PENDAHULUAN
2.3 Limbah
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya
atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak
langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
atau makhluk hidup lainnya. Setiap limbah perlu dikarakteristik terlebih dahulu sebelum
rancangan proses dimulai. Sifat limbah cair yang perlu diketahui adalah volume aliran,
konsentrasi organic, karakteristik dan toksisitas.Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan
oleh limbah juga bergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Berdasarkan sumber atau
asal limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam beberapa golongan yaitu : 1) Limbah
domestic, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci pakaian,
dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat organik baik padat
maupun cair, bahan berbahaya dan beracun (B-3), garam terlarut, lemak. 2) Limbah
nondomestic, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan,
perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber lainnya. Limbah pertanian biasanya terdiri
atas pestisida, bahan pupuk dan lainnya.Tujuan pengolahan limbah adalah menurunkan
kandungan bahan organik dan bahan lainnya di dalam limbah, baik dalam bentuk cair
maupun gas sehingga diperoleh konsentrasi yang aman untuk dibuang.Teknologi pengolahan
maupun pemanfaatan limbah telah berkembang sehingga pihak perkebunan mempunyai
beberapa pilihan untuk pengolahan limbahnya.
Saat ini, usaha tahu di Indonesia rata-rata masih dilakukan dengan teknologi yang
sederhana, sehingga tingkat efisiensi penggunaan sumber daya (air dan bahan baku)
dirasakan masih rendah dan tingkat produksi limbahnya juga relatif tinggi. Kegiatan industri
tahu di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha skala kecil dengan modal yang terbatas.Dari
segi lokasi, usaha ini juga sangat tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Sumber daya manusia
yang terlibat pada umumnya bertaraf pendidikan yang relatif rendah, serta belum banyak
yang melakukan pengolahan limbah.
Hal tersebut diatas sesuai dengan definisi industri kecil menurut rumusan yang ada
dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 150/M/SK-7/1995 yang mempunyai
lingkup sebagai berikut :
1. Produk yang dihasilkan adalah produk-produk yang tergolong dalam kebutuhan
rumah tangga untuk konsumsi masyarakat.
2. Pemilik saham/modal adalah masyarakat setempat.
3. Skala usaha adalah skala kecil dengan investasi dibawah Rp. 50.000.000,- tidak
termasuk nilai tanah dan bangunan.
Industri kecil rumah tangga (IKRT) dapat dibagi/dikelompokkan berdasarkan atas
komoditi dan produk yang dihasilkan, antara lain :
1. IKRT yang memproduksi bahan konsumsi (pangan, sandang).
2. IKRT yang memproduksi alat pertanian dan pertukangan.
3. IKRT yang memproduksi barang-barang seni (ukir-ukiran kayu, patung, perhiasan,
batik tulis, tenun ikat, dll).
Kriteria dan ciri industri kecil rumah tangga (IKRT) dapat dibedakan antara lain :
1. Tenaga kerja : a). tenaga kerja/pengrajin terbatas pada lingkungan rumah tangga,
sehingga jumlahnya sangat terbatas dibawah 10 orang; b). pimpinan melaksanakan
segala urusan kegiatan usaha.
2. Produk : a). jenis produk spesifik, tergantung pada keterampilan tradisional, dengan
alat produksi yang sederhana.
3. Permodalan : a). tidak dipisahkan antara modal dan kekayaan pribadi/keluarga dan
sangat terbatas; b). belum dapat memanfaatkan langsung skema perkreditan
modern.
4. Lokasi : a). tidak terpisahkan dengan rumah tangga pengusaha/pemilik atau tempat
usaha dalam bangunan rumah tangga; b). IKRT berkembang di suatu desa, dapat
membentuk sentra industri kecil dengan ciri-ciri produksi yang dihasilkan sama.
5. Definisi/batasan : a). IKRT termasuk usaha produksi industri kecil yang
diselenggarakan sebagai self employment dan modal sendiri (menciptakan modal
sendiri atau dibantu oleh anggota keluarga).
2.3.1 Limbah Tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah, yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil
pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada
kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah padat yang
berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya
limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan
limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas
tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang dihasilkan.
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian
kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan pengepresan/pencetakan
tahu. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industry pembuatan tahu adalah cairan
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini
mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah ini sering dibuang
secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
mencemari lingkungan.Jika konsentrasi beban organik terlalu tinggi, maka akantercipta
kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa amonia, karbondioksida,
asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi
sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan
estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.Limbah cair yang dihasilkan
mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut,akan mengalami perubahan fisika, kimia,
dan hayati yang akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat
beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang
merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan, air limbah
akan berubah warnanya menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini
mengakibatkan sakit pernapasan.Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat
dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi.Apabila limbah ini dialirkan
ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan
gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit
lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak
baik.
Limbah padat industri tahu meliputi ampas tahu yang diperoleh dari hasil pemisahan
bubur kedelai.Ampas tahu masih mengandung protein 27 gr, karbohidrat 41,3 gr, maka
dimungkinkan untuk dimanfaatkan kembali menjadi kecap, taoco, tepung yang dapat
digunakan dalam pembuatan berbagai makanan (kue kering, cake, lauk pauk, kerupuk,dll).
Proses penanganan biologi air limbah secara biologik terdiri dari campuran
mikroorganisme yang mampu memetabolisme limbah organik. Kelompok mikroorganisme
tersebut adalah 1).Bakteri, 2).Fungi, 3).Algae, 4).Protozoa,5). Rotifera, 6) Crustacea, dan 7).
Virus.Pemilihan sistem pengolahan air limbah didasarkan pada sifat dan karakter air
limbah tahu itu sendiri. Sifat dan karakteristik air limbah sangat menentukan didalam
pemilihan sistem pengolahan air limbah, terutama pada kualitas air limbah yang meliputi
parameter-parameter pH, COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (BiologicalOxygen
Demand), dan TSS (Total Suspended Solid).
Proses biologi anaerobik merupakan sistem pengolahan air limbah tahu yangbanyak
digunakan. Pertimbangan yang dilakukan adalah mudah, murah dan hasilnya bagus. Proses
biologi anaerobik merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah dengan memanfaatkan
mikroorganisme yang bekerja pada kondisi anaerob. Kumpulan mikroorganisme, umumnya
bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek organik menjadi metana.Selebihnya
terdapat interaksi sinergis antara bermacammacam kelompok bakteri yang berperan dalam
penguraian limbah.Kelompok bakteri non metanogen yang bertanggung jawab untuk proses
hidrolisis dan fermentasi tardiri dari bakteri anaerob fakultatif dan obligat. Mikroorganisme
yang diisolasi dari digester anaerobik adalah Clostridium spp., Peptococcus anaerobus,
Bifidobacterium spp., Desulphovibrio spp., Corynebacterium spp., Lactobacillus,
Actonomyces, Staphylococcus, and Eschericia coli.
Ada tiga tahapan dasar yang termasuk dalam keseluruhan proses pengolahanlimbah
secara oksidasi anaerobik, yaitu : hidrolisis, fermentasi (yang juga dikenal dengan sebutan
asidogenesis), dan metanogenesis. Secara umum proses anaerobik akan menghasilkan gas
Methana (Biogas). Biogas (gas bio) adalah gas yang dihasilkan dari pembusukan bahan-
bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob (tanpa ada oksigen bebas). Biogas tersebut
merupakan campuran dari berbagai macam gas antara lain : CH4 (54%-70%), CO2 (27%-
45%), O2(1%-4%),N2 (0,5%-3%), CO (1%), dan H2<<<<<. Sifat penting dari gas metan ini
adalah tidak berbau, tidak berwarna, beracun dan mudah terbakar.Karena sifat gas tersebut,
maka gas metan ini termasuk membahayakan bagi keselamatan manusia.Penggunaan biogas
ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan, karena dengan
fermentasi bakteri anaerob (bakteri metan) maka tingkat pengurangan pencemaran
lingkungan dengan parameter BOD, COD akan berkurang sampai 90%. Sistem ini banyak
dipakai dengan pertimbangan ada manfaat yang bisa diambil yaitu pemanfaatan biogas yang
sangat memungkinkan digunakan sebagai bahan sumber energi karena gas metan sama
dengan gas elpiji (liquid petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas metan mempunyai
satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak. Contoh pemanfaatan biogas misalnya untuk
memasak, lampu penerangan, listrik generator, dan dapat menggantikan bahan bakar yang
lain, dsb.
Pada pengolahan air limbah tahu proses biologi aerobik merupakan proseslanjutan
untuk mendegradasi kandungan senyawa organik air limbah yang masih tersisa setelah proses
anaerobik. Sistem penanganan aerobik digunakan sebagai pencegah timbulnya masalah bau
selama penaganan limbah, agar memenuhi persyaratan effluent dan untuk stabilisasi limbah
sebelum dialirkan ke badan penerima.
Proses pengolahan limbah aerobik berarti proses dimana terdapat oksigen terlarut.
Oksidasi bahan-bahan organik menggunakan molekul oksigen sebagai aseptor electron akhir
adalah proses utama yang menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme dalam proses
ini. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai aseptor elektron akhiradalah
mikroorganisme aerobik.Pengolahan limbah dengan sistem aerobik yang banyak dipakai
antara lain dengan sistem lumpur aktif, piring biologi berputar (Rotating Biological
Contractor = RBC) dan selokan oksidasi.