TINJAUAN PUSTAKA
antara investor, kreditur, dan manajemen dalam sebuah kontrak. Teori agensi
inilah yang menimbulkan konflik kepentingan diantara kedua kedua belah pihak.
lebih banyak mengenai internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan,
oleh manajemen untuk melakukan earnings manajement sehingga kedua belah pihak
misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak
pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kontrak kerja yang dimaksud dalam
penulisan makalah ini adalah kontrak kerja antara pemilik modal dengan manajer
perusahaan. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility
Hubungan kegenan merupakan suatu kontrak dimana satu orang atau lebih
(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal serta memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang
segala aktvitas dan kegiatan yang tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban
kebutuhan audit klien dan memiliki pengaruh pada resiko hilangnya independensi
auditor. Lamanya hubungan antara perusahaan dan Kantor Akuntan Publik (KAP)
menjadi sebuah indikasi bahwa sikap independen auditor yang sesungguhnya menjadi
sangat sulit untuk diterapkan, karena adanya kepentingan terhadap manajemen klien
auditor untuk selalu memberikan pendapat wajar terhadap laporan keuangan klien
yang menyimpang (Moore, et.al., 2006 seperti dikutip oleh Hardiningsih, 2012).
Sikap yang fleksibel (lemahnya independensi) menyebabkan auditor terjebak
dalam cara berpikirnya sendiri sehingga keputusan awal untuk menyetujui tindakan
lemah.
untuk mendapatkan klien dengan menurunkan harga pada tugas audit awal dengan
harapan akan mendapatkan fee tambahan pada masa depan (Simon and Francis, 1998;
Etterge and Greenberg, 1990; Deis and Giroux, 1996; seperti dikutip oleh
Hardiningsih, 2012).
Mgbame, et al. (2012) membuktikan bahwa audit tenure berhubungan negatif dengan
kualitas audit. Blandon and Bosch (2013) Hasil penelitian menunjukkan audit tenure
dalam jangka waktu yang panjang dapat merusak independensi auditor sehingga
dapat menurunkan kualitas audit. Dalam penelitian ini mendukung adanya rotasi audit
yang bisa menjaga independensi auditor dan dapat meningkatkan kualitas audit. Oleh
karena itu,
Di Indonesia, masalah auditor tenure atau masa kerja auditor dengan klien
Akuntan Publik. Keputusan ini membatasi masa kerja auditor paling lama tiga tahun
untuk klien yang sama, sementara untuk kantor akuntan publik (KAP) boleh sampai
lima tahun. Peraturan mengenai jasa akuntan publik diatur kembali oleh pemerintah
Peraturan baru tersebut mengubah batas maksimal perikatan KAP dari lima tahun
menjadi enam tahun. Pembatasan ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat
mengharuskan pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit sesudah lima
tahun. (Partner yang sama tidak akan terlibat dengan kinerja aktual audit tertentu dan
time out selama lima tahun bagi pimpinan dan partner audit sesudah rotasi sebelum
Pada tahun 2002, Sarbanes-Oxley Act mengatur bahwa auditor harus dirotasi
setiap lima tahun sekali. Indonesia sendiri, melalui Menteri Keuangan, juga membuat
diperbaharui dengan KMK 359/KMK.06/2003 dan saat ini juga dimasukkan dalam
kedua KMK dan RUU Akuntan Publik mengatur bahwa audit partner harus dirotasi
setiap tiga tahun sekali dan kantor akuntan publik (KAP) tehadap satu klien yang
sama dirotasi setiap lima tahun sekali. Peraturan mengenai jasa akuntan publik diatur
Myers, et al. (2003) menyatakan bahwa pihak yang pro terhadap rotasi audit memiliki
alasan secara umum bahwa independensi auditor, pada akhirnya kualitas audit, akan
Mautz dan Sharaf (1961) seperti dikutip oleh Febrianto (2009), percaya bahwa
ekonomik yang kuat antara auditor dengan klien. Semakin tinggi keterikatan auditor
membiarkan klien untuk memilih metode akuntansi yang ekstrem. Kekhawatiran ini
bahwa salah satu cara untuk meningkatkan independensi auditor adalah dengan
menerapkan rotasi audit. De Angelo (1981), Davis et al. (1993), O'Keefe, et al.
(1994) seperti dikutip oleh Davis et al., (2000), rotasi audit perlu dilakukan dengan
dan memasukkan ke dalam penilaian mereka bukti baru atau perubahan situasi klien.
Perilaku ini dapat mengakibatkan auditor gagal untuk merevisi penilaian mereka
dari tahun sebelumnya tentang kesesuaian pernyataan meskipun fakta dan keadaan
telah berubah (misalnya, gagal untuk memberikan bobot yang tepat untuk bukti baru
klien. Argumen ini ditopang oleh penelitian yang menunjukkan bahwa biaya startup
yang dikeluarkan oleh auditor selama pertunangan tahun pertama, dan bahwa
sebagai hasilnya auditor mungkin dapat memperoleh sewa ekonomi untuk audit
Dari beberapa tiga argument tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa semakin
lama auditor berhubungan dengan klien maka auditor akan bertindak seolah-olah
sebagai konsultan manajemen. Selain itu, semakin lama auditor dengan klien maka
klien dan tidak memasukkan unsur perubahan-perubahan tersebut pada pendapat yang
diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan klien. Kepentingan agar tidak
antara auditor dan klien dengan cara yang menguntungkan bagi klien. Hal ini
dilakukan.
Pihak yang kontra terhadap rotasi audit secara umum mengungkapkan bahwa
rotasi akan menyebabkan biaya audit menjadi lebih tinggi dengan penambahan
manfaat yang lebih rendah. Mereka berargumen bahwa setiap kali ada pergantian
auditor, proses audit harus dimulai dari pemahaman bisnis klien kembali. Hal ini
pemahaman yang diperoleh auditor baru belum terlalu mendalam (Davis, et al.,
2000).
(GAO) untuk melakukan penelitian tentang penerapan rotasi audit. Hasil penelitian
GAO mendukung pendapat pihak yang kontra terhadap rotasi audit. GAO
menyimpulkan bahwa rotasi audit bukan cara yang efisien untuk meningkatkan
independensi dan kualitas audit. Additional benefit rotasi audit sulit untuk diprediksi
penerapan rotasi audit ini. Pada akhirnya, GAO tidak memberikan rekomendasi
sudah biasa didengar, baik oleh praktisi maupun akademisi dari akuntansi dan
manajemen. Terdapat beberapa istilah umum yang sering digunakan oleh para
praktisi dan kalangan bisnis mengenai manajemen laba, antara lain creative
financial number game, dan masih banyak istilah lainnya yang dapat digunakan
secara bergantian yang kadarnya mulai dari tingkatan sopan sampai pada tingkatan
Manajemen laba adalah pilihan atas kebijakan akuntansi yang dilakukan manajemen
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka
(Middleton, 2009), Akuntan yang dianggap kreatif adalah akuntan yang dapat
menginterpretasikan grey area (hal yang belum diatur secara pasti) baik teknik
ataupun kebijakan akuntansi yang ada dalam standar akuntansi keuangan (SAK)
dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan dari interpretasi tersebut.
mencapai hubungan kontrak tepat guna (efficient contracting) atau untuk tujuan
laba digunakan untuk tujuan efficient contracting, maka dapat dikatakan manajemen
laba adalah sesuatu hal yang baik. Sebaliknya, apabila digunakan untuk tujuan
manajemen terkait laporan keuangan perusahaan. Banyak cara yang dapat ditempuh
manajer dapat memilih diantara beberapa metode akuntansi untuk satu kegiatan
ekonomi yang sama, seperti menggunakan metode penyusutan garis lurus atau saldo
menurun, LIFO, FIFO atau rata-rata tertimbang. Pemilihan dari salah satu metode
tersebut tentu akan berpengaruh terhadap laporan keuangan khususnya laba yang
menjadi angka yang memperoleh banyak perhatian. Maka angka ini yang paling
beberapa hal yang memotivasi individu atau badan usaha melakukan tindakan
a. Motivasi Bonus
insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer dalam
menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif tetap
dan rutin. Sementara, bonus yang relatif lebih besar nilainya hanya akan diberikan
ketika kinerja manajer berada di area pencapaian bonus yang telah ditetapkan oleh
pemegang saham. Kinerja manajer salah satunya diukur dari pencapaian laba usaha.
Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para
mereka melakukan tindakan manajemen laba agar dapat menampilkan kinerja yang
b. Motivasi Utang
pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau menginvestasikan
dari perusahaannya. Dan untuk memperoleh hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam
jumlah besar, perilaku kreatif dari manajer untuk menampilkan performa yang baik
Tindakan manajemen laba tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan
selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan perpajakan.
Kepentingan ini didominasi oleh perusahaan yang belum go public. Perusahaan yang
laba fiskal yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya. Kecenderungan ini
agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar
Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public ataupun
sudah go public. Perusahaan yang akan go public akan melakukan penawaran saham
perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO)
untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor. Begitupun dengan
direksi atau chief executive officer (CEO). Menjelang berakhirnya masa jabatan,
kerjanya tetap terlihat baik pada tahun terakhir ia menjabat. Motivasi utama yang
mendorong hal tersebut adalah untuk memperoleh bonus yang maksimal pada akhir
masa jabatannya.
f. Motivasi Politis
Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya
perminyakan, gas, listrik, dan air. Demi menjaga tetap mendapatkan subsidi,
keadaan tertentu sehingga prestasi atau kinerjanya tidak terlalu baik karena jika sudah
pelatihan akuntansi, semakin mudah bagi orang tersebut untuk melihat estimasi
atau pertimbangan akuntansi yang dapat digunakan untuk menaikkan laba yang
dilaporkan.
a. taking a bath:
Chief Excecutive Officer (CEO) baru. Jika perusahaan memang sedang dalam
mendatang.
b. income minimazation
Skenario ini mirip taking a bath tetapi lebih halus. Skenario ini sengaja
memilih alternatif akuntansi atau manipulasi yang akan menghasilkan laba lebih
rendah, misalnya metode akuntansi persediaan dipilih Last In First Out (LIFO),
metode penyusutan dipilih double declining atau sum of the years digit,
c. income maximization:
Kebalikan dari Income minimization maka skenario ini memilih metode atau
d. income smoothing
berusaha agar laba yang dicapai dari tahun ke tahun berada pada level yang
stabil.
Teknik manajemen laba sangat beragam. Mulai dari teknik legal yang
diperbolehkan dalam SAK sampai teknik illegal yang bertentangan dan tidak
diperbolehkan dalam SAK. Secara umum, teknik legal yang biasanya dijumpai dalam
praktik manajemen laba dapat dikelompokkan ke dalam lima teknik (Sulistiawan, et
pilihan metode akuntansi antara lain seperti metode penilaian persediaan (First In
First Out-FIFO, Last In First Out -LIFO, rata-rata tertimbang, atau identifikasi
khusus. Selain itu, masih banyak metode pilihan yang lain seperti leasing (capital
lease atau operating lease), penggunaan metode harga pasar atau nilai buku pada
LIFO, karena penilaian persediaan dengan metode LIFO akan menekan jumlah
arus kas keluar untuk pembayaran pajak. Namun, LIFO tidak diperkenankan
dalam aturan perpajakan di Indonesia, meskipun dalam akuntansi komersial hal ini
diperkenankan.
tersebut yaitu estimasi dalam menentukan umur ekonomis aset, baik aset tetap
maupun aset berwujud, estimasi dalam menentukan besarnya jumlah piutang tidak
tertagih, baik dengan persantase penjualan maupun persentase piutang, dan lain-
lain.
Salah satu contoh manajemen laba yaitu cara untuk mendapatkan tambahan
Jika mengharapkan kenaikan laba, perusahaan dapat mengubah estimasi aset tetap
atau aset tidak berwujudnya menjadi lebih panjang. Hasilnya, laba menjadi lebih
pendapatan dan biaya dengan cara menggeser pendapatan dan biaya ke periode
posisi akun dari satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, sebenarnya laporan keuangan
yang disajikan sudah sama, tetapi karena kelihaian penyajinya, laporan keuangan
Makin besar perbedaannya, maka perbedaan itu disebabkan karena aspek akrual
atau kebijakan akuntansi, sedangkan arus kas operasional hanya berasal dari
transaksi kas riil. Makin tinggi nilai akrual menunjukkan adanya strategi
menaikkan laba dan makin minus nilai akrual menunjukkan adanya strategi
menurunkan laba.
Praktik manajemen laba adalah suatu hal yang penting diketahui oleh para
laba yang terjadi pada proses manajemen laba dapat diketahui dengan berbagai
metode.
penghapusan aset (writedowns) aset dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau
tidak terduga, adanya opini audit yang qualified atau adanya perubahan auditor,
laba dibagi menjadi dua kategori, yaitu manajemen laba melalui kebijakan akuntansi
dan manajemen laba melalu aktivitas riil. Manajemen laba melalui kebijakn akuntansi
merujuk pada permainan angka laba yang dilakukan dengan menggunakan teknik dan
kebijakan akuntansi. Sementara, manajemen laba melalui aktivitas riil menunjuk pada
permainan angka laba yang dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang berasal dari
kegiatan bisnis normal atau yang berhubungan dengan kegiatan operasional, misalnya
diskon besar-besaran.
Pada deteksi ini, yang digunakan adalah model-model deteksi manajemen laba
adalah Jones Model (1991), Modified Jones Model (1995), Kasznik Model (1999),
Kothari dan kawan-kawan (2005). Secara umum semua model tersebut menggunakan
nilai laba kotornya. Namun, peningkatan volume penjualan ini akan hilang
diskresioner untuk mendapatkan bonus dari penyajian laba yang besar pada
tahunnya.
permintaan. Dengan tingkat produksi yang lebih tinggi, biaya overhead tetap
per unit makin kecil sehingga biaya per unitnya akan turun. Hal ini membuat
apsar menjadi besar dan akan berimbas pada permintaan barang pada masa
mendatang.
(2011:77), pendekatan adanya praktik manajemen laba riil apat dilakukan dengan dua
model, yaitu aliran kas operasi abnormal dan biaya produksi abnormal.
employment". Audit tenure terdapat pada tingkat KAP (audit firm tenure) dan
tingkat partner (audit partner tenure). Fanny dan Siregar (2007) mengemukakan
bahwa audit partner tenure adalah jangka waktu penugasan partner audit oleh
perusahaan. Semakin lama hubungan partner audit dengan klien menyebabkan
menurunnya kualitas laba (poor quality earnings). Myers et al. (2003) menambahkan
bahwa poor quality earnings ini menimbulkan masalah karena dapat menyesatkan
investor dalarn mengalokasikan sumber daya. Hal ini melatarbelakangi aturan rotasi
Manry et al. (2008) mengungkapkan bahwa Sarbanes- Oxley Act pada section
issuer for more than five consecutive years. The rules also
rotasi auditor wajib dilakukan minimal sekali dalam tujuh tahun penugasan. Di
Inggris, peraturan rotasi partner audit mulai diberlakukan tahun 2003 di mana rotasi
partner audit dilakukan lima tahun sekali. Peraturan rotasi auditor di Jepang barn
diberlakukan efektif sejak April 2004, di mana rotasi harus dilakukan tujuh tahun
sekali.
Pasar Modal. Di dalam peraturan ini, dikatakan bahwa seorang akuntan hanya dapat
memberikut jasa audit paling lama untuk 3 tahun buku berturut-turut. Selain itu,
mereka tidak boleh menerima penugasan audit kembali untuk klien tersebut selama
Memberikan Jasa di Pasar Modal di mana akuntan baru boleh menerima penugasan
audit kembali untuk klien tersebut setelah satu tahun buku tidak mengaudit kIien
Johnson et.al (2002:640) Audit firm tenure is the number of consective years
that the audit firm has conducte audits for a particular client.
berikut:
Audit Firm Tenure adalah masa jangka waktu perikatan yang terjalin antara KAP
Audit Firm Tenure diukur dengan menghitung tahun dimana KAP yang sama
telah melakukan perikatan dengan auditee dalam batas regulasi yang telah ditentukan
oleh pemerintah (Johnson et al., 2002). Masih menurut Johnson et al (2002) kualitas
audit dapat ditentukan antara lain oleh independensi auditor. Menurut Johnson et al
(2002), masa perikatan audit dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah
pendek, yaitu dua sampai tiga tahun. Masih menurut Menurut Johnson et al (2002)
Kategori kedua adalah medium atau sedang yang panjang perikatannya empat sampai
delapan tahun. Kategori ketiga adalah panjang, yaitu lebih dari delapan tahun
(Johnson et al,2002).
Menurut Quick et al (2008:161) menjelaskan bahwa :
Aturan rotasi secara wajib dilakukan untuk meningkatkan independensi dari audit
faktor yang mempegaruhi kualitas audit adalah audit tenure (jangka waktu audit)
Fanny dan Sire gar (2007) mengernukakan bahwa audit firm tenure adalah
jangka waktu penugasan KAP oleh perusahaan. Semakin lama hubungan KAP
menyebutkan bahwa KAP paling lama mengaudit sebuah perusahaan untuk 5 tahun
paling lama enam tahun buku bertu:ut-turut. Selain itu, BAPEPAM-LK (2008)
juga menyebutkan bahwa KAP yang memberikan jasa di pasar modal yang
mengubah kornposisi akuntan sehingga jurnlah akuntannya 50% atau lebih berasal
dari KAP yang telah memberikan jasa di pasar modal diberlakukan sebagai
kelanjutan KAP asal akuntan yang bersangkutan dan tetap diberlakukan pernbatasan
penyelenggaraan audit atas laporan keuangan enam tahun untuk KAP dan tiga
ini. Tinjauan penelitian terdahulu berupa tahun penelitian, judul penelitian, dan hasil
penelitian.
Tabel 2.1
terhadap
audit berpengaruh
secara
signifikan terhadap
Kualitas Audit.
menunjukkan adanya
kalender berpengaruh
signifikan. Sedangkan
variabel yang
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba. Secara keseluruhan,
mendukung kebijakan
laba.
berpengaruh secara
ANALISIS PENGARUH
signifikan terhadap
AUDIT TENURE, UKURAN
kualitas audit, (2) Ukuran
KAP DAN UKURAN
Daud M.T. Sinaga KAP berpengaruh secara
4 (2012) PERUSAHAAN KLIEN
signifikan terhadap
TERHADAP KUALITAS
kualitas audit, (3) Ukuran
AUDIT
Perusahaan Klien
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kualitas audit.
disusun sebuah kerangka pemikiran penelitian. Berikut ini bagan kerangka pemikiran
Earnings Management
penelitian.
adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga
Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo
(hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat.
Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara.
Hipotesis timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari peneliti atau diturunkan
Menurut Suryabrata (2000: 49), pengertian hipotesis dapat ditinjau dari beberapa hal,
yaitu :
1. Secara teknis
2. Secara statistic
dari teori ilmiah (pada penelitian kuantitatif) dan kesimpulan sementara sebagai
Hubungan auditor dengan klien yang semakin lama membuat auditor lebih
keuangan klien karena mereka takut kehilangan klien. Chung (2004) berpendapat
bahwa hal ini dapat membuat independensi auditor berkurang sehingga earnings
management lebih mudah dilakukan dan kualitas laba menurun. Di lain pihak, Chen
semakin lama hubungan auditor dengan klien membuat mereka lebih memahami akan
berikut:
meningkat.
skeptisme profesional auditor berkurang karena hubungan KAP dan klien terlampau
dekat. Sebaliknya, Carcello dan Nagy (2004) berpendapat bahwa apabila hubungan
KAP dengan klien singkat, auditor kurang memahami bisnis klien dan pos pos yang
mudah melakukan earnings management . Audit firm tenure tidak dapat dilepaskan
dari audit partner tenure karena yang melaksanakan penugasan audit adalah partner
audit, yang mana ia terikat dengan sebuah KAP. Berdasarkan hal tersebut, disusun
meningkat.