Anda di halaman 1dari 27

1.

1 Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Definisi
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVK) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner &
suddarth , 2002).
Stroke adalah sindrome klinis yang pada awalnya timbul mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologi fokal dan global yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata
disebabkan oleh gangguan peredaran darah di otak non traumatik. ( Mansjoer,
Arief, 2000).
Stroke Hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarakhnoid yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah
tertentu ( Hudak Gallow, 1996 ).
Stroke hemoragik adalah jika suatu pembuluh darah di otak pecah sehingga
timbul iskemia di otak dan hipoksia disebelah hilir (Corwin, 2000).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke hemoragik
adalah keadaan penyakit yang diakibatkan oleh karena adanya gangguan pada
pembuluh darah serebral yang diakibatkan adanya perdarahan serebral dapat
menimbulkan kematian.

1.1.2 Anatomi Fisiologi


Sistem persyarafan utama manusia terbagi atas 2 bagian yaitu sistem syaraf
pusat (otak) dan sistem syaraf tepi (tulang belakang).
1. Otak (sistem syaraf pusat)

1
(Derisky, 2009)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak
tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla
oblongata), dan jembatan varol,
1) Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental,
yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada
bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima
rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat
area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan
dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar
berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur
kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat
proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat
penglihatan terdapat di bagian belakang.
2) Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjarkelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus

2
optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.
3) Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.
4) Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian
kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
5) Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks
fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi,
gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum
sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan
berkedip.
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar
berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna
kelabu.
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti
sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut
tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang
belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat
badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari
sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motorik.

3
( matakuliahpsikologi.dekrizky.com/search/sistem+saraf+wikipedia - Tembolok )
Sistem saraf tepi system saraf terdiri : system saraf sadar dan system saraf
tak sadar ( Sistem Saraf Otonom ) system saraf sadar mengontrol aktivitas yang
kerjanya diatur oleh otak , sedangkan saaf otonom mengontrol aktivitas yang tidak
dapat diatur otak antara lain denyut jantung ,gerak saluran pencernaan dan sekresi
keringat.
Saraf tepi dan aktivitas aktivitas yang dikendalikannya.
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf
yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang
keluar dari sumsum tulang belakang. Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1) Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
2) lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3) empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9,
dan 10, yang mempunyai fungsi masimg-masing sebagai berikut:
(1) N. Olfactorius
Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian
atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.
(2) N. Optikus
Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen
sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke
perifer.

4
(3) N. Oculomotorius
Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini
berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata.
(4) N. Trochlearis
Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus
oblique yang berfungsi memutar bola mata.
(5) N. Trigeminus
Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris
dan saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan motoris.
Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian kepala, bagian
dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.
(6) N. Abducens
Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus
lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat digerakan ke
lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada Strabismus konvergen.
(7) N. Facialias
Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen
berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent untuk otot
wajah.
(8) N.Statoacusticus
Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf keseimbangan.
(9) N.Glossopharyngeus
Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut
sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otototot pharing untuk
menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus pengecapan di
lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi umum di bagian belakang
lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga tengah.
(10) N.Vagus. Saraf ini terdiri dari tiga komponen:
a. komponen motoris yang mempersarafi otot-otot pharing yang
menggerakkan pita suara.
b. komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing.

5
c. komponen saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat
dalam tubuh
(11) N. Accesorius
Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus
dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini
mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.
(12) Hypoglosus
Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot
lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan menonjol
sebagian pada trigonum hypoglosi.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus
yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus
vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat
luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf
otak yang paling penting.Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang
saraf gabungan . berdasrkan asalnya ,saraf sumsum tulang belakang dibedakan
atas 8 pasang saraf leher,12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang ,5
pasang saraf pinggul, dan 1 pasang saraf ekor. Beberapa urat saraf bersatu
membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus .
2. Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan.
Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk
sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat
pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung
ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak
pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai

6
urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus"
bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf
sumsum sambung. (Anatomi, ganong, 2005).
Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik Simpatik

1. mengecilkan pupil 1. memperbesar pupil


2. menstimulasi aliran ludah 2. menghambat aliran ludah
3. memperlambat denyut jantung 3. mempercepat denyut jantung
4. membesarkan bronkus 4. mengecilkan bronkus
5. menstimulasi sekresi kelenjar 5. menghambat sekresi kelenjar
pencernaan pencernaan
6. mengerutkan kantung kemih 6. menghambat kontraksi
kandung kemih

Sumber : (system saraf biologi.fkui.anfis)

1.1.3 Etiologi
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari: Hemoragi serebral (
pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak atau
seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak.
Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai tempat yaitu :
1. Hemoragi obstrudural
2. Hemoragi subdural
3. Hemoragi subakhranoid
4. Hemoragi intraserebral
Faktor resiko penyakit stroke menyerupai faktor resiko penyakit jantung
iskemik :

7
1. Usia
2. Jenis kelamin: pada wanita premonophous lebih rendah, tapi pada wanita
post monophous sama resiko dengan pria
3. Hipertensi
4. Diabetes Militus
5. Keadaan hiperviskositas berbagai kelainan jantung
6. Koagulopati karena berbagai komponen darah antara lain hiperfibrinogenia
7. Keturunan
8. Hipovolemia dan syook ( Aru W, Sedoyo dkk, 2006).

1.1.4 Menifestasi Klinis


1. Kehilangan motorik
1) Hemiplegis,hemiparesis.
2) Paralisis flaksid dan kehilangan atau penurunan tendon profunda
(gambaran lklinis awal ) .
2. Kehilangan komunikasi
1) Disartria
2) Difagia
3) Afagia
4) Afraksia
3. Gangguan konseptual
1) Hamonimus hemia hopia (kehilanhan sitengah dari lapang pandang)
2) Gangguan dalam hubungan visual-spasial (sering sekali terlihat pada
Pasien hemiplagia kiri )
3) Kehilangan sensori : sedikit kerusakan pada sentuhan lebih buruk
dengan piosepsi , kesulitan dalam mengatur stimulus visual , taktil dan
auditori.
4. Kerusakan aktivitas mental dan efek psikologis :
1) Kerusakan lobus frontal :kapasitas belajar memori ,atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin mengalami kerusakan
disfungsi tersebut. Mungkin tercermin dalam rentang perhatian terbatas,
kesulitan dalam komperhensi,cepat lupa dan kurang komperhensi.

8
2) Depresi, masalah psikologis-psikologis lainnya. Kelabilan emosional,
bermusuhan, frurtasi, menarik diri, dan kurang kerja sama.
5. Disfungsi kandung kemih :
1) Inkontinansia urinarius transia
2) Inkontinensia urinarius persisten / retensi urin (mungkin simtomatik
Dari kerusakan otak bilateral)
3) Inkontinensia urin dan defekasi berkelanjutan (dapat menunjukkan)
Kerusakan neurologisekstensif) (Brunner & Suddart, 2002).

1.1.5 Patofisiologi
Penyakit serebrovaskuler mengacu pada abnormal fungsi susunan syaraf
pusat yang terjadi ketika suplai darah nornal ke otak terhenti. Patologi ini
melibatkan arteri, vena, atau keduanya.
Sirkulasi serebral mengalami kerusakan sebagai akibat sumbatan partial
atau komplek pada pembuluh darah atau hemoragi yang diakibatlan oleh robekan
dinding pembuluh.
Penyakit vaskuler susunan syaraf pusat dapat diakibatkan oleh
arteriosklerosis ( paling umum ) perubahan hipertensif, malformasi, arterivena,
vasospasme, inflamasi arteritis atau embolisme.
Sebagai akibat penyakit vaskuler pembuluh darah kehilangan elastisitasnya
menjadimkeras san mengalami deposit ateroma ,lumen pembuluh darah secara
bertahap tertutup menyebabkan kerusakan sirkulasi serebral dsan iskemik otak.
Bila iskemik otak bersifat sementara seperti pada serangan iskemik
sementara, biasanya tidak terdapat defisit neurologi.Sumbatan pembuluh darah
besar menimbulkan infark serebral pembuluh ini,suplai dan menimbulkan
hemoragi. (Brunner & Suddarth, 2002).
Penurunan suplai darah ke otak dapat sering mengenai arteria vertebro
basilaris yang akan mempengaruhi N.XI (assesoris) sehingga akan berpengaruh
pada sisitem mukuloskeletal (s.motorik ) sehingga terjadi penurunan sistem
motorik yang akan menyebabkan ataksia dan akhirnya menyebabkan kelemahan
pada satu atau empat alat gerak, selain itu juga pada arteri vetebra basilaris akan
mempengaruhi fungsi dari otot facial (oral terutama ini diakibatkan kerusakan

9
diakibatkan oleh kerusakan N.VII (fasialis), N.IX (glasferingeus) N.XII
(hipoglakus),karena fungsi otot fasial/oral tidak terkontrol maka akan terjadi
kehilangan dari fungsi tonus otot fasial/oral sehingga terjadi kehilangan
kemampuan untuk barbicara atau menyebuit kata-kata dan berakhir dangan
kerusakan artikulasi,tidak dapat berbicara (disatria). Pada penurunan aliran darah
ke arteri vertebra basilaris akan mempengaruhi fuingsi N.X (vagus) dan N.IX
(glasovaringeus) akan mempengaruhi proses menelan kurang ,sehingga akan
mengalami refluk, disfagia dan pada akhirnya akan menyebabkan anoreksia dan
menyebabkan gangguan nutrisi. Keadaan yang terkait pada arteri vertebralis yaitu
trauma neurologis atau tepatnya defisit neurologis. N.I (olfaktorius) , N.II
(optikus),N.III (okulomotorik),N.IV (troklearis), N.VII (hipoglasus) hal ini
menyebabkan perubahan ketajaman peng, pengecapan, dan penglihatan,
penghidungan.Pada kerusakan N.XI (assesori) pada akhirnya akam mengganggu
kemampuan gerak tubuh. (Doengos, 2000).

10
11
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
1) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
2) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
3) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
4) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu
tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
1) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian
berangsur-angsur turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.
(Brunner & Suddarth, 2002).

1.1.7 Penatalaksanaan Medis


Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :
1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan
aneurisme.
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka pengobatan
yang diberikan yaitu :
1) Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi Edema
acak dan timbulnya kejang
2) Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta
berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan
darah atau perdarahan ulang.

12
3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)
4. Adapun tindakan medis pasien stroke yang lainnya adalah :
1) Deuretik : untuk menurunkan edema serebral
2) Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis
atau emboli dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler Medikasi anti
trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit memainkan peran yang
sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi (Brunner &
Suddarth ,2002 ).

1.1.8 Komplikasi
1. Kenaikan tekanan darah ( tinggi)
2. Kadar gula darah (tinggi)
3. Gangguan jantung
4. Infeksi / sepsis ( gangguan ginjal dan hati ) ( cairan , elektrolit asam dan
basa ) (Brunner & Suddarth, 2002).

1.2 Manajemen Keperawatan


A. Pengkajian fokus
1. Pengkajian Primer
1) Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
2) Breathing.
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi
/aspirasi.
3) Sirkulasi
Tekanan Darah dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada
tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
2. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas dan istirahat

13
Data subyektif :
(1) kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
(2) Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
Data obyektif :
(1) Perubahan tingkat kesadaran.
(2) Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia)
,kelemahan umum
(3) Gangguan penglihatan.
2) Sirkulasi
Data Subyektif: Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung,
disritmia, gagal jantung, endokarditis bakterial), polisitem.
Data obyektif :
(1) Hipertensi arterial
(2) Disritmia, perubahan EKG
(3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
(4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.
3) Integritas ego
Data Subyektif: Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif :
1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan.
2) Kesulitan berekspresi diri.
4) Eliminasi
Data Subyektif:
(1) Inkontinensia, anuria
(2) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya
suara usus(ileus paralitik)
5) Makan/minum
Data Subyektif:
(1) Nafsu makan hilang.
(2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.

14
(3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.
(4) Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.
Data obyektif:
(1) Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
(2) Obesitas (faktor resiko).
6) Sensori Neural
Data Subyektif:
(1) Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).
(2) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
(3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati.
(4) Penglihatan berkurang.
(5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
(6) ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama).
(7) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
(8) Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif.
Data obyektif :
(1) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam (kontralateral).
(2) Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).
(3) Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
(4) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil.
(5) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
(6) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada
sisi ipsi lateral.

15
7) Nyeri / kenyamanan
Data objektif: Sakit kepala, bervariasi intensitasnya .
Data subyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot
8) Respirasi
Data Subyektif: Perokok (faktor resiko)
(1) Keamanan
Data obyektif:
(1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan.
(2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit. Tidak mampu
mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali.
(3) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh.
(4) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri.
9) Interaksi social
Data obyektif: Problem bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
(Doenges E, Marilynn,2000).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke hemoragik
adalah sebagai berikut :
1. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan pendarahan
intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan edema, LED.
2. Gangguan mobillitas fisilk yang berhubungan dengan
hemiparesethemiplagia, kelemahan neuromuscular pada ekstremitas.
3. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan control koordinasi otot.
4. Risiko ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang
berhubungan dengan kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan.

16
5. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan efek dari
kerusakan pada area bicara pada homisfer otak, kehilangan control tonus
fasial atau oral, dan kelemahan secara umum.
6. Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan tirah baring
lama.

C. Rencana Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
pendarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan edema, LED.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil : Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang,
GCS : 4,5,6 pupil isokor, refleks cahaya (+) tanda tanda vital normal (nadi :
60 100 x/menit, suhu : 36 36,70C, RR: 16 20 x/mnt.

Intervensi Rasional
Mandiri Keluarga lebih berpartisipasi daiam
Berikan penjelasan kepada keluarga proses penyernbuhan.
klien tentang sebab-sebab peningkatan
TIK dan akibatnya.
Baringkan klien (tirah baring) total Perubahan pada tekanan intracranial
dengan posisi tidur terlentang tanpa akan dapat menyebabkan risiko
bantal. terjadinya herniasi otak.
Monitor tanda-tanda status neurologis Dapat mengurangi kerusakan otak
dengan GCS. lebih lanjut.
Monitor tanda-tanda vital, seperti, Pada keadaan normal, otoregulasi
tekanan darah, nadi, suhu, dan mempertahankan keadaan tekanan
frekuensi pernapasan, Serta hati-hati darah sistemik berubah secara
pada hipertensi sistolik fluktuasi. Kegagalan otoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskular
serebri yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan
diikuti oleh penurunan tekanan

17
diastolik, sedangkan peningkatan suhu
dapat menggambarkan perjalanan
infeksi
Monitor asupan dan keluaran. Hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan
risiko dehidrasi terutama pada klien
yang tidak sadar, mual yang
menurunkan asupan peroral.
Bantu klien untuk membatasi muntah, Aktivitas ini dapat meningkatkan,
batuk. Anjurkan klien untuk tekanan intrakranial dan intraabcomen.
mengeluarkan napss apabila bergerak Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
atau berbalik di tempat tidur. atau mengubah posisi dapat
melindungi diri dari efek valsava.
Anjurkan klien untuk menghindari Batuk dan mengejan dapat
batuk dan mengejan berlebihan. meningkatkan tekanan intrakranial dan
potensial terjadi perdarahan ularig.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan Rangsangan aktivitas yang rneningkat
batasi pengunjung. dapat meningkatkan kenaikan TIK.
Istirahat total dan ketenangan mungkin
diperlukan untuk pencegahan terhadap
perdarahan dalam kasus stroke
hemoragik lainnya.
Kolaborasi Meminimalkan fluktuasi pada beban
Berikan cairan per infus dengan vaskular dan tekanan intrakranial,
perhatian ketat. retriksi cairan, dan cairan dapat
menurunkan edema serebri.
Monitor AGD bila diperlukan Adanya kemungkinan asidosis disertai
pemberian oksigen. dengan pelepasan oksigen pada tingkat
sel dapat menyebabkan terjadinya
iskemia serebri.

18
Berikan tempi sesuaiinstruksi dokter Tujuan terai:
seperti: Menurunkan pern.eabilitas kapiler.
Steroid Menurunkan edema serebri.
Aminofel Menurunkan metabolik/konsumsi Bel
Ar tibiotik dan kejang.

2. Gangguan mobillitas fisilk yang berhubungan dengan


hemiparesethemiplagia, kelemahan neuromuscular pada ekstremitas.
Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik
sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil: Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
kontraktur sendi meningkatnya kegiatan otot, Klien menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi Rasional
Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien
terhadap peningkatan kerusakan. Kaji dalam melakukan aktivitas.
secara teratur fungsi motorik.
Ubah posisi klien tiap 2 jam. Menurunkan risiko terjadinya Iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan.
Ajarkan klien untuk melakukan latihan Gerakan aktif memberikan massa,
gerak aktif pada ekstremitas yang tonus dan kekuatan otot, serta
tidak sakit. memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan.
Lakukan gerak pasif pada ekstrenitas Otot volunter akan kehilangan tonus
yang sakit. dan kekuatannya bila tidak di latih
untuk digerakkan.
Pertahankan sendi 90 terhadap papan Telapak kaki dalam posisi 90 dapat
kaki. mencegah footdrop.
Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Deteksi dini adanya gangguan
Pantau kulit dan membran sirkulasi dan hilangnya sensasi risiko
mukosaterhadap iritasi, kemerahan, tinggi kerusakan integritas kulit

19
atau lecet-lecet, kemungkinan komplikasi imobilisasi.

Bantu klien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibilitas sendi


perawatan diri sesuai toleransi. sesuai kemampuan.
Memelihara bentuk tulang belakang Mempertahankan posisi tulang
dengan cara : belakang tetap rata,
Matras.
Bed Board (tempat tidur dengan alas
kayu atau kasur busa yang keras yang
tidak menimbulkan lekukan saat klien
tidur).
Kolaborasi dengan ahli fisicterapi Peningkatan kemampuan dalam
untuk latihan fisik klien. rnobilisasi ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik dari
tim fisioterapis.

3. Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan


neuromuskular, menurunny kekuatan dan kesadaran, kehilangan
control koordinasi otot.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam terjadi peningkatan perilaku dalam perawatan
diri.
Kriteria hasil: Mendapat menunjukkan perubahan gaga hidup untuk kebutuhan
merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan, mengidentifikasi personal/ masyarakat yang dapat
membantu.
Intervensi Rasional
Mandiri Membantu dalam mengantisipasi dan
Kaji kemampuan dan tingkat merencanakan pertemuan kebutuhan
penurunan dalam Skala0-4 untuk individual.
melakukan ADL.

20
Hindari apa yang tidak dapat Bagi klien dalam keadaan cemas dan
dilakukan klien dan bantu bila perlu. tergantung hal ini dilakukan untuk
mencegah frustasi dan harga diri klien
Monyadarkan tingkah laku/ sugesti Klien memerlukan empati, tetapi perlu
tindakan pada perlindungan mengetahui perawatan yang konsisten
kelemahan. dalam menangani klien.
Pertahankan dukungan pola pikir, Sekaligus meningkatkan harga diri,
ijinkan klien melakukan tugas, memandirikan klien,dan
beriumpan balik positif untuk menganjurkan klien untuk tarus
usahanya. mencoba.
Rencanakan tindakan untuk defisit Klien akan mampu melihat dan
penglihatan seperti tempatkan memakan makanan, akan mampu
makanan dan peralatan dalam suatu melihat keluar masuknya orang
tempat, dekatkan tempat tidur ke keruangan.
dinding.
Tempatkan perabotan ke dinding, Menjaga, keamanan klien bergerak di
jauhkan dari jalan. sekitar tempat tidur dan menurunkan
risiko tertimpa perabotan
Beri kesempatan untuk menolong diri Mengurangi ketergantungan.
seperti menggunakan kombinasi pisau,
garpu, sikat dengan pegangan panjang,
ekstensi untuk berpijak pada lantai
Atau ke toilet, kursi untuk mandi.
Kaji kemampuan komunikasi untuk Ketidakmampuan berkomunikasi
BAK. Kemarnpuan menggunakan dengan perawat dapat menimbulkan
urinal, pispot. Antarkan ke kamar masalah pengosongan kandung kemih
mandi bila kondisi memungkinkan. oleh karena masalah neurogenik.
Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan Meningkatkan latihan dan menolong
minum dan meningkatkan aktivitas, mencegah, konstipasi.
Kolaboratif Pertolongan utama terhadap fungsi
pemberian supositoria dan pelumas usus atau defekasi
feses/ pencahar.

21
konsultasikan ke dokter terapi Untuk mengembangkan terapi dan
okupasi. molongkapl kebutuhan khusus.

4. Risiko ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang


berhubungan dengan kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan.
Tujuan: Dalam Aiktu 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: Tumor baik, asupa ) dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat
kumampuan menelan, sonde dilepas, B5 meningkat 1 kg. Hb dan albimin
dalam. batas normal.
Intervensi Raslonal
Observasi tekstur. turgor kulit. Mengetahui status nutrisi klien.
Lakukan oral hiniene. Kebersihan mulut merangsang nafsu
makan.
Ohservasi inta (erian output nutrisi. Mengetahui keseimbangan nutrisi
kilen.
Observasi posisi dan keberhasilan Untuk menghindari risiko
sonde. infeksi/iritasi.
Tentukan kemampuan klien dalam Untuk menetapkan jenis makanan
mengunyah, menelan, dan refleks yang akan diberikan pada klien.
batuk.
Letakkan posisi kepala lebih tinggi Untuk klien lebih mudah untuk
pada waktu, selama, ada. sesudah menelan karena gaya gravitasi.
makan.
Stimulasi bibir untuk menutup dan Membantu dalam melatih kembali
membuka mulut secara manual dengar sensorik dan
menekan ringan di atas bibir/ dibawah meningkatkan kontrol muskular.
dagu jika dibutuhkan.
Letakkan makanan pada daerah mulut Memberikan stimulasi sensorik
yang tidak terganggu (termasuk rasa kecap) yang dapat
mencetuskan usaha untuk menelan dan
meningkatkan intake nurtrisi.

22
Berikan makan dengan perlahan .)ada Klien dapat berkonsentrasi pada
lingkungan yang tenang. mekanisme makan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar,
Mulaialah untuk memberikan makan Makan lunak/ cairan kental mudah
peroral setengah cair, makan lunak untuk mengendalikannya di dalam
ketika klien dapat menelan air. mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
Anjurkan klien menggunakan sedotan Menguatkan otot fasial dan otot
meminum cairan menelan dan menurunkan resiko
terjadinya tersedak.
Anjurkan klien untuk berpartisipasi Dapat meningkatkan pelepasan
dalam program latihan/ kegiatan endonin dalam otak yang
meningkatkan nafsu makan.

5. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan efek dari


kerusakan pada area bicara pada homisfer otak, kehilangan control
tonus fasial atau oral, dan kelemahan secara umum
Tujuan : Dalam waktu 2 x 4 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap
masalah komunikasi mampu mengekspresikan perasaannya, mampu
menggunakan bahasa isyarat.
Kriteria hasil : Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat
dipenuhi, klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun
isyarat.
Intervensi Rasional
Kaji tipe disfungsi misalnya klien Membantu menentukan kerusakan
tidak mengerti tentang kata-kata atau area pada otak dan menentukan
masalah berbicara atau tidak mengerti kesulitan klien dengan sebagian atau
bahasa sendiri seluruh proses komunikasi klien
mungkin mempunyai masalah dalam
mengartikan kata-kata (afasia, area
wernicke dan kerusakan pada area
Broca).

23
Bedakan afasia dengan disatria Dapat menentukan pilihan interval
sesuai dengan tipe gangguan.
Lakukan metode percakapan yang Klien dapat kehilangan kemampuan
baik dan lengkap beri kesempatan untuk memantau ucapannya,
klien untuk mengklarifikasi. komunikasinya secara tidak sadar,
dengan melengkapi dapat
merealisasikan pengertian klien dan
dapat mengkalarifikasi percakapan.
Katakan untuk mengikuti perintah Untuk menguji afasia reseptif
secara sederhana seperti tutup matamu
dan lihat ke pintu
Perintahkan klien untuk menyebutkan Menguji afasia ekspresif misalnya
nama suatu benda yang diperlihatkan klien dapat mengenal benda tersebut
tetapi tidak mampu menyebutkan
namanya.
Perdengarkan bunyi yang sederhana Mengidentifikasi disatria komponen
seperti sh..cat berbicara (lidah, gerakan, )
Suruh klien untuk menulis nama atau Menguji ketidakmampuan menulis
kalimat pendek, bila tidak mampu (agrafia) da deficit membaca (aleksia)
untuk menulis suruh klien membaca yang juga merupakan bagian dari
kalimat pendek afasia reseptif dan ekspresif.
Beri penringatan bahwa klien di ruang Untuk kenyamanan yangberhubungan
ini mengalami gangguan berbicara, dengan ketidakmampuan
sediakan bel khusus bila perlu. berkomunikasi
Pilih metode komunikasi alternative Memberikan komunikasi dasar sesuai
misalnya menulis pada papan tulis dengan situasi individu
menggambar, dan mendemonstrasikan
secara visual gerakan tangan
Antisipasi dan Bantu kebutuhan klien Membantu menurunkan frustasi oleh
karena ketergantungan atau
ketidakmampuan berkomunikasi

24
Ucapkan langsung kepada klien Mengurangi kebingungan atau
berbicara pelan dan tenang, gunakan kecemasan terhadap banyaknya
pertanyaan dengan jawaban ya atau informasi. Memajukan stimulasi
tidak dan perhatikan respon klien komunikasi ingatan dan kata-kata.
Berbicara dengan nada normal dan Klien tidak dipaksa untuk mendengar,
hindari ucapan yang terlalu cepat. tidak menyebabkan klien marah dan
Berikan waktu klien untuk berespon tidak menyebabkan rasa frustasi
Anjurkan pengunjung untuk Menurunkan isolasi social dan
berkomunikasi dengan klien misalnya mengefektifkan Komunikasi
membaca surat, membicarakan
keluarga
Bicarakan topik-topik tentang Meningkatkan pengertian percakapan
keluarga, pekerjaan dan hobi dan kesempatan, untuk
mempraktikkan keterampilan praktis
dalam berkomunikasi
Perhatikan percakapan klien dan Memungkinkan klien dihargai karena
hindari berbicara secara sepihak kemampuan intelektualnya masih baik
Kolaborasi : konsultasikan ke ahli Mengkaji kemampuan verbal
terapi bicara individual dan sensorik motorik dan
fungsi kognitif untuk mengidentifikasi
deficit dan kebutuhan terapi

6. Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan tirah


baring lama
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil : klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui
penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan atau
luka.
Intervensi Rasional
Observasi terhadap eritema dan Memghindari kerusakan kapiler
kepucatan dan palpasi daerah sekitar
terhadap kehangatan dan pelunak

25
jaringan tiap mengubah posisi
Anjurkan untuk melakukan ROM dan Meningkatkan aliran darah ke semua
mobilisasi jika mumgkin. daerah
Ubah posisi tiap 2 jam Menghindari tekanan dan
meningkatkan aliran darah
Jaga kebersihan kulit dan seminimal Mempertahankan keutuhan kulit
mumgkin hindari trauma, panas
terhadap kulit
Lakukan massage pada daerah yang Menghindari kerusakan kapiler
menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisi

( Doenges, 2000)
D. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perancanaan keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.
Implementasi yaitu pengelolaan dari perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah diharapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan tenaga kesehatan lainnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (Edisi 3),
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Purwadianto, Agus & Sampurna, Budi, 2002, Kedaruratan Medik Pedoman
Penatalaksanaan Praktis, (Edisi revisi), Jakarta: Binarupa Aksara
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth, (Edisi 8), (Volume 3), Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

27

Anda mungkin juga menyukai