PENDAHULUAN
1
seperti air buangan dari aktifitas rumah tangga atau domestik, industri, serta aktifitas
lainnya seperti pendidikan, perdagangan, pertanian, pusat perbelanjaan, kesehatan
dan sebagainya. Air buangan tersebut apabila terdapat pada permukaan tanah maka
dapat mencemari tanah dan lingkungan sekitar, sehingga perlu dibuat dengan
kedalaman tertentu. Dalam pembuatan sistem air buangan ternyata tidak semudah
sistem drainase. Karena limbah yang dihasilkan di setiap wilayah yang ada di
Kecamatan Muara Pawan memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga perlu
adanya unit pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah dibuang bersama-sama
dengan limbah yang lain ke badan air.
Untuk mengatasi permasalahan diatas maka dapat dibuat sistem drainase di
Kecamatan Muara Pawan yang akan dirancang secara terpisah yakni antara aliran
drainase yang mengalirkan limpasan permukaan dan aliran air buangan. Pemilihan
sistem ini bertujuan supaya air limpasan dan air buangan tidak tercampur, karena jika
tercampur maka butuh pengolahan yang lebih efisien untuk mengurangi kandungan
yang terdapat dalam air campuran tersebut sebelum dibuang ke badan air, sehingga
dibutuhkan biaya tambahan untuk mengolahnya. Selain itu, untuk merancang sistem
drainase dan air buangan di Kecamatan Muara Pawan dibutuhkan data dan informasi
seperti jumlah penduduk, luas wilayah, kontur, jumlah fasilitas pendidikan dan
kesehatan, serta data curah hujan di Kecamatan Muara Pawan.
1.2 Tujuan
Merancang sistem penyaluran air buangan dan drainase di Kecamatan Muara
Pawan, serta menganalisis rancangan berdasarkan kriteria desain.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
2.1 Geografis
Kecamatan Muara Pawan merupakan kecamatan terkecil ke-tujuh diantara 20
kecamatan yang ada di Kabupaten Ketapang, yaitu dengan luas sekitar 610,60 km
atau sekitar 1,93 persen dari total luas Kabupaten Ketapang. Secara geografis
Kecamatan Muara Pawan terletak pada posisi 1 16 48 LS 10 49 36 LS dan
1090 53 36 BT 1100 56 24 BT (termasuk wilayah Kecamatan Matan Hilir
Utara dan Delta Pawan). Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Muara
Pawan adalah sebagai berikut:
3
Gambar.1. Peta Administrasi Daerah Kecamatan Mura pawan
Kecamatan Muara Pawan terdiri dari 8 desa yang berstatus definitif. Diantara
ke delapan desa tersebut, Desa Ulak Medang merupakan desa yang terluas, dengan
luas mencapai 161,28 km2 atau sekitar 26,41 persen. Sedangkan Desa Suka Maju
merupakan desa dengan luas wilayah terkecil, yaitu hanya sekitar 27,80 km 2 atau
sekitar 4,55 persen dari total luas Kecamatan Muara Pawan.
2.2 Kependudukan
4
Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan
Muara Pawan Tahun 2015
Kepadatan
Luas Jumlah
Desa/Kelurahan Penduduk
km2 % Penduduk % (Orang/km2)
Sungai Awan Kanan 31,08 5,09 3 829 26,71 123
Sungai Awan Kiri 97,28 15,93 3 438 23,98 35
Tempurukan 110,08 18,03 2 003 13,97 18
Tanjung Pura 97,90 16,03 818 5,71 8
Ulak Medang 161,28 26,41 549 3,83 3
Mayak 41,36 6,77 969 6,76 23
Tanjung Pasar 43,82 7,18 977 6,82 22
Suka Maju 27,80 4,55 1 751 12,22 63
Jumlah 2015 610,60 100,00 14 334 100,00 23
Sumber : Kecamatan Muara Pawan Dalam Angka 2016
5
Tabel 2.2 Jumlah Fasilitas Di Kecamatan Muara Pawan
No. Fasilitas Umum Unit
1 Pendidikan
SD 12
SMP 4
MTS 1
SMU 1
SMK 1
Perguruan tinggi 1
2 Kesehatan
Puskesmas 2
Puskesmas Pembantu 5
Poskesdes 7
Klinik KB 1
Posyandu balita 18
3 Tempat Ibadah
Masjid 14
Surau 30
Sumber : Kecamatan Muara Pawan Dalam Angka 2016
2.4 Topografi
Kondisi tanah di Kecamatan Muara Pawan berdasarkan formasi geologi yaitu
100 persen termasuk dalam kategori jura. Kecamatan Muara Pawan yang merupakan
bagian dari kabupaten ketapang yang memeiliki topografi pada daerah pantai
memanjang dari utara ke selatan dan daerah aliran sungai merupakan dataran berawa-
rawa, yakni mulai dari kecamatan Telok Batang, Simpang Hilir, Sukadana, Matan
Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, Kendawangan dan Pulau Maya Karimata.
6
Sedangkan wilayah perhuluan umumnya berupa daerah berbukit-bukit. Sungai
terpanjang di Kabupaten Ketapang adalah sungai Pawan. Juga terdapat sungai-sungai
besar lainnya, yakni sungai Merawan/Matan, Kualan, Pesaguan, Kendawangan dan
Jelai.
2.5 Hidrologi
Rata-rata intensitas curah hujan di Kecamatan Muara Pawan tahun 2015 adalah
sekitar 234,93 mm dengan rata-rata hari hujan sekitar 10 hari. Curah hujan terendah
sepanjang tahun 2015 terjadi di bulan September yaitu sekitar 11,6 mm dengan
jumlah hari hujan sebanyak 1 hari. Curah hujan tertinggi mencapai 587,1 mm terjadi
pada bulan Januari dengan jumlah hari hujan cukup tinggi yaitu 17 hari hujan.
7
BAB III
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
2006 12.780
2007 13.043
8
2008 13.303
2009 13.609
2010 13.109
2011 13.347
2012 13.602
2013 13.835
2014 14.041
2015 14.334
Sumber : Kecamatan Muara Pawan Dalam Angka
Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa proyeksi jumlah penduduk
harus dilakukan terhadap penduduk di Kecamatan Muara Pawan. Dengan mengetahui
jumlah penduduk Kecamatan Muara Pawan maka akan memberikan sebuah
gambaran mengenai sebuah perencanaan air buangan dan drainase yang tepat untuk
dilaksanakan di kecamatan ini. Anggaran biaya perencanaan juga akan dapat
ditentukan dari data proyeksi jumlah penduduk. Apabila data jumlah proyeksi jumlah
penduduk Kecamatan Muara Pawan untuk 10 tahun kedepan sudah diketahui, maka
perkembangan dari perencanaan dapat dilihat, apakah perencanaan berjalan dengan
baik atau sebaliknya.
Memproyeksikan jumlah penduduk terdapat beberapa metode untuk
mendapatkan data tersebut. Adapun beberapa yang akan digunakan dalam
menghitung proyeksi jumlah penduduk di Kecamatan Muara Pawan untuk 10 tahun
kedepan sebagai berikut :
9
Po : Jumlah penduduk tahun dasar (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
n : Pariode waktu antara Proyeksi (tahun)
2. Metode Aritmatika
Model linier aritmatika adalah teknik proyeksi yang paling sederhana dari
seluruh model tren. Model ini menggunakan persamaan derajat pertama.
Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksi sebagai fungsi dari waktu,
dengan persamaan (Klosterman,1990) :
= + ( ) ............................................................. (pers. 2)
Keterangan :
Pn : Jumlah penduduk tahun ke n (jiwa)
Po : Jumlah penduduk than dasar (jiwa)
r : Laju pertumbuhan penduduk (% pertahun)
t : Rentang waktu antara Po dan Pt (tahun)
Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi
bahwa penduduk akan bertambah atau berkurang sebesar jumlah absolute yang
sama atau tetap pada masa yang akan dating sesuai dengan kecendrungan yang
terjadi pada masa lalu. Model ini hanya dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil
dengan pertumbuhan penduduk yang lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi
pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan pertumbuhan penduduk yang
tinggi.
10
= + (. ) ............................................................................. (pers. 3)
Dimana :
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
n : selisih tahun yang dihitung terhadap tahun awal
a : Konstanta
b : Koefisien arah regresi linier.
Dimana :
S = standar deviasi
Yn = variable independen Y
Y = data penduduk per tahun
n = jumlah data
Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang paling mendekati
kenyataan dari ketiga macam metode matematis tersebut di atas, setelah
dilakukan perhitungan dengan ketiga metode di atas, maka perlu dihitung
koefisien korelasinya (r) yang paling tepat yaitu nilai yang mendekati satu.
11
() ()()
= [(2)2]0.5 [(2)(2]0.5
............................................. (per. 7)
Dimana:
K : koefisien korelasi
Yn : variable independen Y
Y : data penduduk per tahun
Ymean : rata-rata jumlah penduduk
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dilakukan dengan 3 metode
yaitu metode aritmatika, metode geometri dan metode eksponensial. Analisa
perhitungan dari ketiga metode ini secara matematis dengan koefisien korelasi
( r ) dan standar deviasi ( ). Korelasi adalah hubungan antara dua variabel
dalam satu persamaan. Adapun nilai r bervariasi dari -1 melewati 0 hingga
mencapai angka 1. Jadi pemilihan dari ketiga metode ini adalah data yang
nilai korelasi mencapai angka 1 dan standar deviasinya terkecil pada proyeksi
jumlah penduduk di Kecamatan Muara Pawan.
Berikut hasil perhitungan standar deviasi dan korelasi dari ketiga
metode :
Tabel 3.5 Hubungan Standar Deviasi dan Nilai Korelasi
Metode Standar Deviasi Hubungan Korelasi
Aritmatika 572.67 1
Geometrik 902.77 0.99
least square 479.35 1
Hasil tabel diatas antara hubungan standar deviasi dan korelasi maka
nilai proyeksi jumlah penduduk untuk Kecamatan Muara Pawan 10 tahun
kedepan yang mendekati kebenaran adalah dengan menggunakan metode
aritmatik.
12
Data yang akan digunakan dalam perhitungan jumlah penduduk adalah data 10
tahun terakhir dimulai pada tahun 2017-2027. Data yang didapat berdasarkan asumsi
perencanaan berdasarkan jumlah penduduk .
Tabel 3.6. Asumsi Jumlah Penduduk Kecamatan Muara pawan Tahun 2017-2027
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
2017 14679
2018 14852
2019 15025
2020 15197
2021 15370
2022 15543
2023 15715
2024 15888
2025 16061
2026 16233
2027 16406
Sumber : Hasil Proyeksi
13
sebagai tahun dasar (po) yaitu pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk sebesar
14344 orang dengan rasio pertmbuhan penduduk 1.7 % dan Ka sebesar 173
jiwa/tahun sebagai beriku:
2017 = + ( )
= 14344 + 173 (2017-2015)
= 14679 jiwa
Adapun hasil proyeksi penduduk menggunakan metode aritmatik selama 10
tahun kedepan dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Asumsi Jumlah Penduduk Kecamatan Muara pawan Tahun 2017-2027
Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
2017 14679
2018 14852
2019 15025
2020 15197
2021 15370
2022 15543
2023 15715
2024 15888
2025 16061
2026 16233
2027 16406
Sumber : Hasil Proyeksi
14
19,353,608,410 19,353,608,410 0,5
=( )
9
= 572.67
Sedangkan koefisien korelasi untuk perhitungan aritmatika yaitu :
( )2 ( )2
2 =
( )2
19,353,608,410 1,207,445
2 =
19,353,608,410
2 = 1
15
BAB IV
ANALISIS HIDROLOGI DAN PRODUKSI AIR BUANGAN
Dimana :
Qp = debit limpasan hujan (m3/detik).
i = intensitas hujan (mm/jam).
Cj = nilai koefisien C untuk sub daerah pengaliran.
Aj = luas sub daerah pengaliran (km2)
Menurut Cold man (1986) dalam Suripin (2004),Metode Rasionaldapat
digunakan untuk daerah pengaliran < 300 ha. Dalam Departemen PU, SKSNI M-18-
1989-F (1989), dijelaskan bahwa Metode Rasional dapatdigunakan untuk ukuran
daerah pengaliran < 5000 Ha.
Dalam Asdak (2002), dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran> 300 ha, maka
ukuran daerah pengaliran perlu dibagi menjadi beberapa bagian sub daerah
pengaliran kemudian Rumus Rasional diaplikasikanpada masing-masing sub daerah
pengaliran.Dalam Montarcih (2009) dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran) 5000
Ha maka koefisien pengaliran (C) bisa dipecah-pecah menjadi beberapa zona wilayah
sesuai tata guna lahan dan luas lahan yang bersangkutan.
Untuk dapat menggunakan rumus rasional perlu ditentukan terlebih dahulu
koefisien limpasan permukaan (sesuai dengan jenis penggunaan klahan dan periode
ulang yang diinginkan), intensitas hujan (untuk curah hujan rencana dengan periode
ulang yang diinginkan) dan luas daerah pengaliran.
16
4.1.1 Periode Ulang Hujan (Tr)
Saluran drainase yang akan dibangun selain berfungsi untuk menyalurkan air
hujan yang berlebihan juga akan melindungi lahan, bangunan dan badan jalan dari
kerusakan akibat genangan air. Tr untuk berbagai jenis drainase adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.8 Periode ulang hujan (Tr) untuk perencanaan.
Struktur Hidraulik Tr (tahun)
Sistem drainase minor 2 -25
Sistem drainase mayor 10 50
Gorong-gorong minor 10-50
Gorong-gorong mayor 25-100
Kolam detensi/retensi kecil, on-site 10,25, 100
Kolam retensi/detensi besar, on-site 100 PMF
Dataran banjir di sungai kecil 10 100
Dataran banjir di sungai besar >100
Sumber : William S. Springer, Strom Drain Design inLand Development Handbook,
The Drewberry Compnies McGraw-Hill, 2002.
PMF = Probable maximum flood.
Berdasarkan tabel 4.8 diambil Tr = 10 tahun karena pada kecamatan Muara
Pawan rata-rata terdapat pemukiman, perkantoran, perdagangan dan industri.
17
Tabel 4.9 Curah hujan maksimum
= 0,7797 (0,5772 + 1) .................................................. (4.4)
Dimana
RT = curah hujan rencana (mm).
R = curah hujan harian maksimum (mm).
R = rata-rata curah hujan harian maksimum (mm).
SR = simpangan baku.
n = jumlah data.
18
TR = periode ulang (tahun).
Dari hasil perhitungan menghasilkan RT = 91.03 mm. Analisis lengkap untuk
mendapatkan TR dapat dilihat dibawah ini :
= -0,7797 (0,5772+In In 5
51
= 0,718
Sehingga :
= + .
= 155.17 + (0,718 x 53.56) = 92.03 mm
19
I = Intensitas Hujan selama durasi sesuai dengan periode ulang tertentu (
mm/jam ).
Tc = Durasi Hujan ( jam ).
R24 = Curah Hujan Harian Maksimum ( mm ) dalam 24 jam.
Rumus Monobe memerlukan data lamanya hujan (t). untuk rumus
rasional, t yang menyebabkan Qp sama dengan waktu konsentrasi aliran (tc)
(Waniliesta, 1990). Tc pada suatu daerah pengaliran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Kirpich. Rumus Kirpich yang digunakan untuk menghitung
tc adalah sebagai berikut ( Springer, 2002) :
tc =0,0078. L 0,77. S-0,385 ............................................................................ (4.6)
Dimana :
tc = waktu konsentrasi (menit).
L = panjang aliran atau saluran (feet).
S = kemiringan rata-rata daerah pengaliran atau saluran.
Untuk menentukan tc perlu diperkirakan arah aliran di dalam setiap
blok pengaliran dan ruas saluran drainase. Arah aliran di dalam saluran drainase
dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Arah Aliran di Dalam Saluran Drainase
20
Berikut ini adalah tc pada setiap blok pengaliran dan ruas saluran drainase :
Tabel 4.10 Waktu konsentrasi (tc) pada setiap blok pengaliran dan ruas saluran
drainase.
Keofisien permukaan C untuk periode ulang hujan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
21
Tabel 4.12 Nilai Keofisien Permukaan C Untuk Periode Ulang Hujan
22
Ruang Terbuka 0.00084 0.05 0.0000422
0.00286 0.0012014 0.419
3 0.004133 Pemukiman 0.00021 0.22 0.0000477
Perdagangan 0.00156 0.88 0.0013728
Ruang Terbuka 0.00235 0.05 0.0001178
0.00413 0.0015383 0.372
4 0.000515 Pemukiman 0.00015 0.22 0.0000343
Perdagangan 0.00034 0.88 0.0003018
Ruang Terbuka 0.00001 0.05 0.0000008
0.00051 0.0003369 0.654
5 0.002278 Pemukiman 0.00072 0.22 0.0001601
Perdagangan 0.00071 0.88 0.0006274
Ruang Terbuka 0.00083 0.05 0.0000418
0.00227 0.0008294 0.364
23
3
0.00051
4 S6-S7 0.65429126
53.55 5 0.0050
0.00227
5 S8-S9 0.36411326
29.45 8 0.0068
.
24
S = Slope kemiringan muka tanah
25
dengan head loss yang diakibatkan oleh minor dan mayor dengan asumsi
kehilangan mayor 100% dan minor 10%, sehingga total kehilangan head loss
sebesar 110%.
= 1,1
Mencari kemiringan muka tanah dengan menggunakan rumus :
=
perencanaan dimensi penampang drainase dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4.15 Perhitungan Dimensi Penampang Drainase
Qp Sb yn b A P Rh V Re Fr ket
zona Saluran
m3/ s m m m m2 m m m/s
1 S1 0.016 0.00009 1.94 5.50 5.33 5.53 0.96 0.09 5322.16 0.02 Subkritis
0.016 0.00008 2.00 5.69 5.70 5.72 1.00 0.09 5890.62 0.02 Subkritis
0.016 0.00009 1.97 5.60 5.53 5.64 0.98 0.09 5629.69 0.02 Subkritis
S2 0.016 0.00003 3.12 8.85 13.79 8.90 1.55 0.22 22170.87 0.04 Subkritis
2 S3 0.008 0.00010 1.12 3.18 1.78 3.20 0.56 0.01 519.80 0.00 Subkritis
0.008 0.00003 1.72 4.88 4.20 4.91 0.85 0.03 1889.88 0.01 Subkritis
0.008 0.00004 1.56 4.43 3.46 4.46 0.78 0.03 1413.55 0.01 Subkritis
S4 0.008 0.00016 0.95 2.69 1.27 2.70 0.47 0.01 314.62 0.00 Subkritis
0.008 0.00016 0.95 2.69 1.27 2.70 0.47 0.01 314.62 0.00 Subkritis
0.008 0.00022 0.83 2.35 0.98 2.37 0.41 0.01 211.69 0.00 Subkritis
0.008 0.00017 0.91 2.58 1.18 2.60 0.45 0.01 279.71 0.00 Subkritis
3 S5 0.011 0.00006 1.69 4.81 4.07 4.84 0.84 0.04 2372.51 0.01 Subkritis
0.011 0.00003 2.23 6.33 7.05 6.36 1.11 0.08 5407.20 0.02 Subkritis
0.011 0.00013 1.25 3.54 2.20 3.56 0.62 0.02 946.23 0.01 Subkritis
0.011 0.00012 1.28 3.65 2.34 3.67 0.64 0.03 1035.39 0.01 Subkritis
4 S6 0.005 0.00003 1.28 3.62 2.31 3.64 0.63 0.01 470.82 0.00 Subkritis
S7 0.005 0.00015 0.67 1.89 0.63 1.90 0.33 0.00 66.98 0.00 Subkritis
26
0.005 0.00020 0.60 1.71 0.51 1.72 0.30 0.00 49.38 0.00 Subkritis
0.005 0.00014 0.69 1.96 0.67 1.97 0.34 0.00 74.27 0.00 Subkritis
0.005 0.00019 0.61 1.73 0.53 1.74 0.30 0.00 51.70 0.00 Subkritis
5 S8 0.007 0.00002 1.70 4.83 4.11 4.86 0.85 0.03 1511.65 0.01 Subkritis
S9 0.007 0.00018 0.78 2.22 0.87 2.23 0.39 0.01 146.19 0.00 Subkritis
0.007 0.00017 0.79 2.24 0.88 2.25 0.39 0.01 150.90 0.00 Subkritis
0.007 0.00021 0.73 2.09 0.77 2.10 0.37 0.01 121.82 0.00 Subkritis
Tabel 4.16 Debit air buangan (Qw) pada daerah pelayanan yang direncanakan
27
Debit
Debit
sumber Jumlah/Un Air
Wilaya Uni Akumula
air it Limba PF
h t si
limbah h
28
0.0015 m3/Deti
2 k
Perumaha
42 252 30240 75600
n 120
Puskesma
S-5 202.5 506.25
s 1 75 2.7
Pasar/Ruk
20400 51000
o 17 255 80
Jumlah 127106 L/hari
0.0014 m3/Deti
7 k
Perumaha
S-6 27 162 19440 48600
n 120
Jumlah 48600 L/hari
0.0005 m3/Deti
6 k
Perumaha
S-7 49 294 35280 88200
n 120
88200 L/hari
Jumlah 0.0010 m3/Deti
2 k
Perumaha
37 222 26640 66600
n 120
S-8 Sekolah 2 1000 40 560 1400
Pasar/Ruk
1120 2800
o 12 180 80
70800 L/hari
Jumlah 0.0008 m3/Deti
2 k
S-9 Perumaha 31 186 120 22320 55800
29
n
55800 L/hari
Jumlah 0.0006 m3/Deti
5 k
30
Dimana :
X = Panjang jalur pipa transmisi yang diukur pada peta
Y = Beda kontur antara elevasi awal dan elevasi akhir
L = Panjang pipa sesungguhnya (m)
Berikut tabel panjang pipa dan diameter pipa yang diperoleh dari persamaan
diatas :Tabel 4. 17 Panjang Pipa dan Dimeter Pipa Air Buangan
Kecamatan Muara Pawan
31
BAB V
panjang
Saluran Luas volume
saluran
s1 72 5.69 409.68
s2 80 13.70 1096.00
Panjang Diameter
Nama Qw Pipa (L) Elevasi Lahan S Pipa Diameter V
Saluran (m3/detik) (m) Awal Akhir m inchi (inchi) (m/s)
S-1 0.00371 72 38.509 38.503 0.00009 0.202 7.95 8 2.95
S-2 0.00129 80 38.505 38.503 0.00002 0.181 7.13 8 1.03
S-3 0.00117 74 38.511 38.509 0.00002 0.173 6.8 7 0.93
S-4 0.00152 46 38.516 38.516 0.00001 0.234 9.2 10 1.21
S-5 0.00147 169 38.519 38.509 0.00006 0.156 6.13 7 1.17
S-6 0.00056 17 38.52 38.519 0.00004 0.113 4.46 5 0.45
S-7 0.00102 41 38.53 38.519 0.00027 0.098 3.84 4 0.81
S-8 0.00082 68 38.504 38.503 0.00001 0.178 6.99 7 0.65
S-9 0.00065 27 38.508 38.506 0.00007 0.107 4.23 5 0.51
s3 74 4.20 310.80
s4 46 1.27 58.42
s5 169 7.04 1189.76
s6 17 2.30 39.10
32
s7 41 0.67 27.47
s8 68 4.10 278.80
s9 27 0.88 23.76
Upah
Jenis Pekerja Volume Biaya
(Rp)
66,550.0
Mandor 2 133,100.00
0
Buruh Lapangan 54,450.0
7 381,150.00
Terlatih 0
33
Harga
Peralatan
(Rp)
15,000.0
Alat Bantu 60 900,000.00
0
286,069.
Excavator 12 3,432,828.00
00
Jumlah 331,459,549.63
34
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk
merencanakan Sistem Drainase dan Air Buangan, dapat diperoleh beberapa
hal sebagai berikut :
1. Sistem drainase dan air buangan yang direncanakan untuk melayani daerah
Kecamatan Sepauk.
2. Jaringan drainase berupa saluran terbuka berbentuk persegi empat dengan
konstruksi beton.
35
3. Sistem air buangan menggunakan system terpisah antara saluran drainase dan
air buangan dengan proyeksi perencanaan selama 10 tahun.
4. Dimensi saluran drainase dan pipa air buangan untuk tiap saluran dan petak
dapat dilihat pada laporan.
5.2 Saran
Dari pengerjaan tugas ini penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat, maka
perlu diperhitung kan debit limpasan drainase dan air buangan yang lebih
teliti, mengingat pada kenyataan dilapangan sulit sekali menemukan kondisi
ideal.
2. Data-data yang digunakan sebaiknya data-data yang aktual dan lengkap,
sehingga penyimpangan dapat diperkecil.
DAFTAR PUSTAKA
L.A. Van Duijil, 2004, Low-cost Sewerage and Drainage.IHE Lecture Note
No.LN0128/05/1, UNESCO-IHE, Delft.
36
Linvil G. Rich, 1991, Sistem Pengolahan Air Limbah Pemeliharaan Rendah,
Mekanikal Sederhana (Terj.), Departemen Teknik Lingkungan, FTSP-ITB,
Bandung.
Mark J. Hammer, Mark J. Hammer Jr, 2001, Water and WasteWater Technology 4th
Edition, PHI, New Delhi.
Martin P. Wanielista, 1990, Hydrology and Water Quantity Control, Wiley and Sons,
New York.
Ron Crites and George Tchobanoglous, 1998, Small and Decentralized Wastewater
Management System, McGraw-Hill, Singapore.
Terence J. McGhee, 1991, Water Supply and Sewerage 6th Edition, McGraw-Hill,
Singapore.
37