Anda di halaman 1dari 51

Kompetensi Pengawas Sekolah

Penelitian dan Pendidikan


Pengembangan Menengah
05-B3

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN

DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN


DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2008

1
KATA PENGANTAR

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang


Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar kualifikasi dan kompe-
tensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi menjelaskan persyaratan
akademik dan nonakademik untuk diangkat menjadi pengawas sekolah.
Standar kompetensi memuat seperangkat kemampuan yang harus dimiliki
dan dikuasai pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok,
fungsi dan tanggung jawabnya.
Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas sekolah
yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi manajerial, (c)
kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi evaluasi pendidikan, (e)
kompetensi penelitian dan pengembangan, dan (f) kompetensi sosial. Dari
hasil uji kompetensi di beberapa daerah menunjukkan kompetensi pengawas
sekolah masih perlu ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi
manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan dan kompetensi peneli-
tian dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan
kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam jabatan
terlebih lagi bagi para calon pengawas sekolah.
Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja disiapkan agar
dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam melaksanakan diklat pening-
katan kompetensi pengawas sekolah di mana pun pelatihan tersebut dilak-
sanakan. Kepada tim penulis materi diklat kompetensi pengawas sekolah
yang terdiri atas dosen LPTK dan widya iswara dari LPMP dan P4TK kami
ucapkan terima kasih. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Jakarta, Juni 2008


Direktur Tenaga Kependidikan
Ditjen PMPTK

Surya Dharma, MPA., Ph.D

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Dimensi Kompetensi .............................................................. 2
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai ......................................... 2
D. Indikator Pencapaian..... .......................................................... 2
E. Alokasi Waktu ......................................................................... 2
F. Skenario Pelatihan ................................................................... 3
BAB II KONSEP DASAR PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN 4
A. Pengertian dan Tujuan Proposal .............................................. 4
B. Isi Proposal .............................................................................. 5
BAB III . PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF ......................... 6
A. Garis Besar isi Proposal ........................................................... 6
B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal ............................................. 8
BAB IV PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF ............. 29
A. Garis Besar isi Proposal ........................................................... 29
B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal ............................................. 30
BAB V PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (R&D) 39
A. Garis Besar isi Proposal .......................................................... 39
B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal ............................................. 40
BAB VI PROPOSAL PENELITIAN EVALUATIF . ......... 40
A. Garis Besar isi Proposal ........................................................... 44
B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal ............................................. 44
DAFTAR PUSTAKA 47

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh Pengawas Satuan
Pendidikan adalah mampu melakukan penelitian. Hal ini karena pekerjaan
pengawas adalah sebuah profesi yang menuntut peningkatan pengetahuan dan
keterampilan terus menerus sejalan dengan perkembangan pendidikan di
lapangan.
Setiap bidang pekerjaan selalu dihadapkan pada permasalahan yang
selalu berkembang, baik berupa fenomena yang mengundang tanda tanya,
maupun kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan.
Permasalahan tersebut menuntut jawaban dan solusi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Kedudukan pengawas sebagai pembina para guru dan kepala sekolah,
mengharuskan dia memiliki kesiapan memberikan solusi bagi permasalahan
yang mereka hadapi. Ia dapat saja mengandalkan pengalaman, baik dirinya
sendiri maupun orang lain, mengambil teori dari buku-buku, atau bahkan
mengandalkan intuisi. Hal ini tentu tidak selamanya memuaskan, karena yang
dituntut darinya adalah professional judgement yang dapat dijadikan acuan.
Penelitian merupakan suatu bentuk kegiatan ilmiah untuk
mendapatkan pengetahuan atau kebenaran. Ada dua teori kebenaran
pengetahuan, yaitu teori koherensi dan korespondensi. Teori koherensi
beranggapan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar apabila sesuai dan
tidak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya. Aturan yang dipakai
adalah logika berpikir atau berpikir logis. Sementara itu teori korenspondensi
berasumsi bahwa sebuah pernyataan dipandang benar apabila sesuai dengan
kenyataan (fakta atau realita). Untuk menemukan kebenaran yang logis dan
didukung oleh fakta, maka harus dilakukan penelitian terlebih dahulu. Inilah
hakikat penelitian sebagai kegiatan ilmiah atau sebagai proses the acquisition
of knowledge.
Dalam melaksanakan penelitian tentu harus dimulai dengan menyusun
proposal. Selain berfungsi sebagai realisasi atau penuangan gagasan agar
dapat dipahami oleh orang lain, proposal juga menjadi acuan dan arah dalam
1
kegiatan penelitian. Rasionalitas, bobot masalah dan kemanfaatan sebuah
penelitian dapat ditemukan pada proposal. Oleh karena itu kemampuan
menyusun proposal sangat penting dimiliki oleh pengawas. Berangkat dari
latar belakang tersebut maka materi ini perlu disusun dan disampaikan dalam
pelatihan pengawas.

B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir pendidikan
dan pelatihan ini adalah dimensi penelitian dan pengembangan.

C. Kompetensi yang Hendak Dicapai


Setelah menyelesaikan materi pendidikan dan latihan ini Pengawas
diharapkan menguasai berbagai pendekatan, jenis dan metode penelitian
dalam pendidikan.

D. Indikator Pencapaian Hasil


Setelah menyelesaikan materi pendidikan dan pelatihan Pengawas
diharapkan dapat menyusun proposal penelitian yang logis, rasional dan
memenuhi kaidah penulisan.
1. Mampu menjelaskan kriteria masalah yang baik untuk diangkat sebagai
judul penelitian.
2. Mampu merumuskan permasalahan penelitian dengan benar
3. Mampu menuliskan unsur-unsur proposal penelitian kuantitatif
4. Mampu menuliskan unsur-unsur proposal penelitian kualitatif
5. Mampu menuliskan unsur-unsur proposal penelitian dan pengembangan
6. Mampu menuliskan unsur-unsur proposal penelitian evaluasi

E. Alokasi Waktu
No. Materi Diklat Alokasi
1. Kriteria masajalah dan judul penelitian dan perumus- 1 jam
annya
2. Unsur-unsur penelitian kuantitatif 1 jam
3. Unsur-unsur penelitian kualitatif 1 jam

2
4. Unsur-unsur proposal Penelitian dan Pengambangan 1 jam
5. Unsur-unsur Penelitian Evaluasi 1 jam
6 Praktik penyusunan proposal 3 jam

F. Skenario
1. Perkenalan
2. Penjelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan ske-
nario pendidikan dan pelatihan penyusunan proposal penelitian pendidikan.
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan penyusunan proposal
penelitian pendidikan melalui pendekatan andragogi.
5. Penyampaian Materi Diklat:
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan
pengungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis,
menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih
lebih sebagai fasilitator.
b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pemahaman mengenai
penyusunan proposal penelitian pendidikan.
c. Praktik menyusun proposal penelitian pendidikan.
6. Post test.
7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya pela-
tihan.
8. Penutup.

3
BAB II
KONSEP DASAR PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN

A. Pengertian dan Tujuan Proposal


Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal
yang harus dilakukan peneliti sebelum memulai kegiatan penelitian. Proposal
penelitian dapat membantu memberi arah pada peneliti agar mampu menekan
kesalahan yang mungkin terjadi selama proses penelitian berlangsung. Jika
proposal penelitian sudah disusun secara sistematis, lengkap dan tepat, akan
mempercepat pelaksanaan, proses serta penyusunan laporan penelitian.
Proposal mempunyai arti sangat penting bagi setiap peneliti dalam usaha
mempercepat, meningkatkan serta menjaga kualitas hasil penelitian. Proposal
penelitian harus dibuat sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan
pedoman yang mudah diikuti.
Proposal penelitian adalah gambaran secara rinci tentang proses yang
akan dilakukan oleh peneliti untuk dapat memecahkan permasalahan
penelitian. Secara umum, poposal penelitian merupakan pedoman yang berisi
langkah-langkah yang akan diikuti peneliti untuk melakukan penelitiannya.
Dalam menyusun proposal perlu diantisipasi munculnya berbagai sumber
yang dapat bermanfaat sehingga dapat digunakan dalam mendukung
penelitian atau faktor-faktor yang mungkin menghambat kegiatan penelitian.
Tujuan umum proposal penelitian adalah memberitahukan secara jelas
tentang tujuan penelitian, siapa yang hendak ditemui, serta apa yang akan
dilakukan atau dicari di lokasi penelitian. Proposal penelitian dibuat peneliti
sebelum melakukan kerja lapangan.
Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah
suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan
penelitian secara keseluruhan. Proposal penelitian berkaitan dengan
pernyataan atas urgensi dari suatu penelitian. Membuat proposal penelitian
bisa jadi merupakan langkah yang paling sulit namun menyenangkan di
dalam tahapan proses penelitian. Pada tahap ini, seluruh kegiatan penelitian
disintesiskan ke dalam suatu desain yang spesifik. Dalam proposal, peneliti
mempraktekan bahwa mereka telah mengetahui apa yang akan mereka cari,
4
bagaimana cara mencari dan mengenalinya, serta menjelaskan mengapa
penelitian itu memiliki nilai kegunaan sehingga perlu untuk dilakukan.

B. Isi Proposal
Di muka telah dijeaskan bahwa penelitian adalah proses yang
sistematis. Maknanya bahwa penelitian dilakukan dengan urutan dan
prosedur tertentu dan para peneliti mengikuti cara seperti itu dalam
penelitiannya. Untuk itulah diperlukan proposal sebagai bentuk perencanaan
penelitian. Keseluruhan isi yang dimuat dalam proposal penelitian pada
dasarnya adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Why Mengapa penelitian tersebut dilaksanakan?
What Apa yang akan diteliti?
How Bagaimana penelitian dilaksanakan?
Where Dimana penelitian dilaksanakan?
When Kapan penelitian dilaksanakan?
Who Siapa yang terlibat dalam kegiatan penelitian?
Sebelum mengungkap secara detail bagian-bagian (isi) sutau proposal
perlu dikemukakan garis-garis besar proposal. Walaupun banyak unsur dari
proposal yang mirip untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif, tetapi terdapat
sejumlah variasi dalam aspek metodologis dari kedua jenis penelitian
tersebut. Oleh karena itu, dalam pembahasan berikut ini kedua jenis proposal
tersebut disajikan secara terpisah.

5
BAB III
PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

A. Garis Besar Proposal


Garis-garis besar proposal penelitian kuantitatif menurut McMillan
dan Schumacher (2001) adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan
a. Pernyataan masalah secara umum.
Masalah yang masih bersifat umum dirumuskan secara jelas dan tepat.
Rumusan demikian akan membantu pembaca memahami pentingnya
masalah dan kedudukan fokus masalah dalam bidang keahlian peneliti
(pendidikan). Rumusan masalah umum tersebut ditunjang oleh studi
kepustakaan yang sesuai, dijabarkan dalam pertanyaan dan/atau hipotesis
khusus, serta manfaat penelitian. Rumusan permasalahan umum tersebut
disimpan pada awal alinea, diikuti oleh latar belakang pemilihan masalah.
Rumusannya hendaknya cukup padat tetapi mudah ditangkap/dipahami
oleh orang yang tidak ahli dalam bidang masalah tersebut.
b. Reviu kepustakaan
Mengemukakan apa yang telah diketahui tentang permasalahan dan
kajian teori dan penelitian terdahulu, membantu memperjelas latar
belakang dan pentingnya penelitian. Reviu kepustakaan juga menjelaskan
tentang pentingnya masalah yang akan diteliti, pendirian peneliti, kritik
terhadap desain penelitian terdahulu, identifikasi kesenjangan-kesenjangan
dan hal-hal baru yang akan dikembangkan.
c. Hipotesis atau pertanyaan penelitian khusus
Sebagai jabaran dari permasalahan umum dirumuskan hipotesis
dan/atau pertanyaan khusus, diikuti rumusan definisi operasional atau
penjelasan tentang variabel yang diteliti. Rumusan pertanyaan khusus atau
hipotesis hendaknya mampu menggambarkan dengan jelas bahwa
penelitian bersifat empiris dengan desain penelitiannya yang spesifik.

d. Manfaat penelitian
6
Menjelaskan pentingnya penelitian dalam pengembangan
pengetahuan, implikasinya bagi penelitian lebih lanjut, manfaatnya praktis
untuk pengembangan pendidikan. Manfaat hasil penelitian bagi pengem-
bangan pengetahuan (manfaat teoretis) dapat berupa penemuan
pengetahuan atau prinsip-prinsip baru. Implikasi hasil penelitian bagi
penyempurnaan pelaksanaan pendidikan dapat berupa bentuk rumusan atau
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum bukan saran-saran khusus.

2. Desain dan Metodologi


Menjelaskan jenis desain dan metode yang akan digunakan, apakah
menggunakan penelitian deskriptif, survai, korelasional, eksperimental,
pengembangan, dan jenis-jenis penelitian kuantitatif lainya.
a. Subyek
Dijelaskan siapa/apa target populasi, bagaimana pengambilan sampel
dan populasi tersebut, besarnya sampel, prosedur penarikan sampel. Dalam
bagian ini dijelaskan juga bagaimana menjaga nama baik subjek yang
diteliti, izin untuk meneliti serta memelihara kerahasiaan data dan individu-
individu yang menjadi sumber data.
b. Penyusunan instrumen
Dijelaskan jenis instrumen yang digunakan, alasan penggunaan
instrumen tersebut. Jika instrumen sudah ada dikemukakan validitas dan
reliabilitas instrumen tersebut. Bila instrumen akan dikembangkan
dikemukakan proses pengembangan dan pengujian validitas dan
reliabilitasnya.
c. Prosedur
Dijelaskan bagaimana penelitian akan dilaksanakan, bagaimana
hubungan antar variabel dapat dicari. Dalam penelitian deskriptif atau
survai, prosedur ini mencakup penyiapan angket, pembuatan pedoman dan
jadwal wawancara, latihan dan pemberian petunjuk bagi pengumpul data.
Dalam penelitian eksperimen prosedurnya lebih kompleks, meliputi: identi-
fikasi dan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
spesifikasi perlakuan, prosedur untuk mengurangi variabel-variabel
penyela, dan lain.

7
d. Analisis dan penyajian data
Dijelaskan teknik analisis data yang digunakan dan bagaimana proses
analisisnya serta bagaimana data hasil analisis disajikan. Bagaimana
pengujian setiap hipotesis dilakukan serta alasan penggunaannya. Alasan
diarahkan pada kesesuaian dengan tujuan studi, ukuran sampel, serta
pengujian instrumen yang digunakan. Pada bagian ini iuga dijelaskan
bentuk penyajian data yang akan dibuat seperti: tabel, grafik, profil, bagan
dan lain-lain.
e. Keterbatasan desain
Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitanya dengan lingkup studi,
desain, dan metodologi. Lingkup studi terbatas pada apa yang dirumuskan
dalam permasalahan umum atau fokus penelitian, tidak bisa meneliti semua
hal yang terkait dengan permasalah tersebut. Desain juga dibatasi oleh
metodologi yang digunakan, kalau metodenya korelasional maka penelitian
diarahkan untuk mengidentifikasi hubungan melalui analisis korelasi,
demikian juga dengan komparasi terbatas pada membandingkan hal-hal
yang sudah dirancang melalui analsis komparatif.

3. Rujukan
Berupa daftar sumber-sumber apa yang dijadikan rujukan. Sumber
tersebut dapat berbentuk buku, jurnal, hasil penelitian serta sumber-sumber
dalam situs internet. Rujukan digunakan dalam identifikasi, perumusan
masalah, perumusan definisi, penyusunan desain, pengembangan instrumen,
analisis data, pembahasan bahkan sampai penarikan kesimpulan.

4. Lampiran
Berisi hal-hal yang sifatnya melengkapi atau mendukung proposal
penelitian, seperti: jadwal penelitian, rencana anggaran, dan riwayat hidup
para peneliti,

B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai
obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan secara
jelas. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan
8
pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya,
seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan.
Penelitian kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan
penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.
Setiap kegiatan penelitian kuantitatif selalu dilakukan dengan melalui
tahapan-tahapan berlandaskan metode ilmiah. Adapun tahapan-tahapannya
adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah. Tanpa ada masalah tidak terjadi penelitian, sebab
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Masalah pada
umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan sekalipun tidak selamanya
sebab bisa juga dalam bentuk pernyataan. Permasalahan bisa diajukan
dalam bentuk deskriptif, asosiatif dan komparatif bahkan untuk satu
penelitian bisa diajukan ketiga-tiganya bergantung kepada tujuan yang
akan dicapainya.
2. Mengkaji teori keilmuan berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan
dasar perumusan masalah. Peneliti menelusuri konsep-konsep, prinsip,
generalisasi dan berbagai literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan
dengan variabel dan masalah yang diteliti. Kajian teori tersebut sebagai
dasar dalam merumuskan kerangka berpikir dalam melihat hubungan
antar variabel untuk Selanjutnya mengajukan alternatif kemungkinan
jawaban atas masalah atau sering disebut hipotesis.
3. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
sebagai acuan dalam mengumpulkan data empiris atau verifikasi data di
lapangan. Artinya jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang
tersirat dan tersurat dalam rumusan hipotesis. Dengan kata lain data
empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk menguji
hipotesis.
4. Melakukan verifikasi data empirik yakni data lapangan yang diperlukan
untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini peneliti harus menentukan jenis
data yang diperlukan apakah data kualitatif atau data kuantitatif. Jika data
kuantitatif apakah data nominal, ordinal, interval atau data rasio. Dari
mana data itu diperoleh dalam hal ini berkaitan dengan, populasi dan
sampel serta responden penelitian. Cara atau teknik memperoleh data
serta alat atau instrumen yang digunakan untuk menjaring data. Data yang
9
terkumpul terus diolah dan dianalisis dengan cara-cara tertentu yang
memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji
hipotesis.
5. Menarik kesimpulan dalam arti membuat generalisasi atas dasar hasil uji
hipotesis. Hasil uji hipotesis sifatnya adalah temuan penelitian atau hasil
penelitian. Temuan penelitian ini dibahas dan disintesiskan untuk
kemudian disimpulkan. Kesimpulan inilah pada hakekatnya adalah
jawaban atas masalah penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi
atau pernyataan ilmiah.
Karena permasalahan yang diteliti sudah jelas dan prosedur penelitian
sudah baku, maka proposal penelitian kuantitatif dipandang sebagai blue
print yang harus digunakan sebagai pedoman baku dalam melaksanakan
penelitian. Sebagai acuan, proposal penelitian kuantitatif dapat dikemas
dalam sistematika penulisan sebagai berikut.

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Kegunaan/Manfaat Penelitian

II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS


PENELITIAN
A. Deskripsi Teoretik
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Penelitian

III METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Instrumen Penelitian
10
E. Teknik Analisis Data

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


ANGARAN BIAYA PENELITIAN
Uraian berikut, menjelaskan tentang susbtansi yang harus disajikan
dalam proposal penelitian kuantitatif.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara situasi yang diharapkan
dengan situasi yang ada. Dapat juga dikatakan sebagai kesenjangan antara
tujuan yang ingin dicapai dengan keterbatasan alat dan sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut. Masalah juga dapat dikatakan se-
bagai kesenjangan antara teori dan praktik. Masalah penelitian dilatar
belakangi oleh adanya situasi yang memerlukan pemecahan sehingga perlu
dilakukan suatu penelitian. Masalah yang masih umum dapat berkembang
menjadi masalah penelitian kuantitatif apabila memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut:
1. Suatu masalah penelitian harus menggambarkan hubungan antara dua
variabel atau lebih.
2. Walaupun tidak merupakan suatu keharusan bahwa suatu masalah harus
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, akan tetapi banyak ahli penelitian
menyarankan bahwa masalah penelitian hendaknya dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan. Masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan lebih mengarahkan pada jawaban yang diharapkan. Dengan
menyajikan masalah dalam bentuk pertanyaan, jawaban akan lebih jelas
dan langsung pada sasarannya.
3. Suatu masalah penelitian memerlukan pengujian secara empirik.
Pengujian empirik berarti bahwa pemecahannya dilandasi oleh bukti-bukti
empirik dengan cara mengumpulkan data yang relevan.
Latar belakang masalah adalah alasan mendasar yang menunjukkan
bahwa tema/ topik/ judul penelitian tersebut penting dan menarik untuk
dilaksanakan. Pada bagian ini berisi tentang peristiwa-peristiwa yang sedang
terjadi pada suatu bidang kajian penelitian. Tetapi dalam peristiwa itu,
11
sekarang ini tampak ada penyimpangan-penyimpangan dan standar yang ada,
baik standar yang bersifat keilmuan maupun aturan-aturan. Oleh karena itu
dalam latar belakang ini, peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga
permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah, peneliti harus dapat
menunjukkan adanya suatu penyimpangan yang ditunjukkan dengan data dan
menuliskan mengapa hal ini perlu diteliti.
Latar belakang maslah penelitian tidak muncul begitu saja atas dasar
inspirasi. Untuk mendapatkanya peneliti dapat mencari darai berbagai sumber
rukukan antara lain ialah:
1. Hasil kajian pustaka. Pustaka-pustaka yang berupa buku, dokumen-
dokumen ilmiah, jurnal, terbitan berkala, indeks, laporan hasil penelitian,
abstrak tesis dan disertasi, dan internet, merupakan sumber-sumber yang
sangat penting dalam memperoleh masalah penelitian. Biasanya siapa
yang lebih banyak menguasai bahan pustaka, akan lebih mudah
mendapatkan masalah penelitian.
2. Hasil diskusi dengan sejawat atau kolegial yang se-profesi. Dari diskusi-
diskusi baik yang sifatnya formal maupun informal, akan dapat membantu
peneliti dalam menemukan masalah penelitian. Sering dijumpai, bahwa
walaupun seseorang telah melakukan banyak kajian pustaka, tetapi masih
saja sulit untuk mengangkat suatu masalah penelitian yang layak. Melalui
diskusi dengan sejawat akan membantu mempermudah menemukan dan
merumuskan masalah penelitian. Diskusi memiliki beragam bentuk, yang
semuanya dapat dimafaatkan untuk menemukan masalah penelitian,
seperti seminar, simposium, diskusi panel, konferensi, lokakarya, dan
yang sejenis lainnya.
3. Masalah penelitian juga dapat diperoleh dari lapangan, misalnya sekolah,
universitas, organisasi, masyarakat, maupun lembaga lain di mana peneliti
berada dan bergaul dengan sesama dalam kehidupan sehari-harinya.
4. Pengalaman-pengalaman pribadi juga sering merupakan sumber
munculnya masalah penelitian. Bahkan tidak jarang suatu masalah
penelitian yang muncul berkat renungan pribadi.
5. Surat kabar harian, majalah-majalah, dan media elektronik juga tidak
jarang dapat membantu peneliti dalam mengangkat masalah penelitian.
Dengan membaca berita-berita media-media tersebut, sering seorang
12
peneliti dapat menjumpai berita-berita yang menarik untuk diangkat
menjadi masalah penelitian.
6. Masalah penelitian juga sering muncul sebagai akibat kemajuan dan
perubahan teknologi-informasi. Tidak jarang suatu teknologi dan
informasi baru mengandung efek samping yang patut dan layak untuk
diteliti. Masalah penelitian dapat berasal dari dampak negatif dari
kemajuan teknologi-informasi tersebut.
Tasa dasar sumber sumber di atas, substansi serta struktur
pembahasan dalam latar belakang masalah dapat disajikan dalam tata urutan
sebagai berikut:
1. Mengungkap tinjauan makro atau dasar pemikiran tentang tema/ topik/
judul penelitian dimana area permasalahan berada.
2. Mengungkap alasan rasional dan empirik tentang pentingnya tema/ topik/
judul penelitian.
3. Mengungkap adanya kesenjangan antara harapan das sollen dan
kenyataan das sein untuk mengemukakan variabel. Dengan kata lain,
mengungkap fakta-fakta empiris di lapangan yang menunjukkan adanya
suatu masalah yang harus dipecahkan. Sumber informasi dapat diambil
dari data statistik, hasil penelitian sebelumnya, pengamatan, atau
pengalaman peneliti.
4. Mengemukakan faktor-faktor yang diduga dapat menjadi penyebab
munculnya suatu masalah atau rendahnya variabel dengan menggunakan
pendekatan logis berdasarkan fakta atau dengan menggunakan pendekatan
teoretis berdasarkan teori dan hasil penelitian relevan.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sejumlah aspek permasalahan yang
muncul sehubungan dengan tema/topik/judul penelitian. Dalam bagian ini
perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Semua
masalah dalam obyek, baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti
sedapat mungkin dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah
dengan baik, maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke obyek
yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber,
sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasikan. Berdasarkan berbagai
13
permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya dikemukakan
hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang akan diteliti
itu kedudukannya di mana di antara masalah yang telah diidentifikasi.
Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap
masalah yang diteliti. Selanjutnya masalah tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk variabel.

C. Pembatasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan
supaya penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua
masalah yang telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti
memberi batasan, dimana akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang
akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang
lain. Berdasarkan batasan masalah ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan
masalah penelitian.
Dalam usaha mengidentifikasikan atau menemukan masalah
penelitian, sering ditemukan lebih dari satu masalah sehingga diperlukan
pembatasan masalah. Pembatasan masalah berarti penetapan atau memilih
satu atau lebih masalah dari sejumlah masalah yang sudah teridentifikasi
disertai argumentasinya. Pertimbangan untuk menentukan layak atau tidak
suatu masalah diteliti, didasarkan pada pertimbangan dua arah yaitu dari arah
yaitu: (1) Dari arah masalah yang merupakan pertimbangan obyektif.
Pertimbangan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian terhadap masalah ini
akan memberikan sumbangan kepada pengembangan teori dalam bidang
yang bersangkutan dan pemecahan masalah-masalah praktis; (2) Dari arah
peneliti yang merupakan pertimbangan subjektif. Dalam arti masalah yang
akan ditelitinya menarik keingintahuan peneliti dan sesuai dengan kualifikasi
yang dimiliki oleh peneliti.
Untuk mendapatkan rumusan masalah penelitian yang baik,
pembatasan masalah perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Masalah perlu dipecahkan melalui penelitian lapangan (field
research). Hal itu berarti bahwa masalah penelitian yang baik, adalah
masalah yang cara pemecahan yang paling efektif dilakukan melalui
proses penelitian. Sehubungan dengan hal itu maka peneliti harus
14
memiliki kesiapan dan kemampuan untuk melaksanakan penelitian, di
mana tujuan utamanya ialah untuk melakukan pengujian teori ataupun
untuk menemukan jawaban terhadap masalah penelitian.
2. Kebermaknaan atau keberartian (signifikansi) pemecahan masalah.
Suatu masalah penelitian yang baik harus memiliki signifikansi, baik
untuk kepentingan praktis maupun teoretis. Signifikansi praktis berarti
bahwa hasil pemecahan masalah penelitian memberikan sumbangan
terhadap praktik kehidupan sehari-hari. Sedang signifikansi teoretis
berarti bahwa dari hasil pemecahan masalah tersebut akan mampu
melahirkan prinsip-prinsip penting yang berguna untuk memperkaya,
memperluas wawasan, dan mengembangkan teori yang telah ada.
Pendeknya, dalam memilih masalah penelitian, harus
dipertimbangkan nilai-nilai penting yang terkandung di dalam
masalah penelitian.
3. Keaslian (originalitas). Suatu masalah penelitian yang baik harus
menunjukkan bahwa masalah tersebut merupakan sesuatu yang baru,
bukan duplikasi atau replikasi dari apa yang pernah dikemukakan
orang lain. Hal ini menjadi sangat penting teruatama pada penelitian-
penelitian inferensial, dan penelitian untuk menghasilkan tesis dan
disertasi.
4. Kelayakan untuk dilaksanakan. Beberapa pertanyaan yang muncul
sehubungan dengan pertimbangan tentang dapat tidaknya
dilaksanakan tersebut antara lain ialah:
a. Pertimbangan mengenai kompetensi peneliti. Dalam hal ini
pertanyaan yang sering diajukan ialah seberapa jauh kemampuan
peneliti dalam menyusun perencanaan penelitian. Soal
perencanaan ini penting, karena suatu rencana yang baik akan
berfungsi sebagai pengarah jalannya proses penelitian. Seberapa
jauh kemampuan peneliti menguasai metodologi penelitian.
Seberapa jauh kemampuan peneliti memaknai atau
menginterpretasi data dan hasil penemuannya. Juga tidak kalah
pentingnya ialah kemampuan peneliti dalam mengembangkan
penemuannya dalam suatu konsep yang tersusun secara logis dan
sistematis.
15
b. Apakah untuk memecahkan masalah penelitian tersebut cukup
tersedia data yang diperlukan. Apakah dalam proses pengumpulan
data tersebut sekiranya akan mendapatkan kemudahan-kemudahan
dari pihak yang berwenang, misalnya dalam hal perijinan peneliti-
an.
c. Apakah telah tersedia waktu, biaya, serta tenaga peneliti yang
diperlukan.
5. Keberanian peneliti dalam mengangkat masalah-masalah penelitian
yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap sensitif atau rawan.
Seringkali dijumpai bahwa dalam mengajukan masalah penelitian,
peneliti dihinggapi rasa takut untuk mengangkat atau mengajukan
masalah-masalah yang sensitif atau rawan, padahal masalah tersebut
berdasarkan pertimbangan ilmiah merupakan masalah yang penting
dan urgen untuk diangkat.
6. Tentang minat peneliti. Suatu masalah penelitian yang akan
dipecahkan harus menarik bukan saja bagi peneliti yang bersangkutan,
akan tetapi juga harus cukup menarik bagi orang lain sesuai dengan
bidangnya.
Dalam membatasi masalah, masalah harus diseleksi berdasarkan
informasi, pengalaman-pengalaman, maupun teori-teori yang relevan.
Apabila masalah penelitian tidak mempertimbangkan mengenai hal itu, maka
masalah penelitian akan kehilangan landasan berpijak.

D. Perumusan Masalah
Setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan (variabel apa saja
yang akan diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu dengan yang lain),
dan supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan
diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Perumusan masalah merupakan
pemetaan faktor-faktor dan variabel-variabel yang terkait. Kualitas suatu
penelitian tidak cukup dipertimbangkan berdasarkan kriteria-kriteria
sebagaimana diuraikan sebelumnya. Kualitas suatu penelitian juga ditentukan
oleh bagaimana masalah penelitian tersebut dirumuskan. Untuk dapat
menyajikan perumusan masalah penelitian yang baik, perlu diikuti beberapa
persyaratan sebagai berikut:
16
1. Masalah penelitian harus dirumuskan secara spesifik. Dengan perumusan
yang spesifik, akan dapat menunjukkan tentang gambaran yang lebih
menfokus mengenai arah pemecahannya. Namun demikian, walaupun
harus dirumuskan secara spesifik, peneliti pada waktu mengidentifikasi
masalah penelitiannya, terlebih dahulu harus memberikan gambaran
umum dan menyeluruh tentang masalah-masalah yang bersifat umum,
agar peneliti tetap memiliki wawasan yang lebih komprehensif dan
makro. Baru sesudah gambaran komprehensif dan makronya dibeberkan,
pembatasan masalah penelitian yang sifatnya lebih spesifik dikemukakan.
Hal itu disarankan, oleh karena masalah-masalah penelitian yang
dirumuskan terlalu spesifik dan sempit, dikhawatirkan peneliti akan
kehilangan dari konteks wawasan yang bersifat makro.
2. Masalah penelitian yang telah dirumuskan secara spesifik, harus diikuti
dengan perumusan secara operasional. Dengan perumusan yang
operasional terkandung maksud bahwa masalahnya menjadi mudah untuk
diamati dan diukur indikator-indikatornya.
3. Masalah penelitian harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan deklaratif
atau dalam bentuk kalimat pertanyaan. Banyak ahli menyarankan agar
supaya masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan,
karena dengan bentuk pertanyaan, akan lebih memfokuskan pada jawaban
atau pemecahan masalah yang akan diperoleh.
4. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan kalimat yang sederhana,
pendek, dan padat dan mencerminkan inti masalah yang diajukan.
Pertimbangan ini diajukan agar masalah penelitian yang dapat difahami
dengan mudah oleh pihak-puhak lain yang berkepentingan dengan
penelitian yang akan dilakukan, tanpa adanya kemungkinan untuk
diinterpretasi secara beragam dan membingungkan.
5. Masalah penelitian harus memiliki landasan rasional (dapat dinalar) dan
diargumentasikan secara jelas, sehingga dapat meyakinkan pihak-pihak
lain untuk menerimanya.
Rumusan masalah yang telah ditetapkan, pada tahap selanjutnya akan
dijadikan dasar dalam menentukan tujuan yang akan mengarahkan pemilihan
metode serta prosedur penelitian.

17
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dan kegunaan penelitian sebenamya dapat diletakkan di luar
pola pikir dalam merumuskan masalah. Tetapi keduanya ada kaitannya
dengan permasalahan, oleh karena itu dua hal ini ditempatkan pada bagian
ini. Tujuan penelitian adalah pernyataan yang menjelaskan keinginan
mendapat jawaban atas pertanyaan yang konsisten dengan perumusan
masalah. Pada dasarnya tujuan penelitian adalah memberikan penjelasaan
tentang sesuatu yang akan diperoleh jika penelitian tersebut selesai.
Tujuan penelitian berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan
penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang
dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya: Bagaimanakah tingkat kompetensi
profesional guru di sekolah XXX? Maka tujuan penelitiannya adalah: ingin
mengetahui seberapa tinggi tingkat kompetensi profesional guru di sekolah
XXX. Kalau rumusan masalahnya: Apakah ada pengaruh Diklat terhadap
kinerja pengawas sekolah, maka tujuan penelitiannya adalah: Ingin
mengetahui pengaruh Diklat terhadap kinerja pengawas sekolah. Rumusan
masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada kesimpulan
penelitian.

F. Kegunaan/ Manfaat Penelitian


Kegunaan atau manfaat penelitian adalah pernyataan tentang tujuan
umum penelitian yang konsisten dengan latar belakang masalah. Pernyataan
tentang manfaat harus mengandung dua hal yaitu manfaat secara teoretis dan
manfaat secara praktis bagi pihak-pihak yang terkait dengan upaya
pemecahan masalah penelitian. Kegunaan hasil penelitian merupakan dampak
dan tercapainya tujuan. Kalau tujuan penelitian dapat dicapai dan rumusan
masalah terjawab maka sekarang kegunaannya apa. Kegunaan hasil penelitian
ada dua hal yaitu: (1) Kegunaan untuk mengembangkan ilmu/kegunaan
teoretis; (2) Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan
mengantisipasi masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Kegunaan dan
manfaat penelitian harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Pernyataan
tentang manfaat pada tahap selanjutnya akan dijadikan dasar dalam
mengemukakan implikasi teoretis, implikasi praktis, dan saran-saran.

18
II. DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
Sesuai dengan pendapat Kerlinger (2000) teori adalah suatu construct
yang menjelaskan hubungan antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa
definisi atau proposisi yang menyajikan pandangan tentang hubungan antar
variabel yang disusun secara sistematis, dengan tujuan untuk memberikan
eksplanasi dan prediksi mengenai suatu fenomena. Teori dalam penelitian
kuantitatif memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting, karena teori
akan memberikan landasan bagi peneliti dalam menyusun perencanaan
penelitian. Oleh karena itu, teori yang dudeskripsikan harus memenuhi unsur-
unsur berikut:
1. Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan penelitian;
2. Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis penelitian;
3. Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan
memaknai data atau fakta yang telah dikumpulkan;
4. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah penelitian, teori akan
membantu mendudukkan permasalahan penelitian secara nalar dan runtut;
5. Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian,
sehingga konsep dan wawasannya menjadi lebih mendalam dan
bermakna;
6. Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain penelitian, teori
memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang telah dilakukan para ahli melalui teori yang telah
digeneralisasikan secara baik;
7. Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen penelitian, terutama
yang menggunakan validitas konstruct (construct validity) dan validitas isi
(content validity), teori akan memberikan dasar-dasar konseptual dalam
menyusun definisi operasional. Dari definisi operasional tersebut akan
melahirkan indikator-indikator, dan dari indikator-indikator tersebut akan
menghasilkan deskriptor-deskriptor, sampai pada akhirnya menghasilkan
butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dipakai sebagai alat
pengumpul data.

19
Pemebuhan unsur-unsur di atas teori-teori dikemukakan adalah teori
yang relevan sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang
akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang diajukan (hipotesis). Deskripsi teori dapat pula
dimanfaatkan dalam penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang
digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi
teori yang betul-betul telali teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga
diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang
ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti.
Mengingat betapa besarnya peranan kerangka teori dalam penelitian
kuantitatif, prosedur penyusunan landasan teori perlu memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi
antara lain buku-buku referensi, hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah
berkala, abstrak disertasi dan tesis. Tujuan yang utama dalam melakukan
kajian pustaka ini antara lain ialah:
a. Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan
permasalahan penelitian yang diajukan.
b. Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan
permasalahan yang orisinil atau berupa duplikasi dari penelitian-
penelitian lain.
c. Memberikan dasar bagi peneliti akan penguasaan konsep-konsep
teoritik yang akan dijadikan kerangka pemikiran, sehingga dengan
begitu peneliti akan memahami apa yang seharusnya dilakukan, bukan
melakukan sesuatu kerja dan atau langkah tanpa konsep yang jelas.
d. Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan oleh orang
atau ahli lain, sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.
e. Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam
bidangnya, peneliti akan memiliki landasan yang kuat dalam
mengajukan hipotesis penelitian, sehingga hipotesisnya memiliki
landasan teoretis yang kuat.
f. Memberikan justifikasi mengenai kerangka pemikiran yang diaju-
kan. Dengan demikian, peneliti yang membuat paradigma
penelitian akan memiliki landasan pemikiran yang kuat.
20
g. Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti
sebelumnya, dan akan terhindar serta tidak akan mengulang
kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan yang dilakukan
oleh peneliti sebelumnya.
2. Melakukan sintesa atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan
teori yang lain untuk menjelaskan secara spesifik tentang variabel
penelitian biasanya disebut dengan defini operesional varaibel.
3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri
kerangka teorinya dalam susunan kerangka pemikiran yang logis,
rasional, dan runtut (sistematis).
4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti
merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis tidak semata-mata muncul
berdasarkan intuisi penelitian, tetapi muncul berdasarkan landasan teori
Berdasarkan prosedur tersebut di atas, struktur pembahasan dalam
deskripsi teoretik meliputi: (1) Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori
dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel penelitian yang akan
dianalisis; (2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain
yang telah dipublikasikan; (3) Menyatakan sintesis (definisi konseptual)
tentang variabel penelitian pada setiap akhir pembahasan suatu kajian
teori.

B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang
menggambarkan alur pikir penelitian. Kerangka berpikir dikemukakan
dengan maksud untuk menyusun reka pemecahan masalah (jawaban
pertanyaan penelitian) berdasarkan teori yang dikaji. Kerangka berpikir
berguna untuk menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis
dan juga tempat bagi peneliti untuk menjelaskan tentang variabel-variabel
yang berhubungan dengan variabel pokok dan sub variabel pokok yang ada
dalam penelitian.
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang teliti diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara
teoretis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoretis perlu
21
dijelaskan hubungan antar variabel. Kerangka berfikir penelitian perlu
dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau
lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara
mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi
teoretis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap besaran
variabel yang diteliti
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya
dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh
karena itu dalam menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan
maupun komparasi, perlu dikemukakan kerangka berfikir. Kerangka berfikir
yang dihasilkan berupa kerangka berfikir yang asosiatif maupun komparatif.
Kerangka berfikir yang bersifat asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika .....
maka .....Misalnya jika kompetensi profesional tinggi maka kinerja akan
meningkat.
Dalam suatu penelitian biasanya kerangka berpikir digambarkan
dengan menggunakan bagan-bagan yang dihubungkan dengan anak panah.
Tidak ada standar dalam pembuatan kerangka berpikir, yang penting
pembaca dapat dengan mudah mengetahui hubungan antara konsep-konsep
yang digambarkan. Sebuah kerangka berpikir dikatakan baik jika
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Penjelasan variabel-variabel yang diteliti
2. Menunjukan dan menjelaskan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan
teori yang mendasarinya.
3. Menunjukan dan menjelaskan bentuk hubungan antar variabel (positif
atau negatif, simetris, kausal atau timbal balik)

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan, proposisi tentatif
mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih mengenai fenomena atau
variabel (Kerlinger, 2000). Tentatif yang dimaksudkan dalam rumusan
tersebut mengandung pengertian bahwa hipotesis yang diajukan tersebut
harus diuji kebenarannya, dan untuk pengujiannya dilakukan melalui
penelitian. Pengertian lain menunjukkan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, dan dinyatakan dalam bentuk
22
hubungan antar dua variabel atau lebih, merupakan pernyataan yang
menyatakan hakekat suatu fenomena.
Fungsi utama dari suatu hipotesis penelitian adalah sebagai pedoman
dalam memberikan arah dan jalannya kegiatan penelitian yang dilakukan,
mulai dari penyusunan desain penelitian, penentuan kriteria dalam
penyusunan instrumen penelitian, termasuk berfungsi sebagai pedoman
dalam dalam menetapkan indikator-indikator tentang aspek-aspek atau
variabel-variabel yang diukur, juga sebagai pedoman dalam menentukan
teknik analisis data penelitian. Hipotesis penelitian kualitatif berasal dari teori
yang relevan sebagai hasil dari kajian pustaka. Melalui kajian pustaka,
peneliti dapat mengadopsi berbagai teori yang ada. Hipotesis jenis ini
termasuk hipotesis yang dibangun secara deduktif. Dalam arti lebih umum,
terutama pada penelitian-penelitian kuantitatif, hipotesis diajukan dengan
berlandaskan pada teori yang memiliki tingkat generalisasi luas.
Agar hipotesis yang diajukan memiliki kualitas yang diharapkan,
diperlukan kriteria tertentu. Borg dan Gall (2001) memberikan sejumlah
kriteria sebagai berikut:
1. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang menyatakan hubungan antara
dua variabel atau lebih.
2. Hipotesis harus dilandasi argumentasi yang kuat berdasarkan pada teori
dan atau pengalaman lapangan yang kuat.
3. Hipotesis harus dapat diuji dan diukur melalui penelitian lapangan.
4. Hipotesis harus disusun dalam kalimat yang singkat dan jelas.
Atas sara kriteria tersebut hipotesis harus konsisten dengan teori-teori yang
ada serta disusun sedemikian rupa sehingga eksplanasi yang dikemukakan
memiliki argumentasi yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan secara
rasional.
Substansi hipotesis yang dikemukakan di sisi sebut juga sebagai
hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian biasanya berupa pernyataan yang
memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diajukan
oleh peneliti. Contoh hipotesis dan rumusan masalah dapat dilihat pada tabel
berikut:

23
Tabel 3.1 Contoh Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian

No Rumusan Masalah Hipotesis Penelitian


Apakah terdapat perbedaan
Terdapat perbedaan disiplin kerja guru
1 disiplin kerja antara guru SMK
SMK dengan guru SMA
dengan guru SMA?
Apakah terdapat perbedaan
Terdapat perbedaan kompetensi pedagogik
kompetensi pedagogik antara
2 guru SD, SMP, dan SMA.
guru SD, guru SMP, dan guru
SMA?
Apakah terdapat hubungan antara Terdapat hubungan positif antara
3 kompetensi profesional dengan kompetensi profesional dengan kinerja guru.
kinerja guru?
Apakah terdapat hubungan antara Terdapat hubungan positif antara kepuasan
kepusan kerja dan intensitas kerja dan intensitas supervisi kepala sekolah
4
supervisi kepala sekolah dengan dengan kinerja guru.
kinerja guru?

Manfaat hipotesis adalah memberikan tuntunan dalam melakukan


penelitian, memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan
kerja penelitian, dan sebagai alat sederhana dalam memfokuskan fakta yang
tercerai-berai menjadi satu kesatuan. Peneliti dituntun untuk menguji
hipotesis yang telah dibuat. Hasil analisis data yang dikumpulkan akan
menentukan apakah hipotesis yang telah dibuat bisa diterima atau ditolak.

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian
Metode penelitian menggambarkan strategi atau cara yang dilakukan
untuk menjelaskan dan memecahkan masalah. Metode penelitian
membicarakan mengenai tata cara pelaksanaan penelitian. Dalam metode
penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian berisi
rumusan langkah-langkah penelitian dan pendekatan yang digunakan. Dalam
penjelasan tentang metode penelitian harus dikemukakan alasan mengapa
menggunakan metode tersebut. Penjelasan tersebut dapat dilihat kaintanya
dengan proses pengumpulan data serta upaya untuk menguji hipotesis
penelitian.

24
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam hal ini perlu dikemukan tempat/lokasi dimana penelitian
tersebut akan dilakukan. Misal di sekolah, di perusahaan, di instansi
pemerintah, dan lain-lain. Waktu pelaksanaan mencakup waktu dari setiap
tahapan proses yang akan dilakukan dan kapan serta berapa lama penelitian
tersebut dilakukan.

C. Populasi dan Sampel


Secara umum populasi adalah semua individu atau unit atau peristiwa
yang ditetapkan sebagai obyektif penelitian. Secara teknis populasi tidak lain
adalah kumpulan dari unit-unit elementer yang memiliki sifat-sifat atau ciri-
ciri tertentu. Oleh karena peneliti akan meneliti sifat-sifat dari unit elementer,
dan kemudian dari unit-unit elementer itu akan disimpulkan. Selanjutnya
dapat dikemukakan bahwa populasi adalah kumpulan ukuran-ukuran tentang
sesuatu yang kepadanya akan dibuat inferensi atau kesimpulannya. Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyektif/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:117).
Populasi adalah keseluruhan obyektif penelitian yang akan menjadi sumber
data. Populasi bisa dibatasi dengan populasi sasaran dan populasi terjangkau.
Populasi terjangkau adalah sebagian dari populasi sasaran yang dijadikan
sebagai kerangka sampel.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau
sifat-sifat yang sama dan atau serupa dengan populasinya. Sesuai dengan
rumusan tersebut, sampel harus memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang
menggambarkan secara tepat sifat-sifat populasinya. Sampel yang demikian
dinyatakan sebagai sampel yang representatif. Sampel yang diambil harus
memiliki karakteristik, jelas dan lengkap sehingga mewakili populasi. Syarat
sampel yang baik adalah harus representatif (karakteristik sampel sama
dengan karakteristik populasi) dan memadai (ukuran sampel cukup untuk
meyakinkan kestabilan karakteristiknya.
Dalam proposal penelitian perlu dijelaskan populasi dan sampel yang
digunakan sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan
(kesimpulan data sampel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka
25
sampel yang digunakan sebagai sumber data harus representatif. Untuk itu
digunakan teknik pengambilan sampel yang sesuai. Terkait dengan uraian di
atas, dalam proposal perlu dijelaskan:
1. Definisi yang jelas tentang populasi target/sasaran
2. Definisi yang jelas tentang populasi terjangkau
3. Jumlah sampel yang akan diambil serta prosedur dalam menetapkan
jumlah tersebut
4. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Perlu dijelaskan dalam proposal teknik pengumpulan data mana yang
paling tepat, sehingga betul-betul didapat data yang valid dan reliabel. Jangan
semua teknik pengumpulan data (angket, observasi, wawancara) dicantumkan
kalau sekiranya tidak dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dan
mencantumkan ke tiga teknik pengumpulan data itu adalah: setiap teknik
pengumpulan data yang dicantumkan harus disertai datanya. Memang untuk
mendapatkan data yang lengkap dan obyektif penggunaan berbagai teknik
sangat diperlukan, tetapi bila satu teknik di pandang mencukupi maka teknik
yang lain bila digunakan akan menjadi tidak efisien.
Penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengukur suatu gejala
akan menggunakan instrumen penelitian. Jumlah instrumen yang akan
digunakan tergantung pada variabel yang diteliti. Bila variabel yang diteliti
jumlahnya lima, maka akan menggunakan lima instrumen. Dalam hal ini
perlu dikemukakan instrumen apa saja yang akan digunakan untuk penelitian,
skala pengukuran yang ada pada setiap jenis instrumen, dan bagimana
prosedur pengujian validitas dan reliabilitas instrumen. Uraian tentang teknik
pengumpulan data dan instrumen penelitian yang dikemukakan dalam
proposal sebaiknya mencakup:
1. Penjelasan tentang jumlah dan jenis data yang akan dikumpulkan.
2. Penjelaskan tentang jenis/bentuk instrumen yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data.
3. Menjelaskan prosedur pengembangan instrumen termasuk uji coba
yang akan dilakukan (validitas dan reliabilitas)

26
E. Teknik Analisis Data
Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif, maka teknik analisis
data ini berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah
dan pengujian hipotesis yang diajukan. Bentuk hipotesis mana yang diajukan,
akan menentukan teknik statistik mana yang digunakan. Jadi sejak membuat
rancangan, maka teknik analisis data ini telah ditentukan. Bila peneliti tidak
membuat hipotesis, maka rumusan masalah penelitian itulah yang perlu
dijawab. Tetapi kalau hanya rumusan masalah itu dijawab, maka sulit
membuat generalisasi, sehingga kesimpulan yang dihasilkan hanya dapat
berlaku untuk sampel yang digunakan, tidak dapat berlaku untuk populasi.
Analisis data dilakukan untuk menjawab pertanyaan atau mencapai
tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan biasanya berkenaan dengan
analsis statistik untuk menjawab rumusan masalah atau pengujian hipotesis.
Uraian tentang teknik analsis data dikemukakan dalam proposal sebaiknya
mencakup:
1. Penjelasan tentang data yang akan dianalisis
2. Penjelasan tentang tahapan proses analisis data.
3. Penjelasan tentang model kuantitatif yang digunakan pada setiap
tahapan proses meliptui deskripsi data, uji persyaratan analisis, dan uji
hipotesis.
Pada bagian akhir penjelasan analisis data perlu dikemukakan
rumusan hipotesis statistik atas dasar hipotesis penelitian yang diajukan.
Hipotesis statistik terdiri atas hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Selanjutnya dapat dicontohkan sebagai berikut:

Tabel 3.2: Contoh Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik


No Hipotesis Penelitian Hipotesis Statistik

27
H0 : 1 = 2 (Hipotesis Nol)
Tidak terdapat perbedaan disiplin kerja guru
SMK dengan guru SMA
Terdapat perbedaan
Ha : 1 2 (Hipotesis alternatif)
1 disiplin kerja guru SMK
Terdapat perbedaan disiplin kerja guru SMK
dengan guru SMA
dengan guru SMA
1 = rata-rata disiplin kerja guru SMK
2 = rata-rata disiplin kerja guru SMK

H0 : = (Hipotesis Nol)
Tidak terdapat hubungan antara motivasi
Terdapat hubungan
kerja dengan kinerja guru.
positif antara kompetensi
Ha : > (Hipotesis alternatif)
2 profesional dengan
Terdapat hubungan posisitif antara motivasi
kinerja guru.
kerja dengan kinerja guru.
= koefisien korelasi.

BAB IV
PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF

28
A. Garis Besar Isi Proposal Penelitian Kualitatif
Garis-garis besar isi proposal penelitian kualitatif menurut McMillan
& Schumacher (2001) menjelaskan sebagai berikut:
PENDAHULUAN
1. Pernyataan masalah secara umum
Rumusan permasalahan penelitian yang masih bersifat umum dinyatakan
secara jelas dan tepat, agar mudah dipahami oleh pembaca yang bukan
ahli dalam bidang yang diteliti. Rumusan masalah juga hendaknya
menegaskan kedudukan masalah dalam bidang pendidikan. Rumusan
permasalahan umum tersebut disimpan dalam awal alinea, diikuti oleh
rumusan tentang latar belakang munculnya masalah. Masalah umum
dirumuskan dalam kalimat yang berbunyi menggambarkan dan
menganalisis, kegiatan atau proses yang diteliti.
2. Reviu kepustakaan
Dikemukakan kerangka konseptual awal yang digunakan dalam
merumuskan masalah atau merumuskan pertanyaan awal, serta
menegaskan pentingnya penelitian. Pentingnya penelitian dijelaskan
dengan mengidentifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada. Dalam
reviu kepustakaan juga dapat dikemukakan pemikiran para ahli dalam
bidang yang lebih luas seperti tinjauan: sosiologis, psikologis,
antropologis, politis. Reviu kepustakaan dalam penelitian kualitatif tidak
mereviu secara tuntas tetapi berupa reviu awal untuk mengeksplisitkan
kerangka pemikiran peneliti dalam memasuki lapangan, memulai
wawancara dan melakukan pengamatan. Reviu kepustakaan diperlukan
untuk memperkuat perlunya melakukan studi deskriptif secara
mendalam, dan menggunaan pendekatan kualitatif.

3. Masalah bayangan (pertanyaan awal)


Masalah bayangan merupakan perkiraan atau dugaan tentang masalah
utama yang dihadapi dalam sesuatu kegiatan atau sesuatu lokasi.
Rumusan masalah masih bersifat umum, akan diperjelas secara lebih
spesifik dalam pelaksanaan penelitian. Untuk merumuskan masalah
bayangan peneliti harus mendapatkan informasi pendahuluan. Dalam
29
merumuskan masalah ini biasanya peneliti mempunyai perkiraan tentang
lokasi penelitian dan/ atau partisipan yang akan dilibatkan.
4. Manfaat penelitian
Menjelaskan pentingnya penelitian dalam pengembangan pengetahuan,
implikasinya bagi penelitian lebih lanjut dan penyempurnaan
pelaksanaan pendidikan. Penelitian kualitatif seringkali berupaya
memberikan beberapa tambahan pengetahuan dalam deskripsi yang lebih
mendetil tentang peristiwa yang bersifat alamiah yang tidak
dideskripsikan secara sempurna dalam literatur. Penelitian kualitatif juga
memberikan sumbangan dalam pengembangan konsep atau penjelasan
teoretis dari apa yang diamati.

DESAIN DAN METODOLOGI


Desain dan metodologi dalam penelitian kualitatif meliputi: lokasi
atau seting sosial yang dipilih, peranan peneliti, strategi penentuan sampel
secara purposif, analisis data yang bersifat induktif, dan keterbatasan desain.
1. Pemilihan lokasi
Mendeskripsikan kecocokan keadaan lokasi dengan tujuan penelitian,
menggambarkan fenomena-fenomena dan proses seperti yang dinyatakan
dalam masalah awal. Deskripsi lokasi misalnya mencakup jenis satuan
pendidikan (sekolah), tujuan atau peranannya di masyarakat, kegiatan
atau proses yang spesifik, dan jenis partisipan. Rumusan tentang lokasi
lebih diarahkan pada mendeskripsikan karakteristik khusus dari suatu
lokasi serta perbedaanya dengan lokasi lain.

2. Jaringan (Setting) sosial yang dipilih


Mendeskripsikan anggota-anggota kelompok yang akan dilibatkan dalam
penelitian. Pada bagian ini dideskripsikan peranan mereka dalam
kegiatan serta bagaimana keterlibatan mereka di dalam penelitian. Perlu
ditunjukan adanya hubungan logis antara informasi yang akan
didapatkan melalui kontak pribadi dengan masalah bayangan.
3. Peranan peneliti
Peranan peneliti dikemukakan secara umum umpamanya sebagai
pengamat partisipatif atau pewawancara (mendalam). Karena peranan
30
peneliti sangat mempengaruhi hubungan dalam pengumpulan data yang
bersifat interaktif, maka peranannya tersbeut harus disesuaikan dengan
konteks sosial setempat. Peranan peneliti harus cocok dengan tugasnya
untuk mengungkap masalah awal yang ditetapkan.

4. Strategi penentuan sampel purposif


Strategi penentuan sampel yang bersifat purposif dinyatakan dalam
proposal, walaupun strategi ini akan dikembangkan lebih lanjut dalam
pelaksanaan penelitian di lapangan. Tujuan dan pengambilan sampel
secara purposif adalah untuk memperoleh sampel kecil dari individu-
individu yang kaya akan informnasi, proses, atau wawasan sosial. Dalam
pemilihan sampel juga dijelaskan bagaimana memelihara nama baik
subyek yang diteliti, menjaga kerahasiaan data dan individu-individu
yang akan dijadikan sebagai sumber data.
5. Strategi pengumpulan data
Walaupun strategi pengumpulan data akan dikembangkan dalam
pelaksanaan pengumpulan data di lapangan, tetapi strategi secara umum
dan beberapa prinsip yang menjadi pegangan perlu dijelaskan. Pada
prinsipnya penelitian kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data
yang beragam (multi teknik). Dalam strategi pengumpulan data juga
perlu dijelaskan lebih spesifik tentang tahap-tahap observasi, bentuk
wawancara mendalam, dokumen yang diharapkan dikumpulkan termasuk
perkiraan waktu pengumpulan data, bentuk format pencatatan data
seperti catatan lapangan, rangkuman pengamatan, catatan interviu,
transkrip, dan lain-lain. Meskipun strategi pengumpulan data sudah
direncanakan dalam desain tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan
diperlukan penyesuaian-penyesuaian dan perubahan.

6. Analisis data yang bersifat induktif


Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Sambil mengumpulkan data dan mencari temuan-temuan dari lapangan,
proses analisis data juga terus dilakukan. Proses analisis bersifat induktif
menghimpun dan memadukan data-data khusus menjadi kesatuan-
31
kesatuan informasi. Pengumpulan dan analisis dilakukan melalui
pembuatan catatan lapangan, pemberian kode pada topik-topik, membuat
kategori, teknik mencari pola, dan lain-lain. Hasil analisis data disajikan
dalam bentuk diagram, tabel, grafik, profil, dan sebagainya dan biasanya
akan disimpan dalam lampiran. Untuk analisis data bisa juga digunakan
program software terutama untuk manajemen data.
7. Keterbatasan desain
Dijelaskan keterbatasan desain dalam kaitan dengan lingkup studi,
desain, dan metodologi. Masalah awal yang ditetapkan biasanya dibatasi
pada satu aspek dalam satu kegiatan, umpamanya hanya meneliti tentang
bagaimana guru mengajar dan bukan menilainya, atau mengetahui
dampaknya terhadap siswa. Keterbatasan metodologi karena kesulitan
berkenaan dengan peranan peneliti sebagai instrumen penelitian,
penentuan sampel secara purposif, kegiatan yang bersifat alamiah yang
tidak bisa diinterupsi. Keterbatasan desain, terutama berkenaan dengan
validitas, reliabilitas, dan perluasan temuan. Temuan-temuan dalam
penelitian kualitatif tidak digeneralisasikan.

RUJUKAN
Memuat sumber-sumber apa yang dijadikan rujukan. Sumber tersebut
bisa berbentuk buku, jurnal, hasil penelitian serta sumber-sumber dalam situs
internet. Rujukan digunakan dalam identifikasi, perumusan masalah,
penentuan sampel, penyusunan desain, pemilihan strategi pengumpulan data,
analisis data dan interpretasi temuan, bahkan sampai pembahasan dan
penyimpulan.

LAMPIRAN
Lampiran merupakan bahan pelengkap dan kegiatan atau temuan-
temuan hasil penelitian.
Atas dasar garis-garis besar yang dikemukakan di atas, dalam uraian
selanjutnya akan dibahas secara spesifik substansi masing-masing jenis
proposal. Penjelasan setiap jenis dirinci berdasarkan pokok-pokok perbedaan
dari jenis proposal yang telah diuraikan sebelumnya.

32
B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif didasari oleh asumsi bahwa realitas adalah sesuatu
yang kompleks, dinamis, penuh makna, dan mengandung pola fikir induktif.
Dengan demikian, permasalahan penelitian kualitatif belum bisa terjelaskan
sebelumnya. Oleh karena itu, proposal penelitian kualitatif bersifat sementara
dan berpeluang untuk berberkembang setelah peneliti memasuki situasi
lapangan. Sesuai karakteristik penelitian kualitatif, rencana maupun desain
penelitian dapat diubah secara fleksibel sesuai situasi dan kondisi setting
penelitian. Hal inilah yang membedakan proposal penelitian kuantitatif
dengan kualitatif. Penelitian kuantitatif proposalnya spesifik dan sudah baku
sedangkan proposal kualitatif masih bersifat umum dan sementara.
Proposal penelitian kualitatif komponen-komponen penting yang
lebih menggambarkan urutan tindakan yang harus dilakukan untuk
mendapatkan data penelitian sebagai masukan utama pemecahan masalah
penelitian. Komponen-komponen tersebut berguna bagi peneliti teruatama
dalam mengawali kegiatan penelitian. Proposal penelitian kualitatif dapat
dikembangkan atas dasar desain penelitian yang merupakan bagian dari ren-
cana penelitian. Desain penelitian menunjukkan gambaran alur penelitian
yang akan dilakukan guna memecahkan masalah. Unsur-unsur penting dalam
desain penelitian kualitatif antara lain:
1. Menentukan fokus penelitian yang pada umumnya berisi tentang uraian
latar belakang permasalahan, permasalahan yang muncul, identifikasi
fenomena permasalahan yang menunjukkan realitas permasalahan,
menentukan fokus penelitian yang dapat berfungsi sebagai guide atau pe-
tunjuk dalam eksplorasi data.
2. Membangun paradigma penelitian yang sesuai dengan kondisi di lapangan
guna mengembangkan landasan teori.
3. Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori yang dikembangkan,
sehingga peneliti yakin terhadap kebenaran teori yang dibangun yang
pada umumnya masih saling berkaitan dengan paradigma yang di-
kembangkan.
4. Menentukan sumber data yang dapat digali.
5. Menentukan tahapan-tahapan dalam proses penelitian.

33
6. Mengembangkan instrumen penelitian yang dituangkan secara tertulis
sebagai pertanggungjawaban peneliti.
7. Merencanakan teknik pengumpulan data dan cara pencatatannya.
8. Rencana analisis data.
9. Merencanakan lokasi dan tempat penelitian agar peneliti memperoleh
informasi dari tangan pertama (data primer).
10. Merencanakan lokasi penelitian yang sesuai dan relevan.
Berdasarkan desain tersebut di atas, proposal penelitian kualitatif
dapat dikemas dalam sistematikan penulisan sebagai berikut:

JUDUL PENELITIAN
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Kegunaan/ Manfaat Penelitian
II STUDI KEPUSTAKAAN
III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Tempat Penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Pengujian Keabsahan Data
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
Penelitian kualitatif naturalistik biasanya didesain secara longgar,
tidak ketat, sehingga dalam pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami
perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal itu dapat saja terjadi bila apa
yang direncanakan tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski
demikian, aktivitas penelitian tetap harus dirancang dalam bentuk proposal

34
atau usulan penelitian. Uraian berikut, menjelaskan susbtansi yang harus
disajikan dalam proposal penelitian kuantitatif.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian kualitatif masalah ini bersifat sementara, namun
perlu dikemukakan dalam proposal penelitian. Masalah merupakan
penyimpangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam latar
belakang masalah ini perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang
terjadi yang dikaitkan dengan kebijakan, teori, perencanaan, tujuan dan
pengalaman sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah.
Masalah yang berbentuk data dapat diperoleh melalui studi pendahuluan,
pencermatan dokumen laporan penelitian, atau pernyataan orang-orang yang
dianggap telah memiliki kredibilitas dalam bidangnya. Jika suatu
permasalahan belum dapat diatasi maka diperlukan suatu penelitian. Dengan
demikian, uraian dalam latar belakang masalah adalah menjawab pertanyaan
mengapa penelitian ini dilakukan.

B. Fokus Masalah
Seperti langkah penelitian pada umumnya, salah satu tahapan yang
dirasakan sulit dalam melakukan penelitian adalah mengidentifikasi masalah.
Secara umum suatu masalah suatu keadaan yang menyebabkan seseorang
bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran, dan dapat
mengambil manfaatnya. Oleh karenanya, masalah cenderung
menggambarkan adanya suatu fenomena seperti kesenjangan, ketimpangan,
ketidakcukupan, ketidaksesuaian, dan ketidaklaziman. Fenomena masalah
tersebut terjadi atau ada karena adanya sesuatu yang diharapkan, dipikirkan,
dirasakan, tidak sama dengan kenyataan.
Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah
dapat muncul pertanyaan yang terkait dengan apa(kah), mengapa, atau
bagaimana. Dari pertanyaan yang muncul tergambar subtansi masalah yang
akan terkait dengan jenis penelitian tertentu. Di dalam penelitian sebaiknya
seorang peneliti melakukan identifikasi masalah dengan mengungkapkan
semua permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan ditelitinya. Pada
35
penelitian kuantitatif fokus masalah ini sama dengan pembatasan masalah.
Pada penelitian kualitatif fokus masalah ini berdasarkan pada studi
pendahuluan, pengalaman, referensi dan disarankan oleh orang yang
dianggap ahli. Fokus masalah dalam penelitian ini masih bersifat sementara
dan akan berkembang setelah penelitian dilapangan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus masalah maka
dibuatlah rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang
jawabannya akan dicari dalam penelitian. Rumusan masalah ini merupakan
panduan awal bagi peneliti untuk melakukan penjelajahan pada obyektif yang
diteliti. Rumusan masalah ini tidak berkenaan dengan variabel yang spesifik
melainkan lebih bersifat makro.

D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah menemukan, mengembangkan
dan membuktikan pengetahuan. Dengan metode kualitatif peneliti dapat
menemukan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap situasi sosial
yang kompleks. Penelitian dapat memahami interaksi dalam situasi tersebut
sehingga ditemukan hipotesis dan pola hubungan yang akhirnya dapat
dikembangkan menjadi suatu teori. Namun demikian, tujuan penelitian ini
juga masih bersifat sementara dan akan terus berkembang selama penelitian
dilakukan.

E. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian kualitatif manfaat penelitian lebih bersifat teoretis.
Bila peneliti dapat menemukan suatu teori maka akan berguna untuk
menjelaskan, memprediksikan atau mengendalikan suatu gejala.

II. STUDI KEPUSTAKAAN


Stusi kepustakaan pembahasannya lebih difokuskan pada informasi
sekitar permasalahan penelitian yang hendak diteliti. Materi dapat diambil
dari mualai yang sederhana menuju yang kompleks atau langsung berkaitan
dengan kajian sosial budaya yang berkembang pada situasi sosial yang
36
diteliti. Terdapat tiga kriteria terhadap teori yang digunakan sebagai landasan
dalam penelitian yaitu relevansi, kemutakhiran, dan keaslian. Semakin
banyak fokus penelitian yang ditetapkan maka akan Semakin banyak teori
yang dikemukakan. Validasi awal bagi peneliti kualitatif adalah sejauh mana
kemampuan peneliti mendeskripsikan teori-teori yang terkait dengan bidang
serta konteks sosial yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, teori yang
dikembangkan masih bersifat sementara dan akan berkembang selama
penelitian dilakukan.

III. PROSEDUR PENELITIAN


A. Metode Penelitian
Pada bagian ini perlu dijelaskan kenapa penelitian ini dilakukan
menggunakan metode kualitatif. Pada umumnya peneliti menggunakan
metode ini karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan
penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut
disaring dengan menggunakan metode kuantitatif. Selain itu peneliti juga
berusaha memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola,
hipotesis dan teori.

B. Tempat Penelitian
Ketika menjelaskan tentang tempat penelitian, peneliti
mendeskripsikan kecocokan tempat penelitian dengan tujuan penelitian,
menggambarkan fenomena sosial dan proses yang terdapat dalam rumusan
masalah. Deskripsi tentang lokasi lebih menjelaskan tentang karakteristik
khusus lokasi dibandingkan dengan lokasi lainnya.

C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen kunci adalah
peneliti itu sendiri atau anggota tim peneliti. Disini perlu dijelaskan siapa
yang akan menjadi instrumen penelitian dan instrumen tambahan setelah
permasalahan dan fokus masalah jelas.

37
D. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif sampel sumber data dipilih secara
purposive. Penentuan sampel sumber data pada proposal masih bersifat
sementara. Pada tahap awal yang dijadikan sampel adalah sumber yang dapat
memberikan informasi dan mampu menjembatani kemana saja peneliti akan
melakukan pengumpulan data. Dalam penelitian ini sering sample diminta
menunjukan orang lain yang bisa memberikan informasi tambahan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif ada beberapa teknik pengumpulan data
yaitu observasi partisipan, wawancara secara mendalam, studi dokumentasi
dan gabungan ketiganya (triagulasi). Pada tahap ini dijelaskan lebih spesifik
strategi dari tahap-tahap observasi, bentuk wawancara, dokumen yang
diharapkan bisa dikumpulkan, perkiraan lama waktu pengumpulan data,
bentuk format pencatatan, dan lain-lain.

F. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan secara bersamaan
dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif yaitu
mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan.
Pengumpulan dan analisis data dilakukan melalui pembuatan catatan
lapangan, pemberian kode pada topik-topik penting, membuat kategori dan
mencari pola. Hasil analisis disajikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik
profil, dll.

G. Pengujian Keabsahan Data


Di bagian ini dijelaskan tentang uji keabsahan data yang meliputi uji
kredibilitas data (validasi internal), uji dependabilitas (reliabilitas), uji
transferabilitas (validasi eksternal), dan uji komfirmabilitas (obyektiftivitas)

38
BAB V
PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development


(R&D) adalah metode penelitian untuk mengembangkan produk atau
menyempurnakan produk. Produk tersebut dapat berbentuk benda atau
perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di
kelas atau di laboratorium atau juga perangkat lunak (software) seperti
program komputer, model pembelajaran dll. Dalam pelaksanaan penelitian
dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode:
deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. Variasi metode ini yang mendasari
substansi proposal yang harus disusun.

A. Garis Besar Isi Proposal R&D


Secara umum garis besar isi proposal penelitian dan pengembangan
dapat dikemas dalam sistematika penulisan sebagai berikut:
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
II. LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Produk yang Dihasilkan
III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Prosedur Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
ANGARAN BIAYA PENELITIAN

39
B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal R & D
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Latar belakang penelitian dan pengembangan yang adalah adanya
potensi, kebutuhan dan permasalahan yang membutuhkan pemecahan
menggunakan produk tertentu. Potensi adalah segala sesuatu yang bila
didayagunakan akan memberikan nilai tambah. Pada dibagian ini dijelaskan
potensi (produk) apa yang akan diteliti dan kemungkinan masalah yang akan
timbul jika potensi tersebut tidak dikembangkan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibuat merujuk pada latar belakang masalah
tentang pentingnya pengembangan suatu produk. Rumusan masalah dibuat
setelah mengumpulkan informasi dan biasanya berbentuk dalam kalimat
tanya yang harus jawab dengan melakukan penelitian ini. Rumusan masalah
mencakup pertanyaan tentang kondisi yang menuntut dikembangkannya
suatu produk serta produk yang ingin dihasilkan.
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah menemukan atau mengembangkan
sesuatu (produk) baru yang bermanfaat. Disini dijelaskan hasil akhir apa yang
ingin dicapai setelah penelitian dan pengembangan ini selesai dilakukan.
D. Manfaat
Bagian ini menjelaskan manfaat apa yang bisa didapatkan dari produk
yang diteliti atau dikembangkan dalam penelitian ini. Manfaat disini terutama
yang berhubungan dengan pemecahan masalah yang dihadapi dalam
penelitian yang dilakukan. Manfaat lain yang perlu dikemukakan adalah
manfaat yang diperoleh bagi lembaga sebagai penyelenggara kegiatan
penelitian atau pihak-pihak yang dapat memenfaatkan produk yang
dihasilkan.

40
III. LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
Berisikan uraian tentang landasan teori yang digunakan sebagai
kerangka acuan dalam mengembangkan produk, terutama berkaitan dengan
spesifikasi produk yang akan dikembangkan.

B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang
menggambarkan alur gambaran kerja dari penelitian yang akan dilakukan.
Kerangka berpikir dikemukakan dengan maksud untuk menyusun reka
pemecahan masalah melalui pengembangan produk yang dihasilkan.

C. Produk yang Dihasilkan


Pada bagian ini dijelaskan desain produk yang ingin dihasilkan dan
spesifikasi awal produk tersebut. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk
software maupun hardware. Dalam dunia pendidikan produk yang dihasilkan
bisa berupa sistem pengelolaan pendidikan atau pembelajaran, sistem
pendidikan atau pembelajaran, media pendidikan atau pembelajaran dan lain-
lain.

III. METODE PENELITIAN


A. Prosedur Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan langkah-langkah penelitian dan
pengembangan yang dilakukan meliputi penelitian pendahuluan,
pengembangan produk, dan pengujian produk. Dalam uraian tentang
penelitian pendahuluan dijelaskan semua kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendapatkan landasan teoretis dan landasan empirik pengembangan produk.
Uraian tentang pengembangan produk dijelaskan dengan mengemukakan
langkah-langkah sehingga diperolehnya produk awal kemudian proses uji
coba yang dilakukan untuk menyempurnakan produk. Dari proses tersebut
diharapkan diperoleh produk yang sudah disempurnakan. Tahap selanjutnya
dijelaskan proses pengujian untuk mengetahui efektivitas produk dalam
memecahkan masalah.

41
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada bagian perlu didijelaskan dimana setiap tahapan proses
penelitian dilaksanakan dan berapa lama penelitian direncanakan.

C. Populasi, Sampel, dan Subyek Penelitian


Pada bagian ini dikemukakan populasi yang menjadi sasaran pada
tahap penelitian pendahuluan, sampel penelitian dipilih serta teknis yang
digunakannya. Selanjutnya dikemukakan subyek yang dilibatkan selama
pengembangan produk dan pengujian produk.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Penjelasan tentang teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian
mencakup jenis data, teknik pengumpulan data, serta instumen yang akan
digunakan pada setiap tahapan studi. Mengingat studi dilakukan dalam
beberapa tahap, maka data dan instrumen yang digunakan lebih bervariasi
dibandingkan dengan jenis penelitian lain.

E. Teknik Analsis Data


Teknik analsis data mengungkapkan langkah-langkah analisis serta
teknik analisis yang akan digunakan dalam setiap tahapan penelitian. Besar
kemungkinan pada setiap tahapan penelitian menggunakan teknik analisis
yang berbeda. Peneliti harus menjelaskan setiap teknik yang digunakan.

42
BAB VI
PROPOSAL PENELITIAN EVALUATIF

Seperti halnya penelitian-penelitian yang lain, sebagai langkah awal


untuk melakukan penelitian evaluatif, terlebih dahulu peneliti harus
menyusun proposal. Perbedaan yang akan mendasari proposal penelitian
evaluatif dengan penelitian yang lain adalah sebagi berikut:
1. Jika penelitian yang lain bermula dan adanya masalah yang dirasakan oleh
peneliti untuk dicari solusinya melalui data yang dikumpulkan lewat
penelitian, untuk penelitian evaluatif, peneliti sudah mengetahui arahnya,
yaitu ingin mengetahui bagaimana keterlaksanaan program yang sudah
dirancang sebelumnya.
2. Jika rumusan masalah penelitian lain/ non evaluatif menanyakan tentang
bagaimana atau seberapa tinggi kondisi variabel-variabel yang diteliti,
penelitian evaluatif membuat pertanyaan tentang bagaimana
keterlaksanaan program, sekaligus bagaimana kinerja atau peran masing-
masing faktor dalam mendukung keterlaksanaan program.
3. Jika pijakan penelitian yang lain adalah keingintahuan kondisi setiap
variabel yang diteliti, peneliti yang melakukan penelitian evaluatif ingin
tahu sejauh mana atau seberapa tinggi keefektifan setiap faktor, unsur,
atau komponen dalam mendukung pelaksanaan program untuk mencapai
tujuan program.
4. Jika penelitian lain setelah latar belakang masalah langsung membuat
rumusan masalah, peneliti yang melakukan penelitian evaluatif harus
menyebutkan dahulu tujuan program, karena tujuan itulah yang menjadi
sasaran akan dilihat seberapa tinggi tingkat pencapaiannya.
5. Jika pada penelitian lain peneliti menuliskan tujuan penelitian sejalan
dengan rumusan masalah langsung rumusan tujuannya, dalam penelitian
evaluatif peneliti harus menyebutkan dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus karena ingin mengetahui letak dan keberhasilan dan
ketidakberhasilan pencapaian tujuan secara lebih rinci. Rincian tujuan
khusus didasarkan pada komponen, sub komponen dan indikatornya, yang
sudah dituntun oleh tujuan program, tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan dalam program.
43
Ada sementara ahli yang mengatakan, mungkin untuk penelitian
kualitatif lebih mengutamakan tujuan dahulu baru dan harapan yang disebut
dengan tujuan itu, baik tujuan umum atau tujuan khusus, dijadikan patokan
untuk menentukan rumusan masalah. Dengan kata lain, jika dalam penelitian
lain peneliti membuat rumusan masalah dahulu baru tujuan penelitian. Dalam
penelitian evaluatif, peneliti boleh menuliskan tujuan penelitian dahulu yang
mengacu pada tujuan program, baru membuat rumusan masalah.

A. Garis Besar Isi Proposal Penelitian Evaluatif


Secara umum proposal penelitian evaluatif dapat dikemas dalam
sistematika penulisan sebagai berikut:

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Program
C. Tujuan Penelitian
D. Rumusan masalah
E. Manfaat Hasil Penelitian
II KAJIAN PUSTAKA
III METODE PENELITIAN
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
ANGARAN BIAYA PENELITIAN

B. Penjelasan Unsur-unsur Proposal Penelitian Evaluatif


I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam bagian ini peneliti menjelaskan harapan idel yang ingin dicapai
oleh suatu program yang akan dievaluasi sebagaimana tertera dalam Pedoman
program tersebut. Selanjtnya menjelaskan perlu adanya penelitian untuk
mengetahui bagaimana keterlaksanaan program seperti yang tertera dalam
pedoman program. Jika ternyata tingkat ketercapaianyan belum sesuai
harapan, perlu diteliti kesenjangan dan letak penyebab ketidaktercapaian
tersebut.
B. Tujuan Program
44
Dalam bagian ini peneliti mengutip pedoman program yang akan
dievaluasi, yaitu tujuan program yang ideal. Tujuan ini diharapkan dapat
tercapai apabila semua komponen pendukung yang merupakan faktor penentu
pencapaian tujuan sudah bekerja secara efektif.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mencakup tujuan umum yaitu ingin mengetahui
seberapa efektif suatu program sudah dilaksanakan. Tujuan khusus penelitian
adalah ingin mengetahui seberapa tinggi kinerja masing-masing komponen
sebagai faktor penting yang pendukung kelancaran proses dan pencapaian
tujuan program. Untuk penelitian masing-masing komponen harus
dirumuskan tujuan secara tersendiri.

D. Rumusan masalah
Dalam membuat rumusan masalah, peneliti perlu mencermati semua
butir yang sudah dituliskan dalam identifikasi masalah, atau tujuan khusus
penelitian. Rumusan masalah dibuat dalam kalimat pertanyaan, menanyakan
apakah setiap tujuan khusus dapat dicapai, dan kalau tidak di mana letak
hambatannya. berapa tinggi atau seberapa efektif apa yang tertera dalam
tujuan khusus kemudian menentukan masalah-masalah inti faktor-faktor
pokok yang bersumber dari setiap komponen yang akan dievaluasi.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Peneliti menjelaskan harapan tentang manfaat dari hasil penelitian
yang diperoleh setelah penelitian selesai. Hasil dan penelitian dapat
diperkirakan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait seperti pelaksana program,
pembuat program, serta sasasaran program yang dievaluasi. Jika hasil
penelitian menunjukkan gambaran yang baik, maka informasi tentang
keberhasilan tersebut dapat dipublikasikan agar dapat dijadikan masukan juga
oleh pelaksana program sejenis.

II. KAJIAN PUSTAKA


Dalam bagian kajian pustaka ini mau tidak mau peneliti harus
mengacu pada pedoman atau acuan yang dikeluarkan oleh pembuat program.
Selain itu peneliti harus mencari teori pendukung yang terkait dengan
45
keberhasilan dan kegagalan program. Akan sangat baik jika peneliti dapat
menemukan laporan hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan program
yang sedang diteliti.

III. METODE PENELITIAN


Secara umum, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
evaluatif tidak berbeda dengan metode penelitian yang lain. Satu hal yang
perlu mendapat perhatian adalah bahwa data yang dikumpulkan dalam
penelitian evaluatif harus betul-betul handal dan dapat dipercaya
kebenarannya. Oleh karena itu mau tidak mau penelitian harus menyebutkan
bagaimana proses memperoleh data yang benar dan akurat.

46
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 1992. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku.
Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif . Bandung: Pustaka
Setia.
Leedy, Paul D. 1997. Practical Research: Planning and Design. New Jersey:
Prectice Hall.
McMillan, J.H. and Schumacher, S. 2001. Research in Education. New York:
Longman, Inc.
Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung:
Tarsito.
Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Patton, M.Q. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury
Park: Sage Publications.
Sarwono, Jonathan. 1995. Penuntun Penelitian Praktis, Bandung: Universitas
Kristen Maranatha.
Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sugiyono. 1997. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

47
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Poerwandari, K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Sosial.
Jakarta: LPSP3-UI.

48

Anda mungkin juga menyukai