Anda di halaman 1dari 4

1.

EH akut (fulminant hepatic failure) ditemukan pada pasien hepatitis virus, hepatitis
toksik obat (halotan, asetaminofen), perlemakan hati akut pada kehamilan, kerusakan
parenkim hati yang fulminan tanpa faktor pencetus (presipitasi).
2. Perjalanan penyakit eksplosif ditandai dengan delirium, kejang disertai dengan edem
otak. Dengan perawatan intensif angka kematian masih tinggi sekitar 80%. Kematian
terutama disebabkan edem serebral yang patogenesisnya belum jelas, kemungkinan
akibat perubahan permeabilitas sawar otak dan inhibisi neuronal (Na+ dan K+)
ATPase, serta perubahan osmolar karena metabolisme amonia.
3. Pada penyakit hati kronik dengan EH portosistemik, perjalanan tidak progresif
sehingga gejala neuropsikiatri terjadi pelan-pelan dan dicetuskan oleh beberapa faktor
pencetus seperti azotemia, sedatif, analgesik, perdarahan gastrointestinal, alkalosis
metabolik, kelebihan protein, infeksi, obstipasi, gangguan keseimbangan cairan, dan
pemakaian diuretik akan dapat mencetuskan koma hepatik.

karena EH merupakan sindrom neuropsikiatrik non-spesifik, maka tes biokemikal


kurang memadai untuk menegakkan diagnosis. Yang paling informatif adalah kadar
amonia dalam darah. Amonia merupakan hasil akhir dari metabolisme asam amino
baik yang berasal dari dekarboksilasi protein maupun hasil deaminasi glutamin pada
usus dari hasil katabolisme protein otot. Dalam keadaan normal amonia dikeluarkan
oleh hati dengan pembentukan urea. Pada kerusakan sel hati seperti sirosis hati, terjadi
peningkatan konsentrasi amonia darah karena gangguan fungsi hati dalam
mendetoksifikasi amonia serta adanya pintas (shunt) porto-sistemik. Nilai >100
g/100 ml dianggap abnormal.

Terlihat peninggian amplitudo dan menurunnya jumlah siklus gelombang per detik.
Terjadi penurunan frekuensi dari gelombang normal Alfa (8-12 Hz). Pemeriksaan ini
kurang tepat dibandingkan dengan pemeriksaan evoked potentials.
Cara ini dapat membantu m enilai tingkat kemampuan intelektual pasien yang
mengalami EH subklinis. Penggunaannya sangat sederhana dan mudah melakukannya
serta memberikan hasil dengan cepat dan tidak mahal. Tes ini pertama kali dipakai
oleh Reitan (Reitan Trail Making Test) yang dipergunakan secara luas pada ujian
personal militer Amerika (Conn HO, 1994) kemudian dilakukan modifikasi dari tes
ini yang disebut Uji Hubung Angka (UHA) atau Number Connection Test (NCT),
dengan menghubungakan angka-angka dari 1-25, kemudian diukur lama penyelesaian
oleh pasien dalam satuan detik.

II.6 Diagnosa Banding


1. koma akibat intoksikasi obat-obatan dan alkohol
2. trauma kepala seperti komosio serebri, kontusio serebri, perdarahan subdural, dan
perdarahan epidural
3. tumor otak
4. koma akibat gangguan metabolisme lain seperti uremia, koma hipoglikemi, koma
hiperglikemi
5. epilepsi

Harus diperhatikan apakah EH yang terjadi adalah primer atau sekunder. Pada EH
primer, terjadinya ensepalopati adalah akibat kerusakan parenkim hati yang berat tanpa
adanya faktor pencetus (presipitasi), sedangkan pada EH sekunder terjadinya koma dipicu
oleh faktor pencetus.
Tujuan utama :
1. Memberikan dukungan perawatan suportif
2. Memperbaiki faktor-faktor pencetus
3. Mengurangi asupan nitrogen di dalam saluran cerna
4. Memberikan kebutuhan pengobatan jangka panjang
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka yang harus dilakukan adalah :
1. Mengidentifikasi & menghilangkan faktor pencetus
2. Mengobati penyakit dasar hati jika mungkin
3. Mencegah & mengurangi pembentukan/influks toksin nitrogen ke dalam otak :
- Mengubah, menurunkan/menghentikan makanan yang mengandung protein
Diet rendah protein ditingkatkan secara bertahap, misalnya dari 10 gram menjdi
20 gram sehariselama 3-5 hari disesuaikan dengan respon klinis, dan bila
keandaan telah stabil dapat diberikan rotein 40-60 gram/hari. Sumber protein
terutama dari campuran asam amino rantai cabang. Pemberian asam amino ini
diharapkan akan menormalkan keseimbangan asam amino sehingga
neurotransmitter asli dan palsu akan berimban dan kemungkinan dapat
meningkatkan metabolisme amonia di otot.

Diet rendah protein ditingkatkan secara bertahap, misalnya dari 10 gram menjdi
20 gram sehariselama 3-5 hari disesuaikan dengan respon klinis, dan bila
keandaan telah stabil dapat diberikan rotein 40-60 gram/hari. Sumber protein
terutama dari campuran asam amino rantai cabang. Pemberian asam amino ini
diharapkan akan menormalkan keseimbangan asam amino sehingga
neurotransmitter asli dan palsu akan berimban dan kemungkinan dapat
meningkatkan metabolisme amonia di otot.
Laktulosa merupakan disakarida sintetis yang tidak diabsorbsi oleh usus halus
yang terdiri dari galaktosa dan fruktosa, diuraikan bakteri di usus besar dengan
hasil akhir asam laktat, sehingga terjadi lingkungan dengan pH asam yang akan
menghambat penyerapan amoniak. Selain itu frekuensi defekasi bertambah
sehingga memperpendek waktu transit protein di usus. Penggunaan laktulosa
bersama antibiotika yang tidak diabsorbsi usus seperti neomisin, akan
memberikan hasil yang lebih baik
Tujuan pemberian asam amino rantai cabang pada koma hepatic antara lain
adalah :
1. untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan tanpa memperberat fungsi hati
2. pemberian asam amino rantai cabang akan mengurangi asam amino aromatic
dalam darah
3. asam amino rantai cabang akan memperbaiki sintesis katekolamin pada
jaringan perifer
4. pemberian asam amino rantai cabang dengan dextrose hipertonik akan
mengurangi hiperaminosidemia
- Menggunakan laktulosa, antibiotik atau keduanya
Neomisin diberikan 2-4gram per hari baik secara oral atau secara enema,
walaupun pemberian oral lebih baik kecuali terdapat tanda-tanda ileus.
Metronidazol 4x250 mg perhari merupakan alternatif.
Upaya ini dilakukan agar darah sebagai sumber toksin nitrogen segera
dikeluarkan.
- Membersihkan saluran cerna bagian bawah
4. Upaya suportif dgn menjaga kecukupan masukkan kalori dan mengobati komplikasi
kegagalan hati
II.8 Prognosis
Pada EH sekunder, bila factor-faktor pencetus teratasi, maka dengan pengobatan
standar hamper 80% pasien akan kembali sadar.
Pada pasien dengan EH primer dan penyakit berat prognosis akan lebih buruk bila disertai
hipoalbuminemia, ikterus, serta asites. Sementara EH akibat gagal hati fulminan
kemungkinan hanya 20% yang dapat sadar kembali setelah dirawat pada pusat-pusat
kesehatan yang maju.

Anda mungkin juga menyukai