Anda di halaman 1dari 3

Psikososial Tahap 5

Identitas vs kekacauan identitas

Tahap ini merupakan tahap adolense (remaja), dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada
usia 12-18 tahun/anak. Di dalam tahap ini lingkup lingkungan semakin luas, tidak hanya di
lingkungan keluarga atau sekolah, namun juga di masyarakat. Pencarian jati diri mulai
berlangsung dalam tahap ini. Apabila seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan
lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika
remaja bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas pada
diri remaja tersebut.

Identity vs Role Confusion (12 tahun -18 tahun)


Pada tahap ini anak sudah memasuki usia remaja dan mulai mencari jati dirinya. Masa ini
adalah masa peralihan antara dunia anak-anak dan dewasa. Secara biologis anak pada tahap ini
sudah mulai memasuki tahap dewasa, namun secara psikis usia remaja masih belum bisa diberi
tanggung jawab yang berat layaknya orang dewasa. Pertanyaan Siapa Aku? menjadi penting
pada tahapan ini. Pada tahap ini, seorang remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati
diri mereka yang sebenarnya. Biasanya mereka akan melaluinya dengan teman-teman yang
mempunyai kesamaan komitmen dalam sebuah kelompok. Hubungan mereka dalam kelompok
tersebut sangat erat, sehingga mereka memiliki solidaritas yang tinggi terhadap sesama anggota
kelompok.
Erikson (dalam Shaffer, 2005) percaya bahwa individu tanpa identitas yang jelas akhirnya
akan menjadi tertekan dan kurang percaya diri ketika mereka tidak memiliki tujuan, atau bahkan
mereka mungkin sungguh-sungguh menerima bila dicap sebagai orang yang memiliki identitas
negatif, seperti menjadi kambing hitam, nakal, atau pecundang. Alasan mereka melakukan ini
karena mereka lebih baik menjadi seseorang yang dicap sebagai orang yang memiliki identitas
negatif daripada tidak memiliki identitas sama sekali.
Harter (dalam Shaffer, 2005) mengatakan bahwa remaja yang terlalu kecewa atas
penggambaran diri mereka yang tidak konsisten akan bertindak keluar dari karakter dalam upaya
untuk meningkatkan citra mereka atau mendapat pengakuan dari orang tua atau teman sebaya.
Anak pada usia ini rawan untuk melakukan beberapa hal negatif dalam rangka pencarian jati diri
mereka. Bimbingan dan pengarahan baik dari orang tua maupun guru juga diperlukan bagi anak
pada tahap ini, agar mereka dapat menemukan jati diri mereka sebenarnya.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Erikson
Shaffer (2005) mengatakan banyak orang lebih memilih teori Erikson daripada Freud
karena mereka hanya menolak untuk percaya bahwa manusia didominasi oleh naluri seksual
mereka. Erikson menekankan banyak konflik sosial dan dilema pribadi yang dialami seseorang
atau orang yang mereka kenal, sehingga mereka dapat dengan mudah mengantisipasinya. Erikson
tampaknya telah menangkap banyak isu sentral dalam kehidupan yang dituangkannya dalam
delapan tahapan perkembangan psikososialnya. Selain itu, rentang usia yang yang dinyatakan
dalam teori Erikson ini mungkin merupakan waktu terbaik untuk menyelesaikan krisis yang
dihadapi, tetapi itu bukanlah satu-satunya waktu yang mungkin untuk menyelesaikannya (Slavin,
2006).
Selain memiliki kelebihan, teori Erikson juga memiliki beberapa kelemahan. Berikut
beberapa kritikan terhadap teori Erikson.

Tidak semua orang mengalami kasus yang sama pada fase dan waktu yang sama
seperti yang dikemukakan Erikson dalam teori perkembangan psikososialnya
(Slavin, 2006).

Teori ini benar-benar hanya pandangan deskriptif dari perkembangan sosial dan
emosional seseorang yang tanpa menjelaskan bagaimana atau mengapa
perkembangan ini bisa terjadi (Shaffer, 2005).

Teori ini lebih sesuai untuk anak laki-laki daripada untuk anak perempuan dan
perhatiannya lebih diberikan kepada masa bayi dan anak-anak daripada masa
dewasa. (Cramer, Craig, Flynn, Bernadette. & LaFave, Ann, 1997).

Daftar Rujukan

Cramer, Craig, Flynn, Bernadette. & LaFave, Ann. 1997. Critiques & Controversies of Erikson. [Online:
http://web.cortland.edu/andersmd/erik/crit.html] diakses pada tanggal 18 September 2013.
Erik Erikson. [Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Erik_Erikson] diakses pada tanggal 20 September
2013.
Hanurawan, Fattah. 2007. Karakteristik Psikologi Siswa dan Pengembagan Metode Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Nilai, 14 (2): 92-100.
Kongkoh. 2010. Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson. [Online:
http://kongkoh.blogspot.com/2010/01/teori-perkembangan-psikososial-erik.html] diakses pada
tanggal 19 September 2013.
Shaffer, David R. 2005. Social and Personality Development. United States of America: Thomson
Wadsworth.
Slavin, Robert E. 2006. Educational Psychology: Theory and Practice. United State of America: Pearson.

Anda mungkin juga menyukai