Anda di halaman 1dari 8

Tujuan Pembelajaran Adult Learning

Tujuan Adult learning


1. Membentuk konsep diri pada mahasiswa
2. Menambah pengalaman mahasiswa dalam menghadapi masalah
3. Mengembangkan kesiapan dalam belajar mandiri bagi mahasiswa
4. Menambah orientasi diri atau kepercayaan diri mahasiswa

Sumber : http://dokumen.tips/documents/adult-learning-558463f38de98.html. Oleh Rhidya


rahmayani

Ciri adult learning


Orang dewasa mempunyai ciri khusus dalam melaksanakan pembelajaran yaitu :
Memungkinkan timbul pertukaran pendapat.
Memungkinkan komunikasi timbal balik.
Suasana belajar yang diharapkan adalah suasana belajar yang menyenangkan
dan menantang.
Orang dewasa akan belajar jika pendapatnya dihormati.
Mengutamakan peran peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih aktif

Sumber : Soedomo, pendidikan Luar Sekolah Ke Arah Pengembangan Sistem Belajar


Masyarakat, (Jakarta : Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan,1989).
Orang dewasa belajar ingin mengetahui kekurangan dan kelebihannya.
sumber : Suprijanto, 56

kerugian dari adult learning

Andragogy memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin


seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan
memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogy hanya sebagai suatu sistem yang
mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah
pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan -penjagaan terhadap ilmu-ilmu
yang sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu
ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan
kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu. Tak
mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan Integral Diferensial sebelum mereka
menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang bagi, dll.
Sumber : Bambang S dan Lukman, Kelemahan dan keunggualan teori belajar
andragogy.
Kesimpulan :
Kekurangannya pembelajran adult learning, yaitu :
Tidak tentunya jumlah batasan ilmu yang dipelajari, sehingga peserta didik
mungkin bisa lebih mempelajari hal yang melenceng dari hal yang ingin
dipelajari
Jika tidak adanya minat dari peserta didik, maka tidak adanya jaminan
seberapa lama ilmu tersebut dapat tersimpan.
Ketidakmungkinan peserta didik memilih mempelajari ilmu tertentu jika belum
memiliki syarat untuk mempelajari ilmu tertentu.

Kelebihan dan Kekurangan Adult Learning

Kelebihan
1. Fleksibel. (Zulkabir, 2005)
2. Mendorong disiplin dan ketrampilan. (Zulkabir, 2005)
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan kuliah sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-
masing. (Zulkabir, 2005)
Kekurangan
1. Menuntut disiplin tinggi dan kemandirian belajar yang tinggi. (Zulkabir, 2005)
2. Memerlukan bimbingan dan tutorial yang intensif. (Zulkabir, 2005)
3. Membuat mahasiswa terlena/keblabasan. (Zulkabir, 2005)

Sumber : Zulkabir (2005), Efektifitas tutorial dalam upaya meningkatkan kesiapan belajar
mandiri dan hasil belajar mahasiswa S-1 PGSD

Menurut Tom Nesbit, Linda Leach & Griff Foley (2004) bahwa ada enam prinsip dalam
praktek pembelajaran orang dewasa agar dapat diterapkan secara efektif, yaitu: 1) adanya
partisipasi secara sukarela, 2) adanya perasaan respek secara timbal balik, 3) Adanya
semangat berkolaborasi dan kooperasi, 4) adanya aksi dan refleksi, 5) tersedianya
kesempatan refleksi kritis dan 6) adanya iklim pembelajaran yang kondusif untuk belajar
secara mandiri.

Siapa saja yang cocok untuk menerapkan konsep adult learning

Andragogi merupakan teori pembelajaran orang dewasa. Konsep pembelajaran


orang dewasa merupakan pembelajaran yang berpola non otoriter. Berdasarkan ciri-ciri
biologis maupun psikologis sebagian besar siswa SMA telah memasuki usia dewasa,
sehingga pendekatan andragogi agaknya lebih sesuai.
Ditinjau dari segi umur, seseorang yang berumur antara 16 sampai 18 tahun dapat
dikatakan sebagai orang dewasa. Ditinjau dari ciri-ciri psikologis seseorang yang dapat me-
ngarahkan diri sendiri, tidak selalu bergantung pada orang lain, mau bertanggung jawab,
mandiri, berani mengambil risiko, dan mampu mengambil keputusan maka orang tersebut
bisa dikatakan dewasa secara psikologis. Adapun ditinjau dari ciri-ciri biologis, seseorang yang
telah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder dikatakan telah dewasa secara biologis.
Tanda-tanda kelamin sekunder tersebut pada laki-laki antara lain tumbuhnya jakun pada
leher, berubahnya suara menjadi besar dan berat, dan tumbuhnya bulu-bulu pada tubuh,
seperti kumis, jenggot, dan bulu dada. Pada perempuan antara lain ditandai dengan
terjadinya menstruasi dan tumbuhnya payudara.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, ternyata sebagian besar siswa SMA telah memasuki usia
dewasa, atau peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Hal ini menimbulkan
pemikiran bahwa pendekatan pedagogi (pendidikan untuk anak-anak) sudah kurang
cocok lagi bagi mereka, sebaliknya andragogi (pendidikan untuk orang dewasa) yang
lebih sesuai.

Sumber : Penggunaan Bahan Ajar Dengan Pendekatan Andragogi Sebagai Upaya


Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Sma RSBI oleh M. Umriyah, A. Yulianto, N
(2012)

Secara jelas Knowles (1979: 11-27 ) menyatakan apabila warga belajar telah berumur 17
tahun, penerapan prinsip andragogi dalam kegiatan pembelajarannya telah menjadi suatu kelayakan.
Usia warga belajar pada kelompok belajar program PLS rata-rata di atas 17 tahun, sehingga dengan
sendirinya penerapan prinsip andragogi pada kegiatan pembelajarannya semestinya diterapkan.

Sumber : Knowles. 1977. The modern practice of Adult Education

Knowles dalam bukunya The modern practice of Adult Education, mengatakan bahwa
semula ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar.
Kemudian setelah melihat hasil eksperimen banyak pendidik yang menerapkan konsep andragogi
pada pendidikan anak-anak dan menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu memberikan
hasil yang lebih baik, Knowles melihat bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi
yang lain mengenai pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi pedagogi. Ia
juga mengatakan model-model itu berguna apabila tidak dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai
dua ujung dari suatu spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi yang berada di
antara dua ujung tersebut.

Perbedaan deep learning dan collaborative learning

Belajar Kolaboratif (Collaborative Learning/CbL) adalah metode belajar yang


menitikberatkan pada kerja sama antarmahasiswa yang didasarkan pada consensus yang
dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah, tugas, dan kasus memang berasal dari
dosen dan bersifat terbuka (open ended). Akan tetapi, pembentukan kelompok yang
didasarkan pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi atau
kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi atau kerja kelompok ingin dinilai oleh
dosen, ditentukan melalui konsensus bersama antaranggota kelompok.

Sumber : Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi. Direkotorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2012. Panduan Pengembangan dan
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT), Pendekatan Kurikulum Berbasis Komputer
(KBK), dan Pendidikan Berdasarkan Capaian (PBC).

Deep Learning, yaitu memeriksa fakta-fakta baru dan ide-ide kritis dan mengikat
mereka kedalam struktur kognitif yang ada dan membuat banyak hubungan antara ide-ide
tersebut.

Sumber : Eric Jensen, LeAnn Nickelsen, 2011, Deeper Learning: Strategi Luar Biasa
Yang Tidak Mendalam dan Tak Terlupakan, Jakarta: Indeks, hlm.7

Cara menjalankan konsep andragogy

Prosedur Androgogi

Prosedur andragogi menurut Knowles adalah sebagai berikut:


1. Menyiapakan iklim belajar yang kondusif
2. Menciptakan mekanisme perencanaan
3. menemukan kebutuhan belajar
4. merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan
belajar,
5. merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta
didik,
6. melaksanakan kegiatan belajar
7. mengevaluasi kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar
untuk kegiatan pembelejaran selanjutnya.

Inti teori andragogi adalah teknologi keterlibatan diri (ego) peserta didik. Artinya
kunci keberhasilan daam proses pembelajaran peserta didik terletak pada keterlibatan diri
mereka dalam proses pembelajaran

Sumber : Knowles. 1977. The modern practice of Adult Education

Strategi pembelajaran mandiri

Pembelajaran mandiri memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanggung jawab


secara pribadi atas kegiatan belajarnya. Strategi pembelajaran mandiri bisa dilkukan dengan
beberapa teknik, yaitu: 1)membayangkan, 2) menuliskan pengalaman yang sedang terjadi, 3)
peta pikiran, 4) belajar melalui tindakan, 5) jurnal belajar, 6) kontrak belajar.

Sumber : Nur Anisa Dewi. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran mandiri (belajar
melalui tindakan). 2015
Selanjutnya menurut Knowles (Wiwin Kusumawati, 2008 : 4) pembelajaran mandiri
didefinisikan sebagai suatu proses belajar dimana setiap individu dapat mengambil inisiatif,
dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam hal: mendiagnosa kebutuhan belajar,
merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar (baik berupa orang
maupun bahan), memilih dan menerapkan strategi belajar yang sesuai bagi dirinya serta
mengevaluasi hasil belajarnya.

Sumber : Knowless.(1975). Self Directed Learning

Mengapa belajar mandiri dan soft skill penting untuk karir kita nanti?

Karena dengan belajar mandiri dan soft skill kita dilatih untuk terus mengembangkan
kemampuan ataupun potensial didalam diri kita. Belajar mandiri dapat meningkatkan
potensial kita dalam hal pengetahuan ( hard skills) sedangkan soft skill dapat
mengembangkan potensial-potensial yang berada didalam diri kita diluar bidang
pengetahuan seperti bekerja sama, kepempinan, dll. Dimana berdasarkan dari berbagai
penelitian di berbagai perusahaan terkemuka didunia ini mencari tenaga kerja yang memilki
keseluruhan paket tersebut dimana perbadingannya adalah 80% soft skill dan 20% hard skills

Mengapa dipergururan tinggi menerapakan belajar sepanjang hayat dan soft skill?
Karena perguruan tinggi mulai sadar bahwa soft skill diperlukan bagi masa depan
siswanya, mengingat tugas perguruan tinggi bukan hanya meluluskan mahasiswanya dengan
predikat terbaik atau memuaskan namun harus mampu membentuk character, sikap dan
perilaku mahasiswa serta mampu menjadi leader yang memberikan teladan dan solusi bagi
masyarakat dan lingkungannya. Selain itu dengan soft skill diharapkan setiap lulusan
perguruan tinggi mampu mencapai karier gemilang dibidang apapun.

Sumber : Strategi Sukses Mahasiswa Indonesia Meraih Karir Gemilang dengan Soft
Skill oleh Heri Kuswara.

Bagaimana pengaruh student centered di perguruan tinggi?

pembelajaran SCL pada saat ini diusulkan menjadi model pembelajaran yang sebaiknya
digunakan karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
a) Peserta didik dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri, karena
diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi.
b) Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
c) Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran, sehingga terjadi dialog dan
diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa.
d) Menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi guru karena sesuatu yang dialami
dan disampaikan belum diketahui sebelumnya oleh guru.

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki model pembelajran SCL tersebut akan mampu


mendukung upaya ke arah pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sumber : 9 Kurdi, Fauziah Nuraini, Penerapan Student Centered Learning dari Teacher
Centered Learning mata Ajar Ilmu Kesehatan pada Program Studi Penjaskes, (Forum
Kependidikan volume 28 No. 2 Maret 2009), hlm. 110

Kekurangan
a) Untuk mahasiswa dalam jumlah besar sulit untuk diimplementasikan
b) Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang lebih banyak
c) Belum tentu efektif untuk seluruh kurikulum
d) Belum tentu sesuai untuk mahasiswa yang tak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis

Metode-metode dalam kegiatan CPD

Metode belajar untuk CPD ada lima kategori aktivitas, yaitu :


1. Work based learning
2. Formal Education
3. Kinerja professional
4. Self directed learning
5. Bentuk lain

Sumber : Metode dan Dokumentasi Pembelajaran dalam Continuing Profesional


Development (CPD).2008. Zulharman.

Mengapa terjadi perubahan strategi pembelajaran dari teacher centered dan student centerd

Model pembelajaran yang dianut pada perguruan tinggi mulai mengalami perubahan
yakni dari bentuk Teacher Centered Learning (TCL) ke Student Centered Learning (SCL). Faktor
pertama yang mendukung perubahan model pembelajaran di perguruan tinggi tersebut
dikarenakan adanya perubahan secara global meliputi persaingan yang semakin ketat diikuti
dengan perubahan orientasi lembaga pendidikan,yakni perubahan persyaratan kerja. Faktor
kedua karena adanya masalah yang semakin kompleks sehingga perlu disiapkanlulusan yang
mempunyai kemampuan di luar bidang studinya. Faktor ketiga karena perubahan cepat di
segala bidang kehidupan sehingga diperlukan kemampuan generik atau tranferable skill
sedangkan faktor keempat, kurikulum lama berdasarkan SK. Mendikbud No. 056/U/1994
masih berbasis content.
Cara mengembangkan sikap menyukai kegiatan belajar
Fungsi motivasi belajar, yaitu :
a) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir
b) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman
sebayanya.
c) Mengarahakan kegiatan belajar
d) Membesarkan semangat belajar
e) Menyadarkan tetang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja ( disela-selanya
adalah istirahat atau bermain) yang berkesinambungan.

Sumber : Dimyati & Mudjiono. 2006 . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

Ketika menyukai kegiatan pembelajaran (love learning), dapat membuat kita untuk
bersemangat belajar. Memperserbesar semangat belajar merupakan fungsi dari motivasi
belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu cara meningkatkan love learning
adalah dengan cara menentukan motivasi belajar kita.

Realisasi SPICES di FK UNISSULA

Seiring berkembangnya IPTEK di dalam proses pendidikan kedokteran dan kurikulum


nasional perguruan tinggi yaitu kurikulum berbasis kompetensi, maka pada tahun 2005 FK
UNISSULA melakukan inovasi pendidikan, yaitu menerapkan kurikulum berbasis kompetensi
dengan menggunakan metode pendekatan belajar berdasarkan masalah (PBL/Problem-based
learning) secara penuh. Dalam menentukan metode pendekatan PBL secara penuh ini,
beberapa pertimbangan dasar pendidikan yang digunakan antara lain: adanya paradigma
pendidikan yang berbasis keluaran (outcome based education) dan pergeseran strategi
pendekatan yang dipakai dalam kurikulum yaitu dari teacher-centered, information
gathering, dicipline based, hospital based, uniform, and apprenticeship based ke student
centered, problem based, integrited, community based, elective, and systematic (SPICES
model).
Didalam pendekatan sistem PBL ini mahasiswa diperkenalkan dengan metode
pembelajaran dalam bentuk tutorial (small group discussion) menggunakan modul-modul.
Didalam modul-modul tersebut terdapat integrasi diantara masing-masing disiplin ilmu baik
antara ilmu biomedik, ilmu-ilmu humaniora, ilmu kedokteran klinik dan ilmu kedokteran
komunitas. Sistem ini juga mengajak mahasiswa dituntut aktif di dalam memperoleh
pengetahuan yaitu dengan menentukan sendiri tujuan belajar.
Sumber : http://www.fkunissula.ac.id/?q=id/node/124 . Website FK Unissula. Sejarah
Fakultas Kedokteran UNISSULA

Mengapa FK UNISSULA menerapkan strategi SPICES


Menurut teori human information processing ada tiga prinsip penting yang harus
diperhatikan dalam proses pencarian informasi dalam belajar mengajar, yaitu mengaktifkan
prior knowledge, encoding specificity, and elaboration of knowledge. Tiga prinsip tersebut
sangat sesuai dengan kurikulum yang disusun berdasarkan problem (PBL), mengingat PBL
memungkinkan mahasiswa sejak tahun pertama dan tahun-tahun berikutnya mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan ketiga prinsip tersebut. Oleh karena itu pilihan kita
dalam inovasi kurikulum ini adalah PBL.

Sumber : http://www.fkunissula.ac.id/?q=id/node/124 . Website FK Unissula. Sejarah


Fakultas Kedokteran UNISSULA

Anda mungkin juga menyukai