Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Cara tersebut dilakukan dengan
menurunkan kelembaban udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling bahan, sehingga
tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan itu
menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penguapan adalah laju pemanasan waktu energi panas dipindahkan pada bahan, jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menguapkan air, suhu maksimum pada bahan, tekanan pada saat terjadinya
penguapan.
Pengeringan yang terlampau cepat dapat merusak bahan sehubungan permukaan bahan
terlalu cepat kering sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju
permukaan. Lebih lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada permukaan bahan
sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhambat. Di samping itu, kondisi
pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya
waktu pengeringan dilakukan dengan memperhatikan kontak antara alat pengering dengan alat
pemanas (baik berupa udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi
pertimbangan-pertimbangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih dari 85 0C.
Tujuan pengeringan ikan ialah untuk menguragai kadar air yang ada didalam daging ikan
sampai kegiatan mikroorganisme pembusuk serta enzim yang meyebabkan pembusukan terhenti.
Akibatnya ikan dapat disimpan cukup lama sebagai bahan makanan. Pengeringan ikan ini umumnya
disertai dengan penggaraman sehingga ikan kering itu terasa asin. Maksud penggaraman sebelum
ikan dikeringkan yaitu untuk menyerap kadar air dari permukaan ikan dan mengawetkannya sebelum
tercapai tingkat kekeringan serta dapat menghambat aktivitas mikroorganisme. Batas kadar air
yang diperlukan dalam tubuh ikan kira kira 20 35 % agar perkembangan mikroorganisme
pembusuk bisa terhenti. Ketika udara panas dihembuskan pada bahan pangan Khususnya disitulah
ikan yang basah panas dipindahkan dari udara ke permukaan bahan dan panas laten penguapan
menyebabkan air yang ada pada permukaan bahan pangan tadi menguap. Uap air berdifusi melalui
lapisan tipis udara di sekeliling permukaan bahan dan terbawa bersama hembusan udara yang
mengenai bahan. Penguapan air pada permukaan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan uap
air di permukaan dan didalam bahan, demikian juga antara permukaan bahan dan udara sekeliling
bahan. Perbedaan tekanan uap air inilah yang menyebabkan adanya aliran air dari dalam bahan.
Perbedaan tekanan uap air inilah yang menyebabkan adanya aliran air dari dalam bahan pangan
yang dikeringkan ke permukaan, selanjutnya diuapkan ke udara.
Sebagai sampel dapat kita ambil contoh pengeringan ikan Asin dengan metode yang masih
sedehana dengan cara menjemur dan memanfaatkan panas matahari serta berikut Metode
Pengeringan ikan secara skematis :
Mungkin kita masih bertanya mengapa proses penggaraman masih dilakukan pada
mekanisme pengeringan, fungsi garam dalam pengawetan/ pengeringan ikan ialah untuk meyerap air
dari dalam daging ikan sehingga aktivitas bakteri akan terhambat. Selain itu larutan garam juga
menyebabkan proses osmose pada sel sel mikroorganisme sehingga terjadi plasmolisis yang
mengakibatkan kurangnya kadar air pada sel bakteri dan akhirnya bakteri/ mikroorganisme.
Umumnya semua jenis ikan dapat diawetkan dengan cara ini.
Teknik Pengeringan Ikan
Munurut Murniyati dan Sunarman (2000), pada dasarnya, cara cara pengeringam atau
pengurangan kadar air dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut:
Pengeringan Alami atau tradisional (natural drying)
Pengeringan Buatan atau modern (artificial drying) atau Pengeringan Mekanis (mechanical
drying).
Pengeringan Buatan
Pengeringan Mekanis
Karena banyaknya kesulitan-kesulitan yang didapat pada pengeringan alami, maka manusia
telah mencoba membuat peralatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara yang lebih
efisien. Alat pengering mekanis berupa suatu ruang dengan udara panas yang ditiupkan di dalamnya.
Hal-hal pokok yang membuat pengeringan mekanis ini lebih baik daripada pengeringan alam adalah:
suhu, kelembaban, dan kecepatan angin dapat diatur
sanitasi dan hygiene dapat lebih mudah dikendalikan
Pemanasan udara dalam pengering mekanis (dryer) dapat dilakukan menggunakan:
Pipa-pipa yang berisi uap panas didalamnya
Logam atau batu yang dipanaskan dengan api
Elemen pemanas listrik
Pemindahan panas dengan mesin pendingin
Udara dalam dryer disirkulasikan dengan blower (kipas angin) yang terletak didalam ruangan
atau di dinding. Kecepatan udara yang optimal adalh 70 100 m/menit. Semua iakn dalam dryer
diusahakan mengalami pengeringan yang merata.
Dalam skala kecil berkapasitas 5 kg. spesifikasi alat pengering ini adalah berupa kotak bertingkat,
bagian bawah utuk pengeringan dan bagian atas untuk sirkulasi pengembalian udara. Dimensi
panjang kabin 190 cn, lebar 65 cm, tinggi 97 cm. Udara pengering di sirkulasikan dengan 9 buah
kipas berdiameter 12 cm dengan kecepata 1,1 m/s. Udara pengering didehumidifikasikan dengan
dehumifier yang dibuat dari modifikasi AC dengan kompresor 0,5 PK. Sumber pemanas
menggunakan elemen lampu inframerah sebanyak 3 buah masing-masing berdaya 1500W dilengkapi
dengan thermosfat. Try untuk pengeringan berukuran 40x35 cm disusun bertingkat 11 dengan jarak
antar tingkat 4 cm.
Cara membuat
1. Pilih daging yang baik, kemudian cuci sampai bersih
2. Sayat daging tipis-tipis dengan ketebalan kira-kira 3-5 mm
3. Bumbu-bumbu (lengkuas, jinten, ketumbar, bawang merah, bawang putih, garam) tumbuk
sampai halus dan tambahkan sedikit air
4. Potong-potong gula merah kemudian rebus dengan sedikit air. Bumbu- bumbu yang
sudah dihaluskan masukkan ke dalam rebusan air
5. Setelah gula hancur, tuangkan campuran gula danbumbu pada daging yang sudah diiris
tipis tadi, aduk sampai rata, kemudian diamkan selama 1 jam
6. Angkat daging berbumbu, letakkan diatas tampah yang dilapisi merang bersih
7. Jemur di bawah sinar matahari sampai kering, kira-kira 6-7 hari (tergantung cuaca).
Usahakan agar seluruh permukaan daging terkena sinar matahari