CKMB meningkat setelah 3 jam bila ada Infark miokard dan mencapai
puncaknya dalam 10 24 jam dan kembali normal dalam 2 4 hari.
Operasi jantung, miokarditis dan kardioversi elektrik dapat
meningkatkan CKMB
Troponin ada 2 jenis yaitu, Trop T dan Trop I. enzim ini meningkat
setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncaknya dalam
10 24 jam dan Trop T masih dapat dideteksi setelah 5 14 hari,
sedangkan Trop I setelah 5 - 10 hari
CK, meningkat setelah 3 8 jam bila ada infark miokard dan mencapai
puncaknya dalam 10 36 jam dan kembali normal dalam 3 4 hari.
LDH, meningkat setelah 24 48 jam dan kembali normal dalam 8 14
hari
Unstable Angina NSTEMI STEMI
Non occlusive thrombus Occluding thrombus Complete thrombus
sufficient to cause tissue occlusion
damage & mild
myocardial necrosis
Angiotensin Angiotensin I A
C
E
Retensi Na + air Kortex adrenal
aldosteron Angiotensin II
Preload meningkat
Penatalaksanaan :
Restriksi cairan dan natrium
Diuresis ditambah penataksanaan yang sudah
diuraikan pada bahasan sebelumnya
Pada umumnya terjadi pada pasien dengan STEMI
inferior.
Manifestasi klinis : Bradikardi, sincope, tekanan darah
rendah, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kadang
disertai dengan AV blok.
Resusitasi cairan secara adekuat untuk meningkatkan
cardiac out ( relatif aman)
Mencegah pemberian vasodilator (t.u venodilator)
seperti nitrat
Morfin/nitrat diganti dengan petidin
Hati-hati pemberian ACE inhibitor dan diuresis
Pemberian obat lain sama dengan infark pada jantung
kiri
1.ABCs
2.Segera pasang IV line
3.Oksigen
4.Nitral (cedocard) sublingual
5.Nitrogliserin oral atau infus (drip)
6.Aspirin 160 mg dikunyah
7.Pain killer (Morphine/Petidine)
8.Penderita dirawat di CVCU/ICCU,memerlukan monitor ketat
Pemberian oksigen 2 - 4 l /mt
Posisi semi fowler
Pemasangan IV catheter, untuk memudahkan pemberian
obat obatan emergency
Pemasangan ECG monitoring; untuk memonitor irama
jantung secara continous, sehingga memungkinkan dimulainya
terapi yang cepat dan tepat.
Kolaboratif pemberian Morphine sulfat atau meperidine per
intravenous ; 2 4 mg. Untuk menurunkan nyeri, anxietas, dan
ketakutan, sehingga dapat menurunkan kerja jantung,
menurunkan oksigen consumption dari otot jantung, serta
menurunkan HR.
Kolaboratif pemberian Nitrogliserin I V untuk menurunkan
nyeri dengan cara meningkatkan sirkulasi kolateral ke
miokardium yang mengalami ischemia.
Monitoring Vital sign tiap 1 -4 jam sesuai kondisi.
Bedrest dan pembatasan aktifitas pada fase awal dan
aktifitas ditingkatkan secara gradual sesuai dengan kondisi
klien.
Kolaboratif : Anticoagulant therapy: Heparin, untuk
mencegah pembekuan darah dengan cara menghambat
kaskade pembekuan darah.
Kolaboratif: Beta bloking Agents (B adrenergic blokers :
Atenolol, Bisoprolol, Carvedilo). Akan mempengaruhi
/ menekan stimulasi symphatic Nervous System, sehingga
dapat memperlambat HR, dan menurunkan oksigen
demand dan memperbaiki aliran darah arteri koronaria
dengan vasodilatasi.
Antithrombotik: ( aspirin/aspilet, Ticlopidin/Ticlid ,
Clopidogrel/plavix) mencegah pembekuan dengan cara mencegah
agregasi trombosit.
Kolaboratif: Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
(Captopril/ Capoten, Enalapril/Prexum); menghambat
pembentukan angiotensin II (vasokontriktor kuat), akan support
vasodilatasi pembuluh darah dan mencegah absorpsi sodium akan
berdampak terhadap penurunan beban kerja jantung, memperbaiki
memperbaiki CO dengan cara memperbaiki stroke volume,
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki renal blood flow.
Lipid lowering therapy (simvastatin, etc)
Platelet Gliko Protein (GP) IIb/IIIa reseptor Bloker.diogunakan untuk
pencegahan pembekuan darah lebih lanjut,fibrinolisis endogen dan
mengurangi derajat stenosis.
Monitor Intake dan out put
Kolaborasi : Stool softener. Klien AMI beresiko mengalami
konstipasi karena bed rest dan pemberian Narcotik. Pemberian stool
softener akan memfasilitasi BAB yang nyaman. Hal ini akan mencegah
klien mengedan dengan kuat, dan terutama mencegah terjadinya
stimulasi vagal karena valsava maneuver. Jika terjadi vagal stimulasi
akan mengakibatkan terjadinya bradicardia.
Pertimbangkan kemungkinan dilakukan reperfusi , baik dengan
trombolitik maupun primary PTCA
Kolaboratif: Trombolytic Therapy (streptokinase, Urokinase),
bertujuan untuk melysiskan thrombus di koronari arteri sehingga
dapat memungkinkan terjadinya reperfusi pada miokardium yang
mengalami injury (harus diberikan secepatnya, 6 jam setelah on set
chest pain). Pemberian Trombolitik terapi hanya pada Infrak dengan
Gelombang Q (ST elevasi),sedang pada infark non Q dan APTS tidak
ada manfaat pemberian trombolitk.
STEMI:
1. Primary PTCA (Percutaneous Transluminal
Coronary Angioplasty)
2. Trombolytic (Bila mula serangan <12 jam)
3. Bila >12 jam heparin
NSTEMI:
1. Primary PTCA pada kelompok risiko tinggi
2. Heparin
3. Aspirin
4. Nitrat
5. Obat penyekat beta
Risiko Tinggi:
a. Nyeri dada yang berkepanjangan (>20 menit)
b. Gangguan hemodinamik (hipotensi, syok)
c. Post infarc angina
d. Peningkatan/positif troponin T
e. Aritmia utama (ventrikel takikardia/fibrillasi)
f. Diabetes Mellitus
Fibrinolitik : < 12 jam, door-to-needle < 30 menit
Intraaortic Balloon Pump (IABP)
Primary Percutaneus Coronary Intervention (Primary
PCI)
Di senter-senter yang fasilitas cath-lab dan tenaga ahli yang
lengkap ,jarang memberikan trombolitik biasanya penderita
langsung didorong ke kamar cateterisasi untuk dilakukan PTCA,
dan pada mereka yang gagal dalam pemberian trombolitk
dilaukan rescue PTCA.
Coronary Artery Bypass Graft (CABG)
ARITMIA
Takhiaritmia
Bradiaritmia
SYOK KARDIOGENIK Gagal jantung kiri atau
kanan
Disfungsi Ventrikel Kiri
Disfungsi Ventrikel Kanan