PEMBAHASAN
1. Definisi Imunisasi
Definisi konsep dasar imunisasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
jadwal imunisasi
A. Kekebalan yang Bekerja pada Bayi
Ada dua jenis kekebalan dalam tubuh bayi atau anak, yaitu:
1. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
Dimana tubuh anak membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit misalnya anak telah menderita campak. Setelah sembuh anak tidak
akan terserang campak lagi, karena tubuhnya telah membuat zat penolakan terhadap
penyakit tersebut.
Kekebalan yang dibuat tubuh setelah mendapat vaksin (imunisasi), misalnya anak
diberikan vaksinasi BCG, DPT, HB, Polio dan lainnya.
2. Kekebalan pasif
Kekebalan pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi kekebalan
tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolakan, sehingga proses cepat
tetapi tidak tahan lama.
1. Kekebalan pasif alamiah/kekebalan pasif bawaan kekebalan yang diperoleh bayi sejak
lahir dari ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung lama(kira-kira hanya sekitar 5 bulan
setelah bayi lahir) misalnya difteri, morbili dan tetanus.
2. Kekebalan pasif buatan dimana kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan zat
penolakan.
1. TBC
2. Polio myelitis (kelumpuhan)
3. Difteri
4. Pertusis
5. Titanus
6. Hepatitis
7. Campak
Adapun jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada table berikut ini:
Selang waktu
Vaksinasi Pemberian imunisasi Umur
pemberian
1x
3x
BCG
0 12 Bulan
3x 4 Minggu 0 12 Bulan
HB
HB I,II,III 0 2 hari
HB Uniject
1x 4 Minggu 0 12 Bulan
Polio
4x 9 12 Bulan
Campak
Polio I,II,III,IV
1x
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
Dengan banyaknya analisa dari para ahli, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada anak atau seseorang
terhadap penyakit tersebut. Pemberian imunisasi bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi tertentu dan Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat
mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian. Imunisasi terdri dari
BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, dan Campak.
1. Saran
Alangkah baiknya apabila kita mengetahi tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi.
Imunisasi itu sangat penting bagi pertumbuhan pada bayi, karena dapat memberikan
kekebalan tubuh serta mencegah terjadinya infeksi tertentu. Bagi orang tua yang
memiliki bayi atau balita sebaiknya selalu memperhatikan imunisasi apa yang belum
diberikan kepada sibayi.
DAFTAR PUSTAKA
Dokteranak, 2010, Contoh Mini Proposal Kebidanan Tentang Imunisasi, dilihat pada 12
Oktober 2012. (http://www.dokteranak.net/arsip/contoh-mini-proposal-kebidanan-
tentang-imunisasi.html/)
3) Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk
memperkirakan usia kehamilan, serta bila kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan
serta melakukan rujukan tepat waktu.
6) Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester
ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan
kunjungan rumah untuk hal ini. (Standar Pelayanan Kebidanan. DepKes RI. 2000).
5. Pemeriksaan ini dilakukan bila kepala masih tinggi, pemeriksaan leopold lengkap dapat
dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira bulan ke VI le atas.(Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008)
6. Leopold IV Tujuan untuk menentukan bagian terbawah janin apa dan
berapa jauh janin sudah masuk pintu atas panggul.
c. Auskultasi
Uliyah dan Hidayat (2008) mengindikasikan bahwa auskultasi dilakukan menggunakan
stetoskop monoaural untuk mendengarkan:
1. Denyut jantung janin
2. Bising tali pusat, bising rahim, bising usus
3. Gerakan dan tendangan janin
Menurut Saifuddin,B.A. 2006, pelayanan / asuhan standar minimal 7 T adalah sebagai berikut
:
1. Timbang berat badan
Selama kehamilan antara 0,3 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan
dengan umur kehamilan kenaikan berat badan selama hamil
muda 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan III masing
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan
berat total adalah 9 12 kg. Bila ada kenaikan berat badan yang
berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko seperti
bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar
(Depkes, 1997).
2. Ukur tekanan darah
Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih.
Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia
kalau tidak ditangani dengan tepat
(Depkes, 1997).
3. Ukur tinggi fundus uteri
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah
sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 2 jari
diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri
pertengahan antara symphysispusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari
dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-
Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara
Proc.xyphoideus-pusat (Mochtar, 1998).
4. Pemberian imunisasi TT
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan
apabila diberikan sekurang-kurangnya dua kali dengan interval
minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah
mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa
calon pengantin maka TT cukup diberikan satu kali saja. Dosis
pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas.
Adapun syarat pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
a) Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau
meragukan diberikan II sedini mungkin sebanyak dua kali
dengan jarak minimal dua minggu.
b) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan
suntikan ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang
pertama (Depkes RI, 1997).
5. Pemberian tablet zat besi
Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan
pemberian satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang.
Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan
asam folat 500 ug, minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
diminum bersama kopi atau teh karena akan mengganggu
penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi diminum
bersama air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu
diberitahukan juga bahwa ada kemungkinan tinja menjadi
berwarna hitam setelah ibu minum obat ini, hal tersebut adalah
normal (Depkes, 1997).
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit
menular seksual seperti HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal
tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang
dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit penyakit menular
seksual harus segera ditangani.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Persiapan rujukan perlu disiapkan karena kematian ibu dan bayi
disebabkan keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan
kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat juga bahwa pelayanan
antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi.
2. Faktor eksternal
a. Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak
pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.
b. Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan
kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.
c. Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang
rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul
pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan
protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk menyediakan kebutuhan
energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
d. Sosial budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim
dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap
menyimpang.
Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam
memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e. Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan,
ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya,
hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat
terpencil.
f. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap
perilaku, biasanya melalui media massa (Saifudin, A, 2005). Ibu yang
pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga
kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan
antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan
antenatal care.
g. Dukungan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti sokongan dan
bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti
bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan
kunjungan ulang.
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara
lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami
menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan
kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti
istri, berdoa untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri
dalam proses persalinan (Harymawan, 2007).
Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan. Pengertian antenatal
care adalah perawatan kehamilan. Pelayanan perawatan kehamilan merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standarpelayanan
antenatal care yang sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedimi
mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
Pada setiap kunjungan antenatal care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis
kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi.
3.2 Saran
Di harapkan kepada mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu yang hamil normal
dengan baik dan benar. Dan kepada ibu hamil lebih baik sering melakukan pemeriksaan sedini
mungkin agar mengetahui perkembangan janin yang dikandungnya dan apa saja yang
dibutuhkannya baik diri sendiri maupun janinnya
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.indonesian-publichealth.com/2014/02/tujuan-pelayanan-antenatal-care-anc.html
2. http://asuhankebidanand3.blogspot.com/2013/01/antenatal-care-anc.html
3. http://midwiferyeducator.wordpress.com/2010/01/08/antenatal-care/
4. http://www.kajianpustaka.com/2013/07/antenatal-care.html
5. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-anc-ante-natal-care.html
6. http://zahra-zahrasblog.blogspot.com/2012/03/makalah-anc.html
7. http://arivaibeta.blogspot.com/2010/10/makalah-antenatal-care.html
A. KESIMPULAN
1. Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus diberikan pada bayi
sampai bayi berusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.
2. Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase ASI
secara Eksklusif.
B. SARAN
1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan
menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan
payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.
2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin,
Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru
melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan menyusui.
Home
Artikel Kesehatan
Penyakit
Kesehatan
Kuliah
Lowongan Kerja
Tetapi banyak ibu-ibu yang memberikan ASI hanya selama 3 bulan bahkan ada yang hanya
memberikan ASI selama satu bulan saja dikarenakan kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI
semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharan dan tumbuh kembang
bayi, Oleh sebab itu maka penulis membuat makalah dengan judul ASI EKSKLUSIF.
B. Rumusan Masalah
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli,
2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI
kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah
usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu
berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang
masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).
1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar
payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan meconium
yaitu air ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses persalinan. Jumlah
(volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI
yang matang. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya.
C. Manfaat ASI Eksklusif
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan
negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena
mengandung enzim pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut:
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung
lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi
yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian
ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi
ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi
ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin
mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI
merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat
penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan
mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9
poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa
prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan
paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu
tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih
murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan
bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu, serta peralatan
lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan
kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat
berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap
saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli,
2005 ).
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lainnya,
bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi
yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan
angka kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi Sunar, 2009
).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi
perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya
proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya
peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar
cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari
plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan
normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi,
pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh
estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air
susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun mulai.
Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu.
Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh
psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan.
Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi
buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang
berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari
sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI
tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks letdown/pelepasan ASI ini yaitu pada saat ibu
melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi.
Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks letdown/pelepasan ASI yaitu stress
seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau
merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat
lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh
karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui
Dini ). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik.
Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal
ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula
(Maryunani, 2009).
1. Kolostrum Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A
yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
2. Protein Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey (protein yang
mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di bandingkan dengan casein.
3. Lemak Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen yang gizi
yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih
banyak menderita penyakit koroner usia muda.
4. Laktosa Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber energi
meninggkatkan absorbs kalsium dan merang sang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5. Zat Besi Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui jarang
kekurangan zat besi.
6. Taurin Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan penting dalam
maturasi otak bayi.
7. Laktobacilus Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri ecoli yang
sering menyebabkan diare pada bayi.
8. Laktoferin Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam
intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
9. Lizozim Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens, caries,dentis,dan
maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot.
F. Keunggulan ASI daripada Susu Formula
Perbedaan ASI Susu Formula
ASI mengandung zat-zat gizi, antara Tidak seluruh zat gizi yang
lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terkandung di dalamnya dapat
terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI diserap oleh tubuh bayi.
juga mengandung whey (protein utama Misalnya, protein susu sapi tidak
dari susu yang berbentuk cair) lebih mudah diserap karena
banyak daripada kasein (protein utama mengandung lebih banyak
dari susu yang berbentuk gumpalan) casein. Perbandingan whey:
Komposisi dengan perbandingan 65:35. casein susu sapi adalah 20:80.
Penampilan Bayi mesti menggerakkan mulut untuk Penyusuan susu formula dengan
menghisap ASI, hal ini dapat membuat botol susu akan mengakibatkan
gigi bayi menjadi kuat dan wajah menjadi penyedotan yang tidak puas lalu
cantik. menyedot terus yang dapat
menambah beban ginjal dan
kemungkinan menjadi gemuk.
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera setelah
dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu
jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena
sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari
payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi
produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai
permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi
ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada
minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar
bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu
formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi
malas menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila
bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat berkurang, karena semakin sering menyusui
produksi ASI semakin bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan keterampilan yang perlu
dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana posisi
menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat
keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat menyusui.
Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya berbagai
masalah dikemudian hari (Cox, 2006).
3. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan
pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga
terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara
sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan
memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap
masalah menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama baiknya ,
bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak
memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono,
2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan keluarganya perlu menguasai
informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu
formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus
dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi 0-6
bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat
disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan
menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi makanan tambahan.
B. Faktor Eksternal
1. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian yang terkait,
agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga
promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan
petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain
itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui
(Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku sehat. Promosi
ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk
mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu
dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan
dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau
palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah
organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi
berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para ibu
lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi
32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).
4. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi menyusui
dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia
sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi
menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina,
Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air manis
dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan
sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa
bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin
maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).
Related Posts
o
Contoh Makalah Penyakit Leukemia
Contoh Makalah Penyakit Leukemia Berikut ini adalah Contoh Makalah Penyakit Leukemia, Perlu
kita ketahui bahwa Leukemia atau biasa di sebut kanker darah adalah jenis penyakit kanker
o
Contoh Makalah Konsep Sakit
Contoh Makalah Konsep Sakit Pada artikel kali ini akan membahas tentang Makalah Konsep Sakit,
Definisi atau pengertian sakit adalah suatu gangguan kesehatan yang menyebabkan aktivitas kerja
o
Contoh Makalah Konsep Sehat
Contoh Makalah Konsep Sehat Setelah sebelumnya membahas tentang Makalah Konsep Sakit, Pada
artikel kali ini akan memberikan ulasan atau pembahasan tentang Makalah Konsep Sehat, Sehat
Popular Views
Pencarian Artikel
Search the site Search
Recent Posts
Find us on Facebook
Home
About Us
Contact Us
Disclaimer
Privacy Policy
Copyright 2017 SeputarSehat.Com.
Tugas Bidan
Rabu, 29 April 2015
MAKALAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
OLEH
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalahpraktek klinik IV tentang ASUHAN PERSALINAN
NORMAL.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah praktek klinik kebidanan yang berjudul
ASUHAN PERSALINAN NORMAL ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh
perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama
kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif.
Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih
mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus untuk memantau perkembangan
kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi
komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan
persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan
dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan
dan tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit
ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang
pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut
dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama persalinan karena
dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk
menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan
dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat makalah ini dengan
tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dandapat membantu para ibu dalam mempersiapkan proses
persalinan yang lebih baik.
B. Tujuan penulisan
2. Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup kedunia
luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).
Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).
Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih
atau kalau bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar (Wiknjosastro H,2002).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu, letak
memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa
tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja S,Persalinan Normal, hal:47).
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada
awal persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu
maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 42
minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar
dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam.
Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat
penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010).
Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam.
Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan bantuan
dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll)
dan perabdomen (SC).
Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya tetapi
berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.
v Estrogen
v Progesteron
v Teori keregangan
otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.
Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.
proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.
Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot
rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.
Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan
aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.
v Teori prostaglandin
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi
dikeluarkan.
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan persalinan
karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His
persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, mempunyai
pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.
(2) Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler
pembulu darah pecah.
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsug dalam waktu 24 jam.
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks, pendataran serviks dan
pembukaan serviks (Manuaba, 2005).
E. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke
bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul.
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata, ramus
superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :
Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu atas
panggul.
Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan pintu
atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala
memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di
dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan
bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan
belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis
penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif
tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
F. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:
a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran serviks,
dan terjadi pembukaan serviks.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan
menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf
simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat
sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His
tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak
dilahirkan.
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi
bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi
rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient.
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan,
tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal
dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam
mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga meneran
dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
Passanger (Muatan)
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang
paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi
dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk
kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun
letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul,
serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar
dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol
kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu
atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa
(ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul)
12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila :
panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor
dalam panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah
jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan,
maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer
atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI
tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama
karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema),
terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.
Psyche (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi
kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.
Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa
sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga
persalinan menjadi lama.
Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan
yang terlatih.
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam (rata-rata 13 jam)
sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi
4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi
9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung
kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap 2 jam.
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :
Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin,
semua ini disebut dengan memimpin persalinanKeseluruhan 60 standar dan langkah asuhan persalinan
normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :
v Dor-an
v Tek-nus
v Per-jol
v Vul-ka
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan teknik satu
tangan dan letakan kembali kedalam bak partus.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal
(120 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5 6 cm.
16) Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum dengan
satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.
20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan
bahu posterior.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah
janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
25) Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan
Apakah bayi bergerak aktif?.
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi
atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua kira-
kira 2 cm dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT
atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi dengan
kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang
tali pusat.
35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi
prosedur.
36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan kemudian
putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras).
39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang
tersedia.
40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan bila ada
robekan.
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.
45) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
46) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).
48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi selama 10
menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.
50) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.
51) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk memberikan
makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
53) Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam larutan
clorin 0,5 %.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk bersih.
55) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
56) Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan tetes/salep
mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57) Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan anterolateral.
58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit dalam
larutan clorin 0,5 %.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan
tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah
persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat
penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010).
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin normal
sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
OLEH
KELOMPOK II
KELAS C 11
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalahpraktek klinik IV tentang ASUHAN PERSALINAN
NORMAL.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah praktek klinik kebidanan yang berjudul
ASUHAN PERSALINAN NORMAL ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan oleh
perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama
kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif.
Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih
mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus untuk memantau perkembangan
kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi
komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan
persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan
dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan. Dalam
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan
dan tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit
ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang
pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut
dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama persalinan karena
dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk
menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan
dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud membuat makalah ini dengan
tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dandapat membantu para ibu dalam mempersiapkan proses
persalinan yang lebih baik.
B. Tujuan penulisan
2. Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup kedunia
luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).
Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong
keluar melalui jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).
Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih
atau kalau bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar (Wiknjosastro H,2002).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu, letak
memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa
tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja S,Persalinan Normal, hal:47).
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada
awal persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu
maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 42
minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar
dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam.
Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat
penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010).
Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24 jam.
Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan bantuan
dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam, ekstraksi vakum dll)
dan perabdomen (SC).
Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya tetapi
berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.
v Estrogen
v Progesteron
v Teori keregangan
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.
Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.
proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.
Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot
rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.
Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan
aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.
v Teori prostaglandin
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi
dikeluarkan.
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan persalinan
karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His
persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, mempunyai
pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.
Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler
pembulu darah pecah.
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsug dalam waktu 24 jam.
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks, pendataran serviks dan
pembukaan serviks (Manuaba, 2005).
E. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke
bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul.
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata, ramus
superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah
sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :
Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu atas
panggul.
Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan pintu
atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala
memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di
dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang
mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan
bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan
belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis
penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif
tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
F. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:
a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran serviks,
dan terjadi pembukaan serviks.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan
menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf
simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat
sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His
tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak
dilahirkan.
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi
bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi
rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient.
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan,
tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal
dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam
mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga meneran
dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
Passanger (Muatan)
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang
paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi
dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk
kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun
letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul,
serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar
dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol
kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu
atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa
(ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul)
12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila :
panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor
dalam panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah
jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan,
maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer
atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI
tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama
karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema),
terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.
Psyche (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi
kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.
Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa
sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga
persalinan menjadi lama.
Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan
yang terlatih.
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6 -18 jam (rata-rata 13 jam)
sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi
4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi
9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung
kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap 2 jam.
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :
Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin,
semua ini disebut dengan memimpin persalinanKeseluruhan 60 standar dan langkah asuhan persalinan
normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :
v Dor-an
v Tek-nus
v Per-jol
v Vul-ka
2) Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid disposable
sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan dengan
sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan teknik satu
tangan dan letakan kembali kedalam bak partus.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal
(120 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5 6 cm.
16) Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum dengan
satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.
20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan
bahu posterior.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan
siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah
janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
25) Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan
Apakah bayi bergerak aktif?.
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi
atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem kedua kira-
kira 2 cm dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT
atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi dengan
kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang
tali pusat.
35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri
mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi
prosedur.
36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan kemudian
putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras).
39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa
seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang
tersedia.
40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan bila ada
robekan.
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.
45) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
46) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).
48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi selama 10
menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.
50) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.
51) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk memberikan
makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk bersih.
55) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
56) Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan tetes/salep
mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57) Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan anterolateral.
58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit dalam
larutan clorin 0,5 %.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih.
A. Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan
tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah
persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat
penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan
harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus
menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman
melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun
2010).
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin normal
sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Mengenai Saya
melly ana
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2015 (4)
o April (4)
MAKALAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
HIV AIDS
KB
makalah ANC
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.
A. Konsep Dasar Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontrasi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan
kelahiran plasenta.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan
keluarganya. Sangat pentng untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan
merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang
mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus an penatalaksanaan yang trampil ari
bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil
persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010)
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
persalinan antara lain : a. Passenger Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi
persalinan normal (Taber, 1994). Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui
jalan lahir, maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
2004). b. Passageaway Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan.
Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku (Bobak, Lowdermilk &
Jensen, 2004). c. Powers 8 His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun
dan mulai masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005). Ibu melakukan kontraksi involunter
dan volunteer secara bersamaan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). d. Position Posisi ibu
mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan.
Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki sirkulasi. Posisi
tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). e.
Psychologic Respons Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan bagi wanita
dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran berlangsung
lambat (Depkes RI, 1999). Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus
pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama jam-jam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir
ketika wanita dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan untuk
mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil yang optimal
bagi semua yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai kekhawatiran jika
ditanya, tetapi mereka 9 jarang dengan spontan menceritakannya (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bahwa dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad ibu
yang akan brsalin secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
dalam dan pemeriksaan laboratorium.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong (bidan) harus memahami
kondisi psikologi ibu dan langkah pada memberikan pertolongan dengan harapan persalinan
berlangsung aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi yang mungkin terjadi.
3. Bahwa psikoogi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan mengikutsertakan
orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama persalinan, karena dengan psikologi ibu
yang baik juga berpegaruh baik dengan proses persalinan
B. SARAN
1. Untuk Bidan
Dalam menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan normal serta
tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam penanganannya lebih memperhatikan kebutuhan
klien baik fisik dan mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat
memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.
2. Untuk Keluarga
Hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu membantu ibu
dalam proses persalianan dan memenuhi kebutuhannya.