Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Geomorfologi adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk lahan di permukaan bumi.
Kajian geomorfologi terutama terkait dengna sifat alami, proses perkembangan suatu bentuk
lahan, komposisi material penyusun serta hubungan antara bentuk-bentuk lahan tersebut.
Pengertian bentuk lahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alam,
tersusun oleh material tertentu, mempunyai kenampakan visual dan fisikal tertentu dimanapun
bentuk lahan itu terjadi (Suharini dan Palangan, 2010).
Sedang satuan medan adalah luasan lahan yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
hubungannya dengan penggunaan satuan tersebut untuk keperluan tertentu.
Akibat pertumbuhan penduduk dan pembangunan, menyebabkan timbulnya permasalahan bagi
tata ruang.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu perencanaan penggunaan lahan (tanah) dan tata ruang dalam
pengembangannya berdasarkan karakteristik ruang dan lahan tersebut.
Dengan memperhatikan aspek-aspek geomorfologi dapat ditentukan lahan yang sesuai untuk
suatu keperluan serta menentukan suatu pola tata ruang berdasarkan aspek geomorfologi.
1. Morfologi
2. Morfometri,.
3. Morfogenetik
4. Morfokronologi.
5. Morfoaransemen.
Perencanaan penggunaan lahan dan ruang dimaksudkan untuk menciptakan mintakat (zona)
seperti permukiman, industri, rekreasi dan lain-lain zonasi yang sesuai dan optimal.
Informasi geomorfologis diperlukan dalam proses perencanaan dan penggunaan lahan serta
ruang, yang sangat dibutuhkan para penguasa (perencana) lingkungan atau ruang agar dapat
mengetahui potensi maupun bencana yang dihadapi.
Penilaian lahan untuk kesesuaiannya dalam pengembangan zona-zona hunian misalnya kota,
didasarkan pada empat aspek lingkungan, yaitu (Suharini dan Palangan, 2009):
1. Kapabilitas.
2. Stabilitas.
3. Bebas dari resiko.
4. Sumberdaya.
Perencanaan tersebut diatas berkaitan dengan aspek-aspek geomorfologis, seperti penilaian lahan
untuk kesesuaianya dalam perencanaan dan pengembangan lahan perkotaan yang didasarkan
pada empat aspek utama dari faktor lingkungan, yaitu (Suharini dan Palangan, 2009):
1. Lereng.
2. Akesbilitas.
3. Kemudahan membuang sampah.
4. Kemudahan untuk dibangun, dan.
5. Kesuburan.
Selain daripada itu, aspek stabilitas meliputi kestabilan lereng dan fondasi, erosi, longsoran,
gempa dan banjir. Sedangkan sumberdaya meliputi air permukaan (aquifer), material tanah
(custand fill).
Persyarakatan lahan untuk permukiman maupun perkotaan agar mempunyai daya guna, maka
perlu mempertimbangkan beberapa aspek seperti, lahan yang berkapasitas, lahan yang stabilitas,
sumber daya air maupun sumber daya material.
Oleh karena itu, sumbangan dari kajian geomorfologi (applied geomorphology) sangat penting
artinya dalam pengembangan suatu zonasi seperti, bentuk lahan, proses geomorfik yang bekerja,
genesisnya, amterial pembentuknya, sifat air permukaan dan distribusinya serta kaitan dengan
lingkungannya.
Dengan demikian pendekatan geomorfologis dalam perencanaan tata ruang dan pemekaran suatu
zona, digunakan pendekatan kesesuaian medan,
Kesesuaian medan adalah salah satu cara penilaian kesesuaian lahan untuk tujuan tertentu
dengan satuan medan sebagai dasar penilaiannya.
Satuan medan adalah suatu luasan tertentu yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
hububungannya dengan penggunaan satuan medan tersebut untuk keperluan tertentu.
Konsepsi yang dijadikan dasar perencanaan dan pengembangan atau pemekaran suatu zona
(kota) dari segi geomorfologis adalah segala kegiatan lahan yang direncanakan pada lahan
perkotaan atau zonasi yang lain, selalu tertletak pada bentuk lahan tertentu yang memiliki watak
atau sifat tertentu, sehingga perlu ada kesesuaian antara jenis kegiatan yang direncanakan dengan
watak (sifat) dan potensi yang terkandung pada bentuk lahan yang dikenai tindakan tersebut.
Penliaian kesesuaian lahan untuk suatu permintakan (zonasi) dilakukan melalui suatu prosedur
seperti:
1. Mengadaan pemetaan
a. Satuan bentuk lahan.
b. Satuan medan.
Img: Tataruangpertanahan
2) Morfometri
Morfometeri yakni aspek-aspek kuantitatif dari suatu daerah seperti kemiringan lereng, bentuk
lereng, ketinggian, kekasaran medan, bentuk lembah suatu sungai, tingkat pengikisan (erosi) dll.
b. Morfogenesa
Morfogenesa yaitu studi geomorfologi yang menekankan pada proses-proses yang
mengakibatkan perubahan-perubahan bentuk lahan dalam waktu pendek serta proses terjadinya
bentuk lahan yang terciri dari:
1) Morfostruktur pasif, meliputi litologi 9tipe dan struktur batuan) yang berhubungan dengan
pelapukan mekanis, khemis dan biologis.
2) Morfostruktur aktif, berupa tenaga endogen atau tektonisme yang menghasilkan lipatan,
patahan dll.
c. Morfodinamik berupa tenaga eksogen yang berhubungan dengan tenaga air, gelombang/arus,
gletser, gerak massa batuan (masswasting) dan vulkanisme dan seterusnya.
c. Morfokronologi
Morfokronologi yaitu studi geomorfologi yang menekankan pada evaluasi pertumbuhan bentuk
lahan, menentukan dan memerikan bentuk lahan dan proses yang mempengaruhinya, terhadap
bentang lahan (landscape).
d. Morfologi arrangement
Morfologi arrangement yaitu studi geomorfologi yang mempelajari hubungannya dengan
lingkungan. Dalam hal ini geomorfologi dipelajari melalui hubungan ekologi bentang lahan
dengan mempelajari faktor manusia. Dengan demikian studi ini memperhatikan susunan
keruangan (spatial arrangement), serta hubungan berbagai bentuk lahan dan proses yang bekerja
satu sama lain.
2. Pendekatan Geomorfologi
Perencanaan tata ruang adalah pengaturan dan pengarahan pemanfaatan ruang beserta segala
sumber daya yang terdapat di dalamnya secara optimal dan merupakan bagian dari perencanaan
pengembangan wilayah.
Peranan geomorfologi dalam perencanaan tata ruang melalui informasi gambaran sifat fisis
secara sistematis dan tepat tentang bentuk lahan, proses yang mempengaruhi, serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan proses tersebut. Peranan geomorfologi tersebut menganalisis melalui tiga
pendekatan yaitu:
a. Morfometri,
b. Morfografi,
c. Proses-proses geomorfologi,
d. Morfogenesis,
e. Morfokronologi,
f. Lithologi.
Dari pendekatan ini akan diperoleh inventarisasi geomorfologi detail utama berwujud peta unit
geomorfologi dan simbol-simbol geomorfologi. Pendekatan ini di Indonesia telah menghasilkan
peta geomorfologi sistematik skala 1:250.000.
Dengan demikian sumber daya lahan disini dipelajari melalui hubungan ekologi bentang lahan,
dengan memperhatikan aspek-aspek susunan bentuk lahan (morpho arrangement), susunan
keruangan (spatial arrangement) dan faktor-faktor manusia.
Hasil penelitian dengan pendekatan sintetik (holistik) ini diperoleh hubungan ekologi bentang
lahan, berupa peta-peta tematik sumber daya lahan, beserta pemeriannya (deskripsinya) yang
sifatnya hrisontal atau umum.
Kegunaan penelitian ini, bermanfaat bagi perencanaan penggunaan lahan dan pengembangan
wilayah yang dievaluasi untuk bidang pertnaian maupun non pertanian.
Penelitian sisntetik seperti ini telah dilakukan oleh Bakorsutanal yang sekarang berubah nama
menjadi BIG (Badan Informasi Geospasial) melalui kegiatan Bagian Proyek Inventarisasi dan
Evaluasi Sumber Daya, dengan membuat "Model Peta Sumber Daya Tanah Terpadu" yang
dibuat sebagai peta sistim lahan (land system) beskala 1:250.000 dengan peta geomorfologi
sebagai faktor utama (key factor).
Uraian kawasan lahan dalam kaitannya dengan sumber daya alam tersebut, disebut: "Resources
Mapping Unit" (RMU). RMU dijabarkan dengan mengoverlay (tumpang susun) data atribut
yang dipetakan untuk menghasilkan batas-batas RMU.
3. Pendekatan Pragmatik
Pendekatan ini melalui penelitian pragmatik yang sasarannya adalah untuk keperluan tertentu
yang sifatnya operasional terapan.
Pendekatan melalui penelitian pragmatik sasarannya adalah operasional terapan dan lebih
berorientasi kepada pemecahan masalah. Penelitian ini telah banyak dilakukan oleh mahasiswa
dalam rangka penulisan skripsi (karya tulis).
Pendekatan analitik, sistematik dan pragmatik dalam geomorfologi adalah saling mengisi dalam
lingkup dan kedalaman masalah yang akan dicapai.
Dengan demikian geomorfologi adalh salah satu studi lingkungan yang diperlukan dalam
menganalisis perencanaan tata ruang dan lahan.
3. Survei Geomorfologi
Survei geomorfologi yang dilakukan oleh Bakosurtanal, mengkaji aspek-aspek tertentu sebagai
salah satu informasi penyusunan tata-tuang Nasional yang meliputi aspek-aspek:
Untuk membuat suatu peta geomorfologi, maka diperlukan adanya suatu landasan (dasar) satuan
perpetaanya. Bakosurtanal memakai satuan geomorfologi (geomorphological unit) dengan dasar
klasifikasi yang digunakan adalah bentuk asal genesa.
Secara umum, bentuk asal geomorfologi di Indonesia dibedakan menjadi 8 bentuk asal, yaitu:
Ada dua tipe utama struktur geologi yang memberikan pengaruh terhadap geomorfologi, yaitu
bentuk-bentuk:
a. Struktur aktif, yaitu bentuk yang dihasilkan dan merupakan bentukan baru.
b. Struktur tidak aktif, yaitu bentukan lahan yang dihasilkan pada daerah struktur dan telah
dipengaruhi oleh perbedaan erosi msa lalu (grand canyon colorado).
Sedang proses agradasi merupakan pengendapan atau akumulasi material yang meninggi.
APLIKASI GEOMORFOLOGI UNTUK EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN
Img: Rimazakia
Kemampuan lahan merupakan sifat dakhil (inheren) lahan yang menyatakan kemampuannya,
kesanggupannya untuk memberikan hasil pada tingkat produksi tertentu.
Lahan disini diartikan sebagai lingkungan fisi yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan
vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahn.
Termasuk didalamnya juga hasil kegiatan manusia dimasa lalu.
Sifat-sifat lahan (land characteristic) adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat
diukur atau dapat diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah
curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya.
Akann tetapi sifat-sifat lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan yaitu bagaimana
ketersediaan air, peredaran udara, kepekaan erosi dan sebagainya.
Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan
penggunaan lahan. Hasil evaluasi lahan memberikan alternatif penggunaan lahan dengan batas-
batas kemungkinan penggunaanya serta tindakan pengelolaan yang diperlukan agar lahan dapat
dipergunakan secara lestari.
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan
pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.
Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam garis besar kedalam macam penggunaan lahan
didasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan atau dimanfaatkan diatas lahan
tersebut. Berdasarkan hal ini dikenal macam penggunaan lahan seperti tegalan, kebun, hutan,
padang rumput dan sebagainya.
Survei kemampuan lahan merupakan survai awal dalam evaluasi potensi sumebr daya lahan
untuk pemanfaatan lahan tertentu. Hasil survai tersebut dapat memberikan informasi faktor
lingkungan yang dipetakan, misalnya tanah, geologi, penggunaan lahan dan iklim. Agar peta
tersebut mempunyai makna bagi perencanaan dan pengelolaan lahan, maka perlu dilakukan
evaluasi potensi sumber daya lahan dan permasalahan lainnya.
Dengan perkataan lain klasifikasi ini akan menetapkan jenis penggunaan lahan yang sesuai dan
jenis perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan bagi tanaman secara lestari.
Beberapa macam sistem klasifikasi kemampuan lahan yang ada antara lain adalah sistem
klasifikasi lahan USDA yang disarikan dari Klingebiel dan Montgomery, yang
mengklasifikasikan lahan menjadi delapan kelas kemampuan lahan dengna tingakatan
pembagian lahan berupa kelas, subkelas dan sautan kemampuan.
Kemudian sistem klasifikasi kemampuan lahan dari FAO dan sistem klasifikasi kemampuan laha
dari Badan Koordinasi Suvei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) yang menggunakan
metode angka Indeks Potensi Lahan (IPL).
Metode evaluasi kemmapuan lahan yang digunakan disini adalah sistem klasifikasi kemampuan
lahan yang dikemukakan oleh BAKOSURTANAL yaitu penilaian potensi lahan yang dinyatakan
dngan nilai angka yang disebut dengan Indeks Potensi Lahan (IPL). Besarnya ditentukan oleh
pengharkatan 5 faktor dengan perhitungan mengikuti formula rasional sebagai berikut:
IPL = (R + L + T + H) B
di mana:
IPL = Indeks Potensi Lahan
R = Harkat faktor relief atau topografi
L = Harkat faktor lithologi
T = Harkat faktor tanah
H = Harkat faktor hidrologi
B = Harkat kerawanan bencana atau pembatas
IPL menyatakan potensi relatif lahan untuk kegunaan secara umum. Semakin tinggi IPL berarti
semakin baik potensinya. Selanjutnya berdasarkan besarnya nilai IPL potensi lahan dapat
digolongkan secara relatif menjadi 4 kelas, yaitu:
Tabel 1. Kelas Kemampuan Lahan Menurut Bakosurtanal
Bila ditinjau dari tingkat kelas kemampuan lahan, maka makin tinggi kelas kemampuan lahan
yang ada, maka makin tinggi kelasnya dan akan makin besar pula faktor kemampuan dalam
pemanfaatannya. Berikut adalah arti dari keempat kelas kemampuan lahan yang ada:
Teknik penilaian tingkat kemampuan lahan dilakukan dengan pemberian nilai (skor) pada setiap
variabel kemampuan lahan yang merupakan karekater lahan tiap-tiap satuan pemetaan.
Pemberian nilai pada masing-masing karekater lahan mengacu pada tabel nilai yang telah
ditentukan.
Selanjutnya persatuan tingkat atau kelas kemampuan lahan dilakukan dengan cara
menjumlahkan nilai tiap karakter dan dikalikan dengan nilai (skor) pada faktor pembatas.
Teknik pengharkatan mengacu pada Tabel 1. hingga Tabel 10. dengan satuan wilayah
perhitungan yang digunakan adalah satuan bentuk lahan. Harkat perhitungan IPL disajikan
berupa tabel potensi dan pemanfaatan lahan ayng disusun secara sistematik meurut fisiografi
wilayah.
Tipe Iklim
Faktor Spesifik
Relief
Lereng
Jenis Batuan
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan proses untuk menilai sumber daya lahan berdasarkan
penggunaanya. Hasil evaluasi akan memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas
kemungkinan penggunaan serta tindakan pengelolaanya yang diperlukan agar lahan dapat
dipergunakan secara lestari terhadap ancaman yang ada (Jamulya dan Sunarto, 1996).
Untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan, diperlukan informasi tentang sumber daya lahan
yaitu (1) tanah, (2) iklim, (3) topografi dan formasi geologi, (4) vegetasi, (5) kondisi geologi, (6)
liputan lahan dan (7) kerawanan bencana alam.
SUMBER:
Suharini, Erni dan Abraham Palangan. 2009. Geomorfologi: Gaya, Proses dan Bentuk Lahan.
Semarang: Widya Karya