Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai
usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan sanitasi (Suripin,
2004).
Saluran drainase di wilayah perkotaan menerima tidak hanya air hujan, tetapi
juga air buangan (limbah) rumah tangga, dan mungkin juga limbah pabrik. Hujan
yang jatuh ke wilayah perkotaan kemungkinan besar terkontaminasi ketika air itu
memasuki dan melintasi atau berada di lingkungan perkotaan. Sumber kontaminasi
berasal dari udara (asap, debu, uap, gas), bangunan dan permukaan tanah, dan limbah
domestik yang mengalir bersama air hujan. Setelah melewati lingkungan perkotaan,
air hujan dengan atau tanpa limbah domestik, membawa polutan ke badan air
(Hutapea, 2013).
Daerah yang akan dibuat sistem drainasenya yaitu di Kecamatan Muara
Pawan, Kecamatan Muara Pawan merupakan daerah yang memiliki kontur tetap atau
tidak beraturan hal ini menyebabkan permasalahan pengaliran air. Pada saat air jatuh
kepermukaan bumi dalam bentuk hujan, maka air akan mengalir ketempat yang lebih
rendah melalui saluran atau sungai dalam bentuk aliran permukaan dimana sebagian
akan meresap kedalam tanah dan sebagiannya lagi akan menguap keudara. Untuk
daerah dengan kontur yang selaras mungkin pengaliran air limpasan tidak akan
menjadi masalah, karena air otomatis akan mengalir dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah. Sedangkan bagi daerah yang memiliki kontur tetap atau tidak
beraturan maka pengaliran air akan menjadi masalah.
Sedangkan sistem air buangan diperlukan untuk mengalirkan air buangan
(limbah) yang dihasilkan dari berbagai aktifitas yang ada di Kecamatan Muara Pawan

1
seperti air buangan dari aktifitas rumah tangga atau domestik, industri, serta aktifitas
lainnya seperti pendidikan, perdagangan, pertanian, pusat perbelanjaan, kesehatan
dan sebagainya. Air buangan tersebut apabila terdapat pada permukaan tanah maka
dapat mencemari tanah dan lingkungan sekitar, sehingga perlu dibuat dengan
kedalaman tertentu. Dalam pembuatan sistem air buangan ternyata tidak semudah
sistem drainase. Karena limbah yang dihasilkan di setiap wilayah yang ada di
Kecamatan Muara Pawan memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga perlu
adanya unit pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah dibuang bersama-sama
dengan limbah yang lain ke badan air.
Untuk mengatasi permasalahan diatas maka dapat dibuat sistem drainase di
Kecamatan Muara Pawan yang akan dirancang secara terpisah yakni antara aliran
drainase yang mengalirkan limpasan permukaan dan aliran air buangan. Pemilihan
sistem ini bertujuan supaya air limpasan dan air buangan tidak tercampur, karena jika
tercampur maka butuh pengolahan yang lebih efisien untuk mengurangi kandungan
yang terdapat dalam air campuran tersebut sebelum dibuang ke badan air, sehingga
dibutuhkan biaya tambahan untuk mengolahnya. Selain itu, untuk merancang sistem
drainase dan air buangan di Kecamatan Muara Pawan dibutuhkan data dan informasi
seperti jumlah penduduk, luas wilayah, kontur, jumlah fasilitas pendidikan dan
kesehatan, serta data curah hujan di Kecamatan Muara Pawan.

1.2 Tujuan
Merancang sistem penyaluran air buangan dan drainase di Kecamatan Muara
Pawan, serta menganalisis rancangan berdasarkan kriteria desain.

1.3 Cakupan Pekerjaan


Cakupan pekerjaan dengan menganalisis hidrologi dan produksi air buangan
dengan cara menganalisis menggunakan metode hidrologi, menentukan periode ulang
10 tahun, curah hujan rencana. Intensitas hujan, koefisien limpasan permukaan, debit
puncak yang dihasilkan dari limpasan air hujan serta desain perencanaan drainase.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1 Geografis
Kecamatan Muara Pawan merupakan kecamatan terkecil ke-tujuh diantara 20
kecamatan yang ada di Kabupaten Ketapang, yaitu dengan luas sekitar 610,60 km
atau sekitar 1,93 persen dari total luas Kabupaten Ketapang. Secara geografis
Kecamatan Muara Pawan terletak pada posisi 1 16 48 LS 10 49 36 LS dan
1090 53 36 BT 1100 56 24 BT (termasuk wilayah Kecamatan Matan Hilir
Utara dan Delta Pawan). Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Muara
Pawan adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Matan Hilir Utara.


Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Delta Pawan.
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Nanga Tayap.
Sebelah Barat : berbatasan dengan Selat Karimata.

3
Gambar.1. Peta Administrasi Daerah Kecamatan Mura pawan

Kecamatan Muara Pawan terdiri dari 8 desa yang berstatus definitif. Diantara
ke delapan desa tersebut, Desa Ulak Medang merupakan desa yang terluas, dengan
luas mencapai 161,28 km2 atau sekitar 26,41 persen. Sedangkan Desa Suka Maju
merupakan desa dengan luas wilayah terkecil, yaitu hanya sekitar 27,80 km 2 atau
sekitar 4,55 persen dari total luas Kecamatan Muara Pawan.

2.2 Kependudukan

Berdasarkan hasil proyeksi BPS Ketapang tahun 2015 jumlah penduduk


Kecamatan Muara Pawan sebanyak 14.334 orang, yang terdiri dari 7.236 orang
berjenis kelamin laki-laki dan 7.098 orang berjenis kelamin perempuan yang tersebar
di 8 desa. Dengan luas wilayah sebesar 610,60 km2 dan jumlah penduduk sebanyak
14.334 orang, maka tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Muara Pawan
tergolong jarang yaitu hanya 23 orang per km2, meskipun begitu, angka kepadatan
tersebut sudah lebih tinggi dibandingkan kepadatan penduduk Kabupaten Ketapang.
Jika dilihat menurut desa, maka Desa Ulak Medang adalah desa yang memiliki
kepadatan penduduk terjarang yaitu sekitar 3 orang per km2. Sebaliknya desa dengan
kepadatan penduduk terpadat adalah Desa Sungai Awan Kanan, yaitu kepadatannya
123 orang per km2.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2015 laju pertumbuhan penduduk


di Kecamatan Muara Pawan selama periode tahun 2010-2015 adalah sebesar 1,70
persen, lebih rendah sekitar 0,11 poin dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk periode 2000-2010 yang sebesar 1,81 persen.

4
Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan
Muara Pawan Tahun 2015
Kepadatan
Luas Jumlah
Desa/Kelurahan Penduduk
km2 % Penduduk % (Orang/km2)
Sungai Awan Kanan 31,08 5,09 3 829 26,71 123
Sungai Awan Kiri 97,28 15,93 3 438 23,98 35
Tempurukan 110,08 18,03 2 003 13,97 18
Tanjung Pura 97,90 16,03 818 5,71 8
Ulak Medang 161,28 26,41 549 3,83 3
Mayak 41,36 6,77 969 6,76 23
Tanjung Pasar 43,82 7,18 977 6,82 22
Suka Maju 27,80 4,55 1 751 12,22 63
Jumlah 2015 610,60 100,00 14 334 100,00 23
Sumber : Kecamatan Muara Pawan Dalam Angka 2016

2.3 Fasilitas Umum


Berdasarkan peta yang telah didapat diketahui beberapa fasilitas umum.
Fasilitas umum ini terbagi 3 jenis kawasan yakni Kawasan Pendidikan, Kawasan
Kesehatan, dan Kawasan Tempat Ibadah. Kawasan pendidikan terdiri dari Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTS),
Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
Perguruan Tinggi. Kawasan kesehatan terdiri dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Poskesdes, Klinik KB dan Posyandu balita. Selain itu ada kawasan tempat ibadah
yang terdiri dari Masjid dan Surau. Adapun jumlah fasilitas umum yang terdapat di
wilayah Kecamatan Muara Pawann dapat dilihat pada tabel 2.2.

5
Tabel 2.2 Jumlah Fasilitas Di Kecamatan Muara Pawan
No. Fasilitas Umum Unit
1 Pendidikan
SD 12
SMP 4
MTS 1
SMU 1
SMK 1
Perguruan tinggi 1
2 Kesehatan
Puskesmas 2
Puskesmas Pembantu 5
Poskesdes 7
Klinik KB 1
Posyandu balita 18
3 Tempat Ibadah
Masjid 14
Surau 30
Sumber : Kecamatan Muara Pawan Dalam Angka 2016

2.4 Topografi
Kondisi tanah di Kecamatan Muara Pawan berdasarkan formasi geologi yaitu
100 persen termasuk dalam kategori jura. Kecamatan Muara Pawan yang merupakan
bagian dari kabupaten ketapang yang memeiliki topografi pada daerah pantai
memanjang dari utara ke selatan dan daerah aliran sungai merupakan dataran berawa-
rawa, yakni mulai dari kecamatan Telok Batang, Simpang Hilir, Sukadana, Matan
Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, Kendawangan dan Pulau Maya Karimata.

6
Sedangkan wilayah perhuluan umumnya berupa daerah berbukit-bukit. Sungai
terpanjang di Kabupaten Ketapang adalah sungai Pawan. Juga terdapat sungai-sungai
besar lainnya, yakni sungai Merawan/Matan, Kualan, Pesaguan, Kendawangan dan
Jelai.

2.5 Hidrologi
Rata-rata intensitas curah hujan di Kecamatan Muara Pawan tahun 2015 adalah
sekitar 234,93 mm dengan rata-rata hari hujan sekitar 10 hari. Curah hujan terendah
sepanjang tahun 2015 terjadi di bulan September yaitu sekitar 11,6 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 1 hari. Curah hujan tertinggi mencapai 587,1 mm terjadi
pada bulan Januari dengan jumlah hari hujan cukup tinggi yaitu 17 hari hujan.

Tabel 2.3 Rata-Rata Curah Hujan Di Kecamatan Muara Pawan 2015

Curah Hujan Maksimum


Tahun
dalam 24 jam, R24 (mm)
2007 101
2008 112
2009 220
2010 142.2
2011 201
2012 236.4
2013 117
2014 96.8
2015 170.2
Rata-rata 155.17

Sumber : Kecamatan Muara Pawan dalam Angka 2016

7
BAB III
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

3.1 Metode Proyeksi Penduduk


Rangka perencanaan pembangunan di segala bidang, diperlukan informasi
menegenai keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan
suasana penduduk menurut umur. Informasiyang harus tersedia tidak hanya
menyangkut keadaan pada saat perencanaan disusun, tetapi juga informasi masa lalu
dan masa kini sudah tersedia dari hasil sensus dan survey, sedangkan untuk masa
yang akan datang, informasi tersebut perlu dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan
jumlah penduduk dan komposisi di masa mendatang. Proyeksi penduduk adalah
perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisi umur dan jenis kelamin) di masa
yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan
migasi.
Proyeksi jumlah penduduk ini akan dijadikan sebuah data yang akan
memberikan sebuah perkiraan mengenai besarnya jumlah penduduk untuk beberapa
tahun kedepan. Sebuah perencanaan air buangan dan drainase akan dilaksanakan di
Kecamatan Muara Pawan untuk 10 tahun kedepan. Perencanaan yang akan dilakukan
untuk 10 tahun kedepan dengan memperhitungkan kualitas pipa yang tahan sampai
dengan 10 tahun. Apabila proyeksi dilakukan untuk masa 20 tahun yang akan dating
dikhawairkan perkembangan pertumbuhan penduduk berbeda dimasa yang akan
dating. Berikut dibawah ini merupakan data jumlah penduduk Kecamatan menurut
BPS Kecamata Muara Pawan Dalam Angka yang dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Muara Pawan Tahun 2006-2015

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

2006 12.780
2007 13.043

8
2008 13.303
2009 13.609
2010 13.109
2011 13.347
2012 13.602
2013 13.835
2014 14.041
2015 14.334
Sumber : Kecamatan Muara Pawan Dalam Angka
Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa proyeksi jumlah penduduk
harus dilakukan terhadap penduduk di Kecamatan Muara Pawan. Dengan mengetahui
jumlah penduduk Kecamatan Muara Pawan maka akan memberikan sebuah
gambaran mengenai sebuah perencanaan air buangan dan drainase yang tepat untuk
dilaksanakan di kecamatan ini. Anggaran biaya perencanaan juga akan dapat
ditentukan dari data proyeksi jumlah penduduk. Apabila data jumlah proyeksi jumlah
penduduk Kecamatan Muara Pawan untuk 10 tahun kedepan sudah diketahui, maka
perkembangan dari perencanaan dapat dilihat, apakah perencanaan berjalan dengan
baik atau sebaliknya.
Memproyeksikan jumlah penduduk terdapat beberapa metode untuk
mendapatkan data tersebut. Adapun beberapa yang akan digunakan dalam
menghitung proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Muara Pawan untuk 10 tahun
kedepan sebagai berikut :

1. Metode Proyeksi Geometrik


Metode geometris memiliki keuntungan dalam menerapkan pada kota
yang sedang berkembang dan pertambahan populasi seragam pada kurva waktu
tertentu. Persamaan Metode Proyeksi Geometrik dapat dilihat pada Pers.1.
= ( 1 + ) ....................................................................... (pers. 1)
Keterangan
Pn : Jumlah penduduk tahun ke n (jiwa)

9
Po : Jumlah penduduk tahun dasar (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
n : Pariode waktu antara Proyeksi (tahun)

2. Metode Aritmatika
Model linier aritmatika adalah teknik proyeksi yang paling sederhana dari
seluruh model tren. Model ini menggunakan persamaan derajat pertama.
Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksi sebagai fungsi dari waktu,
dengan persamaan (Klosterman,1990) :
= + ( ) ............................................................. (pers. 2)
Keterangan :
Pn : Jumlah penduduk tahun ke n (jiwa)
Po : Jumlah penduduk than dasar (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara Po dan Pt (tahun)

Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi
bahwa penduduk akan bertambah atau berkurang sebesar jumlah absolute yang
sama atau tetap pada masa yang akan dating sesuai dengan kecendrungan yang
terjadi pada masa lalu. Model ini hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil
dengan pertumbuhan penduduk yang lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi
pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang
tinggi.

3. Metode Least Square


Metode inimerupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan
antara sumbu Y yaitu jumlah penduduk dan sumbu X yaitu tahunnya dengan
cara menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah
pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan garis
yang dibuat.
Persamaan yang digunakan adalah :

10
= + (. ) ............................................................................. (pers. 3)
Dimana :
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
n : selisih tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a : Konstanta
b : Koefisien arah regresi linier.

Sedangkan nilai a dan b dapat dicari dengan persamaan 4 dan 5


. 2 .
= .................................................................. (pers. 4)
2()2
.
= ........................................................................... (pers. 5)
2()2

Untuk menentukan pilihan metode proyeksi jumlah penduduk yang akan


digunakan dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus
dilakukan analisa dengan menghitung standar deviasi dan koefisien korelasi.
Standar deviasi adalah ukuran dari seberapa luas simpangan nilai dari nilai rata-
rata (mean). Untuk mementukan metode proyeksi yang paling mendekati
kebenaran terlebih dahulu perlu dihitung standar deviasi dari hasil perhitungan
ketiga metode diatas.
( )2
= ......................................................................... (pers. 6)
1

Dimana :
S = standar deviasi
Yn = variable independen Y
Y = data penduduk per tahun
n = jumlah data
Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang paling mendekati
kenyataan dari ketiga macam metode matematis tersebut di atas, setelah
dilakukan perhitungan dengan ketiga metode di atas, maka perlu dihitung
koefisien korelasinya (r) yang paling tepat yaitu nilai yang mendekati satu.

11
() ()()
= [(2)2]0.5 [(2)(2]0.5
............................................. (per. 7)

Dimana:
K : koefisien korelasi
Yn : variable independen Y
Y : data penduduk per tahun
Ymean : rata-rata jumlah penduduk
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dilakukan dengan 3 metode
yaitu metode aritmatika, metode geometri dan metode eksponensial. Analisa
perhitungan dari ketiga metode ini secara matematis dengan koefisien korelasi
( r ) dan standar deviasi ( ). Korelasi adalah hubungan antara dua variabel
dalam satu persamaan. Adapun nilai r bervariasi dari -1 melewati 0 hingga
mencapai angka 1. Jadi pemilihan dari ketiga metode ini adalah data yang
nilai korelasi mencapai angka 1 dan standar deviasinya terkecil pada proyeksi
jumlah penduduk di Kecamatan Muara Pawan.
Berikut hasil perhitungan standar deviasi dan korelasi dari ketiga
metode :
Tabel 3.5 Hubungan Standar Deviasi dan Nilai Korelasi
Metode Standar Deviasi Hubungan Korelasi
Aritmatika 572.67 1
Geometrik 902.77 0.99
least square 479.35 1

Hasil tabel diatas antara hubungan standar deviasi dan korelasi maka
nilai proyeksi jumlah penduduk untuk Kecamatan Muara Pawan 10 tahun
kedepan yang mendekati kebenaran adalah dengan menggunakan metode
aritmatik.

3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk

12
Data yang akan digunakan dalam perhitungan jumlah penduduk adalah data 10
tahun terakhir dimulai pada tahun 2017-2027. Data yang didapat berdasarkan asumsi
perencanaan berdasarkan jumlah penduduk .
Tabel 3.6. Asumsi Jumlah Penduduk Kecamatan Muara pawan Tahun 2017-2027
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
2017 14679
2018 14852
2019 15025
2020 15197
2021 15370
2022 15543
2023 15715
2024 15888
2025 16061
2026 16233
2027 16406
Sumber : Hasil Proyeksi

Hasil perhitungan diatas, didapatkan persentase pertumbuhan penduduk , yaitu


1.7 %. Rata rata jumlah penduduk adalah :
P2015 P2006
Ka =
2015 2006
Ka = 173 jiwa/ tahun
Memproyeksikan jumlah penduduk di Kecamatan Muara Pawan dengan
pariode perencanaan 10 tahun digunakan metode aritmatik (pers. 2). Metode ini di
pilih berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 3.5 memenuhi pertimbangan
yang sesuai dengan metode yang memenuhi kriteria koreksi yaitu r (korelasi)
mendekati 1 dan standar devisiasi terendah.
Data yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat perhitungan proyeksi penduduk
menggunakan Metode Aritmatik yaitu data jumlah penduduk pada tahun terakhir

13
sebagai tahun dasar (po) yaitu pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk sebesar
14344 orang dengan rasio pertmbuhan penduduk 1.7 % dan Ka sebesar 173
jiwa/tahun sebagai beriku:
2017 = + ( )
= 14344 + 173 (2017-2015)
= 14679 jiwa
Adapun hasil proyeksi penduduk menggunakan metode aritmatik selama 10
tahun kedepan dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Asumsi Jumlah Penduduk Kecamatan Muara pawan Tahun 2017-2027
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
2017 14679
2018 14852
2019 15025
2020 15197
2021 15370
2022 15543
2023 15715
2024 15888
2025 16061
2026 16233
2027 16406
Sumber : Hasil Proyeksi

Standar deviasinya untuk perhitungannya yaitu :


( )2
( )2
=( )0,5

19,353,608,410
19,353,608,410
=( 9 )0,5
9

14
19,353,608,410 19,353,608,410 0,5
=( )
9
= 572.67
Sedangkan koefisien korelasi untuk perhitungan aritmatika yaitu :
( )2 ( )2
2 =
( )2
19,353,608,410 1,207,445
2 =
19,353,608,410
2 = 1

15
BAB IV
ANALISIS HIDROLOGI DAN PRODUKSI AIR BUANGAN

4.1 Analisis Hidrologi


Analisis hidrologi bertujuan untuk memperoleh debit puncak limpasan hujan
(Qp) yang akan dialirkan dalam saluran drainase. Untuk daerah pengaliran kecil dan
waktu konsentrasi alirn yang pendek Qp dapat dihitung dengan menggunakan rumus
rasional. Metode Rasional dapat digunakan untuk menghitung debit puncak sungai
atau saluran namun dengan daerah pengaliran yang terbatas (I Made Kamiana, 2011).
= 0,278. .
=1 . ....................................................................... (4.1)

Dimana :
Qp = debit limpasan hujan (m3/detik).
i = intensitas hujan (mm/jam).
Cj = nilai koefisien C untuk sub daerah pengaliran.
Aj = luas sub daerah pengaliran (km2)
Menurut Cold man (1986) dalam Suripin (2004),Metode Rasionaldapat
digunakan untuk daerah pengaliran < 300 ha. Dalam Departemen PU, SKSNI M-18-
1989-F (1989), dijelaskan bahwa Metode Rasional dapatdigunakan untuk ukuran
daerah pengaliran < 5000 Ha.
Dalam Asdak (2002), dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran> 300 ha, maka
ukuran daerah pengaliran perlu dibagi menjadi beberapa bagian sub daerah
pengaliran kemudian Rumus Rasional diaplikasikanpada masing-masing sub daerah
pengaliran.Dalam Montarcih (2009) dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran) 5000
Ha maka koefisien pengaliran (C) bisa dipecah-pecah menjadi beberapa zona wilayah
sesuai tata guna lahan dan luas lahan yang bersangkutan.
Untuk dapat menggunakan rumus rasional perlu ditentukan terlebih dahulu
koefisien limpasan permukaan (sesuai dengan jenis penggunaan klahan dan periode
ulang yang diinginkan), intensitas hujan (untuk curah hujan rencana dengan periode
ulang yang diinginkan) dan luas daerah pengaliran.

16
4.1.1 Periode Ulang Hujan (Tr)
Saluran drainase yang akan dibangun selain berfungsi untuk menyalurkan air
hujan yang berlebihan juga akan melindungi lahan, bangunan dan badan jalan dari
kerusakan akibat genangan air. Tr untuk berbagai jenis drainase adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.8 Periode ulang hujan (Tr) untuk perencanaan.
Struktur Hidraulik Tr (tahun)
Sistem drainase minor 2 -25
Sistem drainase mayor 10 50
Gorong-gorong minor 10-50
Gorong-gorong mayor 25-100
Kolam detensi/retensi kecil, on-site 10,25, 100
Kolam retensi/detensi besar, on-site 100 PMF
Dataran banjir di sungai kecil 10 100
Dataran banjir di sungai besar >100
Sumber : William S. Springer, Strom Drain Design inLand Development Handbook,
The Drewberry Compnies McGraw-Hill, 2002.
PMF = Probable maximum flood.
Berdasarkan tabel 4.8 diambil Tr = 10 tahun karena pada kecamatan Muara
Pawan rata-rata terdapat pemukiman, perkantoran, perdagangan dan industri.

4.1.2 Curah Hujan Rencana (RT)


Data curah hujan yang digunakan untuk perhitungan debit puncak limpasan
hujan Qp adalah data curah hujan harian maksimum yang diperoleh dari stasiun hujan
dengan panjang tahun pengamatan 9 tahun. Tabel 4.9 berikut ini menampilkan data
curah hujan harian maksimum yang dimaksud.

17
Tabel 4.9 Curah hujan maksimum

Curah Hujan Maksimum


Tahun
dalam 24 jam, R24 (mm)
2007 101
2008 112
2009 220
2010 142.2
2011 201
2012 236.4
2013 117
2014 96.8
2015 170.2
Rata-rata 155.17
Sumber : hasil analisis
Selanjutnya akan dihitung besarnya RT yaitu curah hujan harian maksimum
dengan Tr 10 tahun. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan metode analisis
Gumbel tipe I. Persamaan distribusi frekuensi yang digunakan sebagai berikut
(Gumbel, 1958 dalam Bedient dan Huber, 1992) :
= + . (4.2)
2
=1( )
= ................................................................................... (4.3)
1


= 0,7797 (0,5772 + 1) .................................................. (4.4)

Dimana
RT = curah hujan rencana (mm).
R = curah hujan harian maksimum (mm).

R = rata-rata curah hujan harian maksimum (mm).
SR = simpangan baku.
n = jumlah data.

18
TR = periode ulang (tahun).
Dari hasil perhitungan menghasilkan RT = 91.03 mm. Analisis lengkap untuk
mendapatkan TR dapat dilihat dibawah ini :

Sebelum menghitung nilai RT ditentukan dahulu besarnya nilai-nilai yang


mempengaruhi perhitungan tersebut.
R = =1 = 155.17 mm
N
= =1( )2 = 53.56
n1

k = 0,7797 (0,5772 + 1)

= -0,7797 (0,5772+In In 5
51
= 0,718
Sehingga :
= + .
= 155.17 + (0,718 x 53.56) = 92.03 mm

4.1.3 Intensitas Hujan


Didalam tugas ini, Intensitas Hujan dicari dengan menggunakan Metode
Mononobe. Apabila data curah hujan yang tersedia adalah curah hujan harian
maksimum dan daerah pengalirannya kecil maka i dapat dihitung dengan rumus
monobe. Asumsi yang digunakan yaitu untuk keadaan hujan dengan durasi ( lamanya
waktu ) hujan yang relatif pendek. Rumus Monobeyang digunakan adalah sebagai
berikut:
24 24 2/3
= ( ) ..................................................................................... (4.5)
24
Dimana :

19
I = Intensitas Hujan selama durasi sesuai dengan periode ulang tertentu (
mm/jam ).
Tc = Durasi Hujan ( jam ).
R24 = Curah Hujan Harian Maksimum ( mm ) dalam 24 jam.
Rumus Monobe memerlukan data lamanya hujan (t). untuk rumus
rasional, t yang menyebabkan Qp sama dengan waktu konsentrasi aliran (tc)
(Waniliesta, 1990). Tc pada suatu daerah pengaliran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Kirpich. Rumus Kirpich yang digunakan untuk menghitung
tc adalah sebagai berikut ( Springer, 2002) :
tc =0,0078. L 0,77. S-0,385 ............................................................................ (4.6)
Dimana :
tc = waktu konsentrasi (menit).
L = panjang aliran atau saluran (feet).
S = kemiringan rata-rata daerah pengaliran atau saluran.
Untuk menentukan tc perlu diperkirakan arah aliran di dalam setiap
blok pengaliran dan ruas saluran drainase. Arah aliran di dalam saluran drainase
dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Arah Aliran di Dalam Saluran Drainase

20
Berikut ini adalah tc pada setiap blok pengaliran dan ruas saluran drainase :
Tabel 4.10 Waktu konsentrasi (tc) pada setiap blok pengaliran dan ruas saluran
drainase.

elevasi lahan Ld elevasi saluran


nama Tc
zona Lo So to (m Sd td tc
saluran awal akhir awal akhir (Jam)
)
S1 65 38.51250 38.506250 0.00009615 17.08 72 38.5093 38.50312 0.000086 19.22 36.31
1 1.37
S2 46 38.51252 38.503125 0.00020423 9.79 80 38.5048 38.50312 0.000020 36.05 45.84
S3 27 38.51250 38.509375 0.00011574 8.09 74 38.5110 38.50937 0.000021 33.33 41.41
2 1.48
S4 42 38.51250 38.509375 0.00007440 13.47 46 38.5160 38.51562 0.000008 33.85 47.32
16
S5 3 1.42
110 38.52187 38.518750 0.00002840 40.96 9 38.5187 38.50937 0.000055 44.06 85.02
S6 25 38.52500 38.518750 0.00025000 5.67 17 38.5195 38.51875 0.000044 8.21 13.87
4 0.46
S7 20 38.52500 38.521875 0.00015625 5.72 41 38.5300 38.51875 0.000274 8.00 13.72
S8 17 38.50625 38.503125 0.00018382 4.74 68 38.5038 38.50312 0.000009 42.39 47.13
5 1.13
S9 35 38.50625 38.503125 0.00008928 10.91 27 38.5082 38.50625 0.000074 9.60 20.51
Sumber : Hasil Analisis
Contoh analisis untuk mendapatkan tc dapat dilihat pada lampiran.
Setelah memperoleh tc selanjutnya dapat i dan hasilnya ditampilkan pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.11 Intensitas Hujan (i)
Nama i
Zona Rt tc (jam)
Saluran (mm/jam)
S1-S2 1 92 1.37 25.88
S3-S4 2 92 1.48 24.58
S5 3 92 1.42 25.29
S6-S7 4 92 0.46 53.55
S8-S9 5 92 1.13 29.45

Keofisien permukaan C untuk periode ulang hujan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :

21
Tabel 4.12 Nilai Keofisien Permukaan C Untuk Periode Ulang Hujan

4.1.4 Koefisien Limpasan Permukaan (C)


Nilai C ditentukan berdasarkan jenis penggunaan laha pada setiap blok
pengaliran. Penentuan nilai C harus memperhatikan kemungkinan perubahan
tata guna lahan. Nilai C untuk setiap blok pengaliran dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.13 Nilai koefisien limpasan permukaan (C) pada setiap blok pengaliran
Penggunaan C
zona A (km2) A km2 C CxA
Lahan blok
1 0.006847 Pemukiman 0.00239 0.22 0.0005258
Perdagangan 0.00181 0.88 0.0015928
Ruang Terbuka 0.00264 0.05 0.0001323
0.00684 0.0022509 0.329
2 0.002867 Pemukiman 0.00108 0.22 0.0002081
Perdagangan 0.00094 0.88 0.0009512

22
Ruang Terbuka 0.00084 0.05 0.0000422
0.00286 0.0012014 0.419
3 0.004133 Pemukiman 0.00021 0.22 0.0000477
Perdagangan 0.00156 0.88 0.0013728
Ruang Terbuka 0.00235 0.05 0.0001178
0.00413 0.0015383 0.372
4 0.000515 Pemukiman 0.00015 0.22 0.0000343
Perdagangan 0.00034 0.88 0.0003018
Ruang Terbuka 0.00001 0.05 0.0000008
0.00051 0.0003369 0.654
5 0.002278 Pemukiman 0.00072 0.22 0.0001601
Perdagangan 0.00071 0.88 0.0006274
Ruang Terbuka 0.00083 0.05 0.0000418
0.00227 0.0008294 0.364

4.1.5 Debit Puncak Limpasan Hujan (Qp)


Besar Qp untuk setiap blok pengaliran dan ruas saluran yang akan
digunakan dalam perencanaan saluran drainase serta bangunan pelengkapnya
ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 4.14 Debit puncak limpasan hujan (Qp) pada setiap blok pengaliran
i
Nama A Qp
zona Cblok (mm/jam
Saluran (Km2) (m3/ s)
)
0.00684
1 S1-S2 0.32874982
25.88 7 0.0162
0.00286
2 S3-S4 0.41904430
24.58 7 0.0082
3 S5 0.37220537 25.29 0.00413 0.0108

23
3
0.00051
4 S6-S7 0.65429126
53.55 5 0.0050
0.00227
5 S8-S9 0.36411326
29.45 8 0.0068
.

4.1.6 Desain Drainase


Desain penyaluran air buangan menggunakan sistem terpisah dan
tertutup dengan menggunakan gaya gravitasi. Alasan menggunakan sistem
terpisah dan tertutup :
- Mudah dalam perawatan, efisien dalam sistem pengolahan, dan membuat
dimensi saluran menjadi lebih ekonomis.
- Air limbah biasanya dialirkan kembali ke IPAL untuk diperbaiki kualitasnya
sebelum dibuang.
- Jika hujan turun dan sistem gabungan yang dipilih, maka saluran akan
menerima aliran lebih besar dari aliran normal yang direncanakan.
- Tidak menimbulkan bau, tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
penyakit.
Sistem penyaluran air bungan di Kecamatan Muara pawan direncanakan
melayani air buangan dengan debit sebesar m3/detik. Saluran air buangan air
dialirkan menggunakan pipa dengan penampang bulat berdiameter m.
Perhitungan diameter pipa air buangan digunakan persamaan Hazen-William,
yaitu sebagai berikut :
= 0,2785 2,63 0,54 ................................................................... ( 4.8)
Dimana :
Q = Kapasitas kebutuhan maksimum per hari (m3/detik)
C = Koefisien kekasaran pipa menurut Hazen-William
D = Diameter pipa

24
S = Slope kemiringan muka tanah

Perancangan sistem saluran drainase direncanakan menggunakan penampang


segitiga karena untuk menyalurkan air hujan dengan Q kecil. Sistem ini akan
direncakan untuk melayani daerah kecamatan Muara pawan. Saluran drainase
terbuat dari beton dengan nilai n yaitu 0,013 dan debit air hujan rata-rata sebesar
0,359 m3/detik. Perencanaan dimensi saluran drainase dilakukan dengan
perhitungan menggunakan rumus penampang hidraulik terbaik, yaitu :

Panjang pipa dapat dicari menggunakan rumus berikut:


= 2 + 2
Dimana :
X = Panjang jalur pipa transmisi yang diukur pada peta
Y = Beda kontur antara elevasi awal dan elevasi akhir
L = Panjang pipa sesungguhnya (m)

Dari diketahui panjang pipa sesungguhnya maka dapat dicari panjang


ekuivalen pipa buangan dengan cara mengalikan panjang pipa sesungguhnya (L)

25
dengan head loss yang diakibatkan oleh minor dan mayor dengan asumsi
kehilangan mayor 100% dan minor 10%, sehingga total kehilangan head loss
sebesar 110%.
= 1,1
Mencari kemiringan muka tanah dengan menggunakan rumus :

=

perencanaan dimensi penampang drainase dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4.15 Perhitungan Dimensi Penampang Drainase
Qp Sb yn b A P Rh V Re Fr ket
zona Saluran
m3/ s m m m m2 m m m/s
1 S1 0.016 0.00009 1.94 5.50 5.33 5.53 0.96 0.09 5322.16 0.02 Subkritis
0.016 0.00008 2.00 5.69 5.70 5.72 1.00 0.09 5890.62 0.02 Subkritis
0.016 0.00009 1.97 5.60 5.53 5.64 0.98 0.09 5629.69 0.02 Subkritis
S2 0.016 0.00003 3.12 8.85 13.79 8.90 1.55 0.22 22170.87 0.04 Subkritis
2 S3 0.008 0.00010 1.12 3.18 1.78 3.20 0.56 0.01 519.80 0.00 Subkritis
0.008 0.00003 1.72 4.88 4.20 4.91 0.85 0.03 1889.88 0.01 Subkritis
0.008 0.00004 1.56 4.43 3.46 4.46 0.78 0.03 1413.55 0.01 Subkritis
S4 0.008 0.00016 0.95 2.69 1.27 2.70 0.47 0.01 314.62 0.00 Subkritis
0.008 0.00016 0.95 2.69 1.27 2.70 0.47 0.01 314.62 0.00 Subkritis
0.008 0.00022 0.83 2.35 0.98 2.37 0.41 0.01 211.69 0.00 Subkritis
0.008 0.00017 0.91 2.58 1.18 2.60 0.45 0.01 279.71 0.00 Subkritis
3 S5 0.011 0.00006 1.69 4.81 4.07 4.84 0.84 0.04 2372.51 0.01 Subkritis
0.011 0.00003 2.23 6.33 7.05 6.36 1.11 0.08 5407.20 0.02 Subkritis
0.011 0.00013 1.25 3.54 2.20 3.56 0.62 0.02 946.23 0.01 Subkritis
0.011 0.00012 1.28 3.65 2.34 3.67 0.64 0.03 1035.39 0.01 Subkritis
4 S6 0.005 0.00003 1.28 3.62 2.31 3.64 0.63 0.01 470.82 0.00 Subkritis
S7 0.005 0.00015 0.67 1.89 0.63 1.90 0.33 0.00 66.98 0.00 Subkritis

26
0.005 0.00020 0.60 1.71 0.51 1.72 0.30 0.00 49.38 0.00 Subkritis
0.005 0.00014 0.69 1.96 0.67 1.97 0.34 0.00 74.27 0.00 Subkritis
0.005 0.00019 0.61 1.73 0.53 1.74 0.30 0.00 51.70 0.00 Subkritis
5 S8 0.007 0.00002 1.70 4.83 4.11 4.86 0.85 0.03 1511.65 0.01 Subkritis
S9 0.007 0.00018 0.78 2.22 0.87 2.23 0.39 0.01 146.19 0.00 Subkritis
0.007 0.00017 0.79 2.24 0.88 2.25 0.39 0.01 150.90 0.00 Subkritis
0.007 0.00021 0.73 2.09 0.77 2.10 0.37 0.01 121.82 0.00 Subkritis

4.2 Produksi Air Buangan


Air buangan (air limbah) domestik merupakan air bekas yang berasal
dari aktivitas daerah pemukiman yang kontaminasinya didominasi oleh bahan
organik. Analisis produksi air buangan bertujuan untuk memperoleh debit air
buangan (Qw) yang akan dialirkan dalam saluran air buangan. Qw dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Rich,1991) ;
Qw = 3,8 x 10-3 (50 + P/200) ................................................................... (4.7)
Dimana :
Qw = rata-rata aliran limbah perhari (m3/hari)
P = populasi (jiwa)
Besarnya air buangan untuk berbagai jenis kegiatan perencanaan air
buangan dan drainase merujuk dari beberapa literatur dapat dilihat pada
lampiran. Untuk dapat membuat proyeksi Qw terlebih dahulu ditentukan jalur
pipa air buangan dan daerah pelayanannya. Rencana jalur pipa dan daerah
pelayanan dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3.
Berikut ini adalah tabel Qw pada daerah pelayanan yang direncanakan
dengan proyeksi untuk 10 tahun mendatang.

Tabel 4.16 Debit air buangan (Qw) pada daerah pelayanan yang direncanakan

27
Debit
Debit
sumber Jumlah/Un Air
Wilaya Uni Akumula
air it Limba PF
h t si
limbah h

(orang) (m3) (m3)


Perumaha
114 684 82080 205200
n 120
Masjid 4 200 4.8 960 2400
S-1
Sekolah 1 500 40 20000 50000
Pasar/Ruk
21 315 25200 63000
o 80
Jumlah 320600 L/hari
0.0037 m3/Deti
1 k
Perumaha
S-2 62 372 44640 111600
n 120
Jumlah 111600 L/hari
0.0012 m3/Deti
9 k
Perumaha
56 336 40320 100800
n 120
S-3
Puskesma
1 75 202.5 506
s 2.7
Jumlah 101306 L/hari
0.0011 m3/Deti
7 k
Perumaha
73 438 52560 131400
S-4 n 120
Jumlah 131400 L/hari

28
0.0015 m3/Deti
2 k
Perumaha
42 252 30240 75600
n 120
Puskesma
S-5 202.5 506.25
s 1 75 2.7
Pasar/Ruk
20400 51000
o 17 255 80
Jumlah 127106 L/hari
0.0014 m3/Deti
7 k
Perumaha
S-6 27 162 19440 48600
n 120
Jumlah 48600 L/hari

0.0005 m3/Deti
6 k
Perumaha
S-7 49 294 35280 88200
n 120
88200 L/hari
Jumlah 0.0010 m3/Deti
2 k
Perumaha
37 222 26640 66600
n 120
S-8 Sekolah 2 1000 40 560 1400
Pasar/Ruk
1120 2800
o 12 180 80
70800 L/hari
Jumlah 0.0008 m3/Deti
2 k
S-9 Perumaha 31 186 120 22320 55800

29
n
55800 L/hari
Jumlah 0.0006 m3/Deti
5 k

Desain penyaluran air buangan menggunakan sistem terpisah dan tertutup


dengan menggunakan gaya gravitasi. Alasan menggunakan sistem terpisah dan
tertutup :
- Mudah dalam perawatan, efisien dalam sistem pengolahan, dan membuat
dimensi saluran menjadi lebih ekonomis.
- Air limbah biasanya dialirkan kembali ke IPAL untuk diperbaiki kualitasnya
sebelum dibuang.
- Jika hujan turun dan sistem gabungan yang dipilih, maka saluran akan
menerima aliran lebih besar dari aliran normal yang direncanakan.
- Tidak menimbulkan bau, tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
penyakit.
Sistem penyaluran air bungan di Kecamatan Muara pawan direncanakan
melayani air buangan dengan debit sebesar m3/detik. Saluran air buangan air
dialirkan menggunakan pipa dengan penampang bulat berdiameter m.
Perhitungan diameter pipa air buangan digunakan persamaan Hazen-William,
yaitu sebagai berikut :
= 0,2785 2,63 0,54 ................................................................... (
Dimana :
Q = Kapasitas kebutuhan maksimum per hari (m3/detik)
C = Koefisien kekasaran pipa menurut Hazen-William
D = Diameter pipa
S = Slope kemiringan muka tanah
Panjang pipa dapat dicari menggunakan rumus berikut:
= 2 + 2

30
Dimana :
X = Panjang jalur pipa transmisi yang diukur pada peta
Y = Beda kontur antara elevasi awal dan elevasi akhir
L = Panjang pipa sesungguhnya (m)

Dari diketahui panjang pipa sesungguhnya maka dapat dicari panjang


ekuivalen pipa buangan dengan cara mengalikan panjang pipa sesungguhnya (L)
dengan head loss yang diakibatkan oleh minor dan mayor dengan asumsi
kehilangan mayor 100% dan minor 10%, sehingga total kehilangan head loss
sebesar 110%.
= 1,1
Mencari kemiringan muka tanah dengan menggunakan rumus :

=

Berikut tabel panjang pipa dan diameter pipa yang diperoleh dari persamaan
diatas :Tabel 4. 17 Panjang Pipa dan Dimeter Pipa Air Buangan
Kecamatan Muara Pawan

31
BAB V

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA

5.1 Penampang drainase

panjang
Saluran Luas volume
saluran
s1 72 5.69 409.68
s2 80 13.70 1096.00

Panjang Diameter
Nama Qw Pipa (L) Elevasi Lahan S Pipa Diameter V
Saluran (m3/detik) (m) Awal Akhir m inchi (inchi) (m/s)
S-1 0.00371 72 38.509 38.503 0.00009 0.202 7.95 8 2.95
S-2 0.00129 80 38.505 38.503 0.00002 0.181 7.13 8 1.03
S-3 0.00117 74 38.511 38.509 0.00002 0.173 6.8 7 0.93
S-4 0.00152 46 38.516 38.516 0.00001 0.234 9.2 10 1.21
S-5 0.00147 169 38.519 38.509 0.00006 0.156 6.13 7 1.17
S-6 0.00056 17 38.52 38.519 0.00004 0.113 4.46 5 0.45
S-7 0.00102 41 38.53 38.519 0.00027 0.098 3.84 4 0.81
S-8 0.00082 68 38.504 38.503 0.00001 0.178 6.99 7 0.65
S-9 0.00065 27 38.508 38.506 0.00007 0.107 4.23 5 0.51
s3 74 4.20 310.80
s4 46 1.27 58.42
s5 169 7.04 1189.76
s6 17 2.30 39.10

32
s7 41 0.67 27.47
s8 68 4.10 278.80
s9 27 0.88 23.76

5.2 Rancangan Anggaran Biaya

Upah
Jenis Pekerja Volume Biaya
(Rp)
66,550.0
Mandor 2 133,100.00
0
Buruh Lapangan 54,450.0
7 381,150.00
Terlatih 0

Buruh Lapangan 48,400.0


26 242,000.00
Tak Terlatih 0
60,500.0
Tukang 2 242,000.00
0
Harga
Jenis Bahan
(Rp)
470,350.
Pipa HDPE 10 594 196,982,580.00
00
Galian biasa
108,482.
(manual & 1188 128,876,675.40
05
diangkut)
Timbunan biasa
dari galian sumber
bahan
256,396.
1.05 269,216.23
41

33
Harga
Peralatan
(Rp)
15,000.0
Alat Bantu 60 900,000.00
0
286,069.
Excavator 12 3,432,828.00
00
Jumlah 331,459,549.63

Uraian Jumlah Biaya


No
Pekerjaan (Rp)
Pekerjaan
1 87,594,335.00
Drainase
Pekerjaan Pipa
2 202,719,127.69
Buangan
A Jumlah 290,313,462.69
Pajak
Pertambahan
B 29031346.27
Nilai (PPN)
10%
Jumlah Total
C 319,344,808.96
Biaya A + B
Dibulatkan 319,344,900.00
Terbilang: Tiga Ratus Delapan Belas Juta Delapan
Ratus Sembilan Puluh Delapan Delapan Ratus
Rupiah

34
BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk
merencanakan Sistem Drainase dan Air Buangan, dapat diperoleh beberapa
hal sebagai berikut :
1. Sistem drainase dan air buangan yang direncanakan untuk melayani daerah
Kecamatan Sepauk.
2. Jaringan drainase berupa saluran terbuka berbentuk persegi empat dengan
konstruksi beton.

35
3. Sistem air buangan menggunakan system terpisah antara saluran drainase dan
air buangan dengan proyeksi perencanaan selama 10 tahun.
4. Dimensi saluran drainase dan pipa air buangan untuk tiap saluran dan petak
dapat dilihat pada laporan.

5.2 Saran
Dari pengerjaan tugas ini penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat, maka
perlu diperhitung kan debit limpasan drainase dan air buangan yang lebih
teliti, mengingat pada kenyataan dilapangan sulit sekali menemukan kondisi
ideal.
2. Data-data yang digunakan sebaiknya data-data yang aktual dan lengkap,
sehingga penyimpangan dapat diperkecil.

DAFTAR PUSTAKA

G. Tchobanoglous and F. L. Burton, 1991, Wastewater Engineering. Treatment,


Disposal, Reuse. 3rd Edition, McGraw-Hill, New York dalam Ron Crites and
George Tchobanoglous, 1998, Small and Decentralized Wastewater
Management System, McGraw-Hill, Singapore

L.A. Van Duijil, 2004, Low-cost Sewerage and Drainage.IHE Lecture Note
No.LN0128/05/1, UNESCO-IHE, Delft.

36
Linvil G. Rich, 1991, Sistem Pengolahan Air Limbah Pemeliharaan Rendah,
Mekanikal Sederhana (Terj.), Departemen Teknik Lingkungan, FTSP-ITB,
Bandung.

Mark J. Hammer, Mark J. Hammer Jr, 2001, Water and WasteWater Technology 4th
Edition, PHI, New Delhi.

Martin P. Wanielista, 1990, Hydrology and Water Quantity Control, Wiley and Sons,
New York.

M. Masduki Hardjosuprapto, 1996, Desain Drainase Perkotaan Vol. 1, ITB,


Bandung.

Ron Crites and George Tchobanoglous, 1998, Small and Decentralized Wastewater
Management System, McGraw-Hill, Singapore.

Terence J. McGhee, 1991, Water Supply and Sewerage 6th Edition, McGraw-Hill,
Singapore.

Terence J. McGhee, 1991, Water Supply and Sewerage-6th Edition, McGraw-Hill,


Singapore.

37

Anda mungkin juga menyukai