1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai tugas matakuliah
Farmasi Klinik Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin.
Makalah ini berjudul Reaksi Obat yang tidak Dikehendaki : Mual
dan Muntah yang membahas tentang patofisiologi dan penatalaksanaan
mual dan muntah akibat reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan
peran apoteker dalam penanganannya. Makalah ini disusun berdasarkan
literatur-literatur yang tercantum di daftar pustaka. Penulis berharap
makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang layak
bagi pembaca dan dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini, terkhusus untuk Ibu
Dra. Nursiah Hasyim, CES., Apt. selaku dosen pengampuh matakuliah
Farmasi Klinik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan, banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,
penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi terciptanya suatu karya yang jauh lebih
baik.
Makassar, Maret 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
II.4.2 Etiologi
Mual dan muntah mungkin berhubungan dengan beberapa
penyakit. Selain penyakit GI, yang mungkin menyebabkan mual muntah
yaitu kardiovaskular, infeksi, neurologis, atau penyakit metabolik. Mual
dan muntah munkin jug merupakan gejala kondisi seperti kehamilan, atau
mungkin mengikuti prosedur operatif atau pemberian obat tertentu, seperti
yang digunakan dalam kemoterapi kanker (DiPiro et al, 2008).
Muntah terjadi melalui mekanisme yang sangat kompleks.
Terjadinya muntah dikontrol oleh pusat muntah yang ada di susunan saraf
pusat otak. Muntah terjadi apabila terdapat kondisi tertentu yang
merangsang pusat muntah. Rangsangan pusat muntah kemudian
dilanjutkan ke diafragma atau suatu sekat antara dada dan perut dan otot-
otot lambung, yang mengakibatkan penurunan diafragma dan kontriksi
atau pengerutan otot-otot lambung. Hal tersebut selanjutnya
mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam perut khususnya lambung
dan mengakibatkan keluarnya isi lambung sampai ke mulut. Beberapa
kondisi yang dapat merangsang pusat muntah di antaranya berbagai
gangguan di saluran pencernaan baik infeksi termasuk gastroenteritis
karena rotavirus dan non infeksi seperti obstruksi saluran pencernaan,
toksin (racun) di saluran pencernaan, gangguan keseimbangan, dan
kelainan metabolik.
Mual, muntah kering dan salivasi yang berlebihan sering terjadi
sesaat sebelum terjadinya muntah. Meskipun penderita. umumnya merasa
tidak enak badan selagi muntah, tetapi setelah terjadinya muntah akan
timbul rasa nyaman.
Obat yang dapat menginduksi terjadinya mual dan muntah harus
diperhatikan lebih, terlebih bagi yang menerima pengobatan sitotoksik.
Beberapa obat memeiliki efek resiko yang lebih tinggi disbanding yang
lain, dosis tinggi, kondisi fisiologis, pengalaman pengobatan sebelumnya,
dan stimulus yang tidak biasa dari penglihatan, penciuman, atau rasa
dapat mengubah respon pasien terhadap terapi obat (DiPiro et al, 2008).
Etiologi spesifik penyebab mual dan muntah (nausea and vomiting)
1. Mekanisme pencernaan
a. obstruksi mekanik
b. obstruksi lambung
c. obstruksi usus kecil
2. Gangguan fungsional gastrointestinal
a. gastroparesis
b. dispepsia Nonulcer
c. pseudoobstrusi usus kronis
d. Irritable bowel syndrome
3. Gangguan gastrointestinal organik
a. ulkus peptikum
b. pankreatitis
c. pielonefritis
d. kolesistitis
e. kolangitis
f. Hepatitis
4. Gastroenteritis akut
a. Virus
b. Bakteri
5. Penyakit kardiovaskular
a. infark miokard akut
b. gagal jantung kongestif
c. ablasi radiofrekuensi
6. Proses neurologis
a. Peningkatan tekanan intrakranial
b. Sakit kepala sebelah
c. gangguan vestibular
7. Gangguan metabolisme
a. Diabetes mellitus (diabetic ketoacidosis)
b. penyakit Addison
c. penyakit ginjal (uremia)
8. Penyebab psikiatri
a. muntah psikogenik
b. Gangguan kecemasan
c. Anorexia nervosa
9. Induksi Terapi
a. kemoterapi sitotoksik
b. Terapi radiasi
c. penyiapan teofilin
d. penyiapan antikonvulsan
e. penyiapan digitalis
f. opiat
g. Antibiotik
10. Penarikan obat
a. opiat
b. benzodiazepin
11. Penyebab Miscellaneous
a. kehamilan
b. bau berbahaya
c. prosedur operati
II.4.3 Patofisiologi
Jalur alamiah dari muntah juga belum sepenuhnya dimengerti
namun beberapa mekanisme patofisiologi diketahui menyebabkan mual
dan muntah telah diketahui. Koordinator utama adalah pusat muntah,
kumpulan saraf saraf yang berlokasi di medulla oblongata. Saraf saraf
ini menerima input dari (Murry & Christie, 1998):
1. Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) di area postrema
2. Sistem vestibular (yang berhubungan dengan mabuk darat dan
mual karena penyakit telinga tengah)
3. Nervus vagus (yang membawa sinyal dari traktus gastrointestinal)
4. Sistem spinoreticular (yang mencetuskan mual yang berhubungan
dengan cedera fisik)
5. Nukleus traktus solitarius (yang melengkapi refleks dari gag refleks)
Pusat Muntah
(Daerah medulla oblongata nukleus salivarius,
berdekatan dengan formasio retikularis lateralis)
Contoh Kasus:
Kasus 1
Bapak PG baru-baru ini didiagnosis menderita penyakit Parkinson,
dia telah meminum kapsul Levodopa/benserazide (Madopar) 125mg
sehari tiga kali selama 14 hari. Ia merasa sangat mual dan telah muntah
sebanyak tiga kali selama beberapa hari terakhir. Gejala-gejala yang
dirasakan bapak PG sangat berbahaya sehingga ia bertanya kepada
apakah dia boleh menghentikan pengobatan tersebut.
Jawaban:
Mual dan muntah sering terjadi sebagai ROTD pada terapi
levodopa. Hal ini terjadi sebagai hasil pembentukan dopamine di perifer.
Dapat disarankan agar obat digunakan setelah makan dan dokter juga
meresepkan obat antimuntah (proklorperazin), namun Proklorperazin
dapat memperburuk gejala-gejala parkinsonisme. Efek sampingnya
meliputi gejala-gejala ekstrapiramidal dan penggunaan yang lama
menyebabkan terjadinya terdive dyskinesia. Domperidon merukan obat
pilihan untuk mual dan muntah yang dipicu oleh levodopa.
II.5.4 Interaksi Obat
Beberapa obat memiliki efek samping minor mual dan muntah,
artinya penggunaan dosis lazim jarang menimbulkan efek tersebut.
Namun efek tersebut dapat muncul jika dikonsumsi dengan bahan (baik
obat maupun makanan) yang dapat meningkatkan efek dari obat yang
dipengaruhi. Sehingga interaksi obat yang terjadi menimbulkan ROTD
mual muntah.
a. Interaksi Obat dengan Obat lain
1. Aciclovir + Teofilin
Bukti awal menunjukkan acyclovir dapat mengurangi clearance
teofilin sekitar 30%. Wasapada untuk peningkatan efek teofilin
(mual, sakit kepala, tremor) jika ditambahkan acyclovir dan
pertimbangkan pemantauan tingkat teofilin (Baxter, 2009).
2. Alkohol + Disulfiram
Konsumsi alcohol bersamaan dengan disulfiram akan
mengakibatkan takikardi, sesak napas, pusing dan hipotensi, mual
dan muntah (Baxter, 2009).
3. Ketoconazole + Galantamine
Ketokonazole meningkatkan ketersediaan hayati galantamine
sekitar 30%, yang diperkirakan meningkatkan efek samping
galantamine (misalnya mual dan muntah) (Baxter, 2009).
4. Methotrexate + teofilin
Dalam suatu studi teofilin clearance berkurang sebesar 19%
setelah 6 minggu pengobatan dengan methotrexate intramuscular.
Beberapa pasien mengeluh mual dan dosis teofilin harus dikurangi
(Baxter, 2009).
6. Azoles + Carbamazepine
Flukonazol, Ketoconazole atau Miconazole Toksisitas
carbamazepine telah disebabkan oleh flukonazol dan miconazole,
dan tingkat carbamazepine bisa dinaikkan sebesar 30% oleh
ketoconazole. Bukti terbatas. Namun demikian, monitor untuk
tanda-tanda toksisitas carbamazepine, yang mungkin hadir sebagai
mual, muntah, ataxia atau mengantuk. Pertimbangkan monitor-ing
carbamazepine tingkat dan menyesuaikan dosis jika diperlukan
(Baxter, 2009).
II.5.2 Polifarmasi
Salah satu faktor yang dapat memunculkan ROTD adalah
pengobatan (pemberian obat) yang berlebihan dibanding yang
diindikasikan secara medis atau biasa dikenal dengan istilah polifarmasi.
Salah satu ROTD yang timbul akibat polifarmasi yaitu mual dan muntah.
Contoh kasus:
R/ Fenobarbital 3 x 15 mg
Parasetamol 3 x 250 mg
R/ Ethicef (sefadroksil) 3 x 275 mg
R/ Lesidas (loratadin) 3 x tab
Teofilin3 x 30 mg
Bricasma (terbutalin) 3 x tab
Transbroncho (ambroksol) 3 x 1/3 tab
Kenantist (triamsinolon+ karbinoksamin maleat) 3 x 1/3 tab
Tremenza (pseudoefedrin + triprolidin) 3 x 1/3 tab
Lactas calcicus 3 x 25 mg
R/ Kiddi Pharmaton1 x 1 sendok teh
Analisis:
KESIMPULAN
Web_mual_dan_muntah_Thieara_Ramadanika_pdf
http://kompasianabeyondblogging@15_penyebab_mual_dan_muntah_da
n_15_obat