Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI ILMU GEOMORFOLOGI: Perencanaan dan Penggunaan Lahan/Ruang

3:17 AM by Nur Huda Asrori0

Img: Fac Staff

Geomorfologi adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk lahan di permukaan bumi.

Kajian geomorfologi terutama terkait dengna sifat alami, proses perkembangan suatu bentuk
lahan, komposisi material penyusun serta hubungan antara bentuk-bentuk lahan tersebut.

Pengertian bentuk lahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alam,
tersusun oleh material tertentu, mempunyai kenampakan visual dan fisikal tertentu dimanapun
bentuk lahan itu terjadi (Suharini dan Palangan, 2010).

Sedang satuan medan adalah luasan lahan yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
hubungannya dengan penggunaan satuan tersebut untuk keperluan tertentu.
Akibat pertumbuhan penduduk dan pembangunan, menyebabkan timbulnya permasalahan bagi
tata ruang.

Oleh sebab itu, diperlukan suatu perencanaan penggunaan lahan (tanah) dan tata ruang dalam
pengembangannya berdasarkan karakteristik ruang dan lahan tersebut.

Dengan memperhatikan aspek-aspek geomorfologi dapat ditentukan lahan yang sesuai untuk
suatu keperluan serta menentukan suatu pola tata ruang berdasarkan aspek geomorfologi.

Adapun aspek-aspek geomorfologi tersebut yaitu (Suharini dan Palangan, 2009):

1. Morfologi
2. Morfometri,.
3. Morfogenetik
4. Morfokronologi.
5. Morfoaransemen.

Perencanaan penggunaan lahan dan ruang dimaksudkan untuk menciptakan mintakat (zona)
seperti permukiman, industri, rekreasi dan lain-lain zonasi yang sesuai dan optimal.

Informasi geomorfologis diperlukan dalam proses perencanaan dan penggunaan lahan serta
ruang, yang sangat dibutuhkan para penguasa (perencana) lingkungan atau ruang agar dapat
mengetahui potensi maupun bencana yang dihadapi.

Penilaian lahan untuk kesesuaiannya dalam pengembangan zona-zona hunian misalnya kota,
didasarkan pada empat aspek lingkungan, yaitu (Suharini dan Palangan, 2009):

1. Kapabilitas.
2. Stabilitas.
3. Bebas dari resiko.
4. Sumberdaya.

Perencanaan tersebut diatas berkaitan dengan aspek-aspek geomorfologis, seperti penilaian lahan
untuk kesesuaianya dalam perencanaan dan pengembangan lahan perkotaan yang didasarkan
pada empat aspek utama dari faktor lingkungan, yaitu (Suharini dan Palangan, 2009):

1. Lereng.
2. Akesbilitas.
3. Kemudahan membuang sampah.
4. Kemudahan untuk dibangun, dan.
5. Kesuburan.

Selain daripada itu, aspek stabilitas meliputi kestabilan lereng dan fondasi, erosi, longsoran,
gempa dan banjir. Sedangkan sumberdaya meliputi air permukaan (aquifer), material tanah
(custand fill).

Persyarakatan lahan untuk permukiman maupun perkotaan agar mempunyai daya guna, maka
perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti, lahan yang berkapasitas, lahan yang stabilitas,
sumber daya air maupun sumber daya material.

Oleh karena itu, sumbangan dari kajian geomorfologi (applied geomorphology) sangat penting
artinya dalam pengembangan suatu zonasi seperti, bentuk lahan, proses geomorfik yang bekerja,
genesisnya, amterial pembentuknya, sifat air permukaan dan distribusinya serta kaitan dengan
lingkungannya.

Dengan demikian pendekatan geomorfologis dalam perencanaan tata ruang dan pemekaran suatu
zona, digunakan pendekatan kesesuaian medan,

Kesesuaian medan adalah salah satu cara penilaian kesesuaian lahan untuk tujuan tertentu
dengan satuan medan sebagai dasar penilaiannya.

Satuan medan adalah suatu luasan tertentu yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
hububungannya dengan penggunaan satuan medan tersebut untuk keperluan tertentu.

Konsepsi yang dijadikan dasar perencanaan dan pengembangan atau pemekaran suatu zona
(kota) dari segi geomorfologis adalah segala kegiatan lahan yang direncanakan pada lahan
perkotaan atau zonasi yang lain, selalu tertletak pada bentuk lahan tertentu yang memiliki watak
atau sifat tertentu, sehingga perlu ada kesesuaian antara jenis kegiatan yang direncanakan dengan
watak (sifat) dan potensi yang terkandung pada bentuk lahan yang dikenai tindakan tersebut.

Penliaian kesesuaian lahan untuk suatu permintakan (zonasi) dilakukan melalui suatu prosedur
seperti:

1. Mengadaan pemetaan
a. Satuan bentuk lahan.
b. Satuan medan.

2. Mengadakan penilaian atau pengharkatan (scoring) untuk setiap parameter zonasi.


3. Mengadakan evaluasi dan klasifikasi harkat tersebut.
4. Mendeskripsikan (memerikan) dan seterusnya.

APLIKASI GEOMORFOLOGI DALAM MENGANALISIS TATA RUANG

Img: Tataruangpertanahan

1. Objek Kajian Geomorfologi


Objek utama kajian geomorfologi dalam menganalisis tata ruang dan lahan adalah bentuk lahan,
proses geomrofik, evaluasi bentuk lahan dan hubungan dengan lingkungan. Keempat objek
kajian geomorfologi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Morfologi (studi tentang bentuk lahan)


1) Morfografi yang berkaitan dengan aspek-aspek yang bersifat pemerian (pendeskripsian) suatu
daerah, seperti teras-teras sungai, beting pantai, delta, perbukitan plato dan lain-lain.

2) Morfometri
Morfometeri yakni aspek-aspek kuantitatif dari suatu daerah seperti kemiringan lereng, bentuk
lereng, ketinggian, kekasaran medan, bentuk lembah suatu sungai, tingkat pengikisan (erosi) dll.

b. Morfogenesa
Morfogenesa yaitu studi geomorfologi yang menekankan pada proses-proses yang
mengakibatkan perubahan-perubahan bentuk lahan dalam waktu pendek serta proses terjadinya
bentuk lahan yang terciri dari:
1) Morfostruktur pasif, meliputi litologi 9tipe dan struktur batuan) yang berhubungan dengan
pelapukan mekanis, khemis dan biologis.

2) Morfostruktur aktif, berupa tenaga endogen atau tektonisme yang menghasilkan lipatan,
patahan dll.

c. Morfodinamik berupa tenaga eksogen yang berhubungan dengan tenaga air, gelombang/arus,
gletser, gerak massa batuan (masswasting) dan vulkanisme dan seterusnya.

c. Morfokronologi
Morfokronologi yaitu studi geomorfologi yang menekankan pada evaluasi pertumbuhan bentuk
lahan, menentukan dan memerikan bentuk lahan dan proses yang mempengaruhinya, terhadap
bentang lahan (landscape).

d. Morfologi arrangement
Morfologi arrangement yaitu studi geomorfologi yang mempelajari hubungannya dengan
lingkungan. Dalam hal ini geomorfologi dipelajari melalui hubungan ekologi bentang lahan
dengan mempelajari faktor manusia. Dengan demikian studi ini memperhatikan susunan
keruangan (spatial arrangement), serta hubungan berbagai bentuk lahan dan proses yang bekerja
satu sama lain.

Geomorfologi banyak memberi sumbangan terhadap perencanaan tata ruang (geomorfologi


terapan).

2. Pendekatan Geomorfologi
Perencanaan tata ruang adalah pengaturan dan pengarahan pemanfaatan ruang beserta segala
sumber daya yang terdapat di dalamnya secara optimal dan merupakan bagian dari perencanaan
pengembangan wilayah.

Peranan geomorfologi dalam perencanaan tata ruang melalui informasi gambaran sifat fisis
secara sistematis dan tepat tentang bentuk lahan, proses yang mempengaruhi, serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan proses tersebut. Peranan geomorfologi tersebut menganalisis melalui tiga
pendekatan yaitu:

1. Pendekatan analitik, pendekatan ini dilakukan secara monodisiplin dengan memperhatikan


obyek geomorfologi, seperti:

a. Morfometri,
b. Morfografi,
c. Proses-proses geomorfologi,
d. Morfogenesis,
e. Morfokronologi,
f. Lithologi.

Dari pendekatan ini akan diperoleh inventarisasi geomorfologi detail utama berwujud peta unit
geomorfologi dan simbol-simbol geomorfologi. Pendekatan ini di Indonesia telah menghasilkan
peta geomorfologi sistematik skala 1:250.000.

2. Pendekatan Sinetik atau Holistik


Pendekatan ini dilakukan secara multidisiplin, dimana keseluruhan unsur-unsur sumber daya
lahan dianalisis dalam hubungannya dengan lingkungan sebagai suatu kesatuan bentang lahan
(landscape) seperti batuan, bentuk lahan, tanah, air permukaan, air tanah, vegetasi, penggunaan
lahan, iklim dst.

Dengan demikian sumber daya lahan disini dipelajari melalui hubungan ekologi bentang lahan,
dengan memperhatikan aspek-aspek susunan bentuk lahan (morpho arrangement), susunan
keruangan (spatial arrangement) dan faktor-faktor manusia.

Hasil penelitian dengan pendekatan sintetik (holistik) ini diperoleh hubungan ekologi bentang
lahan, berupa peta-peta tematik sumber daya lahan, beserta pemeriannya (deskripsinya) yang
sifatnya hrisontal atau umum.

Kegunaan penelitian ini, bermanfaat bagi perencanaan penggunaan lahan dan pengembangan
wilayah yang dievaluasi untuk bidang pertnaian maupun non pertanian.

Penelitian sisntetik seperti ini telah dilakukan oleh Bakorsutanal yang sekarang berubah nama
menjadi BIG (Badan Informasi Geospasial) melalui kegiatan Bagian Proyek Inventarisasi dan
Evaluasi Sumber Daya, dengan membuat "Model Peta Sumber Daya Tanah Terpadu" yang
dibuat sebagai peta sistim lahan (land system) beskala 1:250.000 dengan peta geomorfologi
sebagai faktor utama (key factor).

Sumber data yang digunakan adalah:

1. Peta masukan (input maps) parameter utama yaitu:


a) Peta geomorfologi skala 1:250.000
b) Peta Tanah skala 1:250.000.
c) Peta Liputan Lahan skala 1:250.000.

2. Informasi masukan (input information), sebagai parameter penunjang dalam pemerian:


a) Peta Geologi skala 1:210.000.
b) Peta Iklim skala 1:250.000.
c) Peta Topografi skala 1:250.000.

Cara pengintegrasian parameter-parameter dilakukan dengan manual (konvensional). Kegunaan


peta sistem lahan ini, adalah data dasar sumber daya alam terpadu tanpa memasukkan data sosial
ekonomi.

Uraian kawasan lahan dalam kaitannya dengan sumber daya alam tersebut, disebut: "Resources
Mapping Unit" (RMU). RMU dijabarkan dengan mengoverlay (tumpang susun) data atribut
yang dipetakan untuk menghasilkan batas-batas RMU.

3. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini melalui penelitian pragmatik yang sasarannya adalah untuk keperluan tertentu
yang sifatnya operasional terapan.

Misalnya berupa pemerian analisis penelitian beserta peta-peta tematik, seperti:


1) Peta kemiringan,
2) Peta kerentanan jalan,
3) Peta penggunaan lahan,
4) Peta bahaya banjir,
5) Peta kesesuaian lahan.

Pendekatan melalui penelitian pragmatik sasarannya adalah operasional terapan dan lebih
berorientasi kepada pemecahan masalah. Penelitian ini telah banyak dilakukan oleh mahasiswa
dalam rangka penulisan skripsi (karya tulis).

Pendekatan analitik, sistematik dan pragmatik dalam geomorfologi adalah saling mengisi dalam
lingkup dan kedalaman masalah yang akan dicapai.

Dengan demikian geomorfologi adalh salah satu studi lingkungan yang diperlukan dalam
menganalisis perencanaan tata ruang dan lahan.

3. Survei Geomorfologi
Survei geomorfologi yang dilakukan oleh Bakosurtanal, mengkaji aspek-aspek tertentu sebagai
salah satu informasi penyusunan tata-tuang Nasional yang meliputi aspek-aspek:

(1) Geomorfologi (bentuk, proses dan genesa)


(2) Geologi (struktur, lithologi, stratigrafi dan kronologi)
(3) Tanah (jenis, kedalaman, tekstur dll)
(4) Liputan lahan (hutan, non-hutan, swah, permukiman dll)

Untuk membuat suatu peta geomorfologi, maka diperlukan adanya suatu landasan (dasar) satuan
perpetaanya. Bakosurtanal memakai satuan geomorfologi (geomorphological unit) dengan dasar
klasifikasi yang digunakan adalah bentuk asal genesa.

Secara umum, bentuk asal geomorfologi di Indonesia dibedakan menjadi 8 bentuk asal, yaitu:

1) Bentuk Asal Volkanisme (Forms Volcanic Origin)


Bentuk ini berasal dari aktivitas gunungapi dan intrusi magma yang tersingkap ke permukaan
bumi, baik berupa akumulasi material lepas (piroklastika), seperti lava, lahar, ladu, abu vokanis
dan bentuk-bentuk intrusi magma lain.

2) Bentuk Asal Struktural


Bentuk ini merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh adanya pengaruh struktur geologi yang
dominan termasuk aktifitas tektonik yang ada. Bentuk lahan ini berkisar dari kenampakan yang
besar dan dominan sampai kenampakan yang kecil.

Ada dua tipe utama struktur geologi yang memberikan pengaruh terhadap geomorfologi, yaitu
bentuk-bentuk:

a. Struktur aktif, yaitu bentuk yang dihasilkan dan merupakan bentukan baru.

b. Struktur tidak aktif, yaitu bentukan lahan yang dihasilkan pada daerah struktur dan telah
dipengaruhi oleh perbedaan erosi msa lalu (grand canyon colorado).

3) Bentuk Lahan Asal Denudasi (Forms of Denudasional Origin)


Bentukan ini terjadi karena proses gradasi yang meliputi proses agradasi dan degradasi. Proses
ini berlangsung dalam waktu yang lama dapat merubah permukaan bumi menjadi dataran yang
seragam (peneplain).

Proses degradasi merupakan proses dominan yang mempengaruhi perubahan-perubahan bentuk


lahan secara cepat. Pada umumnya bentuk lahan yang mengalami proses degredasi mempunyai
kecenderungan tersusun dari batuan yang lunak atau batuan yang telah lapuk.

Sedang proses agradasi merupakan pengendapan atau akumulasi material yang meninggi.
APLIKASI GEOMORFOLOGI UNTUK EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN

Img: Rimazakia

1. Pengertian Evaluasi Kemampuan Lahan


Evaluasi kemampuan lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber
daya lahan untuk berbagai penggunaan.

Kemampuan lahan merupakan sifat dakhil (inheren) lahan yang menyatakan kemampuannya,
kesanggupannya untuk memberikan hasil pada tingkat produksi tertentu.

Lahan disini diartikan sebagai lingkungan fisi yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan
vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahn.
Termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia dimasa lalu.

Sifat-sifat lahan (land characteristic) adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat
diukur atau dapat diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah
curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya.

Sifat-sifat lahan belum menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan kalau


dipergunakan untuk suatu penggunaan, jadi belum dapat menentukan kelas kemampuan lahan.

Akann tetapi sifat-sifat lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan yaitu bagaimana
ketersediaan air, peredaran udara, kepekaan erosi dan sebagainya.

Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan
penggunaan lahan. Hasil evaluasi lahan memberikan alternatif penggunaan lahan dengan batas-
batas kemungkinan penggunaanya serta tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat
dipergunakan secara lestari.

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual.

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar kedalam macam penggunaan lahan
didasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan atau dimanfaatkan diatas lahan
tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan, kebun, hutan,
padang rumput dan sebagainya.

Berhasilnya suatu peningkatan produksi pertanian tergantung pada perencanaan penggunaan


lahan yang sesuai dengan kemampuan lahannya. Evaluasi kemampuan lahan pada dasarnya
merupakan evaluasi potensi lahan bagi penggunaan berbagai sistem pertanian secara luas dan
tidak membicarakan peruntukan jenis tanaman tertentu ataupun tindakan-tindakan
pengelolaannya.

Survei kemampuan lahan merupakan survai awal dalam evaluasi potensi sumebr daya lahan
untuk pemanfaatan lahan tertentu. Hasil survai tersebut dapat memberikan informasi faktor
lingkungan yang dipetakan, misalnya tanah, geologi, penggunaan lahan dan iklim. Agar peta
tersebut mempunyai makna bagi perencanaan dan pengelolaan lahan, maka perlu dilakukan
evaluasi potensi sumber daya lahan dan permasalahan lainnya.

2. Klasifikasi Kemampuan Lahan


Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokkan lahan ke dalam satuan khusus menurut
kemampuannya untuk penggunaan intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk dapat
digunakan secara terus menerus.

Dengan perkataan lain klasifikasi ini akan menetapkan jenis penggunaan lahan yang sesuai dan
jenis perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan bagi tanaman secara lestari.
Beberapa macam sistem klasifikasi kemampuan lahan yang ada antara lain adalah sistem
klasifikasi lahan USDA yang disarikan dari Klingebiel dan Montgomery, yang
mengklasifikasikan lahan menjadi delapan kelas kemampuan lahan dengna tingakatan
pembagian lahan berupa kelas, subkelas dan sautan kemampuan.

Kemudian sistem klasifikasi kemampuan lahan dari FAO dan sistem klasifikasi kemampuan laha
dari Badan Koordinasi Suvei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) yang menggunakan
metode angka Indeks Potensi Lahan (IPL).

Metode evaluasi kemmapuan lahan yang digunakan disini adalah sistem klasifikasi kemampuan
lahan yang dikemukakan oleh BAKOSURTANAL yaitu penilaian potensi lahan yang dinyatakan
dngan nilai angka yang disebut dengan Indeks Potensi Lahan (IPL). Besarnya ditentukan oleh
pengharkatan 5 faktor dengan perhitungan mengikuti formula rasional sebagai berikut:

IPL = (R + L + T + H) B

di mana:
IPL = Indeks Potensi Lahan
R = Harkat faktor relief atau topografi
L = Harkat faktor lithologi
T = Harkat faktor tanah
H = Harkat faktor hidrologi
B = Harkat kerawanan bencana atau pembatas

IPL menyatakan potensi relatif lahan untuk kegunaan secara umum. Semakin tinggi IPL berarti
semakin baik potensinya. Selanjutnya berdasarkan besarnya nilai IPL potensi lahan dapat
digolongkan secara relatif menjadi 4 kelas, yaitu:
Tabel 1. Kelas Kemampuan Lahan Menurut Bakosurtanal

Bila ditinjau dari tingkat kelas kemampuan lahan, maka makin tinggi kelas kemampuan lahan
yang ada, maka makin tinggi kelasnya dan akan makin besar pula faktor kemampuan dalam
pemanfaatannya. Berikut adalah arti dari keempat kelas kemampuan lahan yang ada:

1) Kelas Kemampuan Lahan Sangat Tinggi


Lahan ini sesuai untuk segala jenis usaha pertanian, lahannya datar, solum dalam, bertekstur
halus-sedang, drainase baik, mudah diolah dan responsif terhadap pemupukan.

2) Kelas Kemampuan Lahan Tinggi


Lahan ini sesuai untuk usaha pertanian dengan sedikit hambatan, lahan berlereng landai,
bertekstur halus sampai sedang, perlu tindakan pengawetan lahan yang ringan.

3) Kelas Kemampuan Lahan Sedang


Lahan ini memiliki hambatan yang lebih besar dari kelas kemmapuan laha tinggi dalam usaha
pemanfaatannya untuk usaha pertanian, karena terletak pada lerng yang miring, kedalaman
efektif tanah sedang, permeabilitas agak cepat, pengelolaan laha menurut garis kontur dan
pembuatan guludan. Tindakan pengawetan lahan berupa pembuatan dan pergiliran tanaman
berupa tanaman keras.

4) Kelas Kemampuan Lahan Rendah


Lahan ini tidak sesuai untuk usaha pertanian semusim, karena terletak pada lereng yang curam
sehingga mudah tererosi, kedalaman efektif tanah termasuk dalam kategori dangkal dan
pemanfaatan lahannya sebaiknya dihutankan.

Teknik penilaian tingkat kemampuan lahan dilakukan dengan pemberian nilai (skor) pada setiap
variabel kemampuan lahan yang merupakan karekater lahan tiap-tiap satuan pemetaan.
Pemberian nilai pada masing-masing karekater lahan mengacu pada tabel nilai yang telah
ditentukan.

Selanjutnya persatuan tingkat atau kelas kemampuan lahan dilakukan dengan cara
menjumlahkan nilai tiap karakter dan dikalikan dengan nilai (skor) pada faktor pembatas.

Teknik pengharkatan mengacu pada Tabel 1. hingga Tabel 10. dengan satuan wilayah
perhitungan yang digunakan adalah satuan bentuk lahan. Harkat perhitungan IPL disajikan
berupa tabel potensi dan pemanfaatan lahan ayng disusun secara sistematik meurut fisiografi
wilayah.
Tipe Iklim

Faktor Spesifik
Relief

Lereng

Jenis Batuan

3. Evaluasi Kesesuaian Lahan


Evaluasi kesesuaian lahan adalah proses penampilan atau keragaman (performance) lahan jika
dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk
lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat
perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976 dalam
Arsyad, 1989).

Evaluasi kesesuaian lahan merupakan proses untuk menilai sumber daya lahan berdasarkan
penggunaanya. Hasil evaluasi akan memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas
kemungkinan penggunaan serta tindakan pengelolaanya yang diperlukan agar lahan dapat
dipergunakan secara lestari terhadap ancaman yang ada (Jamulya dan Sunarto, 1996).

Untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan, diperlukan informasi tentang sumber daya lahan
yaitu (1) tanah, (2) iklim, (3) topografi dan formasi geologi, (4) vegetasi, (5) kondisi geologi, (6)
liputan lahan dan (7) kerawanan bencana alam.

Dalam mengevaluasi suatu lahan terdapat tiga metode, yaitu:

a. Metode Pemerian (description)


Metode pemerian merupakan suatu cara membeberkan/melukiskan dalam bentuk kalimat
mengenai potensi suatu hal berdasarkan karakteristik alahan tersebut. Teknik pemerian ini sama
dengan teknik perbandingan (matching) karena dalam mengevaluasi lahan tetap
memperbandingkan antara karakteristik lahan yang telah diperoleh terhadap kriteria klas lahan
yang telah ditetapkan.

b. Metode Pengharkatan (scoring)


Metode ini merupakan suatu cara menilai potensi lahan dengan jalan memberikan harkat pada
setiap parameter lahan, sehingga diperoleh klas kesesuaian lahan berdasarkan perhitungan harkat
dari setiap parameter lahan tersebut. Teknik pengharkatan ada dua, yaitu
penjumlahan/pengurangan dan perkalian/pembagian (sistem indeks).

c. Metode Perbandingan (matching)


Yaitu suatu metode dengan cara mengevaluasi kesesuaian/kemampuan lahan dengan jalan
mencocokkan serta memperbandingkan antara karakteristik dan kriteria klas kesesuaian lahan,
sehingga diperoleh potensi disetiap satuan lahan tertentu. Metode ini biasanya dilakukan dengan
teknik analisis tebularis.

SUMBER:

Suharini, Erni dan Abraham Palangan. 2009. Geomorfologi: Gaya, Proses dan Bentuk Lahan.
Semarang: Widya Karya

Anda mungkin juga menyukai