PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Kejadian Gastritis
2015. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Megawati (2014) tentang
beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada pasien yang
ditangani sejak awal yaitu mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil,
41
berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta
dimana dari 60 orang yang mengalami gastritis, sebagian besar (35 orang)
lebih peduli dan perhatian pada berat badan dan penampilan, sehingga
frekuensi, jumlah dan jenis makanan agar tidak menjadi gemuk. Hal ini
2. Pola makan
Hubungan Antara Pola Makan dengan Jenis Gastritis Pada Pasien yang
Luwu Utara, dimana dari hasil penelitian terhadap 40 orang sampel penelitian
juga sejalan dengan Dewi (2014) tentang faktor- faktor yang mempengaruhi
42
terjadinya gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Makassar,
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
mineral. 3) Porsi makan, porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun
takaran makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan (Persagi, 2016).
makan tidak baik (61 responden). Hal ini bisa dilihat dari hasil analisa
kuisioner tentang pola makan: Keteraturan makan, dimana 48% tidak setuju
setiap hari biasa sarapan pagi, 54% kurang setuju makan 3 kali sehari, 52%
tidak setuju makan pagi jam 06.00-08.00 wib, 59% kurang setuju setiap hari
sempat untuk makan siang, 50% tidak setuju makan di jam yang sama setiap
harinya, 64% tidak setuju makan sedikit tapi sering, dan 54% kurang setuju
makan siang jam 12.00-13.00 wib. Jenis makan, dimana 41% setuju suka
kopi, 51% setuju suka mengkonsumsi makanan yang mengandung gas seperti
sawit, kol, nangka, 59% setuju suka makan-makan yang bersantan, dan 60%
43
setuju suka makan makanan seperti jagung, singkong dll. Porsi makan,
dimana 58% tidak setuju porsi makanya sama banyak makan pagi dengan
makan siang, 46% kurang setuju setiap makan pagi jumlah porsinya satu
piring, 49% kurang setuju porsi makan malam lebih banyak dari siang.
responden baik. Menurut analisa kuisioner, pola makan responden yang baik
bisa dilihat dari hasil kuisioner tentang pola makan: Keteraturan makan,
dimana 43% setuju sering makan malam tidak diatas jam 12.00, 29% setuju
setiap hari sempat untuk makan siang. Jenis makan, dimana 48% kurang
makanan tinggi lemak seperti kue tart, keju. Porsi makan, dimana 53% setuju
setiap makan pagi jumlah porsinya satu piring, 46% kurang setuju suka
B. Analisa Bivariat
kejadian gastritis sebagian besar terdapat pada responden dengan pola makan
tidak baik yaitu 54 (88.5%) dibandingkan responden dengan pola makan baik
yaitu 6 (15.4%). Hasil uji statistik chi-square dapat dilihat bahwa p-value 0.000
(< 0.05), yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima, maka ada hubungan yang
44
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustin
Pasien yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi Tahun
pasien. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Megawati (2014) tentang
beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada pasien yang
antara pola makan dengan kejadian gastritis, dengan p value = 0.024 (p<0.05).
makan sedikit tapi sering. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam
lambung. Penderita gastritis tidak boleh menunda waktu makan, namun jika tidak
Puspadewi, dkk (2012) menjelaskan bahwa pemilihan jenis makanan yang tepat
makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur, buah dan susu. Seseorang dengan
lemak hewani dapat memicu terjadinya gastritis. Pencegahan gastritis juga dapat
dilakukan dengan tidak mengkonsumsi minuman seperti: sirup, teh, soda, alkohol
dan kopi karena akan memicu meningkatnya asam lambung. Sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Kurnia (2009), bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya gastritis yaitu makan dalam jumlah kecil
45
obat anti inflamasi dan rutin memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala
gastritis karena responden yang mengalami pola makan tidak baik menyebabkan
makan makanan yang asam, sering terlambat makan, dan jadwal makan yang
tidak teratur. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu 88.5% responden
dengan pola makan tidak baik tetapi tidak gastritis sebanyak 11.5% disebabkan
karena walaupun responden tidak makan teratur pada jam yang disarankan, tetapi
24% responden setuju makan makanan ringan di jam 10 siang sehingga bisa
Hasil penelitian ini juga bisa dilihat responden yang pola makan baik
Responden yang pola makan baik tetapi mengalami gastritis sebanyak 15.4% bisa
disebabkan karena responden mengalami stres. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Vera Uripi (2001) yang menyatakan bahwa stres dapat
lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antara makanan dan dinding
di lambung.
46
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Lebih dari separuh (61.0 %) responden mempunyai pola makan tidak baik
Tahun 2017.
3. Ada hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian gastritis
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
agar masyarakat bisa menerapkan pola hidup sehat, baik dalam bentuk
penyuluhan langsung atau melalui media lainnya, seperti pamflet atau leaflet
47 47
b. Diharapkan hasil penelitian ini bisa menambah bahan bacaan dan dapat
gastritis dengan variabel yang berbeda yaitu tentang faktor- faktor yang
48