Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) DALAM MATERI DINAMIKA I KELAS X


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran dengan dosen pengampu Ika Kartika, S.Pd, M.Pd.Si

Disusun oleh :
Farchan Oktavianto Pribadi (15690016)
Yusri (15690017)
Qurrotul Uyun (15690018)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA


YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan


pendidik dengan menggunakan media dan metode tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Masalah yang sering dialami dalam proses pembelajaran
adalah pemilihan metode yang tepat yang akan digunakan dalam memberikan
materi agar siswa mampu memahami materi tidak hanya di dalam kelas tetapi
juga mampu mengaplikasikannya dalam kegiatannya di luar kelas. Salah satu cara
yang biasa digunakan oleh guru dalam memberikan materi yang akan
disampaikan adalah menerapkan dan mengaitkan materi pada kejadian yang
dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, model pembelajaran seperti ini
disebut juga dengan pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual
teaching and learning (CTL).

Dalam makalah ini penulis menjelaskan tentang apa yang dimaksud


dengan contextual teaching and learning dan bagaimana penerapannya dalam
pembelajaran, yang diharapkan dapat menjadi salah satu metode yang efektif
untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. Metode CTL memberikan efek
efektif pada pembelajaran karena menggali pengetahuan siswa yang telah ada
sebelumnya (kehidupan nyata) kedalam materi pembelajaran. Sehingga metode ini
sangat efektif bila diterapkan dalam pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Pengertian Contextual Teaching and Learning


Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan
konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat
hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari, siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam konteks yang
terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses merekonstruksi sendiri, sebagai bekal
dalam memecahkan masalah kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa-


siswa TK sampai dengan SMU untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan
dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia
nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.

CTL menekankan pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan


lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan dan pensintesisan informasi dan
data dari berbagai sumber dan pandangan. Disamping itu, telah diidentifikasi
enam unsur kunci sebagai berikut:

1. Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penghargaan


pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus
dipelajari
2. Penerapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana apa
yang dipelajari diterapkan dalam tatanan lain dan fungsi pada masa
sekarang dan akan datang.
3. Berpikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan berpikir
kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, dan memahami suatu isu,
atau memecahkan suatu masalah.
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar: konten
pengajaran berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar
lokal, negara bagian, nasional, asosiasi, dan industri.
5. Renponsif terhadap budaya: pendidik harus memahami dan
menghormati nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan siswa, sesama rekan pendidik dan masyrakat tempat mereka
mendidik. Berbagai macam budaya perorangandan keleompok
mempengaruhi pembelajaran. Budaya-budaya ini dan hubungan
antarbudaya-budaya ini mempengaruhi bagaimana pendidik mengajar.
6. Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam strategi penilaian
yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang
diharapkan dari siswa. Strategi-strategi ini dapat meliputi penilaian
atas proyek dan kegiatan siswa, penggunaan portofolio, chek list, dan
pandusn pengamatan disamping memberikan kesempatan kepada
siswa ikut aktif berperan serta dalam menilai pembelajaran mereka
sendiri dan penggunaan untuk memperbaiki keterampilan menulis
mereka.
2. Karakteristik CTL

CTL memiliki 7 karakteristik yang menlandasi pelaksanaan proses


pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Seringkali
karakteristik ini disebut juga komponen-komponen atau asas-asas CTL.

1. Konstruktivisme

Pendapat ini dicetus oleh Jean Piaget yang menegaskan bahwa


pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan
akomodasi sehingga tidak hanya diperoleh secara pasif tetapi bergantung
seberapa jauh anak tersebut aktif dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Sedangkan menurut Vygotsky belajar bagi anak dilakukan
dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik sehingga lebih
menekankan adanya hakikat sosial. Pembelajaran melalui CTL pada
dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya
melalui proses pengamatan dan pengalaman. Ini dikarenakan pengetahuan
hanya akan fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan
yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.

2. Inkuiri

Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses


pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penelusuran melalui proses
berpikir yang sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari
mengingat, tetapi hasil proses menemukan sendiri. Dengan demikian,
dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi
yang harul dihafal, tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan
siswa dalam menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

3. Bertanya

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.


Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap
individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru
tidak hanya menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing agar
siswa dapat menemukan sendiri.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan


dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik
dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari
bakat dan minatnya. Bahkan dalam kelompoknya mereka saling
membelajarkan, yang memiliki kemampuan tertentu dapat menularkan
pada siswa yang lain.

5. Pemodelan (Modelling)
Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru
memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau
bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, dan sebagainya.
Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL,
sebab melalui modeling, siswa terhindar dari pembelajaran yang teoritis
abstrak yang memungkinkan terjadinya verbalisme.

6. Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari.


Dalam proses pembelajaran CTL, setiap berakhir proses pembelajaran
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas
siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assesment)/Penilaian Sesungguhnya

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk


mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
melalui perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Penilaian
kognitif dilaksanakan sesudah proses belajar berlangsung yang berupa
ulangan atau sebelum pemberian materi (pretest) untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Pada penilaian afektif dilakukan diukur melalui
keterampilan dan sikap dalam belajar bukan mengingat. Penilaian ini
diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak,
apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap
perkembangan intelektual mental siswa.
BAB III
PEMBAHASAN

Untuk mencapai tujuan pembelajaran Dinamika I dengan menggunakan


Contextual Teaching and Learning sebagai seorang pendidik perlu melakukakan
langkah-langkah sebagai berikut:

A. Kegiatan Pendahuluan (Estimasi waktu 10 menit)


1. Mengingatkan kembali materi sebelumnya dan menyampaikan tujuan
pembelajaran serta memotivasi siswa untuk belajar.
2. Guru memberikan arahan kepada siswa tentang masalah kontekstual
yang mengarah ke Dinamika I
3. Siswa termotivasi dan berfikir alternatif penyelesaian masalah
kontekstual tersebut
B. Kegiatan Inti (Estimasi waktu 60 menit)
1. Guru membimbing siswa untuk menemukan konsep hukum newton
satu hingga tiga dengan cara mempraktekannya.
2. Guru mengamati, memotivasi, dan membantu kelompok atau siswa
yang mengalami kesulitan.
3. Siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk
menyelesaikan masalah kontekstual.
4. Siswa bertanya jika mengalami kesulitan.
5. Perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusi yang ditanggapi
setuju atau tidaknya oleh kelompok lain.
6. Guru meluruskan pendapat siswa yang kurang tepat.
7. Siswa mengerjakan soal latihan dari guru secara berkelompok.
8. Salah satu siswa mewakili kelompoknya untuk menuliskan jawaban
hasil kerja kelompoknya.
C. Kegiatan Akhir (Estimasi waktu 20 menit)
1. Guru memberikan kuis akhir untuk melihat tingkat penalaran siswa
secara individu terhadap materi hukum newton.
2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai konsep dan
persamaan Dinamika I
BAB IV
PENUTUP

Pembelajaran CTL menekankan


DAFTAR PUSTAKA

Hamdayama, Jumanta. 2002. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif


dan Berkarakter. Bogor: PT Ghalia Indonesia

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.


Jakarta: PT Kencana Prenada Media Grup

Budiharti, Rini. 2010. Pembelajaran fisika dengan pendekatan CTL


melalui Metode Demontrasi. FKIP UNS. Volume 7. No 1.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/prosbio/article/view/1271/864. 21 September
2016.

Anda mungkin juga menyukai