Referat Medula Spinalis
Referat Medula Spinalis
Novia Chrystina
102011346-112014323
Periode 27April 2015-30 Mei 2015
Pendahuluan
Medula spinalis terfiksir pada tulang vertebra dan bisa tertekan oleh tumor yang
berasal dari substansi medula spinalis sendiri dari akar, meningen atau kolumna vertebralis
dan jaringan yang berdekatan. Kompresi bisa berakibat beban pada tulang spina, fraktur,
dislokasi, tembakan atau luka lain, penyakit radang, abses epidural, arthritis deformans,
aneurisma aorta yang menekan ke vertebra dan parasit atau kista dapat menyebabkan
kompresi. Medula spinalis merupakan jalur impuls aferen dan eferen antara otak dan tubuh
serta ekstremitas, berupa reflek motorik, otonom, segmental, lengkung somatik dan viseral.
Sindrom dan perjalanan penyakit dari berbagai penyebab tersebut biasanya hampir
sama, tergantung dari struktur anatomi medula spinalis yang terkena, level medula spinalis
yang terkompresi, perluasan, intensitas dan arah dan sifat kompresi. Biasanya semua tanda
yang ditemukan di bawah tingkat lesi, walau ada juga setingkat lesi atau di atas tingkat lesi.
Gambaran klinis kompresi yaitu kelemahan motorik biasanya paraplegia, gangguan sfingter,
gangguan sensorik objektif di bawah tingkat lesi dan manifestasi segmental/radiks motorik
dan sensorik (terutama nyeri) setingkat lesi.
Pembahasan
Medula spinalis merupakan struktur berbentuk selinder yang berdiameter < 2cm dan
terdiri dari bagian pu tih, dan bagian abu-abu. Medula spinalis menerima input melalui
nervus perifer dari bagian tubuh dan melalui traktus descenden dari otak, kemudian
memproyeksikan output saraf perifer ke bagian tubuh dan melalui traktus ascenden ke otak.
Medula spinalis dikelilingi oleh struktur-struktur yang secara berurutan dari luar ke
dalam terdiri atas:
dinding kanalis vertebralis yang terdiri atas tulang vertebrae dan ligamen.
lapisan jaringan lemak ekstradural yang mengandung anyaman pembuluh darah
vena
meninges, yang terdiri atas:
duramater (pachymeninx)
arachnoid (leptomeninx) yang menempel secara langsung pada duramater,
sehingga di antara kedua lapisan ini dalam keadaan normal tidak dijumpai suatu
ruangan.
ruangan subarachnoid yang di dalamnya terdapat cairan serebrospinal (CSF)
piamater, yang menempel langsung pada bagian luar medula spinalis.1
Pada tubuh orang dewasa panjang medula spinalis adalah sekitar 43 cm. Pada masa
tiga bulan perkembangan intrauterin, panjang medula pinalis sama dengan panjang korpus
vertebrae. Pada masa perkembangan berikutnya, kecepatan pertumbuhan korpus vertebrae
melebihi kecepatan pertumbuhan medula spinalis. Akibatnya pada masa dewasa, ujung
kaudal medula spinalis terletak setinggi tepi kranial korpus vertebrae lumbal II atau
intervertebral disk I/II. Perbedaan panjang medula spinalis dan korpus vertebrae ini
mengakibatkan terbentuknya konus medularis (bagian paling kaudal dari medula spinalis
yang berbentuk kerucut dan terutama terdiri atas segmen-segmen sakral medula spinalis) dan
cauda equina (kumpulan radiks nervus lumbalis bagian kaudal dan radiks nervus sakralis
yang mengapung dalam CSF). Kearah kaudal, ruangan subarachnoid berakhir setinggi
segmen sakral II atau III korpus vertebrae. Dengan demikian, di antara korpus vertebrae
lumbal II sampai korpus vertebrae sakral III tidak lagi terdapat medula spinalis, melainkan
hanya terdapat cauda equina yang terapung-apung di dalam CSF. Hal ini memungkinkan
tindakan punksi lumbal di daerah intervertebral disk III/IV atau IV/V tanpa mencederai
medula spinalis. Medula spinalis juga terbagi ke dalam beberapa segmen, yaitu: cervikal (C1-
C8), segmen torakal (T1-T12), segmen lumbal (L1-L5), segmen sakral (S1-S5) dan 1 segmen
koksigeal yang vestigial. Saraf dari C1-C7 berjalan di sebelah atas korpus vertebrae yang
bersangkutan, sedangkan dari saraf C8 ke bawah berjalan di sebelah bawah korpus vertebrae
yang bersangkutan.
Berdasarkan arah aliran impulsnya, traktus dalam medula spinalis antara lain:
Traktus ascenden yang membawa impuls ke arah kranial atau ke pusat-pusat
fungsional yang lebih tinggi
Traktus descenden yang membawa impuls dari pusat-pusat fungsional yang lebih
tinggi ke medula spinalis
Traktus intersegmentalis, yang mengantarkan impuls dalam dua arah.
Kolumna posterior
Kita dapat merasakan posisi tungkai kita dan merasakan derajat tegangan
ototnya. Kita dapat merasakan berat badan kita yang tertumpu pada telapak kaki. Kita
juga dapat mengenali gerakan sendi. Dengan demikian setidaknya beberapa impuls
propioseptif mencapai kesadaran. Impuls tersebut berasal dari reseptor di otot, tendon,
fascia, kapsul, sendi dan jaringan ikat serta reseptor kulit. Serabut aferen yang
menghantarkannya adalah prosesus neuron pseudounipolar bagian distal di ganglion
spinal. Prosesus bagian sentral sel-sel ini kemudian berjalan naik di dalam medulla
spinalis dan berakhir di nuclei kolumna posterior di medulla yang lebih rendah.
Lesi kolumna posterior
Kolumna posterior menghantar impuls yang berasal dari propioseptor dan
reseptor kutaneus. Jika terjadi kerusakan pada struktur tersebut, seseorang tidak dapat
merasakan posisi tungkainya lagi. Ia juga tidak dapat mengenali objek yang diletakkan
ditanganya hanya dengan sensasi raba saja atau mengenali suatu angka atau huruf yang
digambarkan oleh jari pemeriksa di telapak tangan. Diskriminasi spesial antar dua
stimulus yang diberikan secara bersamaan pada dua lokasi tubuh yang berbeda akan
terganggu. Karena rasa tekan juga terganggu, lantai di bawah tungkainya tidak lagi
dapat terasa sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan postur dan cara berjalan (gait
ataxia), terutama pada keadaan gelap atau mata terpejam. Tanda-tanda lesi kolumna
posterior ini paling jelas ketika kolumna posterior itu sendiri yang mengalami
gangguan, tetapi tanda-tanda tersebut juga dapat timbul pada lesi di nuclei kolumna
posterior, lemniskus medialis, thalamus dan girus postsentralis.
Tanda-tanda klinis lesi kolumna posterior :
Hilangnya sensasi posisi dan gerakan. Pasien tidak dapat menyatakan lokasi
ekstrimitasnya tanpa melihat.
Asteriognosis: pasien tidak dapat mengenali dan menyebutkan objek melalui bentuk
dan beratnya hanya dengan menggunakan sensasi raba saja.
Agrafestesia : pasien tidak dapat mengenali rasa raba berbentuk suatu angka atau
huruf yang digambarkan di telapak tangannya oleh jari pemeriksa.
Hilangnya diskriminasi dua titik.
Hilangnya sensasi getar. Pasien tidak dapat merasakan garpu tala yang ditempelkan
pada tulangnya.
Tanda Romberg positif : pasien tidak dapat berdiri dalam jangka masa yang lama
dengan kedua kaki bersatu dan mata tertutup tanpa bergoyang dan mungkin juga
terjatuh. Hilangnya sensasi propioseptif, pada jangka tertentu, dapat dikompensasi
dengan membuka mata (yang tidak terjadi dengan pasien dengan lesi serebelum)
Traktus kortikonuklearis/kortikobulbaris
Beberapa serabut traktus piramidalis membentuk cabang dari masa utama
traktus ketika melewati otak tengah dan kemudian berjalan lebih ke dorsal menuju
nuclei nervi kranialis motorik. Serabut yang mempersarafi nuclei batang otak ini
sebagian menyilang dan sebagian lagi tidak menyilang. Nuclei yang menerima input
traktus piramidalis adalah nuclei yang memediasi gerakan volunter otot-otot cranial
melalui nervus kranialis V (N. trigeminus), N. Fasialis, N. Glosofaringeus, N vagus,
N. Aksesorius serta N hipoglosus.1,4
Dermatom
Sindrom epikonus
Sindrom epikonus disebabkan oleh lesi medulla spinalis setinggi L4 hingga
S2, relatif jarang. Tidak seperti sindrom konus, sindrom epikonus berkaitan dengan
paresis spastik dan flasid ekstremitas bawah, tergantung pada segmen lesi yang
tepat. Terdapat kelemahan atau paralisis total pada rotasi ekterna panggul (L4-S1)
dan ekstensi panggul (L4-L5) dan kemungkinan juga fleksi lutut (L4-S2) serta fleksi
dan ekstensi pergelangan kaki dan jari-jari kaki (L4-S2). Reflek Achilles
menghilang, sedangkan refleks lutut tetap ada. Deficit sensorik terbentang dari L4-
S5. Pengosongan kandung kemih dan rectum hanya secara refleksif, potensi seksual
hilang dan pasien laki-laki sering mengalami priapisme. Terdapat paralisis
vasomotor sementara serta kehilangan kemampuan berkeringat sementara.1,6
Sindrom konus
Sindrom ini diakibatkan oleh lesi setinggi atau di bawah S3. Juga jarang
terjadi dan biasanya disebakan oleh tumor spinal, iskemia atau herniasi diskus
lumbalis massif.
Lesi konus medularis terisolasi menimbulkan berbagai defisit neurologi seperti:
arefleksia destrusor dengan retensi urin dan inkontinensia overflow; inkontinensia;
impotensia; saddle anestesia; hilang refleks ani. Ekstremitas bawah tidak paresis dan
refleks Achilles tetap ada (L5-S2).
Jika sindrom konus disebabkan oleh tumor, radiks lumbalis dan radiks
sakralis yang berjalan menurun di sepanjang konus medularis akan terkena, cepat
atau lambat. Pada kasus-kaus tersebut, manifestasi sindrom konus disertai oleh
deficit akibat keterlibatan kauda ekuina :kelemahan ekstremitas bawah dan deficit
sensori yang lebih luas dibandingkan dengan defisit pada sindrom konus murni.1,6,7
Cedera medula spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti yang
diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan, merusak medula
spinalis. Cedera medula spinalis traumatik mencakup fraktur, dislokasi dan kontusio dari
kolum vertebra. Cedera medula spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan
seperti penyakit, infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada medula spinalis, atau
kerusakan yang terjadi pada medula spinalis yang bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal.
Faktor penyebab dari cedera medula spinalis mencakup penyakit motor neuron, myelopati
spondilotik, penyakit infeksius dan inflamatori, penyakit neoplastik, penyakit vaskuler,
kondisi toksik dan metabolik dan gangguan kongenital dan perkembangan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan foto polos vertebra yang merupakan langkah
awal untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang melibatkan medulla spinalis, kolumna
vertebralis, dan jaringan di sekitarnya. Pada trauma servikal digunakan foto AP, lateral, dan
odontoid. Pada cedera torakal dan lumbal, digunakan foto AP dan Lateral. Pemeriksaan
laboratorium seperti darah lengkap, urin lengkap, gula darah, ureum dan kreatinin, fungsi
hati, dan analisis gas darah kerap dikerjakan guna mengetahui kondisi metabolik pasien.
Pemeriksaan lain seperti EKG juga dapat dilakukan dalam kondisi tertentu. Untuk
menegakkan diagnosis pasti dapat dilakukan pemeriksaan CT-scan dan MRI vertebra. CT-
scan dapat lebih jelas memperlihatkan jaringan lunak, struktur tulang, dan kanalis spinalis
dalam potongan aksial. Sedangkan MRI dapat memperlihatkan keseluruhan struktur internal
medulla spinalis dalam sekali pemeriksaan.
Tatalaksana
Pre Hospital
Untuk mendukung tujuan penyembuhan yang optimal, maka perlu diperhatikan
tatalaksana di saat sebelum masuk rumah sakit seperti halnya melakukan stabilisasi secara
manual, membatasi gerakan fleksi dan lainnya, menenangkan pasien dan memberikan
penanganan mobilitasi vertebra dengan kolar leher atau brace vertebral.
Unit Gawat Darurat
Wajib diperiksa ABC (airway, breathing, circulation), bila pernafasan terganggu
dapat dipasang intubasi endotrakeal atau pemasangan alat bantu nafas lainnya supaya
oksigenasi adekuat. Perlu dinilai juga apabila pasien memiliki kemungkinan fraktur servikal,
maka kerah fiksasi leher harus terpasang terlebih dahulu.
Bila mendapatkan tanda-tanda hipotensi, harus segera dibedakan antara syok
hipovolemik dan syok neurogenik. Pada syok hipovolemik didapati tanda hipotensi,
takikardia, ekstremitas dingin. Pada syok hipovolemik harus dipertimbangkan untuk
pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% / Ringer Laktat), bila perlu diberikan koloid.
Sedangkan pada syok neurogenik didapati tanda hipotensi, bradikardia, ekstremitas hangat.
Pada syok neurogenik, pemberian cairan tidak akan menaikkan tensi, maka harus diberikan
obat vasopressor seperti dopamine, adrenalin 0,2 mg subkutis, dan boleh diulangi setiap 1
jam. Selanjutnya dapat dipasang foley kateter untuk memonitor hasil urin dan mencegah
retensi urin. Segera lakukan pemeriksaan status generalis dan neurologis guna membuat
diagnosis dan menentukan tatalaksana selanjutnya.
Ruang Rawat
Prinsip utama dalam perawatan pasien dengan trauma servikal adalah dengan terus
menjaga terapi ABC. Untuk terapi medikamentosa, metilprednisolon dapat terus diberikan
guna mencegah proses kerusakan sekunder. Obat-obatan penunjang lain seperti anti
spastisitas otot dapat diberikan sesuai keadaan klinis. Pasien yang mengeluh kesakitan dapat
juga diberi obat analgetik. Pemberian antikoagulan dapat diberikan untuk mencegah adanya
thrombosis vena dalam. Untuk kasus-kasus dengan infeksi, antibiotik perlu dipertimbangkan.
Antioksidan dapat diberikan pada setiap pasien trauma spinalis.
Tindakan operasi dapat dilakukan dalam 24 jam sampai dengan 3 minggu pasca
trauma. Tindakan operatif awal (kurang dari 24 jam) lebih bermakna menurunkan perburukan
neurologis, komplikasi, dan keluaran skor motorik satu tahun pasca trauma. Terapi bedah
bertujuan untuk mengeluarkan fragmen tulang, benda asing, reparasi hernia diskus, dan
menstabilisasi vertebra guna mencegah nyeri kronis. Indikasi untuk operasi adalah adanya
fraktur, pecahan tulang yang menekan medulla spinalis, gambaran neurologis yang progresif
memburuk, fraktur atau dislokasi yang labil, terjadinya herniasi diskus intervertebralis yang
menekan medulla spinalis.
Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi
Rehabilitasi adalah suatu proses progresif, dinamis, dalam waktu yang terbatas bertujuan
untuk meningkatkan kualitas individu yang mengalami gangguan secara optimal dalam
bidang mental, fisik, kognitif, dan sosial. Tindakan yang dapat dilakukan berupa fisioterapi,
terapi okupasi, latihan miksi dan defekasi secara rutin, serta tidak lupa untuk aspek
psikologis penderita. Tujuan dari rehabilitasi ini adalah untuk memberikan penerangan dan
pendidikan kepada pasien dan keluarga mengenai trauma medulla spinalis, memaksimalkan
kemampuan mobilisasi dan latihan mandiri, serta mencegah adanya kelainan komorbiditi
seperti kontraktur, dekubitus, infeksi paru, dan lain sebagainya. Melakukan pelayanan
khusus selama fase sub-akut yang meliputi perawatan, terapi fisik, terapi kerja, menjaga
pernafasan dan obat-obatan, istirahat dan rekreasi, psikologi, pelayanan nutrisi, latihan
wicara, pekerjaan sosial, sampai dengan konseling kesehatan seksual. 8
Daftar pustaka
1. M. Baehr, M. Frotscher. Diagnosis Topic Neurologi Duus : Anatomi, isiologi, Tanda,
Gejala. Jakarta : EGC, 2010.
2. Evans, Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;
2003.h. 35-36.
3. Snell RS. Neuroanatomi klinik : pendahuluan dan susunan saraf pusat. Edisi ke-5.
Jakarta : EGC; 2007.h.1-16.
4. Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. Spine and Spinal Cord. New York :2004
5. Lain. W, Graham L. Essential Neurology. Clinical skill, physical sign dan anatomy.
Fourth edition. Blackwell Publishing, USA. 2005
6. Byrne TN, Waxman. Spinal Cord Compression : Diagnosis and Principles of
Management, Philadelphia : FA Davis Company. 1990
7. Spinal cord syndromes and lesions. Diunduh dari
http://www.ozemedicine.com/wiki/doku.php?id=n_spinalcord
8. Perdossi. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal.
Jakarta : Perdossi ; 2006.
Sindroma medularis dorsolateralis (sindroma Wallenberg)
Penyebab adalah oklusi atau embolisme di teritori arteria serebeli inferior posterior
atau arteria vertebralis. Gambaran klinis: onset mendadak disertai dengan vertigo, nistagmus
(nukleus vestibularis inferior dan pedunkulus serebeli inferior), nausea dan muntah (area
postrema), disatria dan disfonia (nukleus ambiguus), singultus (pusat respirasi formasio
retikularis).
Sindroma medularis medialis ( sindroma Dejerine)
Penyebab adalah oklusi ramus paramedianus arteria vertebralis atau arteria basilaris,
umumnya bilateral. Gambaran klinis: kelumpuhan flasid nervus hipoglosus ipsilateral,
hemiplegia kontralateral (bukan spastik) dengan tanda babinski, hipestesia kolumna posterior
kontralateral (yaitu, hipestesia terhadap raba dan tekan, dengan gangguan sensasi posisi),
serta nistagmus (pada kasus terkenanya fasikulus longitudinalis medialis oleh lesi tersebut.
Sindroma basis pontis kaudalis (sindroma Millard-Gubler)
Penyebabnya adalah oklusi ramus sirkumferensialis arteria basilaris, tumor, abses, dan
lain-lain. Gambaran klinis: kelumpuhan nersvus abdusen (perifer) dan nervus fasialis
(nuklear) ipsilateral; hemiplegi kontralateral; analgesia, termanestesia, dan gangguan sensasi
raba, posisi, serta getar sisi kontralateral.
Sindroma Foville
Ditandai oleh kelumpuhan nervus VII ipsilaeral jenis lower motor neuron,
kelumpuhan melirik ke lateral ipsilateral dan hemiplegia kontralateral jenis upper motor
neuron.
Sindroma tegmentum pontis kaudale.
Penyebabnya adalah oklusi cabang arteri basilaris (ramus sirkumferensialis longus
dan brevis). Gambaran klinis: kelumpuhan nuklear abdusen dan fasialis ipsilateral, nistagmus
(fasikulus longitudinalis medialis). Paresis tatapan ke arah sisi lesi; hemiataksia dan asinergia
ipsilateral (pedunculus serebelaris medialis); analgesia dan termanestesia kontralateral
(traktus spinotalamikus lateralis); hipestesia dan gangguan sensasi posisi dan getar sisi
kontralateral (lemniskus medialis); mioritmia palatum dan faring ipsilateral (traktus
tegmentalis sentralis).
Sindroma tegmentum pontis orale
Penyebabnya adalah oklusi ramus sirkumferensialis longus arteri basilaris dan arteri
serebelaris superior. Gambaran klinis: hilangnya sensasi wajah ipsilateral (gangguan semua
serabut n. Trigeminus) dan paralisis otot-otot pengunyah (nukleus motorius n. Trigeminus),
hemiataksia, intention tremor, adiadokokinesia (pedunkulus serebelaris superior); gangguan
semua modalitas sensorik konralateral.
Sindroma basis pontis bagian tengah
Penyebabnya adalah oklusi ramus sirkumferensialis brevis dan ramus paramedianus
arteri basilaris. Gambaran klinisnya: paresis flasid otot-otot pengunyah ipsilateral, serta
hipestesia, analgesia, dan termanestesia wajah; hemiataksia dan asinergia ipsilateral;
hemiparesis spastik kontralateral.
Sindroma pedunkulus serebri (sindroma Weber)
Penyebabnya adalah ramus interpedunkularis arteri serebri posterior dan arteri
khoroidalis posterior, penyebab yang juga jarang adalah tumor (glioma). Gambaran klinis:
kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral; hemiparesis spastik kontralateral; rigiditas
parkinsonisme kontralateral (substansia nigra), distaksia kontralateral (traktus kortikopontis);
defisit saraf kranialis kemungkinan akibat gangguan persarafan supranuklear pada nN VII,
IX, X dan XII. Infark kecil di regio oralis pons, akbat oklusi arteriae perforantes, dapat
menimbulkan berbagai defisit yang dapat dibedakan dan seringkali bersifat sementara.
Areriosklerosis arteri baasilaris dapat menyebabkan infark kecil multipel pada satu atau
kedua sisi batang otak, yang dapat terjadi perlahan-lahan seiring perjalanan waktu an
akhirnya menimbulkan gamvaran klinis kelumpuhan pseudobulbar mikroangiopatik. Pada
sindroma ini, disatria dan disfagia terjadi akibat gangguan persarafan supranuklear nuklei
motorii nervi kranialis. Penyakit batang otak amikroangiopatik paling sering disebabkan oleh
hipertensi arterial generalisata; sehingga gejala ini biasanya disertai oleh lesi lain diatas
tentorium.
Sindrome Claude
Lesi berada di daerah nukleus dan ruber tempat nervus III juga melintas. Gejalanya
adalah kelumpuhan nervus III ipsilateral dan ataksia serta tremor kontralateral. Bila lesi ini
meluas ke daerah sekitarnya, maka lemniskus medialis dan pedunkulus serebri akan terkena
dan gejala yang menjelma ialah kelumpuhan ipsilateral nervus III yang disertai oleh
hemiparesis kontralateral, hemihipestesi kontralateral dan ataksia serta tremor kontralateral
(sindrom benedict).
Sindrom Parinaud
Ditandai oleh kelumpuhan gerakan kedua bola mata keatas, sebagai akibat lesi di
kolikulus superior, yang dpaat disebabkan oleh tumor pineal body, ensefalitis dan sklerosis
multipleks.