Bagi bayi yang alergiterhadap


susu formula tidak dapat
Bagi bayi yang beralergi, ASI dapat menghindari mencret,
menghindari alergi karena susu formula muntah,infeksi saluran napas,
seperti mencret, muntah, infeksi saluran asma, kemerahan, pertumbuhan
pernapasan, asma, bintik-bintik, terganggu dan gejala lainnya
pertumbuhan terganggu dan gejala yang disebabkan oleh susu
Pencegahan lainnya. formula.

Tidak dapat membantu kontraksi


rahim yang dapat membantu
Dapat membantu kontraksi rahim ibu, pengembalian tubuh ibu jadi
lebih lambat datang bulan sehabis rahim perlu dielus sendiri oleh
melahirkan sehingga dapat ber-KB alami. ibu. Tidak dapat memperlambat
Selain itu dapat menghabiskan kalori waktu datang bulan yang dapat
yang berguna untuk pengembalian postur menghasilkan cara KB alami.
tubuh ibu. Berdasarkan biodata statistik, Berdasarkan biodata statistik, ibu
ibu yang menyusui ASI lebih rendah yang menyusui susu formula
Kebaikan bagi kemungkinan menderita kanker payudara, lebih tinggi kemungkinan
ibu kanker rahim dan keropos tulang. menderita kanker payudara.

G. Cara Pemberian ASI yang Benar


1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
3. Duduk dan berbaring dengan santai.
4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher
dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi
berhadapan dengan puting susu.
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai
mulut bayi terbuka lebar.
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah
puting susu.
H. Cara Menyimpan ASI yang Benar
1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik untuk
makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.
3. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan ( + 2 minggu).
5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru masukkan ke
freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan).
6. Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)
BAB III MAKALAH ASI EKSKLUSIF
FAKTOR YANG PENGARUHI KETIDAKBERHASILAN ASI EKSKLUSIF
A. Faktor Internal
1. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi menyusui dini,
menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI
keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi
pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).

Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera setelah
dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu
jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena
sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari
payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi
produksi ASI (Maryunani, 2009).

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai
permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi
ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada
minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar
bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).

Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu
formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi
malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila
bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat berkurang, karena semakin sering menyusui
produksi ASI semakin bertambah (Danuatmaja, 2003).

Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan keterampilan yang perlu
dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana posisi
menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat
keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui.
Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya berbagai
masalah dikemudian hari (Cox, 2006).

2. Pekerjaan atau aktivitas


Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan penghasilan guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan
pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui.
Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan
sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan
ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes
RI,2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan pekerjaan adalah
tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat
karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006). Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga
bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI
perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu
ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit. Yang
dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak
tabungan ASI perah, seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja,
2003).

3. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan
pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga
terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara
sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan
memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap
masalah menyusui (Erlina, 2008).

Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya ,
bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak
memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono,
2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu menguasai
informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu
formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus
dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.

4. Kelainan pada payudara


Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi
akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak
diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti
memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu
bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa
faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada puting.
Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat
terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan. Disamping itu, pada
saat ibu membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet
sehingga ibu merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).

5. Kondisi kesehatan ibu


Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Pada keadaan
tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui
karena sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit
Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang
dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).

Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi 0-6
bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat
disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan
menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi makanan tambahan.

B. Faktor Eksternal
1. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian yang terkait,
agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga
promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan
petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain
itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui
(Arifin, 2004).

Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku sehat. Promosi
ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk
mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu
dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan
dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).

2. Kondisi kesehatan bayi


Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Bayi diare
tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima
laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).

Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau
palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah
organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi
berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)

3. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula


Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan satu dari
sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal
dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal
tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula
yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).

Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para ibu
lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi
32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).

4. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi menyusui
dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia
sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi
menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina,
Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis
dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan
sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa
bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin
maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

BAB IV MAKALAH ASI EKSKLUSIF


PENUTUP
A. Kesimpulan
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI Eksklusif merupakan makanan pertama, utama dan
terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI
saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan
tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
B. Saran
1. Sebaiknya para ibu memberikan ASI semaksimal mungkin untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi selama 6 bulan.
2. Seharusnya para ibu tidak mengganti ASI dengan susu formula, karena ASI memiliki semua
kandungan zat penting yang dibutuhkan oleh sang bayi.
Semoga artikel di atas bermanfaat bagi anda yang membutuhkan demikian pembahasan artikel
tetang Contoh Makalah Asi Eksklusif

Artikel yang banyak dicari:


o makalah Asi eksklusif
o makalah asi
o makalah tentang asi
o makalah tentang ASI eksklusif
o makalah asi ekslusif
o contoh makalah asi eksklusif
o hitungan jumlah tetesan infus/menit jika kebutuhan cairan RL 2000cc/24jam/makro
o contoh bab penutup artikel tentang kualitas asi yang baik
o asi eksklusif makalah
o MAKALAH PEMBERIAN ASI
Share on: Twitter Facebook Google+

Related Posts
o
Contoh Makalah Penyakit Leukemia

Contoh Makalah Penyakit Leukemia Berikut ini adalah Contoh Makalah Penyakit Leukemia, Perlu
kita ketahui bahwa Leukemia atau biasa di sebut kanker darah adalah jenis penyakit kanker

o
Contoh Makalah Konsep Sakit

Contoh Makalah Konsep Sakit Pada artikel kali ini akan membahas tentang Makalah Konsep Sakit,
Definisi atau pengertian sakit adalah suatu gangguan kesehatan yang menyebabkan aktivitas kerja

o
Contoh Makalah Konsep Sehat

Contoh Makalah Konsep Sehat Setelah sebelumnya membahas tentang Makalah Konsep Sakit, Pada
artikel kali ini akan memberikan ulasan atau pembahasan tentang Makalah Konsep Sehat, Sehat

Popular Views

Contoh Makalah Asi Eksklusif


9805 views
Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil
6372 views

Contoh Makalah Konsep Sehat


5533 views

Manfaat Asi Eksklusif bagi Ibu dan Bayi


5332 views

10 Keunggulan Asi dibanding Susu Formula


5225 views

Pencarian Artikel
Search the site Search

Recent Posts

Mata Minus Menular Setelah Meminjam Kacamata Milik Orang Lain?

Sehatkah Ngemil Buah Di Malam Hari?

Ini Yang Terjadi Pada Perutmu Saat Menahan Kentut

Wajib Tahu, Ini 7 Mitos Yang Salah Seputar Khitan

10 Keunggulan Asi dibanding Susu Formula


Baru dibaca
askep febris pada anak pdf
askep keluarga gastritis
contoh askep ispa
makalah askep bayi baru lahir
Rumusan masalah gastritis
contoh karya tulis tentang KB dan ASI
laporan pendahuluan gastritis pada keluarga pdf
Apa keunggulan asi dibandingkan susu formula
Random Artikel
Makalah tentang asi ekslusif
askep ispa pada dewasa
diagnosa efusi pleura pdf free
intervensi kurang pengetahuan pada ibu hamil
cara menggugurkan kandungan 4 bulan
feeling dan taste dalam pemeriksaan fisik
makalah askep post partum
askep post partum kurang pengetahuan asi
Advertisement

Find us on Facebook
Home
About Us
Contact Us
Disclaimer
Privacy Policy
Copyright 2017 SeputarSehat.Com.
Tugas Bidan
Rabu, 29 April 2015
MAKALAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

OLEH

Disusun Oleh :

Nama : Mellyana Simarmata


STIKES SANTA ELISABETH-MEDAN
D-III KEBIDANAN
2015/2016

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalahpraktek klinik IV tentang ASUHAN PERSALINAN
NORMAL.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah praktek klinik kebidanan yang berjudul
ASUHAN PERSALINAN NORMAL ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, Oktober 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh
perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama
kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif.
Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih
mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus untuk memantau perkembangan
kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi
komplikasi.

Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan
persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan
dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan
dan tempat terjadinya.

Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit
ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang
pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut
dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.

Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama persalinan karena
dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk
menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan
dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat makalah ini dengan
tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dandapat membantu para ibu dalam mempersiapkan proses
persalinan yang lebih baik.

B. Tujuan penulisan

1. Agar mahasiswa dapat engetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Normal.

2. Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan prosedur.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup kedunia
luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).

Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).

Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih
atau kalau bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar (Wiknjosastro H,2002).

Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu, letak
memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa
tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja S,Persalinan Normal, hal:47).

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada
awal persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu
maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)

Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 42
minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar
dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam.
Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat
penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010).

B. Bentuk Bentuk Persalinan


Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:

Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam.

Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan bantuan
dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll)
dan perabdomen (SC).

Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya tetapi
berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.

Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.

C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori
yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan
mempengaruhi kehamilan, yaitu :

v Estrogen

Meningkatnya sensitipitas otot rahim

Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin,


rangsangan mekanik.

v Progesteron

Menurunnya sensitifitas otot rahim

Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin,


rangsangan mekanik.

Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan:

v Teori keregangan
otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.

Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.

v Teori penurunan progesteron

proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.

Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.

Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

v Teori oksitosin internal

Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot
rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.

Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan
aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.

v Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan.

Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi
dikeluarkan.

Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

v Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan persalinan
karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).

Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya persalinan.


(Manuaba, 2005).

D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan


Gejala persalinan sebagai berikut :

(1) Terjadinya His Persalinan

Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His
persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, mempunyai
pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.
(2) Pengeluaran Lendir dan Darah

Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler
pembulu darah pecah.

(3) Pengeluaran Cairan

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsug dalam waktu 24 jam.

(4) Perubahan Serviks

Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks, pendataran serviks dan
pembukaan serviks (Manuaba, 2005).

E. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke
bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul.

Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :

1. Penurunan (Kepala masuk PAP)

Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata, ramus
superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :

Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu atas
panggul.

Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan pintu
atas panggul.

2. Fleksi

Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala
memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di
dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.

3. Putar paksi dalam


Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang
mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.

4. Defleksi

Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.

5. Putar paksi luar

Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.

6. Ekspulsi

Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan
bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan
belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis
penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif
tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).

F. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:

a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.

c) Dapat disertai pecah ketuban

d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran serviks,
dan terjadi pembukaan serviks.

G. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan


Power ( Kekuatan )
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan
tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh
adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan
menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf
simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat
sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His
tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak
dilahirkan.

His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi
bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi
rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient.

Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan,
tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal
dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam
mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.

Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga meneran
dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.

Passanger (Muatan)

Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang
paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi
dilahirkan dengan letak kepala.

Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk
kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun
letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.

Passage (Jalan Lahir)

Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul,
serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal.

Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar
dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol
kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu
atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa
(ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul)
12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.

Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila :
panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor
dalam panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah
jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan,
maka otot-otot ini akan mudah ruptur.

Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer
atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI
tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama
karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema),
terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.

Psyche (Psikologis)

Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi
kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.

Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa
sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga
persalinan menjadi lama.

Penolong

Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan
yang terlatih.

Posisi Saat Bersalin

Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.

H. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV


I. Persalinan Kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam (rata-rata 13 jam)
sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).

Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.

Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi
4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi
9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap 10 cm.

Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung
kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap 2 jam.

II. Persalinan Kala II

Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :

1 2 jam pada primigravida

- 1 jam pada multigravida

Tanda dan Gejala Kala II Persalinan:

v Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi

v Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal

v Perineum terlihat menonjol

v Vulva vagina dan sfinger ani membuka

v Peningkatan pengeluaran lendir & darah

Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin,
semua ini disebut dengan memimpin persalinanKeseluruhan 60 standar dan langkah asuhan persalinan
normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :

1) Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua

v Dor-an

v Tek-nus

v Per-jol

v Vul-ka

2) Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan


termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid disposable
sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.


4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan dengan
sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan teknik satu
tangan dan letakan kembali kedalam bak partus.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal
(120 160 x/menit).

11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5 6 cm.

16) Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum dengan
satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.

20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan
bahu posterior.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah
janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).

25) Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan
Apakah bayi bergerak aktif?.

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi
atas perut ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua kira-
kira 2 cm dari klem pertama.

31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT
atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.

32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi dengan
kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

III. Persalinan Kala III

33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.

34) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang
tali pusat.

35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi
prosedur.

36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan kemudian
putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras).

39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang
tersedia.

40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan bila ada
robekan.

IV. Persalinan Kala IV

41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

42) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.

43) Pastikan kandung kemih kosong.

44) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.

45) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.

46) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.

47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi selama 10
menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.

49) Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.

50) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.

51) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk memberikan
makanan dan minuman yang di inginkan ibu.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.

53) Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam larutan
clorin 0,5 %.

54) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk bersih.

55) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
56) Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan tetes/salep
mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.

57) Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan anterolateral.

58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit dalam
larutan clorin 0,5 %.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih.

60) Lengkapih partograf.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan
tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah
persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.

Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat
penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010).

B. Saran
1. Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin normal
sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.

2. Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan asuhan


kebidanan pada ibu bersalin.

DAFTAR PUSTAKA

Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar


http://aa-aamas.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan- persalinan.html.
http://anakamak07.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-i.html.
TUGAS MAKALAH PKK IV

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

OLEH

KELOMPOK II

KELAS C 11

RAHIMA NONE : 11.1301.164

ROMANA BEKA : 11.1301.166

ANTONIA GOIT : 11.1301.178


PROGRAM DIII KEBIDANAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalahpraktek klinik IV tentang ASUHAN PERSALINAN
NORMAL.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah praktek klinik kebidanan yang berjudul
ASUHAN PERSALINAN NORMAL ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, Oktober 2013


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh
perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama
kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif.
Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih
mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus untuk memantau perkembangan
kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi
komplikasi.

Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan
persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan
dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan
dan tempat terjadinya.

Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit
ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang
pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut
dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.

Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama persalinan karena
dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk
menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan
dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat makalah ini dengan
tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dandapat membantu para ibu dalam mempersiapkan proses
persalinan yang lebih baik.

B. Tujuan penulisan

1. Agar mahasiswa dapat engetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Normal.

2. Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan prosedur.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup kedunia
luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).

Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).

Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih
atau kalau bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar (Wiknjosastro H,2002).

Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu, letak
memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa
tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja S,Persalinan Normal, hal:47).

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada
awal persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu
maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 42
minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar
dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam.
Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.

Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat
penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010).

B. Bentuk Bentuk Persalinan


Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:

Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam.

Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan bantuan
dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll)
dan perabdomen (SC).

Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya tetapi
berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.

Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.

C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori
yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan
mempengaruhi kehamilan, yaitu :

v Estrogen

Meningkatnya sensitipitas otot rahim

Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin,


rangsangan mekanik.

v Progesteron

Menurunnya sensitifitas otot rahim

Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin,


rangsangan mekanik.
Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan:

v Teori keregangan

otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.

Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.

v Teori penurunan progesteron

proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.

Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.

Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

v Teori oksitosin internal

Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot
rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.

Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan
aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.

v Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan.

Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi
dikeluarkan.

Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

v Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan persalinan
karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).

Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya persalinan.


(Manuaba, 2005).

D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan


Gejala persalinan sebagai berikut :
(1) Terjadinya His Persalinan

Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His
persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, mempunyai
pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.

(2) Pengeluaran Lendir dan Darah

Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler
pembulu darah pecah.

(3) Pengeluaran Cairan

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsug dalam waktu 24 jam.

(4) Perubahan Serviks

Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks, pendataran serviks dan
pembukaan serviks (Manuaba, 2005).

E. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke
bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul.

Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :

1. Penurunan (Kepala masuk PAP)

Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata, ramus
superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :

Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu atas
panggul.

Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan pintu
atas panggul.

2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala
memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di
dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.

3. Putar paksi dalam

Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang
mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.

4. Defleksi

Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.

5. Putar paksi luar

Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.

6. Ekspulsi

Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan
bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan
belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis
penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif
tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).

F. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:

a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.

c) Dapat disertai pecah ketuban

d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran serviks,
dan terjadi pembukaan serviks.

G. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan


Power ( Kekuatan )
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan
tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh
adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan
menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf
simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi.

His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat
sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His
tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak
dilahirkan.

His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi
bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi
rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient.

Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan,
tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal
dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam
mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.

Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga meneran
dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.

Passanger (Muatan)

Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang
paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi
dilahirkan dengan letak kepala.

Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk
kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun
letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.

Passage (Jalan Lahir)

Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul,
serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal.

Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar
dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol
kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu
atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa
(ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul)
12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.

Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila :
panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor
dalam panggul.

Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah
jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan,
maka otot-otot ini akan mudah ruptur.

Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer
atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI
tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama
karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema),
terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.

Psyche (Psikologis)

Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi
kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.

Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa
sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga
persalinan menjadi lama.

Penolong

Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan
yang terlatih.

Posisi Saat Bersalin

Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.

H. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV


I. Persalinan Kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam (rata-rata 13 jam)
sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).

Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.

Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi
4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi
9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap 10 cm.

Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung
kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap 2 jam.

II. Persalinan Kala II

Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :

1 2 jam pada primigravida

- 1 jam pada multigravida

Tanda dan Gejala Kala II Persalinan:

v Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi

v Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal

v Perineum terlihat menonjol

v Vulva vagina dan sfinger ani membuka

v Peningkatan pengeluaran lendir & darah

Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin,
semua ini disebut dengan memimpin persalinanKeseluruhan 60 standar dan langkah asuhan persalinan
normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :

1) Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua

v Dor-an

v Tek-nus

v Per-jol

v Vul-ka
2) Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid disposable
sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan dengan
sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.

5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6) Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan teknik satu
tangan dan letakan kembali kedalam bak partus.

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal
(120 160 x/menit).

11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.

14) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5 6 cm.

16) Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum dengan
satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.

20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan
bahu posterior.

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah
janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).

25) Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan
Apakah bayi bergerak aktif?.

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi
atas perut ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua kira-
kira 2 cm dari klem pertama.

31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT
atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.

32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi dengan
kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.

III. Persalinan Kala III

33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.

34) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang
tali pusat.

35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi
prosedur.

36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

37) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan kemudian
putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras).

39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang
tersedia.

40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan bila ada
robekan.

IV. Persalinan Kala IV

41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

42) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.

43) Pastikan kandung kemih kosong.

44) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.

45) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.

46) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.

47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi selama 10
menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.

49) Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.

50) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.

51) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk memberikan
makanan dan minuman yang di inginkan ibu.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.


53) Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam larutan
clorin 0,5 %.

54) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk bersih.

55) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.

56) Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan tetes/salep
mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.

57) Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan anterolateral.

58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit dalam
larutan clorin 0,5 %.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih.

60) Lengkapih partograf.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan
tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah
persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.

Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat
penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010).

B. Saran
1. Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin normal
sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.

2. Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan asuhan


kebidanan pada ibu bersalin.

DAFTAR PUSTAKA

Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar


http://aa-aamas.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan- persalinan.html.
http://anakamak07.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-i.html
Diposkan oleh melly ana di 00.08

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

melly ana
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2015 (4)
o April (4)
MAKALAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL

HIV AIDS
KB

makalah ANC
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.
A. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontrasi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan
keluarganya. Sangat pentng untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang
mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus an penatalaksanaan yang trampil ari
bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil
persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010)
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
persalinan antara lain : a. Passenger Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi
persalinan normal (Taber, 1994). Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui
jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
2004). b. Passageaway Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004). c. Powers 8 His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun
dan mulai masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005). Ibu melakukan kontraksi involunter
dan volunteer secara bersamaan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). d. Position Posisi ibu
mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan.
Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi
tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). e.
Psychologic Respons Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita
dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran berlangsung
lambat (Depkes RI, 1999). Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus
pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama jam-jam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir
ketika wanita dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan untuk
mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil yang optimal
bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai kekhawatiran jika
ditanya, tetapi mereka 9 jarang dengan spontan menceritakannya (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad ibu
yang akan brsalin secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
dalam dan pemeriksaan laboratorium.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong (bidan) harus memahami
kondisi psikologi ibu dan langkah pada memberikan pertolongan dengan harapan persalinan
berlangsung aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Bahwa psikoogi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan mengikutsertakan
orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama persalinan, karena dengan psikologi ibu
yang baik juga berpegaruh baik dengan proses persalinan

B. SARAN
1. Untuk Bidan
Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan normal serta
tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam penanganannya lebih memperhatikan kebutuhan
klien baik fisik dan mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat
memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.
2. Untuk Keluarga
Hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu membantu ibu
dalam proses persalianan dan memenuhi kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai