Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

AKHLAK ISLAM

Oleh:

Kelompok 5 :

1. Tresnadani
2. Sarinah
3. Lika Wiyana
4. Songkowati
5. Tri Apriyani

Dosen Pengampu:

Dr.Hj. Riri Suprihatin, M.P.dI.

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN


STKIP ARRAHMANIYAH DEPOK
PROGRAM STUDI S1 PGSD
2015
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim
Assalamualaikum. Wr. Wb

Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan
meminta ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu dan keburukan amal
perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang
dapat menyesatkannnya. Sebaliknya, barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada
seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Akhlak Islam
sebagai analisis untuk mengetahui pengertian, peran dan kedudukan akhlak dalam islam
serta aplikasi dalam hubungannya dengan Allah SWT...
Kami hanya dapat berdoa, kiranya apa yang kami tulis disini bermanfaat bagi kita
semua. Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun
dari para pembaca sangat kami harapkan.
Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini. Dan
hanya kepada Allah swt kita berlindung dan memohon ampun.
Billahi Taufiq Walhidayah.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Depok, Nopember 2015

Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh
bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat,
tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan
sejahteralah lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak),
rusaklah lahirnya dan batinnya. Seseorang yang berakhlak mulia, selalu melaksanakan
kewajiban-kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak,
dia melakukan kewajibannya terhadap dirinya sendiri, yang menjadi hak dirinya,
terhadap Tuhannya, yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk yang lain, terhadap
sesama manusia, yang menjadi hak manusia lainnya, terhadap makhluk hidup lainnya,
yang menjadi haknya, terhadap alam dan lingkungannya dan terhadap segala yang ada
secara harmonis, dia akan menempati martabat yang mulia dalam pandangan umum.
Dia mengisi dirinya dengan sifat-sifat terpuji, dan menjauhkan dirinya dari sifat-sifat
yang tercela, dia menempati kedudukan yang mulia secara obyektif, walaupun secara
materiil keadaannya sangat sederhana.
Kajian tentang akhlak di kalangan umat islam pada masa permulaan islam
hanya terbatas pada upaya memahami akhlak dari Al-Quran dan As-Sunnah.
Selanjutnya, kajian aklak ini berkembang lebih luas seiring perkembangan zaman,
terutama setelah era penerjemahan literatur filsafat Yunani, bermunculan tokoh-tokoh
yang berkonsentrasi mengkaji khasanah klasik Yunani termasuk teori-teori mereka
mengenai akhlak dan berbagai corak pemikiran.
Usaha dan kontribusi yang dicurahkan para filsuf yang berkecimpung dalam
filsafat akhlak dan berbagai corak pemikiran ini bukan sekedar taklid pada pendahulu
mereka dari kalangna filsuf Yunani, akan tetapi mereka melakukan pembaharuan
dalam cara berfikir. Hal ini tampak jelas jika kita mendalami karya-karya mereka,
terutama dalam Kitab Tahdzib Al-Akhlaq wa Tathhir al-Araq karya Ibnu Maskawih.
Disamping kecenderungan ini, muncul pula beragam kajian dalam bidang
akhlak dan kalangan kaum sufi muslim yang berpangku pada upaya penggalian
inspirasi dari cahaya wahyu. Adapun yang paling populer dalam wacana ini adalah
konstribusi Imam Al-Ghazali, terutama dalam kitab Ihya Ulumuddin.

2
Dengan demikian, kita sebagai seorang muslim diharapkan mempunyai
akhlakul karimah, dengan cara mempelajarai berbagai macam ilmu tentang akhlak

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan permasalahan, antara lain:
1. Bagaimanakah pengertian, peran, dan kedudukan akhlak dalam Islam ?
2. Bagaimana aplikasi akhlak dalam hubungannya dengan Allah dan ciptaan-Nya ?

C. Tujuan Penulisan
Disamping sebagai tugas mata kuliah Agama Islam Program S1 STKIP
Arrahmaniyah, makalah ini disusun juga bertujuan untuk lebih mengetahui tentang :
1. Pengertian Akhlak , peran dan kedudukannya dalam Islam
2. Mengetahui aplikasi akhlak dalam hubungannya dengan Allah dan Ciptaany-Nya

D. Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan makalah ini diperlukan suatu metode.Adapun dalam pengumpulan
data ini penulis menggunakan metode kepustakaan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Akhlak ( )berasal dari kata tunggal khuluq. Kata khuluq adalah lawan
dari kata khalq. Khalq dilihat dengan mata lahir (bashar) sedangkan khuluq dilihat
dengan mata batin (bashirah). Keduamya berasal dari akar kata yang sama
yaitu khalaqa. Keduanya berarti penciptaan, karena memang keduanya telah tercipta
melalui proses. Khuluq atau akhlaq adalah sesuatu yang telah tercipta atau terbentuk
melalui sebuah proses. Karena sudah terbentuk, akhlak disebut juga kebiasaan.
Kebiaasaan adalah tindakan yang tidak lagi banyak memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Kebiasaan adalah sebuah perbuatan yang muncul dengan mudah. Ibnu
Maskawih mendefinisikan akhlak sebagai berikut:


akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong melakukan perbuatan dengan tanpa butuh
pikiran dan pertimbangan
Abu Hamid Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin mendefinisikan
akhlak sebagai berikut:



akhlak merupakan ungkapan-ungkapan tentang keadaan yang melekat pada
jiwa dan darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan
Akhlak adalah daya yang telah bersemi dalam jiwa seseorang sehingga dapat
menimbulkan perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikir dan direnungkan. Menurut
pengertian para ilmu akhlaq, akhlaq ialah suatu keadaan jiwa seseorang yang
menimbulkan terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang dengan mudah.

4
Dengan kata lain bahwa akhlaq adalah daya kekuatan (sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan
agama, maka tindakan itu disebut akhlaq yang baik (mahmudah), sebaliknya, jika buruk
disebut akhlaq tercela (madzmumah).
Dengan demikian, bila perbuatan, sikap dan pemikiran seseorang itu baik,
niscaya jiwa dan akhlaknya baik pula. Sebaliknya jika perbuatan, sikap dan
pemikirannya buruk, niscaya jiwa dan akhlaqnya buruk pula.
Dari definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak adalah
kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam
kehidupannya, sehingga dua hal tersebut sulit untuk dipisahkan, ukuran akhlaq bukan
dilihat dari segi lahiriyah saja, tetapi yang lebih penting adalah dari segi batiniyah, yakni
dorongan hati, sabda Nabi :
Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu terdapat sekerat daging, jika
ia baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh
tubuh itu. Ingatlah sekerat daging itu adalah hati.
Akhlaq dalam Islam sangatlah penting artinya, sebab Nabi Muhammad saw
diutus untuk membina akhlaq manusia. Ilmu yang mempelajari akhlaq adalah ilmu
akhlaq, yaitu ilmu yang menerangkan tentang kaidah-kaidah baik dan buruk, sifat-sifat
terpuji dan tercela
Proses pemahaman tentang akhlak berupa pengetahuan dan informasi tentang
betapa pentingnya akhlak mulia dan betapa besarnya kerusakan yang akan ditimbulkan
akibat akhlak yang tercela. Pemahaman berfungsi memberikan landasan logis teoritis
mengapa seseorang harus berakhlak mulia dan harus menghindari akhlak tercela.
Dengan pemahaman, seseorang akan menjadi lebih terarah dalam berperilaku sesuai
dengan sumber yang dipakai, baik dari Al-Quran, As-Sunnah ataupun pernyataan-
pernyataan etis dari orang lain.

Perbedaan Akhlak dengan Moral dan Etika


Bila dilihat dari sudut pengertian, maka istilah akhlak, moral, dan etika itu
mempunyai arti yang sama. Tetapi jika dilihat dari perbedaannya adalah terletak pada
standar nilai atau sumber hukumnya, sebagaimana uraian berikut ini:
1. Etika, bersumber dari hukum adat istiadat. Sehingga jangkauan hukumnya adalah
masyarakat adat (daerah) tertentu.

5
2. Moral, bersumber dari hukum atau undang-undang suatu negara. Sehingga
jangkauan hukumnya adalah penduduk suatu bangsa atau negara tertentu.
3. Ahklak, bersumber dari Al-quran dan As-sunnah. Sehingga jangkauan hukumnya
adalah seluruh umat manusia dari bangsa atau negara manapun.
Dari perbedaan sumber hukum istilah-istilah di atas, dapat dipahami bahwa
akhlak menyentuh seluruh umat, tanpa membedakan sukun, bahasa, atau bangsa. Ini
artinya akhlak itu berlaku universal (menyeluruh), cocok untuk segala keadaan, waktu,
tempat, dan menyentuh sekuruh aspek kehidupan. (Nashir, 1994)

Sumber-sumber Akhlak dalam Islam


Sumber-sumber akhlak dalam islam yaitu dari Al-quran dan Hadist:
1. Al-quran

( 15)



)

(16

Artinya :

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang
menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS.
Al-Maidah: 15-16)

2. As-Sunnah
Dalam hadits diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Aisyah ra, ia
mengatakan : akhlaq nabiyullah Muhammad saw adalah al-Quran.
Hadits ini menunjukkan bahwa al-Quran adalah dasar yang pertama dan
utama bagi akhlaq. Sedang Allah SWT mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw
sebagai teladan yang baik dalam firman-nya: Sesungguhnya telah ada pada di
Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu.

6
Akhlaq merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.
Setiap manusia pasti mempunyai akhlaq. Tujuan akhlak dalam Islam, secara umum
ialah terbentuknya pribadi muslim yang luhur budi pekertinya, baik lahir maupun
batin, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, sedangkan tujuan akhlak
secara khusus ada 2:

a. Membersihkan diri dari akhlaq tercela


b. Menghiasi diri dengan akhlaq terpuji
Selain itu tujuan dari akhlak adalah :
a. Mendapatkan ridha dari Allah
b. Membentuk kepribadian muslim, maksudnya adalah segala perilaku, baik
ucapan, perbuatan, pikiran dan kata hatinya mencerminkan sikap ajaran Islam.
c. Mewujudkan perbuatan yang mulia dan terhindarnya perbuatan tercela.

B. Peran akhlak dalam Islam

Dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki peranan penting dalam


membentuk generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
manusia berkualitas, bertanggung jawab dan mampu mengantisipasi masa depan.
Pendidikan dalam maknanya yang luas senantiasa menstimulir, menyertai perubahan
perubahan dan perkembangan umat manusia. Selain itu, upaya pendidikan senantiasa
menghantar, membimbing perubahan dan perkembangan hidup serta kehidupan umat
manusia.
Akhlak manusia di zaman ini mulai hampir mendekati dengan akhlak dizaman
jahiliyah waktu dulu, kenapa demikian akhlak zaman sekarang disamakan dengan
akhlak manusia di zaman jahiliyah dulu. Sebagai contoh dizaman dulu wanita tidak
ada harganya sedikitpun, wanita hanya dijadikan sebagi pemuas nafsu saja oleh para
lelaki. Nah dan kejadian seperti itu tidak jauh beda dengan zaman sekarang ini, maka
pantas kalau zaman ini di sebut sebagai kembalinya masa jahiliyah. Berbicara tentang
akhlak memang merupakan hal yang sangat serius, karena kemajuan bangsa tergantung
dari akhlak bangsanya sendiri.
Agama Islam yang dibawa oleh Rosulullah Saw, tidak mengajarkan manusia
untuk melakukan perbuatan mungkar dan berakhlak buruk, tetapi sebaliknya Islam
menyuruh manusia berakhlak karimah, berbudi baik, beradab sempurna yang pada
7
hakekatnya manusia sendirilah yang memperoleh faedahnya. Diantara perangai
perangai yang luhur itu ada yang bermanfaat bagi masyarakat umum, seperti
bersedekah, bermurah tangan, memberi pertolongan dan lain sebagainya.

Alloh Swt berfirman:






Artinya: Sesungguhnya Alloh menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kaum kerabat dan Alloh melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.. (QS. An Nahl: 90).

Rosulullah Saw dengan agama yang dibawanya sungguh mengemban misi yang
berat, yaitu membenahi kehidupan manusia yang pada saat itu sudah sangat
menyeleweng. Dimana mana timbul keonaran, pemaksaann, pemerasan, penyiksaan dan
lain sebagainya. Mereka pada saat itu bukan hanya tidak mau menyembah kepada Alloh
Yang Maha Esa, tetapi benar benar sudah tidak bermoral dalam hidupnya. Mereka suka
menganiaya, enggan hidup bertetangga , yang kaya berbuat semenamena terhadap yang
miskin, yang kuat menindas yang lemah. Pendek kata siapa yang kaya menjadi raja dan
siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Ditengah tengah umat manusia yang sudah
sedemikian rusaknya, Muhammad diutus oleh Alloh untuk meluruskan kehidupan
mereka, memperbaiki moral mereka. Beliau bersabda:



Artinya: Sesungguhnya Aku diutus oleh Alloh hanyalah untuk menyempurnakan
keluhuran akhlak. (HR. Ahmad).

Kehadiran Islam di tengah tengah umat manusia adalah untuk meluruskan


kehidupan mereka agar berlaku baik kepada yang Maha Pencipta, berlaku baik kepada
sesama manusia dan makhluk makhluk lainnya. Pengertian inilah yang sering dilupakan
oleh umat Islam sendiri, sehingga disana sini masih banyak orang Islam yang hanya
aktif melakukan ibadah yag berkaitan langsung dengan Alloh, seperti puasa, dzikir dan

8
sejenisnya, tetapi disegi lain mereka mengabaikan ibadah sosial. Kurang perhatian
mereka dalam mengurusi ibadah sosial ini lantaran mereka belum begitu mengerti
keutamaannya. Padahal kita tentu memaklumi bahwa jalan untuk memperoleh pahala
yang dapat menghantarkan seseorang masuk surga banyak sekali. Ibadah apapun
bentuknya, baik yang berkaitan dengan hak Alloh maupun yang berkaitan dengan hak
adami, semuanya tentu dapat menghasilkan pahala. Asalkan ibadah tersebut disertai
dengan keikhlasan.
Islam tidak hanya menekankan masalah Ukhrawi tetapi juga mengatur masalah
duniawi, dan tidak ketinggalan mengajarkan masalah kemasyarakatan, seperti adab
berumah tangga, hidup bertetangga, cara bermuamalah dan lain sebagainya. Pendek
kata tidak ada satu masalahpun di dunia ini yang tidak diatur oleh ajaran agama Islam,
semuanya diatur dan ada dalam agama Islam tersebut. Oleh karena itu bagi siapa saja
yang ingin hidup bahagia sejahtera di dunia maupun akhirat, hendaklah ia mengikuti
jejak Rosulullah Saw. Karena pada diri beliau terdapat suri tauladan yang baik. Alloh
berfirman:


Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suritauladan dan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan kedatangan hari kiamat
dan dia banyak menyebut Alloh." (QS. Al Ahzab: 21)

Dengan demikian semua jejak Rosulullah, patutlah kita tiru, baik dalam segi
keagamaan, politik maupun dalam segi kemasyarakatan. Sehingga orang orang diluar
Islam bahkan yang anti Islam menjadi sadar, bahwa agama Islam bukan hanya
mengatur masalah Ukhrawi, tetapi masalah duniawi pun diatur secara seksama, baik
dan benar.

Adapun peranan akhlak dalam kehidupan sekarang adalah :


1) Dengan akhlak kehidupan masyarakat menjadi makmur
Suatu masyarakat yang penduduknya berakhlak mereka akan berbuat sebaik-baiknya
untuk diri dan masyarakatnya. Mereka akan bekerja dan berusaha untuk sebesar-besar
kemakmuran masyarakat secara nyata. Orang yang berakhlak belum merasa senang
dan gembira jika masyarakat belum mencapai kemakmuran, sebagimana digambarkan
dalam sebuah ayat:

9
"Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke
langit." (QS. Ibrahim:24)
Maksudnya orang yang berakhlak bagaikan pohon rindang yang buahnya senantiasa
memberi manfaat kepada manusia, lantaran orang-orang yang berakhlak itu tidak
pernah berkata kecuali yang baik dan tidak pernah berbuat kecuali yang baik pula.
2) Dengan akhlak menjadikan tindak kejahatan tidak akan terjadi didalam masyarakat
Tidak pernah kita jumpai dalam sejarah manapun hingga sekarang bahwa orang-
orang yang berbuat jahat itu memiliki akhlak. Karena tidak ada satu pun ajaran
akhlak yang mentolerir perbuatan jahat sekecil apapun. Jika sampai ada ajaran akhlak
yang mengajarkan kita berbuat jahat maka yang demikian itu adalah ajaran sesat dan
menyesatkan yang harus diberantas sampai tuntas.
3) Dengan Akhlak manusia akan menjadi luhur dan terhormat, baik di dunia maupun
di akhirat. Di karenakan orang yang berakhlak senantiasa menghormati orang lain
betapa pun rendahnya kedudukan orang tersebut, mereka senantiasa menjadi contoh
yang baik dalam setiap menjalankan aktifitas kehidupannya. Maka pantaslah jika
mereka senantiasa dihormati dan diteladani orang lain karena tidak ada dalam diri
mereka sifat-sifat yang tercela. Sehingga masyarakat yang berakhlak dan memperoleh
dua jaminan lahir dan batin, dunia dan akhirat.

C. Kedudukan akhlak dalam Islam

Selain pemahaman kita juga perlu mengetahui kedudukan akhlak, yang terdiri
dari tiga macam sendi islam yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya. Ketiga macam sendi islam tersebut mencakup:
1. Masalah aqidah (iman)
Dalam hal ini meliputi enam rukun iman, dengan kewajiban beriman kepada Allah,
Malaikat, Kitab, Rasul, Kiamat, serta Qadha dan Qadar.
2. Masalah syariah (islam)
Masalah ini meliputi pengabdian kepada Allah yang dapat dilihat dalam rukun islam
yang lima. Muamalah juga merupakan masalah syariah yang meliputi pernikahan,
pewarisan, perekonomian, perlindungan HAM, dan lain sebagainya.
3. Masalah ihsan

10
Masalah ihsan meliputi hubungan baik terhadap Allah, terhadap sesama manusia,
serta terhadap semua makhluk yang ada di dunia ini.
Dari sinilah kita dapat mengetahui kedudukan akhlak yang meliputi tiga sendi
di atas, dengan fungsi yang selalu mewarnai sikap dan perilaku manusia dalam
memanifestasikan keimanan, ibadah, serta muamalahnya terhadap sesama manusia.
Perlu ditegaskan bahwa akhlak mulia selalu melengkapi sendi keimanan untuk menuju
pada kesempurnaan kepribadian manusia, sebagaimana keterangan hadits yang
berbunyi:

... :

()

Rasulullah SAW bersabda: paling sempurna keimanan orang mukmin apabila


akhlakanya lebih baik..(HR. At-Tirmidzi, dari Abi Hurairah)
Imam Al-Ghazali menentukan suatu kriteria bagi seseorang yang dinilainya sudah
mencapai ukuran akhlak terpuji sebagi berikut:
1. (arif bijaksana), yaitu kemampuan jiwa yang dapat mengekang hawa
nafsu setiap saat.
2. (menjaga kesucian diri), yaitu menjaga diri dari hal-hal yang
diharamkan dan menjauhkan dari hal-hal yang tidak mengandung kebaikan.
3. ( keberanian), yaitu sikap hidup yang selalu berani membela kebenaran
agama dan Negara.
4. (Keadilan), yaitu sikap hidup yang selalu menempatkan sesuatu pada
proporsi yang sebenarnya, baik sebagai pemimpin keluarga atau masyarakat.

Dalam Islam akhlak menduduki peran penting dalam kehidupan manusia,


menjadi standar nilai bagi suatu bangsa atau menjadi ukuran nilai pribadi seseorang.
Oleh karena itu, untuk melihat kualitas seseorang dapat dinilai dari kualitas akhlaknya,
baik akhlak pribadi, akhlak masyarakat, bangsa, dan negara.
Islam memandang akhlak itu sangat penting untuk mewujudkan kedamaian dan
keselamatan manusia di dunia dan akhirat. Itu sebabnya Nabi Muhammad SAW diutus
untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga tercipta ketentraman. Nabi bersabda yang
artinya Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak (H.R.

11
Bukhari) dan Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya (H.R. Tarmizi)

D. Aplikasi akhlak dalam hubungannya dengan Allah dan Ciptaany-Nya

Akhlak kepada Allah SWT menjadi salah satu syarat nan diutamakan buat
meraih takwa bagi setiap individu di bumi ini. Allah SWT sebagai pencipta dan
pengatur alam semesta ini memiliki syarat tersendiri dalam mengelompokkan
hambanya dalam hal takwa. Allah SWT juga memberikan petunjuk bagaimana
menjalani syarat tersebut dengan baik dan sinkron dengan keingginan-Nya. Allah SWT
memberikan seperangkat anggaran menyeluruh buat dilakukan manusia dalam
kehidupan di global ini. Tentunta hal tersebut harus teraplikasi dalam kehidupan kita
bagaimanah hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan ciptaannya. Beberapa
aplikasi akhlak tersebut antara lain :
A. Akhlak kepada Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT maksudnya sifat yang terdapat dalam diri seseorang
yang diwujudkan dalam kehidupan yang diatur oleh Allah. Akhlak terhadap Allah
SWT. antara lain :
1. Al-Hubb, yaitu mencintai Allah SWT. Melebihi cinta kepada apa dan siapapun
juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Quran sebagai pedoman
hidup dan kehidupan. Kecintaan kita kepada Allah SWT dapat diwujudkan
dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
2. Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhaan
Allah SWT.
3. As-Syukr, yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.
4. Qanaah, yaitu menerima dengan ikhlas semua qadha dan qadhar Allah SWT,
setelah berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas tertinggi).\
5. At-Taubat, yaitu bertaubat hanya kepada Allah SWT. Taubat yang paling tinggi
adalah taubat nasuha yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi melakukan
perbuatan sama yang dilarang Allah SWT dan dengan tertib melaksanakan
semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.\Bertasbih, yaitu

12
mensucikan allah dari segi nama, sifat dan segala kekuasaan-Nya dari hal-hal
yang bertentangan dengan hakekat keagungan Tuhan.
6. Doa, yaitu memohon kepada Allah untuk memperkenankan segala yang
diinginkan untuk kebahagiaan hidup setelah melakukan usaha dengan
maksimal.

B. Akhlak kepada diri sendiri


Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap yang muncul dari jiwa yang
behubungan dengan pemeliharaan dan kebaikan diri secara pribadi. Berikut
beberapa akhlak terhadap diri sendiri, diantaranya:
a. Sabar
Sabar maksudnya sikap tahan uji terhadap berbagai tantangan dan cobaan dalam
hidup. Kesabaran merupakan puncak dari integrasi ilmu, usaha/proses dan hasil
yang didapatkan. Di antara perintah Allah SWT dengan sikap sabar terdapat
dalam Q.S 2:153 sebagai berikut:
hai orang-oranng yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
b. Syukur
Syukur adalah sikap mampu menerima dan memanfaatkan segala sesuatu yang
diberikan oleh Allah SWT. Syukur kepada Allah dapat diungkapkan melalui dua
cara, yaitu ucapan dan perbuatan. Adapun sifat yang tidak pandai mensyukuri
nikmat Allah disebut dengan kufur nikmat. Dalam pandangan Allah orang yang
berbuat kufur nikmat ini sangat dicela dan ganjaran untuk mereka adalah azab
yang pedih.
c. Tawadhu
Tawadhu adalah sifat rendah hati yang terdapat dalam diri seseorang yang
terwujud dalam berbagai aktivitas hidup. Sifat tawadhu dipuji dan sangat
dianjurkan oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S
31:18 :
dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri
d. Benar

13
Sifat benar dalam bahasa arab disebut dengan Shidiq artinya jujur. Perilaku benar
yang dicerminkan seseorang akan melahirkan sikap saling mempercayai.
Menegakkan prinsip kebenaran adalah salah satu sendi kemaslahatan dalam
hubungan antara satu golongan dengan lainnya.

e. Amanah
Amanah artinya sikap berpegangan teguh kepada kepercayaan yang diberikan
dan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab baik dalam betuk harta
benda, rahasia, maupun tugas dan kewajiban.

C. Akhlak dalam keluarga


Akhlak kepada keluarga adalah sikap yang muncul dari jiwa yang
berhubungan dengan pemeliharaan kehamonisan dan kebaikan diri secara pribadi.
Beberapa bentuk akhlak kepada keluarga, antara lain:
a. Berbakti kepada ibu dan bapak
Ibu dan bapak adalah perantara seorang anak lahir di dunia. Islam mewajibkan
anak berbakti kepada ibu dan bapak seperti firman Allah dalam Q.S 4:36 :
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.
b. Adil terhadap saudara
Prinsip keadilan ditegaskan dalam Q.S 16:90 yang terjemahan sebagai berikut:
sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dalam perbuatan keji, kemungkuran,
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.
Sifat dan sikap adil ada dua macam, yaitu adil dalam berhubungan dengan
perseorangan dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan
pemerintahan.
c. Mendidik anak
Anak adalah amanah yang haru dirawat, dipelihara, dan dididik dengan penuh
kasih sayang. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua sebagaimana firman
Allah dalam Q.S 66:6 yang terjemahan sebagai berikut :

14
hai, orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaika-malaikat
yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.

D. Akhlak kepada bangsa dan negara


Akhlak kepada bangsa dan negara adalah perwujudan sifat yang mendukung
terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran dengan melaksanakan hak dan
kewajiban yang telah diatur oleh negara dan tidak bertentangan dengan aturan
tertinggi dari Allah SWT. Konteks kahidupan bermasyarakat akhlak Islam lahir
dalam bentuk persaudaraan yang disebut dengan Ukhuwah Islamiyah.
Akhlak kepada bangsa dan negara dapat dilakuan dengan
kewajibanmembela negara. Kewajiban membela negara merupakan kewajiban
seluruh warga negara yang ada di negeri ini, dalam rangka menyelamatkan negara
dari berbagai ancaman, tantangan maupun gangguan terhadap kadaulatan negara.
Dalam tuntunan Islam, membela negara itu hukumnya wajib. Sebagai
contoh, pada zaman Rasulullah hampir seluruh penduduk negeri Madinah aktif
berjuang di medan perang untuk membela negara dari rongrongan musuh yang
datang dari luar yaitu dari serangan kaun kafir Quraisy. Ketika itu negara Madinah
sedang menghadapi ancaman yang besar dari dari tentara Quraisy, maka saat itu
Rasulullah mengobarkan semangat berperang untuk membela negara Madinah.
Dalam hal ini, Allah memberikan perintah agar kaum muslimin berjuang
keras untuk memerangi kaum musyrikin. Perintah untuk menggerakkan tentara
Islam ini, dijelaskan dalam surat Al- Anfal ayat: 65
Hai Nabi, Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. jika ada dua
puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua
ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya
mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-
orang kafir itu kaum yang tidak mengerti

Untuk mengatasi segala kemungkinan kehancuran negara ini dari kejahatan-


kejahatan, Rasulullah memberikan dasar-dasar pembelaan negara sebagaimana
terdapat dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya sebagai berikut:

15
barang siapa melihat kemungkaran (kejahatan) maka rubahlah dengan tangannya
(dicegah dengan kekuatannya), apabila tidak mampu maka rubahlah dengan
mulutnya (dicegah dengan nasehat, melaporkan dsb), apabila tidak mampu maka
cegahlah dengan hatinya (membenci perbuatan tersebut) yang demikian itu adalah
selemah-lemah iman, (HR. Muslim).

E. Akhlak kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan


Tumbuhan dan hewan sangatlah penting keberadaannya bagi manusia
sehingga mereka sudah seharusnya dilestarikan dan dijaga kelangsungannya. Dalam
hal ini dibutuhkan kerjasama dan kesadaran oleh semua pihak sehingga pelestarian
tersebut bukan menjadi angan-angan dan perencanaan belaka melainkan menjadi
perwujudan yang nyata, agar kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia dapat
dirasakan oleh setiap generasinya.
Lingkungan hidup merupakan dukungan terhadap kehidupan dan
kesejahteraan, bukan saja terhadap manusia akan tetapi juga bagi makhluk yang lain
seperti tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu lingkungan harus tetap terjaga keserasian
dan kelangsungan hidupnya sehingga secara berkesinambungan tetap dalam
fungsinya sebagai pendukung kehidupan.
"Ia memancarkan daripadanya mata air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan
gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh (semua) itu untuk kesenanganmu
dan untuk binatang-binatang ternakmu." (Al Nazi'at : 31-32)

Islam amat memuliakan binatang. Memenuhi kebutuhan binatang pula


dihitung sebagai sebuah shadaqah, sebagaimana juga memberi kepada manusia. Hal
ini disebutkan Rasulullah:
Seorang Muslim tidak menanam tanaman, hingga memakan dari tanaman itu
manusia, binatang atau burung, kecuali merupakan shadaqah baginya, hingga
datang hari kiamat. (Riwayat Muslim)

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama Islam adalah agama yang sangat mementingkan ajaran akhlaq, dalam
kehidupan di dunia ini, manusia bukanlah makhluk individual yang hidup sendirian tetapi
manusia juga membutuhkan orang lain atau makhluk sosial. Oleh karena itu, akhlaq
karimah mutlak diperlukan dalam perwujudan tatanan hidup yang serasi dan
berkesinambungan demi tercapainya kebahagiaan hidup. Akhlak karimah merupakan
perwujudan seseorang, yaitu sebagai bukti konkret dari kualitas agama seseorang.
Sebagai seorang muslim, kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk
memiliki akhlakul mahmudah dan berupaya dapat menjauhi akhlakul madzmumah. Jika
kita ingin memiliki Negara yang baldatun thoyyibatun warobbun ghafur (Negara yang
baik makmur dan senantiasa dalam ampunan-Nya) kuncinya adalah masyarakat bangsa
tersebut harus berakhlak baik. Jika tidak kehancuran dan kehinaan akan meliputi
masyarakat bangsa tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Asmaran As, M.A., Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
Tim penyusun. Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Unuversitas Muhammadiyah
Palembang, 2009
Al-Kaisy Mrwan Ibrahim, 2007. Yang Pantas Patut Bagi Seorang Muslim, Jakarta: Raja
Grafindo.

Bisri, 2009. Akhlak, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI.

Drs. M. Mansyur Amin, dkk., Aqidah dan Akhlaq, Yogyakarta: Kota Kembang, 1991.

Hajjaj Muhammad Fauqi, 2011. Tasawuf Islam & Akhlak, Jakarta: Amzah.

KHM. Sukanda Sadeli, Bimbingan Akhlaq yang Mulia, Yayasan Pendidikan Islam Amal
Saleh.

Zainuddin, S.Ag, dan Muhammad Jamhari, S.Ag. al-Islam 2 : Muamalah dan Akhlaq,
Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998.

M. Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, (Jakarta: Amza, 2011), hlm. 225.

Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: RaSail, 2009), hlm. 31.

Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), hlm. 38.

Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), hlm. 9.

Terjemah Al-Quranul Karim, hlm. 260.

Terjemah Al-Quranul Karim, hlm. 414.

18
Terjemah Al-Quranul Karim, hlm. 409.

Terjemah Al-Quranul Karim, hlm. 151

Terjemah Al-Quranul Karim, hlm. 269.

Bisri, Akhlak, (Depag RI: Jakarta, 2009), hlm. 135

19

Anda mungkin juga menyukai