Susanti 1406960
2015
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya kita
masih mendapatkan nikmat yang tiada terhingga yaitu nikmat Islam dan nikmat
Iman. Shalawat serta salam semoga senatiasa terlimpahkan kepada Manusia
paling mulia yaitu Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat, dan
para pengikut setianya hingga akhir zaman, serta semoga kita mendapatkan
syafaat di akhir zaman.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik
pertanian, perkebunan, dan hasil hutan. Kekayaan sumber daya alam tersebut
seharusnya berdampak pula terhadap tingkat kemakmuran warganya. Karena
keterbatasan teknologi seringkali sumber daya alam yang dihasilkan, proses
pengolahannya diserahkan kepada pihak asing, atau negara kita hanya mengolah
sampai bentuk siap pakai saja, kemudian diekspor. Padahal produk yang sangat
bernilai ekonomi tinggi adalah produk hasil turunan dari hasil-hasil pertanian
tersebut.
Penulis
i
Daftar Isi
A. Panen .................................................................................................................1
1. Kriteria Matang Panen ....................................................................................1
2. Cara Panen ......................................................................................................2
3. Rotasi dan Sistem Panen ................................................................................2
Evaluasi ..................................................................................................................21
ii
Daftar Gambar
iii
Kompetensi yang Harus Dicapai
iv
A. Panen
1
acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai
adalah berdasarkan jumlah brondolan. Tanaman dengan umur kurang dari 10
tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir. Tanaman dengan umur lebih dari
10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun, secara praktis digunakan
kriteria umum yaitu pada setiap 1 Kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua
brondolan.
2. Cara Panen
Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan
oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya sampai
2-5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman
dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat
kapak siam. Sementara itu, cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya
lebih dari 10 m, yaitu menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk
memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyanggah buah
dipotong terlebih dahulu dan dipotong rapih ditengah gawangan.
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia
pada umumnya menggunakan rotasi panen tujuh hari, artinya satu areal panen
harus dimasuki (diancak) oleh pemetik setiap tujuh hari. Rotasi panen dianggap
baik jika buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7.
2
Artinya, dalam satu minggu terdapat lima hari panen dan masing-masing
ancak panen diulangi pada tujuh hari berikutnya. Dikenal dua sistem ancak panen,
yaitu sistem giring dan sistem tetap.
TBS yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik karena harus
segera diolah dan tidak boleh melebihi delapan jam setelah panen. Buah yang
tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat
dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Jadwal
kedatangan alat angkut ke lokasi panen dan pabrik harus diatur sedemikian rupa
agar sesampainya dikebun, tandan yang harus diangkut sudah tersedia. Alat
3
angkut yang dapat digunakan dari perkebunan ke pabrik, di antaranya lori, traktor
gandengan atau truk.
2. Perebusan TBS
4
pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan yang terlalu pendek menyebabkan
semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya.
Lori-lori yang berisi TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat hoisting
crane yang digerakan oleh motor. Hoisting crane akan membalikan TBS ke atas
mesin perontok buah (thresher). Dari thresher, buah yang telah rontok dibawa ke
mesin pelumat (digester). Untuk lebih memudahkan pengahncuran daging buah
dan pelepasan biji, selama proses digester buah dipanasi dengan penguapan.
5
Alat yang dipakai pada cara ini berupa tabung baja silindris yang
berlubang-lubang pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukan ke
dalam tabung, lalu diputar. Dengan adanya gaya sentrifugasi, minyak akan keluar
melalui lubang-lubang pada dinding tabung.
Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan buah lumatan
dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar sehingga minyak
akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat ini dapat diatur
secara elektris dan tergantung dari volume bahan yang akan dipres. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan
menyebabkan biji banyak yang pecah.
Pada dasarnya, ekstraksi dengan cara ini adalah dengan menambah pelarut
tertentu pada lumatan daging buah sehingga minyak larut terpisah dari partikel
yang lain.
Ekstraksi dengan cara ini dilakukan dalam sebuah peti pemeras. Caranya,
bahan ditekan secara otomatis dengan tekanan hidrolis.
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih
berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-
partikel dari tempurung dan serabut serta 40-50% air. Tujuan dari pembersihan
atau pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik
mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Agar diperoleh minyak
sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut, yaitu
dialirkan dalam tangki minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang telah
terkumpul dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-100C. Peningkatan
6
temperatur ini bertujuan untuk memperbesar berat jenis antara minyak, air, dan
sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan.
Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut
untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji sawit dikeringkan dalam silo,
minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50-80C. Akibat proses
pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti
sawit dari tempurungnya. Selain penguapan, biji di dalam silo juga mengalami
proses fermentasi sehingga serabut yang masih menempel pada biji akan
mengalami pelapukan. Kadar air yang dikehendaki adalah 12%. Jika temperatur
kurang maka kadar air masih tinggi sehingga menyulitkan pemisahan inti dari
cangkangnya.
Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah biji.
Terdapat dua jenis alat pemecah biji yang digunakan oleh perkebunan kelapa
sawit saat ini, yaitu nut cracker model rotor vertikal dan nut cracker model rotor
horizontal (rippel mil). Namun, yang paling banyak digunakan adalah ripper mil
karena tanaman sawit yang diusahakan saat ini adalah dari jenis tenera, dengan
biji yang cenderung lebih kecil dan cangkangnya lebih tipis. Pada rippel mil, biji
seolah dikupas pada suatu stator yang dibuat bergerigi ketika rotor (baling-baling)
berputar untuk menggerakan biji-biji tersebut sehingga mengakibatkan biji
terpecah.
7
Pemisahan inti sawit dari tempurungnya dilakukan bedasarkan perbedaan
berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan adalah
hydrocyclone separator. Inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang
berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji
yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam
keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya tenggelam. Proses
selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk
menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, inti sawit harus segera
dikeringkan dengan suhu 80C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah
lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyyak inti sawit (palm
kernel oil, PKO).
C. Standar Mutu
8
D. Keunggulan Minyak Sawit
9
9. Sekitar 80% dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih
berpeluang meningkatkan konsumsi perkapita untuk minyak dan lemak
terutama minyak yang harganya murah (minyak sawit).
10. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan minyak
bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang
berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika
Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.
Minyak sawit juga memiliki keunggulan dalam hal susunan dan nilai gizi
yang terkandung di dalamnya. Kadar sterol dalam minyak sawit relatif lebih
rendah dibandingkan minyak nabati lainnya yang terdiri dari sitosterol,
campesterol, sigmasterol, dan kolesterol. Dalam CPO, kadar sterol berkisar 360-
620 ppm dengan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm atau sebesar 0,001%
dalam CPO. Bahkan, dari hasil penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol
dalam satu butir telur setara dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak
sawit. Minyak sawit dapat dikatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar
kolesterolnya rendah).
10
Manfaat minyak sawit di antaranya sebagai bahan baku untuk industri
pangan, industri nonpangan, dan sebagai salah satu bahan pengahsil biodiesel.
Sebagai bahan baku untuk pangan, minyak sawit digunakan antara lain
untuk bahan-bahan berikut: minyak goreng, margarin, butter, vanaspati,
shortening, dan bahan untuk membuat kue-kue. Keunggulan minyak sawit sebagai
bahan pangan dibandingkan minyak goreng lain antara lain, mengandung karoten
yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber
vitamin E. Di samping itu, kandungan asam linoleat dan linolenatrnya rendah
sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor
(heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak
sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng
dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik.
Produk turunan minyak sawit untuk industri pangan selain minyak goreng
kelapa sawit, dapat juga dihasilkan margarin, shortening, vanaspati (vegetable
ghee), ice creams, bakery fats, instans noodle, cocoa butter extender, chocolate
11
dan coatings, specialty fats, sugar cofectionary, biskuit cream fats, dan filled milk.
Sementara itu, dari produk turunan minyak inti sawit dapat dihasilkan cocoa
butter subtitute, specialty fats, ice cream, coffee whitener/cream, sugar
confectionary, biscuit cream fats, filled mild, dan imitation cream. Berikut adalah
beberapa keunggulan minyak sawit pada aplikasinya untuk keperluan pangan:
a. Produk pangan yang terbuat dari bahan minyak sawit akan mempunyai
keawetan yang lebih baik karena minyak sawit sangat stabil terhadap
proses ketengikan dan kerusakan oksidatif lainnya.
b. Minyak sawit memiliki kecenderungan untuk mengalami kristalisasi
dalam bentuk kristal kecil sehingga mampu meningkatkan kinerja
creaming jika digunakan pada formulasi cake dan margarin.
c. Kandungan asam palmitat minyak sawit sangat baik untuk proses aerasi
campuran lemak gula, misalnya pada proses baking.
d. Minyak sawit baik digunakan untuk membuat vanaspati, atau vegetable
ghee, yang mengandung 100% lemak nabati; bisa digunakan untuk
subtitusi mentega susu dan mentega coklat.
e. Roti yang diproduksi dengan shortening dari minyak sawit mempunyai
tekstur dan keawetan yang lebih baik.
f. Minyak sawit juga banyak dipakai untuk produksi krim biskuit, terutama
kandungan padatan dan titik lelehnya yang cukup tinggi.
Minyak sawit adalah salah satu solusi bagi isu ketahanan pangan (food
security) dan volatilitas harga pada bahan pangan yang sedang dihadapi dunia saat
ini. Berikut adalah proses pembuatan minyak goreng dari kelapa sawit:
12
Gambar 1. Proses pembuatan minyak goreng
Dari proses pemurnian minyak kelapa sawit tersebut didapatkan olein yang
dijadikan minyak goreng. Secara keseluruhan proses pembuatan minyak goreng
tersebut adalah sebagai berikut:
13
Dan berikut adalah peralatan yang biasa digunakan pada proses pemurnian
minyak goreng di pabrik produksi:
1. Heat Exchanger
14
2. Tangki
3. Gas Cyclone
4. Packed Column
15
5. Vessel
6. Mixer
16
7. Filter
8. Pompa
17
9. Katup
10. Boiler
18
Adapun produk olahan lain dari minyak kelapa sawit adalah mentega.
Emusifikasi
19
Tempering
Kneading
Pengemasan
Pre-treatment
Transesetrifikasi
Metanol (22%)
Distilasi
Air Limbah cair
Pencucian
Bahan lain
20
Evaluasi
21
Daftar Pustaka
Fauzi, Y., Widyastuti, Y. E., dkk. 2012. Kelapa Sawit. Depok: Penebar Swadaya
http://carakaapril.blogspot.co.id/2014/01/mengenal-manfaat-dan-khasiat-
buah_8500.html (20 September 2015)
http://fajar.co.id/nasional/2015/03/12/pria-ini-buktikan-kerja-di-perkebunan-
sawit-lebih-menjanjikan.html (Diakses tanggal 20 September 2015)
http://minyakgorengsunco.com/tentang-sunco/apa-dan-bagaimana-minyak-sunco
(Diakses tanggal 25 Oktober 2015)
22