Maraknya penelitian tentang energi terbarukan berbasis biomassa dengan
memanfaatkan limbah sepeti tongkol jagung, jerami padi, dan ampas tebu sebagai bahan baku bioetanol. Limbah tersebut kaya akan selulosa sehingga dapat diolah menjadi bahan baku bioetanol dengan cara mengubah selulosa menjadi glukosa terlebih dahulu. Tahapan tersebut biasanya disebut sebagai hidrolisis. Hidrolisis terdiri dua macam, yaitu hidrolisis asam dan hidrolisis enzimatis. Hidrolisis asam tidak ramah lingkungan mengakibatkan prosedur ini ditinggalkan sehingga beralih ke prosedur hidrolisis enzimatis menggunakan enzim atau mikroba penghail enzim yang dibutuhkan, dimana tahapan ini dinilai sangat mahal. (Ashadi dan Kahar. 2011) menyarankan strategi yang dilakukan untuk menurunkan biaya produksi ke tingkat lebih ekonomis, yaitu dengan cara 1) meningkatkan produktivitas enzim, 2) menggunakan subrat yang murah, 3) meningkatkan stabilitas yang baik, 4) dan menghasilkan enzim yang memiliki aktivitas yang tinggi pada subtrat spesifik. Pada penelitian sebelumya telah terdeteksi enzim yang pada hidrolisis enzimatis menggunakan jamur selulotik penghasil enzim selulosa, akan tetapi karena hasilnya yang belum maksimal dicobalah menggunakan produksi enzim dari luar menggunakan media seperti starter 2