Anda di halaman 1dari 3

Pada praktikum kali ini, praktikan membuat sediaan infus Orthosiphon folium

2g/200mL. Definisi dari infus adalah sediaan parenteral volume besar merupakan
sediaan cair steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau
lebih dan ditujukan untuk manusia. Infus adalah larutan injeksi dosis tunggal untuk
intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (Farmakope IV, hal 10)
Bahan aktif yang digunakan dalam praktikum ini adalah senyawa sinestesin
yang ada pada simplisia Orthosiphon folium. Orthosiphon folium ini dibuat larutan
infusa karena menurut Farmakope Indonesia edisi 3, Sinensetin mempunyai kelarutan
tidak lebih dari 30% sehingga mudah dibuat sediaan larutan infusa yang merupakan
produksi yang paling mudah dibandingkan dengan pembuatan sediaan yang lain.
Selain itu, sediaan larutan pun mempunyai keuntungan-keuntungan lain, seperti
campurannya yang homogen menjamin keseragaman dosis, dosis dapat diubah-ubah
dalam pembuatan, dapat diberikan dalam larutan encer (sedangak kapsul dan tablet
sulit diencerkan), kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorbsi, mudah
diberikan pemanis, bau-bauan, dan warna. (Syamsuni, 2012)
Dalam pembuatannya, pH sediaan dibuat pada pH 5-7 yang masih masuk ke
dalam pH stabilitas sinensetin. Dikarenakan rentang pH sediaan cukup besar yaitu
lebih dari 2, tidak diperlukan penjaga stabilitas pada rentang pH yang ditentukan
sehingga tidak perlu ditambahkan dapar.
Sediaan yang dibuat praktikan kali ini menggunakan pelarut air yang
merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba. Mikroba dapat
tumbuh dengan baik dalam media yang mengandung semua unsur hara yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba, salah satunya adalah air. (Lay dan Hastowo,
1992). Selain itu dalam sediaan pun mengandung pemanis yang juga merupakan
nutrisi bagi pertumbuhan mikroba, sehingga perlu ditambahkan pengawet. Dalam
sediaan digunakan pengawet kombinasi metil paraben dan propil paraben karena jika
kedua pengawet ini digunakan bersama dapat meningkatkan efektivitas kerjanya.
Metilparaben yang lebih efektif menjaga sediaan dari pertumbuhan kapang dan
khamir yang dikombinasikan dengan propilparaben yang lebih efektif menjaga
sediaan dari pertumbuhan bakteri akan lebih meningkatkan efikasi pengawet. Untuk
pelarutnya digunakan propilenglikol karena kedua pengawet ini termasuk sangat sukar
larut dalam air dan hanya butuh 5 bagian propilen glikol untuk melarutakn
metilparaben dan 3,9 bagian propilen glikol untuk melarutkan propilparaben (Rowe
Raymond C dkk, 2009).
Berdasarka Farmakope Herbal halaman, Orthosiphon folium mempunyai
deskripsi rasa agak pahit, sehingga perlu ditambahkan eksipien agar dapat diterima
oleh pasien (acceptable). Eksipien yang digunakan praktikan untuk memberikan rasa
yang dapat diterima oleh pasien, dipilih pemanis buatan Na Sakarin. Na Sakarin
dipilih sebagai pemanis dikarenakan mempunyai pemerian rasa yang sangat manis,
mempunyai kelarutan yang termasuk mudah larut dalam air (larut dalam 1,2 bagian
air), dan stabil pada pH sediaan yang dibuat (Na Sakarin terdekomposisi pada pH 2)
yang kompatibel dengan persyaratan sediaan yang dibuat (Rowe Raymond C dkk,
2009).
Dalam proses pembuatannya, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan
membuat aquadest bebas CO2. Aquadest bebas karbondioksida ini dibuat pertama
karena aquadest ini merupakan bahan yang dijadikan pelarut utama sediaan.
Digunakan aquadest bebas CO2 karena aquadest yang mengandung CO2 mempunyai
pH yang lebih rendah (tidak netral) yang membuat aquadest bersifat lebih asam.
Selain itu, keberadaan CO2 dalam aquadest yang digunakan dapat menyebabkan
adanya ion-ion dalam air, yang dapat bereaksi dengan zat aktif dan menyebabkan zat
tersebut tidak aktif.
Setelah dilakukan pembuatan aquadest bebas CO2, dilanjutkan dengan
melakukan kalibrasi botol. Selain kalibrasi botol, dilakukan juga beaker glass utama
tempat mencampurkan bahan-bahan. Pada beaker glass perlu dilakukan kalibrasi
kembali karena indikator volume yang tertera pada dinding beaker glass tidak
seakurat menggunakan gelas ukur sehingga dikhawatirkan volumenya akan tidak
sesuai.
Setelah bahan-bahan ditimbang, dilakukan pembuatan larutan infusa
Orthosiphon folium dengan merebus simplisia Orthosiphon folium dalam air sebanyak
ml. Petama tama diapkan air untu mermbuat ifusa setelah itu simplisia dididihkan
dalam air dan ditunggu hingga mencapai suhu 90o C. Setelah itu ditunggu 15 menit
unuk kemudian ditiunggu dingin lalu diserkai. Kemudia dilarutkan bahan-bahan
eksipien dengan aquadest bebas CO2 sesuai dengan kelarutannya. Pada saat
memindahkan larutan ke beaker glass utama, dilakukan pembilasan sebanyak dua kali
agar tidak ada bahan yang tertinggal pada beaker glass tempat melarutkan
sebelumnya.
Evaluasi yang dilakukan terdiri atas tes organoleptik, tes pH sediaan, tes bobot
jenis, tes viskositas, tes volume terpindahkan, tes kejernihan sediaan, tes cemaran
mikroba, tes efektivitas pengawet, uji stabilitas, dan identifikasi penetapan kadar.
Evaluasi penting dilakukan pada sediaan untuk memastikan sediaan yang dibuat layak
untuk didistribusikan kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai