Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Gagal Ginjal Kronik

(GGK)

Anisa Aulia Reffida


(102013553/BP1)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telepon : (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
Email : nisareffida@ymail.com

Abstrak

Gagal ginjal adalah suatu suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
yang progresif. Etiologi gagal ginjal kronik sangat bervariasi antara lain, yang disebabkan
oleh penyakit ginjal diabetes tipe 1 dan 2, penyakit ginjal non diabetes seperti penyakit
glomerular (penyakit autoimun, infeksi sistemik, obat, neoplasia), penyakit vaskular
(penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati), penyakit tubulointertisial,
penyakit kistik, dan penyakit pada transplantasi. Sementara hipertensi adalah manifestasi
gangguan keseimbangan hemodinamik sistem kardiovaskular yang mana patofisiologisnya
adalah multi-faktor, dimana nantinya hipertensi memiliki peluang lebih tinggi merusak organ
lainnya karena gangguan peredaran darah, antara lain seperti ke jantung sendiri, otak,
retinopati, penyakit arteri perifer, dan penyakit ginal kronik. Hipertensi dapat menyebabkan
gagal ginjal kronik karena terjadi perusakan pembuluh darah arteri di ginjal yang berakibat
pada penurunan fungsi ginjal tersebut.

Kata Kunci : Gagal Ginjal Kronik, Gagal Ginjal pada Hipertensi.

Abstract

Renal failure is one of the clinical conditions characterized by the decreased of renal
function with many etiologies, resulting in a progressive decline of renal function. The
etiologies of chronic renal failure varies greatly among others, caused by diabetic disease
type 1 and 2, undiabetic disease (like autoimune disease, systemic infection, medications,
neoplasia); vascular disease (like large blood vessels disease, hypertension,

1
microangiopathy); tubulointertisial disease, cystics disease, transplantation disease. While
hypertension is a manifestasion of unbalanced hemodynamic cardiovascular systems, which
is multi-factoral. At the end, hypertension has a higher chance to ruins other organs, like the
heart, brain, retinopathy,pheriperal arterial disease, and chronic renal failure. Hypertension
can cause CRF due to the damage of the renals arteries which resulting in decreased of the
renals function.

Keywords : Chronic Renal Failure, Renal failure in Hypertension.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diketahui bahwa angka kegagalan ginjal kronik semakin meningkat akhir-akhir ini,
terutama pada usia dewasa muda. Prevalensi gagal ginjal kronik di US mencapai 10%
pada usia dewasa. Insidens GGK pada usia 20-60 tahun adalah 0.5%. beberapa faktor yang
dianggap berhubungan adalah diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler,
obesitas, kadar kolestrol yang tinggi, lupus, dan riwayat penyakit dalam keluarga. Resiko
kejadian GGK meninggkat seiring dengan meningkatnya umur, terutama pada pria. Di
Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens gagal ginjal kronik
diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8%
setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus
baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insidens ini
diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahunnya.1

Data dari Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) pada tahun 2013,
prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 0.2%. prevalensi kelompok umur >75
tahun dengan 0.6% lebih tinggi daripada kelompok umur yang lain. Tingginya angka
gagal ginjal adalah suatu masalah yang besar karena memerlukan biaya pengobatan yang
mahal dan lama, kualitas hidup penderita juga menurun. Oleh karena itu, kami ingin
meneliti apakah penyebab gagal ginjal tersebut, yang mana salah satu dugaan awalnya
adalah hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara hipertensi dengan gagal ginjal kronik?

Bagaimana hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal kronik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum : untuk mengetahui faktor-faktor resiko yang mempengaruhi tingginya


angka penderita gagal ginjal kronik.

Tujuan khusus : untuk mengetahui secara spefisik mengenai hubungan hipertensi


dengan tingginya angka penderita gagal ginjal kronik

3
1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang penulis harapkan adalah agar hasil penelitian ini dapat
membuka wawasan banyak orang dengan sebagai dasar teori atau sumber informasi untuk
mengendalikan tekanan darah dan memperbaiki pola hidup agar terhidar dari komplikasi-
komplikasinya, dan juga peneliti berharap agar hasil penelitian ini bisa menjadi sumber
informasi dan teori bagi penelitian lainnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori


Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu suatu keadaan klinis yang ditandai
dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel. Gagal ginjal kronik memiliki kriteria
seperti merupakan kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan bisa merupakan kelainan stuktural
ataupun fungsional dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi, dengan manifestasi adanya
kelainan patologis, adanya tanda kelainan ginjal seperti kelainan komposisi darah atau
urin, atau kelainan dalam tes pencitraan; laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60
ml/menit/1.73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginal.1 Klasifikasi gagal
ginjal kronik ditentukan atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG yang dihitung
dengan rumus Kockcroft-Gault 1-2:
(140 umur ) x berat badan
LFG (ml/mnt/1.73m2) = _______________________________ *)
72 x kreatinin plasma (mg/dl)
*) pada perempuan dikalikan 0,85
Klasifikasi tersebut dijabarkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit.1-2
Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau >90
meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan LFG meningkat 60-89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG meningkat 30-59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG meningkat 15-29
berat
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

5
Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidens gagal ginjal kronik
diperkirakan 100 kasus perjuta penduduk pertahun, dan angka ini meningkat sekitar 8%
setiap tahunnya. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus
baru gagal ginjal pertahunnya. Di negara-negara berkembang lainnya, insidens ini
diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk pertahunnya.1
Etiologi gagal ginjal kronik sangat bervariasi antara lain, yang disebabkan oleh
penyakit ginjal diabetes tipe 1 dan 2, penyakit ginjal non diabetes seperti penyakit
glomerular (penyakit autoimun, infeksi sistemik, obat, neoplasia), penyakit vaskular
(penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati), penyakit tubulointertisial,
penyakit kistik, dan penyakit pada transplantasi. Yang nantinya jika perjalanan penyakit
semakin berat maka harus dilakukannya hemodialisis untuk mempertahankan kualitas
hidup pasien.1
Definisi hipertensi adalah manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem
kardiovaskular yang mana patofisiologisnya adalah multi-faktor sehingga tidak bisa
diterangkan dengan satu mekanisme tunggal, dimana nantinya hipertensi memiliki peluang
lebih tinggi merusak organ lainnya karena gangguan peredaran darah, antara lain seperti
ke jantung sendiri, otak, retinopati, penyakit arteri perifer, dan penyakit ginjal kronik.3-4
klasifikasi hipertensi terbagi atas beberapa macam yang akan dijabarkan dalam tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH3,5


Klassifikasi Tekanan Tekanan Darah
Darah Sistolik Diastolik
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tinggi normal 130-139 85-89
Hipertensi kelas 1 140-159 90-99
(ringan)
Hipertensi kelas 2 160-179 100-109
(sedang)
Hipertensi kelas 3 >180 >110
(berat)

6
Hipertensi ditemukan pada semua populasi dengan angka yang berbeda-beda, sebab
ada faktor genetik, ras, regional, sosiobudaya yang juga menyangkut gaya hiduap yang
berbeda. Hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Dimana laki-laki lebih
banyak mengalami hipertensi daripada wanita.3
Etiologi untuk hipertensi sendiri terbagi atas 2, yaitu primer jika tidak diketahui
penyebabnya (90% dari kasus hipertensi) dan sekunder jika ditemukan sebabnya, antara
lain: penyakit ginjal sepert penyakit ginjal kronis(2,5%) , penyakit polikistik ginjal,
obtruksi traktur urinarius, tumor yang memproduksi renin; penyakit renovaskular
(Renovascular hypertension / RVHT) (0,2-4%); penyakit endokrin (1-2%); obat-obatan
dan racun yang dikonsumsi seperti, alkohol, kokain, NSAIDS, obat-obatan andregenik,
dan lainnya.3
Hipertensi dapat menyebabkan penyakit ginjal dan juga dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun. data dari Indonesian Renal Registry (Registrasi Penyakit Ginjal
di Indonesia) (IRR) prevalensi hipertensi pada penderita yang dilakukan tindakan
hemodialisi berkisar 34%.Hipertensi menyebabkan kerusakan pembuluh darah arteri, dan
ginjal dipenuhi dengan arter, ginjal di suplai oleh banyak pembuluh darah, dan volume
yang tinggi. Seiring dengan ketidak terkontrolnya hipertensi bisa menyebabkan arteri di
ginjal menjadi lebih sempit, melemah, atau mengeras, yang juga dipengaruh oleh
angiotensin II yang diproduksi oleh ginjal. Kerusakan dari arteri ginjal menyebabkan
menurunnya aktivitas kerja filtrasi dari ginjal karena pada ginjal terdpaat nefron yang kecil
yang menfiltrasi darah, setiap nefron menerima suplai darah lewat kapiler kecil yang
merupakan pembuluh darah yang paling kecil. Jika arteri pada ginjal mengalami
kerusakan, nefron tidak dapat menerima kadar oksigen dan nutrisi yang cukup, dan juga
ginjal kehilangan kemampuannya untuk menfiltrasi darah dan meregulasi carian tubuh,
hormon, asam, dan garam dalam tubuh. Hal ini akan berakhiran dengan ginjal berhenti
mengeluarkan zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh, kelebihan zat sisa di pembuluh
darah akan mengakibatkan peninggian kekentalan darah dan mengakibatkan peninggian
tekanan darah lagi, yang mana akan menimbulkan siklus yang berbahaya. Bila sudah
didiagnosis mendertia gagal ginjal tahap akhir, maka pasien harus menjalankan terapi
seumur hidupnya, ada 3 macam terapi yang dapat dilakukan seperti transplantasi ginjal,
hemodialisi (cuci darah), peritoneal dialisis (CAPD = Continous Ambulatory Peritoneal
Dialysis) yang semuanya membutuhkan dana yang cukup besar.3-4,6`

7
2.2 Kerangka Konsep

FAKTOR
PRESDIPOSISI : GAGAL GINJAL
KRONIK
HIPERTENSI

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Adapun desain penelitian ini adalah dengan menggunakan desain/pendekatan cross-
sectional, dimana dengan desain ini, peneliti akan mempelajari hubungan antara faktor
resiko (hipertensi) dengan penyakit (GGK), melakukan observasi, dan pengukuran
terhadap variabel-variabel tersebut dalam waktu yang bersamaan.

3.2Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah semua orang dewasa (usia >60 tahun) yang
menderita gagal ginjal kronik dan menjalani hemodialisis

3.3 Sampel Penelitian


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan cara simple
random sampling terhadap semua orang dewasa yang menderita gagal ginjal kronis
(usia>60 tahun)

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Sesuai dengan apa yang tertera dalam Bab II Tinjauan Pustaka dimana pasien yang
menderita gagal ginjal kronik harus melakukan hemodialisis, maka peneliti akan
melakukan penelitian di Rumah Sakit Ukrida, Jln. Arjuna Utara no 6, Jakarta Barat pada
27 November 2016.

3.5 Pengumpulan data


Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara menggunakan data
sekunder, dengan cara meminta data pasien (rekam medis pasien) dari pihak rumah sakit.

3.6 Analisis Data


Analisis data menganalisis hubungan atau perbedaan prevalensi antar kelompok yang
diteliti, dengan cara mengestimasi resiko relatif dinyatakan dengan rasio prevalens (RP),
yakni perbandingan antara jumlah subyek dengan penyakit yang dihitung dengan cara
sederhana yakni tabel 2x2, seperti pada gambar 1.

9
A B

C D

Gambar 1. Tabel 2x2 untuk Menghitung Rasio Prevalens7


RP = a/(a+b) : c/(c+d)
a/(a+b) : proposi (prevalensi) subjek yang mempunyai faktor resiko yang mengalami
efek
c/(c+d) : proposi (prevalensi) sunyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek.
Dimana interprestasi hasilnya:
3.4.1 Bila nilai RP = 1, berarti variabel yang diduga sebagai faktor resiko tidak ada
pengaruhnya dalam terjadinya efek, dengan kata lain variabel tersebut bersifat netral.
3.4.2 Bila nilai RP > 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor resiko timbulnya
penyakit.
3.4.3 Bila nilai RP < 1, berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif.

10
Daftar Pustaka

1. Suwitra K. Penyakit ginjal kronik. Dalam : Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II.
Jakarta: InternaPublishing;2014.h. 2159-60
2. Thomas R, Kanso A, Sedor JR, et al. Chronic kindey disease and its complications.
Prim Care Clin Office Pract 2008 ; 35 : 329-30
3. Yogiantoro M. Pendekatan klinis hipertensi. Dalam : Buku ajar ilmu penyakit dalam,
jilid II. Jakarta: InternaPublishing;2014.h.2259-60, 2267-8.
4. National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse. High blood
pressure and kidney disease. NIH Publication; 2014 .p.1,3
5. Carretero O, Oparil S. Essential hypertension, part 1: definition and etiology.
Circulation 2000;101:330
6. Cohen D, Townsend R. Hypertension in CKD. In: Henry Ford : Chronic kidney
disease (CKD), Clinical practice recommendations for primary care physicians and
healthcare providers. Henry Ford Health System;2011.p.19
7. Ghazali MV, Sastromihardjo S, Soedjarwo SR, et al. Studi cross-sectional. Dalam:
Sasrroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi ke-3.
Jakarta: Sagung Sato;2008.h.112-25

11

Anda mungkin juga menyukai