Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRATIKUM

I. Acara Latihan : Percobaan darah II (Hitung jenis-jenis


Leukosit (differential Leucocyt)
II. Tujuan Latihan :
1. Membedakan macam-macam jenis leukosit
2. Menghitung masing-masing jenis leukosit
3. Menentukan daya kerapuhan eritrosit (fragility globuler)

III. Dasar Teori :


Hitung macam-macam jenis leukosit
Leukosit merupakan nama lain untuk sel darah putih.
Leukosit berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit
dengan cara memakan (fagositosis) penyakit
tersebut.Itulahsebabnya leukosit disebut juga fagosit. Leukosit
mempunyai bentuk yang berbeda dengan eritrosit. Bentuknya
bervairasi dan mempunyai inti sel bulat ataupun cekung.
Gerakannya seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
Berdasarkan ada/tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi
menjadi:
a. Neutrofil
Plasmanya bersifat netral, inti selnya berjumlah banyak
dengan bentuk bermacam-macam. Neutrofil fagositosis terhadap
eritrosit (sel darah merah), kuman, dan jaringan mati.
b. Eosinofil
Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan
merah tua bila ditetesi eosin. Eosinofil juga bersifat fagosit dan
jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
c. Basofil
Plasmanya bersifat basa. Itulah sebabnya plasma akan
berwarna biru jika ditetesi larutan basa. Sel darah putih ini akan

1
berjumlah banyak jika terkena infeksi. Basofil juga bersifat fagosit.
Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan, yaitu
heparin.
d. Limfosit
Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Ukurannya
ada yang besar dan ada yang kecil. Limfosit berfungsi untuk
membentuk antibodi.
e. Monosit
Monosit dapat bergerak seperti Amoeba dan mempunyai inti
yang bulat/bulat panjang. Monosit diproduksi pada jaringan limfa
dan bersifat fagosit.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada 2
macam, yaitu fagosit dan limfosit.Sel fagosit akan menghancurkan
benda asing yang dengan cara menelannya (fagositosis).
Fagosit terdiri atas 2 macam sel, yaitu:
Neutrofil, terdapat di dalam darah.
Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk
masuk ke dalam jaringan atau rongga tubuh. Limfosit terdiri
atas:
1. T limfosit (T Sel), yang bergerak ke kelenjar timus
(kelenjar Limfa. di dasar leher).
2. B limfosit (B sel).
Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah, menghasilkan antibodi
yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah
tetapi melalui kulit dan selaput lendir agar terhindar dari leukosit.
Namun sel-sel tubuh tersebut tidak berdiam diri. Sel-sel tubuh
tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat
memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi).

2
Adanya kemampuan ini dapat mencegah terjadinya serangan
virus.
Kelima sel-sel tersebut memiliki berbagai macam bentuk
berdasarkan tingkat kematangan dan fungsinya, sehingga jika
dijabarkan satu persatu, jenis-jenis sel leukosit akan menjadi
banyak. Selanjutnya, untuk mempermudah pembaca, saya hanya
akan berfokus pada kelima sel tersebut saja.

Sel darah putih dalam setiap milimeter kubik darah tersebut


kurang lebih berjumlah 8.000(delapan ribu). Tempat pembentukan
sel darah putih tersebut ialah pada sumsum merah tulang pipih,
limpa, dan juga kelenjar getah bening. Semua sel darah putih
tersebut mempunayi masa hidup antara 6(enam) hingga
8(delapan)

Fungsi sel darah putih :

Berfungsi menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudah


terserang penyakit
Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel
darah putih granulosit dan monosit
Mengepung darah yang sedang terkena cidera atau infeksi
Menangkap dan menghancurkan organisme hidup
Menghilangkan atau menyingkirkan benda-benda lain atau
bahan lain seperti kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya.
Mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang
merugikan tubuh dengan menghancurkan dan membuangnya
Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap
penyakit yang menyerang.
Sebagai pengangkut zat lemak yang berasal dari dinding usus
melalui limpa lalu menuju ke pembuluh darah
Pembentukan Antibodi di dalam tubuh.

3
Pemeriksaan golongan darah

Sistem golongan darah ABO yang ditemukan oleh Karl


Landsteiner pada tahun 1901, dan saat itu baru ditemukan
golongan darah A, B, dan O. penemuan ini dikakukan dengan
memeriksakan darahnya sendiri dan beberapa orang temannya
dengan memisahkan darah tersebut atas serum dan sel darah,
kemudian mencampur setiap sel darah merah dengan serum-
serum tersebut dan atas dasar reaksi aglutinasi, maka ditetapkan
tiga golongan tersebut. Kemudian golongan darah AB ditemukan
pada tahun 1902 oleh Karl Landsteiner, Sturli dan Decastello.

Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan dengan


memisahkan pemeriksaan antara sel (forward grouping = sel
grouping) dan plasmanya (reverse grouping = serum grouping).
Seringkali pada saat pemeriksaan golongan darah, terjadi ketidak
cocokan golongan darah sehingga pemeriksaan perlu diulang
kembali dengan contoh darah yang dicuci terlebih dahulu.

Prinsip pemeriksaan golongan darah adalah adanya reaksi


antara antibody dan antigen yang terlihat dalam tampilan aglutinasi.
Kemudian tujuan pemeriksaan golongan darah adalah
untuk mencocokkan antigen dan antibody antara resipien dengan
donor agar antibody dan antigen yang sama tidak bertemu yang
dapat mengakibatkan aglutinasi.

4
IV. Alat dan Bahan
a. Hitung macam-macam jenis leukosit
1. Gelas objek
2. Rak pewarna
3. Mikroskop
4. Sampel darah EDTA
5. Alkohol 96% / Metanol
6. Oli imersi
7. Buffer phosfat pH 6,8
8. Giemsa
b. Pemeriksaan Golongan Darah
1. Objek glass
2. Lancet
3. Pengaduk
4. Darah kapiler
5. Serum anti-A biasanya berwarna biru atau hijau.
6. Serum anti-B biasanya berwarna kuning.
7. Serum anti-AB biasanya berwarna merah muda/tak berwarna.
8. Serum anti-D (Rhesus) biasanya tidak berwarna / bening.

V. Cara Kerja
Hitung macam-macam jenis leukosit
1. Sediakan 2 kaca objek yang bersih dan bebas dari lemak,
teteskan satu tetes darah perifer pada salah satu bagian dekat
ujung kaca objek.
2. Tempatkan ujung kaca yang lain pada pinggiran tetesan darah,
tarik sedikit demi sedikit ke belakang hingga tetesan darah
menyebar.
3. Kemudian dorong kedepan tanpa menekan permukaan objek
terlalu keras. Sesuaikan besarnya tetesan darah dengan sudut

5
kaca objek. Jika terlalu besar tetesannya maka sudut antara
dua objek diperkecil sebalikny
4. Sediakan harus mempunyai bagian yang tebal dan bagian
yang tipis.
5. Keringkan di udara, fiksasi dengan cairan methanol selama 10
menit lalu diwarnai dengan pewarnaan giemsa atau wright.
6. Pewarnaan Giemsa : sediaan yang telah di fiksasi diberi
larutan giemsa 10-15 tetes yang diencerkan dengan 10 ml
buffer dengan pH 6,4 atau diwarnai dengan larutan giemsa
yang sudah tersedia. Biarkan kurang lebih 20 menit, lalu cuci
pelan-pelan dengan air mengalir, keringkan, dan periksa di
bawah mikroskop dengan pembesaran kuat.
7. Pewarnaan Wright : sediaan yang telah di fiksasi diberi larutan
wright dengan cara seperti di atas, biarkan 1-2 menit.
Kemudian cuci dengan air mengalir perlahan-lahan sampai
bersih. Keringkan dan periksa di bawah mikroskop dengan
pembesaran kuat.
8. Identifikasi macam-macam leukosit, bentuk inti, ada/tidaknya
granula, dan sebagainya.

Pemeriksaan golongan darah


1. Tuliskan terlebih dahulu identitas orang yang akan diperiksa.
2. Tambahkan pada masing-masing tetesan darah tadi setetes
serum yang mengandung antibodi anti-A, antibodi anti-B, dan
antibodi anti ABT tetesan darah yang akan diperiksa golongan
darahnya dari ujung jari yang telah ditusuk dengan lanset steril
pada kartu golongan darah yang tersedia. Serum yang
mengandung antibodi anti-A, antibodi anti-B, antibodi Anti-AB,
dan anti-D (Anti-Rhesus).

6
VI. Hasil Percobaan :
(dilampirkan)

VII. Pembahasan :

Pada praktikum kali ini percobaan yang dilakukan adalah


pemeriksaan darah II Hitung jenis-jenis leukosit (differential
leucocyt). Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif
dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut
dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah
leukosit total (sel/l).
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak
limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang
dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu
sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain.
Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.
Bila pada hitung jenis leukosit, didapatkan eritrosit berinti lebih dari
10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/l perlu dikoreksi.

Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil granulosit eosinofil = 1


%, granulosit neutrofil batang = 6 %, granulosit neutrofil segmen =
74 %, limfosit = 18 %, monosit = 2%.

Nilai normal hitung jenis leukosit :

Basofil : 0-1%

Eosinofil : 1-3%

Neutrofil batang : 2-6%

Neutrofil segmen : 55-57%

Limfosit : 20-25%

Monosit : 2-8%

7
Netrofilia
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari
7000/l dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi
bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan
metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan
kelainan mieloproliferatif. Banyak faktor yang mempengaruhi
respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi
kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan.
Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan
Diplococcus pneumonine menyebabkan netrofilia yang berat,
sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium
tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada anak-anak netrofilia
biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Pada penderita yang
lemah, respons terhadap infeksi kurang sehingga sering tidak
disertai netrofilia. Derajat netrofilia sebanding dengan luasnya
jaringan yang meradang karena jaringan nekrotik akan melepaskan
leukocyte promoting substance sehingga abses yang luas akan
menimbulkan netrofilia lebih berat daripada bakteremia yang
ringan. Pemberian adrenocorticotrophic hormone (ACTH) pada
orang normal akan menimbulkan netrofilia tetapi pada penderita
infeksi berat tidak dijumpai netrofilia.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan
dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini
disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.
Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya
dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri.
Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak
ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia
ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak
teratasi atau respons penderita yang kurang.
Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda

8
degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang
lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu
dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun
sitoplasma

Eosinofilia
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari
300/l darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi.
Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan
substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari
eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit,
kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia
granulositik kronik.

Basofilia
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari
100/l darah. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan
leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti
eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat
dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan
melepaskan histamin dari granulanya.

Limfositosis
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
jumlah limfosit lebih dari 8000/l pada bayi dan anak-anak serta
lebih dari 4000/l darah pada dewasa. Limfositosis dapat
disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis
infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan
oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan
makroglobulinemia.

9
Monosit
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih
dari 750/l pada anak dan lebih dari 800/l darah pada orang
dewasa. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif
seperti leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut;
penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan
reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh
bakteri, virus, protozoa maupun jamur.
Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik
pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif,
perbandingan antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil
atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan
menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.

Netropenia
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang
dari 2500/l darah. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas
3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran
darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak
diketahui penyebabnya. Termasuk dalam golongan pertama
misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced.
Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan
merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan
pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti
kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-
sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya
misal pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan
rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.

10
Limfopenia
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang
dari 1000/l dan pada anak-anak kurang dari 3000/l darah.
Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti
pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat
yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat
sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic
duct drainage dan protein losing enteropathy.

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah


dengan antigen A di permukaan membran selnya dan
menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen A dalam serum darahnya. Individu dengan
golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa
antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.
Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut donor universal.

Dalam praktikum ini penentuan golongan darah dilakukan


dengan menggunakan tes aglutinasi. Aglutinasi terjadi akibat
adanya reaksi antara antigen dengan antibody sejenis. Pada
praktikum ini digunakan larutan antisera yang mengandung aneka
aglutinin pada kaca slide dan dilihat apakah terjadi aglutinasi atau
tidak. Antigen dan antibodi yang direaksikan terjadi aglutinasi pada
antigen-antibodi A dan antigen-antibodi AB yang berarti probandus
begolongan darah A.

11
VIII. Kesimpulan
Dari hasil pratikum hitung jenis leukosit di dapatkan hasil yang
sesuai dengan nilai normal hitung jenis leukosit. Hitung jenis leukosit
berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari
netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Dari hasil
pratikum pemeriksaan golongan darah di ketahui dari reaksi antigen
antibodi terjadi aglutinasi pada A dan pada AB yang berarti
probandus bergolongan darah A.
Setiap orang wajib untuk mengetahui golongan darahnya, hal
ini bertujuan agar ketika seseorang tersebut melakukan tranfusi
darah tidak terjadi inkompatibilitas ABO yang dapat menyebabkan
darah menjadi lisis (menggumpal dan memisah menjadi cairan) dan
berujung pada kematian.

12
Daftar Pustaka

1. Setiawan, Parta. 2015. PENGERTIAN FUNGSI JENIS DAN CIRI-


CIRI JENIS LEUKOSIT.
(http://www.gurupendidikan.com/pengertian-fungsi-jenis-dan-ciri-
ciri-sel-darah-putih-leukosit/).Diakses pada tanggal 2/12/2015.

2. Agnesrizka. 2015. Pemeriksaan Golongan Darah.


(https://agnesrizkawidyana.wordpress.com/2015/03/04/pemeriks
aan-golongan-darah/). Diakses pada tanggal 2/12/2015.

3. Cinta, Surga. 2013 Pmeriksaan Hitung Jenis Leukosit Metode Giemsa.


Laporan Pratikum Darah Lengkap.
(http://kuliahanaliskesehatan.blogspot.co.id/2013/05/pemeriksaa
n-hitung-jenis-leukosit-diff.html). Diakses pada tanggal
2/12/2015.

4. Yullyaanalis. 2013. HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFFERENTIAL


COUNT) DAN EVALUASI HAPUSAN DARAH TEPI (HDT).
(https://yullyanalis.wordpress.com/2013/06/28/hitung-jenis-
leukosit-differential-count-dan-evaluasi-hapusan-darah-tepi-hdt/).
Diakses pada tanggal 2/12/2015.

5. Juni. 2011. laporan Hematologi semester


III.(http://junikomang.blogspot.co.id/2011/01/laporan-hematologi-
semester-iii.html). Diakses pada tanggal 2/12/2015.

13
LAPORAN PRATIKUM
FISIOLOGI MANUSIA
(Pemeriksaan Darah II)

Disusun Oleh:
Larasti Putri Umizah
153112620120050

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2015

14

Anda mungkin juga menyukai