Anda di halaman 1dari 5

Pengkajian Umum Sistem Muskuloskeletal

a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah dan urine pasien dapat memberikan informasi
mengenai masalah musculoskeletal primer, atau komplikasi yang terjadi
sebagai dasar acuan pemberi terapi. Pemeriksaan darah lengkap
meliputi kadar hemoglobin (biasanya lebih rendah apabila terjadi
perdarahan karena trauma), dan hitung darah putih. Sebelum dilakukan
pembedahan, periksa bekuan darah untuk mendeteksi kecenderungan
pendarahan. Karena tulang merupakan jaringan yang sangat vaskuler.
Pemeriksaan kimia darah memberikan data mengenai berbagai macam
kondisi muskuloskeletal, kadar kalsium serum berubahpada
osteomalasiya fungsi paratiroit, penyakit paget, tumor tulang metastasis,
dan pada imobilisasi lama. Kadar fosfor serum berbanding terbalik
dengan kadar kalsium dan menurun pada rikets yang berhubungan
dengan sindrom malapsorpsi. Fosfatase asam meningkat pada penyakit
paget dan kangker metastasis.fosfatase alkali meningkat selama
penyembuhan patah tulang dan pada penyakit pada peningkatan aktifitas
osteoblas.
Metabolisme tulang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan tiroid dan
penentuan kadar kalsitosin, gormon paratiroid, dan vitamin D. kadar
enzim serum keratin kinase (CK) dan serum glumatic-oxaloacetic
transeminase (SGOT, aspartae aminotransferase) meningkat pada
kerusakan otot. Aldolase meningkat pada penyakit otot (mis. distrofi otot
dan nekrosis oto skelet). Kadar kalsium urine meningkat pada destruksi
tulang (disfungsi paratiroid, tumor tulang metastasis, myeloma multiple).

b. Pemeriksaan Sinar-X
Pemeriksaan sinar X penting untuk mengevaluasi kelainan
muskuloskletal. Sinar-X menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,
erosi, dan perubahan hubungan tulang. Sinar X multiple diperlukan untuk
pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. sinarX korteks
tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan, dan tanda
ireguleritas. Sinar X sendi dapat menunjukkan adanya cairan,
iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi. Pemeriksaan
sinar X tulang tidak memerlukan persiapan khusus bagi pasien, tetapi
perawat perlu menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan
dilakukan kepada pasien.
Hal yang harus dibaca pada x-ray:
Bayangan jaringan lunak.
Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi.
Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

c. Mielografi
Pemeriksaan mielografi dilakukan dengan penyuntikan zat kontras ke
dalam rongga subaraknoid spinal lumbal. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk melihat adanya:
1. Herniasis diskus
2. Stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis)
3. Adanya tumor.
Persiapan pasien sebelum pemeriksaan:
1. Mulai malam sampai pagi sebelum pemeriksaa, perawat
meningkatkan kebutuhan cairan secara oral atau intravena untuk
mempertahan hidrasi . jika setelah pemeriksaan pasien muntah di
butuhkan cairan kurang lebih 3000cc untuk mencegah dehidrasi.
2. Fenotiazin dan obat-obat depresan atau stimulant tidak boleh
diberikan 48 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.
3. Kaji adanya riwayat alergi terhadap iodine atau makanan laut karena
dapat menimbulkan anafilaksis. Riwayat gangguan hepar atau ginjal juga
perlu dikaji karena metabolisme dan ekskresi zat kontras tergantung
pada fungsi hati dan ginjal.
4. Jelaskan prosedur selama dan setelah pemeriksaan.

Perawatan setelah pemeriksaan meliputi;


1. Posisi tidur pasien lurus telentang 8-24 jam.
2. Monitor status neurologis selama 24 jam (tiap jam)

d. CT Scan
Prosedur ini menunjukkan rincian bidang tertentu dari tulang yang sakit
dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligament
atau tendon. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi lokasi
dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi , misalnya
asetabulum. Pemeriksaan dilakukan denagn atau tanpa zat kontras dan
berlangsung sekitar 1 jam. Pasien perlu diberikan penjelasan bahwa
akan terdengar suara mesinCT scan, dan bunyi ini tidak berbahaya
sehingga pasien tidak merasa takut saat pemeriksaan dilakukan.

e. Biopsi
Spesimen pada biopsy tulang diambil secara mikroskopik. Adanya dua
teknik, yaitu tetutup menggunakan jarum dan terbuka dengan insisi.
Biopsy dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot,
sinovim untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Persiapan
pasien meliputi pemberian penjelasan tentang prosedur yang digunakan.
Perawatan setelah pemeriksaan:
1. Observasi perdarahan dan edema. Jika terjadi perdarahan dan
edema. Jika terjadi perdarahan dan edema, beri kompres es.
2. Pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri atau tidak nyaman.
3. Observasi tanda-tanda vital tiap 4-24 jam
4. Ganti balutan tiap hari, sekaligus observasi tanda infeksi.

f. Elektromiografi
Pemeriksaan ini member informasi mengenai potensi listrik otot dan
sarafnya. Tujuan prosedur ini adalah setiap abnormalitas fungsi unit.
Pasien perlu dijelaskan bahwa prosedur ini dapat menimbulakan rasa
tidak nyaman karena jarum electrode masuk ke otot.
Perawatan setelah pemeriksaan:
1. Beri kompres hangat, dapat membantu mengatasi rasa nyeri.
2. Jika terdapat hematoma pada bekas tusukan jarum beri kompres
dingin.

g. Artroskopi
Artroskopi merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan
pandangan langsung kedalam sendi . prosedur ini dilakukan dikamar
operasi dalam kondisi steril dan perlu injeksi anastesi local atau anastesi
umum. Jarum dengan lubang besar dimasukkan dan sendi diregangkan
dengan memasukkan cairan salin. Artroskopi kemudian dimasukkan.
Struktur sendi, sinovium, dan permukaan sendi dapat dilihat melalui
artroskop. Setelah prosedur dilakukan, luka ditutup dengan balutan steril.
Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari terjadinya
pembengkakan. Jika perlu, kompres dengan es untuk mengurangi
edema dan rasa nyaman. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah
infeksi, hemartrosis, tromboflebitis, bengkak sendi, dan pnyembuhan
luka yang lama.

h. MRI
MRI adalah teknik pencintraan khusus yang non-invasif, menggunakan
medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk melihat
abnormalitas berupa tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak, seperti
otot, tendon, dan tulang rawan. Oleh karena yang digunakan
electromagnet, pasien yang mengenakan implant logam, brace, atau
pacemaker tidak dapat menjalani pemeriksaan ini. Perhiasan harus
dilepas. Pasien yang menderita klausatrofobia biasanya tidak mampu
menghadapi ruangan tertutup pada peralatan MRI tanpa penerangan.

i. USG
Prosedur USG dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada jaringan
lunak (adanya massa, dll). Pemeriksaan USG menggunakan system
gelombang suara yang menghasilkan gambaran jaringan yang diperiksa.
Kulit diatas jaringan yang akan diperiksa diolesi jel untuk memudahkan
gerakan alat. USG tidak memerlukan persiapan khusus dan perawatan
khusus setelah pemeriksaan.
j. Angiografi
Angiografi pemeriksaan struktur vascular. Arteriografi adalah
pemeriksaan system arteri. Suatu bahan kontras radioopaque
diinjeksikan kedalam arteri tertentu, dan alirannya difoto dengan sinar X.
Prosedur ini sangat bermanfaat untuk mengkaji perfusi arteri dan untuk
tingkat amputasi yang dilakukan. Setelah dilakukan prosedur ini, pasien
dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada
tempat penusukan jarum arteri. Perawat memantau tanda vital, tempat
penusukan arteri (adanya pembengkakan, perdarahan, dan hematoma),
dan ekstremitas bagian distal untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.

k. Artrografi
Penyuntikan bahan radioopaque atau udara ke dalam rongga sendi
untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan
dalam kisaran pergerakannya sambil gambar sinar X serial. Artrogram
sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronis
kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan
pergerakan tangan. Jika terdapat robekan, bahan kontras akan
mengalami kebocoran keluar dari sendi dan akan terlihat melalui sinar-X.
setelah dilakukan artrogram, sendi dimobilisasi selama 12-24 jam dan
diberi balutan tekan elastis.

l. Artrosentesis
Prosedur ini dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan
pemeriksaan atau untuk menghilangkan nyeri akibat efusi. Dengan
menggunakan teknik asepsis cairan. Selanjutnya, dipassang balutan
steril setelah dilakukan aspirasi.
Normalnya, cairan sinovial jernih, pucat berwarna seperti jerami, dan
volumenya sedikit. Cairan tersebut lalu diperiksa secara makroskopis
mengenai volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin.
Selanjutnya, diperiksa secara mikroskopis untuk memeriksa jumlah sel,
mengidentifikasi sel, pewarnaan gram, dan elemen penyusunannya.
Pemeriksaan cairan sinovial sangat berguna untuk mendiagnosis artritis
reumatoid, atrofi, inflamasi lain, dan adanya hemartrosis.

Anda mungkin juga menyukai