PEMETAAN BATIMETRI
LOKASI WADUK SERMO KULONPROGO
d. Penentuan posisi horizontal titik fix menggunakan GPS dengan metode differensial real
time kinematik
Pada teknologi ini satu receiver GPS akan dipasang pada titik kontrol darat dengan
ketelitian tinggi yang terikat dengan titik tetap bakosurtanal dan akan berfungsi sebagai
Referensi_Station sedangkan receiver lainnya dipasang di kapal survey dan berfungsi sebagai
Rover_Station. Pengamatan absolut posisioning di titik Referensi Station akan menghasilkan
koordinat baru yang berbeda dengan koordinat fix nya. Besarnya perbedaan nilai ini
dinamakan sebagai koreksi differensial dan dihitung untuk tiap signal satelit. Melalui
gelombang UHF data link dalam format standar RCTM-104 koreksi ini dikirimkan setiap saat
dari Referensi Station ke Rover Station melalui antena defferensial untuk kemudian di
aplikasikan pada tiap signal satelit yang diterima oleh Rover Station. Dengan cara ini maka
secara real time nilai koordinat Rover akan dapat ditentukan dengan ketelitian yang optimal
(cm sd. submeter ) untuk penentuan posisi pada pekerjaan-pekerjaan hydrografi.
e. Pemataan dasar laut dengan mengukur kedalaman
Pada kegiatan ini yakni pengukuran kedalaman laut dengan menggunakan prinsip
Kelajuan dengan jarak dan waktu atau rumusnya ( v = s / t )
v = kelajuan
s = jarak tempuh
t = waktu tempuh
Hubungannya yaitu karena pada saat pengukuran kedalaman menggunakan alat yang
akan mengeluarkan suara / Sounding, yakni sounding itu sendiri adalah penentuan kedalaman
dasar laut yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi topografi dasar laut. Alat
yang akan digunakan adalah digital echosunder. Sinkronisasi data kedalaman dan posisi
horizontal dilakukan secara otomatis oleh firmware (software yang berada di dalam alat) .
Pada proses perekaman, data posisi direkam dengan interval setiap dua detik (Fix Position
Record) dan semua data kedalaman direkam dengan interval waktu 10 detik. Jadi tiap 10
detik echosounder akan merekam data kedalaman dan posisi.
Pemasangan peralatan sounding dipasang dan dipastikan bahwa peralatan dipasang pada
posisi yang aman dan kuat terhubung dengan kapal (terutama transducer dan antena).
Konstruksi transducer akan dibuat sedemikian rupa sehingga transducer benar-benar dapat
dipasang tegak lurus bidang permukaan laut. Transducer akan dipasang pada sisi luar di
tengah-tengah bagian buritan dan haluan dengan kedalaman yang sesuai sehingga apabila
kapal bergerak vertikal akibat gelombang, bagian bawah transducer tetap berada di bawah
permukaan air.
Setelah transducer dipasang dengan baik maka selanjutnya dilakukan kalibrasi (bar
check). Kalibrasi akan dilakukan pada kedalaman yang berbeda-beda dan dilakukan pada saat
sebelum dan sesudah survey. Untuk melakukan kalibrasi/barcheck ini akan dipilih
lokasi/tempat yang permukaan airnya cukup tenang. Kalibrasi pada praktikum ini dilakukan
dengan menenggelamkan bandul semen yang dipasang pada meteran lalu hasilnya dicatat jika
dirasa sudah menyentuh dasar waduk, selain itu dicatat juga bacaan alat.
Perekaman data posisi dan kedalaman dilakukan secara otomatis dan simulatan dalam
bentuk digital sehingga terhindar dari kesalahan-kesalahan akibat sinkronisasi data posisi dan
kedalaman secara manual. Setiap satu lajur ukuran akan disimpan dalam satu file dengan
pemberian nama file yang unik sehingga memudahkan untuk pengecekan, pencarian dan
pemrosesan data. Secara real time profile dasar laut pada lajur suvey tampil pada display
komputer dan apabila dikehendaki dapat langsung dilakukan print out.
Semua kegiatan survey pada tahap pelaksanaan ini terintegrasi dan dikendalikan oleh
software sehingga terhindar dari human error.
Pengolahan data dilakukan setiap hari setelah selesai pengukuran hari tersebut untuk
selanjutnya dianalisa dan apabila ada kesalahan dapat diantisipasi secara cepat pada hari
berikutnya.
Pengolahan data terdiri dari downloading, verifikasi data, dan penggambaran.
Proses downloading dan verifikasi data dilakukan menggunakan software Hypack. Ouput
pada proses downloading adalah data dalam beberapa format NMEA yang disyaratkan.
Data dalam format NMEA tersebut kemudian dengan mudah diubah menjadi bentuk No., X,
Y, Z dan digunakan sebagai input pada proses penggambaran. Penggambaran kontur
dilakukan menggunakan sotware LDD (LandDesktopDevelopment).
g. Pemrosesan data
Tahap pengolahan data merupakan bagian terintegrasi dari rangkaian pekerjaan survey
hydrografi secara keseluruhan dengan tujuan untuk mendapatkan data kedalaman yang benar.
Beberapa koreksi yang harus dilakukan pada data hasil ukuran kedalaman terjadi akibat
kesalahan-kesalahan sebagai berikut:
1). Kesalahan akibat gerakan kapal (sattlement dan squat)
2). Kesalahan akibat draft tranduser
3). Kesalahan akibat perubahan kecepatan gelombang suara, dan
4). Kesalahan lainnya yang perlu untuk diperhitungkan.
i. Penyajian data
Setelah semua data lapangan selesai diolah dan sudah dalam bentuk digital dengan format
B,L,H,T (bujur, lintang, kedalaman, waktu) kemudian di eksport ke dalam format drawing
menggunakan LDD. Data gambar pertama yang akan tempil adalah berupa point, deskripsi,
elevasi dan no.point yang tersimpan dalam layer berbeda. Kemudian dengan menggunakan
fasilitas-fasilitas yang ada dalam software tersebut kita akan melakukan filtering, surfacing,
conturing dan interpolasi. Produk akhir dari prosesing ini akan diperoleh peta bathimetri
digital dalam format DWG/DXF yang kemudian akan dicetak dengan skala yang diinginkan.
Unsur-unsur yang akan disajikan pada peta batimetri tersebut meliputi :
* Angka kedalaman dengan kerapatan 1 cm pada skala peta
* Kontur kedalaman
* Garis pantai dan sungai
* Tanda atau sarana navigasi
* Informasi dasar laut, dll
Sistem proyeksi yang dipakai pada pembuatan peta batimetri ini menggunakan sistem
Transver Mercator (TM) dengan datum WGS 84, sedangkan sistem koordinat grid yang akan
dipakai adalah UTM (Easting, Norting, Kedalaman) maupun Geodetik (Lintang, Bujur,
Kedalaman).
1 = 0 +
2 = 1 +
= 2 +
Dimana
de = bacaan kedalaman yang diperoleh dari rekaman alat perum gema
d0 = bacaan kedalaman yang telah diberi koreksi phytagoras
d1 = kedalaman titik P tegak lurus dibawah tranduser
d2 = kedalaman titik P terhadap permukaan laut
D = kedalaman titik P terhadap muka surutan( kedalaman yang digambar/ diplot dari
peta)
phy= koreksi phytagoras
kgs = koreksi kecepatan gelombang suara
sss = koreksi sarat tranduser, settlement dan squat
sr = koreksi surutan
ML = kedudukan permukaan air laut pada saat pengukuran kedalaman dilakukan
DT = duduk tengah / MSL (mean Sea Level)
MS = muka surutan/ CD (Chart Datum)
HML = tinggi permukaan air laut pada bacaan skala palm
HDT = tinggi duduk tengah diatas nol palm
Z0 = kedudukan muka surutan dibawah duduk tengah
S = jarak antara tranduser pemancar dan tranduser penerima*
*untuk alat perum gema dengan outboard unit tranduser harga s = 0
Namun untuk pengolahan data sounding waduk sermo hanya menggunakan koreksi
barcheck dan chart datum saja, karena pengaruh-pengaruh arusnya kecil. Tidak
serumit untuk survey di laut.
E. LANGKAH PENGUKURAN
Pengukuran dibagi menjadi 2 shift, dengan pembagian shift pertama adalah kelompok
yang melakukan sounding jalur utama. Yaitu dengan mengelilingi tepian waduk
selama kurang lebih 2 jam. Sedangkan untuk kelompok ke2 melakukan pengamatan
pasut waduk. Setelah jalur utama selesai shift ke 2 melakukan sounding jalur silang
secara bergantian kelompok pertama melakukan pengamatan pasut waduk.
Langkah-langkah sounding
a. Melakukan seting alat. Dengan memasang GPS pada tiang disamping kapal. Lalu
menghidupkan echosounder dan GPS sesudah disambung ke power supply. Lalu
melakukan koneksi echosounder dengan GPS.
b. Setting echosounder antara lain
- Melakukan setting interval perekaman data. Pada praktikum kali ini interval
data yang diambil adalah 10 detik sekali
- Melakukan setting akurasi GPS, misal jika akurasi melebihi 100m maka GPS
akan berbunyi alarmnya
- Melakukan pemilihan file dari jalur-jalur perum yang telah direncanakan, agar
bisa ditrack.
- Memilih display
c. Melakukan barcheck dengan menggunakan bandul semen yang dipasang pada
meteran. Barchek dilakukan pada air yang tenang dan pada kedalaman yang
bervariasi. Hasil pengukuran barcheck dicatat untuk dibandingkan terhadap hasil
pembacaan ukuran kedalaman oleh alat pada saat yang sama sehingga posisinya
sama.
d. Melakukan sounding sepanjang jalur yang telah ditentukan baik jalur utama atau
jalur silang.
F. PENGOLAHAN DATA SOUNDING
Hasil data sounding didownload dan di hitung dengan Ms.Excel. berikut contoh hasil data
sounding
Penghitungan data
Kedalaman terkoreksi dihitung dengan memperhatikan kedalaman terukur dan koreksi bar
check
Misal untuk titik 1, kedalaman terukur 6.9471283 m sedangkan untuk barchek pada
kedalaman terukur alat 4.5 mpada kenyataannya adalah 3.778 m, demikian juga untuk
barcheck pada kedalaman terukur 12.3 m. Maka kedalaman terkoreksi
= 6.361916493 m
pasut 134.685
chart datum 135
= 6.676916493 m
Perhitungan diatas dilakukan untuk semua titik perum yang terekam data kedalamannya.
Karena hasil dari pengukuran pada praktikum kali ini berjumlah 3000 data,ada dilampiran.
Setelah perhitungan selesai, untuk visualisasinya menggunakan software Surfer 8.0 dengan
langkah sebagai berikut
H. PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami laporkan dari praktikum yang telah dilakukan. Semoga
dapat dijadikan evaluasi agar lebih baik nantinya. Jika masih ada kekurangan mohon
dikoreksi.