Anda di halaman 1dari 4

Bencana Alami

Tsunami

Definisi Bencana Alami

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana).
Bencana dapat disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia.
Definisi bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.

Definisi Tsunami

Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang Tsu, yang artinya pelabuhan.
Sedangkan Nami artinya gelombang laut. Awalnya tsunami merupakan gelombang
laut yang menghantam pelabuhan. Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang
mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama
diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar laut. Menurut BNPB, tsunami
adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
Di Indonesia, kawasan barat pulau Sumatera, Selat Sunda, selatan pulau
Jawa terus hingga ke Nusa Tenggara Timur, dan di kawasan Indonesia Bagian
Timur merupakan zona bahaya tsunami. Menurut Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, wilayah rawan bencana tsunami meliputi 21 wilayah di Indonesia,
yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu,
Lampung-Banten, Jawa Tengah Bagian Selatan, Jawa Timur Bagian Selatan, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, BiakYapen, Balikpapan,
sekurau, Palu, Talaud, Kendari.
Faktor Penyebab Tsunami

Sebagian besar tsunami disebabkan oleh adanya gempa bumi tektonik


yang biasanya bersifat dangkal, magnitude besar, dan mempunyai mekanisme
sesar naik atau turun. Sedangkan di Indonesia Bagian Timur banyak patahan-
patahan di laut yang berpotensi menimbulkan tsunami seperti Sesar Flores, Sesar
Wetar, Sesar Palu Koro, Sesar Sorong, dan lain sebagainya. Selain itu, jarak pusat
gempa terhadap pantai juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya tsunami.
Faktor karakterisitik pantai seperti bentuk pantai, bentuk morfologi pantai, dan
kedalaman dasar laut juga berpengaruh terhadap tingginya gelombang tsunami
yang tiba di pantai.
Menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, tsunami terutama
disebabkan oleh gempa bumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat tanah
longsor di dasar laut, letusan gunung api dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor
jarang terjadi. Tidak semua gempa bumi menimbulkan tsunami. Syarat terjadinya
tsunami akibat gempa bumi yaitu pusat gempa terjadi di dasar laut dan kedalaman
pusat gempa <60 km.
Pada kasus di Jepang, tsunami yang terjadi di pantai utara Pasifik,
disebabkan karena adanya gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter (SR)
berpusat di lepas pantai prefektur Fukushima pada kedalaman 10 km. Gempa
bumi tersebut memicu terjadinya tsunami setinggi 60 cm di Pelabuhan Onahama
dan 90 cm di Soma.

Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat terhadap Bencana Tsunami

Tenaga kesehatan masyarakat berperan dalam melakukan manajemen


bencana dalam rangka mengurangi kerugian dalam aspek bencana alam, seperti
kerugian korban jiwa, harta benda, dan kerusakan lingkungan. Manajemen
bencana dapat dilakukan pada saat sebelum (pra bencana), saat bencana terjadi,
dan setelah (pasca bencana). Jika melihat pada kasus tsunami di Jepang, maka hal-
hal yang dapat dilakukan tenaga kesehatan masyarakat saat bencana tsunami
terjadi, yaitu:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya.
a. Cakupan lokasi bencana. Dalam kasus ini, tsunami terjadi di daerah pantai
utara Pasifik terutama di pelabuhan Onahoma, Soma, dan pelabuhan
Fukushima.
b. Jumlah korban. Tidak ada korban, karena sebelumnya telah dilaksanakan
kesiapsiagaan bencana.
c. Kerusakan sarana dan prasarana. Terjadi kerusakan besar, yaitu kebakaran
di pusat penelitian Kureha di sebuah kompleks petrokimia di kota Iwaki.
d. Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan. Terjadi
kebakaran di pusat penelitian Kureha di sebuah kompleks petrokimia di
kota Iwaki. Selain itu, semua PLTN di pantai Fukushima terancam oleh
tsunami dan hanya dua reaktor yang dibiarkan beroperasi, bahkan PLTN
perlu sistem penjagaan bahan bakar agar tetap dingin saat menghentikan
operasinya. Tokyo Electric Power Co. (pembangkit listrik) melakukan
pemadaman di berbagai daerah meski tidak ada kerusakan.
e. Kemampuan sumber daya alam maupun buatan. Sebelumnya, daerah
yang terkena tsunami pernah hancur juga oleh tsunami dan gempa besar
pada tahun 2011. Selain itu, PLTN Fukushima Daiichi milik Tepco pernah
menyebabkan bencana nuklir terburuk di Jepang saat terjadi tsunami pada
tahun 2011. Tsunami yang dipicu gempa, menyebabkan krisis nuklir
terburuk di dunia.

2. Penentuan status keadaan darurat bencana.


Skala bencana dapat dibagi menjadi normal, waspada, siaga, dan awas.
a. Peningkatan status dari Normal menjadi Waspada, hari Selasa tanggal 22
November 2016 dini hari. Terjadi gempa yang menyebabkan status
keadaan darurat bencana tsunami meningkat.
b. Pada tanggal 22 November 2016 pagi hari, dinaikkan statusnya menjadi
Siaga lalu Awas sehingga pemerintah Jepang memberikan peringatan
tsunami hingga 3 meter.
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
Masyarakat yang berada di daerah pantai utara Pasifik terutama di
pelabuhan Onahoma, Soma, dan pelabuhan Fukushima sebaiknya diungsikan
ke tempat yang lebih aman dan terhindar dari bencana tsunami jika ada
gelombang ke dua.

4. Pemenuhan kebutuhan dasar.

a. Kebutuhan air bersih dan sanitasi, dengan peran tenaga kesehatan


masyarakat yaitu mencari sumber air bersih dan melaksanakan kegiatan
sanitasi pada tempat pengungsian.
b. Pangan, dengan memerhatikan kandungan pada makanan yang akan
diberikan pada pengungsi.
c. Sandang, agar terhindar dari penyakit yang sering muncul saat bencana
terjadi.
d. Pelayanan kesehatan, untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan
seperti penyakit menular, penyakit infeksi, maupun gangguan kesehatan
akibat kebersihan diri yang kurang.
e. Pelayanan psikososial, untuk menghindari terjadinya gangguan psikologi
akibat trauma.
f. Penampungan dan tempat hunian, agar para korban bencana mempunyai
tempat untuk tinggal.

5. Perlindungan terhadap kelompok rentan.


Kelompok rentan terdiri dari:
a. Bayi, balita, dan anak-anak
b. Ibu yang sedang mengandung atau menyusui
c. Penyandang cacat
d. Orang lanjut usia

6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.


Setelah ke lima tahap dilaksanakan, maka dilakukan pemulihan pada
saran prasarana vital yang sekiranya penting untuk kelangsungan hidup
masyarakat korban bencana.

Anda mungkin juga menyukai