Pengorganisasian Pekerja Kelompok 8
Pengorganisasian Pekerja Kelompok 8
PEMBANGUNAN
(Makalah Responsi Pengembangan Masyarakat)
Oleh
Kelompok 8
A. Latar Belakang
Pada makalah ini, peranan pengambangan masyarakat yang dilakukan oleh Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung di pulau Sebesi. Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung adalah Unit Pelaksana
Teknis di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan
Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) - Kementrian Kehutanan yang beralamatkan
di Jl. Z. A. Pagar Alam IB - Bandar Lampung.
Visi misi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) adalah sebagai berikut:
Visi:
" Tanggap dan Tangguh dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya di Provinsi Lampung Mendukung Kelestarian yang Berkeadilan ".
Misi:
1. Memantapkan pengelolaan kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
Kepulauan Krakatau sebagai kawasan konservasi insitu sesuai fungsi
kawasannya;
2. Memantapkan pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di
Provinsi Lampung sebagai bentuk konservasi eksitu berdasarkan prinsip
kelestarian;
3. Memantapkan perlindungan hutan dan penegakan hukum;
4. Mengoptimalkan potensi jasa lingkungan dan wisata alam yang bermanfaat
bagi kesejahteraan masyarakat;
5. Mengembangkakn kelembagaan dan kemitraan dalam rangka pengelolaan,
perlindungan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Sasaran strategis:
1. Terwujudnya kelestarian kawasan Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
Kepulauan Krakatau dengan mengoptimalkan kegiatan pengelolaan kawasan;
2. Terwujudnya pengelolaan kawasan konservasi ekosistem esensial dan bina
hutan lindung di Provinsi Lampung sekaligus mendukung upaya pemberdayaan
dan kesejahteraan masyarakat;
3. Tercapainya peningkatan kajian potensi keanekaragaman hayati baik di
kawasan insitu maupun eksitu di Provinsi Lampung untuk mendukung
pelestarian dan pemanfaatan SDAH dan ekosistemnya;
4. Tercapainya penurunan tindak pidana kehutanan dalam kasus peredaran dan
perdagangan TSL secara illegal;
5. Tercapainya penurunan jumlah hotspot di daerah rawan kebakaran;
6. Terwujudnya pengelolaan jasa lingkungan dan wisata alam dengan menggali
potensi jasa lingkungan serta meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan dan
wisata alam;
7. Terwujudnya kelembagaan yang mantap untuk mendukung pengelolaan sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya di Provinsi Lampung.
Undang-undang RI
1. No. 5 Tahun 1990 - KSDAH & Ekosistemnya
2. No. 41 Tahun 1999 - Kehutanan
Peraturan Pemerintah
1. No. 68 Tahun 1998 - Kawasan Suaka Alam & Kawasan Pelestarian Alam
2. No. 7 Tahun 1999 - Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
3. No. 8 Tahun 1999 - Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
III. ISI DAN PEMBAHASAN
Ada beberapa program kerja yang telah dijalankan oleh BKSDA, salah satunya
yang sedang dijalankan sekarang dan berkaitan dengan pengembangan
masyarakat adalah program MDK (Model Desa Konservasi) yang sudah dijal
ankan sejak tahun 2009. MDK (Model Desa Konservasi) adalah kegiatan
pemberdayaan masyarakat pesisir, karena berdekatan dengan wilayah
konservasi yaitu Cagar Alam Krakatau. MDK (Model Desa Konservasi)
sebagai wujud untuk menyikapi ketergantungan masyarakat pesisir terhadap
kawasan konservasi, yaitu Cagar Alam Krakatau. Wilayah pesisir yang yang
menjadi sasaran program MDK ini adalah Desa Tejang pulau Sebesi.
Pemberdayaan yang di lakukan BKSDA dalam program ini adalah
pemberdayaan dari segi ekonomi. Jadi BKSDA menawarkan bentuk ekonomi
alternatif supaya masyarakat di Desa Sebesi dapat mandiri secara ekonomi
tanpa harus bergantung pada wilayah konservasi. Karena jika ketergantungan
masyarakat terhadap wilayah konservasi dilakukan secara terus-menerus,
nantinya akan menggangu keseimbangan alam pada daerah konservasi dan
terjadilah kerusakan.
Sasaran dalam program MDK (Model Desa Konservasi) ini adalah kaum ibu,
bapak, dan pemuda. Kaum ibu di Desa Sebesi dilatih membuat tapis yang
melambangkan ciri khas lampung dan membuat kirang (kerajinan tangan
berbahan dasar lidi). Bahan-bahan yang digunakan pun tidak boleh di ambil
dari wilayah konservasi, melainkan dari Desa Tejang pulau Sebesi itu sendiri.
Jadi, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di
wilayahnya sendiri. Nantinya, hasil kerajinan tersebut bisa di jual kepada
wisatawan yang berkunung ke daerah Cagar Alam Krakatau. Untuk kaum
bapak, BKSDA melalui program MDK (Model Desa Konservasi) mengadakan
pelatihan rehabilitasi karang, dengan membuat zona konservasi di laut yang
tujuannya untuk wisata. Jadi, wisatawan yang ingin melihat karang tidak perlu
pergi ke Cagar Alam Krakatau melainkan ke Desa Tejang pulau Sebesi.
Sedangkan pemuda di Desa Tejang pulau Sebesi dilatih untuk menjadi guide.
Di Desa Tejang pulau Sebesi terdapat wisata berburu babi dan hiking, jadi
pemuda-pemuda di Desa Tejang pulau Sebesi diharapkan mampu menjadi
guide bagi para wisa tawan.
Dengan demikian, sumer daya alam yang ada di Desa Tejang pulau Sebesi
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakatnya, mulai dari ibu-ibu,
bapak-bapak sampai pada pemudanya. Peranan pengembangan masyarakat
disini penting dalam pembangunan Desa Tejang pulau Sebesi tanpa merusak
kawasan konservasi milik Provinsi Lampung. Sesuai dengan peranan
pengembangan msyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan
berdasarkan prinsip keadilan sosial, partisipasi dan kerja sama yang setara.
IV. KESIMPULAN