Anda di halaman 1dari 5

Generally, because of their complexity and wider application, ball control

valves are usually more prone to problems than their manual-ball valve

counterparts, especially when actuation is involved. This section

deals with troubleshooting ball control valves, explaining the possibilities

for a particular malfunction-although these guidelines are not

intended to replace the manufacturer's specific instructions for troubleshooting

or repairing the problem.

Secara umum, karena kompleksitas dan penggunaan yang lebih luas, katup kontrol bola biasanya lebih
rentan terkena masalah daripada katup bola yang manual, terutama ketika pergerakan dilibatkan.
Bagian ini membahas permasalahan dan penyelesaian katup control bola, memaparkan kemungkinan
untuk kasus malfungsi tertentu-walaupun panduan-panduan ini tidak didasari untuk menggantikan
petunjuk khusus dari pabrik untuk permasalahan ataupun untuk memperbaiki masalah yang ada.

The most common malfunction of a ball valve involves leakage

through the valve seal. In this case, a leakage malfunction is defined as

any leakage beyond the desired leakage rate. A worn seal or ball will

show leakage only after the valve has been operating satisfactorily for

a reasonable period. Probable causes are process erosion, mechanical

failure of the seal, frictional wear between the two mating seating surfaces

of the seal and the ball, damage from a foreign object caught

between the seal and the ball, or cavitation damage to the ba,ll.

Kasus yang paling umum dari malfungsi dari katup bola adalah kebocoran dari segel katup. Dalam kasus
ini, malfungsi kebocoran didefinisikan sebagai kebocoran jenis apa pun yang tingkat kebocorannya
melebihi tingkat kebocoran wajar. Segel atau bola yang telah digunakan akan menunjukkan kebocoran
hanya setelah katup telah beroperasi dengan normal untuk periode yang masuk akal. Penyebab
kebocoran yang mungkin ialah proses erosi atau pengikisan, kesalahan teknis pada segel, gesekan antara
dua permukaan tempat duduk antara segel dan bola, kerusakan dari objek asing yang terjebak antara
katup dan bola, atau kerusakan kavitasi pada bola.
The soft

seal or seat gasket (metal seat) may also have failed, causing leakage to

occur through the joint between the body and the seal retainer. If the

shaft guides or bearings are worn, the ball may be slightly off center

from the seal. This misalignment will also result in increased leakage

and increased wear of the regulating element. Leakage can also be

caused by a galled shaft, preventing full motion of the ball. In other

cases, an auxiliary hand wheel or limit-stop may be incorrectly positioned,

which may inadvertently limit the travel of the ball.

Katup halus atau paking (dudukan besi) mungkin dapat bermasalah juga, yang dapat menyebabkan
kebocoran antara persambungan antara badan dan penahan segel. Jika poros panduan atau bantalan
telah dipakai, bolanya mungkin akan bergeser sedikit dari pusat. Penyusunan yang tidak rata juga akan
meningkatkan kebocoran dan meningkatkan keausan sumbu pengatur. Kebocoran juga dapat
disebabkan oleh gesekan pada poros, yang mencegah pergerakan penuh bola. Dalam kasus lain, roda
tangan bantuan or limit stop mungkin diposisikan salah, yang mana secara tidak sengaja akan
membatasi pergerakan bola.

Persistent leakage from the piping flanges, even after tightening, is

indicative of a parallel misalignment between the upstream and downstream

piping or can be caused by a flange gasket failure. In some

cases, leakage occurs if the gaskets or gasket surfaces are dirty or if the

valve was installed with particulates or other foreign objects on the

gasket surfaces, If tightening the packing box fails to stop the leakage from that region, the packing may
have completely consolidated or

extruded. When this happens, the packing cannot provide a full-contact

seal around the shaft or body bore despite additional compression.

Kebocoran tetap dari pinggiran roda, bahkan setelah pengencangan, adalah sebuah indikasi dari
penyusunan parallel yang tidak rata antara pipa ke atas atau ke bawah atau bisa disebabkan oleh
kegagalan paking dari pinggiran roda. Dalam beberapa kasus, kebocoran terjadi jika gasket atau
permukaan gasket kotor atau juga jika katup dipasang dengan partikulat atau benda asing di permukaan
gasket. Jika pengencangan kotak kemasan gagal untuk menghentikan kebocoran dari area itu,
pengemasannya mungkin sudah diperkuat sempurna atau terekstrusi. Ketika ini terjadi, pengemasan
tidak bisa memberikan segel kontak penuh di sekitar poros atau body bore terlepas dari tekanan
tambahan

Therefore, the only option is to rebuild the packing box using new

packing. Some packings, such as braided graphite rings, are known to

become more resistant as more thrust is applied, creating a very erratic

control situation. One problem with high-temperature applications is

that the recommended packing material-graphite-forms a nearly

perfect seal with the shaft, creating greater friction than the softer, more

pliant packings (such as PTFE). Some packing materials are more abrasive

than others, such as graphite. Because a ball valve has a quarterturn

motion, abrasive packing has a tendency to wear the shaft where it

makes continual contact. If the packing is highly abrasive, these frictionallosses

can eventually cause leakage unless the packing is tightened.

This wear will lead to the eventual replacement of the shaft.

Oleh karena itu, pilihan lain adalah untuk membangun ulang kotak pengemasan dengan kemasan baru.
Beberapa pengemasan, seperti cincin graphis yang dikepang (?) diketahui lebih tahan saat dorongan
tambahan diberikan, membuat situasi kontrolnya menjadi lebih tidak teratur. Satu masalah dengan
pengaplikasian bersuhu tinggi adalah grafit untuk bahan pengemasan membentuk segel yang sempurna
dengan poros, yang dapat membuat gesekan yang lebih hebat daripada pengemasan lain yang lebih
halus dan lunak (seperti PTFE). Beberapa bahan pengemasan lebih abrasive dari lainnya, seperti grafit.
Karena katup bola memiliki pergerakan seperempat giliran, pengemasan abrasive mempunyai
kencederungan untuk menggunakan poros dimana ia akan membuat kontak secara terus-menerus. Jika
pengemasan bersifat sangat abrasive atau mengikis, gesekan-gesekan ini akan menyebabkan keausan
yang mana dapat menyebabkan kebocoran kecuali pengemasanya dikencangkan. Pemakaian ini akan
membuat pergantian poros pada akhirnya.

As with butterfly control valves, another common problem associated

with ball valves is erratic or impeded shaft movement. Generally

the most common cause is overtightened packing, which causes the


packing rings to bind to the shaft and significantly increase breakout

torque. Other possible causes of erratic shaft travel are tight or misadjusted

linkage between the shaft and actuator, actuator failure, or worn

or damaged shaft bearings.

Jika dengan katup control kupu-kupu, masalah umum yang dikaitkan dengan katup bola adalah
ketidakteraturan atau gerakan poros yang terhambat. Sebab yang paling umum adalah pengemasan
yang terlalu ketat, sehingga menyebabkan cincin pengemasan mengikat ke poros dan secara signifikan
meningkatkan pelarian momen. Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya pergerakan poros yang
tidak teratur adalah sambungan yang ketat atau salah pengukuran antara poros dan actuator, kegagalan
actuator, atau bantalan poros yang usang atau rusak.

If the shaft moves with the signal, but the valve does not respond in

kind, the shaft-ball connection has failed or the shaft has been sheared

into two pieces. Poor throttling function or limited closure of the valve

may be caused by the pneumatic actuator with a low air supply or a

malfunctioning positioner. When an actuator fails, such as when a

diaphragm bursts or stem seal fails, the actuator will not be able to hold

a position and the valve will move to the failure position. This can also

occur when the linkage between the actuator and shaft fails. If the

valve is providing poor flow control, the most likely causes are a malfunctioning

positioner or actuator, or an incorrect flow characteristic

cam in the positioner. As discussed in Sec. 2.2, the valve's flow characteristic

can be affected by piping and pump effects that will change the

inherent flow characteristic to an installed flow characteristic.

Jika poros bergerkan dengan sinyal, tetapi katupnya tidak merespon, maka koneksi antara poros dengan
bola telah gagal atau porosnya telah terpecah menjadi dua bagian. Fungsi throttle yang tidak memadai
atau penutupan katup yang terbatas bisa disebakan oleh tindakan pneumatic dengan cadangan udara
yang sedikit atau dengan pemberi posisi yang tidak sesuai. Ketika actuator gagal, misalnya seperti
ledakan diagfragma atau segel uap yang gagal, actuator tidak akan mampu bertahan di posisinya dan
katup akan bergerak ke posisi yang tidak sesuai. Ini juga akan terjadi ketika sambungan antara actuator
dan poros gagal. Jika katup memberikan control alur yang tidak memadai, penyebab yang paling
memungkinkan adalah pemberi posisi atau actuator yang malfungsi, atau ciri-ciri alur yang tidak benar
dalam pemberi posisi. Sebagaimana dibahas dalam bagian 2.2, ciri-ciri alur dalam katup bisa dipengaruhi
oleh pemipaan dan efek pompa yang akan menganti ciri-ciri alur yang inherent menjadi ciri-ciri alur yang
terinstall.

Anda mungkin juga menyukai