Salmonella enterica
Gram negatif yang berbentuk batang. Panjang salmonella bervariasi. Sebagian besar isolat
motil dengan flagel peritrika (peritrichous flagella).
LO 1.3. Klasifikasi
Hampir semua serotype Salmonela yang menginfeksi manusia berada dalam hibridisasi DNA
grup I; jarang terjadi infeksi pada manusia oleh grup IIIa dan IIIb. Empat tipe salmonella yang
menyebabkan demam enterik dapat diidentifikasikan di laboratorium klinis melalui
pemeriksaan biokimia dan serologik. Serotipe-serotipe ini sebaiknya rutin diidentifikasi karena
seotipe-serotipe ini bermakna secara klinis. Serotipe tersebut adalah sebagai berikut:
Salmonella Paratyphi A (serogroup A), Salmonella Paratyphi B (serogroup B), Salmonella
Cholerasuis (serogroup C1), dan Salmonella Typhi (serogroup D). Genus Salmonella
mempunyai tiga macam antigen utama denagn cara diagnostic atau mengindentifikasinya,
misalnya somatik (O), permukaan, dan flagela (H).
LO 1.4. Habitat dan Siklus Hidup
Habitat utana salmonellae adalah saluran intestinal manusia dan hewan berdarah dingin
maupun berdarah panas. Salmonellae dapat ditemukan di air, tanah, kadang-kadang tanaman
yang biasa untuk dimakan. Salmonellae tidak menggandakan diri secara signifikan ketika
berada di luar saluran intestinal, tapi bisa bertahan beberapa minggu di air dan beberapa tahun
di tanah bila suhu, kelembaban, dan pH cocok.
LO 3.5. Manifestasi
Demam. malaise, sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan mialgia, sakit kepala, sakit perut,
instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi. Sifat demam adalah meningkat
perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. Pada minggu kedua lidah yang
berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor, roseolae jarang ditemukan pada
orang Indonesia.
LO 3.6. Diagnosis dan Diagnosis banding
Kultur masih menjadi standar baku untuk penegakkan diagnosis. Darah untuk biakan harus
diambil berulang kali. Pada biakan demam enterik dan septikemia, biakan darah sering positif
dalam minggu pertama penyakit. Biakan sumsum tulang dapat bermanfaat. Biakan urin dapat
positif setelah minggu kedua. Spesimen feses juga harus diambil berulang-ulang. Pada demam
enterik, feses akan memberikan hasil positif mulai minggu kedua atau ketiga.
LO 3.7. Pemeriksaan Laboratorium
Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman Salmonella Typhi. Pada uji Widal
terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman Salmonella Typhi dengan antigen yang disebut
aglutinin. Maksud uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu: a) aglutinin O (dari tubuh kuman), b) aglutinin H (flagela
kuman), dan c) aglutinin Vi (simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O
dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya, semakin besar
kemungkinan terinfeksi kuman ini..
Uji Tubex
Uji Tubex merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat (beberapa menit) dan mudah
untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibody anti-S.typhi O9 pada serum pasien, dengan cara
mengahmbat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada partikel latex yang berwarna
dengan lipopolisakarida S.typhi yang terkonjugasi pada partikel magnerik latex. Hasil positif
uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara
spesifik menunjuk pada S.typhi. Infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil negatif.
Uji Typhidot dan Uji Igm Dipstick
LO 3.8. Tata Laksana
1. Istirahat dan perawatan
2. Diet dan terapi penunjang
3. Pemberian antimikroba
Kloramfenikol, Tiamfenikol, Kotrimoksazol, Ampisilin dan amoksisilin, Sefalosporin
generasi ketiga, Golongan fluorokuilonon, Azitromisin
LO 3.9. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu:
Komplikasi intestinal: perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis
Komplikasi ekstra intestinal: miokarditis, anemia hemolitik, pneumonia, hepatitis,
glomeerulonefritis, artritis, neuropsiatrik
LO 4. Prognosis
Sumber Pustaka