Anda di halaman 1dari 19

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

OLEH :
Kelompok 7
Suciyati Yunus
Hendra Gunawan
Rifda Amirah
Satiani Safitri
Nur Fitri Ekawati
Andi Fadhilah
Nirwana
Rahmiati

JURUSAN ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah yang berjudul Pencucian
Uang yang menjadi syarat mata kuliah Hukum Pidana Ekonomi.
Di dalam proses penulisan makalah ini penulis menjumpai segala
macam hambatan dalam menyusunnya seperti pada umumnya karena
masih kurangnya ilmu pengetahuan. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari, bahwa sebagai manusia biasa, penulis tentunya
memiliki banyak kekurangan dan kesalahan selama proses penyusunan
makalah ini karena kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha
Esa. Oleh karena itu, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat banyak kesalahan yang diperbuat, serta penulis juga
mengharapkan kritikan dan saran yang datang secara positif dari pembaca
karya ilmiah ini guna pengembangan makalah ini menjadi lebih baik dan
sangat berguna nantinya di masa depan. Amin ya Rabbal Alamin.

Gowa, 2 Juli 2017

Penulis,

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... iii

BAB I.......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 1

C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II ......................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Tindak Pidana Pencucian Uang .......................................................... 3

B. Tahapan Tindak Pidana Pencucian Uang ........................................... 6

C. Sanksi Tindak Pidana Pencucian Uang ............................................... 8

D. Faktor Pendorong Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang ........... 9

E. Tindakan Pemerintah dalam Memberantas Tindak Pidana Pencucian


Uang ........................................................................................................ 11

BAB III ...................................................................................................... 15

PENUTUP ................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ........................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindak Pidana Pencucian uang adalah proses atau perbuatan yang
mengguanakan uang hasil tindak pidana. Dengan perbuatan itu uang
dikaburkan asal usulnya oleh si pelaku, sehingga kemudian seolah-olah
muncul uang yang sah atau uang yang halal. Dengan kata lain pencucian
uang adalah proses menyembunyikan atau menyamarkan harta yang
diperoleh dari hasil tindak kejahatan untuk menghindari penuntutan dan
penyitaan. Pencucian uang adalah salah-satu kejahatan yang sering
dibicarakan saat ini. Pencucian uang sangat merugikan masyarakat dan
negara, Karena dapat mempengaruhi stabilitas dan perekonomian nasional
khususnya keuangan negara.
Dana-dana yang berasal pelbagai macam kejahatan pada umumnya
tidak langsung digunakan atau dibelanjakan oleh para pelaku kejahatan.
Sebab konsekuensinya akan mudah dilacak oleh apparat penegak hukum
mengenai sumber memperolehnya. Biasanya, dana yang terbilang besar
dari hasil kejahatan dimasukkan terlebih dahulu kedalam system keuangan,
terutama dalam model perbank kan. Model perbank kan inilah yang sangat
susah dilacak oleh apparat penegak hukum. Para pelaku kejahatan
seringkali menanamkan uang hasil kejahatannya diberbagai bisnis legal
seperti membeli saham perusahaan-perusahaan besar di bursa efek yang
tentu memiliki keabsahan yuridis dalam oprasionalnya seolah olah terlihat
bahwa kekayaan para penjahat yang diputar melalui proses-proses
sepertinya menjadi sah adanya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pencucian Uang?
2. Tahap Tindak Pidana Pencucian Uang?
3. Faktor Pendorong Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang?

1
4. Langkah Pemerintah dalam memberantas Tindak Pidana Pencucian
Uang

C. Tujuan
Adapu Tujuan Penulisan makalah ini yakni;
1. Mengetahui Defenisi Pencucian Uang.
2. Mengetahi Tahap Tindak Pidana Pencucian Uang.
3. Mngetahui Faktor Pendorong Terjadinya Tindak Pidana Pencucian
Uang.
4. Mengetahui Langkah Pemerintah dalam memberantas Tindak Pidana
Pencucian Uang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tindak Pidana Pencucian Uang


1. Sejarah
Istilah pencucian uang telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika
Serikat, yaitu ketika mafia membeli perusahaan yang sah dan resmi
sebagai salah satu strateginya. Investasi terbesar adalah perusahaan
pencucian pakaian atau disebut laundromats yang ketika itu terkenal di
Amerika Serikat. Usaha pencucian pakaian ini berkembang maju dan
berbagai perolehan uang hasil kejahatan seperti dari cabang usaha lainya
ditanamkan ke perusahaan pencucian pakaian ini, seperti uang hasil
minuman keras ilegal, hasil perjudian dan hasil usaha pelacuran. (Sutedi,
2008)

2. Definisi
Sedangkan pengertian pencucian uang menurut Pasal 1 ayat (1)
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah:
pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini.
Dalam pengertian ini, unsur-unsur yang dimaksud adalah unsur pelaku,
unsur perbuatan melawan hukum serta unsur merupakan hasil tindak
pidana. Sedangkan pengertian tindak pidana pencucian
uang dapat dilihat ketentuan dalam Pasal (3), (4), dan (5) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2010. Intinya adalah bahwa tindak pidana
pencucian uang merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan baik
oleh seseorang dan/atau korporasi dengan sengaja menempatkan,
mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain
atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan

3
hasil tindak pidana dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul harta kekayaan itu, termasuk juga yang menerima dan
mengusainya. (http://www.negarahukum.com)
Kemudian salah satu ahli yaitu Alford menyatakan bahwa pengertian
pencucian uang sebagai berikut:
pencucian uang (money laundering) adalah proses yang dilakuakan untuk
mengubah hasil kejahatan dari korupsi, kejahatan narkotika, perjudian,
penyelundupan dan lain-lain dengan menggunakan sarana lembaga
keuangan sehingga uang hasil dari kegiatan yang sah karena asal- usulnya
sudah disamarkan atau disembunyikan. (Alford, 1994)
Melihat dari pengertian atau penjelasan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pencucian uang (money laundering) pada intinya
melibatkan aset pendapatan atau kekayaan yang berasal dari kejahatan
atau berasal dari kegiatan atau perbuatan yang melawan hukum yang
diubah menjadi aset keuangan yang seolah-olah berasal dari sumber yang
sah/legal. Atau proses yang dilakukan sesorang atau organisasi kejahatan
terhadap uang haram, yaitu uang yang berasal dari tindak kejahatan,
dengan maksud menyembunyikan asal usul uang tersebut
dari pemerintah atau otiritas yang berwenang melakukan penindakan
terhadap tindak kejahatan dengan cara terutama memasukkan uang
tersebut ke dalam sistem keuangan (financial system) sehingga apabila
uang tersebut kemudian dikeluarkan dari sistem keuangan itu, maka
keuangan itu telah berubah menjadi uang yang sah.

3. Objek Pencucian Uang


Menurut N.Welling, yang menjadi objek utama dalam pencucian uang
adalah uang kotor atau uang haram. Menurut N.Willing uang dapat
menjadi kotor atau haram dengan dua cara yaitu:
a. Melalui pengelakkan pajak (tax evasion) , yaitu memperoleh uang
secara ilegal tetapi jumlah uang yang dilaporkan kepada pemerintah
untuk keperluan perhitungan pajak lebih sedikit dari pada yang
sebenarnya diperoleh.

4
b. Memperoleh uang melalui cara-cara melanggar hukum, misalnya hasil
penjualan obat terlarang (drug sakes), perjudian gelap (ilegal gambling),
penyuapan (bribery), terorisme (terrorism), pelacuran (prostitution),
perdagangan senjata (arms trafficking), penyelundupan (smugglig), dan
kejahatan kerah putih (white collar crime).
Awalnya yang menjadi objek pencucian uang yang paling utama
dilakukan adalah hasil dari penjualan obat-obatan terlarang dan
penyelundupan. Namun sejak terjadinya bom WTC di Amerika Serikat,
maka pada saat itu kegiatan terorisme pun menjadi salah satu prioritas
objek pencucian uang. Sedangkan dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pencucian Uang, disebutkan bahwa yang menjadi
objek Tindak Pidana Pencucian uang adalah :
1) Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayan yang diperoleh dari tindak
pidana: Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
2) Korupsi;
3) Penyuapan;
4) Narkotika;
5) Psikotropika;
6) Penyelundupan tenaga kerja;
7) Penyelundupan migran;
8) Di bidang perbankan;
9) Di bidang pasar modal;
10) Di bidang perasuransian;
11) Kepabeanan;
12) Cukai;
13) Perdagangan orang;
14) Perdagangan senjata gelap;
15) Terorisme;
16) Penculikan;
17) Pencurian;

5
18) Penggelapan;
19) Penipuan;
20) Pemalsuan uang;
21) Penjudian;
22) Prostitusi;
23) Di bidang perpajakan;
24) Di bidang kehutanan;
25) Di bidang lingkungan hidup
26) Di bidang kelautan dan perikanan; atau
27) Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat)
tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut
hukum Indonesia.
28) Harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan
dan/atau digunakan secara lanngsung atau tidak langsung untuk
kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris perseorangan
disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf n.

B. Tahapan Tindak Pidana Pencucian Uang

Tidak mudah untuk membuktikan adanya suatu kejahatan pencucian


uang, karena kita telah ketahui bahwa kegiatannya sangat kompleks sekali,
namun para pakar telah berhasil menggolongkan proses pencucian uang
(money laundering) ke dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:
1. Tahap placement
Tahap penempatan( placement ) merupakan upaya menempatkan uang
tunai yang berasal dari tindak pidana kedalam sistem keuangan ( financial
sistem) atau upaya menempatkan uang giral (cheque, wesel bank, sertifikat
deposito, dan lainlain) kembali kedalam sistem keuangan, terutama sistem
perbankan. Dalam proses penempatan uang tunai kedalam sistem
keuangan ini, terdapat pergerakan fisik uang tunai baik melalui

6
penyeludupan uang tunai dari suatu Negara ke Negara lain, penggabungan
antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang yang diperoleh
dari hasil kegiatan yang sah, atau caracara lain seperti pembukaan
deposito, pembelian sahamsaham atau juga mengkonversikannya ke
dalam mata uang Negara lain.
2. Tahap layering
Tahap (layering) merupakan upaya untuk menstransfer harta kekayaan,
berupa benda bergerak atau tidak bergerak berwujud maupun tidak
berwujud, yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk
kedalam sistem keuangan melalui penepatan (placement). Dalam proses
ini terdapat rekayasa untuk memisahkan uang hasil Placement ke beberapa
rekening atau lokasi tertentu lainnya dengan serangkaian transaksi yang
kompleks yang didesain untuk menyamarkan atau mengelabui sumber
dana haram tersebut. Layering dapat pula dilakukan dengan transaksi
jaringan Internasional baik melalui bisnis yang sah atau Perusahaan
perusahaan shell( perusahaan mempunyai nama dan badan hukum
namun tidak melakukan kegiatan usaha apapun).
Teknik lain dari layering ialah memberi efek (saham dan obligasi),
kendaraan, dan pesawat terbang atas nama orang lain. Kasino sering juga
digunakan karena kasino menerima uang tunai. Sekali uang tunai tersebut
dikonversikan kedalam chips dari kasino tersebut, maka dana yang telah
dibelikan chips tersebut dapat ditarik kembali dengan menukarkan chips
tadi dengan cek yang dikeluarkan oleh kasino tersebut.
3. Tahap intergration
Tahap menggunakan harta kekayaan (intergration), suatu upaya
menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah
berhasil masuk kedalam sistem keuangan melalui placement atau layering
sehingga seolaholah menjadi harta kekayaan yang halal. Proses ini
merupakan upaya untuk mengembalikan uang yang telah dikaburkan
jejaknya sehingga pemilik semula dapat menggunakan dengan aman.
Disini uang yang di cuci melalui placement maupun layering dialihkan
kedalam kegiatankegiatan resmi sehingga tampak seperti tidak

7
berhubungan sama sekali dengan aktivitas kejahatan yang menjadi
sumber dari uang tersebut.
Sebagaimana dikemukakan oleh Jeffrey Robinson, tahap placement adalah
tahap yang paling rentan (vulnerable) bagi pencuci uang karena apabila
pencuci uang tidak dapat memasukkan uang haram tersebut kedalam
proses pencucian, maka ia tidak akan dapat mencuci uang haram tersebut.
Namun, sekali uang haram itu berhasil di konversikan ke dalam nomor
nomor (rekening bank) yang muncul di suatu layar komputer dan nomor
nomor tersebut berhasil dipindahkan mondarmandir melintasi dunia, maka
hal itu seperti halnya riak air sebagaimana digambarkan diatas lenyap dan
batu tersebut terkubur di dalam lumpur di dasar kolam itu.

C. Sanksi Tindak Pidana Pencucian Uang

Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang No. 8 Tahun 2010 setiap Orang yang


menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain
atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan
hasil tindak pidanadengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan
asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Berdasarkan Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 2010 setiap
orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan
pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dendapaling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
Berdasarkan Pasal 5 Undang-undang No. 8 Tahun 2010 setiap orang yang
menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran,
hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta

8
Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidanadipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

D. Faktor Pendorong Terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang

Praktek money laundering tidak mudah memberantasnya. Ada beberapa


faktor yang menjadi pendorong maraknya kegiatan pencucian uang di
berbagai negara, menurut Sutan Remy Sjahdeini terdapat 10 (sepuluh)
faktor pendorong, yaitu sebagai berikut: Ibid, hlm. 39-50.
1. Faktor Globalisasi
Globalisasi pada perputaran sistem keuangan internasional
merupakan impian para pelaku money laundering dan dari kegiatan
kriminal ini arus uang yang berjalan jutaan dollar pertahun berasal
dari pertumbuhan ekonomi dimana uang yang sehat pada setiap
negara sebagai dasar pada daerah pasar global.
2. Faktor cepatnya kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi yang paling mendorong maraknya pencucian uang
adalah teknologi di bidang informasi, yaitu dengan munculnya internet
yang memperlihatkan kemajuan yang luar biasa.
3. Faktor rahasia bank yang begitu ketat
Ketatnya suatu peraturan bank dalam hal kerahasiaan atas nasabah
dan data-data rekeningnya menyebabkan azas know your customer.
Penerapan pengaturan rahasia bank yang ketat dapat mengakibatkan
sulitnya untuk mengetahui data seseorang yang diduga merupakan
hasil tindak pidana.
4. Faktor belum diterapkannya azas Know Your Customer
Perbankan dan Penyedia Jasa Keuangan lainnya belum secara
sungguh- sungguh menerapkan sistem ini, sehingga seseorang dapat
menyimpan dana dari suatau bank dengan menggunakan nama
samaran (anonim).

9
5. Faktor electronic banking
Dengan diperkenalkannnya sistem ini dalam perbankan maka
diperkenalkannya ATM (Automated Teller Machine) dan wire transfer.
Electroric memberikan peluang bagi pencucian uang model baru
dengan menggunakan jaringan internet yang disebut cyber laundering.
6. Faktor electrinic money atau e-money
Dengan munculnya jenis uang baru ini yang disebut yang merupakan
suatu sistem yang secra digital ditandatangani suatu lembaga penerbit
melalui kunci enkripsi pribadi dan melalui enkripsi ini dapat
ditransmisikan kepada pihak lain maka memudahkan
pelaku electronic commerce melalui jaringan internet, pelaku tersebut
juga sebagai cyberspace atau cyber laundering. Mengakibatkan
semakin sulitnya untuk melacak kejahatan pencucian uang tersebut.
7. Faktor layering
Penggunaan secara berlapis pihak pemberi jasa hukum (lawyer)
dimana sumber pertama sebagai pemilik sesungguhnya atau siapa
sebagai penyimpan pertama tidak diketahui lagi jelas, karena deposan
yang terakhir hannyalah sekedar ditugasi untuk mendepositkannya di
suatu Bank. Pemindahan demikian dilakukan beberapa kali sehingga
sulit dilacak petugas.
8. Faktor pemberi jasa hukum (lawyer)
Adanya faktor ketentuan hukum bahwa hubungan lawyer dengan klien
adalah hubungan kerahasiaan yang tidak boleh diungkapkan.
Akibatnya, seorang lawyer tidak bisa dimintai keterangan mengenai
hubungan dengan kliennya.
9. Faktor kesungguhan pemerintah
Adanya ketidaksungguhan dari negara-negara untuk melakukan
pemberantasan praktek pencucian uang dengan sistem perbankan.
Ketidakseriusan demikian adalah karena suatu negara memandang
bahwa penempatan dana-dana di suatu bank sangat diperlukan untuk
pembiayaan pembangunan.

10
10. Faktor peraturan setiap negara
Belum adanya peraturan-peratran money laundering di dalam suatu
negara tertentu, sehingga menjadi pratek money laundering menjadi
subur.

Faktor penyebab terjadinya kejahatan pencucian uang (money


laundering) begitu komplek. Berbagai hal pendorong terjadinya praktek
money laundering ini menimbulkan makin tumbuh dan berkembangnya
pelaku money laundering untuk melakukan aktifitasnya baik dalam suatu
negara maupun lintas negara.

E. Tindakan Pemerintah dalam Memberantas Tindak Pidana


Pencucian Uang

Pada tahun 1988 sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan


kejahatan money laundering, diadakan konvensi internasional yaitu United
Nation Convention Againts Illicit Traffic in Narcotic Drug and Psychotropic
Substances atau yang lebih dikenal dengan nama UN Drug Convention.
Lahirnya konvensi ini ditandai saat mana masyarakat internasional merasa
frustrasi dalam memberantas kejahatan perdagangan gelap obat bius. Hal
ini dapat dimengerti mengingat obyek yang diperangi adalah organized
crime yang memiliki karakteristik organisasi struktural yang solid dengan
pembagian wewenang yang jelas, sumber pendanaan yang sangat kuat
dan memiliki jaringan kerja yang melintasi batas negara. Rezim hukum
internasional anti pencucian uang dapat dikatakan merupakan langkah
maju ke depan dengan strategi yang tidak lagi difokuskan pada kejahatan
obat biusnya dan menangkap pelakunya, tetapi diarahkan pada upaya
memberangus hasil kejahatannya melalui regulasi anti pencucian uang.
Dengan demikian, lahirnya United Nations Convention Against Illicit Traffic
in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988 (Vienna Convention
1988), dipandang sebagai tonggak sejarah dan titik puncak dari perhatian
masyarakat internasional untuk menetapkan rezim hukum internasional anti
pencucian uang. Pada pokoknya, rejim ini dibentuk untuk memerangi drug
trafficking dan mendorong agar semua negara yang telah meratifikasi
segera melakukan kriminalisasi atas kegiatan pencucian uang. Disamping

11
itu Vienna Convention 1988 juga berupaya untuk mengatur infrastruktur
yang mencakup persoalan hubungan internasional, penetapan norma-
norma, peraturan dan prosedur yang disepakati dalam rangka mengatur
ketentuan anti pencucian uang. Yunus Husein. (Artikel Hukum Pidana:
Hubungan antara Kejahatan Peredaran Gelap Narkotika dan Tindak Pidana
Pencucian Uang. 2006. http://www.ditjenphka.go.id) Dan untuk membuat
para pelaku perdagangan narkotika tidak mudah menggunakan uang
hasil kejahatan narkotika tersebut, umumnya pelaku perdagangan
narkotika illegal mencuci uangnya terdahulu, sehingga perlu dibuat rezim
anti pencucian uang.
Kemudian untuk menindaklanjuti konvensi tersebut, pada bulan Juli
tahun 1989 di Paris telah dibentuk sebuah satuan tugas yang khusus
menangani money laundering yang disebut dengan The Financial Action
Task Force (FATF)Bismar Nasution., Op.Cit., hlm. 2-3., sebuah organisasi
yang bertujuan membebaskan bank dari praktik money laundering, dimana
FATF memperediksikan jumlah uang yang diputihkan setiap tahun di
seluruh dunia melalui transaksi bisnis haram narkotika berkisar antara US
$ 300 milyar dan US $ 500 milyar. N.H.T.Siahaan
FATF memasukkan Indonesia tanggal 22 Juni 2001, di samping 19
negara lainnya ke dalam daftar hitam Non Cooperative Countries Territories
(NCCTs) atau kawasan yang tidak kooperatif dalam menangani kasus
money Laundering. Kesembilan belas negara lainnya itu adalah Mesir,
Rusia, Hongoria, Israel,
Lebanon, Filippina, Myanmar, Nauru, Nigeria, Niue, Cook Island, Re
publik
Dominika, Guatemala, St.Kitts dan Nevis, St. Vincent dan Grenadines
serta Ukrania. Alasan FATF memasukkan Indonesia dalam daftar tersebut
berdasarkan pengamatan dan pertimbangan yang sangat cermat bahwa
Indonsia disinyalir menjadi salah satu sumber sekaligus muara kegiatan
money laundering. Dalam the 40 FATF Recommendations, Indonesia
dianggap tidak kooperatif dengan Rekomendasi ke-15 yang menyatakan
agar bank memberikan perhatian khusus kepada suatu transaksi yang tidak
benar latarbelakangnya berupa melaporkan kepada petugas yang
berwenang. Untuk lebih jelas, di bawah ini Rekomendasi ke-15 tersebut

12
yang telah dikutip: N.H.T.Siahaan, Pencucian Uang dan Kejahatan
Perbankan. (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,2002). hlm.2.
if Financial institution suspect that funds stem from a criminal activity, they
should be required to report promptly their suspicious to the competent
authorities.
Hingga pada Februari 2005 barulah Indonesia berhasil keluar dari
NCCTs setelah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai suau dasar hukum yang
lebih komprehensif di negara kita untuk memerangi prakteik money
laundering.
Money Laundring yang diterjemahkan dengan pencucian uang dalam
UndangUndang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang didefenisikan Pasal 1 ayat 1 Undang Undang RI No. 25
Tahun 2003 tentang Pidana Pencucian Uang : sebagai perbuatan
menempatkan, mentranrfer, membayarkan, membelanjakan,
menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan
sehingga seolah olah menjadi harta kekayaan yang sah.Definisi tersebut
perlu diberikan penjelasan sebagai berikut: dalam defenisi tersebut terdapat
kata seolah olah,sehingga walaupun proses pencuci an uang hasil
tindak pidana yang dilakukan, namun harta kekayaan yang berasal dari
hasil tindak pidana tidak pernah menjadi sah atau di putihkan. Dengan
demikian istilah yang dipakai adalah Pencucian Uang bukan
Pemutihan Uang. Money laundering selalu berkaitan dengan harta
kekayaan yang berasal dari tindak pidana, sehingga tidak ada pencucian
uang kalau tidak ada tindak pidana yang dilakukan (no crime no money
laundering). (Yunus Husein, Tindak Pidana Pencucian Uang
http://www.docstoc.com)
Pemerintah bersama badan legislatif seiring berjalannya waktu mulai
memikirkan bahwa upaya pemberantasan saja tidak cukup untuk
menangani permasalahan kejahatan ini. Oleh karena itu dibutuhkan upaya

13
preventif (pencegahan) yang berguna untuk mencegah tindak pidana ini
agar jangan sampai terjadi terus menerus. Dari pemikiran inilah maka
dikeluarkan Undangundang
Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana.
Pencucian. Undangundang ini secara otomatis mencabut Undang
Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
dan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang perubahan atas
UndangUndang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang. Penjelasan Umum Undang Undang No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan dikeluarkannya UU No. 25 tahun 2003 tentang pencucian
uang, berarti menganggap perbuatan pencucian uang sebagai tindak
pidana (kejahatan) yang harus ditindak tegas oleh para penegak hukum
yang berwenang.
Dengan adanya perangkat hukum yang tegas hal ini bisa dijadikan
sebagai perwujudan rasa keadilan. Sanksi tindak pidana pencucian uang
berupa pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas milyar
rupiah).
Selain itu pihak yang terlibat seperti pelapor dan saksi memiliki
perlindungan hukum dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri,
jiwa, dan/atau hartanya termasuk keluarganya. Dalam kasus money
laundering kepolisian dan penuntut umum juga memiliki kesulitan dalam
membuktikan terjadinya tindak pidana pencucian uang karena modusnya
yang bervariasi dan biasanya tidak ditemukan adanya cukup alat bukti.
B. Saran
Untuk mencegah dan mengusut serta menindak tindak pidana
pencucian uang yang termasuk kejahatan terselubung dan luar biasa, perlu
pengadaan cara-cara dan teknologi yang luar biasa dalam menangani
tindak pidana pencucian uang oleh apparat penegak hukum yang terkait.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ade Sanjaya. 2015. Pengertian Pencucian Uang Definisi Sejarah, Tahap,


Proses dan Faktor Pendorong Terjadinya Tindak Pidana (Daring).
Adesanjaya.blogspot.com. Diakses Tanggal 20 Mei 2017.

Ayu Meidhita. 2015. Tindak Pidana Pencucian uang (Daring).


Ayumeidhita.blogspot.com. Diakses Tanggal 28 Mei 2017.

16

Anda mungkin juga menyukai