Anda di halaman 1dari 18

Pemeriksaan Hematologi

Hemoglobin (Hb)

Adalah komponen utama dari sel darah merah (eritrosit), merupakan protein
terkonjugasi yang berfungsi untuk transportasi oksigen (O2) dan karbon dioksida
(CO2). Masa sel darah merah orang dewasa mengandung sekitar 600 g Hb,
mampu membawa 800 mL O2 Fungsi utama Hb adalah unuk mengangkut O2 dari
paru-paru, dimana tekanan O2 tinggi, sedangkan pada jaringan, tekanannya
rendah.

Devirat Hemoglobin

Devirat Hemoglobin terdiri dari hemoglobin (methemoglobin) , sulfhemoglobin


(SHb), dan karboksihemoglobin (carboxyhemoglobin, HbCO). Masig-masing
karakteristiknya dijelaskan berikut ini.

hemoglobin (methemoglobin)

methemoglobin (Hi) adalah turunan dari Hb, di mana besi ferro teroksidasi
menjadi besi ferri, mengakibatkan ketidakmampuan methemoglobin untuk
menigkat O2 seacara reversibel, sedangkan rantai polipeptida tidak diubah.
Seorang individu normal memiliki methemoglobin mencapai 1,5%. Konsentrasi
methemoglobin yang meningkat di dalam darah akan menyebabkan
methemoglobinemia dan terjadi perubahan warna darah menjadi cokelat,
mengalami sianosis, dan akan terjadi Anemia fungsional jika konsentrasinya
cukup tinggi.

Sulfhemoglobin (SHb)

SHb merupakan campuran dari hasil oksidasi, sebagian terbentuk dari denaturasi
Hb yang terjadi selama oksidatif hemolysis. Selama oksidasi Hb, sulfur (dari
beberapa sumber, yang mungkin berbeda) masuk ke dalam cincin heme pada Hb,
menghasikan kromosom hijau. Oksidasi lebih lanjut biasanya menghasilkan
denaturasi dan endapan sebagai Heinz body. SHb tidak dapat mengangkut O2 ,
tetapi dapat bergabung denagn karbon monoksida (CO) untuk membentuk
karboksisulfhemoglobin. Tidak seperti methemoglobin, SHb tidak dapat
berkurang, dan tetap berada dalam sel sampai rusak.

Karboksihemoglobin. CO endogen diproduksi saat degradasi heme menjadi


bilirubin normal yang berpengaruh sekitar 0,5% dari karboksihemoglobin (HbCO)
di dalam darah, dan mengikat pada anemia hemolitik. Hb memiliki kapasitas
untuk bergabung dengan CO dengan afinitas 210 kali lebih besar dari pada O2 .
CO akan diikat oleh Hb, bahkan jika konsentrasinya di udara sangat rendah
(misalnya 0,02-0,04%). Dalam kasus tersebut, HbCO tidak dapat mengikat dan
membawa O2 . Jika seorang pasien yang keracunan CO menerima O2 murni,maka
perubahan HbCO menjadi HbO2 sangat meningkat. HbCO berwarna khas merah
cemerlang, seperti buah ceri.

Fungsi Pemeriksaan Hemoglobin

Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan darah atau tidak,


dapat diketahui dengan mengukur kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal
berarti kekurangan darah, suatu kondisi yang disebut denagn anemia. Adanya
anemia biasanya juga disertai engan jumlah eritrosit yang menurun dan nilai
hematokrit di bawah normal.

Macam-macam Metode penetapan Nilai Hb

Banyak cara yang telah ditemukan untuk menentukan kadar Hb, tetapi sampai
sekarang belum ada satu cara pun yang hasilnya dapat dipercaya 100%, mudah
dikerjakan, dan sederhana.

Ada beberapa metode atau cara untuk menetapkan nilai Hb, di antaranya:

1. Cara Tallquist
2. Cara Sahli
3. Cara Cu-Sulfat

Cara fotoelektrik kolorimeter, terdiri dari 3 cara, yaitu:


1. Cara cyanmethemoglobin
2. Cara oksihemoglobin
3. Cara alkali hematin

Cara automatik (misalnya: Cell Dyn)

Metode Tallquist

Prinsip. Prinsip pemeriksaan metode ini adalah dengan membandingkan darah


asli denagn suatu skala warna yang bergradasi mulai dari warna merah muda
sampai warna merah tua (mulai 10-100%). Ada 10 gradasi warna dan setiap
tahapan berbeda 10%. Pada bagian tengah skala warna, terdapat lubang, untuk
memudahkan dalam membandingkan warna. Cara Tallquist kini sudah
ditinggalkan karena tingkat kesalahannya mencapai 30-50%.

Metode Cu-Sulfat. Metode ini digunakan untuk penetapan kadar hemoglobin,


terkait untuk mendapatkan donor yang cocok dan sehat, dalam hal ini menjadi
tanggung jawab teknisi yang bekerja dalam bidang transfuse darah.

Prinsip. Metode ini adalah tes kualitatif berdasarkan berat jenis. Darah donor
turun ke dalam larutan tembaga sulfat (Cu-Sulfat) dan menjadi terbungkus dalam
kantung tembaga proteinate, yang mencegah setiap perubahan dalam berat jenis
sekitar 15 ddetik. Jika hemoglobin sama dengan atau lebih dari 12,5 gram/dL ,
maka akan tenggelam dalam waktu 15 detik, yang berarti donor dapat diterima.

Alat dan bahan

1. Larutan kerja CuSO4 (Cu-sulfat) denagn berat jenis 1,053


2. Kasa steril/kapas, dan lancet steril sekali dipakai.
3. Tabung kapiler yang berisi heparin (75 mm x 1 mm)
4. Wadah dengan larutan natrium hipoklorit 1% untuk membuang lancet
tajam, tabung kapiler, dan bahan biologis yang berbahaya.
5. Coplin jar dengan penutupnya

Perhatikan!
Jangan tergantung pada warna lidah atau konjungtiva. Donor diterima hanya
jika hemoglobin > 12,5 g/Dl

Cara kerja

1. Sebanyak 30 ML larutan Cu-sulfat ditempatkan dalam botol yang bersih


dan kering. Tabungnya selalu ditutup denagn penutupnya jika tidak
digunakan. Larutan kerja diperbarui setelah setiap 25 tes.
2. Ujung jari dibersihkan secara menyeluruh dan dibiarkan kering.
3. Jari ditusuk dengan lancet steril sekali pakai (lihat pembahasan pada
bagian koleksi Darah Kapiler)
4. Biarkan satu tetes darah jatuh dengan ketinggian sekitar 1 cm di atas
permukaan larutan Cu-sulfat ke dalam tabung.
5. Penurunan darah diamati selama 15 detik.

Interprestasi

1. Jika tetesan darah tenggelam dalam waktu 15 detik, berarti hemoglobin


donor lebih dari 12,5 g/dL), donor diterima untuk donor darah.
2. Namun, jika penurunan darah berada di tengah (yaitu, kadar hemoglobin
kurang dari 12,5 g/dL), dan kemudian muncul ke permukaan, donor
ditangguhkan.
3. Jika tetesan darah tenggelam secara perlahan, dan kemudian menuju ke
bagian bawah tabung, berarti meragukan, sehingga perlu mengkonfirmasi
kadar hemoglobin donor ini.
4. Jika terjadi kegagalan pada pada tes CuSO4 tersebut, ulangi pemeriksaan
kadar hemoglobin dengan metode Drabkin.
5. Dalam kasus jika hemoglobin lebih rendah dari 12,5 g / , maka donor
perlu diberi obat hematinik dan meminta donor tersebut datang lagi untuk
memeriksa ulang setelah satu bulan.

Dokumentasi. Catat hasilnya paa kartu donor.


Hematokrit (Packed Cell Volume, PCV)

Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai tes skrining sederhana untuk


anemia, sebagai referensi kalibrasi untuk metode otomatis menghitung sel
darah,, dan secara kasar untuk membimbing keakuratan pengukuran
hemoglobin. Nilai Hematokrit yang dinyatakan dalam g/L adalah sekitar tiga
kali kadar Hb. Sehubungan dengan estimasi dari Hb dan sel darah merah.nilai
hematokrit dapat digunakan dalam perhitungan nilai indeks sel darah merah.
Hambatan pengguanaan di laboratorium disebabkan oleh kekurangan sumber
daya akan kebutuhan sentrifuga khusus dan abung kapiler yang dapat
diandalkan.

Nilai hematocrit dari sampel adalah pembanding antara volume eritrosit


dengan volume darah secara keseluruhan. Nilai hematokrit dapat dinyatakan
sebagai presentase (konvensional) atau sebagai pecahan desimal (unit SI) ,
liter /liter (L/L). Asam heparin kering dan etilen diamin tetra asetat (EDTA)
adalah antikoagulan yang memuaskan untuk tuuan tes ini.

Pengukuran Hematokrit dengan Mikrohematokrit

Dasar : Darah EDTA atau heparin disentrifugasi, sel-sel eritrositnya akan


dimampatkan. Tingginya pada kolom eritrosit diukur, yang dinyatakan dala
presentase darah tersebut.

Peralatan

1. Tabung kapiler hematocrit berukuran 75mm, berdiameter 1mm. ada yang


berisi heparin (khusus untuk darah kapiler ) da nada yang tidak berisi
antikoagulan (untuk darah antikogulan, misalnya darah EDTA).
Penggunaan tabung sangat tepat untuk pemeriksaan rutin dalam klinik.
Selain itu, tabung tersebut dapat digunakan untuk penampung darah
kapiler secara langsung. Pada anemia makrositik, terdapat sedikit kenaikan
jumlah plasma; dengan adanya sferosit pada sferositik, terdapat sedikit
kenaikan jumlah plasma; dengan adanya sferosit pada sferosiasis,
talasemia, anemia hipokromik, dan anemia sel sabit, kenaikan jumlah
plasmanya lebih tinggi lagi.
2. Lampu spiritus/malam untuk menutup salah satu ujung tabung hematocrit.
3. Sentrifuga yang dapat memutar > 16.000 rpm.
4. Skala pembaca mikrohematokrit.

Reagen. Heparin (melapisi lumen tabung kapiler ).

Sampel. Darah vena/darah kapiler

Cara kerja

1. Tabung hematocrit diisi melalui kapiler dari sampel tusukan atau sampel
vena. Tabung kapiler harus diisi minimal 5cm.
2. Bagian ujung yang kosong ditutup dengan sejenis dempul untuk keperluan
tersebut.
3. Tabung yang telah diisi sampel ditempatkan di alur radial mikrohematokrit
yang disentrifugasi, bagian ujung yang tertutup benda jauh dari pusat.
4. Sentrifugasi selama 5 menit pada 10.000-12.000 rpm sudah
memuaskan,kecuali bila hematokrit melebihi 50%, maka diperlukan
sentrifugasi tambahan selama 5 menit untuk memastikan plasma yang
terperangkap oleh kolom eritrosit sudah minimal.
5. Tabung kappiler tidak mempunyai skala, oleh karena itu untuk mengukur
tinggi kolom eritrosit harus menggunakan skala pembacaan hematokrit
dengan ukuran millimeter dan menggunakan lensa pembesar.

Prosedur

Siapkan perlengkapan, khusus untuk lampu spiritus (unuk membakar tabung/


menutup lumen), bisa diganti dengan wax sealant yang lebih praktis dan
aman.

3
Langkah 1 : dengan pipet kapiler, ambil sampel kira-kira /4 tinggi panjang
pipet.
Langkah 2 : sumbat salah satu lubang kapiler pada ujung yang berisi sampel,
dengan wax sealant.

Langkah 3 : tempatkan pipet kapiler ke sentrifuga dengan ujung yang


tersumbat mengarah keluar. Untuk menyeimbangkan putaran,
tempatkan pipet kapiler yang lain secara berseberangan.

Langkah 4 : tutup sentrifuga rapat-rapat

Langkah 5 : Atur kecepatan putaran dan waktu yang dibutuhkan, kemudian


tekan start. Tunggu sampai putaran sentrifuga benar-benar
berhenti.

Langkah 6 : ukur ketinggian endapan eritrosit, pada contoh didapatkan hasil


40%

A. DARAH
Volume darah dalam tubuh manusla Volume darah pada orang dewasa
yang berat badannya 60 kg adalah sekitar 4,5liter. Pengambilan 0,5liter
darah untuk transfusi sebenarnya tidak berbahaya. Jadi, pengambilan darah
sebanyak dua tabung (masing-masing 10 ml atau lebih) tidaak akan
berisiko. Hal ini perlu dijelaskan kepada pasien untuk menghilangkan
kecemasannya sewaktu akan diambil darahnya.
Terdiri dari dua komponen:
1. Korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu sel-sel darah Eritrosit,
Lekosit, Trombosit.
2. Plasma Darah adalah cairan darah.
Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit merupakan sel yang paling banyak dibandingkan dengan 2
sel lainnya. Dalam keadaan normal, jumlah eritrosit mencapai hampir
separuh dari volume darah. Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun
organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. Orang yang
kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia.
Eritrosit dihasilkan dilimpa atau kura, hati dan sumsum merah pada
tulang pipih. Sel darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam
hati.Eritrosit mengandung banyak hemoglobin. Darah berwarna merah
karena hemoglobin berwarna merah tua. Hemoglobin berfungsi untuk
membawa oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
jaringan tubuh. Oksigen dipakai untuk membentuk energi bagi sel-sel,
dengan bahan limbah berupa karbon dioksida, yang akan diangkut oleh sel
darah merah dari jaringan dan kembali ke paru-paru.
Merupakan bagian utama dari sel darah.
Jumlah pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita
sekitar 4 juta sel/cc darah.
Berbentuk Bikonkaf, warna merah disebabkan oleh Hemoglobin (Hb)
fungsinya adalah untuk mengikat Oksigen.
Kadar Hb inilah yang dijadikan patokan dalam menentukan penyakit
Anemia.
Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di
Limpa . Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen Bilirubin
(pigmen empedu).
Lekosit (Sel Darah Putih)
Bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh
tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak
memiliki bentuk yang tetap.
Orang yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan
orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia.
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah.
Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit
penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing
yang masuk tubuh.
Jumlah sel pada orang dewasa berkisar antara 6000 9000 sel/cc darah.
Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk Fagosit (pemakan) bibit
penyakit/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Maka jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing
yang masuk tubuh.
Trombosit
Merupakan partikel yang menyerupai sel, dengan ukuran lebih
kecil daripada sel darah merah atau sel darah putih. Bentuk trombosit tidak
teratur dan tidak mempunyai inti. Trombosit diproduksi di sumsum merah,
dan berperan penting pada proses pembekuan darah. Sebagai bagian dari
mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan perdarahan, trombosit
berkumpul pada daerah yang mengalami perdarahan dan mengalami
pengaktivan. Setelah mengalami pengaktivan, trombosit akan melekat satu
sama lain dan menggumpal untuk membentuk sumbatan yang membantu
menutup pembuluh darah dan menghentikan perdarahan. Pada saat yang
sama, trombosit melepaskan bahan yang membantu mempermudah
pembekuan.

PENGAMBILAN DARAH VENA

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya


diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku).
Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada
pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau
vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica
harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri
brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa
digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah
pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan
menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.

1. Pengambilan Darah Vena


Pemasangan turniket (tali pembendung)
o pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras
dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan
nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan
kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol,
lipid total)
o melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat
menyebabkan hematoma
Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga
mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel
darah merah.
Penusukan
o penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya
cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di
samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkan hematoma.
o tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena
menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma
Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis
sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang
berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
PENGAMBILAN DARAH KAPILER
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel
dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb,
hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).
Prosedur
Siapkan peralatan sampling : handskun, lancet steril, kapas alcohol 70%,
sediakan strip (glukosa, Hb dll) untuk bahan uji coba dan
pendokumentasian.
Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%,
biarkan kering.
Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya
rasa nyeri berkurang.
Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak
harus diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari
masih basah oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan
oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah
ditampung dalam wadah.
Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas
kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras
untuk mencegah terbentuknya jendalan.

PENGAMBILAN DARAH ARTERI


A. Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas
darah yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit
pernafasan serta kondisi yang mempengaruhi seberapa efektif paru-paru
mengirimkan oksigen ke darah dan mengeleminasi karbondioksida dari darah.

Tekanan parsial oksigen (PO2) normal : 75-100 mmHg, biasanya


menurun sesuai pertambahan usia
Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal : 35-45 mmHg
pH normal : 7,35-7,45
Saturasi oksigen (SaO2) : 94-100%
Kandungan oksigen (O2CT) : 15-23 volume%
Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-) : 22-26 millimols per liter
(mEq/liter)
Perubahan pH disebabkan oleh:
1. Fungsi pernafasan abnormal.
2. Fungsi ginjal abnormal.
3. Jumlah asam atau basa yang berlebihan.

Perubahan dalam pH, PaCO2, dan bikarbonat standar


pada gangguan asam-basa

Asidosis Respiratory Asidosis Asidosis Asidosis Respiratory


Respiratory Respiratory
Alkalosis Respiratory Alkalosis Alkalosis Alkalosis Respiratory
Respiratory Respiratory
Asidosis Metabolik Asidosis Asidosis Asidosis Metabolik
Metabolik Metabolik
Alakalosis Metabolik Alakalosis Alakalosis Alakalosis Metabolik
Metabolik Metabolik
C. Prosedur Tindakan
1. Cek identitas pasien. Beritahu pasien bahwa anda akan melakukan
pengambilan AGD dan jelaskan tujuan serta prosedurnya. Beritahukan bahwa
spesimen akan diambil dari arteri, jaga privasi klien, dan atur posisi klien dalam
posisi supinasi atau semi fowler.
2. Siapkan peralatan. Beri label syringe dengan nama pasien, nomor ruangan,
nama dokter, tanggal dan waktu pengambilan, inisial pelaksana AGD. Beri
heparin pada spuit.
3. Lakukan cuci tangan dan pakai handskun untuk meminimalkan penyebaran
mikroorganisme.
4. Membersihkan kulit di area tusukan dengan kapas alcohol. Tangan klien
harus ditekuk sedikit atau letakkan handuk kecil yang digulung di bawah
pergelangan tangan. Hal ini membawa arteri radial lebih dekat ke permukaan.
Ekstensi berlebihan pada pergelangan tangan harus dihindari karena dapat
menutup jalan denyut nadi.
5. Palpasi denyutan dengan telunjuk dan jari tengah. Setelah menemukan
sensasi denyutan terkuat, sedikit fiksasi arteri dengan telunjuk dan jari tengah. Hal
ini akan mencegah arteri berubah posisi ketika dilakukan tusukan.
6. Suntikan harus dengan sudut 45 atau kurang di tangan berlawanan, seperti
memegang pensil atau sebuah anak panah. Penempatan paralel dekat jarum
tersebut akan meminimalkan trauma arteri dan memungkinkan serat otot polos
untuk menutup lubang tusukan setelah jarum ditarik.
7. Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut jarum mengarah ke atas,
masukkan jarum ke tepat di bawah permukaan kulit. Sekarang dorong jarum
perlahan-lahan sampai terlihat denyut berkedip darah di pusat jarum. Berhenti dan
pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-4 cc darah dalam alat suntik.
8. Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-lahan sampai mengalir darah
ke jarum suntik. Seharusnya tidak perluada aspirasi darah ke jarum suntik sebab
tekanan arteri akan mengisi otomatis alat suntik. Hanya dalam jika digunakan
jarum gauge kecil (misalnya 25 gauge), atau pasien hipotensi, sebaiknya
dilakukan aspirasi jarum suntik.
9. Setelah mendapatkan jumlah darah yang diinginkan, tarik jarum dan
terapkan tekanan ke area tusukan dengan ukuran 4 4. Setelah tekanan diterapkan
selama 2 menit, periksa area untuk perdarahan, aliran, atau rembesan darah. Jika
ada, terapkan tekanan sampai pendarahan terhenti. Waktu kompresi lama akan
diperlukan untuk pasien pada terapi antikoagulan atau yang memiliki gangguan
perdarahan.
10. Lepaskan jarum dari alat suntik. Jarum tidak boleh disumbat, bengkok, atau
sengaja dirusak karena bahaya tusukan diri. Semua jarum harus ditempatkan
dalam wadah tahan tusukan (umumnya dikenal sebagai wadah benda tajam).
11. Sangat penting bahwa gelembung udara yang dikeluarkan dari spuit gas darah
karena dapat mengubah hasil gas darah. Pegang jarum suntik tegak lurus dan
tekan jarum suntik dengan lembut sehingga gelembung udara naik ke bagian atas
jarum suntik sehingga dapat dikeluarkan.
12. Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam kantong es (mendinginkan sampel
akan mencegah metabolisme lebih lanjut dari darah). Pasang slip laboratorium
untuk tas, dan bawa sampel ke laboratorium. Jika akan menganalisis sampel,
harus dilakukan sesegera mungkin.
13. Lepas sarung tangan dan lakukan cuci tangan untuk mencegah penyebaran
mikroorganisme dan lakukan pendokumentasian.
Tes Nilai Normal Makna Temuan
Abnormal
Tes Sistem Hematologik
Eritrosit 3,6 5,0 juta/ mmc () Penurunan meng
4,2 5,5 juta/ mm () Indikasikan ane
mia, perdarahan.
Peningkatan
mengindikasikan
aniksia kronis.
Hemoglobin 12 15 g/ dL () Penurunan meng
14 16,5 g/ dL() indikasikan ane
mia, perdarahan.
Peningkatan
mengindikasikan
aniksia kronis.
Hematokrit 37% 45% () Penurunan meng
42% 50%() indikasikan ane
mia, perdarahan.
Peningkatan
mengindikasikan
aniksia kronis.
Mean Corpuscular 80 95m Penigkatan meng
Volume (MCV) indikasikan eritro
sit makrositik.
Penigkatan meng
Indikasikan eritro
sit makrositik.
Mean Corpuscular 27 31 picogram Penigkatan ber
Hemoglobin (MCV) kaitan dengan
anemia
makrositik
Penurunan
berkaitan dengan
anemia
makrositik.

Mean Corpuscular 32 36 g/Dl(32 36%) Penurunan


Hemoglobin mengindikasikan
concentration sel-sel
(MCHC) hipokromik.
Peningkatan
berkaitan dengan
spherocytosis.
Leukosit 3.500 10.000/mm Peningkatan
mengindikasikan
infeksi
Penurunan
mengindikasikan
kegagalan bone
marrow.
Retikulosit 0,5 2% dari total Peningkatan
eritrosit mengindikasikan
Polycythemia
vera
Peningkatan
mengindikasikan
Produksi eritrosit
tidak adekuat.
Iron (Fe) 60 90 g/dL Penurunan
mengindikasikan
anemia defisiensi
ferro.
Total iron Binding 250 420 g/d/L Penurunan
Capacity (TIBC) mengindikasikan
anemia defisiensi
ferro.
Serum Haptoglobin 100 150 mg Penurunan
mengindikasikan
penyakit hati he
Molitik.
Peningkatan
mengindikasikan
penyakit
inflamasi.
Trombosit 150.000 350.000/mm Penurunan
mengindikasikan
sumsum tulang,
hiperplenism
atau accelerated
consumption of
platelets.
Peningatan
megindikasikan
perdarahan,
polycythemia
vera atau kegana
san.
Elektroforesis Hb A 95 - 98% Variasi
hemoglobin Hb A 2 3% perubahan
Hb F 0,8 2% mengindikasikan
Hb S 0% hemoglobinopati.
Hb C 0%
Direct Coombs & Negatif Temuan positif
Indirect Coombs test mengindikasikan
antibodi terhadap
eritrosit.
Serum Cardiac Enzyme
Creatine kinase 5 35 IU/L () Peningkatan
5 50 IU/L () mengindikasikan
injuri/nekrosis
jaringan otak,
miokard, dan otot
skeletal.
CK-MM (CK) 95 100% total CK Peningkatan
terjadi pada
injuri otot
CK-MB (CK) 0-5% total CK Peningkatan
terjadi pada ijuri
miokard atau
pasca-percu
taneous trans
luminal angio
plasty dan infus
streptokinase
intrakoroner.
CK-BB (CK) 0% Peningkatan
terjadi pada
injuri jaring
an otak.
Lactate 80 120 wacker units Peningkatan
dehydrogenase atau 70 207 IU/L terjadi pada
injuri jantung,
hepar, ginjal,
otak, dan eritro
sit.
LDH 16-33% total LDH Meningkat pada
kerusakan
miokard.
LDH 28-40% total LDH
LDH/LDH ratio <1,0 Meningkat pada
kerusakan
miokard

Word Health Organization. Cardiovascular Disease (CVDs). Report. Geneva:


WHO, 2013.

Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta:Salemba


Medika.

Mahode,A.A,.2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan.


Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai