PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Proses persalinan intranatal meliputi beberapa hal, diantaranya adalah pencatatan
partograf, penatalaksanaan persalinan, manajemen nyeri, dan bounding attachment.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PARTOGRAF
1. Definisi Partograf
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan
janin, menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan
tindakan bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum
persalinan menjadi macet (Sumapraja, 1993).
2. Tujuan Partograf
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga
dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
(Depkes RI, 2007).
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
2
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin
dan bayi baru lahir.
3. Penggunaan Partogaraf
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf
akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran).
4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya
penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
3
c) bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.
Partus prematurus
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan
adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau
dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.
4
e. Untuk pendidikan
f. Untuk penelitian
4. Partograf WHO
2. daerah di antara garis waspada dan garis tindakan merupakan daerah perlu
pertimbangan untuk merujuk atau mengambil tindakan
1. Identitas
Identitas meliputi :
Nama, umur
5
Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu)
2. Kondisi Janin
Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin dihitung dan
dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik (jumlah denyut
jantung janin dihubungkan).
a) Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering
jika ada tanda-tanda gawat janin).
c) Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan
angka yang menunjukkan DJJ.
d) Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas
dan bersambung.
e) Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada
angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ
mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.
2) Air ketuban
Utuh (U)
Jernih (J)
6
Kering (K)
a) Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai
warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
K :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi
("kering")
e) Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >
180
kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
f) Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang
memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan
bayi baru lahir
7
Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui
derajat penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang
kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan
disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi
janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang
sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke
fasilitas kesehatan rujukan.
Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang:
8
3. Kemajuan Persalinan
1) Servikograf
Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda X. Bila pasien masuk rumah
sakit dalam fase aktif, tanda X diletakkan pada garis waspada sedangkan
waktu masuknya pasien ditulis dibawah tanda X. Apabila pembukaan
mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian
masuk kedalam fase aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda X
dipindahkan ke garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis
putus-putus sampai pada garis waspada dan diberi tanda Tr.
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
9
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.
b) Nilai setiap angka sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan
centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri.
d) Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk
pencatatat waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus
dan frekuensi nadi ibu.
Pembukaan serviks
a) nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan
jika ada tanda-tanda penyulit).
b) Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan.
c) Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besamya pembukaan serviks.
d) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai
dengan besamya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang
diperoleh dari hasil periksa dalam.
f) Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam)
dan cantumkan tanda 'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi
serviks dan garis waspada.
10
g) Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus)
a) Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering
(jika ditemukan tandatanda penyulit).
d) Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di
sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks.
e) Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis
pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda "0" di garis angka 4.
11
c) Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang
diperlukan, rnisalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan
(rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk
menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri.
a) Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-
kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
b) Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua
kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk
pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi
dan nadi ibu di bagian bawah.
12
waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar
kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di
bawah
lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
5. Kontraksi uterus
3. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara
mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang
mencerrninkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi .
4. Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
1) Oksitosin
13
Jumlah tetesan per menit
7. Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat
kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu
selama persalinan. Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap
jam atau lebih sering bila ada indikasi (edema, hipertensi).
a) Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan
tekanan darah ibu.
b) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan
(lebih sering jikadiduga adanya penyulit).
d) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah
pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
2) Temperatur
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan
mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur
tubuh pada kotak yang sesuai.
14
3) Urin
Yang diukur :
Volume
Albumin
Glukosa
a) Ukur dan catat jumlahjproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap
kali ibu berkernih).
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar
kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan.
Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan Asuhan,
pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
15
Nilai dan catatan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama
selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada
pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu,
catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan
yang dan bersih aman.
1. Data dasar
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
6. Kala IV
Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan,
lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara
pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci
disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1. Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat
merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan
cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2. Kala I
16
3. Kala II
4. Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30
menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta,
penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri
tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis
kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta,
penatalaksanaan terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan
serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan
pascapersalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada
satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam
berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab
pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan
(Depkes RI, 2007).
B. PROSES PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses fisiologis dimana terjadi pengeluaran hasil
konsepsi yaitu janin yang viable, selaput ketuban, tali pusat dan plasenta dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dimulai dengan adanya perubahan
biokimiawi pada jaringan penghubung, penipisan serta pembukaan serviks karena adanya
kontraksi uterus yang berlangsung secara teratur dan adekuat baik frekuensi, intensitas
dan durasinya.
17
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin melalui vagina
dengan letak belakang kepala atau ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat/ atau pertolongan
istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi) dan berlangsung
dalam 18 jam atau waktu kurang dari 24 jam, yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37 42 minggu), tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
1) Power (kekuatan mendorong janin keluar)
His, gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai
dari daerah fundus uteri dimana tuba folofi, memasuki dinding uterus,
awal gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat dinding
uterus daerah tersebut
Kontraksi otot-otot dinding perut
Kontraksi diafragma pelvis
Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum.
2) Pasenger (janin dan placenta)
3) Passage (Jalan lahir)
4) Posisi ibu
5) Psikologi ibu
6) Penolong
3. Teori Terjadinya Persalinan
Penyebab mulainya persalinan belum diketahui dengan pasti dan sampai saat ini
masih merupakan teori-teori yang kompleks. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:
18
Pada akhir masa kehamilan terjadi peningkatan jumlah reseptor oksitosin
dijaringan desidua dan miometrium, sehingga merangsang pelepasan
prostaglandin yang menyebabkan timbulnya kontraksi uterus.
3. Peregangan otot-otot
Diduga persalinan terjadi apabila uterus telah meregang sampai batas
tertentu. Seperti pada kandung kemih dan lambung, bila terjadi peregangan
dinding kandung kemih dan lambung karena pertambahan volume maka
timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
4. Penekanan bagian terbawah janin
Penekanan oleh bagian terbawah janin pada serviks, segmen bawah rahim,
dan pleksus frankenhauser disekitar serviks dan vagina dapat menimbulkan
kontraksi uterus.
5. Teori prostaglandin
Peningkatan kadar prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua dalam air
ketuban dan darah ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan
diduga menjadi salah satu penyebab dimulainya proses persalinan.
6. Teori imunologi
Imunitas merupakan salah satu faktor yang bekerja sinergis dalam fenomena
toleransi maternal terhadap janin.
1) Jenis-Jenis Persalinan
1. Persalinan spontan : persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri, melalui jalan lahir
2. Persalinan buatan : Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
misalnya ekstraksi dengan forceps atau dengan tindakan operasi secaria.
3. Persalinan anjuran : Persalinan yang terjadi bila bayi sudah cukup besar
untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga
menimbulkan kesulitan dalam persalinan dengan pemberian pitosin atau
prostaglandin.
2) Tanda-Tanda Inpartu
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada cerviks
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Pada pemeriksaan dalam, cerviks mendatar dan pembukaan telah ada
19
3) Mekanisme Persalinan
Proses penurunan, putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada proses
kelahiran manusia disebut mekanisme persalinan. Tujuh gerakan cardinal
presentasi puncak kepala pada mekanisme persalinan :
Engangement (masuknya kepala janin kedalam pintu atas panggul). Hal
ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai, karena otot-otot Abdomen
masih tegang, sehingga bagian presentasi melewati panggul).
Penurunan (gerakan bagian presentasi melewati panggul). Penurunan
terjadi akibat tiga kekuatan yaitu:
1. Tekanan dari cairan amnion
2. Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
3. Konraksi diafragma dan otot-otot abdomen
Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul
atau dasar panggul, dapat masuk kedalam pintu bawah panggul.
Putaran paksi dalam
Di mulai pada bidang setinggi spira iskiadika, tetapi putaran ini belum
selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah ketika
oksiput berputar kearah anterior, wajah berputar kearah posterior setiap
kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan oleh tulang panggul dan
otot-otot dasar panggul.
Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi kearah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah
simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi. Pertama-
tama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya dagu.
Resistensi dan Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama
dengan saat ia memasuki pintu atas, ketika ia mencapai pintu bawah bahu
berputar kearah garis tengah dan dilahirkan dibawah lengkung pubis
(Bahu anterior turun lebih dahulu), bahu posterior diarahkan kearah
perineum sampai ia bebas keluar dari introitus vagina.
Ekspulsi
20
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas tulang pubis ibu
dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis
pubis, ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai, ini
merupakan akhir tahap kedua persalinan dan waktu saat tubuh bayi keluar
seluruhnya, dicatat dalam catatan medis.
4) Kontraksi Uterus (HIS)
Kontrakshi Uterus (HIS) adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos
rahim bekerja dengan baik dan sempurna
1. Sifat-sifat his pada umumnya :
Kontraksi simetris
Fundus dominant, kemudian diikuti
Relaksasi
Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan
kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks.
Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada di sudut tuba dimana
gelombang his berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke
bawah.
Fundus dominant adalah kekuatan paling tinggi dari his yang sempurna
berada di fundus uteri.
Kekuatan his yang paling lemah berada pada segmen bawah rahim
(SBR).
2. Sifat-sifat lainnya dari his adalah :
Involuntir
Intermitten
Terasa sakit
Terkoordinasi dan simetris
kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisis, chemis dan
psikis.
3. Perubahan-perubahan akibat his:
Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras / padat karena kontraksi.
Serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul
21
his maka terjadi pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari
serviks.
Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat
pula kenaikan nadi dan tekanan darah.
Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero plasenter kurang
sehingga timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melembat dan
kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul-betul
terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka
terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160
permenit dan tidak teratur.
4. Pembagian his dan sifat-sifatnya:
a. His pendahuluan: his tidak kuat & tidak teratur namun menyebabkan
keluarnya bloody show.
b. His pembukaan (Kala I) : menyebabkan pembukaan serviks, semakin
kuat, teratur dan sakit.
c. His pengeluaran (Kala II) : Untuk mengeluarkan janin; sangat kuat,
teratur, simetris, terkoordinir dan lama ; Koordinasi bersama antara
kontraksi otot perut, diafragma dan ligament.
d. His pelepasan uri (Kala III) : kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
e. His pengiring (Kala IV) : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian),
terjadi pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.
22
Tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan serta suhu ibu
dievaluasi setiap 4 jam.
2. Pemeriksaan dalam.
Hal-hal yang diperhatikan pada pemeriksaan dalam adalah sebagai berikut
Serviks
Dilakukan penilaian terhadap perlunakan, derajat pendataran, lebarnya
pembukaan dan arah serviks yang dikategorikan sebagai berikut:
posterior (sakral), posisi tengah (aksial), dan anterior. Dilakukan
penilaian pada bagian terbawah janin untuk menilai keutuhan selaput
ketuban.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka
lebih dahulu, sehingga terjadi pendataran dan penipisan serviks,
kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium
uteri internum sudah sedikit terbuka, sehingga pembukaan Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi
dalam saat yang sama. Dilatasi serviks ditentukan dengan memperkirakan
diameter rata-rata pembukaan serviks. Jari pemeriksa menelusuri tepi
serviks dari satu sisi ke sisi yang berlawanan, dan diameter yang dilintasi
dinyatakan dalam cm. Serviks dikatakan membuka penuh bila
diameternya 10 cm
3. Penurunan bagian terbawah janin
Dilakukan identifikasi derajat penurunan bagian terbawah janin di jalan
lahir. Penurunan bagian terbawah janin dapat ditentukan dengan
menggunakan bidang Hodge, untuk menilai sampai sejauh mana bagian
terendah janin sudah turun di rongga panggul pada proses persalinan.
a) Bidang Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran pintu atas
panggul dengan bagian atas simfisis dan promontorium
b) Bidang Hodge II : Bidang ini sejajar dengan Hodge I terletak
setinggi bagian bawah simfisis.
c) Bidang Hodge III : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge I
dan II terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : Bidang ini sejajar dengan bidang-bidang Hodge
I, II, dan III, terletak setinggi os koksigeus.
23
4. Adekuasi panggul
Panggul yang adekuat merupakan salah satu syarat mutlak pada persalinan
pervaginam. Adekuasi panggul bisa ditentukan secara radiologis maupun
klinis. Pada pemeriksaan klinis yang dinilai adalah konjugata diagonalis,
linea inominata, spina ischiadika, arkus pubis panggul dan kecekungan os
sakrum dan mobilitas os koksigeus.
6) Proses Persalinan
Proses persalinan terbagi atas 4 kala
1. Kala I
Kala I dimulai sejak awal proses persalinan sampai dengan pembukaan
serviks lengkap. Selama kala I terjadi pendataran dan pembukaan
serviks uteri. Kala ini merupakan kala persalinan yang paling lama, dan
lamanya kala I tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Paritas pasien
b. Frekuensi, intensitas dan lamanya kontraksi
c. Kemampuan serviks uteri untuk membuka dan mendatar
d. Presentasi dan posisi janin
Tanda dan gejala persalinan pada kala I:
HIS sudah Adekuat
Penipisan dan pembukaan serviks sekurangkurangnya 3 cm
Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
His dianggap akuat apabila His bersifat teratur, minimal 2x tiap
10 menit dan berlangsung sedikitnya 40 detik, Uterus mengeras
pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan lagi
bila dilakukan penekanan diujung jari, Serviks membuka.
Proses membukanya serviks uteri dibagi dalam 2 fase:
a. Fase Laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif: berlangsung mulai dari pembukaan serviks 4 sampai 10
cm dengan kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih perjam. Fase ini
dibagi menjadi 3 fase, sebagai berikut:
Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm
24
Fase dilaktasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
Fase diselarasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10
cm)
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida Kala I berlangsung kira kira 13 jam, sedangkan pada
multipara kira kira 7-8 jam.
2. Kala II
Kala II dimulai sejak pembukaan serviks lengkap sampai dengan bayi
lahir. Lamanya kala II bervariasi dari beberapa menit sampai 2 jam,
tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Presentasi dan posisi janin
b. Hubungan janin dan panggul
c. Tahanan jaringan lunak panggul
d. Frekuensi, intensitas, lamanya dan regularitas his
e. Efisiensi tenaga meneran
Tanda dan gejala persalinan pada kala II :
Ibu ingin meneran
Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
Meningkatnya pengeluaran darah dan lender
Kepala telah turun didasar pangul
Pada kala II HIS menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-
3 menit sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang
panggul, maka pada HIS dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa meneran.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45-60 menit,
dan multipara 15-30 menit.
Setelah pembukaan serviks lengkap dan seiring dengan turunnya
bagian terbawah janin, maka akan timbul keinginan ibu untuk
mengedan. Kontraksi uterus dan daya dorong yang menyertainya
dapat berlangsung selama 1,5 menit dan terjadi kembali setelah
25
suatu fase istirahat miometrium yang lamanya tidak lebih dari 1
menit. Median durasi Kala II pada primipara adalah 50 menit dan
pada multipara adalah 20 menit, tetapi hal ini dapat sangat
bervariasi.
3. Kala III
Kala III adalah periode sejak lahirnya bayi sampai plasenta lahir. Segera
setelah plasenta lahir merupakan saat paling berbahaya untuk terjadinya
perdarahan pasca persalinan.
Lepasnya plasenta dari insersinya :
a. Secara Schultz
Pelepasan mulai dari pertengahan sehingga plasenta lahir diiukti
oleh pengeluaran darah
b. Secara Duncan
pelepasan placenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan
diikuti oleh pelepasan placentanya.
Bentuk uterus dan TFU
Setelah bayi dilahirkan dan sebelum miometrium menyesuaikan
dengan perubahan ukuran rongga uterus, uterus berada dalam
bentuk diskoid dan TFU berada dibawah umbilikus.
Setalah uterus berkontraksi dan plasenta didorong kebawah,
bentuk uterus menjadi globular dan TFU menjadi diatas pusat
(sering kali mengarah kesisi kanan). Biasanya plasenta lepas
dalam 15 30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam.
Tali pusat memanjang
Semburan darah yamg tiba-tiba yang diikuti dengan
memanjangnya tali pusat keluar vagina menandakan kelepasan
plasenta dari dinding uterus.
Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar bersama bantuan dari gravitasi.
Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa kantung
yang terjadi retroplasenta telah robek ketika plasenta memisah.
Untuk membuktikan placenta telah lepas
26
a) Perasat Kustner
Tali pusat di kencangkan
Tangan ditekankan di atas simphisis, bila tali pusat
masuk kembali berarti placenta belum lepas.
b) Perasat klien
disuruh mengedan sehingga tali pusat ikut serta turun
atau memanjang, bila mengedan di hentikan dapat
terjadi :
Tali pusat tertarik kembali, berarti placenta belum lepas
Tali pusat tetap ditempat berarti placenta telah lepas.
c) Perasat strastman
Tali pusat dikencangkan dan rahim diketok bila
getarannya sampai pada tali pusat berarti placenta
belum terlepas.
d) Perasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah rahim,
sedangkan tangan kanan memegang dan mengecangkan tali
pusat, kedua tangan ditarik berlawanan, sehingga dapat terjadi :
Tarikan terasa berat dan talipusat tidak memanjang
berrarti placenta belum lepas
Tarikan terasa ringan (mudah) dan tali pusat
memanjang berarti placenta telah lepas.
Pemeriksaan Placenta dan selaputnya
Kotiledon berjumlah 20 buah
Permukaan placenta janin
Kemungkinan terdapat placenta suksenturiata
Plasenta dan air ketuban
Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan
tebal 2,5 sampai 3 cm. Berat plasenta 500 gram.
Plasenta terbentuk pada minggu ke 16 dimana desidua parietalis dan
desidua kapsularis telah menjadi satu.
Implantasi plasenta terjadi pada fundus uteri depan atau belakang.
Fungsi plasenta
27
Fungsi plasenta dapat dijabarkan sebagai berikut :
Sebagai alat nutrisi untuk mendapatkan bahan makanan yang
diperlikan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Sebagai alat pembuangan sisa metabolisme
Sebagai alat pernapasan dimana janin mengambil 02 dan mebuang
CO2.
Menghasilkan hormon pertumbuhan dan persiapan pemberian asi
Sebagai alat penyalur antibodi kejanin
Sebagai barier atau filter
Fungsinya belum diketahui.
Air ketuban
Likuor amnii (air ketuban) jumlahnya antara 1000ml sampai 1500ml
pada kehamilan aterm. Likuor amnii terdiri dari 2,3 % bahan organik
(protein, vernik kaseosa, rambut lanugo, zat lemak, lesitin, dan spingimielin)
dan 97 % sampai 98 % bahan anorganik ( air, garam yang larut dalam air ).
Fungsi air ketuban :
a. Saat hamil berlangsung
Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas
kesegala arah.
Menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung
Sebagai penyangga terhadap panas dan dingin
Menghindari trauma langsung terhadap janin.
b. Saat inpartu
Menyebarkan kekuatan his sehingga serviks dapat membuka.
Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan
sebagai desinfektan Sebagai pelicin saat persalinan.
4. Kala IV
Kala IV dimulai sejak plasenta lahir lengkap, dan lamanya sekitar 1 jam.
Hal ini dimaksudkan agar penolong persalinan masih mendampingi
wanita setelah bersalin. Hal ini bertujuan untuk mengurangi komplikasi
perdarahan pasca persalinan.7,15 sebaiknya dilakukan pemeriksaan
terhadap plasenta, selaput ketuban, dan tali pusat, meliputi kelengkapan
plasenta dan kelainan-kelainan yang ada. Perdarahan pasca persalinan
28
akibat atonia uterus paling mungkin terjadi pada saat ini, meskipun telah
diberikan oksitosin, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kontraksi
uterus pada kala IV. American Academy of Pediatricians dan American
College of Obstetricians and Gynaecologistmerekomendasikan untuk
dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan denyut nadi segera setelah
melahirkan dan setiap 15 menit selama 1 jam pertama setelah
melahirkan. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah perdarahan
akibat robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan
normal adalah 100-300 cc, bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap
patologi.
7) Posisi Persalian
1. Posisi Jongkok atau Berdiri
Keuntungan :
Membantu menurunkan kepala bayi
Memperbesar ukuran panggul
Menambah 28% ruang autletnya
Memperbesar dorongan untuk meneran ( Dapat memberi kontrubusi
pada laserasi )
29
C. MANAJEMEN NYERI PADA PERSALINAN
1. Definisi
- Nyeri adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat
subyektif dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi oleh faktor
psikososial dan kultur dan endorphin seseorang, sehingga orang tersebut lebih
merasakan nyeri (Potter&Perry, 2005).
- Nyeri persalinan adalah suatu keadaan rasa sakit dantidak nyaman yang dirasakan
selama menjalani proses persalinan (Bobak, 1995)
- Salah satu hal yang menyertaiproses persalinan, yang paling dirasakan tidak
menyenangkan bahkan menakutkanbagi ibu adalah nyeri persalinan (Gondo, 2011)
- Nyeri persalinan merupakan suatu bagian normal dari proses persalinandan kelahiran
normal. Terdapat dua jenis nyeri pada masa persalinan yaitu nyeriviseral dan nyeri
somatik (Gorrie, et. all, 1998)
- Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain budaya, takut, kecemasan, pengalaman
persalinan sebelumnya, persiapan persalinan dan dukungan (Perry&Bobak, 2004).
30
2. Nyeri SOMATIK Nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dan kala II
persalinan.
Nyeri disebabkan oleh :
Peregangan perineum, vulva
- Tekanan uteri servikal saat kontraksi
- Penekanan bagian terendah janin secara progresif pada fleksus lumboskral,
kandung kemil, usus dan struktur sensitif panggul yang lain (Bobak
2004).
Impuls nyeri ini dihantarkan oleh S 1-4 dan sistem parasimpatis
jaringanperineum.
b. Teori Kontrol Gerbang (Gate Control Theory)
Berdasarkan teori ini serabut syaraf mentransmisikan rasa nyeri ke spinal cord,
yang hasilnya dapat dimodifikasi di tingkat spinal cord sebelum di transmisikan ke otak.
Sinap-sinap pada dorsal horn berlaku sebagai gate yang tertutup untuk menjaga impuls
sebelum mencapai otak atau membuka untuk mengizinkan impuls naik ke otak.
Teori Gate Control menyatakan bahwa selama proses persalinan impuls nyeri
berjalan dari uterus sepanjang serat-serat syaraf besar kea rah uterus ke substansia
gelatinosa di dalam spinal kolumna, sel-sel transmisi memproyeksikan pesan nyeri ke
otak. Adanya stimulasi (seperti vibrasi, mengisok-gosok atau massage) mengakibatkan
pesan yang berlawanan yang lebih kuat, cepat dan berjalan sepanjang serat syaraf kecil.
Pesan yang berlawanan ini menutup gate di substansi gelatinosa lalu memblokir pesan
nyeri sehingga otak tidak mencatat pesan nyeri tersebut (Murray, 1998).
1. Selama kala I
Nyeri dihasilkan oleh dilatasi servik dan SBR, serta ditensi uterus.
a. Itensitas nyeri kala I akibat dari kontraksi uterus involunter.
b. Nyeri dirasakan dari pinggang ke perut.
c. Kualitas nyeri bervariasi.
d. Sensasi impuls dari uterus sinapsnya pada torakal 10, 11,12 dan lumbal 1.
e. Mengurangi nyeri pada fase ini dengan memblok daerah diatasnya.
Fase Transisi
a. Selama fase transisi sensasi nyeri dirasakan amat sangat.
b. Menunjukkan penurunan:
c. Penurunan kemampuan mendengar dan konsentrasi.
2. Selama Kala II
31
a. Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis.
b. Distensi struktur pelvis dan tekanan pada pleksus lumbosakralis.
c. Nyeri dirasakan pada:
Region L 2m bagian bawah punggung, dan juga pada paha dan tungkai.
Pada area vagina dan perineum
d. Sensasinya seperti tarikan,tekanan, rasa terbakar dan puntiran serta kram.
e. Ibu biasanya punya keinginan untuk mengedan.
f. Sensasi impuls dibawa dari pericum ke sacrum 2, 3, 4 oleh saraf pudendal.
g. Untuk mengurangi nyeri diblok pada reseptor yang lebih bawah.
Hal yang harus diperhatikan pada kala II
a. Ikuti kontraksi, jangan ditahan.
b. Langsung mengadan kea rah bawah.
c. Selalu mengambil napas dalam untuk mengisi awal dan akhir kontraksi.
d. Jangan mengedan terlalu panjang tanpa mengambil napas. Rileks pada saat tidak
ada kontraksi.
3. Tingkat Nyeri
( Fundamental of Nursing ).
skala numerik
0 : adalah tidak nyeri.
1 2 : Nyeri ringan.
35 : Moderat/ sedang.
67 : Severe/ berat.
8 10 : sangat berat
4. Faktor penyebab Nyeri
Adapun faktor-faktor tersebut melingkupi fakor fisik dan faktor
psikososial(Gorrie, 1998).
Faktor fisik yang menyebabkan nyeri pada masa persalinan, yaitu sebagaiberikut:
1. Sumber nyeri
Terdapat empat sumber nyeri yang potensial pada masa persalinan,yaitu:
a. Iskemi jaringan
Selama kontraksi, suplai darah ke uterus menurun, hal ini menyebabka n
hipoksia jaringan dan adanya metabolisme anaerobik. Ini dapat
meningkatkan nyeri pada masa persalinan.
b. Dilatasi servikal
32
Dilatasi dan peregangan serviks dan bagian bawah uterus adalah sumber utama
dari nyeri yang dirasakan selama masa persalinan. Stimulasi
nyeridari dilatasi servikal berjalan melalui: hypogastric plexus,
kemudian masuk ke spinal cord pada saraf T10, T11, T12, dan L1.
c. Tekanan dan penarikan pada struktur pelvis
Beberapa nyeri pada masa persalinan dapat dihasilkan dari tekanan
danpenarikan pada struktur pelvis seperti ligamen, tuba falopi,
ovarium,kandung kemih, dan peritoneum. Rasa nyeri yang dirasakan
termasuk nyeri viseral, dimana seorang ibu hamil dapat merasakan
nyeri padatulang belakang dan kakinya.
d. Distensi vagina dan perineum
Nyeri ini timbul saat janin mulai turun. Seorang inu hamil akan
merasakan sensasi terbakar, terobek dan seperti terpisah (nyeri
somatik).
Selain nyeri yang disebabkan faktor fisik, faktor psikososial juga
dapatmempengaruhi nyeri pada persalinan yang dialami oleh seorang wanita, antaralain
sebagai berikut:
1.Kebudayaan
Setiap kebudayaan memiliki interpretasinya sendiri terhadap rasanyeri.
Beberapa kebudayaan mengintepretasikan nyeri dengan ekspresi
yangterang-terangan seperti menjerit-jerit, sedangkan lainnya tidak
dapatmengekspresikan nyeri dengan begitu terang-terangan dan
dapat menahannyadalam hal ekspresi.
2.Kecemasan dan perasaan takut
Kecemasan dan ketakutan meningkatkan ketegangan otot
danmenurunkan aliran darah yang penuh oksigen ke otak dan otot-otot
skeletal.Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan kelelahan dan
peningkatanrasa nyeri itu sendiri, sehingga terjadi penurunan kemampuan
untuk mengurangi nyeri itu sendiri.
Pengalaman sebelumnya terkait nyeriSeorang wanita yang pernah
melahirkan sebelumnya memilikiperspektifnya sendiri mengenai rasa
nyeri pada masa persalinan, hal ini dapatmenurunkan tingkat kecemasan
dan perasaan takut akan nyeri pada masapersalinan tersebut. Sedangkan
33
bagi seorang wanita kehamilan pertama, rasanyeri pada masa persalinan bisa
menjadi hal yang dapat meningkatkankecemasan.
Pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan berbagai metode,
yaitusebagai berikut (Bobak, 1995) :
1. Metode dick-read
Menurut dick-read, nyeri persalinan merupakan akibat pengaruh
sosialdan sindrom takut-tegang-nyeri. Oleh karena itu, untuk
mengganti rasa takuttentang hal yang tidak diketahui yaitu melalui
pemahaman dan keyakinanyang meliputi pemberian informasi tentang
persalinan dan melahirkan,nutrisi, hygiene, dan latihan fisik. Latihan
fisik penting diberikan untuk mempersiapkan tubuh menghadapi
persalinan. Latihan relaksasi secara sadardilakukan dan juga
pengaturan pola nafas. Berat otot abdomen terhadaputerus yang
berkontraksi dapat meningkatkan rasa nyeri. Hal
tersebutmenyebabkan wanita melahirkan diajarkan untuk mendorong
otot perutnya keatas saat rahim naik selama satu kontraksi.
2. Metode Lamaze
Lamaze memperkenalkan metode psikoprofilaksis. Menurutnya,
rasanyeri adalah respon bersyarat. Srategi untuk mengatasi nyeri
persalinan, yaitudengan memusatkan perhatian pada titik perhatian
tertentu, misalnya padagambar tertentu sehingga jalur saraf terisi
oleh stimulus lain dan tidak dapatmemberi respon terhadap stimulus
nyeri. Wanita diajarkan untuk merelaksasikan otot yang tidak terlibat
saat ia mengontraksikan kelompok otot tertentu. Dalam metode ini
juga diyakini bahwa pernafasan dada dapatmengangkat diafragma
dari rahim yang berkontraksi sehingga menciptakanruang yang lebih
banyak untuk rahim yang berkembang. Perawat jugaberusaha menghilangkan
rasa takut dengan meningkatkan pemahamantentang fungsi tubuh
dan nyeri neurofisiologis.
3. Metode Bradley
Metode ini didasarkan pada perilaku binatang ketika melahirkan
danmenekankan pada keharmonisan tubuh, yaitu dengan kontol
pernafasan,pernafasan perut, dan relaksasi seluruh tubuh. Faktor
lingkungan yangditekankan ialah suasana gelap, menyendiri, dan tenang.
34
Beberapa ibu tertidur jika meggunakan metode ini, namun mereka
sebenarnya berada dalam tingkatrelaksasi mental yang dalam.Sebagai
perawat maternitas yang merawat wanita pada persalinan
dankelahiran, manajemen nyeri persalinan penting untuk dipelajari.
Adapun manajemen nyeri tersebut terbagi menjadi terapi
nonfarmakologi dan terapifarmakologi.
1.Metode Nonfarmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan teknik alternatif
dantambahan dari pemakaian obat-obatan. Tujuan dari
penatalaksanaan nonfarmakologi adalah untuk meredakan rasa nyeri,
dan biasanya diajarkan padakelas-kelas persiapan melahirkan.
Adapun teknik-teknik nonfarmakologiyang biasa digunakan pada
persalinan adalah:
a. Relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengancara merileks-kan ketegangan otot yang menunjang nyeri.
Teknik relaksasi dapat mendorong aliran darah ke uterus untuk
meningkatkanoksigenasi fetus, mendorong kontraksi uterus
secara efisien, sertamengurangi ketengangan yang dapat
meningkatkan persepsi nyeri danmenurunkan toleransi nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiriteknik tarik napas dalam
dengan frekuensi lambat dan berirama.Pasien biasanya diminta
untuk memejamkan matanya dan bernapasdengan perlahan dan
nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankandengan
menghidung setiap proses inhalasi dan ekshalasi.Pada tahap pertama,
teknik pernapasan dapat memperbaikirelaksasi otot-
otot abdomen sehungga dapat meningkatkan ukuran
ronggaabdomen. Keadaan ini dapat mengurangi gesekan dan rasa tidak
nyamanantara rahim dan dinding abdomen. Sedangkan pada tahap
selanjutnya, yaitu tahap kedua, teknik pernapasan dipakai untuk
meningkatkantekanan abdomen sehingga dapat membantu pengeluaran
janin. Keadaanini dipakai juga untuk merelaksasikan otot-otot
pudendal untuk mencegah pengeluaran dini kepala janin (Bobak,
et. all, 1995).Teknik lainnya dapat dilakukan dengan menciptakan
35
suasanayang nyaman untuk mendukung tahap relaksasi pasien dengan
nyeripersalinan. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan
aromaterapi,misalnya lavender oil atau dengan menciptakan
lingkungan yang nyamandengan mengurangi intensitas cahaya yang
menyilaukan atau mengatursuhu ruangan yang nyaman.
b. Cutaneous stimulation
Stimulasi pada kutan memiliki berbagai macam teknik yang
dapatdiaplikasikan. Adapun teknik-teknik tersebut adalah teknik
pijat dengandiri sendiri dan teknik pijat dengan orang lain.
Keduanya dipercaya dapatmengurangi rasa nyeri padamasa
persalinan.
1) Self-massage
Seorang ibu hamil dapat menggosok bagian perut, kaki,
sertapunggungnya pada masa kehamilan dengan gerakan
effleurage untuk mengurangi ketidaknyamanannya. Sacral
pressure dapat diberikanpada klien yang mengeluh nyeri punggung
secara intens terutamaketika fetus berada dalam posisi occiput
posterior. Melakukan counter pressure pada posisi duduk,
double hip squeeze dan deep back massage dapat
mengurangi beban kerja yang dirasakanpunggung.
2) Massage by others
Perawat ataupun pasangannya dapat memijat punggung ibu
hamil,bahu, kaki, serta area-area yang terasa tidak nyaman.
Gerakan efflurage, yakni tindakan memukul-mukul
abdomen secara perlahandan seirama dengan pernapasan
pada saat terjadi kontraksi dapatdigunakan untuk mengalihkan
fokus ibu hamil pada nyeri akibatkontraksi.
3) Thermal stimulation
Banyak wanita yang menyukai kehangatan pada bagian
punggung,abdomen dan perimenum pada masa persalinan.
Mandi air hangat, pada bath tub dapat merelaksasi ibu
hamil. Sedangkan, handuk basuh yang dingin dapat juga membuat
nyaman ibu hamil, terutamasaat mereka merasa kepanasan.
Handuk basuh dingin dapatdiletakkan pada tempat-tempat
36
yang ibu hamil inginkan, sepertikepala, abdomen, dan bagian
lainnya.
4) Stimulasi mental
Teknik inimerupakan teknik mempengaruhi pikiran seorang
ibu hamil dalammengatasi stimulasi rasa nyerinya. Contoh
dari stimulasi mental iniadalah teknik imagery. Teknik ini
meminta klien untuk berimajenasidalam membayangkan hal-hal
menyenangkan. Seorang perawat dapatmembantu ibu hamil untuk
menciptakan imajenasi yang dapatmembuatnya rileks dan santai.
Tindakan imagery ini pada umumnyamemerlukan suasana
dan ruangan yang tenang, sehingga dapatmembantu ibu hamil
berkonsentrasi.
Teknik lainnya adalah focal point. Kebanyakan ketikamenggunakan
terapi nonfarmakologi, ibu hamil biasanya memilih
untuk menutup matanya atau mereka biasanya mau
berkonsentrasi pada suatuhal saja. Gambar yang dapat membawa
perasaan rileks bisa saja menjadi alat yang digunakan sebagai
focal point yang dapat mengurangi rasanyeri dan membuat rileks ibu
hamil.
37
dipermukaankulit, biasanya di punggung bagianbawah, kemudia
n diberi voltaserendah sesuai dengan toleransiklien. Pemasangan
elektroda di abdomen bagian bawah dapat mempengaruhi jantung janin.
2. Metode Farmakologi
Metode farmakologi untuk mengatasi nyeri pada masa
persalinan,biasanya memiliki pengaruh pada janin yang ada di dalam rahim ibu
hamil.Sehingga dalam pemberiannya perlu mendapat perhatian khusus
dari ibuhamil dan juga tenaga kesehatan yang memberikan perawatan
selamamenangani nyeri yang dirasakan ibu hamil semasa persalinan.Agen-
agensfarmakologis untuk pengelolaan nyeri, antara lain (Perry, 2010):
a. Obat-obatan sistemik
Obat-obatan jenis ini mempunyai efek menyeluruh pada
sistem,karena biasanya obat-obatan ini didistribusikan ke seluruh
tubuh. Adapunyang tergolong jenis obat-obatan sistemik adalah
sebagai berikut:
1) Opoid analgesik
Jenis obat ini mengurangi persepsi rasa sakit tanpamenyebabkan
kehilangan kesadaran. Opoid analgesik yangdisuntikan menjadi
tipe obat-obatan sistemik yang menjadi pilihanpada masa
persalinan. Beberapa contoh obat-obatan yang termasuk ke dalam
katagori opoid analgesik yang sering digunakan
adalahmeperidine (Demerol), butorphanol (Stadol), dan
nalbuphine(Nubain).Efek samping dari katagori obat opoid
analgesik ini adalahadanya depresi pernapasan yang biasanya muncul
pada saatkelahiran baru. Selain it, jenis obat ini biasanya hanya
diberikanpada dosis yang sedikit namun sering melalui rute intravena.
2) Opoid antagonis
Obat yang termasuk kategori opoid antagonis adalahNaloxone
(Narcan), dan Naltrexone (Trexan). Opoid antagonis bermanfaat
jika persalinan berlangsung lebih cepat dari yangdiperkirakan
dan jika bayi diduga akan lahir saat efek narkotikaberada di
puncak. Antagonis ini dapat diberikan kepada ibu melaluiselang
infus atau melalui injeksi IM di otot gluteus.
38
3) Sedatif Jenis obat yang tergolong sedatif seperti barbiturat
tidak secara rutin diberikan karena dapat menyebabkan efek
depresan padaneonatus. Akan tetapi pemakaian pada dosis kecil
diberikan untuk mempromosikan istirahat yang cukup pada
wanita yang kelelahansemasa persalninan. Barbiturat secara
khusus berfungsi untuk menurunkan ansietas, meningkatkan
relaksasi, dan menginduksi rasakantuk hanya pada masa
prodormal atau pada tahap awal persalinan,dan jika tidak terdapat
nyeri.
39
Anestesi ini merupakan anastesi lokal yang disuntikanmelalui
ruang antarlumbar ketiga, keempat, atau kelima ke dalamruang
subaraknoid, yang merupakan tempat bercampurnya obatdengan cairan
serebrospinalis. Teknik suntikan tunggal inibermanfaat pada
proses melahirkan, tetapi tidak cukup untuk prosespersalinan.
Untuk melahirkan pervaginam, larutan anastesidisuntikan pada
periode kala II persalinan, yakni ketika ekspulsihampir terjadi
(kepala janin berada di perineum).
40
D. BOUNDING ATTECHMENT
1. Definisi
- Perry (2002), bounding: proses pembentukan attachment atau
membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang
dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam
hubungan orang tua dan bayi.
- Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-
orang seperti antaraorang tua dan anak pada pertemuan pertama.
- Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara
ibu dan bayi setelahproses persalinan, dimulai pada kala III sampai
dengan post partum.
Jadi bisa kita simpulkan Bounding adalah proses pembentukan sedangkan
attachment (membangun ikatan), jadi bounding attachment adalah sebuah
peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan
bayi. dimulai pada kala III sampai dengan postpartum. Hal ini merupakan proses
dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua
yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan
saling membutuhkan.
2. Tahap-Tahap Bounding Attachment
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
erbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu
lain.
41
2. Suatu tingkat ketrampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi
asuhan yang kompeten.
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua
satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang
dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka
akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain
juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya. Beberapa hal
yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang
ayah, diantaranya :
1. Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan
mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
2. Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga perhatian
yang disebabkan oleh :
42
- cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak
- kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah
tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain
sebagainya.
- Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan
keberhasilannya sebagai seorang ayah)
- Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya maasalah jenis
kelamin.
3. Elemen-Elemen Bounding Attachment
1. Sentuhan Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif
oleh orang tuadan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru
lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata. Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih
banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan
melakukan kontak matamereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus,
Kennell, 1982).
3. Suara Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan
bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan
tegang.
4. Aroma Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik
(Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5. Entrainment Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti
nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini
berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu
pola komunikasi efektif yang positif.
6. Bioritme Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada
dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini
dengan memberikasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu
43
saat bayimengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat
meningkatkan interaksi sosialdan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan
bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk
hubungan orang tuaanak.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini :
44
Hambatan Bounding Attachment
1. Kurangnya support sistem.
2. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Cara untuk melakukan Bounding Attachment ada bermacam-macam antara lain:
b. Kenyamanan
c. Kualitas perlekatan
1.Untuk ibu
Pelepasan plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan.
45
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan
detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel
sehingga mengurangi pemakaian energi.
3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya
di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk
menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya
akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk
pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap
untuk mengolah asupan makanan.
5. Asi yang pertama (colostrum) mengandung beberapa Antibodi yang
dapat mencegah infeks pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang
bayi.
6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu
pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung
protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat
dicerna dengan baik oleh usus bayi.
7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu
ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan
merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:
1. Menyebabkan rahim berkontraksi membantu
mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
2. Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang,
rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena
hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
3. Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang
(yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
2. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu
dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara
ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi
46
selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak
dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar
terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu
merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat
digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks
let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan
merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu
kesatuan keluarga.
47
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Masih banyak sekali tenaga kesehatan yang belum melakukan BOUNDING
ATTACHMENT begitu bayi lahir. Banyak yang melakukan inisiasi menyusu dini
namun hanya sebentar saja. Bayi langsung di bawa ke ruang bayi tanpa mendapatkan
kontak dengan ibunya secara maksimal.
2. Menghilangkan nyeri pada klien yang akan bersalin merupakan hal yangpenting. Hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu apakah wanita memenuhi harapan dirinya sendiri untuk
mengatasi nyeri karena hal ini mempengaruhi persepsinya tentang pengalaman
melahirkan sebagai buruk atau baik. Oleh karena itu, perawat perlu mengetahui
cara mengelola nyeri persalinan baik secara farmakologis maupun non-farmakologis.
48
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Gondo, H. K. (2011). Pendekatan Non Farmakologis untuk Mengurangi Nyeri Saat
Persalinan. Dalam CDK 185/Vol.38 No.4/Mei-Juni 2011.
Chapman., L., & Roberta., F. D. (2010). Maternal-Newborn Nursing: The
CriticalComponents of Nursing Care. Philadelphia: F. A Davis Company.
Benson., R. C., & Pernoll., M. L. (2009). Buku Saku Obstetrik dan Ginekologi.EGC:
Jakarta.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir.
Akademi Kebidanan Mambaul Ulum Surakarta.
49