Anda di halaman 1dari 115

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK KECIL UN T U K MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

PKN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 10 SUMERTA

Ni Ketut Aryati
SD Negeri 10 Sumerta

Abstrak

Tujuan dilakukan penelitian tindakan kelas ini pada siswa kelas VI di SD Negeri 10 Sumerta pada semester
I tahun pelajaran 2012/2013 adalah untuk mengetahui apakah penerapan metode diskusi kelompok kecil
dapat meningkatkan prestasi belajar peserta PKN. Penelitian tindakan kelas ini melibatkan 34 subjek
penelitian yang dilakukan dalam dua siklus melalui tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan,
observasi/pengamatan dan refleksi. Tes prestasi belajar merupakan alat yang digunakan dalam
mengumpulkan data hasil penelitian yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanay peningkatan kemampuan peserta didik mengikuti proses
pembelajaran dari rata-rata awal 63,24 meningkat menjadi 68,53 pada siklus I dan meningkat menjadi 77,00
pada siklus II dengan prosentase ketuntasan belajar awal 29,41% pada siklus I meningkat menjadi 55,88%
dan pada siklus II meningkat menjadi 94,12%. Simpulan yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah
penerapan metode diskusi kelompok kecil dalam pelaksanaan proses pembelajaran para mampu
meningkatkan prestasi belajar PKN siswa kelas VI SD Negeri 10 Sumerta.

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok Kecil, Prestasi Belajar

1. Pendahuluan rata nilai yang diperoleh siswa baru 63,24 rata-


rata tersebut masih jauh di bawah KKM mata
Dalam meningkatkan mutu pendidikan di pelajaran PKN di sekolah ini yaitu 70,00. Dari
Indonesia, berbagai upaya telah dilakukan oleh kegiatan yang dilakukan tredapat beberapa
pemerintah, namun sampai saat ini belum peramsalahan dalam pembelajaran.
memperoleh hasil yang optimal. Fenomena ini Permasalahan tersebut di antaranya rendahnya
dapat dilihat dari indikator hasil belajar, antara lain kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, ini
dari capaian Nilai Ujian Nasional siswa yang terlihat dari anak kurang aktif mengikuti kegiatan
masih rendah secara rata-rata. Kenyataan belajar mengajar pada awal proses pembelajaran.
tersebut menunjukkan bahwa berbagai Siswa yang kemampuannya kurang, terlihat
pendekatan, gagasan atau inovasi dalam dunia belum siap belajar yang ditandai siswa tersebut
pendidikan yang sampai saat ini diterapkan sedikit malas untuk mengerjakan apa yang
secara luas ternyata belum dapat memberikan diperintahkan oleh guru. Siswa tidak mempunyai
perubahan positif yang berarti bagi siswa, baik motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
dalam proses pembelajaran di sekolahmaupun
dalam meningkatkan mutu pendidikan pada Rendahnya prestasi belajar awal menuntun
umumnya. Kesadaran tentang pentingnya peneliti membuat rumusan masalah: Apakah
pendidikan yang dapat memberikan harapan dan metode diskusi kelompok kecil dengan upaya
kemungkinan yang lebih di masa mendatang, guru secara maksimal menuntun siswa dalam
telah mendorong berbagai upaya dan perhatian kelompoknya untuk bekerjasama dan bekerja
masyarakat terhadap gerak langkah dan bersama dapat meningkatkan prestasi belajar
perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan siswa kelas VI SD Negeri 10 Sumerta ? Tidak ada
merupakah salah satu upaya meningkatkan penelitian tanpa tujuan. Tujuan merupakan hal
kualitas hidup manusia, mendewasakan, merubah penting dalam sebuah karya tulis ilmiah. Tujuan
tingkah laku serta meningkatkan kualitas hidup. penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
tinggi peningkatan prestasi belajar PKN siswa
Mutu pendidikan apabila guru memahami hal-hal setelah diterapkan diskusi kelompok kecil dengan
tersebut tentu saja prestasi belajar siswa tidak pemusatan perhatian guru dalam membelajar
akan rendah. Namun kenyataan yang ada di siswa dengan bekerjasama dan bekerja bersama.
lapangan sangat jauh berbeda. Berdasarkan Manfaat secara teoritis yang dapat dinikmati dari
basil observasi peneliti selaku guru PKN di SD hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan
Negeri 10 Sumerta terhadap siswa kelas VI, rata- dalam memperkaya teori untuk peningkatan
1
kompetensi guru. Sedangkan secara praktis satu sama lain dan mereka ada dalam satu tim.
penelitian ini diharapkan bermanfaat: a) Bagi Seteah waktu untuk menjawab pertanyaan bagi
siswa, lebih bebas mengekspresikan kemampuan masing-masing siswa habis, mereka disuruh
dalam kelompok belajarnya agar menjadi lebih menyiapkan kelompoknya untuk menyampaikan
baik; b) Guru menemukan pendekatan apa yang telah dipelajari di depan kelas. Untuk
pembelajaran inovatif yang sesuai untuk lebih bisa mempresentasikannya barulah mereka
meningkatkan hasil belajar siswa; c) Sekolah bekerjasama. Kemampuan guru dalam
mendapatkan dampak positif dari melakukan apa yang dicobakan ini akan
terselenggaranya penelitian ini, karena kualitas menentukan keberhasilan prestasi belajar peserta
siswa, guru dan pembelajaran semakin didik.
meningkat.
Diskusi kelompok kecil menurut I.G.A.K. Wardani Prestasi belajar sebagai perolehan siswa setelah
dan Siti Julaeha (IDIK 4307: 22) menjelaskan menempuh periode pembelajaran tertentu, dapat
bahwa diskusi kelompok keci adalah salah satu dikriteriakan menurut tingkat penguasaan materi
bentuk kegiatan pembelajaran yang pembelajaran. Hal ini sebagaimana dikemukakan
penggunaannya cukup sering diperlukan dengan oleh Nasrun Harahap bahwa: Prestasi belajar
ciri-ciri: 1) melibatkan 3-9 orang peserta; 2) dapat dikriteriakan menurut tingkat
berlangsung dalam situasi tatap muka yang penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
informal, artinya setiap anggoa dapat Misalnya dalam proses belajar siswa menguasai
berkomunikasi langsung dengan anggota lainnya; materi 80% - 100% dapat dikatakan bahwa
3) mempunyai tujuan yang dicapai dengan prestasi belajar siswa sangat tinggi. Apabila
kerjasama antar anggota, serta 4) berlangsung dalam proses belajar siswa menguasai materi
menurut proses yang sistematis. antara 75%-80% dapat dikatakan prestasi belajar
siswa sedang. Jika dalam proses hasil belajar
Bekerjasama bisa dilakukan dalam sebuah siswa menguasai materi antara 55%-75% dapat
kelompok yang dalam penelitian ini adalah dalam dikatakan bahwa prestasi belajar siswa rendah.
sebuah kelompok kecil. Demikian juga, beker Jika siswa menguasai pembelajaran 31%-54%
bersama dapat dilakukan dalam sebuah kelompok maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar
kecil. Teknik yang digunakan dalam metode siswa sangat rendah (Harahap, 1996).
diskusi kelompok kecil ini sedikit berbeda. Dalam
diskusi kelompok kecil, apabila mereka diberikan Belajar adalah suatu proses usaha yang
suatu tugas untuk dikerjakan, maka mereka bisa dilakukan individu untuk memperoleh suatu
bekerjasama. Namun apabila suatu kelompok perubahan tingkah laku yang baru secara
kecil diberi tugas yang berbeda-beda untuk keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu
dipresentasikan oleh tim tersebut di depan kelas, itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan
maka mereka akan bekerja bersama untuk (Abu Ahmadi, 2001). Sedangkan ketuntasan
melakukan tanggung jawab tersebut. belajar merupakan hasil belajar siswa yang
memenuhi keriteria standart tertentu. Seorang
Dalam penelitian ini, agar mereka bekerjsama siswa dikatakan tuntas belajar bila mencapai
maka mereka diberikan satu tugas khusus, ketuntasan indikator hasil belajar > 75% dan dari
misalnya dari sebuah materi dibagi menjadi unit- suatu kelas dikatakan tuntas belajar bila dalam
unit, misalnya dibagi menjadi 3 unit pembahasan, kelas telah mencapai > 85% siswa yang telah
maka satu bagian diberikan pada satu kelompok, tuntas belajar (Depdikbud, 1994)
bagian unit yang lain diberikan kelompok lain dan
bagian unit yang satunya lagi diberikan kelompok Dari kajian teori dan gambaran pemecahan
yang berbeda. Tugas tersebut dikerjakan oleh masalah yang direncanakan dan diperkirakan
masing-masing kelompok dengan bekerjasama. akan mampu mengatasi masalah pembelajaran di
Sedangkan agar peserta didik bekerja bersama kelas merupakan acuan penyusunan hipotesis
maka dari satu unit materi diberi beberapa dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya,
pertanyaan yang dibagikan pada masing-masing hipotesis tindakan yang dapat disusun yaitu : Jika
siswa di satu kelompok. Masing-masing siswa langkah-langkah diskusi kelompok kecil dengan
bertanggung jawab atas jawaban dari pertanyaan kontrol guru yang ketat agar siswa dapat
yang diberikan. Untuk contoh ini maka anggota bekerjasama dan bekerja bersama dilakukan
kelompok sulit untuk bekerjasama karena masing- dengan benar maka prestasi belajar PKN siswa
masing orang di kelompok sibuk agar bisa kelas VI semester I SD Negeri 10 Sumerta dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan. Mereka ditingkatkan.
dalam hal ini tetap bekerja bersama karena
masing-masing anggota kelompok bisa bertanya 2. Metodologi Penelitian
2
untuk pertama kali. Jadi, agar tidak sok ahli maka
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD peneliti mengikuti alur gambar yang telah dipilih
Negeri 10 Sumerta yang beralamat di Jalan berdasar pendapat ahli sebagai prosedur
Katrangan N0. 17 B Denpasar, Kecamatan pelaksanaannya di lapangan. Pada daur I dimulai
Denpasar Timur. Lingkungan sekolah ini aman dengan adanya ide awal akibat temuan dan
karena tidak ada orang yang bertingkah laku tidak analisis yang telah dilakukan. Setelah ada temuan
baik atau usil, bersih karena kepala sekolah giat tersebut dibuatlah perencanaan umum sesuai
mengupayakan hal tersebut.Untuk penelitian ini langkah yang direncanakan baik tindakan 1,
penulis memilih rancangan penelitian tindakan tindakan 2 maupun tindakan 3. Sesudah
yang disampaikan oleh Dave Ebbut (1985, dalam membuat perencanaan, diimplementasikan dalam
Hopkins, 1993 dalam Wiriaatmadja, 2006) seperti tingkat 1, dimonitoring implementasinya serta
terlihat pada Gambar 1. efeknya kemudian dijelaskan kegagalan-
kegagalan yang ada selama implementasinya lalu
IDE AWAL dibuat revisi umum untuk perencanaan tindakan
selanjutnya. Pada tindakan selanjutnya,
perencanaan yang telah dibuat
Temuan dan diimplementasikan, terus dimonitor
Analisa
implementasinya serta efek yang ada, dijelaskan
setiap langkah implementasinyadan efeknya.
D Rencana Umum
A Setelah mengetahui bagaimana hasil dan
U Langkah Tind. 1
Implementasi
efeknya, dibuat lagi perencanaan untuktindakan
R
1
Langkah Tind. 2 Langkah Tindk. 1 selanjutnya. Demikian berlanjut sampai
Langkah Tind. 3 menemukan hasil yang sesuai tujuan yang
direncanakan.
Minitor
Implementasi
dan Efeknya Peneliti mengambil subjek penelitian siswa kelas
VI SD Negeri 10 Sumerta. Objek penelitian ini
Penjelasan Revisi rencana
kegagalan untuk umum adalah peningkatan prestasi belajar siswa kelas
implementasi VI Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 SD
Rencana
diperbaiki
Negeri 15 Sumerta setelah diterapkan metode
Langkah Tind. 1 diskusi kelompok kecil dengan perhatian guru
Langkah Tind. 2 yang maksimal dalam membuat siswa
Langkah Tind. 3 bekerjasama dan bekerja bersama pada proses
belajar. Adapun pelaksanaan penelitian tindakan
Monitor
implementasi kelas ini dimulai dari bulan Juli 2012 sampai
D Implementasi
A dan efek
langkah berikut dengan bulan November 2012.
U
R
2 Jelaskan setiap Untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah
implementasi Revisi ide tes prestasi belajar. Yang digunakan untuk
dan efek umum
menganalisis data hasil penelitian ini adalah
Rencana
diperbaiki metode deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif
Langkah Tind. 1
D dianalisis dengan mencari mean, median, modus,
Langkah Tind. 2
A membuat interval kelas dan melakukan penyajian
U Langkah Tind. 3
R dalam bentuk tabel dan grafik. Kriteria
3 Monitor keberhasilan yang disampaikan dalam penelitian
implementasi
dan efek
Implementasi ini merupakan keberhasilan adalah apabila pada
langkah berikut
akhir siklus II rata-rata nilai siswa mencapai 70,00
atau lebih dengan prosentase ketuntasan belajar
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Model sebesar 80%.
Ebbut (1985)
3. Hasil dan Pembahasan
Agar penelitian tidak salah dan lebih ilmiah maka
prosedur yang dilakukan tidaklah mengikuti alur Pelaksanaan yang dilakukan dalam kegiatan awal
yang dikehendaki oleh peneliti sendiri. Alur yang diperoleh data yaitu, ada 10 siswa (29,41%) dari
dilakukan tanpa melihat pendapat ahli 34 siswa di kelas VI memperoleh nilai diatas KKM
menyatakan bahwa seolah-olah peneliti sendiri (70,00) sedangkan yang lainnya sebanyak 24
sudah ahli, padahal peneliti baru mencoba siswa (70,59%) masih mendapat nilai di bawah
menyelesaikan sebuah Penelitian Tindakan Kelas KKM (70,00). Ketidakberhasilan tersebut banyak
3
dipengaruhi oleh faktor ketidak siapan guru dalam indikator keberhasilan penelitian yang
membuat perencanaan, profesionalisme guru dicanangkan 80% siswa atau lebih dapat
dalam melaksanakan pembelajaran dan kesiapan mencapai peningkatan, dan ternyata sudah
guru dalam mempelajari keilmuan-keilmuan yang 94,16% siswa sudah berhasil.
mesti ditetapkan dalam melaksanakan proses 8 8
pembelajaran. Kelebihan yang telah diperbuat 8

FREKUENSI ABSOLUT
adalah penulis sebagai guru di SD Negeri 10 6 6
Sumerta telah berupaya semaksimal mungkin 6 5
agar peningkatan mutu pendidikan di sekolah ini
dapat dicapai. Penyajian dalam bentuk histogram 4
seperti terlihat pada Gambar 2.
2 1

0
FREKUENSI ABSOLUT

15 66,5-70,5 70,5-74,5 74,5-78,5 78,5-82,5 82,5-86,5 86,5-90,5

11 11 NILAI TENGAH
10
5
4
5 Gambar 3. Histogram Peningkatan Prestasi
2
1 Belajar Siswa Kelas VI Semester
I SD Negeri 10 Sumerta Tahun
0 59,5-63,5 63,5-67,5 67,5-71,5 71,5-75,5 75,5-79,5 79,5-83,5 Pelajaran 2012/2013 pada Siklus
NILAI II

Gambar 2. Histogram Peningkatan Prestasi


Pembahasan hasil awal diperoleh nilai rata-rata
Belajar Siswa Kelas VI Semester I peserta didik sebesar 63,24. Hasil tersebut jauh di
SD Negeri 10 Sumerta Tahun bawah KKM yang ditetapkan yaitu 70,00. Hasil
Pelajaran 2012/2013 pada Siklus I yang sangat rendah ini diakibatkan peneliti pada
awalnya mengajar belum menggunakan metode-
metode pembelajaran yang direkomendasi oleh
Kekurangan-kekurangan serta kelebihan- ahli-ahli dunia. Peneliti lebih banyak berceramah,
kelebihan yang ada pada siklus I adalah 1) belum bercerita yang bukan-bukan dan mengajar kurang
semua siswa aktif dalam mengikuti proses serius. Setelah dicek perolehan nilai anak, ada
pembelajaran; 2) dalam satu kelompok sebagian banyak anak memperoleh nilai di bawah KKM
anak hanya menonton temannya melakukan (70,00). Hasil ini sangat mengejutkan sehingga
kegiatan; 3) Dalam 1 kali pelaksanaan proses peneliti sebagai guru di SD Negeri 10 Sumerta
pembelajaran waktu yang tersedia kurang merasa terpanggil untuk memperbaiki proses
memadai. Kelebihan yang ada adalah: 1) Peneliti pembelajaran.
telah menerapkan model pembelajaran inquiri
dengan sebaik-baiknya; 2) Peneliti juga telah Hal tersebut membuat peneliti mencoba diskusi
mempersiapkan alat-alat bantu atau media kelompok kecil. Pada pelaksanaan siklus I
bervariasi. Semua kekurangan yang telah ternyata hasil yang diperoleh sudah mencapai
disampaikan itu akan dibenahi pada Siklus ke II. rata-rata 68,53. Namun rata-rata tersebut masih
Selanjutnya pada siklus II penyajian dalam bentuk juga di bawah indikator keberhasilan penelitian
histogram seperti Gambar 3. yang diharapkan walaupun dalam
pelaksanaannya peneliti telah berupaya secara
Penilaian yang dapat disampaikan terhadap maksimal seperti memotivasi siswa, memberi
seluruh kegiatan tindakan Siklus II ini bahwa penekanan-penekanan, memberi arahan-arahan
indikator yang dituntut dalam pembelajaran dan lain sebagainya. Kelemahan yang ada justru
dengan menggunakan model pembelajaran inquiri pada belum mampunya peneliti memahami
sudah berhasil diupayakan. Semua kekurangan- secara mendalam kebenaran dari teori metode
kekurangan yang ada sebelumnya sudah diskusi kelompok kecil yang digunakan dalam
diperbaiki pada siklus ini, semua indikator yang mengajar.
dituntut untuk diselesaikan tidak ada lagi yang
tertinggal. Hasil yang diperoleh pada Siklus II ini Kekurangan pada pelaksanaan penelitian di siklus
menunjukkan bahwa penelitian ini tidak perlu I, akhirnya peneliti merasa perlu untuk
dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya. Tuntutan memperbaiki proses pembelajaran agar diperoleh
4
hasil yang lebih maksimal. Untuk itu pada siklus II sudah terjawab. Itu berarti bahwa hipotesis
diupayakan proses pembelajaran berjalan lebih penelitian yang diajukan dapat diterima.
baik dengan membuat perencanaan yang lebih
matang, merumuskan tujuan, mengorganisasi Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian
materi lebih baik, mengupayakan agar materi tersebut, dapatlah kiranya disarankan sebagai
berhubungan dengan kehidupan siswa sehari- berikut : 1) Mengupayakan sedapat mungkin
hari. Setelah melakukan perencanaan yang penerapan metode pembelajaran untuk
matang, berlanjut dengan melakukan merangsang rasa ingin tahu dari siswa, untuk
pembelajaran yang lebih maksimal dengan giat melatih daya nalar dan sikap kritis mereka, untuk
memberi motivasi, giat memberi arahan-arahan, membangkitkan motivasi belajar mereka, serta
menuntun agar siswa giat belajar, memberi untuk memberikan pengalaman belajar yang
contoh soal yang lebihbanyak, mudah terlebih berharga bagi mereka, dengan cara
dahulu sebelum melanjutkan pada soal yang lebih menghadapkan mereka pada permasalahan-
sulit. Dengan soal-soal yang lebih mudah dapat permasalahan hidup nyata yang terjadi di
dijawab maka mereka akan mendapat kepuasan sekeliling mereka, dan dengan memberikan
awal yang akan berpengaruh terhadap tantangan kepada mereka untuk turut serta ambil
keberhasilan selanjutnya. bagian dalam upaya pemecahan masalah-
masalah tersebut. Sehingga dengan begitu, siswa
Metode diskusi kelompok kecil diupayakan dalam akan merasakan kebermaknaan dari apa yang
pembelajaran mengikuti langkah-langkah secara sedang dipelajari, dan belajar benar-benar
teori yang benar. Pelaksanaan yang sudah dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan
maksimal pada siklus II ini mampu meningkatkan tidak sebaliknya sebagai sesuatu yang
prestasi belajar peserta didik mencapai nilai rata- menjemukan dan membosankan; 2) Selanjutnya
rata 77,00. Ternyata nilai tersebut sudah untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan
melampaui indikator keberhasilan penelitian yang bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
diusulkan, sehingga penelitian ini dikatakan sudah lanjutan guna memverifikasi data hasil penelitian
berhasil untuk meningkatkan prestasi belajar ini.
siswa khususnya siswa kelas VI SD Negeri 10
Sumerta. Daftar Pustaka

4. Simpulan dan Saran Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta.
Penelitian yang dilakukan dimaksudkan untuk Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan
membantu siswa meningkatkan kemampuan yang Proses Belajar-Mengajar. Jakarta:
diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin Direktorat Pendidikan Menengah
dicapai. Dari hasil kegiatan pembelajaran yang Umum.
telah dilakukan selama dua siklus, dan Harahap, Nasrun. 1996. Evaluasi Hasil
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis Belajar. Jakarta: Bulan Bintang.
yang telah dilakukan dapat disampaikan simpulan Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK
sebagai berikut : 4307. Pemantapan Kemampuan
Mengajar. Jakarta: Universitas
Pembelajaran dengan penerapan metode Terbuka.
pembelajaran diskusi kelompok kecil memiliki Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode
dampak positif dalam meningkatkan prestasi Penelitian Tindakan Kelas untuk
belajar PKN siswa di SD Negeri 10 Sumerta yang Meningkatkan Kinerja Guru dan
ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar Dosen. Bandung: Remaja
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus awal Rosdakarya.
29,41%, siklus I 55,88% dan siklus II 94,12%.
Selain hal tersebut penerapan metode
pembelajaran diskusi kelompok kecil berpengaruh
pula meningkatkan kembali materi ajar yang telah
diterima siswa selama ini, sehingga mereka
merasa siap untuk menghadapi pelajaran
berikutnya.

Dengan data yang disampaikan di atas maka


rumusan masalah dalam penelitian yang diajukan

5
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus (Kolase) Anak Kelompok B TK Kumara Santhi Negari
Melalui Metode Demonstrasi Dengan Media Kapas dan Benang Wol Semester 2
Tahun Pelajaran 2012/2013

Ni Nyoman Suparti
TK Kumara Santhi Negari Kecamatan Banjarangkan Klungkung

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di TK Kumara Santhi Negari Kecamatan Banjarangkan
Klungkung yang bertujuan (1). untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus dengan penerapan
metode demonstrasi melalui media kapas dan benang wol (kolase) dan (2) untuk mengetahui besarnya
peningkatan kemampuan motorik halus dengan penerapan metode demonstrasi melalui media kapas dan
benang wol (kolase). Subjek penelitian berjumlah anak 14 orang. Masalah yang ditangani dalam penelitian
ini adalah ditemukan rendahnya kemampuan motorik halus dalam pembuatan kolase pada anak-anak
kelompok B TK Kumara Santhi Negari ini, sehingga guru sekaligus peneliti mencoba penerapan metode
demonstrasi melalui media kapasm dan benang wol. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari lima kali
pertemuan, pelaksanaan tindakan tiap siklus meliputi empat kegiatan pokok yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi /evaluasi dan refleksi. Sebelum tindakan dilaksanakan rata-rata
kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Kumara Santhi Negari berada dalam kategori rendah
dengan satu bintang (*) atau perlu bimbingan dan pendampingan yang intensif. Setelah tindakan siklus I
menunjukkan adanya peningkatan perkembangan kognitif anak ada pada kategori cukup baik yaitu bintang
dua (**) dan hasil setelah dilaksanakan tindakan siklus II perkembangan kognitif anak mengalami
peningkatan yaitu ada pada kategori sangat baik yaitu bintang tiga (***). Besarnya peningkatan kemampuan
motorik halus anak kelompok B TK Kumara Santhi Negari yaitu sebelum dilaksanakan tindakan 21% anak
masih rendah dalam kemampuan motorik halus dalam pembuatan kolase, setelah dilaksanakan tindakan
siklus I kemampuan mororik halus meningkat denga kategori cukup baik sebesar 50%, meningkat sebesar
29%. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II 85,71%, dan terdapat peningkatan 35,71%. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran dengan media kapas dan benang wol
dalam membuat kolase dapat meningkatkan kemamapuan motorik halus anak kelompok B TK Kumara
Santhi Negari Kecamatan Banjarangkan Klungkung semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Kata Kunci :
Kemampuan motorik halus, demonstrasi, dan media kapas dan benang wol.

1 Pendahuluan ketelitian, kesabaran, kejelian dan paling utama


ketrampilan.
Pembuatan kolase merupakan bagian dari
kegiatan pembelajaran di TK untuk meningkatkan Berdasarkan pengamatan di kelas dalam kegiatan
perkembangan motorik halus anak, sehingga kolase anak-anak TK sebagian besar mengalami
dengan kegiatan membuat kolase anak-anak kesulitan, dan anak-anak merasa bosan dengan
dapat melatih kesabaran, ketelitian, kejelian, kegiatan kolase, sehingga hasil pembuatan
kebersamaan, dan terutama melatih koordinasi kolase pun tidak sesuai dengan tujuan yang ingin
gerak tangan. Koordinasi gerak tangan anak perlu dicapai. Pada umumnya anak-anak usia TK
dilatih agar gerakan tangan anak terbiasa dengan menyukai sesuatu yang indah dan menarik. Oleh
hal-hal baik. Apabila dilihat dari fisiknya, kerajinan sebab itu agar anak-anak menyukai kegiatan
kolase ditinjau dari seni rupa tidak banyak kita kolase dan tidak kesulitan dalam pembuatan
temukan mengenai ungkapan ekspresinya. kolase, pendidik harus dapat menyediakan
Bahkan pengerjaan kolase lebih mengutamakan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
ketrampilan fisik tentang kerja yang membutuhkan membuat kolase, yaitu bahan yang disukai anak-
anak. Bahan yang digunakan untuk membuat
6
kolase di sekolah disesuaikan dengan tingkat Penelitian ini diharapka bermanfaat baik secara
perkembangan anak. teoritis maupun praktis: 1) Manfaat Penelitian
secara Teoritis. Penelitian tindakan kelas (PTK)
Untuk mewujudkan hasil belajar yang diinginkan ini merupakan wadah yang baik untuk
sesuai dengan kemampuan anak dan sesuai mengimplementasikan teori-teori dalam
dengan tujuan pembelajaran dibutuhkan seorang peningkatan mutu pendidikan. Penelitian ini juga
guru yang profesional yang dapat menguasai diharapkan dapat menambah referensi pustaka
materi pembelajaran dan mengerti karakteristik bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
serta perkembangan anak. Dengan metode yang pengembangan kemampuan motorik halus
tepat dan media yang disukai anak juga (kolase) pada anak khususnya pada anak taman
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar anak kanak-kanak. 2) Manfaat Penelitian secara Praktis
dalam kegiatan kolase. (1). Manfaat bagi Anak, (2). Manfaat bagi guru,
Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang dan (3). Manfaat bagi sekolah (TK.
di atas, masalah yang di identifikasikan adalah
(1) Sebagian anak kesulitan dalam melakukan Kajian Empiris. Beberapa ahli mengemukakan
kegiatan kolase dengan berbagai media. pendapatnya antara lain; Moelichatoen (1999)
(2) Keengganan anak melakukan kegiatan mengemukakan bahwa perkembangan motorik
motorik halus dalam membuat kolase dengan adalah proses seorang anak belajar untuk
berbagai media. Masalah kurangnya hasil belajar terampil menggerakkan amggota tubuh. Untuk itu
anak pada indikator tersebut disebabkan karena anak belajar dari guru tentang beberapa pola
metode pembelajaran yang digunakan kurang gerakan yang dapat mereka lakukan yang dapat
tepat dan media yang digunakan kurang menarik. melatih ketangkasan, kecepatan, kekuatan,
Masalah tersebut akan dicoba dipecahkan melalui kelenturan, dan ketepatan koordinasi tangan dan
penggunaan berbagai media dengan metode mata. Sebelum melakukan langkah-langkah
demonstrasi dan pemberian tugas. penerapan metode-metode dalam peningkatan
perkembangan fisik motorik agar anak
Penelitian ini dibatasi hanyalah bagaimana berkembang optimal sesuai yang kita harapkan.
meningkatkan kemampuan motorik halus (kolase) 2) Kajian Teori. Buss dan Perry (Rita,1992: 105)
anak dengan diimplementasikan metode mengukakan tentang motorik anak adalah bentuk
demonstrasi dan penggunaan media kapas dan agresivitas anak yakni; kemarahan dan
benang wol. Masalah kurangnya hasil belajar kebencian. Agresif umumnya terjadi pada usia
anak pada indikator tersebut disebabkan karena anak TK adalah Hostile Aggression yaitu agresi
metode pembelajaran yang digunakan kurang yang ditujukan kepada orang lain akibat kesal
tepat dan media yang digunakan kurang menarik. atau marah kepada seseorang.

Rumusan masalah yang dapat dikemukakan Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan
dalam penelitian ini adalah (1)"Apakah dengan otot otot halus atau sebagian anggota tubuh
metode demonstrasi dapat meningkatkan tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
kemampuan metorik halus (kolase) anak belajar dan berlatih, tidak terlalu membutuhkan
kelompok B TK Kumara Santhi Negari semester 2 tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi
tahun pelajaran 2012/2013? (2) Berapa yang cermat serta ketelitian. Misalnya,
persenkah peningkatan kemampuan motorik kemampuan memindahkan benda dari tangan,
halus (kolase) anak kelompok B TK Kumara Snthi mencoret coret, menyusun balok, menggunting,
Negari semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 menulis, dan sebagainya. Perkembangan motorik
dengan penggunaan media kapas dan benang ini sangat penting agar anak bisa berkembang
wol dalam proses pembelajaran? Penelitian ini dengan optimal, pada masa ini usia anak antara
bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan 4-6 tahun.
metode demonstrasi dengan menggunakan media Menurut Muhibbin Syah, 2000 (dalam Metode
kapas dan benang wol dalam mengembangkan Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
kemampuan motorik halus (kolase) anak di Anak Usia Dini), Metode Demonstrasi adalah
Taman Kanak-kanak Kelompok B. Dengan metode mengajar dengan cara memperagakan
demikian tujuan penelitian adalah (1) mengetahui barang kejadian, aturan dan urutan melakukan
peningkatan kemampuan motorik halus (kolase) suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
anak dan (2) mengetahui besarnya peningkatan melalui penggunaan media pengajaran yang
kemampuan motorik halus (kolase) dengan relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
penggunaan media kapas dan benang wol dalam sedang disajikan. Senada dengan Muhbbin,
proses pembelajaran pada anak. Moeslichatoen, 2004 (dalam Metode
Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar
7
Anak Usia Dini) hal hal yang perlu diperhatikan situasi, atau benda tertentu yang sedang
dalam memberikan tugas kepada anak adalah: (1) dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan yang
Pemberian tugas adalah proses integral dalam sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan
kegiatan pengembangan, maka tujuan tugas metode Demonstrasi, proses penerimaan siswa
merupakan bagian penting sehingga tugas yang terhadap pelajaran akan lebih berkenan secara
diberikan dapat dilakanakan dengan sebaik- mendalam sehingga membentuk pengertian
baiknya. (2) Pemberian tugas tidak sekedar dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat
menyibukkan anak melainkan dapat memberikan mengamati dan memperhatikan apa yang
sumbangan terhadap tujuan belajar yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
diharapkan. (3) Pemberian tugas harus
memberikan pengenalan kepada anak untuk Berdasarkan beberapa pendapat yang telah
bekerja dengan lebih baik. (4) Pemberian tugas dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu
harus menantang pengembangan kreativitas, dan pengertian bahwa metode Demonstrasi adalah
(5) Pemberian tugas harus menumbuhkan suatu cara menyajikan bahwa pelajaran dengan
kesadaran diri sendiri bukan untuk pendidik. mempertunjukkan secara langsung obyeknya
atau cara melakukan suatu kegiatan atau
Dalam kegiatan mengajar adakalanya guru harus prosesnya.
mempertunjukkan sesuatu (mungkin sebuah
benda, mungkin suatu tingkah laku) kepada para Perlu pula kiranya diketahui bahwa metode
siswa, karena tanpa melakukan hal itu bahan Demonstrasi tidak hanya dapat digunakan dalam
pelajaran yang sedang diajarkan tidak mudah pelajaran IPA saja melainkan juga dalam semua
dimengerti para siswa. Biasanya,, apa yang mata pelajaran atau bidang seni lainnya. Menurut
dipertunjukkan itu tidak terbatas pada bentuk atau Pamadhi, Hajar dan Sukardi S. Evan (2008)
warna obyek yang sedang diajarkan. Seringkali Media adalah bahan yang dapat digunakan untuk
harus ditunjukkan, diperlihatkan atau menuangkan gagasan seseorang seperti kertas,
diperdengarkan kepada para siswa aspek-aspek kanvas, kain, papan tripleks, haid barel, keramik,
yang kecil-kecil sebagai komponen-komponen kaleng, plastik, spon, daun, pita, serta bahan yang
yang telah membentuk obyek itu. Abagian-bagian lainnya.
yang kecil-kecil perlu dipertunjukkan dengan Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
sengaja karena tanpa usaha itu para siswa tidak media adalah komponen sumber belajar siswa
akan mengamatinya dengan sungguh-sungguh. yang dapat mendorong siswa untuk belajar,
Peragaan atau demonstrasi seringkali perlu sehingga dapat mendorong anak untuk
diadakan mengingat akan daya tangkap siswa berimajinasi dan mengembangkan potensi yang
yang berbeda-beda yang satu dari yang lainnya. dimiliki melalui kegiatan bermain.
Sebagaimana diketahui dari segi psikologi, ada
siswa dari tipe visual, tipe auditif, dan tipe motoris, Media dalam arti arfiah, media adalah berasal dari
sesuatu bahan pelajaran akan lebih kuat bahasa latin Medius yang berarti tengah,
dicamkan jika dalam kepemilikannya dilakukan perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab,
dengan menggunakan alat indra. Pengertian media diartikan perantara atau pengantar pesan
metode Demonstrasi menurut Jusuf Djajadisastra, dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut
dkk (1989:11) mengemukakan bahwa metode Purnamawati dan Eldani 2001 (dalam Wijaya.
Demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan 2009) media merupakan segala sesuatu yang
pelajaran dengan mempertunjukkan secara dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
langsung obyeknya atau cara melakukan kegiatan pengirim ke penerima sehingga dapat
atau prosesnya. Sedangkan menurut pendapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
Nana Sudjana (2000:83) menyatakan bahwa minat siswa sesehingga terjadi proses belajar.
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang Senada dengan Purnamawati, Djamarah.
sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk 1995:136 (dalam Wijaya. 2009) media adalah alat
mencari jawaban dengan usaha sendiri bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
berdasarkan fakta (data) yang benar. penyalur pesan guna mencapai tujuan
Demonstrasi yang dimaksudkan ialah suatu pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran
metode mengajar yang memperlihatkan ketrampilan ataupun seni, media adalah alat
bagaimana proses terjadi sesuatu. Lebih lanjut untuk menuangkan semua pikiran, imajinasi,
Syaiful Bahri Djamariah & Aswan Zain kreativitas, dan ide yang ada dalam benak anak
(1996:102) mengemukakan bahwa metode seperti kertas untuk menggambar, kanvas, kardus
Demonstrasi adalah cara penyajian bahan bekas, kain dan bahan lain yang masih bisa
pelajaran dengan meragakan atau digunakan. Selain itu setiap proses pembelajaran
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, memiliki kesulitan yang berbeda tergantung pada
8
tingkat perkembangan anak, oleh karena nya anak meningkat, dan sekaligus meningkatkan
ketelitian guru memilih dan menggunakan media kualitas pendidikan.
sebagai alat banti untuk menunjang kelancaran
proses pembelajaran sangat diperlukan. Media 2. Metodologi Penelitian
atau alat peraga harus disesuaikan dengan
program kegiatan yang dibutuhkan oleh Metode demonstrasi adalah metode yang dapat
kemampuan anak supaya dapatmem permudah digunakan dalam pembelajaran kolase karena
menyampaikan materi dan penyerapan terhadap pendidik tidak cukup hanya menjelaskan secara
kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk anak. lisan saja, tetapi anak TK lebih mudah
mempelajarinya dengan cara meniru seperti apa
Manfaat media yang dikemukakan oleh Harjanto yag dilakukan oleh gurunya. Dengan metode
adalah sebagai berikut (1) Memperjelas penyajian demonstrasi ini guru dapat menunjukkan,
pesan agar tidak terlalu verbalisme, (2) Mengatasi mengerjakan dan menjelaskan apa yang sedang
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, (3) dilakukan.
Dengan menggunakan media pembelajaran
yhang tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis
pasif siswa, dan (4) Dapat menimbulkan persepsi penelitian yang dilakukan oleh peneliti berupa
yang sama terhadap suatu masalah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu
kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas dalam
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldani. arti luas. Suharsimi Arikunto (2006 : 2 )
2001:4 (dalam Wijaya.2009) manfaat media memandang Penelitian Tindakan Kelas sebagai
pembelajaran adalah; (1) Menampilkan obyek bentuk penelitian yang bertujuan untuk
yang terlalu besar, missal nya pasar, candi, (2) meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga
Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati penelitian harus menyangkut upaya guru dalam
dengan mata telanjang, (3) Memperlihatkan bentuk proses pembelajaran. PTK, selain
gerakan yang terlalu cepat, (4) Memungkinkan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar, juga
siswa dapat berinteraksi langsung dengan untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses
lingkungannya, (5) Membangkitkan motivasi pembelajaran. Dengan kata lain, PTK bukan
belajar, (6) Memberi kesan perhatian individu hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab
untuk seluruh anggota kelompok belajar, (7) dari berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi
Menyajikan informasi belajar secara konsisten yang lebih penting adalah memberikan
dan dapat diulang maupun disimpan menurut pemecahan berupa tindakan untuk mengatasi
kebutuhan, (8) Menyajikan informasi belajar masalah.
secara serempak (mengatasi waktu dan ruang),
dan (9) Mengontrol arah maupun kecepatan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PTK
belajar siswa. Cucu Eliawati, 2005:112 adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk
memberikan tip dalam pemanfaatan media untuk mengatasi masalah-masalah yang ada dalam
anak usia dini, antara lain; (1) Penggunaan media proses pembelajaran dan upaya meningkatkan
pendidikan bukan merupakan fungsi tambahan proses serta hasil belajar.
tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana
bantu untuk mewujudkan proses pendidikan yang Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanan
lebih efektif, (2) Media pendidikan merupakan (TK) Kumara Santhi Negari
bagian integral dari seluruh proses pendidikan, (3) Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung.
Media pendidikan berfungsi mempercepat proses Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari Juni
belajar, (4) Media pendidikan berfungsi untuk 2013 (semester 2 tahun pelajaran 2012/2013).
meningkatkan kualitas proses pendidikan, dan (5) Subjek penelitian adalah anak-anak kelompok B
Media pendidikan dalam penggunaannya harus TK Kumara Santhi Negari yang berjumlah 14
relevan dengan tujuan dan isi pesan pendidikan. orang, terdiri dari 6 orang laki-laki dan 8 orang
Hal ini mengandung makna bahwa penggunaan perempuan. Kondisi belajar kondusif, anak-anak
media dalam pendidikan harus melihat kepada kelompok B ini dipilih sebagai subjek penelitian
tujuan atau kemampuan yang diharapkan dan karena kondisi anak-anak kelompok B tersebut
bahan ajar. bermasalah dalam kemampuan motorik halus
(kolase) nya rendah, sesuai dengan identifikasi
Dari beberapa pendapat tentang media masalah yang dipaparkan di atas. Rancangan
pembejaran yang di uraikan di atas, maka dapat penelitian akan dilakukan melalui siklus-siklus,
disimpulkan bahwa media pembelajaran setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu; 1)
digunakan untuk mempermudah menyampaikan Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan,
materi agar anak lebih mengerti, hasil belajar 3) Observasi dan evaluasi tindakan, dan 4)
9
Refleksi siklus. Dengan keunggulan penelitian Nilai=
tindakan kelas ini diharapkan ke 14 orang anak
kelompok B TK Kumara Santhi Negari semester 2 (Jumlah skor yang diperoleh)
tahun pelajaran 2012/2013 kemampuan motorik x 100%
halus membuat kolase dapat meningkat. Dengan Jumlah skor maksimal
penerapan metode demonstrasi dan dengan
penggunaan media kapas dan benang wol
kemampun motrik halus anak dapat dilakukan Untuk memperoleh hasil klasikal digunakan
melalui perbaikan pembelajaran dengan tingkat- rumus:
tingkat pembelajaran yang dirancang.
Nilai =
Pada tahap ini akan dilakukan pembelajaran (Jumlah siswa tuntas individual )
x 100%
dengan beberapa Rencana Kegiatan Harian Jumlah seluruh skor
(RKH) dengan penerapan metode demonstrasi
melalui penggunaan media kapas dan benang wol Analisa tindakan digunakan untuk mengetahui
dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang tingkat keberhasilan tindakan per item, sebagai
jelas tentang kemampuan motorik halus anak dasar melakukan evaluasi tindakan. Standar
membuat kolase. Untuk mendapatkan tentang perolehan per item diharapkan dapat mencapai
pembelajaran menerapkan metode demonstrasi 20%.
melalui penggunaan media kapas dan benang wol
melalui tahapan dalam siklus penelitian. Adapun 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
tahap yang dilaksanakan dalam siklus adalah
sebagai berikut: 1) Tahap perencanaan tindakan, Berdasarkan analisis di atas dapat dikatakan
2) Tahap pelaksanaan tindakan, 3) Observasi bahwa masih terdapat 78,57% anak masih belum
tindakan dan evaluasi, dan 4) Refleksi siklus. mencapai ketuntasan belajar seperti yang
Analisis Data diharapkan peneliti yang mengacu kepada
kurikulum sekolah. Ke 14 orang (78,57%) anak
Dalam memperoleh data untuk mengetahui inilah perlunya mendapatkan tindakan yang
keberhasilan pada indikator tindakan diberikan mengacu pada metode pembelajaran yang paling
angka I (satu) jika jawabannya ya dan 0 (no!) jika tepat digunakan dan menggunakan media yang
jawabannya tidak. Dan untuk mengetahui sesuai dengan karakteristik anak seusianya.
indikator hasil belajar digunakan tanda * (bintang) Siklus I hal ini menunjukkan adanya peningkatan
pada lembar tanya jawab dan lembar kompetensi ketuntasan belajar menjadi 50%, dan terdapat
bidang pengembangan kognitif, dengan ketentuan peningkatan 29% (Siklus I 50%-sebelum tindakan
tanda bintang 1(*) diberikan kepada anak yang 21%). Namun secara umum sudah terdapat 7
tidak menyelesaikan tugas/tidak memberikan orang anak yang mengalami peningkatan hingga
respon, bintang 2 (**) bagi anak yang mencapai ketuntasan belajar individu. Siklus II
menyelesaikan tugas/memberi respon dengan sudah dilakukan oleh anak sehingga hasilnya
bantuan guru, bintang 3 (***) bagi anak yang diperoleh rata-rata 92, 86%, oleh karena itu sudah
menyelesaikan tugas/ memberi respon dengan dianggap tuntas dan melampaui standar capaian
sedikit bantuan guru, dan bintang 4 (****) bagi minimal 75%.
anak yang dapat menyelesaikan tugas tanpa
bantuan guru/orang lain. 4. Simpulan dan Saran
Adapun dalam upaya mendapatkan data tentang Salah satu bentuk satuan pendidikan prasekolah
aktivitas pembelajaran dilakukan berdasarkan di jalur pendidikan sekolah adalah Taman Kanak-
hasil pengarnatan observer, dimana masing- kanak. Eksistensi dan esensi lembaga pendidikan
masing observer memberikan tanda cecklist Taman Kanak-kanak ini dalam kerangka
(centang) pada kolom kriteria yang disediakan pembangunan Pendidikan Nasional secara resmi
sebagai lembar pengamatan. diakui dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 27
Analisis hasil belajar digunakan untuk menghitung tahun 1990. Menurut PP No. 27 tahun 1990,
kompetensi bidang pengembangan kognitif. Anak "Penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-
dikatakan memiliki kemampuan pada proses kanak dimaksudkan untuk membantu meletakkan
pembelajaran bila telah mencapai : 3, dan suatu dasar kearah perkembangan sikap, perilaku,
kelas dikatakan tuntas jika mencapai 75 %. pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta yang
Adapun untuk memperoleh nilai individu diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan
digunakan rumus :

10
diri dengan lingkungannya, serta untuk pada saat pembelajaran (3). Kemampuan
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. pembuatan kolase anak-anak TK kelompok B
sudah cukup optimal/baik sesuai dengan yang
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini mampu diharapkan.(4). Kemampuan motorik halus anak
meningkatkan kemampuan anak dalam membuat meningkat sebesar 35,71% pada kegiatan
kolase dengan berbagai media. Adanya tindakan siklus II, penelitian dihentikan karena
pembelajaran ini, anak dapat melatih kemampuan capaian sudah sesuai dengan harapan. (5).
motorik halus anak dan mengembangkan Pembelajaran dengan metode demonstrasi dan
kreativitas anak. Selain itu, guru pun dapat dengan media pembelajaran kapas dan benang
mengetahui apakah anak sudah mampu untuk wol untuk media kolase sangat positif dapat
membuat kolase, dan untuk mengetahui sejauh meningkatkan kemampuan motorik halus anak di
mana pemahaman siswa terhadap materi kolase kelompok B TK Kumara Santhi Negari semester 2
dengan berbagai media. Tindakan ini hanya tahun pejaran 2012/2013.
dilakukan dalam satu hari, karena tujuan yang
diinginkan telah tercapai dan kemampuan anak Daftar Pustaka
mengalami peningkatan. Keberhasilan anak
mencapai kemampauan motorik halus yang Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian
mencapai 35,71% merupakan kemampuan yang Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta :
sudah optimal dilakukan peneliti, guru, dan anak- Jakarta.
anak. Tercapainya kenaikan kemampuan motorik Adisusilo, Taufik. 2011, Calistung, Jogjakarta,
halus anak ini kemungkinan disebabkan oleh HakCipta
karena (1) Perhatian anak lebih dipusatkan pada Asrori, Mohammad, 2008, Penelitian Tindakan
guru, (2) Anak lebih mengerti dan paham cara Kelas, Bandung: WacanaPrima.
membuat kolase yang benar, (3) Penggunaan Departemen Diknas. 2004. Kurikulum 2004
media kertas yang berwarna cerah dan menarik Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan
menambah minat anak pada kegiatan kolase, (4) Raudhatul Athfal. Jakarta.
Kertas yang tidak mudah sobek memudahkan Depdiknas. 2005. Pedoman Penggunaan Silabus
anak dalam mengerjakan tugas, (5) Koordinasi di Taman Kanak-Kanak.
tangan anak lebih baik dan lebih terlatih, (6) Depdiknas.2004. Pedoman Penilaian di Taman
Seorang guru yang profesional dan menguasai Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas
materi pembelajaran, dan (7) Media yang Depdiknas. 2007. Persiapan Membaca dan
berwarna cerah dan berwarna-warni sehingga Menulis Melalui Permainan. Jakarta:
anak merasa senang. Kesimpulan Depdiknas
Depdiknas. 2007. Pengembangan Model
Kegiatan kolase merupakan bagian dari Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak.
pengembangan seni yaitu indikator kolase dengan Jakarta: Depdiknas.
berbagai media. Alternatif pengembangan kolase Haryadi. 2007. Retorika Membaca Model, Metode
selain meningkatkan ketrampilan anak juga dapat dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.
melatih emosi anak agar lebih sabar dalam Pamadhi dan Sukardi. 2008. Seni Keterampilan
melakukan suatu kegiatan. Dapat juga Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam Sadiman, Arif. 2007. Media pendidikan
menjelaskan informasi kepada anak suatu Pengertian, Pengembangan, dan
kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan Pemanfatan. Jakarta: Grafindo.
kolase dengan metode demonstrasi dapat Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
meningkatkan daya pikir anak dalam Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
meningkatkan kemampuan mengenal, mengingat, Jakarta: Kencana Prenada Media.
dan berpikir. Berdasarkan pelaksanaan penelitian Sudjana dan Ahmad Rifai. 2007. Media
yang dilakukan pada pengembangan seni dan Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
fisik motorik halus kegiatan kolase dengan Algensindo.
berbagai media melalui metode demonstrasi Sumatri dan Nana Syaodih. 2008. Perkembangan
dengan media ,kapas dan benang wol, penulis Peserta Didik. Jakarta: Universitas
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Terbuka.
(1). Dengan metode yang tepat dapat Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan
memudahkan anak untuk memahami Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
pembelajaran kolase dengan baik (2). Dengan Usman, M. Uzer. 2008. Menjadi Guru Profesional.
pemilihan alat peraga yang tepat, membantu anak Bandung: Remaja Rosdakarya.

11
PRESTASI BELAJAR PKN DITINGKATKAN MELALUI PENEKANAN YANG LEBIH GIAT PADA
KEGIATAN TANYA JAWAB MULTIARAH

Ida Ayu Dewi Candrawati


SD Negeri 12 Kesiman

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 12 Kesiman di Kelas IV yang kemampuan siswanya dalam mata
pelajaran PKN masih rendah. Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui
apakah metode tanya jawab multiarah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan
datanya adalah tes prestasi belajar. Metode analisis datanya adalah deskriptif. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah metode tanya jawab multiarah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Ini terbukti
dari hasil yang diperoleh pada awalnya 65,20 pada siklus I menjadi 67,51 dan pada siklus II menjadi 76,85.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah metode tanya jawab multiarah dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.

Kata Kunci: Prestasi Belajar, Tanya Jawab Multiarah

1. Pendahuluan pendidikan yaitu pada mata pelajaran PKN, sangat


perlu dilakukan perbaikan cara pembelajaran.
Rendahnya prestasi belajar siswa bisa saja Salah satunya adalah perbaikan pembelajaran
disebabkan oleh rendahnya kemauan guru untuk dengan menggunakan metode tanya jawab
menerapkan model dan strategi pembelajaran multiarah. Metode ini berpijak pada dasar
yang benar yang bisa membuat siswa aktif dalam pemikiran bahwa semua manusia dilahirkan
belajar. Masih banyak guru lebih cenderung dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah
berperan sebagai penyampai materi ajar terpuaskan, serta mempunyai alat-alat yang
ketimbang sebagai seorang guru sejati yang diperlukan untuk memuaskannya. Pembelajaran
seharusnya bertugas sebagai pendidik dan dengan menerapkan metode tanya jawab
pengajar. Hal tersebut terjadi akibat multiarah sebagai salah satu model, strategi, dan
rendahnyakemauan guru menyiapkan bahan yang pendekatan pembelajaran khususnya menyangkut
lebih baik, termasuk kemauan guru itu sendiri keterampilan guru dalam mematangkan materi
untuk menerapkan metode-metode ajar yang lebih lewat tanya jawab. Dengan cara tersebut
konstruktivis. Selain itu, guru kurang berkeinginan penelitian ini mampu menciptakan suasana
untuk mengembangkan keterampilan mengajar pembelajaran yang efektif dan menggairahkan.
yang dapat menarik perhatian siswa dan Semua penjelasan di atasdiupayakan sebagai
merangsang siswa lebih aktif dalam belajar. solusi dalam mengatasi masalah prestasi belajar
siswa yang masih rendah.
Pengamatan peneliti terhadap siswa kelas V pada
semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 ternyata Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
masih sangat rendah dengan pencapaian rata-rata dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
65,20. Hasil ini jauh di bawah KKM mata pelajaran Apakah metode tanya jawab multiarahdapat
PKN di sekolah ini yaitu 70,00. Adanya meningkatkan prestasi belajarPKN siswa kelas V
kesenjangan antara harapan-harapan yang telah SD Negeri 12 Kesiman? Yang dapat disampaikan
disampaikan dengan kenyataan lapangan sangat sebagai tujuan penelitian ini adalah untuk
jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki mutu mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi
12
belajar siswa setelah diterapkan metode tanya untuk: a) meninjau ulang pelajaran atau ceramah
jawab multiarah.Manfaat teoritis : a) Bagi penulis, yang lalu agar peserta didik dapat memusatkan
penerapan metode ini mampu mengupayakan perhatiannya pada jenis dan jumlah kemajuan
siswa memperdalam materi dengan melihat yang telah dicapai sehingga mereka dapat
kondisi nyata di lapangan, sehingga mampu lebih melanjutkan pelajarannya, b) menyelingi
memahami pola pikir dan kemampuan peserta pembicaraan agar tetap mendapat perhatian
didik dalam menerima pelajaran yang sesuai peserta didik atau dengan perkataan lain untuk
dengan tingkat perkembangan mereka; b) Bagi mengikutsertakan mereka, c) untuk mengarahkan
akademisi/lembaga pendidikan dapat dijadikan pengamatan dan pemikiran mereka.Walaupun
sumber informasi dan referensi bagi metode tanya jawab cukup baik digunakan untuk
pengembangan metode dalam penelitian sejenis. mencek pemahaman siswa namun kadang-kadang
Manfaat Praktis : a) Bagi siswa, dengan tanya jawab akan memerlukan cukup banyak
pendekatan metode ini maka pembelajaran lebih waktu apabila tanya jawab itu keluar dari materi
ditekankan pada pemberian pengalaman belajar yang diberikan akibat adanya siswa yang
bermakna dengan mengaitkan materi pelajaran menyampaikan pertanyaan yang mengakibatkan
dengan pengalaman nyata dalam kehidupan adanya masalah yang harus dibahasa lebih lanjut.
sehar-hari sehingga dapat menumbuhkan Apabia terjadi hal yang demikian maka sebagai
kemampuan berpikir, berbuat, dan bersikap positif guru harus cepat-cepat mencegah agar
untuk meningkatkan prestasi belajar; b) Bagi guru, pertanyaan tidak meluas dan berkembang ke hal-
metode ini dapat membantu untuk mengetahui hal di luar materi yang dibahas. Keuntungan dari
segi kesulitan yang dialami siswanya dalam metode tanya jawab adalah: a) guru mampu
memahami fakta, konsep atau prinsip pada mata memahami kemajuan siswanya, b) guru dapat
pelajaran yang diampu sehingga dapat dengan mengembangkan pertanyaan ke arah hal-hal yang
segera menggali ide-ide untuk membantu siswa belum dihampi betul dari materi yang diajar, c)
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya tanya jawab multiarah membuat peserta didik yang
serta dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas semua diam saja akan bergiliran untuk menjawab
mereka dalam belajar. pertanyaan yang disampaikan guru atau
pertanyaan yang disampaikan siswa lain karena
Kata prestasi belajar terbentuk dari dua suku kata dalam tanya jawab multiarah satu pertanyaan bisa
dasar yaitu prestasi dan belajar. Menurut WJS dilemparkan pada siswa yang diam saja.
Poerwadarminta (2004: 768) dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia prestasi adalah Hasil yang Tanya jawab multiarah atau istilah yang kurang
telah dicapai. Sedangkan menurut Muhibbin Syah umum adalah tanya jawab tiga arah, lebih
(2000 : 150) bahwa prestasi adalah Hasil belajar membuat peserta didik aktif karena pertanyaan itu
yang meliputi seluruh ranah psikologis yang bisa muncul dari guru, kemudian pertanyaan itu
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses setelah dijawab oleh seorang siswa, guru langsung
belajar siswa.Prestasi belajar pada hekekatnya melempar ke siswa yang lain. Jadi apabila ini
adalah hasil yang dicapai setelah terjadinya sering dilakukan guru, maka setiap siswa harus
komunikasi edukatif dari hubungan timbal balik ekstra aktif karena satu pertanyaan akan
antara dua hal atau lebih atau pribadi-pribadi yang mengenai semua siswa, baik yang sering diam
sama, dengan tujuan mengarahkan pada satu saja, maupun yang kurang giat untuk belajar.
tujuan tertentu yang akan dicapai. Mohammad Keuntungan lain dari tanya jawab multiarah adalah
Surya (2004), mengatakan bahwa faktor-faktor peserta didik dapat mendengar jawaban-jawaban
yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari satu siswa, mereka mendengar juga dari
dari berbagai sudut pandang, antara lain dari sudut jawaban yang siswa yang lain. Jadi satu
si pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari pertanyaan itu akan dijawab oleh beberapa siswa
sudut situasi belajar. Bila kita coba lihat lebih yang akan mampu mematangkan pengetahuan
dalam dari pendapat di atas, maka prestasi belajar siswa atau mampu membuat penguatan dalam diri
dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor dari si siswa karena mereka mendengar dari beberapa
pebelajar sendiri atau faktor dalam diri siswa dan arah beragam jawaban yang berbeda-beda
faktor luar. Faktor dalam diri siswa seperti IQ, setelah beberapa siswa menyampaikan
motivasi, etos belajar, bakat, keuletan, dan lain- jawabannya maka barulah guru memberi jawaban
lain sangat berpengaruh pada prestasi belajar yang benar.
siswa.
Hipotesis penelitian ini adalah: Jika metode tanya
H. Martinis Yamin (2013: 154) menjelaskan bahwa jawab multiarah diterapkan dengan langkah-
metode tanya jawab dapat dinilai sebagai metode langkah yang benar maka prestasi belajar PKN
yang tepat, apabila pelaksanaannya ditujukan siswa kelas V semester I tahun pelajaran
13
2013/2014 di SD Negeri 12 Kesiman akan dapat ahli pendidikan yaitu Hopkins. Prosedur yang
ditingkatkan. dilakukan tentu mengikuti alur gambar tersebut
dan tidak main-main atau tidak semau gue. Oleh
2. Metodologi Penelitian karenanya maka prosedur yang dilakukan mulai
dengan perencanaan, tindakan/observasi, refleksi
Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini dilakukan dengan perbaikan rencana. Begitu
bertempat di SD Negeri 12 Kesiman yang terletak seterusnya dilakukan berulang-ulang sampai
di kawasan Denpasar Timur. Rancangan penelitian penelitian tindakan kelas tersebut berhasil yaitu
yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Oleh terjadinya peningkatan prestasi belajar PKN siswa
karenanya, rancangan yang khusus untuk sebuah kelas V di SD Negeri 12 Kesiman.
penelitian tindakan sangat diperlukan. Penelitian
tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi dalam PTK ini, sumber informasi untuk penelitian
selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. perlu ditentukan dengan maksud untuk
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini mendapatkan data penelitian yang diinginkan.
dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai Dalam penelitian ini, yang ditetapkan sebagai
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 6- subjek penelitian adalah semua siswa kelas V SD
7). Negeri 12 Kesiman semester I tahun pelajaran
2013/2014 yang berjumlah 41 siswa. Objek
Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian yang digunakan adalah peningkatan
penelitian tindakan yang disampaikan oleh prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode
Hopkins seperti Gambar 1. tanya jawab multiarah dalam pembelajaran. Waktu
berlangsungnya penelitian tindakan kelas dari
bulan Juli 2013 sampai dengan Nopember 2014.
Cara pengumpulan data penelitian ini adalah tes
prestasi belajar. Analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan metode deskriptif
Perencanaan
kuantitatif. Indikator keberhasilan yang diusulkan
dalam penelitian ini pada siklus I mencapai nilai
rata-rata 68,00 dan pada siklus II mencapai nilai
Refleksi rata-rata 70,00 atau lebih dengan ketuntasan
belajar minimal 80%.
Tindakan/ Perbaikan
Observasi
3. Hasil dan Pembahasan
Rencana

Uraian data hasil penelitian dimulai dari


perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
Refleksi refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek
keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu
Tindakan/ ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil
Perbaikan
Observasi Rencana pembahasan (kemajuan) pada diri siswa,
lingkungan, guru, motivasi dan aktivits belajar,
situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik
Refleksi dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan
perubahan yang terjadi disertai pembahasan
secara sistimatis dan jelas (Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, Supardi, 2006: 83).
Tindakan/ dan seterusnya
Observasi
Pada siklus I dilakukan perencanaan ; 1) mencek
jadwal yang akan dilaksanakan menggunakan
Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas model pembelajaran tematik ; 2) menyusun RPP
(Hopkins, 1993, dalam Suharsimi
mengikuti alur metode pemberian tugas dalam
Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006:
105).
kerja kelompok ; 3) menyiapkan sumber-sumber
belajar ; 4) menyiapkan media pembelajaran, 5)
membuat soal-soal. Penilaian yang berhubungan
Agar dalam penelitian ini tidak terlihat semaunya, dengan kompetensi dasar dalam pelaksanaannya
peneliti menggunakan rancangan yang dibuat oleh dilakukan : 1) membawa semua persiapan di
kelas; 2) menilai pelaksanaan pembelajaran
14
dengan pembelajaran pendahuluan, yaitu masuk
kelas mengucapkan salam, melakukan absensi, 11 11

FREKUENSI ABSOLUT
12
memotivasi siswa agar giat belajar, melakukan 10 9
apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran
serta cakupan materi yang sedang diajarkan; 3) 8
6 5
melakukan pembelajaran inti; 4) mencatat aktivitas 4
belajar siswa; 5) mencatat kreativitas siswa dalam 4
mengikuti pelajaran. Dalam pelaksanaan 2 1
penilaian/observasi dilakukan dengan pemberian
0
tes prestasi belajar yang dimulai dengan 62,5-65,5 68,5-71,5 74,5-77,5
menjelaskan beberapa hal yang penting, NILAI
dilanjutkan dengan penyebaran tes, pengawasan
yang ketat, mengumpulkan hasil yang sudah
dikerjakan dan selanjutnya mengoreksi hasil
pekerjaan peserta didik. Setelah diperoleh data Gambar 2. Histogram Siklus I
dari hasil penelitian Siklus I, maka dilakukan
refleksi dengan mencari rata-rata, median, modus.
Nilai rata-rata diperoleh 67,51. Median yang 10 10

FREKUENSI ABSOLUT
diperoleh dari data siklus I adalah : 70,00 10
8
sedangkan modusnya : 72,00, dilanjutkan grafik 8 7
Gambar 2.
6
Pada Siklus II juga dinilai dengan perencanaan, 4 3 3
pelaksanaan, observasi, refleksi. Yang dilakukan
2
dalam perencanaan adalah : 1) peneliti
merencanakan kembali jadwal siswa melakukan 0
71,5-75,5 79,5-83,5 87,5-91,5
pembelajaran di kelas dengan melihat jadwal
penelitian dan waktu dalam kalender pendidikan; NILAI TENGAH
2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
yang baik serta membuat instrumen pengumpulan
data; 3) instrumen pengumpulan yang dibuat Gambar 3. Histogram pada Siklus II
seperti instrumen-instrumen sebelumnya yang
meliputi instrumen observasi keaktifan belajar dan
instrumen tes prestasi belajar; 4) menyiapkan Kegiatan pelaksanaan penelitian ini sudah
media pembelajaranl 5) bersama guru merancang diupayakan secara maksimal. Hasil yang diperoleh
skenario penerapan pembelajaran melihat dari kegiatan penelitian ini menemukan beberapa
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I hal penting yang berkaitan dengan masalah
untuk peningkatan pembelajaran uraian tentang peningkatan prestasi belajar siswa di kelas V SD
pelaksanaan tindakan pada siklus II ini Negeri 12 Kesiman, dengan penerapan metode
disampaikan sebagai berikut : 1) pada hari yang tanya jawab multiarah. Dari hasil analisis yang
sudah ditentukan sesuai jadwal, peneliti memulai telah dilakukan, diperoleh kemajuan-kemajuan
tahap pelaksanaan tindakan dengan membawa yang sesuai harapan, yaitu : hasil awal yang baru
semua persiapan yang sudah dibuat, 2) peneliti mencapai 65,20 pada siklus I dapat ditingkatkan
membawa instrumen pengamatan, observasi, menjadi 67,51 dan pada siklus II dapat
keaktifan belajar dan instrumen tes prestasi. ditingkatkan menjadi 76,85.
Dalam observasi yang dilakukan adalah
memberikan tes kepada peserta didik. Tes ini 4. Simpulan dan Saran
diawasi dengan ketat untuk memperoleh data yang
valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil Mengenai rendahnya prestasi belajar diupayakan
yang diperoleh yaitu rata-rata 76,85, median 76,00 perbaikan mata pelajaran PKN sehingga dapat
dan modusnya adalah 68,00, dilanjutkan grafik disampaikan hasil sebagai berikut : a) Dari data
Gambar 3. awal ada 29 siswa mendapat nilai dibawah 70,00
dan pada siklus I menurun menjadi 20 siswa dan
siklus II hanya 5 siswa mendapat nilai dibawah
KKM (70,00); b) Nilai rata-rata awal 65,20 naik
menjadi 67,51 pada siklus I dan pada siklus II naik
menjadi 76,85; c) Dari data awal siswa yang tuntas

15
hanya 12 siswa (29,27%) sedangkan pada siklus I Yamin, H. Martinis. 2013. Strategi dan Metode
menjadi lebih banyak yaitu 21 siswa (51,22%) dan dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
pada siklus II menjadi cukup banyak yaitu 36 siswa Referensi (G.P.Press Group).
(87,80%). Tujuan pembelajaran telah sesuai
dengan hasil yang diharapkan dengan
mempergunakan metode tanya jawab multiarah.

Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian


tersebut, dapatlah kiranya disarankan sebagai
berikut : 1) Mengupayakan sedapat mungkin
penerapan metode pembelajaran untuk
merangsang rasa ingin tahu dari siswa, untuk
melatih daya nalar dan sikap kritis mereka, untuk
membangkitkan motivasi belajar mereka, serta
untuk memberikan pengalaman belajar yang
berharga bagi mereka, dengan cara
menghadapkan mereka pada permasalahan-
permasalahan hidup nyata yang terjadi di
sekeliling mereka, dan dengan memberikan
tantangan kepada mereka untuk turut serta ambil
bagian dalam upaya pemecahan masalah-
masalah tersebut. Sehingga dengan begitu, siswa
akan merasakan kebermaknaan dari apa yang
sedang dipelajari, dan belajar benar-benar
dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan
tidak sebaliknya sebagai sesuatu yang
menjemukan dan membosankan; 2) Selanjutnya
untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan
bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
lanjutan guna memverifikasi data hasil penelitian
ini.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.


2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muhibbin, Syah. 2004. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
PT.Remaja Rosda karya.
Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pembelajaran
dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.

16
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA

A A Istri Rai Muliartika


SMAN 7 Denpasar

Abstrak

Dalam rangka mengatasai permasalahan rendahnya prestasi belajar yang sedang dialami siswa kelas XI
SMA TP 45 pada semester 1, maka peneliti melakukan penelitian untuk memperbaikai kualitas proses
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilakukan melalui proses pengkajian berdaur (PTK) yang
meliputi empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan
refleksi (reflection). Pengambilan data dilakukan menggunakan tes prestasi belajar yang dianalisis secara
deskriptif. Dari hasil analis data, kesimpulan yang diperoleh dari pengkajian ini adalah penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Bukti yang diperoleh, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari data
awal sampai siklus II, yaitu data awal menunujukkan ketuntasan belajar baru mencapai 68,75%, pada siklus
I meningkat menjadi 75% dan di siklus II meningkat lagi menjadi 93,75%. Hal ini membuktikan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran telah mampu
meningkatakan prestasi belajar siswa dengan baik.

Kata Kunci. Model Pembelajaran Problem Based Learning, Prestasi Belajar

1. Pendahuluan kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik,


termasuk kemauann guru itu sendiri untuk
Proses pembelajaran di kelas akan menjadi efektif menerapkan model-model pembelajaran yang
apabila guru memahami peran, fungsi dan telah didapat di bangku kuliah. Penggunaan
kegunaan mata pelajaran yang diajarnya. model-model pembelajaran seperti model
Rendahnya prestasi belajar siswa dapat pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
disebabkan oleh kekurangan-kekurangan yang juga merupakan hal yang sangat penting dalam
dilakukan guru selama proses pembelajaran. upaya memajukan suatu bidang tertentu. Jadi,
Penyebabnya antara lain: kesibukan guru, model merupakan suatu struktur konseptual yang
keadaan rumah tangga, lingkungan dan yang lain- telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang
lainnya. Selain itu banyak pula disebabkan oleh dan sekarang diterapkan, terutama untuk
faktor dari dalam diri guru itu sendiri seperti membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang

17
yang belum begitu berkembang (Mark 1976 Learning adalah seperti diurutkan dalam
dalam ratna Wilis Dahar, 1989:5). Berdasarkan Gallagher et.al (1995) adalah : 1)Orientasi
uraian tersebut dapat diketahui hal-hal yang perlu siswa pada masalah, 2) Mengorganisasikan
dalam upaya meningkatkan pretasi belajar siswa siswa untuk belajar, 3) Membantu
seperti penguasaan metode-metode ajar; penyelidikan siswa, 4) Mengembangkan dan
penguasaan model-model pembelajaran; menyajikan hasil karya, 5) Menganalisis dan
penguasaan teori-teori belajar; penguasaan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
teknik-teknik tertentu; penguasaan peran, fungsi
serta kegunaan mata pelajaran. Apabila guru Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi
menguasai dan mengerti tentang hal-hal tersebut belajar sebagai hasil yang diperoleh berupa
dapat diyakini bahwa prestasi belajar peserta kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
akan rendah. Namun kenyataannya prestasi dalam belajar. Prestasi belajar Bahasa Indonesia
belajar siswa kelas XI di semester 1 tahun sama dengan prestasi belajar bidang studi yang
pelajaran 2012/2013 baru mencapai rata-rata lain merupakan hasil dari proses belajar siswa
73,06 dengan ketuntasan belajar baru mencapai dan sebagaimana biasa dilaporkan pada wali
68,75%. Hal ini jauh di bawah harapan, kelas, murid dan orang tua siswa setiap akhir
mengingat KKM mata pelajaran ini adalah 75, semester atau akhir tahun ajaran. Sardiman
sedangkan ketuntasan belajar yang dituntut (1998:25) menyatakan prestasi belajar sangat
adalah 80%. Kesenjangan terjadi antara harapan vital dalam dunia pendidikan, mengingat prestasi
harapan yang telah disampaikan dengan belajar itu dapat berperan sebagai hasil penilaian
kenyataan di lapangan jauh berbeda, dalam dan sebagai alat motivasi.
upaya memperbaiki mutu pendidikan utamanya
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, sangat Model pembelajaran Problem Based Learning
perlu kiranya dilakukan perbaikan cara diseting memiliki bentuk yang diawali dengan
pembelajaran. sebuah masalah dimana instruktur sebagai
pelatih, diakhiri penyajian dan kerja siswa, disini
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatasi guru sebagai pembimbing atau fasilitator dan
berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau siswa diupayakan berpikir untuk memecahkan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di masalahnya sendiri. Model ini menuntut
kelas. Manfaat penelitian ini adalah sebagai kemampuan guru sebagai motivator dan
acuan dalam memperkaya teori dalam rangka fasilitator, kemampuan mengajar kelompok kecil,
peningkatan kompetensi guru. Sedangkan secara guru merupakan kunci keberhasilan
praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1) pembelajaran, kelompok bisa lebih banyak 4-5
Bagi siswa, dapat meningkatkan prestasi belajar orang.
bahasa Indonesia dengan memanfaatkan model
pembelajaran Problem Based Learning. 2) Bagi Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
guru, menambah wawasan untuk meningkatkan adalah Model Pembelajaran Problem Based
profesionalisme guru dengan mengadakan Learning dapat Meningkatkan Prestasi Belajar
berbagai kegiatan ilmiah berupa penelitian dan Siswa Kelas XI IPS pada Semester 1 Tahun
penulisan karya ilmiah. 3) Bagi sekolah, ajaran 2012/2013 SMA TP 45 Denpasar.
khususnya SMA TP 45 Denpasar sebagai 2. Metodologi Penelitian
informasi yang berharga bagi teman-teman guru,
kepala sekolah dalam rangka bersama-sama Penelitian ini dilakukan di SMA TP 45 Denpasar.
memperbaiki kualitas pembelajaran dan mutu Untuk penelitian ini peneliti memilih rancangan
pendidikan. penelitian tindakan yang disampaikan oleh Mc.
Kernan (dalam Sukidin, Basrowi, Suranto.
Menurut (W ina Sanjaya, 2006:128) Istilah 2002:54) seperti pada Gambar 01.
model pembelajaran Problem Based
Learning mempunyai empat ciri khusus yakni Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS
: 1) rasional teoretik yang logis yang disusun semester 1 yang jumlahnya 16 orang, yaitu 15
oleh para pencipta, 2) landasan pemikiran orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Yang
tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3) menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar prestasi belajar siswa.
model tersebut dapat berhasil, 4) lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai. Empat
penerapan esensial dari Problem Based TINDAKAN DAUR DAUR
I 2
dst
18
Penerapan Definisi Penerapan Redefine
masalah problem

Evaluasi Need Evaluate Need


konfirmasi, f) Melakukan kegiatan pembelajaran
penutup. g) Mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam penutup, h) Melakukan
penilaian proses. Pengamatan dilakukan dengan
memberikan tes prestasi belajar dan observasi
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 01.

Tabel 01. Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS


Semester 1 Tahun Ajaran 2012/2013
Siklus I

Nomor Subjek
Nilai Keterangan
Penelitian
1 61 Belum Tuntas
2 70 Belum Tuntas
3 75 Tuntas
Gambar 01. Penelitian Tindakan Model Mc. 4 75 Tuntas
Kernan [6] 5 81 Tuntas
6 76 Tuntas
7 79 Tuntas
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai 8 77 Tuntas
November tahun pelajaran 2012/2013. Metode 9 78 Tuntas
yang digunakan untuk mengumpulkan data tes 10 73 Belum Tuntas
prestasi belajar Bahasa Indonesia. Sedangkan 11 79 Tuntas
metode analisis datanya menggunakan analisis 12 75 Tuntas
deskriptif. Instrumen dari penelitian ini adalah tes 13 78 Tuntas
yang ada di masing-masing RPP. 14 76 Tuntas
15 65 Belum Tuntas
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah 16 78 Tuntas
siklus I prestasi belajar siswa mencapai nilai rata- Jumlah Nilai 1196
rata 74,5 dengan ketuntasan belajar sebesar Rata-rata (Mean) 74.75
75,0% dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata KKM (Kriteria
77,94 atau lebih dengan ketuntasan belajar Ketuntasan
93,75%. Minimal) 75
Jumlah Siswa yang 4
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Mesti Diremidi orang
Jumlah Siswa yang
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: Perlu Diberi 12
hasil awal menunjukkan hanya 11 orang siswa Pengayaan orang
yang tuntas atau hanya 68,75%. Hasil yang Prosentase
diperoleh dari Siklus I, dari bagian perencanaan: Ketuntasan Belajar 75,0 %
a) menyusun RPP mengikuti alur model Pada siklus II dari bagian perencanaan: a)
pembelajaran Problem Based Learning ; b) Menyusun RPP mengikuti alur model
menyiapkan bahan-bahan pendukung pembelajaran Problem Based Learning, b)
pembelajaran seperti buku paket, buku LKS; c) Menyiapkan bahan-bahan pendukung
membaca teori-teori tentang model pembelajaran pembelajaran seperti buku paket Bahasa
Problem Based Learning untuk dapat Indonesia dan LKS, c) Membaca teori-teori
dilaksanakan dengan benar di lapangan; d) tentang model pembelajaran Problem Based
Membuat soal-soal penilaian yang berhubungan Learning untuk dapat dilaksanakan dengan benar
dengan kompetensi dasar; e) Mempersiapkan di lapangan, d) Membuat soal-soal penilaian yang
alat-alat yang akan digunakan membantu proses berhubungan dengan kompetensi dasar, e)
pembelajaran; f) Menyusun materi pembelajaran. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
Dari bagian pelaksanaan: a) Membawa semua membantu proses pembelajaran, f) Membaca
persiapan ke kelas, b)Memulai pelaksanaan dengan baik pedoman-pedoman yang diberikan
pembelajaran dengan pembelajaran oleh Departemen pendidikan dalam menyusun
pendahuluan, Melakukan pembelajaran inti perencanaan agar mampu nanti melakukan
explorasi, d) Melakukan pembelajaran inti pembelajaran sesuai harapan, g) Menyusun
elaborasi, e) Melakukan pembelajaran inti materi pembelajaran. Dari bagian pelaksanaan

19
meliputi: a) Membawa semua persiapan ke kelas, Based Learning. Akhirnya dengan penerapan
b) Memulai pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based
pembelajaran pendahuluan yaitu: mengucapkan Learning (PBL) yang benar sesuai teori yang
salam, melakukan absensi, memotivasi siswa ada, peningkatan rata-rata prestasi belajar
agar giat belajar, melakukan apersepsi, siswa pada siklus I dapat diupayakan dan
menyampaikan tujuan pembelajaran serta mencapai rata-rata 74,75. Namun rata-rata
cakupan materi yang sedang diajarkan,c) tersebut belum maksimal karena hanya 12
Melakukan pembelajaran inti konfirmasi, d) siswa memperoleh nilai di atas KKM dan
Melakukan pembelajaran inti explorasi, e) prosentase ketuntasan belajar mereka baru
Melakukan pembelajaran inti elaborasi, f) mencapai 74,75%. Hal tersebut terjadi akibat
Melakukan kegiatan pembelajaran penutup, g ) penggunaan model pembelajaran Problem
Mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan Based Learning (PBL) belum maksimal dapat
salam penutup, h) Melakukan penilaian proses. dilakukan dan baru dicobakan sehingga guru
Pengamatan dilakukan dengan: tes Bahasa masih belum mampu melaksanakannya
Indonesia, dan observasi pengamatan dapat sesuai alur teori yang benar.
dilihat pada Tabel 02.

Dengan nilai yang masih rendah seperti itu,


maka peneliti mengupayakan untuk dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa
menggunakan model pembelajaran Problem
Tabel 02. Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS membuat perencanaan yang lebih baik,
Semester 1 Tahun Ajaran 2012/2013 menggunakan alur dan teori dari model
Siklus II pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dengan benar dan lebih maksimal. Akhirnya
NomorSubjek dengan semua upaya tersebut peneliti mampu
Nilai Keterangan
Penelitian meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus II
1 75 Tuntas menjadi rata-rata 78,25, dengan prosentase
2 70 Belum Tuntas ketuntasan 93,75%. Upaya-upaya yang maksimal
3 75 Tuntas tersebut menuntun kepada penelitian bahwa
4 78 Tuntas model pembelajaran Problem Based Learning
5 86 Tuntas mampu meningkatkan prestasi belajar Bahasa
6 79 Tuntas Indonesia siswa.
7 81 Tuntas
8 79 Tuntas 4. Simpulan dan Saran
9 80 Tuntas
10 75 Tuntas Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa : a)
11 82 Tuntas Dari data awal ada 5 siswa mendapat nilai
12 76 Tuntas dibawah KKM dan pada siklus I menurun menjadi
13 83 Tuntas 4 siswa dan siklus II hanya 1 siswa mendapat nilai
14 78 Tuntas di bawah KKM. b) Dari rata-rata awal 73,06 naik
15 76 Tuntas menjadi 74,75 pada siklus I dan pada siklus II naik
16 79 Tuntas menjadi 78,25, Dari data awal siswa yang tuntas
Jumlah Nilai 1252 hanya 11 orang sedangkan pada siklus I menjadi
Rata-rata (Mean) 78.25 lebih banyak yaitu 12 siswa dan pada siklus II
KKM (Kriteria menjadi cukup banyak yaitu 15 siswa. Dari semua
Ketuntasan 75.00 data pendukung, dapat disimpulkan bahwa model
Minimal) pembelajaran Problem Based Learning dapat
Jumlah Siswa yang memberi jawaban yang diharapkan sesuai tujuan
1 orang
Mesti Diremidi penelitian. Semua ini dapat dicapai akibat
Jumlah Siswa yang kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak
15
Perlu Diberi pembuatan proposal, review hal-hal yang belum
orang
Pengayaan bagus bersama teman-teman guru, penyusunan
Prosentase kisi-kisi dan instrumen penelitian, penggunaan
93.75%
Ketuntasan Belajar sarana trianggulasi data sampai pada pelaksanaan
penelitian yang maksimal.
Pada siklus II perbaikan prestasi belajar siswa
diupayakan lebih maksimal dengan cara peneliti

20
Berdasarkan temuan dalam upaya mencapai bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
tujuan pembelajaran dalam bidang studi Bahasa lanjutan guna verifikasi data hasil penelitian.
Indonesia, dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut: 1) Dalam melaksanakan proses Daftar Pustaka
pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa
Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta:
Indonesia, 2) Penggunaan model pembelajaran
Problem Based Learning semestinya menjadi Erlangga.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran
pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat
metode ini telah terbukti dapat meningkatkan Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar Jakarta: Kencana Prenada Media.
informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya,
Gallagher, Shelagh A & Stepien. William J. 1995.
berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain. 3) Implementing Problem Based Learning in
Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan Science Classroom. School Science and
efek utama dari model pembelajaran Problem Mathemathic.
Based Learning dalam meningkatkan prestasiDjamarah dan Zein. (1994). Dasar-Dasar Evaluasi
belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih adaPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi
hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh
karenanya kepada peneliti lain yang berminat Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru
meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian- dan Calon Guru.Jakarta: Rajawali Pers.
Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Manajemen
bagian yang tidak sempat diteliti. 4) Selanjutnya
untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan
Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DENGAN PENDEKATAN GALERY
SISWA KELAS X.9 SMA N 8 DENPASAR

I Gusti Agung Made Gede Mudana


SMA N 8 Denpasar

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMAN 8 Denpasar
dengan subyek penelitiannya pada siswa kelas X 9 yang berjumlah 48 orang dengan tujuan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar bahasa Indonesia dengan menggunakan metode
pembelajaran Group Investigation melalui pendekatan galery. Penelitian ini menggunakan metode
analisis statistik deskriptif, dan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dirancang dalam dua
siklus dengan masing-masing siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi,
evaluasi serta analisis dan refleksi tindakan. Dalam penelitian ini diperoleh informasi bahwa
aktivitas belajar siswa tergolong cukup aktif pada siklus I, menjadi tergolong sangat aktif pada
siklus II. Hasil belajar siswa diperoleh 68,02 pada siklus I, menjadi 83,02 pada siklus II. Model
pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa yang diharapkan dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran yang lain sehingga apa yang menjadi
tujuan pendidik yaitu meningkatkan kualitas pendidikan tercapai.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI), Aktivitas dan Hasil Belajar

dalam arti rata-rata nilai ujian sekolah untuk mata


pelajaran Bahasa Indonesia belum memenuhi
1. Pendahuluan standar KKM yang ditetapkan di SMAN 8
Denpasar sebesar 70.
Berbagai strategi dan pendekatan pembelajaran
telah banyak dikembangkan dalam meningkatkan Tampaknya perlu adanya perubahan paradigma
aktivitas dan keterlibatan siswa dalam proses dalam menelaah proses belajar siswa dan
pembelajaran. Akan tetapi kenyataannya di interaksi antara siswa dan guru. Setiap guru
lapangan, hasil belajar siswa SMA yang diterima mengharapkan semua anak didiknya dapat
di SMA N 8 Denpasar khususnya mata pelajaran belajar dengan baik dan mampu menguasai
Bahasa Indonesia belum menggembirakan materi yang diajarkan. Keberhasilan anak didik
21
tidak semata-mata karena kualitas guru, tetapi Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian
ada beberapa komponen yang saling mendukung ini adalah jika model pembelajaran kooperatif tipe
dan mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu Group Investigation diterapkan sesuai dengan
siswa, kurikulum, metoda mengajar, sarana dan prosedur maka hasil belajar siswa kelas X.9 pada
prasarana, media pembelajaran, evaluasi, materi mata pelajaran Bahasa Indonesia Semester II di
pembelajaran, tujuan serta lingkungan (Moedjiono SMA N 8 Denpasar akan meningkat
dan Dimyati, 1991).
Menurut Sriyono dalam
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/prestasi-
pelajaran Bahasa Indonesia disebabkan oleh: 1) belajar/ aktivitas adalah segala kegiatan yang
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.
Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
merupakan salah satu indikator adanya keinginan
selama ini tidak memperhatikan konsepsi atau siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan
pengetahuan awal yang dimiliki siswa, 2) kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses
Penyajian materi pelajaran Bahasa Indonesia di belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang
sekolah, tampaknya masih semata-mata dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada
berorientasi kepada yang tercantum pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan
kurikulum dan buku teks, 3) Bagi para siswa pendapat, mengerjakan tugas tugas, dapat
pelajaran Bahasa Indonesia tampaknya hanya menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja
untuk menghadapi ulangan atau ujian, dan sama dengan siswa lain, serta tanggungjawab
terlepas dari permasalahan-permasalahan dari terhadap tugas yang diberikan. Trinandita (1984)
kehidupan sehari-harim 4) Aktivitas siswa dalam dalam http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24
mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia masih menyatakan bahwa hal yang paling mendasar
kurang yang ditandai dengan masih kurangnya yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah
aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan yang keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses
dikemukakan oleh guru. pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang
tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan
Salah satu upaya untuk memperbaiki adalah siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
dengan penerapan pendekatan kontekstual, di sisi suasana kelas menjadi segar dan kondusif,
lain perlu diimbangi dengan setting pembelajaran dimana masing masing siswa dapat melibatkan
yang memberikan kesempatan kepada siswa kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas
untuk mengembangkan pola fikirnya secara yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula
optimal. Setting pembelajaran yang cocok untuk terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang
menerapkan pendekatan kontekstual guna akan mengarah pada peningkatan prestasi.
mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa
adalah setting cooperative learning tipe group Group Investigation (GI) Menurut Slavin (dalam
investigation (GI). Mahendra, 2003) tahapan-tahapan dalam
menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran Bahasa Indonesia tipe group tipe group investigation adalah: 1) Tahap
investigation (GI) memungkinkan guru dapat Grouping (pemilihan topik), 2) Tahap Planning
menerapkan penilaian untuk mengetahui (perencanaan kooperatif), 3) Tahap
kompetensi pemahaman konsep dan aktivitas Investigation/Implementasi, 4) Tahap
siswa, karena dalam pembelajaran dengan group Organizing/Sintesis dan Analisis, 5) Tahap
investigation (GI) ini, siswa yang berperan aktif Presentating (presentasi), 6) Tahap Evaluating
dalam proses pembelajaran. (evaluasi).

Tujuan pokok penelitian ini adalah (1) Untuk Metode Galery menurut Hamalik (1986) adalah
mengetahui proses pembelajaran kooperatif tipe segala sesuatu yang diwujudkan secara visual
group investigation (GI) dapat meningkatkan hasil yang diwujudkan dalam bentuk dua dimensi
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa sebagai curahan perasaan atau fikiran Jadi
Indonesia kelas X.9 SMA N 8 Denpasar. (2) Untuk Galery yang dimaksud di sini adalah hasil kerja
mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe kelompok yang dipajang secara visual dan
group investigation (GI) dapat meningkatkan kelompok lain memberikan input atau pendapat
aktifitas siswa pada mata pelajaran Bahasa mengenai hasil karya kelompok
Indonesia.
2. Metodologi Penelitian

22
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas yang berpengaruh pada hasil kegiatan
(classroom action reseach) yang secara umum pembelajaran.
bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah pada umumnya dan di Kegiatan pembelajaran pada siklus I yang terbagi
dalam kelas pada khususnya yang bermuara menjadi 2 kali pertemuan sudah berlangsung
pada peningkatan kompetensi dasar siswa. dengan cukup baik. Namun masih ditemukan
Penelitian ini dilaksanakan pada suatu kelas yang beberapa permasalahan dalam proses
mempunyai permasalahan. Tindakan yang pembelajaran yang masih perlu dijadikan refleksi
dilakukan dalam penelitian ini adalah model untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.
pembelajaran kooperatif tipe group investigation
(GI) Secara umum permasalahan yang muncul pada
siklus I adalah sebagai berikut :
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.9 1. Sikap siswa pada saat pelaksanaan diskusi
Semester II SMA N 8 Denpasar yang berjumlah belum optimal hanya beberapa anggota
48 orang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 26 kelompok saja yang serius aktif, sedangkan
orang perempuan. Secara umum rata-rata nilai anggota kelompok yang lainnya masih diam.
rata-rata tes awal mata pelajaran Bahasa Hal tersebut dapat mempengaruhi anggota
Indonesia di SMA masih di bawah kategori kelompok yang sudah aktif dan mengganggu
ketuntasan minimal (KKM). Karena itu, walaupun jalannya diskusi. Cara yang digunakan
kelas X.9 tuntas (sesuai dengan KKM sekolah), peneliti untuk mengurangi hal tersebut pada
perlu adanya pengkajian lebih mengingat kelas pelaksanaan belajar siklus II adalah dengan
X.9 sebagai kelas unggul. Sebagai kelas unggul melakukan bimbingan kepada siswa secara
hendaknya memiliki nilai yang minimal sama individual yang mempunyai masalah belajar.
dengan nilai yang ditetapkan (kurikulum nasional) 2. Kerjasama dalam satu kelompok belum
yaitu 70%. Objek penelitian ini adalah aktifitas optimal. Siswa yang aktif dan pintar
belajar dan hasil belajar siswa. mendominasi jalannya diskusi saat tanya
jawab.
3. Hasil dan Pembahasan 3. Siswa yang pintar menjadi lebih dominan
dalam kegiatan diskusi dan presentasi
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus kelompok, baik dalam mengajukan
dimana masing-masing siklus terdiri dari pertanyaan, menanggapi atau memberikan
beberapa tahapan. Prosedur penelitian tindakan pendapat dan sanggahan. Sementara siswa
kelas ini untuk masing-masing siklus mencakup yang kemampuannya rendah hanya
beberapa tahapan yaitu: tahap perencanaan, mendengarkan apa yang sedang terjadi saat
tahapan pelaksanaan tindakan, tahapan evaluasi berdiskusi.
tindakan, dan tahap refleksi tindakan. 4. Kesiapan siswa saat dilaksanakn tes masih
kurang, terbukti banyak siswa yang menjawab
Jika dilihat secara klasikal ketuntasan belajar soal masih melihat buku atau menunggu
siswa kelas X.9 SMA N 8 Denpasar pada siklus I jawaban temannya. Perbaikan yang dilakukan
adalah 54,17%. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II adalah mensosialisasikan
belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu kembali kriteria penilaian yang sesungguhnya
dengan ketuntasan minimal (85%). Rata-rata hasil seperti pada petunjuk soal, dan strategi
belajar secara klasikal 68,02 belum mencapai menjawab soal benar.
hasil yang diharapkan yaitu mencapai (70%). Dari tes akhir siklus II, menunjukkan bahwa siswa
Daya serap mencapai (68,02%) yang berada yang belum tuntas dalam kopetensi dasar
pada kategori sedang, namun belum mencapai tersebut berkurang yaitu dari 22 orang pada siklus
hasil yang diharapkan yaitu dengan daya serap I (dengan peserta tes 48 orang) menjadi semua
minimal mencapai (70%) untuk mencapai kategori siswa tuntas. Dengan kata lain, siswa yang tuntas
dan nilai siswa masih sedang. Hasil belajar yang pada siklus II berjumlah 48 orang dengan
dicapai siswa masih belum optimal karena dalam perolehan nilai tertinggi sebesar 90 dan terendah
penerapan metode Group Investigation (GI), 75. Secara lengkap hasil tes siswa siklus II.
siswa belum optimal karena sebelumnya guru
selalu menerapkan metode ceramah. Tabel 1. Ringkasan Analisis Data Tes Awal
dengan Tes Akhir Siklus I- II
Hal-hal yang perlu dicermati dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe group N ASPEK TES SIKLUS SIKLUS
investigation (GI) yang telah dilaksanakan dalam O AWAL I II
siklus I adalah mengenai proses pembelajaran 1 N 48
23
2 X 2770 3265 3985 Mahendra. 2003. Pembelajaran kontekstual dan
3 Rata-rata implementasi kurikulum.
Kelas 57.71 68.02 83.02 Sujana, N. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar.
4 Daya 57.71 Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Serap (%) % 68.02% 83.02% Sujaya, I M. 2005. Penerapan pendekatan
5 Ketun- kontekstual dengan setting kooperatif
tasan (%) 8.33% 54.17% 100% tipe group investigation (GI) sebagai
upaya meningkatkan kompetensi dasar
dalam pembelajaran energi dan usaha
Berdasarkan ringkasan analisis data tes awal pada siswa kelas IA2 SMP Negeri 1
sampai dengan tes akhir baik itu pada siklus Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan).
I dan siklus II seperti tercantum pada tabel di Jurusan Pendidikan Fisika. Fakultas
atas menunjukkan peningkatan rata-rata Pendidikan MIPA IKIP N Singaraja.
kelas, daya serap siswa, dan ketuntasan Sriyono diakses pada
pada akhir siklus II sudah melebihi kriteria http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/
minimal 85%. Dengan begitu hipotesis yang prestasi-belajar
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima Trinandita (1984) diakses pada
dan berarti, metode pembelajaran Group http://ipotes.wordpress.com/2008/05/24/
Investigation (GI) dengan pendekatan galery prestasi-belajar berbasis kompetensi.
untuk meningkatkan aktifitas dan hasil Makalah, disajikan pada Seminar
belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas Jurusan Pendidikan Fisika IKIP.
X.9 Semester II SMA N 8 Denpasar.

4. Simpulan dan Saran

Hasil pembahasan yang telah diuraikan di atas,


dapat disimpulkan bahwa Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation
(GI) dengan pendekatan galery dapat
meningkatkan kompetensi pemahaman konsep
siswa kelas X.9 semester II SMA N 8 Denpasar.
Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata pada tiap
pertemuan siklus I sebesar 68,02 dengan
ketuntasan klasikal 54,71% dan pada siklus II
meningkat menjadi 83,02 dengan ketuntasan
klasikal 100%.

Saran yang dapat disampaikan adalah siswa


hendaknya aktif untuk mencari pengalaman
belajar yang semaksimal mungkin, tanpa harus
menunggu informasi atau instruksi dari guru agar
hasil belajar yang menjadi optimal, bagi peneliti
yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation (GI) dengan
pendekatan galery diharapkan mencermati
kendala-kendala yang ditemukan peneliti,
sehingga dapat dihasilkan kegiatan belajar yang
dapat meningkatkan kompetensi dasar siswa
secara optimal, diharapkan peneliti selanjutnya
mencoba menerapkan pada pokok bahasan lain
ataupun dengan tahapan pembelajaran/strategi
yang lain.

Daftar Pustaka

Hamalik. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran,


cet.VII. Jakarta: Bumi Aksara.

24
25
PENINGKATAN KETRAMPILAN MEMBACA KELAS XI KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 3
DENPASAR DALAM MEMAHAMI TEKS BAHASA INGGRIS DENGAN TEKNIK SQ3R

I Nyoman Sugata
SMK Negeri 3 Denpasar

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh teknik SQ3R
terhadap ketrampilan membaca siswa kelas XI Kecantikan Rambut SMK Negeri 3 Denpasar dengan
teknik SQ3R. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Kecantikan Rambut semester gazal Tahun
pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Kelas XI Kecantikan Rambut dipilih
sebagai subjek dalam penelitian karena siswa di kelas ini memiliki tingkat ketrampilan membaca dalam
memahami teks
berbahasa Inggris paling rendah kalau dibandingkan dengan kelas lain di sekolah ini yaitu dengan
ketuntasan kelas sebesar 56,67%. Istrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data adalah tes
membaca (achievent test) berbentuk esay dengan beberapa suruhan yang harus dikerjakan oleh siswa.
Instrumen lain berupa kuisoner dengan beberapa butir pertanyaan yang berkaitan dengan membaca
untuk memperoleh data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca subjek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknik SQ3R dalam pelajaran membaca
bahasa Inggris, dapat meningkatkan ketrampilan membaca siswa kelas XI Kecantikan Rambut pada
semester gazal TP. 2011/2012 dalam memahami isi teks bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari data
hasil penelitian ini yaitu berupa peningkatan ketuntasan nilai ketrampilan membaca siswa kelas XI
Rambut dalam memahami teks berbahasa Inggris baik pada sisklus I maupun pada siklus II. Pada siklus
I ketuntasan siswa mencapai 63,33%. Tingkat ketuntasan ini lebih besar dari pada kondisi awal yang
hanya 56,67%. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 6.66%. Pada siklus II ketuntasan siswa mecapai
66,67%. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan prestasi ketrampilan membaca siswa sebesar
3,34% dari siklus I. Ketuntasan pada siklus II juga sudah melampaui target ketuntasan yang ingin dicapai
pada penelitian ini yaitu sebesar 65%.

Hasil kuisioner siswa juga menunjukkan adanya peningkatan respon terhadap proses pembelajaran
dengan teknik SQ3R yaitu siswa yang menyatakan cara mengajar guru baik pada kondisi awal sebayak
11 orang (36,67%), setelah penerapan teknik SQ3R yang menyatakan baik sebanyak 19 orang (63,33%).
Demikian pula kemauan dan keberanian siswa untuk bertanya kepada guru meningkat cukup signifikan
yaitu pada kondisi awal siswa yang berani dan mau bertanya kepada guru kalau menemukan kesulitan
dalam membaca hanya sebanyak 10 orang (33,33%). Tetapi setelah penerapan teknik SQ3R, siswa
yang mau bertanya kepada guru sebanyak 20 orang (66,67%).

Dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik SQ3R mampu meningtkatkan
ketrampilan membaca siswa kelas XI Kecantikan Rambut SMK negeri 3 Denpasar dalam memahami teks
berbahasa Inggris. Oleh karena itu teknik SQ3R ini disarankan agar digunakan dalam pembelajaran
membaca bahasa Inggris di sekolah.

26
1. Pendahuluan SISWA
75 89 BAIK 4
Membaca adalah salah satu ketrampilan dalam 60 74 CUKUP 16
Bahasa Inggris selain menulis, berbicara, dan 0 59 KURANG 10
mendengarkan, yang harus dimilik siswa di Total
sekolah. Karena tanpa bisa membaca para
siswa sudah tentu akan banyak mendapat
kesulitan dalam belajar karena kemampuan Berikut adalah hasil perbandingan hasil tes
membaca sangat dibutuhkan terutama dalam membaca bahasa Inggris tahap awal kelas XI
memahami wacana tertulis seperti buku-buku Kecantikan Rambut pada Semester Gasal TP.
pelajaran, LKS, modul pelajaran dan banyak lagi 2011/2012 dengan kelas lainnya.
sumber materi tertulis yang sangat penting bagi
siswa untuk dibaca. Dalam pelajaran Bahasa
Inggris misalnya para siswa harus mampu
memahami teks tertulis seperti bacaan, kalimat-
kalimat suruhan yang ada pada lembaran kerja Tabel 2. Perbandingan Ketuntasan Hasil Tes
siswa atau modul, atau dalam menjawab soal- Membaca Bahasa Inggris Siswa Kelas XI
soal tertulis baik soal ulangan harian, ulangan SMKN 3 Denapsar Tahap Awal
sumatif maupun dalam Ujian Nasional. Oleh
karena itu kemampuan memahami suatu wacana NO KELAS KETUNTASAN % KET
sangatlah penting, karena juga mempengruhi
kemampuan lainnya. 1 T.BOGA A OJT

Namun para guru sering mengeluhkan 2 T. BOGA B 96,88


kemampuan membaca siswanya terutama dalam 3 T. BOGA C OJT
menjawab soal- soal tertulis baik yang diberikan
pada saat latihan sehari-hari maupun pada saat 4 T.BOGA D 61,29
ulangan. Para siswa sering tidak menjawab suatu
soal latihan maupun ulangan disebabkan mereka 5 T.BOGA E 62,50
tidak paham apa yang harus dilakukan karena 6 T. BOGA F OJT
mereka tidak mengerti suruhan soal tersebut.
Demikian pula apabila mereka diberi tugas untuk 7 AP. A OJT
menjawab latihan mengenai suatu wacana
bahasa Inggris, para siswa sering tidak mampu 8 AP. B 72,73
mengerjakan dengan baik. Mereka mengalami 9 AP. C OJT
kesulitan dalam memahami isi teks dan menjawab
soal-soal latihan yang berhubungan dengan 10 AP. D 71,88
wacana bahasa Inggris tersebut. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan mereka atau 11 AP. E 65,63
ketrampilan membaca yang mereka miliki. 12 AP. F OJT

Demikian pula halnya yang terjadi pada siswa di 13 BUSANA 75


SMKN 3 Denpasar khususnya siswa kelas XI KEC.
Kecantikan Rambut pada semester gazal TP 14 OJT
KULIT
2011/2012. Mereka memiliki kemampuan untuk KEC.
memahami teks bacaan dalam bahasa Inggris 15 56,67
RAMBUT
yang sangat rendah, bahkan paling rendah kalau
dibandingkan dengan kelas lainnya. Rendahnya Catatan: OJT = On The Job Training
kemampuan siswa kelas XI Kecantikan Rambut
dalam memahami teks bahasa Inggris dapat
dilihat dari nilai ketuntasan membaca bahasa Melihat kenyataan yang ada seperti yang telah
Inggris yang diperoleh pada awal semester gasal diuraikan di atas, penulis ingin menemukan suatu
ini yaitu hanya sebesar 56,67% . teknik mengajar membaca yang dapat
memberikan jalan keluar untuk memecahkan
Tabel 1. Tes Membaca Bahasa Inggris Tahap Awal masalah ini. Teknik ini diharapkan mampu untuk
Kls. XI Kecantikan Rambut meningkatkan dan kemampuan siswa dalam
memahami isi suatu teks bahasa Inggris. Teknik
NILAI PREDIKAT JLH. yang dimaksud disini adalah Survey, Question,
27
Read, Recite, and Review (SQ3R). SQ3R adalah Dengan merujuk pada pemikiran di atas, di bawah
suatu teknik membaca yang dapat ini akan diuraikan secara singkat langkah-langkah
mengembangkan meta kognitif siswa yaitu teknik membaca tersebut.
dengan menugaskan siswa untuk membaca 1). Survey
bahan ajar secara seksama dan cermat dengan Pada langkah yang pertama ini
sintaks; Survey dengan mencermati teks bacaan dilakukan penelaahan sepintas kilas
dan mencatat-menandai kata kunci, Question terhadap seluruh struktur tek s.
dengan membuat pertanyaan (mengapa- Tujuannya adalah untuk mengetahui
bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan panjangnya teks, judul bagian
(materi bahan ajar), Read dengan membaca teks (heading), judul subbagian (sub-
dan cari jawabanya, Recite dengan heading), istilah, kata kunci, kalimat
pertimbangkan jawaban yang diberikan (catat- kunci, dan hal-hal lainnya yang
bahas bersama), dan Review dengan cara dianggap penting dalam tulisan itu,
meninjau ulang menyeluruh. Oleh karena itu sehingga diperoleh gambaran yang
dalam penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan bersifat umum dari isi yang
penelitian terhadap penerapan teknik SQ3R terkandung dalam buku atau teks.
dalam membaca pemahaman wacana berbahasa Dalam melakukan survey, dianjurkan
Inggris dengan judul Peningkatan Ketrampilan menyiapkan pensil, kertas, dan alat
Membaca Siswa Kelas XI Kecantikan Rambut pembuat ciri seperti stabilo (berwarna
dalam Memahami Teks Berbahasa Inggris kuning, hijau dan sebagainya) untuk
dengan Teknik SQ3R. menandai bagian-bagian tertentu.
Bagian-bagian penting akan dijadikan
2. Teknik SQ3R sebagai bahan pertanyaan yang perlu
ditandai untuk memudahkan proses
2.1 Pengertian Teknik SQ3R. penyusunan daftar pertanyaan yang
akan dilakukan pada langkah kedua.
Santoso (2011:51) dalam teori membaca dikenal Menurut Santoso (2011:53) ada
beberapa metode membaca. Metode membaca beberapa tujuan survey yaitu:
pada dasarnya menggambarkan bagimana Mempercepat menangkap arti,
pembaca memproses bacaan sehingga dia Mendapatkan abstrak, Mengetahui
memperoleh pemahaman terhadap bacaan ide-ide penting, Melihat susunan
tersebut. Salah satu metode membaca cepat (organisasi) bahan bacaan,
adalah SQ3R yang merupakan singkatan dari; Mendapatkan minat perhatian yang
Survey, Question, Read, Recite dan Review. seksama terhadap bacaan,
SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari Memudahkan mengingat lebih banyak
langkah-langkah mempelajari wacana atau buku dan memahami lebih mudah.
yang terdiri dari : (1) Survey; (2) Question; (3) 2). Question
Read; (4) Recite; dan (5) Review. Langkah kedua adalah menyusun
pertanyaan-pertanyaan yang jelas,
Harjasujana dan Mulyati menyatakan teknik singkat, dan revelan dengan bagian-
SQ3R adalah suatu teknik membaca untuk bagian teks yang telah ditandai pada
kepentingan studi yang meliputi lima tahap langkah pertama. Jumlah pertanyaan
kegiatan, yakni melakukan survei, membuat bergantung pada panjang-pendeknya
pertanyaan-pertanyaan tentang perkiraan isi teks, dan kemampuan dalam
bacaan, kemudian diikuti dengan kegiatan memahami teks yang sedang
membaca, menceritakan kembali apa yang telah dipelajari. Jika teks yang sedang
dibacam dan diakhiri dengan peninjauan ulang dipelajari berisi hal-hal yang
dengan hasil kegiatan membaca dimaksud. sebelumnya sudah diketahui,
http://hidayatvanbommel. blogspot.com mungkin hanya perlu membuat
/2012/05/normal-0-false-html. beberapa pertanyaan. Sebaliknya,
apabila latar belakang pengetahuan
Sutjiati Beratha (2007: 8) menayatakan bahwa tidak berhubungan dengan isi teks,
SQ3R merupakan salah satu strategi membaca maka perlu menyusun pertanyaan
cepat terutama untuk memahami isi teks sebanyak-banyaknya. Dengan
berbahasa Inggris secara baik dan efektif. membuat pertanyaan tersebut maka
secara otomatis akan membuat
aktivitas membaca kita menjadi
efisien dan efektif. Hasilnya saat
28
membaca nanti kita telah menyiapkan dengan teknik ini dapat mendorong
diri untuk memnganalisis materi- seseorang untuk lebih memahami apa
materi yang akan dibahas, dengan yang dibacanya, terarah pada intisari
begitu kita akan membaca secara atau kandungan-kandungan pokok
aktif, turut melakukan analisis yang tersirat dan tersurat dalam
terhadap bacaan. suatu buku atau teks Selain itu,
3). Read langkah-langkah yang ditempuh
Langkah ketiga adalah membaca dalam teknik ini tampaknya sudah
secara aktif dalam rangka mencari menggambarkan prosedur ilmiah,
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sehingga diharapkan setiap informasi
yang telah tersusun. Dalam hal ini, yang dipelajari dapat tersimpan
membaca secara aktif juga berarti dengan baik dalam sistem memori
membaca yang difokuskan pada jangka panjang seseorang.Untuk
paragraf-paragraf yang diperkirakan menempuh kelima prosedur di atas
mengandung jawaban-jawaban yang pada awalnya mungkin akan
diperkirakan relevan dengan dirasakan berbelit-belit, tetapi dengan
pertanyaan yang telah disusun pada membiasakan secara terus-menerus
langkah kedua. Pada saat membaca lama kelamaan akan menjadi hal
ini kita juga mulai mengisi informasi yang biasa. Bagi Anda yang belum
ke dalam kerangka pemikiran yang terbiasa, selamat mencoba dan
kita buat pada proses Survey dan mudah-mudahan sukses
Question. Membaca dilakukan secara http://akhmadsudrajat.wordpress.com
aktif dalam rangka mencari jawaban- /2008/06/24/teknik-membaca-sq3r/
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang telah disusun. 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran
4). Recite Menggunakan Teknik SQ3R.
Langkah keempat adalah
menyebutkan atau menceritakan Langkah-langkah membaca dengan teknik SQ3R
kembali jawaban-jawaban atas dapat dijelaskan dengan tabel berikut.
pertanyaan yang telah tersusun.
Sedapat mungkin diupayakan tanpa Tabel 3. Langkah-langkah Membaca Teknik SQ3R
membuka catatan jawaban
sebagaimana telah dituliskan dalam Tahap-tahap SQ3R Keterangan
langkah ketiga. Jika sebuah Tahap survey: a) Judul.
pertanyaan tidak terjawab, Sebelum membaca b) Pengarang.
diusahakan tetap terus melanjutkan siswa mensurvei atau c) Paragraf-paragraf
untuk menjawab pertanyaan menyelidiki terlebih pembuka dan
berikutnya. Demikian seterusnya, dahulu bacaan. penutup.
hingga seluruh pertanyaan, termasuk d) Kesimpulan.
yang belum terjawab, dapat e) Petunjuk-petunjuk
diselesaikan dengan baik. Dengan yang terdapat
melakukan Recite ini kita akan dapat dalam bacaan.
melatih pikiran untuk berkonsentrasi Tahap question
a) Siswa mampu
dan mengingat bahan yang dibaca. (bertanya): mengajukan
Langkah ini juga berfungsi untuk Berdasarkan hasil pertanyaan yang
menguji pemahaman kita atas apa survei, siswa berhubungan
yang telah dibaca. mengajukan beberapa dengan wacana.
5). Review pertanyaan terhadapb) Siswa dapat
Pada langkah terakhir dilakukan bacaan sebelum mengubah judul
peninjauan ulang atas seluruh membaca secara wacana, pokok
pertanyaan dan jawaban sehingga keseluruhan. bahasan, dan sub
diperoleh sebuah kesimpulan yang pokok bahasan
singkat, tetapi dapat menggambarkan menjadi pertanyaan.
seluruh jawaban atas pertanyaan Tahap read (membaca): a) Membaca
yang telah diajukan.Meski terkesan Siswa melakukan keseluruhan isi
sangat mekanistik, tetapi membaca kegiatan membaca bacaan yang
dengan menggunakan SQ3R ini secara keseluruhan. dihadapi.
dianggap lebih memuaskan, karena b) Mencari jawaban
29
terhadap Tes tahap awal (lihat table 1.3) ini menunjukkan
pertanyaan yang bahwa kemampuan siswa kelas XI Kecantikan
telah diajukan pada Rambut dalam memahami wacana bahasa Inggris
tahap question. sangat rendah dan bahkan paling rendah kalau
c) Mengurangi dibandingkan dengan kelas lain yang ada yang
kecepatan hanya mencapai ketuntasan sebesar 56,67%.
membaca apabila Hasil tes membaca ini juga menunjukka bahwa
terdapat kalimat- jumlah siswa yang mendapat nilai baik hanya
kalimat yang sulit. sebanyak 4 orang atau sebesar 13,33%.
d) Berhenti dan Sedangkan siswanya 16 orang mendapat nilai
mengulangi kembali cukup atau sebesar 53,33%, dan yang mendapat
bagian-bagian yang nilai kurang sebanyak 9 orang atau sebesar 30%.
tidak jelas. 2) Hasil Kuisioner
Tahap recite
a) Membuat catatan Hasil kuisioner sebelum diterapkan teknik SQ3R
(menceritakan kembali): tentang hal-hal yang (lihat table 4.1) menunjukkan dahaw dari 30 orang
Siswa menceritakan penting dari bacaan. siswa, sebahagian besar siswa tidak suka
kembali isi bacaanb) Siswa mampu membaca yaitu; 14 orang (46,67%), dan 10 orang
menurut menceritakan isi (33,33%) kurang suka membaca, dan hanya 6
pemahamannya. bacaan tersebut orang (20%) siswa yang menyatakan suka
menurut membaca. Bahkan dalam membaca wacana
pemahaman berbahasa Inggris sekitar 83,33% menyatakan
mereka secara tidak suka yaitu; sebanyak 20 orang (66,67%)
teratur dan tidak suka dan sebanyak 5 orang (16,67%)
sistematis. kurang suka. Hal ini juga didukung oleh kebiasaan
Tahap review (meninjaua) Setelah membaca siswa dalam membaca, mereka jarang sekali
kemali): dan menceritakan membca wacana dalam bahasa Inggris, 90%
Siswa meninjau kembali isi bacaan, siswa (sebanyak 27 orang) menyatakan lebih suka
isi bacaan yang telah dapat melihat membacase novel, majalah dan koran daripada
dibaca. kembali bagian- membaca buku pelajaran. Demikian pula di
bagian yang sekolah mereka jarang sekali memanfaatkan
dianggap penting. sumber belajar seperti perpustakaan untuk
b) Siswa meninjau isi membantu mereka dalam belajar, hal ini
bacaan yang ditunjukkan denga jarangnya siswa berkunjung ke
penting dengan perpustkaan. 76,67% (sebanyak 23 orang) siswa
menggunakan di kelas ini menyatakan jarang mengunjungi
teknik membaca perpustakaan, hanya 23,33% (sebanyak 7 orang)
skimming sehingga yang menyatakan sering mengunjungi
waktu yang perpustakaan.Demikian pula kalau mengalami
diperlukan tidak kesulitan dalam membaca, mereka jarang sekali
terlalu banyak. mau berusaha sendiri dan berai bertanya kepada
http://hidayatvanbommel.blogspot.com/2012/0 guru. Sebanyak 66,67% (sebanyak 20 orang) dari
5/ mereka menyatakan tidak pernah bertanya
kepada guru untuk memecahkan kesulitan
3. Hasil Penelitian mereka. Dan kondisi inilah yang mendorong
penulis untuk mencari cara memecahkaan
A. Hasil Rekaman Data Awal persoalan ini sehingga dilaksanakan penelitian
tindakan kelas ini.
Kondisi data awal dari subjek penelitian ini
didapatkan dengan beberapa cara seperti; dari B. Siklus I
teman sejawat yang pernah mengajar di kelas XI
Kecantikan Rambut, informasi dari catatan 1) Hasil Tes Membaca
keadaan siswa yang diperoleh melalui tata usaha. Hasil test membaca siklus I (lihat table 4.2)
Selain itu keadaan siswa tentang kemapuan menunjukkan banwa sebanyak 19 orang siswa
membaca juga diperoleh dari hasil tes awal yang tuntas atau sebesar 63,33%, sedangkan yang
diberikan kepada subjek. tidak tuntas sebanyak 11 orang atau sebesar
1) Tes Membaca W acana Bahasa Inggris 36,67%. Sedangkan rata-rata kelas menjadi
Tahap Awal sebesar 70,79.

30
C. Siklus II
Hasil test membaca pada siklus II menunjukkan N SIKLUS NILAI KETUNTA
bahwa siswa yang tuntas sebanyak 20 orang atau O RATA-RATA SAN
sebesar 66,67%, sedangkan yang tidak tuntas KKM 73
sebanyak 10 orang atau sebanyak 33,33%. Nilai 1 Awal 64,17 56,67%
rata-rata kelas pada siklus II ini adalah sebesar 2 Siklus I 70,79 63,33%
76. 3 Siklus II 76 66,67%

Hasil Kuisoner pada siklus II (lihat tabel 4.4) Dari table di atas jelas dapat dilihat bahwa
menunjukkan sebanyak 13 orang atau sebesar pembelajaran membaca dengan teknik SQ3R
43,33% siswa masih menyatakan tidak suka dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI
membaca apalagi membaca bacaan berbahasa Kecantikan Rambut dalam memahami teks
Inggris yang menyatakan tidak suka sebanyak 20 berbahasa Inggris. Peningkatan tersebut selalu
orang atau sebesar 66,67%. Yang paling sering terjadi baik pada rata-rata nilai siswa, awal
dibaca siswa adalah bacaan di luar buku bahasa (64,17), siklus I (70,79) dan siklus II (76), maupun
Inggris seperti majalah sebanyak 11orang atau pada ketuntasannya kondisi awal (56,67%), siklus
sebesar 36,67%, novel sebanyak 10 orang atau I (63,33%) dan sklus II (66,67). Target ketuntasan
sebesar 33,33%. Siswa yang menyatakan teknik yang ditentukan di awal yaitu sebesar 65%, sudah
mengajar membaca guru cukup baik sebanyak 19 terlampaui pada siklus II yang mencapai 66,67%,
orang (63,33%), sangat baik 3 orang (10%), tidak maka dengan demikian penelitian tindakan kelas
baik sebanyak 3 orang (10%), dan kurang baik dihentikan pada siklus II
sebanyak 5 orang (16,67%). Sswa yang
menyatakan pelajaran membaca bahasa Inggris C. Hasil Kuisoner
di sekolah membosankan sebanyak 3 orang
(10%), kurang menyenangkan sebanyak 12 orang Tidak ada perubahan yang signifikan terhadap
(40%), menyenangkan sebanyak 15 orang (50%), minat baca siswa antara sebelum dan setelah
dan tidak ada yang menyatakan sangat diadakan pembelajaran dengan teknik SQ3R
menyenangkan. bahkan secara umum siswa di kelas ini masih
tetap tidak suka membaca apalagi membaca teks
4. Pembahasan berbahasa Inggris, yang tidak suka masih
sebanyak 25 orang ( 83,33%). Mereka masih
A. Siklus I suka membaca selain buku bahasa Inggris seperti
majalah, Koran dan novel. Demikian pula dalam
Hasil tes membaca pada siklus I menunjukkan hal pemanfaatan fasilitas sekolah seperti
bahwa hampir semua siswa nilainya meningkat perpustakaan , sebanyak 23 orang (76,67%)
kecuali siswa no. absen 22 nilainya menurun dari menyatakan kadang-kadang pergi ke
73 pada kondisi awal menjadi 72,50 pada siklus I. perpustakaan untuk membaca. Namun perubahan
Rata-rata nilai membaca juga menunjukkan yang cukup besar terjadi pada pembelajaran
adanya peningkatan dari 69,21 pada kondisi awal membaca dengan teknik SQ3R. Pada kondisi
menjadi 70,79 pada siklus I. Siswa yang tuntas awal, sebelum dilaksanakan pembelajaran
juga jumlahnya meningkat dari sebanyak 17 dengan teknik SQ3R, siswa yang menyatakan
orang (56,67%) menjadi sebanyak 19 orang cara guru mengajar membaca kurang atau tidak
(63,33%). baik sebayak 20 orang (66,67%), namun setelah
pembelajaran dilaksanakan dengan teknik SQ3R,
B. Siklus II yang yang menyatakan cara mengajar guru tidak
baik hanya sebanyak 8 orang ( 26,67%).
Hasil tes membaca pada siklus II menunjukkan Sedangkan yang menyatakan cara mengajar guru
bahwa sebanyak 27 (90%) siswa nilainya baik pada kondisi awal sebayak 11 orang
meningkat kecuali siswa nomor absen 8, 14 dan (36,67%), dan yang menyatakan baik setelah
23. Rata-rata kelas juga meningkat dari 70,79 penerapan teknik SQ3R sebanyak 19 orang
pada siklus I menjadi 76,00 pada siklus II. Jumlah (63,33%). Demikian pula kemauan dan
siswa yang tuntas juga meningkat dari sebanyak keberanian siswa untuk bertanya kepada guru
19 orang (63,33%) menjadi sebanyak 20 orang meningkat cukup signifikan yaitu pada kondisi
(66,67%) pada siklus II. awal siswa yang berani dan mau bertanya kepada
guru kalau menemukan kesulitan dalam
Tabel 4. Tabel Ketuntasan Membaca Pemahaman membaca hanya sebanyak 10 orang (33,33%).
Kelas XI Kecantikan Rambut Tahap
Tetapi setelah penerapan teknik SQ3R, siswa
Awal, Siklus I dan Siklus II
31
yang mau bertanya kepada guru sebanyak 20
orang (66,67%). Hal ini menunjukkan bahwa Daftar Pustaka
teknik SQ3R cukup berhasil dalam meningkatkan
minat dan keaktifan siswa dalam belajar Djiwandono P Istiarto, 2001, Strategi
membaca wacana bahasa Inggris. Dan ini Membaca Bahasa Inggris, Malang:
ditunjang oleh keberhasilan siswa dalam PT. Gramedia Pustaka.
meningkatkan ketuntasan kemampuan Fanany Burhan El, 2012, Teknik Membaca Cepat,
memahami wacana bahasa Inggris baik dari Trik Efektif Membaca. Yogyakarta:
kondisi awal, siklus I maupun pada siklus II. Araska.
Berikut adalah perbandingan nilai membaca http://hidayatvanbommel.blogspot.com/2012/05/
pemahaman siswa kelas XI Kecantikan Ramut http://id.shvoong.com/social-
antara kondisi awal, siklusI dan siklus II. sciences/education/2110214-teknik-
membaca-pemahaman-sq3r/
5. Simpulan dan Saran http://hidayatvanbommel.blogspot.com
/2012/05/normal-0-false-html
Berdasarkan data yang telah disajikan pada bab http://environment-
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dengan lecture.blogspot.com/2012/10/kekuata
teknik SQ3R dapat meningkatkan kemampuan n-dan-kelemahan-teknik-sq3r.html
siswa kelas XI Kecantikan Rambut dalam http://gudangartikelpendidikan.blogspot.com/2012
memahai wacana berbahsa Inggris. Hal ini /02/metode-sq3r-membaca-lebih
terbukti dari hasil tes membaca cepat. html.
yang selalu ada peningkatan dari kondisi awal ke Nurhayati Pandawa, dkk, 2009, Pembelajaran
siklus I dan II baik dari segi rata-rata nilai maupun Membaca, Depdiknas, Pusat
jumlah siswa dan prosentase ketuntasan. Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Hasil kuisioner siswa juga menunjukkan adanya Bahasa, Jakarta
peningkatan respon terhadap proses Sastraprateja M, 1993, Tuntunan Metodologi
pembelajaran dengan teknik SQ3R yaitu siswa Belajar, Jakarta: PT. Gramedia
yang menyatakan cara mengajar guru baik pada Pustaka
kondisi awal sebayak 11 orang (36,67%), setelah Sutjiati Beratha, Ni Luh, 2007, Cara Praktis
penerapan teknik SQ3R yang menyatakan baik Pemhaman Buku Teks Berbahasa
sebanyak 19 orang (63,33%). Demikian pula Inggris, Laporan Penelitian,
kemauan dan keberanian siswa untuk bertanya Universitas Udayana.
kepada guru meningkat cukup signifikan yaitu
pada kondisi awal siswa yang berani dan mau
bertanya kepada guru kalau menemukan
kesulitan dalam membaca hanya sebanyak 10
orang (33,33%). Tetapi setelah penerapan teknik
SQ3R, siswa yang mau bertanya kepada guru
sebanyak 20 orang (66,67%).

Dari kesimpulan yang telah disampaikan di atas,


maka adapun saran yang dapat disampaikan
adalah agar teknik SQ3R digunakan dalam
pembelajaran membasca bahasa Inggris karena
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami wacana berbahsa Inggris dengan
baik. Selain itu pembelajaran dengan teknik
SQ3R juga mampu meningkatan rasa senang,
aktifitas, kemauan dan keberanian siswa untuk
memecahkan kesulitan dalam membca dengan
banyak bertanya baik kepada guru.

32
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA 7 SEMESTER 1 YANG
DIUPAYAKAN DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL SMA NEGERI 1 DENPASAR

A A Gede Bagus Supartapa


SMA Negeri 1 Denpasar

Email: supartapa.math@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan di Kelas XI IPA 7 semester 1 berjumlah 34 orang, 11 orang laki-laki, dan 23 orang
perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran matematika
dengan metode ceramah hasilnya jauh dari KKM (80), dicoba dengan metode diskusi dengan temen
sebangku hasilnya juga belum tercapai secara keseluruhan. Dalam penelitian ini diimplementasikan model
pembelajaran CTL. Rumusan masalahnya adalah: Apakah model pembelajaran CTL dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa?. Hasilnya dikumpulkan dengan pemberian tes prestasi belajar. Menurut
W.S. Winkel prestasi belajar adalah keberhasilan usaha yang dicapai seseorang setelah memperoleh
pengalaman belajar. Data yang digunakan data analisis deskriptif. Hasil penelitiannya adalah: data awal,
siklus I dan siklus II. Data awal diperoleh rata-rata 78,38 , ketuntasan belajarnya 61,76 %. Data ini jauh di
bawah harapan mengingat indikator keberhasilan belajar siklus I adalah 80 dengan ketuntasan belajar 80%.
Siklus I sudah ada peningkatkan yaitu rata-rata kelasnya 79,18 , ketuntasan belajar 73,53%. Siklus II rata-
rata kelas 84,0 , persentase ketuntasan belajarnya 97,06 %. Indikator keberhasilan siklus II juga sesuai KKM
yaitu 80, dengan ketuntasan belajar 85%. Data siklus II ini sudah sesuai dengan harapan ada peningkatan
akibat penggunaan model pembelajaran CTL. Kesimpulannya adalah model pembelajaran CTL dapat
meningkatkan prestasi belajar.

Kata kunci : Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) , prestasi belajar

1. Pendahuluan berlangsung guru menjadi pusat dari seluruh


kegiatan di kelas. Pembelajaran matematika
Sekolah merupakan salah satu tempat sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama
berlangsungnya proses belajar mengajar. Adapun yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan
komponen-komponen proses belajar mengajar materi, mungkin mengajukan satu atau dua
adalah sekolah sebagai tempat terjadinya proses, pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk
guru tugas utamanya mengajar dan siswa tugas lebih aktif dengan memulai melengkapi latihan
utamanya belajar. Keterkaitan antara komponen- dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan
komponen itu disebut pembelajaran. Beberapa pengorganisasian yang baik dan pembelajaran
karakteristik pembelajaran yaitu pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yang
siswa,berlangsung dimana saja,dan berorientasi serupa. Kondisi di atas tampak lebih parah pada
pada pencapaian tujuan,(Wina pembelajaran Statistik dan Peluang. Sebagian
Sanjaya,2006).Pada saat ini aktifitas belajar siswa siswa tidak mengetahui mengapa dan untuk apa
sangat rendah antara lain pada pelajaran mereka belajar konsep-konsep Statistik dan
Matematika. Hal ini dikarenakan kurangnya Peluang, karena semua yang dipelajari terasa
keterampilan guru dalam mengelola metode atau jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Siswa
model pembelajaran, akibatnya fokus hanya mengenal objek-objek Statistik dan
pembelajaran berada pada guru dan kurangnya Peluang dari apa yang digambar oleh guru di
partisifasi siswa secara aktif. Pembelajaran depan papan tulis atau dalam buku paket
Matematika umumnya didominasi oleh matematika, dan hampir tidak pernah mendapat
pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep kesempatan untuk memanipulasi objek-objek
secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup tersebut.
terhadap pemahaman siswa. Disamping itu
proses belajar mengajar hampir selalu
33
Rumusan Masalah penelitian ini adalah Apakah menemukan materi, kedua CTL mendorong agar
penerapan model pembelajaran Contextual siswa dapat menemukan hubungan antara materi
Teaching And Learning (CTL) dapat yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa ketiga mendorong siswa untuk dapat menerapkan
kelas XI IPA 7 semester 3 SMA Negeri 1 dalam kehidupan sehari-hari.
Denpasar ?. Untuk mengatasi hal tersebut di atas
solusi yang diterapkan guru sebagai peneliti Contextual Teaching And Learning terdiri dari 7
adalah mengupayakan penerapan model komponen yaitu: 1) konstruktivisme
pembelajaran CTL dalam peningkatan prestasi (membangun), 2) bertanya(questioning), 3)
belajar matematika. Model pembelajaran inkuiry(menemukan), 4) masyarakat
Contextual Teaching And Learning merupakan belajar(learning community), 5)
salah satu dari banyak cara yang bisa dilakukan pemodelan(modeling), 6) refleksi (reflection),dan
guru dalam upaya meningkatkan mutu 7) penilaian autentik(autentic assessment).
pembelajaran.Upaya tersebut dilaksanakan Masnur Muslich dalam Constructivist Teaching
sebagai inovasi pembelajaran agar proses (2007; 52) mencatat lima elemen yang harus
pembelajaran lebih inovatif, interaktif, menantang diperhatikan dalam praktik pembelajaran
dan menyenangkan bagi siswa. Secara teoritis, kontekstual adalah sebagai berikut: 1)
salah satu model pembelajaran yang mampu Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
membuat kondisi seperti itu adalah CTL (activating knowledge). 2) Pemerolehan
(Contextual Teaching and learning). Menurut pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan
Wina Sanjaya (2006; 255) Contextual Teaching cara mempelajari secara keseluruhan dulu,
and learning (CTL) adalah suatu strategi kemudian memperhatikan detailnya. 3)
pembelajaran yang menekankan kepada proses Pemahaman pengetahuan (understanding
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat knowledge. 4) Mempraktikkan pengetahuan dan
menemukan materi yang dipelajari dan pengalaman tersebut (Applying knowledge). 5)
menghubungkannya dengan situasi kehidupan Melakukan refleksi (reflecting knowledge)
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat terhadap strategi pengembangan pengetahuan
menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari- tersebut. Prestasi belajar berasal dari kata
hari. Tujuan pembelajaran ini adalah untuk prestasi dan belajar. Prestasi berarti hasil yang
mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi telah dicapai sedangkan belajar adalah berusaha
belajar matematika yang terjadi setelah langkah- memperoleh kepandaian/ilmu (Depdiknas, 2011:
langkah model pembelajaran CTL (Contextual 4). Dalam teori belajar matematika menurut J.
Teaching and learning) dilaksanakan dalam Bruner dalam Hidayat (2004: 8) belajar
proses belajar mengajar. merupakan suatu proses aktif yang
memungtkinkan manusia untuk menemukan hal-
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat hal baru di luar informasi yang diberikan kepada
sebagai acuan dalam memperkaya teori dalam dirinya.Selanjutnya Menurut W.S. Winkel.(2005)
rangka peningkatan kompetensi guru. Sedangkan prestasi belajar adalah keberhasilan usaha yang
secara praktis penelitian ini diharapkan dicapai seseorang setelah memperoleh
bermanfaat : 1) Bagi siswa, dapat meningkatkan pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu.
prestasi belajar matematika dengan Dari uraian di atas, tampak bahwa pengertian
memanfaatkan model pembelajaran CTL. 2) Bagi prestasi belajar yang diungkapkan tidak
guru, menambah wawasan untuk meningkatkan mengandung kontradiksi namun saling
profesionalisme guru dengan mengadakan melengkapi. Dengan demikian dapat disimpulkan
berbagai kegiatan ilmiah berupa penelitian dan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan
penulisan karya ilmiah. 3) Bagi sekolah, aktual yang dimiliki seorang siswa sebagai hasil
khususnya SMA Negeri 1 Denpasar sebagai usaha belajarnya. Kemampuan aktual tersebut
informasi yang berharga bagi teman-teman guru, dapat berupa pengetahuan, keterampilan, bakat,
kepala sekolah dalam rangka bersama-sama sikap, dan nilai yang dapat diukur tinggi
memperbaiki kualitas pembelajaran dan mutu rendahnya dengan jalan memberikan tugas-tugas
pendidikan. Pembelajaran kontekstual didasarkan kepada siswa yang relevan dengan sasaran yang
pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang diinginkan. Hasil yang diperoleh siswa dalam
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan suatu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk
baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa nilai yang disebut prestasi belajar.
yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau
peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Ada tiga hal 2. Metodologi Penelitian
yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk

34
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 nilai rata-rata 80 atau lebih dengan ketuntasan
Denpasar. Rancangan penelitian ini adalah belajar minimal 85%.
rancangan penelitian tindakan kelas yang
disampaikan oleh Depdiknas seperti terlihat pada 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gambar 1.
Dalam menyampaikan hasil penelitian dan
pembahasan, perlu menyajikan uraian masing-
masing siklus dengan data lengkap mulai dari
perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/observasi dan refleksi yang berisi
penjelasan tentang aspek keberhasilan dan
kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal
yang mendasar, yaitu hasil perencanaan
(kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru,
motivasi dan aktivitas belajar. Pada bagian ini
Permasalahan Pelaksanaan
Permasalahan disampaikan hasil observasi awal: dari 34 orang
Tindakan I Tindakan I
yang diteliti di kelas XI IPA 7 pada semester 3
tahun pelajaran 2013/2014 mencapai rata-rata
Siklus I Refleksi I Pengamatan 78,38 dan 21 orang lebih besar atau sama
/pengumpulan dengan KKM ( 80 ) tuntas dan 13 orang belum
data I tuntas ( < 80 ) dan persentase ketuntasan belajar
adalah 61,76 % . Data tersebut menunjukkan
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan
baru,hasil
rendahnya prestasi belajar Matematika di sekolah
tindakan II tindakan II
refleksi ini atau ketuntasan hasil belajar dibawah 80% ,
sehingga harus mengupayakan cara lain untuk
membenahi proses pembelajaran menjadi lebih
Refleksi II Pengamatan / baik.
Siklus II
pengumpulan
data II 3.1 Siklus I
Bila permasalah Dilanjutkan kesiklus
belum terselesaikan
3.1.1 Rencana Tindakan I
berikutnya
Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan
meliputi: a) Menyusun jadwal pelaksanaan. b)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas (RPP). c) Berkonsultasi dengan temen-temen
(Depdiknas dalam Suharsini guru. d) Merencanakan model pembelajaran yang
Arikunto, Supardi, 2006: 74). paling tepat untuk menyelesaikan masalah yang
ada. e) Menyusun format penilaian. f)
Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas membantu proses pembelajaran
XI IPA 7 semester 3yang jumlahnya 34 orang, 3.1.2 Pelaksanaan tindakan I
laki-laki 11 orang dan perempuan 23 orang. Objek Pelaksanaan tindakan I meliputi: a)Membawa
penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar. semua persiapan ke kelas. b)Memulai
Penelitian ini direncanakan akan berlangsung pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran
selama 6 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai pendahuluan yaitu: mengucapkan salam,
bulan Nopember tahun pelajaran memeriksa kebersihan kelas, melakukan absensi,
2013/2014.Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar giat belajar, melakukan
mengumpulkan data adalah tes, dan hasil apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran
penelitian ini adalah tes prestasi belajar. serta cakupan materi yang sedang diajarkan.
Sedangkan metode analisis datanya c)Melakukan pembelajaran inti explorasi.
menggunakan analisis deskriptif. Instrumen yang d)Melakukan pembelajaran inti elaborasi.
digunakan untuk menilai prestasi belajar siswa e)Melakukan pembelajaran inti konfirmasi.
kelas XI IPA 7 adalah tes yang ada di masing- f)Melakukan kegiatan pembelajaran penutup. g)
masing RPP. Indikator keberhasilan penelitian ini Melakukan penilaian proses.h)Mengakhiri
adalah pada siklus I prestasi belajar siswa pembelajaran dengan mengucapkan salam
mencapai nilai rata-rata 80 dengan ketuntasan penutup.
belajar sebesar 80% dan pada siklus II mencapai 3.1.3. Observasi/Pengamatan Siklus I

35
Pengamatan dilakukan setelah proses d. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
pembelajaran dilaksanakan dalam 3 kali grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih
pertemuan dengan memberikan tes prestasi dahulu.
belajar. Dalam pengamatan ini peneliti Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N)
mengawasi siswa dengan ketat agar tidak ada = 1 + 3,3 x Log 34
Frek Frekue = 1 + 3,3 x 1,5315
Frekue
No Interv Nilai uensi nsi
nsi = 1 + 5,05 = 6,05 6
Urut al Tengah Abso kumula
Relatif Rentang kelas (r) = skor maksimum skor
lut tif (fk) minimum
1 66-69 67,5 1 1 2,94 = 86 66 =20
2 70-73 71,5 3 4 8,82 20
3 74-77 75,5 4 8 11,77 Panjang kelas interval (i) = = = 3,33
6
4 78-81 79,5 18 26 52,94 4
5 82-85 83,5 7 33 20,59
6 86-89 87,5 1 34 2,94 Tabel 1. Data Kelas Interval Siklus I
Total 34 100
siswa yang bekerjasama dalam mengerjakan
soal.Hasil pengamatan pada siklus I adalah : dari
34 siswa jumlah nilai 2692, dengan rata-rata
79,18 dan 25 orang diatas KKM, 9 orang belum
tuntas (di bawah KKM), ketuntasan belajar
73,53 % jadi masih dibawah idikator keberhasilan 18
yaitu 80%.
3.1.4.Refleksi Siklus I
Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh
FREKUENSI

tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data


7
yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan.
Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan 4
penilaian terhadap hasil pengamatan atas
3
tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006:
80). 1
3.1.4.1 Analisis kuantitatif Prestasi belajar siswa
70-73

78-81
66-69

82-85
74-77

x
86-89
siklus I 0
a. Rata-rata (mean) dihitung dengan:
2692 Gambar 02. Histogram Prestasi Belajar Matematika
= = = 79,18
34 siswa kelas XI IPA semester 3 tahun
b. Median (titik tengahnya) dicari dengan pelajaran 2013/2014 SMA Negeri 1
median data kelompok sebagai berikut: Denpasar Siklus I


= + [2 ].
Meperhatikan pendapat para ahli pendidikan yang
34 telah disampaikan di awal penulisan refleksi,
8 bahwa dalam refleksi dilakukan analisis, sintesis
= 77,5 + [ 2 ] . 4 = 77,5 + 2,0 = 79,5
18 dan penilaian/evaluasi sehingga sintesis
merupakan campuran berbagai pengertian
80 sehingga merupakan kesatuan yang selaras.
c. Modus (angka yang paling banyak/paling
sering muncul) setelah 1. Sintesis
diasccending/diurut angka tersebut Sintesis yang dapat disampaikan adalah ada 25
adalah: 80 Atau dengan menggunakan orang dari 34 siswa yang ditulis memperoleh nilai
rumus modus data kelompok sebagai diatas KKM namun masih ada 9 orang ( 26,47% )
berikut: siswa yang tergolong belum mampu memenuhi
1 pencapaian keberhasilan pada siklus ini. Dari
= + .
1 + 2 data yang diperoleh dapat diberikan sintesis
14 bahwa usulan keberhasilan pada siklus I belum
= 77,5 + .4
14 + 11 terpenuhi.
= 77,5 + 2,24 = 79,74 80 2. Penilaian siklus I

36
Sesuai fakta yang berhasil ditemui di lapangan, diajarkan.c)Melakukan pembelajaran inti
pada siklus I ini ditemukan beberapa kekurangan- explorasi.d)Melakukan pembelajaran inti
kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang mesti elaborasi.e)Melakukan pembelajaran inti
dijabarkan. konfirmasi. f)Melakukan kegiatan pembelajaran
Kekurangan-kekurangan/kelemahan-kelemahan penutup. g)Mengakhiri pembelajaran dengan
yang ada dari pelaksanaan tindakan siklus I mengucapkan salam penutup.h)Melakukan
adalah: penilaian proses.
1) Guru belum sepenuhnya menguasai
keterampilan-keterampilan mengajar. 3.1.3 Observasi/Pengamatan II
2) Peserta didik belum sepenuhnya berniat Pengamatan dilakukan setelah proses
untuk meningkatkan kemampuan belajar pembelajaran dilaksanakan dalam 3 kali
mereka. pertemuan dengan memberikan tes prestasi
3) Banyak siswa yang masih lain-lain, mereka belajar. Dalam pengamatan ini peneliti
belum terbiasa memusatkan perhatiannya mengawasi siswa dengan ketat agar tidak ada
dalam belajar. siswa yang bekerjasama dalam mengerjakan
soal. Hasil pengamatan pada siklus II adalah :
Sedangkan kelebihan yang ditemukan pada dari 38 siswa jumlah nilai 2856, dengan rata-rata
pelaksanaan tindakan siklus I adalah: 84,0 dan 33 orang diatas KKM, 1 orang belum
1) Semua persiapan sudah dibuat secara tuntas (dibawah KKM), ketuntasan belajar
maksimal sehingga peneliti paham betul 97,06 % jadi sudah meningkat dari idikator yang
terhadap cara pembelajaran yang baru. ditentukan yaitu 85%.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada 3.1.4. Refleksi Siklus II
siswa karena metode pembelajaran CTL Observasi/Pengamatan II
menganut aliran konstruktivisme, dimana Analisis kuantitatif Prestasi belajar siswa siklus II
seorang siswa dituntun untuk menemukan 1. Rata-rata (mean) dihitung dengan:
pengetahuannya sendiri. 2856
= = = 84,0
34
3) Kebiasaan peserta didik aktif bekerja mampu
ditingkatkan dengan cara ini. 2. Median (titik tengahnya) dicari dengan
mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil
3. Siklus II sampai terbesar. Setelah diurut apabila
3.1.1 Rencana Tindakan II jumlah data ganjil maka mediannya adalah
Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan data yang ditengah. Atau dicari dengan
meliputi: a) Menyusun RPP mengikuti model median data kelompok sebagai berikut:

pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL). b) Menyiapkan bahan-bahan pendukung = + [2 ].

pembelajaran seperti buku paket, buku Lembar
Kerja Siswa (LKS). c) Membaca teori-teori tentang 34
15
model pembelajaran Contextual Teaching and = 83,5 + [ 2 ] . 3 = 83,5 + 0,5 = 84
Learning (CTL), untuk dapat dilaksanakan dengan 12
benar di lapangan. d) Membuat soal-soal 84
penilaian yang berhubungan dengan kompetensi 3. Modus (angka yang paling banyak/paling
dasar. e) Mempersiapkan alat-alat yang akan sering muncul) setelah diasccending/diurut
digunakan membantu proses pembelajaran, f) angka tersebut adalah: 85
Membaca dengan baik pedoman-pedoman yang Atau dengan menggunakan rumus modus data
diberikan oleh Departemen pendidikan dalam kelompok sebagai berikut:
menyusun perencanaan agar mampu nanti 1
melakukan pembelajaran sesuai harapan, g) = + .
1 + 2
Menyusun materi pembelajaran 3
3.1.2 Pelaksanaan Tindakan II = 83,5 + . 3 = 83,5 + 1,0 = 84,5 85
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II 3+6
meliputi:a)Membawa semua persiapan ke
4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk
kelas.b)Memulai pelaksanaan pembelajaran
grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih
dengan pembelajaran pendahuluan yaitu:
dahulu.
mengucapkan salam, melakukan absensi,
1. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N)
memotivasi siswa agar giat belajar, melakukan
= 1 + 3,3 x Log 34
apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran
= 1 + 3,3 x 1,5315 = 6,05 6
serta cakupan materi yang sedang

37
2. Rentang kelas (r) = skor maksimum skor Sedangkan kelebihan yang ditemukan pada
minimum = 91 75 = 16 pelaksanaan tindakan siklus II adalah:
16
3. Panjang kelas interval (i) = = = 1. Suatu kebanggaan terjadi pada diri guru
6
akibat prestasi belajar siswa mampu
2,67 ~ 3
ditingkatkan.
Tabel 2. Data Kelas Interval Siklus II
2. Kelebihan yang lain adalah model ini mampu
menunjukkan kelebihan-kelebihan dan
Frek peningkatan prestasi sesuai harapan guru
uensi sebagai peneliti.
No Nilai Frekuensi Frekuensi 3. Model ini mampu meningkatkan prestasi
Interval kumu
Urut Tengah Absolut Relatif siswa yang lebih baik terhadap proses yang
latif
(fk) dilakukan guru dan mampu membuat siswa
1 7577 76 1 2,94 1 lebih terkesan dalam mengikuti proses
2 7880 79 5 14,71 6 belajar mengajar.
3 8183 82 9 26,47 15
4 8486 85 12 35,29 27 A. Pembahasan
5 8789 88 6 17,65 33
6 9092 91 1 2,94 34 Upaya yang telah dilakukan secara maksimal
Total 34 100
dalam pemecahan masalah yang ada,
memudahkan anak dalam melakukan tindakan,
perubahan prilaku yang dilakukan lewat
y pembiasaan-pembiasaan agar terbiasa belajar
dan tidak hanya bermain telah dilakukan secara
1
maksimal.
2
Data awal menunjukkan hanya 34 orang siswa
FREKUENSI

9 kelas XI IPA 7 yang mencapai ketuntasan belajar


menunjukkan rendahnya peningkatan mutu
pendidikan di sekolah ini. Kelemahan yang terjadi
adalah akibat dominasi guru dalam pembelajaran
6 yang sulit untuk dikurangi, disamping itu teori-teori
ahli yang mesti digunakan belum dibaca.
5
Sehingga pembelajaran yang dilakukan guru
54 justru monotun dari hari ke hari dan guru
3 mengajar dengan cara yang itu-itu saja tanpa
2 perubahan. Hal tersebut justru menjerumuskan
peserta didik pada tingkat penguasaan materi
1
yang amat rendah. Setelah semua hal tersebut
83,5-86,5

89,5-92,5
86,5-89,5

mampu diperbaiki maka pada siklus I terlihat


0 x
74,5-

78,5-

kemajuan yang diperoleh yaitu nilai rata-rata kelas


80,5-

sudah meningkat menjadi 79,18 dengan


ketuntasan belajar mencapai 73,53%. Walaupun
Kekurangan-kekurangan/kelemahan-kelemahan sudah terjadi peningkatan, namun hasil tersebut
yang ada dari pelaksanaan tindakan siklus II belum mampu mencapai kriteria indikator
adalah: keberhasilan penelitian yang sudah dicanangkan
1. Kemampuan siswa yang berbeda-beda tidak yaitu nilai siswa mencapai 80 untuk rata-rata
mampu untuk memasukkan ilmu secara kelas dengan ketuntasan belajar minimal 80%.
cepat sehingga dalam pelaksanaannya Oleh karena itu perbaikan masih terus
memakan waktu yang agak lama. diupayakan. Kelemahan dalam hal guru selalu
2. Penggunaan metode baru dalam mendominasi pembelajaran sudah dikurangi
pelaksanaannya masih sama dengan dengan guru lebih sedikit berbicara dan lebih giat
metode yang sering digunakan. memberi tugas untuk dikerjakan. Guru juga giat
3. Keterampilan bertanya yang sudah dimilki membantu peserta didik pada saat mereka giat
guru dengan Tanya jawab multi arah bekerja dan giat memberi arahan-arahan pada
ternyata memakan waktu yang cukup saat mereka berdiskusi agar mereka giat bekerja
banyak. dan tidak hanya mengganggu. Demikian
kelebihan-kelebihan yang telah dilaksanakan.
Bagi mereka yang masih santai dan menunggu

38
perintah guru diarahkan dan diberi penekanan- memberikan hasil yang oftimal bagi siswa, maka
penekanan agar jangan selalu menunggu disampaikan saran sebagai berikut : 1) Dalam
perintah dari guru untuk melakukan sesuatu. melaksanakan proses pembelajaran pada mata
Mereka yang belum aktif bertanya diarahkan agar pelajaran matematika disarankan agar guru-guru
aktif bertanya dan dituntun dengan menyuruh membuat persiapan yang matang dan mampu
mereka menulis sebuah pertanyaan untuk menentukan atau memilih topik yang benar-benar
ditanyakan sehingga keaktifan berbicara dan bisa diterapkan dengan model pembelajaran
berargumentasi yang hamper mati pada saat Contextual Teaching and Learning (CTL) agar
pembelajaran awal mampu dioptimalkan. Para diperoleh hasil yang optimal. 2) Disarankan bagi
siswa yang merasa masih rendah kemampuannya guru yang ingin meningkatkan prestasi belajar
dan merasa bahwa mata pelajaran peluang siswa, hendaknya lebih sering melatih siswa
adalah mata pelajaran sulit, menakutkan dan dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf
membosankan kemudian diberikan soal-soal yang yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat
mudah bagi mereka untuk dijawab sehingga menemukan pengetahuan baru, memperoleh
timbul rasa bangga dan percaya diri mereka konsep dan keterampilan, sehingga siswa
sehingga momok yang masih tersimpan dalam berhasil atau mampu memecahkan masalah-
dirinya bahwa mata pelajaran matematika adalah masalah yang dihadapinya. 3) Perlu adanya
mata pelajaran yang sulit dapat dihindari dan penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian
diatasi. ini hanya dilakukan di SMA Negeri 1 Denpasar
tahun pelajaran 2013/2014.
Hasil yang didapat pada silus II menunjukkan
bahwa proses yang dilaksanakan sudah mampu Daftar Pustaka
meningkatkan perkembangan peserta didik,
perubahan yang terjadi sudah cukup signifikan Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006.
sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
berikutnya. Aksara.
Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar
Dari hasil yang didapat pada siklus II dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
menunjukkan 97,06% anak sudah berhasil Nasional.
sedangkan tuntutan keberhasilan penelitian Depdiknas. 2011. Membimbing Guru dalam
adalah 80%, hasil ini telah menjawab tujuan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat
penelitian sehingga penelitian ini diakhiri. Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan
Akhirnya model pembelajaran Contextual Pengembangan Sumber Daya Manusia
Teaching and Learning (CTL) mampu Pendidikan dan Menjaminan Mutu
meningkatkan prestasi belajar anak/siswa. Pendidikan.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan
4. Simpulan dan Saran Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
disampaikan simpulan bahwa model
Wina Sanjaya, 2006. Strategi Pembelajaran
pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Berorientasi Standar Proses
(CTL) yang telah dilaksanakan dan mampu
Pendidikan.Kencana Prenada Media,
menjawab rumusan masalah penelitian ini serta
Winkel, W.S.2005. Psikologi Pengajaran. Cetakan
mampu membuktikan bahwa tujuan penelitian ini
Ketujuh. Yogyakarta; Media Abadi.
sudah dapat dicapai. Sebagai bukti atas
pencapaian tersebut nilai rata-rata awal 78,38naik
menjadi 79,18 pada siklus I dan pada siklus II
naik menjadi 84,00. Dari data awal siswa yang
tuntas hanya 21 siswa sedangkan pada siklus I
menjadi lebih banyak yaitu 25 siswa dan pada
siklus II menjadi cukup banyak yaitu 33 siswa.
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena
hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMA Negeri
1 Denpasar tahun pelajaran 2012/2013.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian


sebelumnya agar proses belajar mengajar di SMA
Negeri 1 Denpasar lebih efektif dan lebih

39
METODE CERAMAH INTERAKTIF DAN DEMONTRASI DENGAN ALAT PERAGA
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

I Made Purnamayana
SD Negeri 7 Sumerta

Abstrak

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 7 Sumerta terhadap siswa kelas VI
yang mata pelajaran IPAnya masih rendah. Untuk itu pelaksanakan penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Peningkatan Prestasi belajar siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Ceramah Interaktif
dan Demontrasi yang dibantu dengan alat peraga dalam proses pembelajaran. Permasalahan awal yang
terjadi adalah belum maksimalnya proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa, akibat penggunakan metode atau model yang terus menerus tanpa teori yang memadai.
Setelah data dikumpulkan menggunakan alat berupa tes prestasi belajar siswa dari rata-rata awal 62,50 naik
menjadi 63,88 pada siklus I dan naik menjadi 69,25 pada siklus II. Hasil pada siklus II sudah sesuai harapan
indikator keberhasilan peneliti oleh karena itu penelitian tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dengan
perolehan data tersebut dapat dipastikan bahwa penerapan model Pembelajaran Ceramah Interaktif dan
Demontrasi dibantu dengan alat Peraga dalam pelaksanaan proses pembelajaran mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.

1. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan mutu
Peningkatan prestasi belajar harus
pendidikan diperlukan berbagai upaya aktif
ditingkatkan dengan kegiatan pembelajaran
dari pendidik untuk mewujudkan
yang maksimal agar mampu diaplikasikan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dalam
Proses pembelajaran di kelas akan berhasil
perkembangan aspek kepribadian dan
jika dalam pelaksanaannya guru memahami
kehidupan manusia pendidikan mempunyai
dengan baik peran, fungsi dan kegunaan
peranan yang sangat penting. Menurut UU.
mata pelajaran yang diajarnya.
No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan
Hal-hal yang di upayakan meningkatkan
kemampuan dan membentuk watak serta
prestasi belajar siswa yaitu guru perlu
peradaban bangsa yang bermartabat dalam
mengetahui metode-metode ajar;
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
penguasaan model-model pembelajaran;
bertujuan untuk mekembangkan potensi
penguasaan teori-teori belajar; penguasaan
peserta didik agar menjadi manusia yang
teknik-teknik tertentu; pemahaman mengenai
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Ya ng
peran, fungsi serta kegunaannya. Namun
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
setelah dilakukan observasi awal ditemukan
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
kenyataanbahwa prestasi belajar siswa kelas
negara yang demokratis serta bertanggung
VI di semester II tahun ajaran 2012/.2013
jawab.

40
baru mencapai nilai rata-rata 62,50. Hasil keterampilan seperti yang telah diperagakan oleh
tersebut masih sangat jauh dari standar guru.
minimal pencapaian mutu pendidikan yang Menurut Djamarah (1994:23) prestasi belajar
ditetapkan yaitu 65. adalah sebagai hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
Pelaksanaan metode ceramah interaktif dan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
demonstrasi merupakan salah satu upaya dalam belajar. Kalau perubahan tingkah laku
dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas
prestasi belajar siswa, sehingga cara ini belajar, maka perubahan tingkah laku itulah salah
dapat digunakan sebagai dasar pemecahan satu indikator yang dijadikan pedoman untuk
masalah yang sedang dihadapi dalam mengetahui kemajuan individu dalam segala hal
pembelajaran. Tujuan Penelitian tindakan yang diperolehnya di sekolah sehingga memiliki
kelas adalah: untuk mengetahui seberapa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
tinggi peningkatan prestasi belajar siswa
setelah dilakukan pembelajaran dengan Hal ini dikemukakan pula oleh Slameto (2003:54-
metode ceramah interaktif dan demonstrasi 70) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
yang benar. belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan
saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstem. Faktor
Metode Ceramah merupakan suatu metode yang intern diklasifikasi menjadi tiga faktor yaitu: faktor
paling sering digunakan guru. Hampir setiap guru jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
tidak pernah meninggalkan metode ini. Metode ini Faktor jasmaniah antara lain: kesehatan, cacat
bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah tubuh. Faktor psikologis antara lain: intelegensi,
satunya adalah menggunakan ceramah interaktif. perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
Jarogsen, 2009 dalam Martinis Yamin (2013:150) kesiapan. Faktor kelelahan antara lain: kelelahan
menjelaskan bahwa metode ceramah merupakan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor ekstern
metode pengajaran yang cukup paradoksal. digolongkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor
Cuban, 1993 dalam Martinis Yamin (2013:150) keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat.
menyatakan, meskipun ceramah merupakan Faktor keluarga antara lain: cara orang tua
metode yang paling banyak dikritik dari seluruh mendidik, relasi antara keluarga, suasana rumah
metode pengajaran, namun ia justru terus menjadi tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor
metode yang paling sering digunakan. sekolah antara lain: metode mengajar, kurikulum,
Paizahiddin dan Ermalinda (2013:215) relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
menjelaskan bahwa metode ceramah adalah siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
metode yang boleh dikatakan metode tradisional, sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung,
karena sejak dahulu, metode ini telah digunakan metode belajar dan tugas rumah. Faktor
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan masyarakat antara lain: kegiatan siswa dalam
siswa dalam proses belajar mengajar. Metode masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk
ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang kehidupan masyarakat. Peningkatan prestasi
dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan belajar yang penulis teliti dalam hal ini
lisan secara langsung terhadap siswa. dipengaruhi oleh factor ekstern yaitu metode
mengajar guru.
Metode demonstrasi adalah cara menyajikan
bahan pelajaran dengan memperagakan atau Ciri ciri belajar menurut Sri Rumini (1995:60)
mempertunjukkan kepada siswa sesuatu proses, yaitu: adanya perubahan tingkah laku meliputi
situasi atau benda tertentu yang sdang dipelajari, tingkah laku kognitif, afektif, psikomotor dan
baik benarnya maupun tiruan yang sering disertai campuran.Perubahan menjadi sesuatu yang
dengan penjelasan lisan Paizahiddin dan relatif menetap, karena ada interaksi dengan
Ermalinda (2013:216). lingkungan.Untuk mengetahui tingkat kecakapan
siswa dalam belajar dapat dilihat dari hasil atau
H Martinis Yamin (2013:151) bahwa metode prestasi belajarnya. . Hasil prestasi yang dicapai
demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat siswa dapat menentukan sejauh mana anak didik
memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan atau siswa dapat mencapai tujuan yang harus
penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan dicapai.
tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya.
Keahlian mendemonstrasikan harus dimiliki oleh Agar dapat memenuhi tuntutan prestasi
guru, setelah didemonstrasikan, peserta didik belajar yang lebih baik, penggunaan metode
diberi kesempatan melakukan latihan ceramah interaktif dan metode demonstrasi ,
harus betul-betul didemonstrasikan serta

41
membuat suatu persiapan yang matang bentuk tabel dan grafik. Indikator keberhasilan
sehingga yang dilakukan berhasil dengan yang diusulkan dalam penelitian ini pada siklus I
baik. Hipotesis dalam penelitian tindakan mencapai nilai rata-rata 65 dan pada siklus II
dibuat berdasarkan kajian dari berbagai mencapai nilai rata-rata 70 atau lebih dengan
teori , kajian hasil penelitian yang pernah ketuntasan belajar minimal 80%.
dilakukan maka bentuk hipotesis sebagai
berikut : Apabila metode ceramah interaktif 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
dan metode demonstrasi dilakukan dengan
langkah-langkah yang benar, maka prestasi Meningkatkan hasil prestasi belajar tidak dapat
belajar siswa kelas VI semester II tahun dicapai sesuai harapan. Dari 40 orang anak yang
ajaran 2012/2013 SD Negeri 7 Sumerta memperoleh penilaian nilai diatas KKM hanya 21
dapat ditingkatkan. siswa (52,50 %). Sedangkan 19 siswa (47,50 %)
memperoleh nilai di bawah KKM.Sehingga
2. Metodologi Penelitian langkah langkah yang harus diambil adalah
Rencana tindakan pada siklus 1 Peneliti membuat
Lokasi Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan
Sumerta Kelas VI. Adapun Penelitian Tindakan metode Ceramah Interaktif dan Demontrasi.
Kelas nya berlangsung dalam dua siklus dan Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan
masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, penilaian terhadap hasil pengamatan atas
pelaksanaan , observasi, dan refleksi. tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam
Rancangan siklus ini menggunakan model Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006:
rancangan yang dibuat oleh [6]. Alur yang 80). Kegiatan ini dapat diulang kembali dengan
dilakukan mengikuti alur yang telah dipilih langkah dan prosedur yang sama pada siklus
berdasarkan pendapat ahli sebagai prosedur berikutnya yaitu pada siklus II apabila pada
pelaksanaannya . Untuk itu peneliti memulainya kegiatan siklus I belum mencapai ketuntasan
dengan Tindakan Daur I dilakukan dengan difinisi seperti yang diharapkan.
masalah dilanjutkan dengan pelaksanaan di
lapangan , dirumuskan hipotesisnya , Pembahasan hasil yang diperoleh dari tes
dikembangkan hipotesis tersebut, prestasi belajar siklus I. Nilai rata-rata siswa di
diimplementasikan, dievaluasi dari hasil yang siklus I sebesar 63,88 .Hasil ini menunjukkan
didapat dan evaluasi diterapkan. Langkah- peningkatan kemampuan siswa dari data awal ke
langkah pada daur II atau siklus II sama dengan siklus I.Pada siklus I ini belum memenuhi harapan
yang dilaksanakan di siklus I . sesuai dengan kriteria keberhasilan penelitian
yang diusulkan di sekolah ini yaitu 65. Oleh
Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SD karenanya upaya perbaikan untuk siklus
Negeri 7 Sumerta yang jumlahnya 40 orang, laki- selanjutnya. Hasil yang diperoleh dari tindakan di
laki 23 orang dan perempuan 17 orang. Adapun siklus II menunjukkan nilai dari rata-rata nilai
objek dalam penelitian ini adalah peningkatan siswa mencapai 69,25. Hasil ini menunjukkan
prestasi belajar siswa kelas VI semester II tahun bahwa metode ceramah interaktif dan
ajaran 2012/2013 SDN 7 Sumerta setelah demonstrasi telah berhasil meningkatkan
diterapkan metode ceramh interaktif dan kemampuan siswa menempa ilmu sesuai
demonstrasi dalam pembelajaran. Penelitian ini harapan. Apabila dibandingan perolehan nilai
dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai bulan awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi
April 2013. kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai
awal adalah 62,50 naik di siklus I menjadi 63,88
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan di siklus II naik menjadi 69,25. Kenaikan ini
data hasil penelitian ini adalah tes prestasi karena upaya maksimal yang peneliti laksanakan
belajar. Sedangkan metode analisis datanya demi peningkatan prestasi belajar siswa di SD
menggunakan analisis deskriptif., penyajian data Negeri 7 Sumerta. Untuk lebih jelasnya,
dengan mencari mean, median, modus, membuat rekapitulasi hasil penelitian dari siklus I sampai
interval kelas dan melakukan penyajian dalam dengan siklus II dapat dilihat pada Tabel 01.

Tabel 01. Rekapitulasi Hasil Penelitian dari Siklus I sampai Siklus II

Hasil Hasil Tes Siklus I Hasil Tes Siklus II


Variabel
Tes Rata- Kenaikan % Rata- Kenaikan %

42
Awal rata Rata- Kenaikan rata Rata- Kenaikan
rata rata

Tes 62,50 63,88 1,38 2,21 69,25 5,37 8,41

4. Simpulan dan saran Paizauddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian


Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
Simpulan yang dapat peneliti sampaikan, bahwa Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar
untuk mengatasi permasalahan rendahnya dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
prestasi belajar siswa, peneliti menerapkan Nasional.
metode ceramah interaktif dan metode Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
demonstrasi dalam pembelajaran.Berdasarkan Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
pada semua data yang telah disampaikan Rumini, Sri. 1995. Psikologi Pendidikan.
tersebut, tujuan penelitian yang disampaikan di Yogyakarta: UNY.
atas dapat dicapai dengan bukti sebagai berikut: Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006.
Dari data awal ada 19. siswa mendapat nilai Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
dibawah KKM dan pada siklus I menurun menjadi Aksara.
13 siswa dan siklus II hanya 5 siswa..Nilai rata-
rata awal 62,50 naik menjadi 63,88 pada siklus I
dan pada siklus II naik menjadi 69,25.Dari data
awal siswa yang tuntas hanya 21 orang pada
siklus I menjadi 27 siswa dan pada siklus II
menjadi 35 siswa. Penggunaan metode ceramah
interaktif dan metode demonstrasi dapat memberi
jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian
ini. Semua ini dapat dicapai adalah akibat
kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak
pembuatan proposal, review hal-hal yang belum
bagus bersama teman-teman guru, penyusunan
instrumen penelitian, penggunaan sarana
trianggulasi data sampai pada pelaksanaan
penelitian yang maksimal.

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan


dalam melaksanakan proses pembelajaran pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, peneliti
sarankan untuk menggunakan metode ceramah
interaktif dan metode demonstrasi. Meskipun
metode demonstrasi ini sudah dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, namun
dalam penelitian ini pasti masih ada hal-hal yang
belum sempurna, sehingga peneliti lain yang
berminat untuk meneliti topik yang sama,
seyogyanya meneliti bagian-bagian yang tidak
sempat peneliti lakukan.

Daftar Pustaka

Yamin, H. Martinis. 2013. Strategi dan Metode


dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
Referensi (G.P.Press Group).

43
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ANAK MELALUI
OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
PADA ANAK KELOMPOK B1 TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN
KLUNGKUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

Ni Ketut Sulatri
TK Negeri Pembina Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung

Abstrak

Penelitian ini dilakukan berawal dari rendahnya hasil belajar anak. tujuan penelitian adalah: (1) untuk
mengoptimalkan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar anak
kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Tahun Ajaran 2012/2013.
Penelitian ini dikatagorikan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan rancangan 2 siklus dan masing-masing
siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Seting penelitian lokasinya di TK
Negeri Pembina Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung dalam kurun waktu 5 bulan dari bulan Agustur
sampai bulan Desember tahun 2012. Jumlah subjek 18 orang anak dengan metode pengumpulan data
observasi dengan instrumen pedoman observasi. Tehnik analisis menggunkan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan akhir siklus I nilai rata-rata mencapai 60.19 dengan katagori cukup, akhir siklus
2 meningatkan menjadi 80.27 dengan katagori baik dengan demikian optimalisasi penerapan model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar anak sesuai indikator kinerja yang diharapkan
dengan nilairata-rata minimal mencapai 65.

Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran kooperatif

1. Pendahuluan dorong dalam belajar bila yang dipelajarinya


menarik dan menyenangkan. Agar kegiatan
Upaya yang harus dilakukan untuk meni-ngkatkan pembelajaran optimal, dan dapat memimgkatkan
hasil belajar anak adalah dengan menggerakkan hasil belajar anak, maka model pembelajaran
dan mengoptimalkan seluruh komponen yang diterapkan oleh guru di TK adalah
pendidikan, terutama guru sebagai pemegang pembelajaran yang berpusat pada anak. Karena
peranan penting langsung dalam kegiatan kegiatan pembelajaran merupakan sebagai suatu
pembelajaran yang pada akhirnya dapat proses yang dirancang mengikuti prinsip-prinsip
meningkatkan hasil belajar anak. Untuk itu guru belajar-mengajar, baik terkait dengan keluasan
yang harus mampu berinovasi dalam menerapkan bahan/materi, pengalaman belajar, tempat dan
model pembelajaran sehingga anak menjadi waktu belajar, alat/sumber belajar. Dalam
senang untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. kegiatan pembelajaran guru perlu memberikan
Karena peng-alaman menunjukkan bahwa anak dorongan kepada peserta didik untuk
usia TK akan merasa lebih bersemangat atau ter- mengungkapkan kemampuannya dalam
44
membangun gagasan. Guru berperan sebagai pekerjaannya mereka dan mengoreksi hal-hal
fasilisator dan ber-tanggung jawab untuk yang kurang tepat. Tahap penilaian dalam
menciptakan situasi yang dapat menumbuhkan pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dengan
prakarsa, motivasi dan tanggung jawab peserta observasi baik secara individu maupun secara
didik untuk terbuka, kreatif, interaktif dalam kelompok. Hasil observasi nanti akan memberikan
kegiatan pembelajaran sehingga hasul belajarnya informasi tentang kemampuan anak dan hasil
optimal. (Depdiknas, 2005). belajar anak.

Hasil belajar merupakan suatu nilai yang dicapai Suparno(1997) mengatakan penerapan model
oleh anak melalui proses kegiatan pembelajaran. pembelajaran kooperatif merupa- kan kegiatan
Dengan demikian, pencapaian hasil belajar anak pembelajaran yang membantu anak untuk
di TK dipe-ngaruhi oleh berbagai faktor dan membangun pengetahuannya sendiri dengan
merupakan interaksi dari faktor-faktor tersebut. belajar berkelompok, dan anak dapat belajar
seperti bagaimana guru menyampaikan materi sendiri melalui pengalaman belajar dan
pelajaran, sehingga mampu menarik perhatian membangun pengetahuan dalam pikirannya
anak, dan yang tidak sedikit kontribusinya adalah sendiri. Belajar secara sosial yaitu anak dapat
bagaimana kemampuan atau daya nalar anak. belajar dan membangun pengetahuan dalam
Untuk itu agar tercapai hasil belajar dan tujuan pikirannya sendiri melalui belajar kelompok, saling
pembelajaran di TK yang diharapkan, maka mengisi satu sama lain, jika ada kekurangan pada
faktor-faktor ini harus dapat dikelola dengan baik anggota kelompok, sehingga anak yang kurang
oleh guru. Guru harus mengoptimalkan tahu menjadi lebih tahu. Model pembelajaran
penerapan model kooperatif. Karena model kooperatif dikembangkan atas dasar teori belajar
pembelajaran kooperatif merupakan model konstruktivisme, oleh karena itu belajar secara
pembelajaran yang memberikan anak belajar kooperatif lebih memungkinkan dapat
secara kelompok-kelompok kecil, saling mengisi meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Slavin
satu sama lain dengan tujuan mencapai hasil (1995: 71) mengatakan bahwa pemnbelajaran
belajar yang lebih optimal, Suparna (1997). kooperatif yaitu anak belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil beranggota 5-6 anak
Rumusan masalam yang ingin dicarikan jawaban Anak-anak TK di bentuk dalam kelompok-
dalam masalah ini yaitu apakah melalui kelompok heterogen artinya campuran anak yang
optimalisasi penerapan model pembelajaran memiliki kemampuan baik, cukup dan kurang
kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar anak serta jenis kelamin yang berbeda. Berdasarkan
kelompok B1 TK Negeri pembina dawan uraian diatas peneliti dapat simpulkan bahwa
Kabupaten Klungkung? Cara pemecahan model pembelajaran kooperatif merupakan model
masalah yaitu Cara pemecahan masalah yaitu pembelajaran dimana anak belajar dalam
melalui rencana tindakan bebentuk siklus dengan kelompok-kelompok kecil, saling mengisi satu
penerapan model pembelajaran kooperatif pada sama lain dengan tujuan mencapai hasil belajar
kegiatan pembelajaran baik yang dilakukan di yang baik.
dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam proses
kegiatan pembelajaran anak di bagi menjadi Hasil belajar adalah hasil dari pengukuran serta
kelompok-kelompok kecil, masing-masing penilaian usaha belajar (Rusdi, 1998:43). Dalam
kelompok beranggota- kan 5-6 orang. setiap perbuatan manusia untuk mencapai tujuan,
Maksudnya agar anak yang memiliki kemampuan selalu diikuti oleh pengukuran dan penilaian,
lebih dalam setiap kelompok mampu memberikan demikian pula halnya dengan proses
contoh. Masing-masing anak dalam kelompok pembelajaran. Menurut Wirawan seperti dikutip
diberikan tugas untuk dikerjakan dan dibahas Mudarti (2008:16) hasil belajar adalah hasil yang
bersama dalam kelompok. Dalam belajar telah dicapai seseorang dalam usaha belajar yang
kelompok setiap anggota kelompok diharapkan dilakukan dalam periode tertentu. Hasil belajar
dapat menguasai materi atau tugas yang dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui
diberikan oleh guru. Tahap belajar dalam sejauh mana anak dapat menguasai materi
kelompok dilakukan setelah guru menjelaskan pembelajaran yang telah diajarkan atau di pelajari
gambaran umum tentang pokok-pokok materi dengan demikian peneliti menyimpulkan hasil
pelajaran, selanjutnya anak diminta untuk belajar belajar yang dimaksud adalah hasil yang dicapai
dalam kelompoknya masing-masing yang telah oleh anak yang bersangkutan setelah anak
dibentuk sebelumnya. Pada tahap ini memberikan mempelajari materi tertentu yang diwujudkan
kesempatan bagi anak untuk saling menukar dalam bentuk menjawab pertanyaan, tugas-tugas
pendapat, informasi dan mendiskusikan dan latihan-latihan, melaksanakan kegiatan
permasalahan secara bersama. Membandingkan pembelajaran yang diberikan oleh guru dalam

45
jangka waktu tertentu atau juga bisa dikatakan
bahwa hasil belajar merupakan suatu nilai yang Penelitian dilakukan di TK Negeri Pembina
dicapai oleh anak melalui proses kegiatan Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung,
pembelajaran. Maka ipotesis dalam penelitian ini Provinsi bali. Penelitian ini menggunakan
apabila optimalisasi penerapan model rancangan siklus, dimulai dari perencanaan,
pembelajaran kooperatif diterapkan dengan baik. pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Model ini
Maka akan dapat meningkatkan hasil belajar anak dipilih karena dalam peningkatan hasil belajar
kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan diawali dengan perencanaan, observasi, dan
Dawan Kabupaten Klungkung refleksi. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam
dua siklus. Langkah-langkah dalam setiap siklus
2. Metodologi Penelitian sebagai berikut:

PERENCANAAN PELAKSANAAN OBSERVASI REFLEKSI

Mengulang lagi untuk siklus berikutnya

Subjek dan objek penelitian adalah anak Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung dapat
kelompok B1 TK Negeri Pembina Kecamatan diterima.
Dawan Kabupaten Klungkung tahun ajaran 2012-
2013 yang berjumlah 18 orang anak. Objek Pembahasan dalam penelitian ini adalah kegiatan
penelitiannya adalah peningkatan hasil belajar pembelajaran secara kooperatif dan klompok
melalui optimalisasi penerapan model dapat memberikan pengalaman belajar langsung,
pembelajaran kooperatif. Penelitian berlangsung dan menarik perhatian anak dapat
dari bulan agustus 2012 sampai bulan november membangkitkan semangat dan menimbulkan
2013 kesenangan tersendiri bagi anak. Ia karena anak
merasa lebih senang bila dia dilibatkan langsung
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dalam kegiatan pembelajaran waqlaupun
adalah metode observasi dengan mengadakan berbentuk kelompok. Karena motifasi, keinginan,
pengamatan secara langsung. Metode analisis keingintahuan anak akan terangsang bila mereka
data dengan analisis diskripsi kualitatif. Instrumen langsung dilibatkan, maka anak akan mampu
yang digunakan adalah hasil belajar anak. mengemukakan pendapatnya tentang suatu hal,
Penilaian dengan katagari baik (B), cukup (C), sehingga anak secara tidak langsung aktifitas
dan kurang (K). Indikator keberhasilan yang anak akan terangsang untuk menemukan sendiri
diharapkan dalam penelitian hasil belajar setiap apa yang mereka butuhkan akan terarah.
anak dengan katagori tuntas pada siklus minimal
dengan skor rata-rata ketuntasan sebesar 65 Membahasan ini akan dimulai dengan
menampilkan data yang disajikan melalui grafik
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan untuk memudahkan dalam melihat peningkatan
hasil belajar anak dari siklus satu dan akhir siklus
Hasil pembahasan dalam penelitian ini dua sehingga mudah di bandingkan melalui grafik
menunjukkan bahwa optimalisasi berikut:
penerapanmodel pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan hasil belajar anak pada kelompok Hasil Belajar Optimal/Baik
B1 TK Negeri Pembina Cabang Dawan,
Hasil Belajar Cukup
Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Hal ini
dapat dilihat dari sekor rata-rata siklus pertama Hasil Belajar Kurang
mencapai 60,19 dengan klasifikasi cukup optimal,
dan meningkat menjadi 80,27 dengan klasifikasi 20
optimal/baik pada tindakan siklus ke dua. Dengan
melihat hipotesis tindakan yang berbunyi 15
optimalisasi penerapan model pembelajar
kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar anak 10
kelompok B1 TK Negeri Pembina Cabang Dawan,
5
46 0
Akhir Siklus I Akhir Siklus II
Mudarti, Ni W. 2008. Implementasi Pendekataan
Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Anak Akhir Kontekstual Melalui Model Pembelajaran
Tindakan Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Aktifitas
Dan Hasil Belajar Anak Kelompok B TK Tunas
Mekar Kusamba Tahun 2008/2009. Laporan
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan hasil PTK. LPMP Bali: Direktorat PMPTK Depdiknas.
analisis siklus I, dari 18 orang anak selaku subjek Rusdi.1998.Peningkatan Kemampuan Guru
penelitian, 7 orang (38,88%) dengan klasifikasi Dalam Mengorganisir Coopverative Learning
bail/optimal dan 11 orang (61,11%) dengan Pada Pengajaran Matematika SD. Jurnal
klasifikasi cukup dan pada siklus II dari 18 orang Penelitian Pendidikan Dasar No.4 Th.II.
anak 18% yang mendapatkan hasil belajar Suparno,P, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam
dengan klasifikasi baik/optimal, dan tidak ada Pendidikan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
anak dengan klasifikasi cukup dan kurang. 100%
tuntas dengan nilai rata-rata sesuai indikator yang
diharapkan. Skor rata-rata pada siklus I sebesar
60,19 dengan klasifikasi cukup optimal, meningkat
siklus II menjadi 80,27 dengan klasifikasi
optimal/baik. Selain itu juga terjadi peningkatan
hasil belajar pada aspek aktifitas/motivasi anak
dalam pembelajaran kooperatif.

4. Simpulan dan Saran

Simpulan yang diperoleh yaitu kegiatan


pembelajaran kooperatif anak dibidang
peningkatan motivasinya untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk
memberikan informasi, menanamkan nilai-niali
sosial, moral keagamaan, pemberian informasi
tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial,
maka optimalisasi penerapan model
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
hasil belajar anak secara optimal. Hal ini dapat
dilihat dari skor rata-rata pada siklus I sebesar
60,19 dengan klasifikasi cukup optimal, meningkat
siklus II menjadi 80,27 dengan klasifikasi optimal
baik, oleh karnanya hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini dapat diterima.

Saran yang dapat disampaikan, guru hendaknya


meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan
mencoba menerapkan model pembelajaran yang
lebih inovatif selain penerapan model kooperatif
sehingga mampu memotivasi anak di dalam
meningkatkan hasil belajarnya.

Daftar Pustaka

Depdiknas,2005. Kurikulum 2004. Jakarta : Badan


Litbang Depdiknas.
Kemmis&Mc Taggart,1998. The Action Research
Planner. Geelong Victoria: Deakin University
Press.

47
OPTIMALISASI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA

I Wayan Darma
SMA Negeri 1 Denpasar

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Denpasar kelas X3 tahun 2012 semester genap yang
kemampuan siswanya pada mata pelajaran fisika masih relatif rendah. Penelitian ini dilakukan terhadap 44
subjek penelitian. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah model
pembelajaran Inquiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan datanya adalah tes
prestasi belajar fisika and metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif. Dilihat dari hasil yang
diperoleh pada penelitian ini adalah model pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada kondisi awal dengan rata-rata 70,95 dengan ketuntasan 52,27%,
pada siklus I meningkat menjadi 77,89 dengan ketuntasan belajar sebesar 79,54% dan pada siklus II
menjadi 82,02 dengan ketuntasan sebesar 93,18%. Dengan demikian dapat disampaikan simpulan bahwa
penerapan model pembelajaran Inquiri dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Kata Kunci; Model Pembelajaran Inquiry, Prestasi Belajar

1. Pendahuluan masih rendah. Prestasi belajar yang ditunjukkan


oleh hasil ulangan harian, lebih dari 50% hasil tes
Pada abad mutakhir saat ini diperlukan sumber masih dibawah KKM. Dari fakta-fakta tersebut di
daya manusia dengan kualitas tinggi, berkarakter atas maka peneliti berusaha merefleksi penyebab
dan berbudaya yang mampu bekerja sama dari rendahnya prestasi belajar siswa. Dari
dengan orang lain, berpikir kritis, terampil, kreatif, refleksi didapatkan bahwa secara umum
tidak gagap teknologi, dan mampu belajar partisipasi peserta didik dalam pembelajaran
mandiri. Pembelajaran sains yang dilakukan guru sangat rendah. Interaksi antara guru dengan
hendaknya memungkinkan siswa mampu siswa, dan antar siswa dengan siswa sangat
memecahkan masalah, mengambil keputusan, jarang terjadi. Peserta didik pada umumnya
melakukan Inquiry sains. terbiasa menggunakan lembar kerja siswa (LKS)
konvensional, hal ini kurang memberikan ruang
Pada bulan Januari 2012 peneliti mencoba gerak pada siswa untuk berpikir dan
melakukan refleksi terhadap pembelajaran Fisika mengembangkan ide.
kelas X3 SMA Negeri 1 Denpasar. Refleksi yang
dilakukan peneliti adalah proses pembelajaran di Dilihat dari karakteristik siswa yang rata-rata
kelas X3 dengan memberikan ulangan harian yang memiliki latar belakang pengetahuan yang relatif
soal-soalnya sesuai dengan indikator yang rendah, perlu dikembangkan model pembelajaran
dituntut. Dari pengamatan disimpulkan bahwa yang memungkinkan terjadinya sharing
tes prestasi belajar fisika siswa di kelas X3 relatif pengetahuan antar teman sejawat dan antar

48
siswa dan guru. Siswa perlu diberikan itu dalam Inquiry dicari tingkat pencarian alternatif
kesempatan untuk belajar secara interaktif dalam pemecahan masalah tersebut.
pengembangan pemahaman terhadap konsep-
konsep dan prinsip-prinsip penting. Agar Menurut Purwadarminto (2001) prestasi belajar
pengalaman belajar fisika menjadi lebih adalah hasil yang telah dicapai dari hasil
bermakna, maka salah satu model yang pekerjaanyang menyenangkan hati yang
diterapkan oleh peneliti adalah model Inquiry diperoleh dengan keuletan kerja. Sedangkan
melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Model menurut Djamarah (1994:23) prestasi belajar
pembelajaran Inquiry (MPI) merupakan suatu sebagai hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan
pendekatan pembelajaran yang komprehensif, yang mengakibatkan perubahan dalam diri
yang mencakup berbagai metode pembelajaran individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
yang dalam pembelajaran konvensional sering Dengan kata lain prestasi belajar merupakan
dilaksanakan tanpa perencanaan yang baik. Pada kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai
saat melakukan kegiatan praktikum siswa akibat perbuatan belajar atau setelah menerima
memerlukan 1) pengetahuan dasar, 2) pengalaman belajar yang dapat dikatagorikan
pemahaman prinsip-prinsip penting, 3) menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif,
ketrampilan khusus yang diperlukan di dan psikomotor.
laboratorium seperti mengukur, 4) menentukan
alat dan bahan, merangkai alat dan unjuk kerja, Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
kemampuan untuk memecahkan masalah dan adalah Langkah-langkah Model
berpikir kritis dan kreatif, 5) metode ilmiah Pembelajaran Inquiry dapat Meningkatkan
(merumuskan masalah, membuat hipotesis, Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X 3 pada
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, Semester 2 SMA Negeri 1 Denpasar Tahun
menguji hipotesis, membuat kesimpulan dan Pelajaran 2011/2012.
mengkomunikasikan hasil pengamatan). Prinsip-
prinsip dan tahapan-tahapan model pembelajaran 2. Metodologi Penelitian
Inquiry mampu mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran. Pada penerapan model Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1
pembelajaran Inquiry ini siswa mengalami apa Denpasar di kelas X3 Semester 2 tahun pelajaran
yang sedang dipelajari. 2011/2012.
Pada penelitian ini peneliti memilih rancangan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penelitian tindakan yang disampaikan oleh Mc
seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar fisika Kernan tahun 1991 (dalam Sukidin, Basrowi,
siswa setelah diterapkan model pembelajaran Suranto. 2002) seperti yang ditunjukkan pada
inquiri dalam pembelajaran. Manfaat Gambar 01.
penelitiannya adalah dapat menambah wawasan
bagi seorang guru mengenai pembelajaran,
TINDAKAN DAUR I
khususnya implementasi berbagai strategi, model Tindakan perlu DAUR 2
pembelajaran maupun metode pembelajaran perbaikan
untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan hasil dst
belajar siswa.

Model pembelajaran Inquiry adalah serangkaian Penerapan Definisi Penerapan Redefine


kegiatan pembelajaran yang menekankan pada masalah problem
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah. Menurut Robert B. Sund and
Leslie W menyatakan bahwa discovery
merupakan bagian dari Inquiry atau Inquiry Evaluasi Need Evaluate Need
merupakan perluasan proses discovery yang tindakan assessement action assessement
digunakan lebih mendalam. Kata Inquiry berasal
dari bahasa yang menurut kamus
artinya pertanyaan atau penyelidikan.
Thorstone (Wina Sanjaya, 2009) menyatakan
Implementa- Hipotesis Impl. New
bahwa Inquiry merupakan kegiatan siswa mencari si tindakan ide Revise hypothesis
sesuatu sampai tingkatan yakin. Tingkatan ini plan
dicapai dengan dukungan fakta, analisis,
iterpretasi serta pembuktiannya. Bahkan lebih dari

49 Develop action Revise action


plan T 1 plan T 2
Tabel 01. Prestasi Belajar Siswa Kelas X3
Semester Genap Tahun Pelajaran
2011/2012 pada Siklus I

NomorSubjek
Nilai Keterangan
Gambar 01. Penelitian Tindakan Model Mc. Penelitian
Kernan, 1. 82 Tuntas
2. 67 Belum Tuntas
3. 78 Tuntas
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas X 3 4. 79 Tuntas
di SMA Negeri 1 Denpasar Tahun pelajaran 5. 85 Tuntas
2011/2012 yang berjumlah 44 orang. Objek 6. 72 Belum Tuntas
penelitian pada penelitian ini adalah Peningkatan 7. 81 Tuntas
prestasi belajar siswa kelas X3 SMA Negeri 1 8. 83 Tuntas
Denpasar tahun pelajaran 2011/2012 setelah 9. 80 Tuntas
diterapkan model pembelajaran Inquiry dalam 10. 81 Tuntas
proses pembelajaran. 11. 80 Tuntas
12. 75 Tuntas
Pelaksanaan penelitian ini dijadwalkan dari bulan 13. 84 Tuntas
Januari 2012 sampai bulan Maret 2012. Metode 14. 74 BelumTuntas
pengumpulan data yang dilakukan pada 15. 66 Belum Tuntas
penelitian ini adalah tes prestasi belajar. 16. 81 Tuntas
Sedangkan metode analisis datanya 17. 79 Tuntas
menggunakan analisis deskriptif. Adapun 18. 79 Tuntas
Instrumen dari penelitian ini adalah tes yang ada 19. 82 Tuntas
di masing-masing RPP dan Indikator keberhasilan 20. 80 Tuntas
dari penelitian ini adalah rata-rata minimal 21. 85 Tuntas
sebesar 75 dengan ketuntasan belajar minimal 22. 72 Belum Tuntas
85%. 23. 80 Tuntas
24. 83 Tuntas
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 25. 85 Tuntas
26. 79 Tuntas
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 27. 65 Belum Tuntas
hasil awal mencapai 70,95 dengan ketuntasan 28. 86 Tuntas
belajar secara klasikal 52,27%. Hasil yang 29. 79 Tuntas
diperoleh dari Siklus I, dari bagian perencanaan: 30. 75 Tuntas
a) menyusun RPP mengikuti alur model 31. 70 Belum Tuntas
pembelajaran Inquiry; b) menyiapkan bahan- 32. 80 Tuntas
bahan pendukung pembelajaran seperti LKS, dan 33. 76 Tuntas
bahan serta piranti eksperimen c) membaca teori- 34. 80 Tuntas
teori tentang model pembelajaran Inquiry untuk 35. 75 Tuntas
dapat dilaksanakan dengan benar di lapangan. 36. 76 Tuntas
Dari bagian pelaksanaan: a) menyiapkan bahan 37. 85 Tuntas
ajar; b) memotivasi siswa agar bisa belajar sesuai 38. 70 Belum Tuntas
dengan skenario yang telah dibuat, c) 39. 76 Tuntas
membimbing siswa dengan semangat saat 40. 80 Tuntas
melakukan eksperimen. d) memberikan 41. 76 Tuntas
penekanan pada materi yang penting. 42. 70 Belum Tuntas
43. 80 Tuntas
Pengamatan dilakukan saat kegiatan kedua 44. 76 Tuntas
dilaksanakan, yaitu dengan memberikan tes
prestasi belajar setelah dilakukan proses Jumlah Nilai 3427
pembelajaran. Kedua tahap ini tidak dapat Rata-rata/Mean 77.89
dipisahkan karena akan mempengaruhi hasil akhir KKM (Kriteria
penelitian. Hasil pengamatan pada siklus I Ketuntasan
penelitian disampaikan pada Tabel 01. Minimal) 75
Jumlah Siswa 9
yang Diremidi orang

50
Jumlah Siswa 37. 89 Tuntas
yang Perlu 38. 70 Tuntas
Diberikan 35 39. 80 Tuntas
Pengayaan orang 40. 84 Tuntas
Persentase 41. 85 Tuntas
Ketuntasan 79,54 42. 76 Tuntas
Belajar % 43. 85 Tuntas
44. 90 Tuntas

Setelah dilaksanakan Siklus I dan hasil belum Jumlah Nilai 3609


sesuai terhadap tingkat penguasaan yang telah Rata-rata/Mean 82.02
ditetapkan, maka dalam hal ini dilaksanakan KKM (Kriteria
Siklus II dengan mengoptimalkan pembelajaran Ketuntasan
menggunakan model Inquiry, sehingga hasilnya Minimal) 75
mengalami peningkatan dan dapat dilihat pada Jumlah Siswa
Tabel 02. yang Perlu
Diremidi 3 orang
Tabel 02. Prestasi Belajar Siswa Kelas X3 Semester Jumlah Siswa
2 Tahun Pelajaran 2014/2015 Siklus II yang Perlu
Diberi 41
NomorSubjek Pengayaan orang
Nilai Keterangan
Penelitian Prosentase
1. 90 Tuntas Ketuntasan
2. 73 Belum Tuntas Belajar 93.18%
3. 82 Tuntas
4. 84 Tuntas
5. 86 Tuntas Rendahnya prestasi siswa pada siklus awal
6. 85 Tuntas adalah akibat dari proses pembelajaran yang
7. 87 Tuntas kurang bermakna dengan menerapkan model
8. 84 Tuntas pembelajaran konvensional. Pada siklus
9. 80 Tuntas awal siswa hanya mampu meraih prestasi
10. 82 Tuntas belajar rata-rata sebesar 70,95 dengan
11. 82 Tuntas ketuntasan belajar sebesar 52,27%. Usaha-
12. 80 Tuntas usaha yang dilakukan peneliti pada Siklus I
13. 87 Tuntas dengan menerapkan model pembelajaran
14. 82 Tuntas Inquiry telah menunjukkan hasil dalam
15. 70 Belum Tuntas peningkatan prestasi belajar, yaitu
16. 82 Tuntas mencapai rata-rata sebesar 77,89 dengan
17. 83 Tuntas ketuntasan sebesar 79,54%. Ditinjau dari
18. 79 Tuntas rata-rata yang diraih siswa, hasil ini sudah
19. 83 Tuntas melampaui indikator, tetapi dari segi
20. 81 Tuntas ketuntasan belum mencapai indikator
21. 88 Tuntas penelitian oleh karena itu penelitian
22. 79 Tuntas tindakan ini perlu dilanjutkan pada siklus
23. 80 Tuntas berikutnya.
24. 84 Tuntas
25. 90 Tuntas Pada siklus II dilakukan perbaikan tindakan
26. 79 Tuntas dengan memaksimalkan pembimbingan pada
27. 75 Tuntas siswa dan memaksimalkan partisipasi seluruh
28. 89 Tuntas siswa dalam proses Inquiry, yaitu pada siklus I
29. 79 Tuntas siswa masih nampak belum terbiasa dengan
30. 77 Tuntas model pembelajaran Inquiry. Dengan segala
31. 75 Tuntas upaya peneliti menyempurnakan proses
32. 83 Tuntas pembelajaran pada siklus II ini dan akhirnya
33. 87 Tuntas membuahkan hasil dengan perolehan rata-rata
34. 82 Tuntas prestasi belajar sebesar 82,02 dengan ketuntasan
35. 80 Tuntas sebesar 93,18%. Hasil ini menunjukkan bahwa
36. 81 Tuntas model pembelajaran Inquiry telah berhasil

51
meningkatkan pemahaman siswa pada indikator Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Manajemen
yang ditentukan sesuai dengan harapan. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan
Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.
4. Simpulan dan Saran

Penggunaan model pembelajaran Inquiry


diupayakan untuk dapat menyelesaikan tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar fisika siswa kelas X 3 SMA Negeri
1 Denpasar tahun pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan baik
pada Siklus 1 maupun siklus II mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi dapat disampaikan hal-hal sebagai
berikut: Dari data awal ada 21 orang siswa
mendapat nilai dibawah KKM dan pada siklus I
menurun menjadi 9 orang siswa dan siklus II
hanya 3 orang siswa mendapat nilai di bawah
KKM. Dari rata-rata awal 52,27 naik menjadi
77,89 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi
82,02. Dari data awal siswa yang tuntas hanya
52,27% sedangkan pada siklus I menjadi lebih
banyak yaitu 79,54% siswa dan pada siklus II
menjadi cukup banyak yaitu 93,18% siswa.

Saran yang dapat disampaikan bahwa


penggunaan model pembelajaran Inquiry
semestinya menjadi pilihan bagi guru fisika,
karena model pembelajaran ini telah terbukti
mampu memberikan pembelajaran yang
bermakna pada siswa dan mampu meningkatkan
prestasi belajar siswa. Berkaitan dengan
penelitian ini perlu adanya penelitian lanjutan
untuk memverifikasi data yang diperoleh pada
penelitian ini.

Daftar Pustaka

Robert B. Sund and Leslie W. Teaching Science


by Inquiry in the Secondary School.
University of Colorado.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Poerwadarminta, W.J.S.2001. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Djamarah,. 1994. Prestasi Belajar dan
Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional, hal 23.

52
Penerapan Metode COOL-STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri 1
Denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013

I Gusti Nyoman Suardika


SMA Negeri 1 Denpasar

suardika.ign@gmail.com.

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa kelas X-10 SMAN 1 merasa
kesulitan belajar fisika. Hasil belajar fisika masih bawah nilai KKM 78. Beberapa metode pembelajaran telah
diterapkan namun tidak menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Rendahnya hasil belajar
fisika disebabkan karena kurang motivasi dan semangat belajar untuk menguasai materi. Untuk
meningkatkan penguasaan Kompetensi Dasar yang diharapkan perlu diterapkan Metode yang lebih
menuntut aktivitas, kelompok. Dengan menerapkan metode COOL-STAD (Cooperative Learning Student
Teams Achievement Divisions) diharapkan mampu menumbuhkan kenyamanan dalam kerja kelompok,
sehingga hasil belajar fisika siswa menjadi lebih baik. Pembelajaran COOL-STAD merupakan Pembelajaran
Kooperatif yang pada dasarnya adalah belajar bersama dalam kelompok, sehingga dalam proses belajar
perlu adanya penekanan pada kerja kelompok, yang pada akhirnya siswa tetap berkompetisi untuk menjadi
yang terbaik. Penelitian tindakan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran Cooperative STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa. Metode penelitian
mengacu pada langkah-langkah menurut Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari Perencanaan, Observasi,
dan Refleksi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, pada setiap siklus
terjadi peningkatan pada rerata hasil belajar, jumlah siswa mencapai nilai di atas KKM dan ketuntasan
belajar secara klasikal. Hal ini sangat mendukung tujuan dari penelitian ini sehingga mengarah pada
kesimpulan bahwa metode pembelajaran Cooperative STAD dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada
siswa kelas X-10 SMAN 1 Denpasar pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

Kata Kunci: Pembelajaran Cool-Stad, Hasil Belajar.

1. Pendahuluan dikemukakan bahwa kata hasil dapat berarti


perolehan, akibat atau kesudahan
Rangkaian interaksi antara guru dan siswa dalam
(Poerwadarminta, 1982: 348). Jika dikaitkan
proses pembelajaran berdampak terhadap hasil
dengan pembelajaran, maka hasil belajar
belajar. Dalam kamus umum bahasa Indonesia
merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya
53
seorang peserta didik dalam proses belajar. pembelajaran fisika dalam kurun waktu tertentu
Sudjana, menyatakan bahwa hasil belajar adalah berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya aturan-aturan alam yang begitu indah dan secara
(Nana Sudjana, 2008: 22). Sementara Uno, terstruktur dapat dideskripsikan secara matematis.
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan Matematik dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa
pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh komunikasi sains termasuk fisika. Pengetahuan
peserta didik dalam bentuk kemampuan- fisika terdiri dari banyak konsep dan prinsip yang
kemampuan tertentu (B. Uno, Hamzah, 2007: 17). pada umumnya sangat abstrak. Kesulitan yang
Jika dikaitkan dengan hasil belajar fisika, maka banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa adalah
hasil belajar fisika merupakan taraf kemampuan dalam menginterpretasi berbagai konsep dan
aktual yang terukur, berupa penguasaan materi prisip fisika sebab mereka dituntut harus mampu
pelajaran dan keterampilan-keterampilan fisika menginterpretasi pengetahuan fisika tersebut
yang dicapai oleh peserta didik melalui secara tepat dan tidak samar-samar. Kemampuan
pengalaman belajar yang telah didapatkan melalui siswa dalam mengidentifikasi dan menginterpretasi
pembelajaran fisika. konsep-konsep fisika jelas merupakan prasyarat
penting bagi penggunaan konsep-konsep untuk
Kemampuan aktual yang dimaksud di atas dalam membuat inferensi-inferensi yang lebih kompleks
ranah kognitif menurut Bloom meliputi (Nana atau untuk pemecahan soal fisika yang berkaitan
Sujana, 2008: 23): dengan konsep-konsep tersebut.
1) Pengetahuan: kemampuan yang
menyangkut hal-hal yang perlu diingat atau Fisika dapat dipandang sebagai sebuah produk,
dihapalkan seperti hukum, dalil, nama proses dan perubahan sikap. Jika dipandang
penemu, dan lain-lain. sebagai sebuah produk maka yang kita lihat, fisika
2) Pemahaman: kemampuan yamg adalah sekumpulan fakta, konsep, hukum/prinsip,
mengungkapkan makna dari suatu konsep, rumus dan teori yang harus kita pelajari dan
misalnya menjelaskan dengan susunan difahami. Fisika berisi fenomena, dugaan, hasil-
kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca hasil: pengamatan, pengukuran dan penelitian
atau didengarnya, yang dipublikasikan, jika kita melihatnya sebagai
3) Aplikasi: kemampuan yang diharapkan dari sebuah proses. Jika dilihat sebagai suatu
peserta didik untuk sanggup menggunakan perubahan sikap, maka Fisika akan berisi rasa
konsep, ide dan sebagainya dalam situasi ingin tahu, kepedulian, tanggung jawab, kejujuran,
baru, keterbukaan dan kerjasama.
4) Analisis: kemampuan untuk menguraikan
suatu keterkaitan (integrasi) ke dalam Belajar fisika lebih menekankan penalaran dalam
unsur-ubsur atau bagian-bagian sehingga pemahaman konsep melalui pembelajaran. Belajar
jelas hirarki atau susunannya, fisika harus mau berfikir, sering disosialisasikan
5) Sintesis: kemampuan untuk dengan kreativitas dan pemecahan masalah.
menggabungkan unsur-unsur yang Tanpa adanya rasa keingintahuan yang kuat atau
bermakna ke dalam bentuk menyeluruh motivasi tinggi hal tersebut tidak dapat tercapai
(integritas) sesuai sasaran mutu yang telah ditetapkan
6) Evaluasi: kemampuan untuk memberikan pemerintah maupun satuan pendidikan.
pertimbangan keputusan tentang nilai
berdasarkan pendapat yang dimilikinya Sasaran mutu yang ditetapkan SMAN 1 Denpasar
dan kriteria yang digunakan. untuk kelas X, kreteria ketuntasan minimal (KKM)
adalah 75 ketuntasan pembelajaran secara
Berdasarkan pengetahuan di atas, maka hasil klasikal 85% dan daya serap minimal 75%.
belajar merupakan taraf kemampuan aktual yang Kondisi nyata pada kegiatan pembelajaran bahwa
terukur, berupa penguasaan materi pelajaran dan hasil pre-test yang dilakukan pada kelas X-10
keterampilan-keterampilan yang dicapai oleh SMAN 1 Denpasar pada semester genap tahun
peserta didik melalui pengalaman belajar yang pelajaran 2012/2013, hanya 4 (empat) siswa dari
telah didapatkan. 36 siswa atau hanya 11,1% siswa mencapai
KKM, sedangkan sisanya 32 siswa atau 88,9%
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan siswa masih belum mencapai KKM. hanya sekitar
bahwa hasil belajar fisika adalah tingkat 18 dari 36 siswa ( 50% ) yang tekun mengikuti
penguasaan terhadap materi fisika pada ranah pelajaran guru, sisanya kurang menaruh perhatian
kognitif, Afektif, dan psikomotor, sebagai hasil dari terhadap pelajaran fisika. Siswa SMA Negeri 1
Denpasar masih mengalami kesulitan dalam
54
mempelajari fisika baik proses maupun produk, belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar
hal ini ditunjukkan pada ketidak mampuan teman-temannya dalam tim dan juga dirinya
memahami prosedur kerja praktikum di sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang
laboratorium. Program remidial atau perbaikan mampu mendorong para siswa untuk kompak,
cenderung bersifat klise hanya sebagai syarat saja setiap siswa mendapat kesempatan yang sama
karena pertimbangan waktu tersedia dengan untuk menunjang timnya mendapat nilai yang
banyaknya materi yang harus disampaikan maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.
sehingga hal ini menyebabkan siswa yang sulit
dalam belajar cenderung makin menurun minat Metode pembelajaran Cooperative STAD memiliki
belajarnya dan pada giliran selanjutnya dapat dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu
menurunkan hasil belajar siswa itu sendiri. dampak instruksional dan dampak sertaan.
Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep
Beberapa strategi maupun metode pembelajaran dan ketrampilan, kebergantungan positif,
telah dicobakan antara lain: metode ceramah, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan.
diskusi kelompok dan metode penugasan. Namun Dampak sertaan yaitu kepekaan sosial, toleransi
dengan metode ini belum dapat meningkatkan atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.
hasil belajar fisika siswa. Demikian juga dalam
proses belajar mengajar yang telah berlangsung Menurut Nurhadi, dkk, (2003) model pembelajaran
cenderung masih sulit untuk melibatkan siswa kooperatif tipe STAD lebih cocok digunakan dalam
secara aktif. Siswa cenderung menerima apa yang mengajarkan tujuan pembelajaran yang
dijelaskan oleh guru dan tidak bertanya kepada dirumuskan dengan satu jawaban benar seperti
guru atau temannya jika ada hal yang belum perhitungan dan penerapan bercirikan fisika,
dipahami. Sehingga pada pelajaran berikutnya penggunaan bahasa dan mekanika, keterampilan
kembali harus mengulang penjelasan yang telah membaca peta, geografi, dan fakta-fakta dan
dipelajari. Hal itu disebabkan beberapa faktor konsep IPA. Dengan demikian model tersebut
antara lain kurangnya motivasi belajar dan cocok pada semester 2 kelas X-10, yaitu Optik
semangat untuk memahami suatu konsep fisika. Geometri dan alat-alat optik yang bercorak
perhitungan dan keterampilan memahami fakta-
Berdasarkan permasalahan di atas penulis fakta dan konsep IPA. Dalam pembelajaran
berkeinginan untuk melakukan penelitian tindakan metode pembelajaran Cooperative STAD ini siswa
untuk meningkatkan ketuntasan belajar fisika dibagi beberapa kelompok dan tiap kelompok
siswa berupa penerapan Cooperative Learning mempunyai 4 atau 5 anggota yang dipilih
Student Teams Achivement Divisions (COOL- berdasarkan keheterogenan menurut jenis
STAD) dengan menggunakan ketrampilan proses, kelamin, suku maupun intelektual dalam hal ini
yang diduga dapat meningkatkan motivasi, tingkat kinerja siswa. Guru menyajikan pelajaran
aktivitas dan hasil belajar siswa. dan siswa bekerja dalam tim mereka untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami pelajaran tersebut. Pada akhir
membuktikan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran diadakan evaluasi (kuis) dimana
pembelajaran Cooperative STAD dapat siswa bekerja secara individual dan tidak lagi
meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas bekerja secara kelompok tetapi nilai yang
X-10 semester 2 SMA Negeri 1 Denpasar Tahun diperoleh merupakan nilai rata-rata kelompok.
pelajaran 2012/2013. Kelompok siswa yang mendapat upaya kinerja
tertinggi nilai rata-rata sekarang dibandingkan
Metode pembelajaran Cooperative STAD dengan nilai rata-rata yang lalu dan mendapatkan
merupakan salah satu model pembelajaran yang penghargaan/ganjaran atas nama kelompok itu
dikembangkan berdasarkan teori Psikologi sosial. (Nurhadi, dkk, 2003)).
Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja
kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih Dengan metode pembelajaran Cooperative STAD
daripada individualistik dalam lingkungan diharapkan siswa kelas X-10 SMAN 1 Denpasar,
kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan mampu melakukan penalaran dan mau berfikir
perasaan positif satu dengan lainnya, mengurangi untuk memudahkan pemahaman standar
keterasingan dan kesendirian, membangun kompetensi. Menerapkan prinsip kerja alat-alat
hubungan dan menyediakan pandangan positif optik, sehingga diperoleh hasil belajar yang lebih
terhadap orang lain. Metode pembelajaran baik. Metode pembelajaran Cooperative STAD
Cooperative STAD ini mempunyai beberapa diharapkan tepat untuk pembelajaran optik
kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip geometri dan alat-alat optik, karena pada standar
bahwa para siswa bekerja bersama-sama dalam
55
kompetensi ini siswa betul-betul dituntut dapat atau lebih dengan ketuntasan belajar minimal
bekerja kelompok dalam melakukan eksperimen. 90%. Ketentuan ini merupakan sasaran mutu SMA
Negeri 1 Denpasar agar siswa dapat bersaing
Berpijak pada latar belakang dan dasar teori yang dalam sekolah lebih lanjut ke Perguruan Tinggi
dipaparkan di atas maka pada penelitian ini Negeri yang divavoritkan masyarakat.
diajukan hipotesis tindakan: Penerapkan metode
Cooperative Learning Student Teams Achievement 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Divisions (COOL-STAD) dapat meningkatkan hasil
belajar fisika kelas X-10 Semester 2 SMA Negeri 1 1) Pengamatan Siklus I
Denpasar Tahun Pelajaran 202/2013. Pengamatan dilakukan pada proses pembelajaran
dan tes kemampuan kognitif dilakukan setelah 3
2. Metode Penelitian kali pertemuan dengan melakukan tes hasil
belajar. Data hasil belajar yang didapat pada siklus
Rancangan penelitian yang digunakan dalam I adalah sebagai berikut.
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) yang bersifat Tabel 1. Capaian hasil belajar pada siklus I
kolaboratif, yaitu dengan melibatkan guru Fisika Target
No. Indikator Hasil
yang secara formal bertugas di sekolah yang pencapaian
bersangkutan sebagai pengamat. Model Rata-rata hasil
1. 83,86 80
penelitian menggunakan model Kemmis dan belajar
Mc.Taggart (1998) yang terdiri dari beberapa 2. KKM 78 78
langkah berikut : (1) Perencanaan, (2) Tindakan 3. Skor Maksimum 92 100
(3) Observasi, dan (4) Refleksi, 4. Skor Minimum 74 78
Jumlah Siswa yang
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan 5. 8 0
Mesti Diremidi
dengan diawali kegiatan pra tindakan, yaitu dari Jumlah Siswa yang
bulan Januari sampai bulan maret 2013. Penelitian 6. Perlu Diberi 28 36
dibagi dalam dua siklus yang disesuaikan dengan Pengayaan
jumlah jam tatap muka pada pokok bahasan Optik Prosentase
geometri dan alat-alat optik. Masing-masing siklus 7. 75,67% 85%
Ketuntasan Belajar
terdiri dari beberapa langkah berikut : (1)
Perencanaan, yaitu dengan menyusun rumusan
masalah, menentukan tujuan dan metode Berdasarkan tabel-1, rerata hasil belajar fisika
penelitian serta membuat rencana tindakan. (2) siswa sudah melampaui target yang ditetapkan.
Tindakan dilakukan oleh peneliti sebagai upaya Namun masih terdapat 8 dari 36 siswa perolehan
perubahan yang dilakukan. (3) Observasi, skor di bawah KKM 78. Maka siswa tersebut harus
dilakukan dengan mengamati hasil atau dampak diremidial pada hari tertentu dan pada kompetensi
dari tindakan yang dilakukan terhadap siswa. (4) dasar yang sama. Dari hasil observasi pada
Refleksi, pada tahap ini peneliti mengkaji, dan proses pembelajaran, bahwa 8 siswa tersebut
mempertimbangkan hasil atau dampak dari memang belum dapat berkolaborasi dalam
tindakan yang dilakukan. kegiatan belajar dalam kelompoknya. Pada
kegiatan kelompok, tampaknya mereka pasif
Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan dalam berdiskusi dan pemecahan masalah.
cara observasi, wawancara, dokumentasi dan Berdasarkan analisis dapat dibuat tabel Kelas
teshasil belajar fisika. Selanjutnya dianalisis Interval pada Siklus I seperi pada Tabel 2.
dengan statistik deskriptif, yang terdiri dari: nilai
rerata kelas, ketuntasan belajar klasikal. Data juga Tabel 2. Data Kelas Interval pada Siklus I
ditampilkan dalam tabel frekuensi kumulatif dan
dalam bentuk histogram. No Nilai Frekuensi Frekuensi
Interval
Urut Tengah Absolut Relatif
Keberhasilan pembelajaran diperoleh jika terjadi 1. 74-76 75 4 11.11
peningkatan hasil belajar antara prestasi subjek 2. 77-79 78 5 13.89
penelitian sebelum diberikan tindakan dan 3. 80-82 81 4 11.11
sesudah diberika tindakan. Dalam penelitian ini 4. 83-85 84 6 16.67
diusulkan tingkat keberhasilan per siklus yaitu 5. 86-88 87 12 33.33
pada siklus I hasil belajar siswa mencapai nilai 6. 89-91 90 3 8.33
rata-rata 80 dengan ketuntasan belajar sebesar
7. 92-94 93 2 5.56
85% dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 85
56
Total 36 100 indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan,
yang ditunjukkan pada tabel 4-3 berikut.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas Tabel 3. Perolehan skor hasil belajar pada siklus II
tentang katagori hasil belajar fisika siswa, dapat
digambarkan dalam bentuk histogram seperti pada No. Penca Target
Indikator
Gambar 1. paian
1. JumlahNilai 3091 -
2. Rata-rata 85,86 85
14
3. KKM 78 78
12 4. Skor Maksimum 94 100
5. Skor Minimum 76 78
10 6. Jumlah Siswa yang Mesti 0
1
Diremidi
8
7. Jumlah Siswa yang Perlu 36
35
6 Diberi Pengayaan
8. Prosentase Ketuntasan 90
4 94,59
Belajar
2
0 Rerata hasil belajar fisika siswa sudah melampaui
74-76 77-79 80-82 83-85 86-88 89-91 92-94 target yang ditetapkan. Namun masih terdapat 1
dari 36 siswa perolehan skor di bawah KKM 78.
Maka siswa tersebut harus diremidial pada hari
Gambar-1. Histogram siklus I tertentu dan pada kompetensi dasar yang sama.
Dari hasil observasi pada proses pembelajaran,
bahwa siswa yang belum tuntas tersebut memang
Tabel distribusi frekuensi dan histogram belum dapat berkolaborasi dalam kegiatan belajar
menunjukkan sekitar 16,67 % perolehan skor hasil dalam kelompoknya. Pada kegiatan kelompok,
belajar fisika siswa berada di sekitar rata-rata, tampaknya mereka tetap pasif dalam berdiskusi
47,22% di atas rata-rata dan 36,11 % di bawah dan pemecahan masalah. Persentase ketuntasan
rata-rata. Namun masih terdapat 8 siswa (22%) belajar 94,59% sudah melampaui target 90% yang
yang belum mencapai KKM 78. Beberapa aspek direncanakan.
keberhasilan pada siklus I: terjadinya peningkatan
aktivitas belajar siswa, mulai adanya kerja sama Berdasarkan analisis data dapat dibuat tabel
dalam kelompok, meningkatnya motivasi belajar distribusi frekuensi data hasil belajar fisika siswa
siswa, dan meningkatnya ketuntasan belajar sebagai berikut.
secara klasikal.
Tabel 4. Data Kelas Interval pada Siklus II
Kelemahan-kelemahan yang ada dari pelaksanaan
tindakan siklus I adalah: (a) Mengatur tempat No Nilai Frekuensi Frekuensi
duduk untuk kerja kelompok sangat menyita waktu. Interval
Urut Tengah Absolut Relatif
Hal ini disebabkan belum tersedianya ruangan- 1 76-79 76 5 13.89
ruangan khusus yang memungkinkan secara 2 80-83 81 6 16.67
langsung dapat digunakan untuk belajar kelompok. 3 84-87 86 8 22.22
(b) Jumlah siswa yang besar dalam suatu kelas 4 88-91 91 12 33.33
menyebabkan guru kurang maksimal dalam 5 92-95 96 5 13.89
mengamati kegiatan belajar, baik secara kelompok Total 36 100
maupun secara perorangan. (c) Masih lambatnya
siswa bekerja dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang berkaitan dengan pembelajaran yang Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
dilakukan. (d) Belum maksimalnya siswa bekerja tentang katagori hasil belajar fisika siswa, dapat
sama dalam kelompok. digambarkan dalam bentuk histogram sesuai
gambar 2 sebagai berikut.
2) Pengamatan Siklus II

Berdasarkan data hasil belajar pada siklus I,


dilakukan perhitungan dan dikomparasi dengan
57
14 guru masih belum mampu melaksanakannya
sesua alur teori yang benar.
12
Dengan membuat perencanaan yang lebih
10 baik pada siklus ke II untuk perbaikan hasil
8
belajar siswa yang lebih maksimal dengan
menggunakan alur dan teori dari metode
6 pembelajaran COOL-STAD dengan benar
dan lebih maksimal. Disamping itu juga
4 memotivasi siswa agar giat belajar, memberi
arahan-arahan, menuntun mereka untuk
2
mampu menguasai materi pada mata fisika
0 lebih optimal. Akhirnya dengan semua upaya
tersebut peneliti mampu meningkatkan hasil
76-79

80-83

84-87

88-91

92-95
belajar siswa pada siklus II menjadi rata-rata
85,86, dengan ketuntasan belajar 94,59. Hasil
Gambar 2. Histogram Hasil belajar fisika siswa pada belajar ini sudah melebihi target rata-rata 85
Siklus II yang diharapkan pada siklus II dan juga
melampaui ketuntasan yang ditargetkan pada
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan siklus II yaitu 90. Upaya-upaya yang
histogram dapat dilihat bahwa sekitar 22 % maksimal tersebut menuntun kepada peneliti
perolehan skor hasil belajar fisika siswa berada di pada kesimpulan bahwa metode
sekitar rata-rata, 47,22% di atas rata-rata dan pembelajaran COOL-STAD mampu
30,56 % di bawah rata-rata, dan masih ada 1 meningkatkan hasil belajar siswa.
(0,03%) siswa belum mencapai KKM 78.
4. Simpulan dan Saran
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berawal dari permasalahan pada rendahnya
Pada kondisi awal penelitian diperoleh data hasil belajar fisika siswa kelas X-10 SMA
hasil belajar fisika siswa dengan rata-rata Negeri 1 Denpasar tahun pelajaran
76,56 menunjukkan bahwa kemampuan siswa 2013/2014, yang telah dipaparkan pada
kelas X-10 SMA Ngeri 1 Denpasar dalam permasalahan penelitian ini. Beberapa
mata pelajaran fisika masih sangat rendah metode pembelajaran telah dicobakan namun
mengingat kriteria ketuntasan belajar siswa belum menunjukkan peningkatan hasil belajar
kelas X untuk mata pelajaran fisika di SMA secara signifikan. Untuk mengatasi hal
Negeri 1 Denpasar adalah 78. Demikian juga tersebut peneliti mencobakan penerapan
ketuntasan belajar klasikal hanya 62,16%. metode pembelajaran COOL-STAD
(Cooperative Learning Student Teams
Dengan nilai yang sangat rendah seperti itu Achievement Divisions). Yang diduga dapat
maka peneliti mengupayakan untuk dapat peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X -
meningkatkan hasil belajar siswa 10.
menggunakan metode COOL-STAD
(Cooperative Learning Student Teams Peningkatan hasil belajar fisika siswa dari kondisi
Achievement Divisions). Akhirnya dengan awal, siklus I dan siklus II dapat dibuat tabel
penerapan metode COOL-STAD yang benar ringkasan sebagai berikut.
sesuai teori yang ada, peningkatan rat a-rata
hasil belajar siswa pada siklus I dapat Tabel 5. Peningkatan hasil belajar pada kondisi awal,
diupayakan dan mencapai rata-rata 83,86. siklus I dan Siklus II
Namun rata-rata tersebut belum maksimal
karena hanya 28 siswa memperoleh nilai di Kondisi
No. Komponen Siklus I Siklus II
atas KKM sedangkan yang lainnya belum awal
mencapai KKM. Sedangkan prosentase 23 28
ketuntasan belajar mereka baru mencapai Nilai siswa siswa siswa 35 siswa
75,67. Hal tersebut terjadi akibat penggunaan 1. di atas dari dari dari 36
metode pembelajaran COOL-STAD belum KKM, 78 36 36 siswa
dapat dilakukan secara maksimal, karena siswa siswa
metode tersebut baru dicobakan sehingga Nilai rata-
2. 76,56 83,86 80
rata
58
Ketuntasan aktif, mengeluarkan pendapat, bertanya,
3. Belajar 94,59%. berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain.
62,16% 75,67%)
klasikal
Daftar Pustaka

Berdasarkan bukti pencapaian tujuan B.Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran


pembelajaran pada tabel ringkasan di atas Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
dapat disimpulkan bahwa metode Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara.
pembelajaran COOL-STAD dapat dapat Kemmis, Stephen and Robin McTaggart (eds.),
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas 1988. The action research planner. Victoria,
X-10 SMA Negeri 1 Denpasar tahun pelajaran Australia: Deakin University Press.Press.
2013/2014 . Nana Sudjana, 2008. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Berpijak dari temuan penelitian ini, dapat Rosdakarya.
disampaikan saran-saran sebagai berikut: Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2003.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran Pembelajaran Kontekstual dan
pada mata fisika SMA, penggunaan metode Penerapannya dalam KBK. Malang:
pembelajaran COOL-STAD diharapkan Penerbit Universitas Negeri Malang.
menjadi pilihan dari beberapa metode yang Poerwadarminta. 1982. Kamus Besar Bahasa
ada, mengingat metode ini telah terbukti Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
dapat meningkatkan kerjasama, partisipasi
UPAYA MAKSIMAL BIMBINGAN INDIVIDU UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KREATIVITAS
PENGEMBANGAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR

Ni Ketut Agustini
SMA Negeri 6 Denpasar

Abstrak

Temuan awal yang menunjukkan motivasi dan kreativitas siswa yang masih rendah dalam pengembangan
diri saat proses belajar, menyebabkan peneliti mengambil langkah perbaikan melalui penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini dilakukan dikelas X 2 di SMAN 6 Denpasar pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.
Tujuan penulisan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi
dan kreativitas pengembangan diri siswa setelah diberikan bimbingan individu. Metode pengumpulan
datanya adalah observasi. Metode analisis datanya adalah deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah bimbingan individu dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas pengembangan diri siswa kelas X 2
di SMAN 6 Denpasar pada semester I tahun pelajaran 2012/2013. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh.
Untuk motivasi, pada awalnya masih kategori C, pada siklus I ada pada kategori B dan pada siklus II ada
pada kategori A. Dan untuk kreativitas pengembangan diri, data awalnya masih kategori C, pada siklus I ada
pada kategori B dan pada siklus II ada pada kategori A. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah
bimbingan individu dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas pengembangan diri siswa kelas X 2 di SMA
Negeri 6 Denpasar pada semester I tahun pelajaran 2012/2013.

Kata Kunci: Bimbingan Individu, Motivasi, Kreativitas

1. Pendahuluan pengetahuan dan teknologi sangat pesat dan hal


tersebut menuntut sumber daya yang ada pun
PP 10 tahun 2007 Bab XV Pasal 91 (1), (2), (3) harus memiliki kwalitas yang sangat baik. Di
pada menyatakan bahwa penjaminan mutu Indonesia upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan sebagaimana dimaksud dilakukan sumber daya tersebut diupayakan melalui
secara bertahap, sistematis dan terencana dalam pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan
suatu program penjaminan mutu yang memiliki diuraikan panjang lebar dalam berbagai peraturan
target dan kerangka waktu yang jelas (BSNP, yang dikeluarkan pemerintah baik dalam
2007). Pada masa sekarang perkembangan ilmu peraturan perundang-undangan maupun dalam

59
Permen-Permen. Beberapa contoh harapan yang akankreativitas pengembangan diri sangat
bisa disampaikan adalah: 1) setiap satuan penting.
pendidikan dalam jalur formal dan nonformal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan. Rhodes (dalam Munandar, 2002)
Penjaminan mutu pendidikan tersebut bertujuan mengemukakan, teori kreativitas pengembangan
untuk memenuhi atau melampaui Standar diri dirumuskan dalam istilah pribadi (person),
Nasional Pendidikan. Peningkatan mutu proses (process), produk (product) dan
pendidikan mesti didukung oleh kebenaran pendorong (press).Dalam penelitian tentang
komitmen baik komitmen dipihak guru maupun kreativitas pengembangan diri, dapat digunakan
komitmen dipihak siswa. Dipihak guru komitmen keempat pendekatan teori kreativitas
ditunjukkan dengan melakukan penelitian dalam pengembangan diri atau salah satu diantaranya.
upaya meningkatkan mutu, sedangkan dipihak Kreativitas pengembangan diri identik dengan
siswa komitmen yang diharapkan ada berupa berpikir divergen.
motivasi serta kreativitas pemngembangan diri
yang baik agar mutu pendidikan meningkat. Kreativitas pengembangan diri merupakan salah
Kedua harapan ini tercakup dalam Penelitian satu aspek psikis menusia yang sangat penting
Tindakan Kelas yang disusun. untuk dipupuk dan dikembangkan, karena dengan
kreativitas memungkinkan individu menemukan
Motivasi diartikan sebagai pendorongan. Artinya, cara-cara menilai sesuatu dengan tepat dan dapat
setiap usaha yang dilakukan untuk mendorong menghadapi, mengolah serta menguasai situasi
dan mempengaruhi tingkah lalu seseorang. sesuai dengan tuntutan.nampaknya tidak
Sebagaimana yang disampaikan Menurut berlebihan bila dinyatakan kesejahteraan suatu
Purwanto (1997) bahwa secara umum dapat bangsa sangat bergantung pada sumbangan
dikatakan bahwa tujuan motivasi untuk kreatif yang berupa ide-ide, penemuan-penemuan
menggerakkan atau menggugah seseorang agar dan teknologi baru dari anggota masyarakatnya.
timbul keinginan dan kemauannya untuk Berdasarkan pada pemaparan tersebut, maka
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh memiliki motivasi serta kreativitas pengembangan
hasil atau mencapai sesuatu.Dalam proses diri pada siswa sangat penting artinya dalam
pembelajaran seorang guru yang ingin proses pembelajaran.
menggerakan atau memacu para siswanya
mewujudkan keinginan untuk berprestasi dapat Namun dalam kenyataan yang ada, utamanya
dicapai dengan memupuk motivasi dan kreativitas yang terjadi di SMAN 6 Denpasar, tidak semua
pengembangan diri siswa dengan caraguru siswa memiliki motivasi dan kreativitas
memberi pujian yang dapat menimbulkan rasa pengembangan diri yang sesuai dengan yang
percaya diri, keberanian, disiplin, bertanggung diharapkan. Dari temuan awal dan proses
jawab, dan menyangkut juga semua unsur-unsur observasi yang peneliti lakukan, dikelas X 2 pada
psikologis dalam diri siswa.Motivasi yang ada semester I tahun pelajaran 2012/2013, tercatat
dalam diri seseorang akan berdampak pada sangat banyak siswa yang masih memiliki
peningkatan kreativitas dan keinginan untuk motivasi dan kreativitas pengembangan diri yang
melakukan usaha secara maksimal. rendah. Pada hasil observasi terhadap motivasi
siswa, diketahui bahwa ada 19 siswa mendapat
Kreativitas pengembangan diri merupakan nilai C, 10 siswa mendapat nilai B. Namun masih
kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk ada siswa yang masih mendapat nilai D sebanyak
menciptakan sesuatu yang baru atau relatif baru 3 orang. Kemudian pada hasil observasi terhadap
dalam bentuk gagasan maupun karya nyata yang kreativitas pengembangan diri terdapat 6 siswa
relatif berbeda dengan apa yang sudah ada mendapat nilai B, 16 siswa mendapat nilai C dan
sebelumnya. Secara potensial, setiap orang masih ada 10 siswa yang mendapatkan nilai D.
memiliki daya kreatif yang daya
perkembangannya dapat dipengaruhi oleh Memperhatikan permasalahan yang terjadi di
intervensi pendidikan, lingkungan lapangan, maka penelitian yang diupayakan agar
sosiocultural.Sumbangan gagasan dan karya- bisa terjadi peningkatan dalam dunia pendidikan
karya kreatif dalam dalam berbagai bidang terutama dalam mutu pendidikan dengan cara
kehidupan sangat berperan dalam meningkatkan meningkatkan hal-hal kecil seperti peningkatan
kesejahteraan umat manusia.Dalam berbagai motivasi serta kreativitas pengembangan diri
aspek kehidupan dibutuhkan kreativitas siswa dengan penerapan berbagai cara atau
pengembangan diri. Seperti dinyatakan oleh [3], metode sangat diperlukan, misalnya dengan
ditinjau dari aspek manapun, kebutuhan pelaksanaan bimbingan individu.

60
Bimbingan individual merupakan suatu layanan motivasi dan kreativitas pengembangan diri siswa
yang diberikan pada peserta didik yang khusus setelah diterapkan bimbingan individu. Untuk
dengan memperhatikan kebutuhan individu mengumpulkan data penelitian ini dilakukan
siswa.kebutuhan masing-masing individu disuatu dengan proses observasi. Indikator motivasi
kelas tentu saja tidak sama oleh karenanya guru tersebut terdapat sebanyak 6 indikator penilaian.
harus mampu mengetahui perbedaan yang ada Dan Indikator Kreativitas pengembangan diri
dari anak yang dibimbing. Bimbingan individu diuraikan dalam 10 indikator penilaian. Metode
merupakan bantuan kepada seluruh peserta didik yang digunakan untuk menganalisis data hasil
yang dilakukan secara berkesinambungan supaya penelitian ini adalah metode deskriptif. Indikator
mereka dapat memahami dirinya (potensi dan dalam penelitian ini diusulkan tingkat keberhasilan
tugas-tugas perkembangannya), dan memahami per siklus yaitu pada siklus I minimal mencapai
lingkungan sehingga mereka mampu kualitas B dan rata-rata persentase ketercapaian
mengarahkan diri, menyesuaikan diri secara sebesar 80%, dan pada siklus II diharapkan
dinamis dan konstruktif terhadap norma yang mencapai kualitas minimal A dengan rata-rata
berlaku atau tuntutan lembaga pendidikan, persentase ketercapaian minimal 80%.
keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja yang
akan dimasukinya kelak Syamsu Yusuf dan 4. Hasil dan Pembahasan
Juntika Nurihsan,2009:13
Dari nilai awal komitmen siswa, setelah diberikan
Dengan dasar-dasar yang telah disampaikan bimbingan individu dengan teknik diskusi
sebelumnya mengenai motivasi dan kreativitas kelompok ternyata komitmen siswa meningkat
pengembangan diri, sehingga melalui kebaikan sesuai dengan harapan. Data peningkatan
dalam pelakasanaan bimbingan individu, komitmen siswa dapat disampaikan seperti pada
permasalahan yang ada akan dapat diatasi. Tabel 01.

2. Metodologi Penelitian Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat dilihat


bahwa pada data awal dikelas X 2 semester I
Penelitian yang telah peneliti lakukan ini tahun pelajaran 2012/ 2013 rata-rata siswa
merupakan penelitian tindakan. Oleh karena itu, memiliki motivasi serta kreativitas pengembangan
rancangan dalam penelitian tindakan didasarkan diri yang sangat rendah. Dari data yang
pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka didapatkan melalui proses observasi didapatkan
atas hal-hal yang statis, tetapi selalu hasil pada data awal siswa mendapatkan nilai
menginginkan sesuatu yang lebih baik. sikap rata-rata C dengan hasil rata-rata
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini persentase ketercapaian baru mencapai 54,5%
dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai pada aspek motivasi, dan pada aspek kreativitas
(Suharsini arikunto, Suhardjono, Supardi,2006:6- pengembangan diri, siswa baru mencapai rata-
7) rata nilai C, dengan persentase ketercapaian
sebesar 47,6%. Dengan hasil yang sangat rendah
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti memilih tersebut, maka peneliti mengupayakan adanya
rancangan penelitian tindakan yang disampaikan peningkatan motivasi dan kreativitas
oleh Mc. Kernan. Adapun prosedur pelaksanaan pengembangan diri siswa dalam proses
tindakan adalah sebagai berikut: 1) Tindakan daur pembelajaran dengan menerapkan layanan
I: mulai dari definisi masalah, berlanjut ke Bimbingan individu. Setelah dilaksanakan
assessment yang disiapkan, berlanjut ke rumusan tindakan pada siklus I, komitmen siswa
hipotesis, berlanjut ke pengembangan untuk mengalami peningkatan.
tindakan I, lalu implementasi tindakan, evaluasi
tindakan berlanjut ke penerapan selanjutnya; 2) Pada hasil data observasi siklus I siswa yang
Tindakan daur II: mulai dari menentukan kembali awalnya mendapatkan penilaian rata-rata baru
masalah yang ada, berlanjut ke assessment yang mencapai nilai C meningkat. Pada aspek motivasi
disiapkan, terus ke pemikiran terhadap munculnya rata-rata nilai siswa sudah mencapai nilai B,
hipotesis yang baru, perbaikan tindakan pada dengan persentase ketercapaian sebesar 70,9%.
rencana ke 2, pelaksanaan tindakan, evaluasi Dan pada aspek kreativitas pengembangan diri
terhadap semua pelaksanaan dan penerapan. siswa mencapai rata-rata nilai B dengan
persentase ketercapaian sebesar 72,8%.
Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X 2 Meskipun hasil tersebut menunjukkan adanya
di SMAN 6 Denpasar pada semester I tahun peningkatan, namun hal tersebut belum
pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 orang memenuhi indikator keberhasilan penelitian.
siswa. Objek penelitian adalah peningkatan Karena persentase ketercapaian yang diharapkan

61
mencapai minimal 80%. Hal ini disebabkan persentase ketercapaian sebesar 88,1% dan
karena pemberian bimbingan individual baru pada aspek kreativitas pengembangan diri siswa,
pertama kali dialami oleh siswa, sehingga banyak rata-rata nilai yang diperoleh siswa mencapai nilai
hal-hal yang belum dipahami, dan masih terbawa A, dengan persentase ketercapaian sudah
pada kebiasaan-kebiasaan lama. Sehingga mencapai 92,3%. Dari hasil tersebut menunjukkan
penelitian ini dilanjutkan. bahwa pelaksanaan bimbingan individu dengan
teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan
Pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan komitmen siswa. Dan hal ini dapat menjawab
dibandingkan siklus I, yaitu: dari hasil observasi permasalahan yang ada. Karena indikator
hasil yang didapatkan, pada aspek motivasi siswa pencapaian penelitian telah tercapai, maka
meningkat menjadi rata-rata nilai A, dengan penelitian tidak dilanjutkan kembali.

Tabel 01. Peningkatan Motivasi dan Kreativitas Pengembangan Diri Siswa dari Awal ke Siklus I dan
ke Siklus II

Data Awal Siklus I Siklus II


No. Motivasi Kreativitas Motivasi Kreativitas Motivasi Kreativitas
Abs. Kate- Kate- Kate- Kate- Kate- Kate-
% % % % % %
gori gori gori gori gori gori
1 C 53,3 C 50 B 73,3 B 76 A 93,3 A 96
2 D 40,0 D 40 B 66,7 C 60 A 86,7 A 84
3 C 43,3 C 48 B 66,7 B 68 A 86,7 A 90
4 C 43,3 D 40 B 63,3 B 64 A 86,7 A 88
5 C 43,3 C 44 B 66,7 B 72 A 90,0 A 96
6 D 40,0 D 38 C 60,0 B 62 B 80,0 A 86
7 B 70,0 B 70 A 86,7 A 84 A 100 A 98
8 C 46,7 D 38 B 66,7 B 66 A 86,7 A 94
9 C 46,7 C 42 B 70,0 B 66 A 90,0 A 90
10 C 46,7 C 42 B 63,3 B 68 B 76,7 A 90
11 C 53,3 C 46 B 73,3 B 74 A 93,3 A 92
12 C 43,3 D 34 C 60,0 B 66 B 80,0 A 90
13 B 73,3 C 60 A 86,7 A 82 A 93,3 A 94
14 C 53,3 C 46 C 60,0 B 74 B 80,0 A 92
15 B 73,3 B 66 A 90,0 A 86 A 96,7 A 98
16 B 70,0 C 58 A 80,0 B 80 A 93,3 A 94
17 C 50,0 C 42 C 66,7 B 70 A 90,0 A 94
18 B 73,3 C 60 A 93,3 A 82 A 96,7 A 94
19 C 43,3 C 32 B 70,0 C 60 A 90,0 A 86
20 B 76,7 B 66 A 93,3 A 88 A 93,3 A 96
21 C 50,0 C 42 C 60,0 B 74 A 83,3 A 94
22 C 50,0 C 42 C 56,7 B 76 B 80,0 A 96
23 B 70,0 B 64 A 86,7 A 86 A 96,7 A 96
24 D 40,0 D 28 C 60,0 B 64 A 90,0 A 86
25 B 70,0 B 64 A 83,3 A 88 A 93,3 A 98
26 C 53,3 D 40 B 63,3 B 68 A 83,3 A 92
27 C 46,7 C 44 C 53,3 B 74 B 76,7 A 94

62
28 C 50,0 D 40 C 56,7 B 70 B 80,0 A 90
29 B 66,7 B 64 A 80,0 A 82 A 93,3 A 98
30 B 70,0 C 58 A 86,7 B 78 A 93,3 A 94
31 C 43,3 D 38 B 66,7 C 60 A 86,7 A 86
32 C 50,0 D 40 B 60,0 C 60 B 80,0 A 86
Rata
C 54,5 C 47,6 B 70,9 B 72,8 A 88,1 A 92,3
-rata

Munandar. 2002.
4. Simpulan dan Saran http://digilib_petra.ac.id/viewr.php?page=1_A
qual=high&submitva
Dengan melihat hasil penelitian yang sudah Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan,
dipaparkan panjang lebar sebelumnya dapat 2009.Landasan Bimbingan dan Konseling.
ditarik kesimpulan bahwa: Sesuai tujuan Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, hal
penelitian, dapat disampaikan bahwa pelaksanaan 13.
bimbingan individu dapat meningkatkan motivasi Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006.
dan kreativitas pengembangan diri siswa dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
pembelajaran. Ini terbukti dari kenaikan nilai Aksara, hal 6-7.
motivasi dan kreativitas pengembangan diri siswa
dari awal mendapat nilai C dan rata-rata
persentase ketercapaian 54,5% dan 47,6%,
meningkat menjadi nilai B dengan rata-rata
persentase ketercapaian 70,9% dan 72,8% pada
siklus I. Dan kemudian naik lagi menjadi nilai A
dengan rata-rata persentase ketercapaian sebesar
88,1%, dan 92,3% pada siklus II. Dengan hasil
tersebut maka segala permasalahan yang terjadi
sebelumnya dapat teratasi.

Berdasar temuan yang sudah disimpulkan,


maka saran-saran yang dapat peneliti berikan
adalah sebagai berikut:1) Bagi guru-guru BK
yang ingin menggunakan hasil penelitian ini
dapat menerapkan temuan yang telah
diperoleh untuk membantu meningkatkan
motivasi dan kreativitas pengembangan diri
siswa dengan mengoptimalkan cara-cara
bimbingan individu; 2) Bagi peneliti yang ingin
mendalami model yang penulis teliti dapat
mencoba penelitian yang sam a dengan
mengkaji bagian-bagian yang belum sempat
diteliti; 3) Bagi peneliti yang ingin
memverifikasi hasil penelitian ini dapat
melakukan penelitian yang sama untuk
mengkaji kebenaran keilmuan yang ada serta
untuk dapat memberikan masukan, kritik yang
sifatnya membantu demi kesempurnaan
kajian keilmuan yang sangat dibutuhkan.

Daftar Pustaka

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007.


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2007.
Jakarta: BSNP.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.

63
UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MENGIKUTI TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN
BIMBINGAN INDIVIDUAL DI SMAN 6 DENPASAR

Ni Putu Ardani
SMAN 6 Denpasar

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam upaya perbaikan terhadap
kedisiplinan siswa. Penelitian ini dilakukan dikelas X 4 pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 di SMAN
6 Denpasar, dengan jumlah subjek sebanyak 37 siswa yang disinyalir masih memiliki kedisiplinan yang
kurang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kedisiplinan siswa
setelah diberikan tindakan dengan layanan bimbingan individual. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan
hasil peningkatan kedisiplinan pada siswa kelas X 4 yang cukup signifikan. Dari data awal siswa yang hanya
mendapatkan rata-rata skor sebesar 18,86 atau nilai C dengan persentase ketercapaian baru mencapai
47,16%, pada siklus I kedisiplinan siswa meningkat menjadi 31,54 atau nilai B dengan persentase 78,85%.
Meskipun sudah terjadi peningkatan, namun hal tersebut belum memenuhi kriteria minimal dalam indikator
keberhasilan. Hal ini disebabkan karena siswa masih banyak yang masih terpaku pada pola-pola kebiasaan
lama, belum merubah sikap, dan belum menyadari pentingnya kedisiplinan dalam hidup mereka. Sehingga
diperlukan adanya perubahan dalam pendekatan yang diberikan agar siswa mampu menyadari
kesalahannya, dan mengerti arti penting dari kedisiplinan untuk masa depan mereka. Setelah dilakukan
perbaikan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Siswa sudah
mampu mencapai rata-rata skor 36,11 atau nilai A dengan persentase ketercapaian sebesar 90,27%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian layanan Bimbingan Individual dapat meningkatkan
kedisiplinan siswa. Dan hal ini dapat menjawab permasalahan yang ada.

Kata Kunci: Kedisiplinan Sekolah, Tata tertib Sekolah, Bimbingan Individu

1. Pendahuluan sebagainya. Dengan demikian individu


dituntut untuk lebih mampu menghadapi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan berbagai masalah seperti masalah
teknologi menimbulkan perubahan- penyesuaian diri, masalah pemilihan
perubahan di dalam berbagai aspek pekerjaan, masalah perencanaan dan
kehidupan seperti aspek kepribadian, sosial, pemilihan pendidikan, masalah hubungfan
politik, ekonomi, industri, dan sebagainya. sosial, masalah keluarga, masalah
Perkembangan berbagai lapangan kerja, keuangan, masalah pribadi. Dapat dimaklumi
masalah hubungan sosial, masalah tenaga bahwa tiap individu dapat berhasil dengan
ahli, masalah pengangguran dan sebagainya sebaik-baiknya menghadapi masalah-
merupakan beberapa diantara masalah- masalah yang dihadapinya. Dengan situasi
masalah yang sering terjadi sebagai akibat dan kondisi perkembangan jaman yang
perubahan dan kemajuan tersebut. seperti itu dalam usaha mengatasi tantangan
yang ditimbulkan oleh masalah-masalah
Perubahan-perubahan dan perkembangan yang dihadapinya perlu mendapat bantuan
seperti tersebut di atas berpengaruh pula yang memadai.
kepada kehidupan individu sebagai pribadi
maupun sebagai anggota masyarakat. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal,
Individu dihadapkan pada situasi yang penuh sekolah bertanggung jawab untuk mendidik
dengan perubahan-perubahan yang serba dan menyiapkan siswa agar berhasil
kompleks. Seperti telah disinggung diatas, menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu
perubahan dan perkembangan zaman menyelesaikan semua masalah yang
modern menimbulkan berbagai masalah yang dihadapinya. Sekolah tidak dapat
menyangkut dengan kompleksnya jenis -jenis melepaskan diri dari situasi kehidupan
dan syarat-syarat pekerjaan, jenis dan pola masyarakat dan mempunyai tanggung jawab
kehidupan, jenis dan kesempatan untuk membantu para siswa baik sebagai
pendidikan, persaingan antar individu dan pribadi maupun sebagai calon anggota

64
masyarakat. Kegiatan belajar mengajar pribadi kepada anak didik melalui bimbingan
merupakan salah satu diantara kegiatan dan konseling (Dewa Ketut sukardi,2002)
yang diberikan oleh sekolah namun kegiatan
itu saja belum cukup mem adai dalam Tingkat kedisiplinan yang tinggi tercermin
menyiapkan siswa untuk terjun ke pada pribadi anak didik yang berkembang
masyarakat dengan berhasil. Oleh karena itu secara akademik, psikologis maupun sosial.
sekolah hendaknya memberikan bantuan Dalam hubungan inilah bimbingan
secara pribadi kepada siswa agar mampu mempunyai peranan yang amat penting
memecahkan masalah pribadi yang dalam pendidikan, yaitu membantu setiap
dihadapinya. Siswa hendaknya dibantu agar pribadi anak didik agar berkembang secara
apa yang mereka terima di sekolah dapat optimal dan tingkat kedisiplinan yang tinggi.
merupakan bekal untuk menjadi anggota Tingkat kedisiplinan yang tinggi tercermin
masyarakat yang mandiri dan mampu pada pribadi anak didik yang berkembang
memecahkan masalah-masalah yang secara akademik, psikologis maupun sosial
dihadapinya. Di dalam situasi inilah (Abdurahman, Mulyono,1999).
Bimbingan dan konseling akan terasa
diperlukan sebagai suatu bentuk bantuan Dalam Bahasa Indonesia artinya pelatihan
kepada siswa. Program Bimbingan dan yang membuat kekuatan atau yang mampu
Konseling membantu berhasilnya program memperkuat (Poerwadarminta,2003:90). Dari
pendidikan pada umumnya (Arif Gunarso, pengertian tersebut apabila diperluas maka
1993:23) disiplin bias diartikan sesuatu yang dilakukan
dengan giat atau secara terus menerus untuk
Berdasarkan kebijaksanaan pemerintah, memperkuat agar pelaksanaan yang kurang
pendidikan diartikan sebagai suatu usaha baik dapat secara pelan-pelan dirubah
sadar untuk mengembangkan kepribadian menjadi baik.
yang berlangsung di sekolah maupun di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dunia pendidikan di Indonesia pada
Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana umumnya, masih terdapat kecendrungan
dikemukakan dalam GBHN adalah Untuk bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan membantu perkembangan kepribadian dan
Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, kedisiplinan anak didik secara optimal. Hal
mempertinggi budi pekerti, memperkuat ini nampak antara lain dalam gejala-gejala:
kepribadian, mempertebal, semangat ugal-ugalan, lambat masuk sekolah,
kebangsaan, dan cinta tanah air, agar dapat melanggar tata tertib sekolah, putus sekolah,
menumbuhkan manusia-manusia tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi
pembangunan yang dapat membangun rendah, dan sebagainya. Secara psikologis
dirinya sendiri serta bersama-sama masih banyak adanya gejala-gejala
bertanggung jawab atas pembangunan perkembangan kepribadian yang kurang
bangsa. Dari pengertian dan tujuan diatas matang, kurang percaya diri, kecemasan,
jelas yang menjadi tujuan inti dari pendidikan putus asa, bersikap santai, kurang
adalah pengembangan kepribadian dari responsive, ketergantungan, pribadi yang
setiap anak didik secara pribadi. Dengan tidak seimbang, dan sebagainya
demikian setiap kegiatan proses pendidikan (Hurlock,2005:78).
diarahkan kepada tercapainya pribasi-pribadi
yang berkembang dan disiplin, maka Hal ini juga tampak pada siswa kelas X 4 di
kegiatan pendidikan hendaknya bersifat SMAN 6 Denpasar pada semester 2I tahun
menyeluruh yang tidak hanya berupa pelajaran 2012/2013. Dari observasi yang
kegiatan instruksional (pengajaran), peneliti lakukan sebagai guru BK, ditemukan
akantetapi meliputi kegiatan yang menjamin siswa masih banyak yang tidak disiplin. Hal
bahwa setiap anak didik secara pribadi ini terlihat dari hasil data awal sebagai
mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berikut: 1) Pada aspek pakaian yang sesuai
berkembang secara optimal. Kegiatan aturan sekolah, sebanyak 9 siswa mendapat
pendidikan yang diinginkan seperti tersebut nilai B, 17 siswa mendapatkan nilai C, 8
di atas, adalah kegiatan pendidikan yang siswa mendapat nilai D, dan 3 siswa ada
ditandai dengan pengadministrasian yang yang mendapat nilai E; 2) Pada aspek masuk
baik, kurikulum beserta proses belajar sekolah tepat waktu, terdapat 6 siswa
mengajar yang memadai, dan layanan menadapat nilai B, 14 siswa mendapat nilai
C, 11 siswa mendapat nilai D, dan 6 siswa

65
lainnya mendapat nilai E; 3) Pada aspek giat guru BK dapat digunakan dalam upaya
belajar didapatkan data 4 siswa mendapat membina pelaksanaan bimbingan dan
nilai B, 9 siswa mendapat nilai C, 14 siswa konseling bagi siswa yang melanggar tata
mendapat nilai D, dan 10 siswa masih tertib sekolah agar dapat mencapai tingkat
mendapat nilai E; 4) Pada aspek Rajin kedisiplinan yang maksimal dalam mengikuti
menyelesaikan tugas 4 siswa mendapat nilai pembelajaran di kelas.
B, 5 siswa mendapat nilai C, 13 siswa
mendapat nilai D, dan 15 siswa masih 2. Metodologi Penelitian
mendapat nilai E; 5) Pada aspek
menggunakan sepatu dan ikat pinggang Peneliti mengambil lokasi penelitian di kelas X 4
sesuai aturan 7 siswa mendapat nilai B, 23 SMA Negeri 6 Denpasar.. Penelitian ini
siswa mendapat nilai C, 6 siswa mendapat menggunakan rancangan siklus, di mulai dari
nilai D, dan ada 1 siswa mendapat nilai E; 6) perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
pada aspek rambut dicukur rapi, 2 siswa refleksi. Gambaran rancangan penelitian ini di
mendapat nilai B, 7 siswa mendapat nilai C, desain menurut rancangan penelitian dari
17 siswa mendapat nilai D, dan 11 siswa Suharsini Arikunto (2007). Secara rinci gambaran
masih mendapat nilai E; 7) Pada aspek mengenai rancangan penelitian ini dapat
mendengarkan dan memperhatikan guru saat dipaparkan seperti pada Gambar 01.
bimbingan, 3 siswa sudah mendapat nilai B,
5 siswa masih mendapat nilai C, 13 siswa
mendapat nilai D, dan 16 siswa mendapat Perencanaan Pelaksanaan
nilai E; 8) Pada aspek memberikan jawaban Permasalahan Tindakan I Tindakan I

sesuai akal sehat, 6 siswa sudah dalam


kategori B, 15 siswa masih mendapat nilai C,
7 siswa mendapat nilai D, dan 9 siswa
mendapat nilai E.
Pengamatan/
Permasalahan Refleksi Pengumpula
baru hasil
Hasil tersebut tentu saja memberikan refleksi
n

gambaran masih banyak siswa yang


berprilaku kurang disiplin. Dalam membantu
proses dan pencapaian tujuan pendidikan Perencanaan Pelaksanaan
secara paripurna, dan para siswa diharapkan Tindakan II Tindakan II
mampu menyesuaikan diri dengan setiap
perkembangan pendidikan yang terjadi untuk
mencapai sukses yang berarti dalam
keseluruhan proses belajarnya. Sehingga
dalam hal ini layanan bimbingan dan Apabila Refleksi II
Pengematan/
permasalahan Pengumpulan
konseling dirasakan amat berperan dalam belum Data II
upaya perbaikan kedisiplinan siswa. Peneliti terselesaikan

mengupayakan pelaksanaan layanan BK


dengan menggunakan layanan Bimbingan Dilanjutkan
Individu, yang peneliti rancang dalam sebuah ke siklus
berikutnya
penelitian tindakan kelas. Gambar 01. Rancangan
penelitian menurut
Bimbingan perorangan (individu) mendapat Arikunto (2007)
perhatian lebih karena layanan yang satu ini
boleh dikatakan merupakan ciri khas dari
layanan bimbingan dan konseling yang Subjek penelitian ini adalah kelas X 4. Objek
membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan penelitian ini adalah kedisiplinan siswa mengikuti
khusus. Dengan dasar tersebut, penelitian ini Tata tertib sekolah. Penelitian ini dilakukan dari
dirasakan dapat menyelesaikan bulan Januari sampai dengan bulan November
permasalahan yang ada. Penelitian ini 2012. Metode pengumpulan datanya adalah
ditujukan untuk mengetahui seberapa besar observasi, sedang metode analisis datanya
peningkatan kedisiplinan siswa setelah menggunakan metode deskriptif. Instrumen dari
diberikan layanan Bimbingan Individual. penelitian ini menggunakan lembar observasi dan
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan pengamatan kedisiplinan siswa. Untuk Indikator
bermanfaat untuk dapat dipertahankan keberhasilan dari penelitian ini adalah
bahkan metingkatkan disiplin siswa. Untuk peningkatan kedisiplinan siswa pada siklus I

66
mencapai kualitas minimal baik (B) dengan nilai B, 9 siswa mendapat nilai C, dan 2 siswa
persentase pencapaian minimal 80%, dan pada mendapat nilai D. Secara keseluruhan siswa baru
siklus II mencapai kualitas amat baik (A) dengan mencapai skor rata-rata sebesar 31,54 , dengan
persentase pencapaian minimal 80%. persentase ketercapaian baru sebesar 78,85.
Hasil yang didapatkan sebelumnya pada siklus I
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan belum optimal, karena masih terdapat siswa yang
mendapatkan nilai D, dan E pada beberapa aspek
Setelah dilaksanakan penelitian selama kurang kedisiplinan. Sehingga penelitian masih perlu
lebih lima bulan. Dengan pelaksanaan penelitian untuk dilanjutkan.
sesuai rancangan penelitian yang ada, didapatkan
hasil terdapat peningkatan yang cukup signifikan Pada siklus II setelah dilakukan perbaikan
pada kedisiplinan siswa. Hal ini ditunjukkan pada pada pelaksanaan tindakan, didapatkan
hasil penelitian sebagai berikut: peningkatan yang sangat signifikan
dibandingkan dengan hasil pada siklus I.
Pada siklus I penelitian dilaksanakan dengan Hasil tersebut diantaranya: 1) Pada aspek
rancangan penelitian dilakukan dengan tahap- pakaian yang sesuai aturan sekolah,
tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, sebanyak 30 siswa mendapat nilai A, 6 siswa
observasi, dan refleksi. Dari penelitian yang mendapatkan nilai B, dan 1 siswa mendapat
dilakukan pada siklus I, terjadi peningkatan nilai C; 2) Pada aspek masuk sekolah tepat
kedisiplinan dibandingkan dengan data awal. waktu, terdapat 25 siswa mendapat nilai A, 9
Hasil penelitian pada siklus I pada 8 aspek siswa mendapat nilai B, dan 3 siswa
kedisiplinan yaitu : 1) Pada aspek pakaian yang mendapat nilai C; 3) Pada aspek giat belajar
sesuai aturan sekolah, sebanyak 26 siswa didapatkan data 21 siswa mendapat nilai A,
mendapat nilai A, 6 siswa mendapatkan nilai B, 3 11 siswa mendapat nilai B, dan 5 siswa
siswa mendapat nilai C, dan 2 siswa ada yang mendapat nilai C; 4) Pada aspek Rajin
mendapat nilai D; 2) Pada aspek masuk sekolah menyelesaikan tugas 19 siswa mendapat
tepat waktu, terdapat 16 siswa menadapat nilai A, nilai A, 15 siswa mendapat nilai B, dan 3
13 siswa mendapat nilai B, 6 siswa mendapat nilai siswa mendapat nilai C; 5) Pada aspek
C, dan 2 siswa lainnya mendapat nilai D; 3) Pada menggunakan sepatu dan ikat pinggang
aspek giat belajar didapatkan data 11 siswa sesuai aturan, 30 sudah mendapatkan nilai
mendapat nilai A, 12 siswa mendapat nilai B, 8 A, 4 siswa mendapat nilai B, dan 3 siswa
siswa mendapat nilai C, 4 siswa mendapat nilai D, mendapat nilai C; 6) pada aspek rambut
dan 2 siswa masih mendapat nilai E; 4) Pada dicukur rapi, baru 10 siswa yang mendapat
aspek Rajin menyelesaikan tugas 3 siswa nilai A, 21 siswa mendapat nilai B, 6 siswa
mendapat nilai A, 15 siswa mendapat nilai B, 14 mendapat nilai C; 7) Pada aspek
siswa mendapat nilai C, 4 siswa mendapat nilai D, mendengarkan dan memperhatikan guru saat
dan 1 siswa masih mendapat nilai E; 5) Pada bimbingan, 19 siswa mendapatkan nilai A, 11
aspek menggunakan sepatu dan ikat pinggang siswa sudah mendapat nilai B, 7 siswa masih
sesuai aturan, 30 sudah mendapatkan nilai A, 4 mendapat nilai C; 8) Pada aspek
siswa mendapat nilai B, 1 siswa mendapat nilai C, memberikan jawaban sesuai akal sehat, 28
dan 2 siswa mendapat nilai D; 6) pada aspek siswa sudah dalam kategori A, 7 siswa masih
rambut dicukur rapi, baru 8 siswa yang mendapat mendapat nilai B, 2 siswa mendapat nilai C.
nilai A, 14 siswa mendapat nilai B, 9 siswa
mendapat nilai C, 4 siswa mendapat nilai D, dan 2 Secara keseluruhan siswa baru mencapai
siswa masih mendapat nilai E; 7) Pada aspek skor rata-rata sebesar 36,11 yaitu kategori A
mendengarkan dan memperhatikan guru saat , dengan persentase ketercapaian sudah
bimbingan, 6 siswa mendapatkan nilai A, 11 siswa mencapai 90,27. Dengan hasil tersebut
sudah mendapat nilai B, 12 siswa masih seluruh maka tujuan penelitian ini telah
mendapat nilai C, 3 siswa mendapat nilai D, dan 5 tercapai. Dan penelitian ini tidak perlu untuk
siswa masih mendapat nilai E; 8) Pada aspek dilanjutkan lagi. Untuk lebih jelasnya, hasil
memberikan jawaban sesuai akal sehat, 21 siswa penelitian tentang kedisiplinan siswa dapat
sudah dalam kategori A, 5 siswa masih mendapat digambarkan seperti dalam Tabel 01.

67
Tabel 01. Observasi Kedisiplinan Siswa pada Data Awal, Siklus I, dan Siklus II

Data Awal Siklus I Siklus II


No. Abs
Nilai % Nilai % Nilai %
1 C 45 A 85 A 97,5
2 D 32,5 C 42,5 B 70
3 D 37,5 C 57,5 B 80
4 C 42,5 A 82,5 A 95
5 D 37,5 B 77,5 A 90
6 D 35 C 45 B 72,5
7 B 72,5 A 95 A 97,5
8 D 35 B 65 B 80
9 C 40 B 80 A 90
10 C 42,5 A 82,5 A 95
11 C 50 A 90 A 92,5
12 D 27,5 B 67,5 A 92,5
13 B 67,5 A 95 A 100
14 C 42,5 A 82,5 A 90
15 B 67,5 A 92,5 A 97,5
16 B 67,5 A 95 A 100
17 D 37,5 B 67,5 A 85
18 B 67,5 A 95 A 100
19 D 27,5 B 67,5 A 82,5
20 B 75 A 97,5 A 100
21 D 37,5 B 67,5 A 87,5
22 C 42,5 B 77,5 A 87,5
23 D 27,5 B 67,5 A 85
24 C 47,5 A 87,5 A 97,5
25 D 40 B 80 A 92,5
26 C 47,5 A 87,5 A 95
27 C 47,5 A 87,5 A 92,5
28 B 67,5 A 95 A 97,5
29 D 25 B 65 B 77,5
30 B 70 A 97,5 A 100
31 C 45 A 85 A 92,5
32 C 42,5 A 82,5 A 90
33 C 42,5 B 62,5 B 80
34 B 67,5 A 92,5 A 97,5
35 B 65 A 90 A 95
36 C 40 C 50 B 72,5
37 C 40 B 80 A 92,5
Rata-rata C 47,16 B 78,85 A 90,27

Dari hasil penelitian yang didapatkan sebelumnya, kriteria kedisiplinan yang ada. Dengan
dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada kedisiplinan yang rendah tersebut, peneliti
kedisiplinan siswa setelah diberikan tindakan mengupayakan adanya perbaikan pada
dengan Bimbingan Individual. Adapun hasil kedisiplinan siswa dengan menerapkan layanan
penelitian yang telah didapatkan akan dibahas Bimbingan Individual.
sebagai berikut:
Setelah dilaksanakan tindakan dengan
Pada data awal sebelumnya secara umum rata- memberikan layanan Bimbingan Individual pada
rata nilai yang didapatkan siswa pada 8 aspek siklus I, terjadi peningkatan pada kedisiplinan
kedisiplinan baru mencapai skor 18,86 atau siswa dengan mencapai rata-rata nilai
kategori C dengan persentase ketercapaian baru keselurahan sebesar 31,54 atau kriteria B,
mencapai 47,16. Hal ini sangat jauh dari standar dengan persentase ketercapaian baru mencapai

68
78,85. Meskipun sudah terdapat peningkatan, Bimbingan Individual sebagai upaya untuk
namun hasil tersebut belum optimal, hal ini meningkatkan kedisiplinan siswa mengikuti
disebabkan karena siswa masih banyak yang tata tertib sekolah telah dapat menjawab
belum merubah sikap, dan belum menyadari keberhasilan yang diharapkan dan telah
pentingnya kedisiplinan dalam hidup mereka. dapat membuktikan keberhasilan sesuai
Sehingga diperlukan adanya perubahan dalam tuntutan rumusan masalah dan tujuan
pendekatan yang diberikan agar siswa mampu penelitian.
menyadari kesalahannya, dan mengerti arti
penting dari kedisiplinan untuk masa depan Semua perolehan data hasil penelitian dalam
mereka. upaya mencapai tujuan layanan bimbingan
konseling dapat disampaikan saran bahwa
Memperhatikan kekurangan yang terdapat pada bagi guru bimbingan konseling yang akan
siklus I, maka peneliti melakukan beberapa melaksanakan penelitian penggunaan
perbaikan pada pelaksanaan tindakan yang model atau teknik layanan Bimbingan
diberikan pada siklus II. Setelah dilakukan Individual semestinya menjadii pilihan dari
perbaikan terjadi peningkatan yang sangat beberapa metode atau teknik yang ada
signifikan dibandingkan pada siklus I. Pada mengingat teknik ini telah terbuktii dapat
siklus II rata-rata siswa sudah mencapai nilai meningkatkan kedisiplinan siswa mengikuti
36,11 atau kategori A, dengan persentase tata tertib sekolah.
ketercapaian sudah mencapai 90,27. Hal ini
menyatakan bahwa pelaksanaan tindakan dengan Walaupun penelitian ini sudah dapat
memberikan layanan Bimbingan Individual dapat membuktikan efek utama dari teknik atau
meningkatkan kedisiplinan siswa. Sehingga model layanan Bimbingan Individual dalam
penelitian tidak dilanjutkan lagi. meningkatkan kedisiplinan siswa, sudah
pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal
4. Simpulan dan Saran yang belum sempurna dilakukan, oleh
karenanya kepada peneliti lain yang berminat
Berpijak dari semua uraian yang telah meneliti topik yang sama, diharapkan untuk
disampaikan secara panjang lebar pada meneliti bagian-bagian yang tidak sempat
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peneliti lakukan.
proses layanan bimbingan yang telah
dilakukan dengan sangat giat yang didahului Daftar Pustaka
dengan membuat perencanaan yang baik,
melaksanakan layanan bimbingan yang Arif Gunarso. 1993. Bagaimana Bimbingan dan
benar sesuai teori-teori yang ada, Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya:
melaksanakan observasi untuk pencarian Usaha Nasional, hal 23.
data sampai pada refleksi yang telah Dewa Ketut Sukardi. 2002. Pengantar
dilakukan dapat dijelaskan bahwa semua Pelaksanaan Program Bimbingan dan
pelaksanaan tersebut sudah berjalan baik Konseling i di sekolah. Jakarta: Rineka
dan telah memperoleh hasil sesuai harapan. Cipta.
Dari semua data yang telah diperoleh bahwa Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi
fakta-fakta yang ada telah mampu menjawab Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
rumusan masalah dan tujuan penelitian ini. Cipta.
Bukti-bukti tersebut, baik bukti yang masih Poerwadarminta, W.J.S.2003. Kamus Umum
rendah yang diperoleh pada awalnya Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
maupun bukti yang sudah lebih baik pada hal 90.
siklus I dan bukti data yang lebih baik yang Elizabeth B. Hurlock. 2005. Perkembangan Anak.
sesuai harapan yang diperoleh pada siklus II Jakarta: Erlangga, hal 78.
telah dapat memberi gambar terhadap Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2007.
diterimanya hipotesis penelitian yang telah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
diajukan. Aksara.
Dari semua peroleh data tersebut, sudah
tidak perlu diragukan lagi bahwa metode

69
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA DENGAN MEMANFAATKAN
MEDIA AUDIO VISUAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

K. SUDANA
SMA Negeri 8 Denpasar

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Denpasar di Kelas XI IPA1, semester I yang kemampuan
siswanya untuk mata pelajaran bahasa Inggris cukup rendah. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk mengetahui seberapa tinggi model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Metode pengumpulan data adalah tes prestasi belajar. Metode pengolahan data
menggunakan analisis deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar ini terbukti dari hasil Prosentase
Ketuntasan Belajar yang diperoleh pada awalnya 58% pada siklus I menjadi 48% dan pada siklus II
menjadi 88%. Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning dapat
meningkatkan prestasi belajar.

Kata Kunci: Prestasi belajar, Model Pembelajaran Problem based Learning

1. Pendahuluan persen. Dengan rendahnya hasil ulangan


siswa.Keadaan ini diperparah lagi dengan
Pemerintah terus berusaha secara menggunakan metode ceramah kegiatan belajar
berkesinambungan meningkatkan mutu mengajar di dalam kelas menjadi pasif hal ini
pendidikan dengan mengadakan dapat dilihat dari jarangnya peserta didik
penyempurnaan kurikulum yang sudah ada mengajukan pertanyaan serta anggapan siswa
guna menyelaraskan dua kepentingan yang bahwa Bahasa Inggris adalah pelajaran yang
terkait antara perkembangan kurikulum dengan membosankan dan selalu dianggap mudah oleh
kemajuan informasi dan teknologi.Tanpa gurunya. Adanya serangkaian permasalahan di
disadari selama ini sistem belajar Bahasa atas menyebabkan kegiatan proses belajar
Inggris hampir di semua sekolah telah mengajar tidak sesuai dengan yang diharapkan
menyebabkan kebosanan terhadap suasana yaitu siswa bisa berpikir kreatif dan mandiri.
belajar dikelas.Dalam arti lingkungan belajar Dewasa ini muncul berbagai model
yang semestinya berjalan kondusif berubah pembelajaran sebagai pilihan bagi guru dalam
menjadi membosankan kaku bahkan kadang mengajar, sehingga kreativitas guru dituntut
menegangkan, baik disebabkan oleh gurunya dalam menerapkan model pembelajaran yang
ataupun siswanya sehingga berimplikasi dipilih sebagai acuan untuk meningkatkan
terhadap penguasaan materi yang prestasi belajar bahasa inggris siswa.Model
disampaikan.Dengan pemberian Langkah pembelajaran problem based learning peran
langkah model Pembelaran Problem Based guru lebih berperan sebagai pembimbing dan
Learning yang benar terhadap subjek penelitian fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan
dalam hal ini peserta didik dalam proses memecahkan masalah mereka sendiri. Belajar
pembelajaran Bahasa Inggris di kelas XI IPA1 berbasis masalah menemukan akar
semester I di SMA Negeri 8 Denpasar tahun intelektualnya pada penelitian John Dewey
ajaran 2011/2012 bisa meningkat. Berdasarkan (Ibrahim, 2000). Pedagogi Jhon Dewey
hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti menganjurkan guru untuk mendorong siswa
di kelas xi IPA1 Semester I Tahun Ajaran terlibat dalam proyek atau tugas yang
2011/2012, diperoleh prestasi belajar siswa berorientasi masalah dan membentuk mereka
tergolong rendah jika dibandingkan dengan menyelidiki masalah-masalah tersebut.
kelas-kelas lainnya, dengan nilai rata-rata 71 Pembelajaran yang berdayaguna atau berpusat
serta prosentase ketuntasan belajar hanya 58 pada masalah digerakkan oleh keinginan

70
bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi belajarnya.Mengorganisasikan siswa ke dalam
situasi yang bermakna.Selain Dewey, ahli kelompok-kelompok belajar kooperatif juga
psikologi Eropa Jean Piaget tokoh pengembang berlaku untuk mengorganisasikan siswa ke
konsep konstruktivisme telah memberikan dalam kelompok problem based learning. Intinya
dukungannya. Pandangan konstruktivisme- di sini adalah guru membantu siswa
kognitif yang didasari atas teori Piaget mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
menyatakan bahwa siswa dalam segala usianya belajar yang berhubungan dengan masalah
secara aktif terlibat dalam proses perolehan yang akan dipecahkan.
informasi dan membangun pengetahuannya
sendiri (Ibrahim, 2000). Membantu penyelidikan siswa
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk
Lima penerapan esensial dari problem based mengumpulkan data-data atau melaksanakan
learning adalah seperti diurutkan dalam eksperimen sampai mereka betul-betul
Gallagher et.al (1995) adalah: memahami dimensi dari masalah tersebut.
Tujuannya agar siswa mengumpulkan cukup
Orientasi siswa pada masalah informasi untuk membangun ide mereka sendiri.
Pada saat mulai pembelajaran, guru Siswa akan membutuhkan untuk diajarkan
menyampaikan tujuan pembelajaran secara bagaimana menjadi penyelidik yang aktif dan
jelas, menumbuhkan sikap positif terhadap bagaimana menggunakan metode yang sesuai
pelajaran. Guru menyampaikan bahwa perlu untuk masalah yang sedang dipelajari. Setelah
adanya elaborasi tentang hal-hal sebagai siswa mengumpulkan cukup data mereka akan
berikut: mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk
hipotesis, penjelasan dan pemecahan. Selama
Tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak tahap ini guru mendorong semua ide dan
untuk mempelajari sejumlah informasi baru, menerima sepenuhnya ide tersebut.
namun lebih kepada bagaimana menyelidiki
masalah-masalah penting dan bagaimana Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
menjadikan pebelajar yang mandiri. Pada tahap ini guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan hasil karya
Permasalahan yang diselidiki tidak memiliki yang akan disajikan. Masing-masing kelompok
jawaban mutlak benar. Sebuah penyelesaian menyajikan hasil pemecahan masalah yang
yang kompleks memiliki banyak penyelesaian diperoleh dalam suatu diskusi. Penyajian hasil
yang terkadang bertentangan. karya ini dapat berupa laporan, poster maupun
Selama tahap penyelidikan dalam pembelajaran, media-media yang lain.
siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan
dan mencari informasi dengan bimbingan guru. Menganalisis dan mengevaluasi proses
Pada tahap analisis dan penyelesaian masalah pemecahan masalah
siswa didorong untuk menyampaikan idenya Tahap akhir ini meliputi aktivitas yang
secara terbuka. dimaksudkan untuk membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir
Guru perlu menyajikan masalah dengan hati-hati mereka sendiri dan disamping itu juga
dengan prosedur yang jelas untuk melibatkan mengevaluasi keterampilan penyelidikan dan
siswa dalam identifikasi. Hal penting di sini keterampilan intelektual yang telah mereka
adalah orientasi kepada situasi masalah gunakan.
menentukan tahap untuk penyelidikan
selanjutnya. Oleh karena itu pada tahap ini Menarik untuk diketahui Model pembelajaran
presentasi harus menarik minat siswa dan problem based learning (pembelajaran berbasis
menimbulkan rasa ingin tahu. masalah), awalnya dirancang untuk program
graduate bidang kesehatan oleh Barrows,
Mengorganisasikan siswa untuk belajar Howard (1986) yang kemudian diadaptasi dalam
Problem based learning membutuhkan bidang pendidikan oleh Gallagher
keterampilan kolaborasi diantara siswa menurut (1995).Problem based learning disetting dalam
mereka untuk menyelidiki masalah secara bentuk pembelajaran yang diawali dengan
bersama. Oleh karena itu mereka juga sebuah masalah dengan menggunakan
membutuhkan bantuan untuk merencanakan instruktur sebagai pelatihan metakognitif dan
penyelidikan dan tugas-tugas

71
diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas
siswa. yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka.
Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui Belajar berdasarkan masalah dikembangkan
seberapa besar peningkatan prestasi belajar untuk membantu siswa mengembangkan
siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan
Problem Based Learng. Sedangkan manfaat keterampilan intelektual. Di samping itu, BBM
penelitiannya adalah 1. Bagi Guru sebagai memberikan kesempatan belajar berbagai peran
alternative pemecahan masalah rendahnya orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
prestasi belajar Bahasa Inggris siswa. 2. Bagi pengalaman nyata atau simulasi serta menjadi
Siswa, Siswa dapat meningkatkan prestasi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim dan
Belajar Bahasa Inggris. 3. Bagi Sekolah, Nur, 2000). BBM dapat mengembangkan
Sekolah dapat membuat refrensi Peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini
Mutu Lulusan. 4. Bagi Peneliti lain dapat didukung oleh Hastings yang mengemukakan
memperkaya khasanah hasil Karya. bahwa belajar berdasarkan masalah dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan
Belajar Berbasis Masalah (BBM) adalah analitis serta menghadapkan siswa pada latihan
pembelajaran yang dirancang berdasarkan untuk memecahkan masalah (dalam Arnyana,
masalah kehidupan yang bersifat tidak tentu (ill- 2004).
structured), terbuka dan mendua. Masalah yang
tidak tentu adalah masalah yang kabur, tidak Ibrahim dan Nur (2000) memberikan rasional
jelas, atau belum terdefinisikan (Fogarty, dalam tentang bagaimana BBM membantu siswa untuk
Arnyana, 2004). Sedangkan Boud (1985: 1) berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan
menyatakan bahwa Belajar adalah masalah belajar pentingnya peran orang dewasa. Mereka
merupakan pembelajaran yang dimulai dengan lebih lanjut mengungkapkan bagaimana
penyajian masalah, yang berupa pertanyaan pembelajaran di sekolah seperti yang dipahami
atau teka-teki yang dapat merangsang siswa secara tradisional, berbeda dalam empat hal
untuk menyelesaikannya. Definisi yang hampir penting dari aktivitas mental dan belajar yang
sama dinyatakan oleh Ibrahim dan Nur (2000: terjadi di luar sekolah. Keempat hal tersebut
3), bahwa BBM terdiri dari menyajikan kepada dipaparkan seperti berikut: (1) Pembelajaran di
siswa situasi masalah yang autentik dan sekolah berpusat pada kinerja siswa secara
bermakna yang dapat memberikan kesempatan individual, sementara di luar sekolah kerja
kepada mereka untuk melakukan penyelidikan mental melibatkan kerjasama dengan orang lain.
dan inkuiri. Secara lebih spesifik, Barrows (1996: (2) Pembelajaran di sekolah terpusat pada
5) menyatakan bahwa BBM merupakan proses berpikir tanpa bantuan, sementara
pembelajaran yang memiliki karakteristik, yakni aktivitas mental di luar sekolah selalu melibatkan
(1) belajar berpusat pada siswa, (2) belajar alat-alat kognitif seperti komputer, kalkulator dan
terjadi dalam kelompok kecil, (3) guru berperan instrumen ilmiah lainnya. (3) Pembelajaran di
sebagai fasilitator atau penuntun, (4) bentuk sekolah mengembangkan berpikir simbolik
masalah difokuskan pada pengaturan dan berkaitan dengan situasi hipotesis, sementara
merangsang untuk belajar, (5) masalah aktivitas mental di luar sekolah mengharapkan
merupakan sarana untuk membangun masing-masing individu berhadapan secara
keterampilan pemecahan masalah, (6) informasi langsung dengan benda dan situasi yang
baru diperoleh melalui self-directing learning. kongkret. (4) Pembelajaran di sekolah
memusatkan pada keterampilan umum,
Belajar Berbasis Masalah diterapkan untuk sementara di luar sekolah memerlukan
merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam kemampuan khusus.
situasi berorientasi masalah, termasuk di
dalamnya belajar bagaimana belajar (Ibrahim Selanjutnya beberapa ciri penting problem
dan Nur, 2000). Peran guru dalam pembelajaran based learning sebagai berikut (Brook & Martin,
ini adalah menyajikan masalah, mengajukan 1993).
pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan
dialog. Lebih penting lagi, guru melakukan Tujuan Pembelajaran
scaffolding, yaitu suatu kerangka dukungan Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat
yang memperkaya keterampilan dan merangsang dan melibatkan pebelajar dalam
pertumbuhan intelektual siswa. BBM tidak terjadi pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan

72
dapat mengembangkan keahlian belajar dalam Mengembangkan kreativitas pada siswa dan
bidangnya secara langsung dalam keahlian berpendapat. (2) Membantu mereka
mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks untuk menjadi mandiri. Sedangkan tutorial
belajar kognitif sejumlah tujuan yang terkait adalah suatu penggunaan keahlian yang
adalah belajar langsung dan mandiri, menitikberatkan masalah dasar belajar langsung
pengetahuan dan pemecahan masalah. mandiri (Barrows dalam Savery & Duffy, 1994).
Sehingga untuk mencapai keberhasilan, para
pebelajar harus mengembangkan keahlian Prestasi belajar merupakan keberhasilan yang
belajar dan mampu mengembangkan strategi dicapai siswa setelah melaksanakan proses
dalam mengidentifikasi dan menemukan pembelajaran Problem Based Learning. Prestasi
permasalahan belajar, evaluasi dan juga belajar belajar menurut Abu Ahmadi (2001),adalah
dari berbagai sumber yang relevan. suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
Keberlanjutan masalah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
Dalam hal ini ada dua hal yang harus terpenuhi. hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
Pertama, harus dapat memunculkan konsep- interaksinya dengan lingkungan.
konsep atau prinsip-prinsip yang relevan dengan
contentdomain yang dibahas. Kedua, Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi
permasalahan hendaknya riil sehingga belajar sebagai hasil yang diperoleh berupa
memungkinkan terjadinya kesamaan pandang kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
antarsiswa. Ada tiga alasan kenapa dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
permasalahan harus nyata (realistik). (1) Siswa dalam belajar.Kalau perubahan tingkah laku
terkadang terbuka untuk meneliti semua dimensi adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas
dari permasalahan sehingga dapat mengalami belajar, maka perubahan tingkah laku itulah
kesulitan dalam menciptakan suatu salah satu indikator yang dijadikan pedoman
permasalahan yang luas dengan informasi yang untuk mengetahui kemajuan individu dalam
sesuai. (2) Permasalahan nyata cenderung segala hal yang diperolehnya di sekolah.
untuk lebih melibatkan siswa terhadap suatu Dengan kata lain prestasi belajar merupakan
konteks tentang kesamaan dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
permasalahan. (3) Siswa segera ingin tahu hasil siswa sebagai akibat perbuatan belajar atau
akhir dari penyelesaian masalahnya. setelah menerima pengalaman belajar, yang
dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni
Adanya presentasi permasalahan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pembelajar dilibatkan dalam mempresentasikan
permasalahan sehingga mereka merasa Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
memiliki permasalahan tersebut. Ada dua hal adalah Meningkatkan prestasi belajar bahasa
pokok dalam mempresentasikan permasalahan. inggris siswa dengan memanfaatkan media
Pertama, jika siswa dilibatkan dalam pemecahan audio visual melalui model pembelajaran
masalah yang autentik, maka mereka harus Problem Based Learning
memiliki permasalahan tersebut. Kedua, adalah
bahwa data yang ditampilkan dalam presentasi 2. Metodologi Penelitian
permasalahan tidak menyoroti faktor-faktor
utama dalam masalah tersebut, namun dapat Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 8
ditampilkan sebagai dasar pertanyaan sehingga Denpasar. Penelitian ini menggunakan
tidak menampilkan informasi kunci. rancangan siklus,dari Mc. Kenann .Tindakan
daur I: mulai dari definisi masalah, assessment
Peran guru sebagai tutor dan fasilitator rumusan hipotesis, pengembangan untuk
Dalam hal ini peran guru sebagai fasilitator tindakan I, lalu implementasi tindakan, evaluasi
adalah mengembangkan kreativitas berpikir tindakan berlanjut ke penerapan selanjutnya.
siswa dalam bentuk keahlian dalam pemecahan
masalah dan membantu siswa untuk menjadi Tindakan daur II: mulai dari menentukan kembali
mandiri. Kemampuan dari tutor sebagai masalah yang ada, berlanjut ke assessment
fasilitator keterampilan mengajar kelompok kecil yang disiapkan,pemikiran terhadap munculnya
dam proses pembelajaran merupakan penentu hipotesis yang baru, perbaikan tindakan pada
utama dari kualitas dan keberhasilan. Setiap rencana ke 2, pelaksanaan tindakan, evaluasi
metode pendidikan bertujuan: (1) terhadap semua pelaksanaan dan penerapan.

73
Pada tahap ini guru membantu siswa dalam
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1, menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir
Smt I SMA Negeri 8 Denpasar yang jumlahnya mereka dalam kecakapan menggunakan
44 orang, laki-laki 12 orang dan perempuan 32 keterampilan yang telah mereka gunakan.
orang. Objek penelitiannya adalah peningkatan
prestasi belajar.Penelitian ini dilaksanakan dari Saran yang perlu disampaikan bahwa dalam
bulan Juli sampai bulan Desember tahun proses pembelajaran hubungan antara guru dan
pelajaran 2011/2012 Metode yang digunakan siswa hendaknya tetap terjaga baik untuk
untuk mengumpulkan data hasil penelitian ini mencapai tujuan bersama dalam mengunduh
adalah tes prestasi belajar.Sedangkan metode proses pengalaman belajar untuk menemukan,
analisis datanya menggunakan analisis menganalisis, memberikan solusi terhadap
deskriptif.Instrumen dari penelitian ini adalah tes masalah yang sedang dihadapi. Begitu juga
yang ada di masing-masing RPP. Indikator peneliti menyadari bahwa penelitianini jauh dari
keberhasilan dari penelitian ini adalah: sempurna maka dari itu Peneliti dengan tangan
1. Merespon ungkapan-ungkapan relief, pain, terbuka menerima saran serta kritik yang
dan pleasure bersifat membangun.
2. Mengungkapkan perasaan relief, pain, dan
pleasure Daftar Pustaka

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Johnson, David W. and Roger T. Johnson..


Learning Together and Alone:
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Cooperation, Competition, and
model pembelajaran Problem Based Learning Individualistic Learning. Englewood
dapat meningkatkan prestasi belajar ini terbukti Cliffs, N.J.: Prentice-Hall. 1987
dari hasil Prosentase Ketuntasan Belajar yang Gallagher, Shelagh A & Stepien. William J..
diperoleh pada awalnya 58% pada siklus I I Implementing Problem Based Learning
menjadi 48% dan pada siklus II menjadi 88%. in Science Classroom.School Science
and Mathemathic. 1995.
4. Simpulan dan Saran Barrows, Howard. Practice Based Learning:
Problem Based Learning Applied
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini toMedical Education. Springfield II:
adalah Ada lima penerapan yang penting dalam Soulthern Illionis University School of
model pelaksanaan Problem Based Medicine. 1994.
learningyang hendak diperhatikan guru dalam Brooks J.G. & Martin G.B.I 993.In Search of
melaksanakan proses pembelajaran bahasa Understanding: The Case for
inggris di kelas. Diantaranya; Pada Orientasi Contructivist 7/Barrows. U.S. &
Siswa Pada Masalah, Gurun menyampaikan Myers.A.C. ProblemBased Learning in
tujuan pembelajaran dan mengarahkan sikap Seconda Schoosl.Unpublished
positif pada pelajaran.Kemudian pada Monograph.Springtield.II : Problem
Mengorganisasikan Siswa untuk Based Learning Institute.Lanphier High
Belajar.Dalamhal ini diperlukan kemampuan School andSouthern Illionis
keterampilan berkolaborasi dalam bekerjasama UniversityMedical School.Classroom.
untuk menyelidiki masalah yang sedang Alexandria Virginia. 1993.
dihadapi.Lalu membantu penyelidikan Barrows.U.S. & Myers.A.C. ProblemBased
Siswa.Pada tahap ini guru mendorong Learning in Seconda
mengumpulkan data untuk mendapatkan Schoosl.Unpublished
informasi yang cukup untuk membangun ide Monograph.Springtield.II : Problem
mereka sendiri.Serta dalammengembangkan Based Learning Institute.Lanphier High
dan menyajkan hasil karya. Pada tahap ini guru School andSouthern Illionis
membantu siswa dalammerencanakan untuk UniversityMedical School. 1993.
menyiapkan hasil karya siswa yang akan Djamarah, Syaful Bahri. Prestasi Belajar dan
dipresentasikan. Begitu juga menganalisis dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Nasional. 2002.

74
PEMBERIAN LATIHAN YANG CUKUP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA

Ni Wayan Megawati
SMA Negeri 8 Denpasar

Abstrak

Penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, dapat diketahui
bahwa pembelajaran Kimia di kelas masih dilakukan secara konvensional. Metode yang digunakan masih
dengan metode ceramah, yaitu siswa hanya mendengarkan pada saat guru sedang menjelaskan, proses
pembelajaran hanya berpusat pada guru. Akibatnya prestasi belajar siswa sangat rendah. Subjek penelitian
51 orang siswa yang sedang belajar di kelas XI IPA 6 pada semster II tahun pelajaran 2012/2013 di SMA
Negeri 8 Denpasar. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian latihan
yang cukup dengan model pembelajaran problem based learning mampu meningkatkan prestasi belajar
kimia Setelah data dikumpulkan menggunakan tes prestasi belajar kimia kemudian dianalisis menggunakan
analisis deskriptif, diperoleh kenaikan prestasi belajar kimia siswa dari data awal 70,85 pada siklus I
meningkat rata-rata tersebut menjadi 74,35 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 79,84 dengan
ketuntasan belajar yang pada awalnya 52,94% meningkat menjadi 66,67% pada siklus I dan meningkat
menjadi 92,16% pada siklus II. Kesimpulan yang dapat diambil adalah pemberian latihan yang cukup
dengan model pembelajaran problem based learning mampu meningkatkan prestasi belajar kimia.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, Prestasi Belajar

1. Pendahuluan mengambil satu keputusan pemecahan


masalahnya yang kemudian akan
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja.
lakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran
Kimia di kelas masih dilakukan secara Rumusan masalah penelitian ini adalah
konvensional. Metode yang digunakan masih pemberian latihan yang cukup degan model
dengan metode ceramah, yaitu siswa hanya pembelajaran Problem Based Learning dapat
mendengarkan pada saat guru sedang meningkatkan prestasi belajar kimia siswa
menjelaskan, proses pembelajaran hanya kelas XI IPA 6 SMA Negeri 8 Denpasar.
berpusat pada guru. Akibatnya prestasi Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
belajar siswa hanya mencapai sangat rendah. prestasi belajar kimia siswa meningkat
Proses pembelajaran masih berpusat pada setelah diberikan latihan yang cukup dengan
konsep yang tertulis di buku, sehingga siswa model pembelajaran problem based learning.
cenderung hanya menghafal konsep bukan
memahami konsep Menghadapi kondisi yang Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis
sangat mengkhawatirkan, maka perlu adanya terhadap pengembangan pelajaran kimia. Hal
upaya perbaikan dalam proses pembelajaran ini berkaitan dengan sumbangsih terhadap
agar dapat meningkatkan keterampilan model pembelajaran problem based learning.
proses dalam pembelajaran Kimia yaitu Manfaat teoritis lainnya adalah untuk
khususnya pada kemampuan analisis dalam memperkaya wawasan penelitian di bidang
memahami materi Kimia. Salah satu alterna tif pendidikan. Penelitian ini mempunai manfaat
yang digunakan yaitu dengan menggunakan prakti bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti
model pembelajaran berbasis masalah sendiri.Model pembelajaran Problem Based
(problem based learning). Model Learningberlandaskan pada social leraning
pembelajaran berbasis masalah (PBL) theory Albert Bandura, yang fokus pada
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran dalam konteks sosial (social
pembelajaran yang membantu siswa untuk context). Teori ini menyatakan bahwa
menemukan masalah dari suatu peristi wa seorang belajar dari orang lain, termasuk
yang nyata, mengumpulkan informasi melalui konsep dari belajar observasional, imination
strategi yang telah ditentukan sendiri untuk dan modeling Problem Based Learning adalah
75
pembelajaran yang dirancang berdasark an Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
masalah kehidupan yang bersifat tidak tentu adalah Pemberian Latihan yang cukup
(ill-structured), terbuka dan mendua. Masalah dengan Model Pembelajaran Problem Based
yang tidak tentu adalah masalah yang kabur, Learning dapat Meningkatkan Prestasi Belajar
tidak jelas, atau belum terdefinisikan Kimia Siswa KelasXI IPA 6 pada Semester II
(Fogarty, dalam Arnyana, 2004). Sedangkan Tahun Pelajaran 2012/2013 SMANegeri 8
Boud (1985: 1) menyatakan bahwa Belajar Denpasar.
adalah masalah merupakan pembelajaran
yang dimulai dengan penyajian masalah, 2. Metodologi Penelitian
yang berupa pertanyaan atau teka-teki yang
dapat merangsang siswa untuk Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMA Negeri
menyelesaikannya. Definisi yang hampir 8 Denpasar Kelas XI IPA 6 semester II Tahun
sama dinyatakan oleh Ibrahim dan Nur (2000: Pelajaran 2012/2013. Sekolah ini terletak di Jalan
3), bahwa PBL terdiri dari menyajikan kepada Antasura Peguyangan Kaja Denpasar Utara,
siswa situasi masalah yang autentik dan lingkungan sekolah ini aman, nyaman.Penelitian
bermakna yang dapat memberikan ini menggunakan rancangan siklus, dimulai dari
kesempatan kepada mereka untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
penyelidikan dan inkuiri. Secara lebih refleksi. Rancangan ini mengikuti rancangan yang
spesifik, Barrows (1996: 5) menyatakan dibuat oleh Suharsimi Arikunto, Suhardjono,
bahwa PBL merupakan pembelajaran yang Supardi (2006: 54) Subjek penelitian ini diambil
memiliki karakteristik, yakni (1) belajar dari siswa-siswi yang belajar di kelas XI IPA 6
berpusat pada siswa, (2) belajar terjadi dalam pada semester II Tahun pelajaran 2012/2013 SMA
kelompok kecil, (3) guru berperan sebagai Negeri 8 Denpasar.Objek penelitian ini adalah
fasilitator atau penuntun, (4) bentuk masalah peningkatan prestasi belajar. Pelaksanaan
difokuskan pada pengaturan dan merangsang penelitian ini dilakukan sudah terjadwal yaitu dari
untuk belajar, (5) masalah merupakan saran a bulan Januari sampai bulan April Tahun 2013.
untuk membangun keterampilan pemecahan Metode yang digunakan untuk mengumpulkan
masalah, (6) informasi baru diperoleh melalui data hasil penelitian ini adalah tes prestasi
self-directing learning. belajar.Sedangkan metode analisis datanya
menggunakananalisis deskriptif dan analisis
Beberapa ahli yaitu Masrun dan Martaniah kuantitatif.
(1977), Haditono (1985), Suryabrata (1993),
Instrumen dari penelitian ini adalah tes yang ada di
mempunyai kesamaan dalam mengartikan
masing-masing RPP.Indikator keberhasilan dari
prestasi, yaitu hasil kecakapan atau
penelitian ini adalah apabila pada siklus II rata-rata
kemampuan indiidu untuk menguasai
nilai siswa mencapai 75 dengan ketuntasan
sejumlah materi tertentu, program pelajaran
minimal 80 %
yang diajarkan atau dipelajari, melalui usaha
yang dilakukannya dalam proses
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
belajar.Menurut I.L Pasaribu dan B
Simanjuntak (1983::91) menyatakan bahwa
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
prestasi belajar adalah isi dan kapasitas
hasil awal dari 51 siswa yang diteliti ada 24 siswa
sesorang. Maksudnya adalah hasil yang
(47,06 %) memperoleh nilai di bawah KKM, 15
diperoleh sesorang setelah mengikuti
siswa (29,41 %) memperoleh nilai rata-rata KKM
penidikan ataupun pelatihan tertentu. Ini bisa
dan selebihnya yaitu 12 siswa (23,53 %)
ditentukan dengan memberikan tes pda akhir
mempunyai nilai di atas KKM.Hasil yang diperoleh
pendidikan.Sedangkan Winkel (Sunarto,
dari Siklus I, dari bagian perencanaan:Melakukan
2012) mengemukakan bawa prestasi belajar
pengecekan jadwal pelaksanaan yang telah
merupakan bukti keberhasilan yang telah
direncanakan; Membaca teori-teori tentang model
dicapai eloh sesorang. Maka prestasi belajar
pembelajaran problem Based Learning untuk
merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh
dapat dilaksanakan dengan benar di lapangan;
seseorang setelah melaksanakan usaha-
Menyusun RPP sesuai model pembelajaran
usaha belajar.Benyamin S.Bloom (dalam
Problem Based Learning; Menyusun secara rinci
Nurman2006:36) prestasi belajar m erupakan
skenario tindakan yang telah direncanakan dan
hasil perubahan tingkah laku yang meliputi
Menyusun materi pembelajaran.Dari bagian
ranah kognitif atas pengetahuan,
pelaksanaan: a) melaksanakan pembelajaran
pemahaman, aplikasi, sistesis dan evalusi
pendahuluan; b) melaksanakan pembelajaran inti
eksprolasi c) melaksanaan pembelajaran inti
76
elaborasi; d)meaksanakan pembelajaran nti dapat diupayakan dan mencapai nilai rata-
konfirmasi; e) dan melaksanakan pembelajaan rata 74 35. Namun rata-rata tersebut belum
penutup. Pengamatan dilakukan dengan: a) maksimal karena hanya 34 siswa memperoleh
memberikan tes prestasi kimia b) mengamati nilai sama dengan KKM dan di atas KKM
secara cermat proses yang dilakukan siswa c) sedangkan 17 siswa lainnya belum mencapai
melakukan pengawasan dengan ketat saat siswa KKM. Prosentase ketuntasan belajar mereka
mengerjakan tes. Pada saat refleksi dilakukan baru mencapai 66,67 %. Peneliti mampu
analisis terhadap perolehan data peningkatkan meningkatkan prestasi belajar kimia siswa
prestasi belajar siswa. Analisis tersebut sebagai pada siklus II naik menjadi nilai rata-rata
berikut.Sebanyak 51 siswa yang diteliti yang 79,84 dengan ketuntasan belajar 92,16 %.
memperoleh nilai rata-rata sama KKM sebanyak Walaupun masih ada siswa yang belum
18 orang (35,29%), yang memperoleh nilai di atas mencapai KKM sebanyak 4 siswa namun
KKM sebanyak 16 orang (31,37%), yang belum prosentasnya relatif kecil dan indicator
mencapai nilai KKM pada mata pelajaran kimia keberhasilan yang dituntut pada penelitian ini
sebanyak 17 orang (33,34%). Pada siklus II dari sudah mampu diacapai yaitu nilai rata-rata
bagian perencanaan: Melihat kembali jadwal lebih dari KKM dan ketuntasan belajar
pelaksanaan yang telah disusun; Mempelajari minimal 80 %. Hasil tersebut menunjukkan
dengan lebih seksama model pembelajaran bahwa pemberian latihan yang cukup dengan
problem Based Learning agar dapat dilaksanakan model pembelajaran Problem Based Learning
dengan lebih baik di lapangan; Menyusun RPP mampu meningkatkan prestasi belajar kimia
dengan model pembelajaran Problem Based siswa.
Learning sesuai materi yang akan dibahas pada
sklus II; Menyusun skenario tindakan yang lebih 4. Simpulan dan Saran
terperinci agar pelaksanaan pembelajaran lebih
baik. Dari bagian pelaksanaan: a) menyampaikan Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini
tujuan pembelajaran serta cakupan materi yang adalah pemberian latihan yang cukup dengan
sedang diajarkan; b) Menyuruh siswa membaca model pembelajaran Problem Based Learning
materi yang akan dibahas dengan teliti; c) Siswa dapat menyelesaikan tujuan penelitian ini yaitu
mendapatkan masalah-masalah dari materi yang untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
baca dan ditulis dalam bentuk pertanyaan- kimia siswa kelas XI IPA 6 semester II tahun
pertanyaan; d) Mempresentasikan masalah yang pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 8 Denpasar.
sudah ditemukan; e) Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, Saran yang perlu disampaikan adalah dalam
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran pada mata
peserta didik; f) Menyampaikan rencana pelajaran kimia lakukakan dengan pemberian
pembelajaran pada pertemuan berikutnya latihan yang cukup dengan model pembelajaran
Problem Based Learning mengingat model ini
Pengamatan dilakukan dengan: a) membawa telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan
lembar obsevasi/pengamatan b) memberi siswa dalam menemukan masalah dan cara
penjelasan tentang tes yang harus dikerjakan; memecahkannya.
c) membagikan tes serta lembar jawaban, d)
mengawasi agar siswa tidak bekerja sama e) Daftar Pustaka
memeriksa jawaban siswa. Pada saat refleksi
dilakukan analisis terhadap perolehan data Fogarty, Robin. 1997. Problem-Based Learning
peningkatkan prestasi belajar kimia siswa. and Other Curriculum Models for the
Analisis tersebut sebagai berikut. dari 51 Multiple Intelligences Classroom.
siswa yang diteliti 47 siswa (92,16%) sudah Australia: SkyLight.
mencapai keberhasilan yang diharapkan. Arnyana, Ida Bagus Putu. 2004. Pengembangan
Pembahasannya, adalah mengikuti rancangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan
yang sudah dibuat, yaitu Nilai rata-rata yang Masalah Dipandu Strategi Kooperatif
diperoleh pada data awal 70,85 dengan serta Pengaruh Implementasinya
ketuntasan belajar 52,94 % hal ini Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dan Basil Belajar Siswa Sekolak
dalam mata pelajaran kimia masih sangat Menengah Atas pada Pelajaran
rendah mengingat kriteria ketuntasan belajar Ekosistem. Disertasi. UNM.
siswa untuk mata pelajaran ini di SMA Negeri Ibrahim, Muslimin dan Mohammad Nur. 2000.
8 Denpasar adalah 75. Peningkatan nilai rata - Pengajaran Berdasarkan Masalah.
rata prestasi belajar kimia siswa pada siklus I Surabaya: Unesa University Press
77
Barrows. 1996. Problem Based Learning Medicine
Beyond. New Direction for Teaching
and Learning . Jossey -Bass Publis!
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.
2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

78
BIMBINGAN INDIVIDU SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KREATIVITAS
PENGEMBANGAN DIRI SISWA DALAM PROSES BELAJAR

Ni Wayan Budiasih
SMA Negeri 1 Denpasar

Abstrak

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah bimbingan individu dapat
meningkatkan motivasi dan kreativitas pengembangan diri siswa kelas X-6 semester ganjil di SMAN 1
Denpasar. Metode pengumpulan datanya adalah dokumentasi, pengamatan/observasi dan catatan
harian. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan dalam dua kali siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bimbingan individu dapat meningkatkan motivasi dan
kreativitas pengembangan diri siswa kelas X-6 semester ganjil di SMA Negeri 1 Denpasar pada tahun
pelajaran 2012-2013. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh pada data awal, untuk motivasi mendapat rata-
rata nilai 58 dan untuk kreativitas nilai rata-rata 60 termasuk kategori kurang. Pada siklus I meningkat
dengan nilai rata-rata 71 untuk motivasi dan 70 untuk kreativitas termasuk dalam kategori cukup. Pada
siklus II berada pada kategori baik dengan perolehan nilai rata-rata 84 untuk motivasi dan 85 untuk
kreativitas. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bimbingan individu dapat meningkatkan
motivasi dan kreativitas pengembangan diri siswa di SMAN 1 Denpasar.

Kata Kunci : Bimbingan individu, Motivasi, Kreativitas, Pengembangan diri

1. Pendahuluan Bimbingan individu merupakan bantuan kepada


peserta didik yang dilakukan secara
Setiap orang memiliki potensi diri yang harus berkesinambungan supaya mereka dapat
diasah secara terus menerus. Motivasi dan memahami dirinya (potensi diri dan tugas-tugas
kreativitas merupakan bagian dari potensi diri. perkembangannya), dan memahami lingkungan
Siswa dapat memiliki kreativitas pengembangan sehingga mereka mampu mengarahkan diri,
diri yang tinggi apabila diberikan bimbingan dan menyesuaikan diri secara dinamis dan
pelatihan sebagai bekal pengetahuan dan konstruktif terhadap norma yang berlaku atau
pemahaman untuk mengembangkan dirinya. tuntutan lembaga pendidikan, keluarga,
Bekal pengetahuan dan pemahaman masyarakat dan lingkungan kerja yang akan
dikombinasikan dengan pengalaman yang dimasukinya kelak (Syamsu Yusuf dan Juntika
dimiliki setiap orang, diharapkan dapat Nurihsan, 2009: 13). Merujuk peraturan menteri
dimanfaatkan secara aktif untuk menciptakan pendidikan nasional No.22 tahun 2006
sesuatu yang baru. Melihat kenyataan yang ada mengamanatkan bahwa struktur kurikulum
bahwa motivasi dan kreativitas pengembangan SMA/SMK terdiri dari komponen mata pelajaran,
diri siswa kelas X-6 semester ganjil tahun muatan lokal dan pengembangan diri. Dalam
pelajaran 2012-2013, termasuk kategori kurang peraturan tersebut dikatakan bahwa:
sesuai dengan data yang ada pada guru BK. pengembangan diri dilaksanakan dalam bentuk
Untuk itu siswa yang memiliki motivasi dan kegiatan ekstrakurikuler dan pelayanan
kreativitas pengembangan diri yang kurang, konseling; dengan tujuan untuk memberikan
perlu diupayakan untuk mendapatkan perhatian kesempatan kepada peserta didik untuk
dan bantuan khusus. Bantuan yang diberikan mengembangkan dan mengekspresikan diri
akan efektif apabila bantuan itu benar-benar sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
sesuai dengan latar belakang permasalahan setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
siswa. Untuk itu perlu diadakan pendekatan sekolah. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
interpersonal yang salah satunya adalah (KBK) Tahun 2004, dinyatakan bahwa
bimbingan individu. Bimbingan Konseling merupakan pelayanan
pemberian bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar

79
mandiri dan berkembang maksimal. Motivasi kesimpulan bahwa kegiatan pelayanan
diartikan sebagai pendorongan artinya, setiap Bimbingan dan Konseling mutlak perlu dan
usaha yang dilakukan untuk mendorong dan harus ada pada setiap satuan pendidikan.
mempengaruhi tingkah lalu seseorang. Sesuai dengan penyempurnaan kurikulum serta
tuntutan era globalisasi maka Guru Bimbingan
Sebagaimana yang disampaikan Purwanto dan Konseling dituntut profesional.
(2011) secara umum dapat dikatakan bahwa
tujuan motivasi untuk menggerakkan atau 2. Metodologi Penelitian
menggugah seseorang agar timbul keinginan
dan kemauannya untuk melakukan sesuatu Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
sehingga dapat memperoleh sesuatu.Dalam adalah Penelitian Tindakan Kelas. Metode
proses pembelajaran seorang guru yang ingin pengumpulan datanya adalah dokumentasi,
menggerakan atau memacu para siswanya pengamatan/observasi dan catatan harian.
mewujudkan keinginan untuk berprestasi dapat Setelah data terkumpul kemudian dianalisis
dicapai dengan memupuk motivasi dan dengan teknik analisis deskriptif. Penelitian ini
kreativitas pengembangan diri siswa dengan dilakukan dua kali putaran/siklus. Setiap
cara guru memberi pujian yang dapat putaran/siklus terrdiri dari empat tahap yaitu:
menimbulkan rasa percaya diri, keberanian, perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi,
disiplin, bertanggung jawab, dan menyangkut dan refleksi.
juga semua unsur-unsur psikologis dalam diri
siswa. Banyak para ahli pendidikan yang Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas X 6
memberikan batasan tentang motivasi. Menurut semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di
Noller dan Eberhard yang dikutip Pasaribu SMA Negeri 1 Denpasar. Obyek penelitiannya
(1988:8) bahwa motivasi berasal dari bahasa adalah motivasi dan kreativitas pengembangan
latin Movere yang diartikan sebagai diri siswa dalam proses belajar di kelas X 6
penggerakan. Sedangkan dari bahasa inggris semester ganjil SMA Negeri 1 Denpasar pada
berasal dari kata to move yang bila tahun pelajaran 2012/2013, setelah diberikan
dihubungkan dengan tingkah laku manusia bimbingan individu.
dapat diartikan sesuatu yang menggerakkan
timbulnya perilaku.Sebagaimana yang Penelitian ini akan berlangsung dari bulan Juli
disampaikan Purwanto (2011) bahwa secara sampai bulan Nopember tahun 2012. Indikator
umum tujuan motivasi untuk menggerakkan atau keberhasilan yang diusulkan pada penelitian ini
menggugah seseorang agar timbul keinginan meliputi tingkat keberhasilan per siklus pada
dan kemauannya untuk melakukan sesuatu aspek motivasi dan kreatifitas pengembangan
sehingga dapat memperoleh hasil atau diri siswa. Tingkat motivasi dan kreatifitas siswa
mencapai sesuatu. Yusuf dan Nurihsan (2009: yang diharapkan pada siklus I mencapai rata-
246) menjelaskan kreativitas pengembangan diri rata cukup dan pada siklus II mencapai nilai
sebagai kemampuan untuk mencipta suatu rata-rata baik.
produk baru, atau kemampuan untuk
memberikan gagasan baru dan menerapkannya 3. Hasil dan Pembahasan
dalam pemecahan masalah.
Hasil penelitian menunjukkan motivasi awal
Dalam menjalankan tugasnya, keberhasilan siswa masih kurang dari himpunan data yang
seorang Guru BK ditentukan oleh sejauh mana ada pada guru BK menunjukkan nilai motivasi
pemahaman dan kemampuan dirinya atas rata-rata 58, termasuk dalam kategori kurang.
kompetensi keguruan dan atau konselor yang Dari 38 siswa yang diteliti, 32 orang termasuk
dimilikinya. Beberapa cara yang dapat dalam kategori kurang (D), 6 orang termasuk
menumbuhkan kreativitas pengembangan diri dalam kategori cukup. Pada siklus I untuk
yang dikutif dari http://www.smartnewz.info/, motivasi diperoleh nilai rata-rata 71 (kategori
yakni: 1) Amatilah sesuatu yang dikenal;2) cukup), 6 orang termasuk kategori kurang, 27
Jangan menunda pekerjaan; 3) Pejamkan mata orang ada pada kategori cukup, dan 5 orang
dan biarkan pikiran mengembara; 4) Ambillah termasuk kategori baik. Dari hasil tersebut dapat
sudut pandang orang lain; 5) Melakukan curah- disimpulkan bahwa masih 6 orang siswa atau
gagasan;6) Belajar menjadi seorang inovator 15,79% yang belum mencapai keberhasilan
yang baik;7) Ubahlah kebiasaan dan citra diri. seperti tuntutan indikator.
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu

80
Apabila secara kualitas dibuat interpretasinya Tabel 1. Data Peningkatan Motivasi dan
dibandingkan dengan data awal, maka pada Kreativitas siswa dari Awal ke Siklus I
motivasi siswa siklus I sudah meningkat dari dan ke Siklus II
data awal rata-rata 58 kategori kurang menjadi

Observasi Pengambilan Data


71 kategori cukup, Pada siklus II naik menjadi Awal Siklus I Siklus II
rata-rata 84 termasuk kategori baik, 2 orang
siswa termasuk kategori cukup, 29 orang N

Kreativitas

Kreativitas

Kreativitas
o
termasuk kategori baik dan 7 orang siswa

Motivasi

Motivasi

Motivasi
Kelas
termasuk kategori amat baik. Hasil yang
diperoleh sudah memenuhi tuntutan indikator
walaupun masih ada 2 orang siswa yang belum
berhasil,tetapi penelitian ini tidak dilanjutkan ke X
1. K K C C B B
6
siklus berikutnya.

Untuk penyajian hasil observasi kreativitas awal


nilai rata-rata 60 termasuk kategori kurang, dari Sedangkan hasil rekapitulasi terhadap hasil
38 siswa yang diteliti, 29 orang siswa termasuk penilaian motivasi dan kreativitas
kategori kurang (D), 9 orang siswa termasuk pengembangan diri siswa dengan cara
kategori baik. Pada siklus I mendapat nilai rata- observasi jika dinyatakan dengan prosentase
rata 70 termasuk kategori cukup, dari 38 siswa hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel
yang diteliti 6 orang siswa termasuk kategori berikut.
kurang, 30 orang siswa termasuk kategori
Tabel 2. Kenaikan Prosentase Motivasi dan
cukup, dan 2 orang siswa termasuk kategori Kreativitas siswa
baik. Dari gambaran tersebut diatas masih ada 6
orang siswa yang belum memenuhi Awal Siklus I Siklus II

Pengambilan Data
keberhasilan sesuai tuntutan indikator. Apabila
secara kualitas semua kategori data di atas
dibuat interpretasinya, maka dibandingkan N

Kreativitas

Kreativitas

Kreativitas
o
dengan nilai rata-rata awal, maka pada siklus I
Motivasi

Motivasi

Motivasi
nilai rata-rata meningkat dari 60 menjadi 70. Dari
Kelas

hasil tersebut dapat digambarkan bahwa masih


banyak siswa yang belum mendapat penilaian
sesuai indikator. Keberhasilan penilaian
Observasi

1 X
interpretasi untuk hal itu adalah alat yang
25,71%

25,71%

84,21%

84,21%

94,74%
. 3
digunakan belum sesuai harapan.

85%
Tindakan Siklus II kreativitas, dari hasil
observasi mendapat nilai rata-rata 85 termasuk
kategori baik, dengan rincian: 2 orang siswa 4. Simpulan dan Saran
pada kategori cukup, 29 orang siswa pada
kategori baik, 7 orang siswa pada kategori amat Dari rumusan masalah yang diajukan dalam
baik. Apabila secara kualitas semua kategori penelitian ini dan berdasarka data hasil
data di atas dibuat interpretasinya, maka penelitian serta analisis yang sudah dipaparkan
dibandingkan dengan nilai rata-rata siklus I, diatas serta sesuai dengan tujuan penelitian
maka pada siklus II nilai rata-rata meningkat dari untuk meningkatka motivasi dan kreativitas
70 menjadi 85. maka dapat ditarik satu kesimpulan bahwa
Setelah diberikan bimbingan, tingkat motivasi bimbingan individu dapat meningkatkan motivasi
dan kreatifitas siswa meningkat sesuai dengan dan kreativitas siswa dan disarankan pada guru
harapan. Data peningkatan tersebut BK untuk menggunakan madel yang sama untuk
disampaikan seperti tabel berikut. masalah yang serupa.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar


Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.

81
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Depdiknas, 2002c. . Kurikulum Berbasis
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Kompetensi. Puskur Balitbang
Bumi Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan.2007.
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2007.Jakarta: BSNP.
Dedi Supriadi, 1996. Kreatifitas Kebudayaan dan
Perkembangan IPTEK, Jakarta,
Alfabeta.

82
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SARE DENGAN PENDEKATAN
KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH INDONESIA SISWA
SMK

I NYOMAN DANCA ARTHADANA


SMK Saraswati 1 Denpasar

Abstrak

Penelitian tindakan kelas dilakukan di SMK Saraswati 1 Denpasar, kelas X AP pada semester ganjil tahun
ajaran 2013-2014. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran sejarah
indonesia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Data hasil penelitian ini
dikumpulkan dengan cara pemberian tes prestasi belajar. Dalam menganalisis data yang diperoleh
digunakan metode analisi deskriptif. Data yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri dari data awal, data siklus
I dan data siklus II. Dari data awal diperoleh rata-rata kelas baru mencapai nilai 75,02 dan ketuntasan
belajarnya baru mencapai 65%. Data ini jauh dibawah harapan mengingat criteria ketuntasan minimal mata
pelajaran Sejarah Indonesia di sekolah ini adalah 75. Pada siklus I sudah terjadi peningkatan yaitu rata-rata
kelasnya mencapai 76,97 dan presentase ketuntasan belajar mencapai 97%. Pada siklus II perolehan rata-
rata kelas sudah mencapai 79,02 dan persentase ketuntasan belajarnya sudah mencapai 100%. Data pada
siklus II ini sudah sesuai harapan akibat penggunaan model pembelajaran yang sifatnya konstruktivis.
Simpulan yang diperoleh adalah model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share, Konstruktivisme, Prestasi Belajar

1. Pendahuluan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Sare


Dengan Pendekatan Kontruktivisme Untuk
Upaya keberhasilan peserta didik dalam setiap Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Indonesia
pembelajaran merupakan harapan setiap guru dan Siswa Kelas X AP Semester I SMK Saraswati I
orangtua. Untuk itu, orangtua dan guru perlu Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014. Dengan
memahami putra putrinya sabagai manusia maksud setelah selesai melakukan penelitian
seutuhnya yang menjadi tanggungjawabnya. tindakan kelas ini, melalui refleksi diri guru dan
Proses interaksi dan komunikasi antara pendidik siswa, diharapkan siswa terampil dalam Sejarah
dan peserta didik terjadi dalam pembelajaran di Indonesia sehingga prestasinya meningkat.
kelas. Pendidik sebagai subyek (fasilitator) dan
peserta didik sebagai obyek dalam upaya Rumusan Masalah adalah model pembelajaran
mencapai tujuan pembelajaran. Kooperatif tipe think-pair-share dengan
pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan
Namun pengalaman menulis selama ini dengan prestasi belajar siswa kelas X AP SMK Saraswati 1
cara belajar verbal siswa hanya mendengarkan Denpasar tahun pelajaran 2013/2014, sedangkan
guru berceramah dari hari ke hari, tidak membuat cara pemecahan masalahnya adalah melakukan
siswa senang mengikuti pelajaran, tetapi siswa pembaharuan strategi pembelajaran dengan
menjadi jenuh dan tidak ada minat belajar. model pembelajaran Kooperatif tipe think-pair-
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa minat share dengan pendekatan konstruktivisme. Model
belajar siswa SMK Saraswati 1 Denpasar Kelas X pembelajaran ini merupakan salah satu dari
AP Semester 1 (satu) Tahun pelajaran 2013/2014 banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam
sangat menurun (rendah), yang implikasinya upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
terhadap prestasi belajar Sejarah Indonesia juga
rendah dengan nilai rata-rata hanya 71,26. Tujuan Pembelajaran ini untuk mengetahui
seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar
Atas dasar kenyataan itu penulis mengadakan Sejarah Indonesia setelah diterapkan model
penelitian tindakan kelas yang berjudul Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share
83
dengan pendekatan konstruktivisme dalam menyelesaikan seluruh pekerjaan
pembelajaran. Sedangkan manfaat penelitian ini kelompoknya maka ini bukan merupakan
adalah: pembelajaran kooperatif (cooperative
1. Bagi siswa, a) dapat membatu siswa dalam learning). Pembelajaran kooperatif
memahami tugas dan tanggung jawab nya menekankan pada kehadiran teman sebaya
dalam kegiatan pembelajaran, b) d apat yang berintraksi antar sesama sebagai
membantu siswa dalam mengupayakan sebuah tim dalam menyelesaikan atau
meningkatkan kualitas pembelajaran, c) membahas suatu masalah atau tugas. Setiap
dapat membantu siswa dalam upaya kelompok menginginkan anggota
meningkatkan respons dan prestasi kelompoknya siap dan produktif dalam kelas.
belajarnya. Dorongan teman untuk mencapai hasil belajar
2. Bagi guru, a) sebagai acuan dalam upaya dan prestasi akademik yang baik adalah
mempertimbangkan penggunaan model salah satu faktor penting dalam pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe think-pair- kooperatif (cooperative learning).Para siswa
share dengan pendekatan konstruktivisme termotivasi belajar secara aktif, bertanggung
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, jawab terhadap pekerjaan dan kosentrasinya
b) dapat memotivasi guru-guru yang lain terpusat selama jam pelajaran.
agar melaksanakan penelitian tindakan
kelas pada tiap-tiap mata pelajaran, Siswa yang belajar dalam situasi pembelajaran
sebagai upaya menemukan inovasi baru kooperatif didorong dan dikehedaki untuk
dalam kegiatan pembelajaran, c) sebagai bekerjasama untuk suatu tugas besama, dan
acuan bagi guru-guru yang ingin mereka harus mengkordinasikan usahanya untuk
melaksanakan penelitian tindakan kelas menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan
(classroom action research). pembelajaran kooperatif dua individu atau lebih
3. Bagi sekolah, a) hasil penelitian ini dapat saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
dijadikan awal dari pembaharuan dalam suatu penghargaan bersama. Mereka akan
kegiatan pembelajaran di SMK Saraswati 1 membagi penghargaan tersebut seandainya
Denpasar, b) keberhasilan pendidikan mereka berhasil sebagai kelompok (Ibrahim dalam
pada satuan pendidikan (sekolah) akan Astrini, 2005).
membuat prestise sekolah salah satunya
tercermin pada tingginya prestasi belajar Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
siswa di sekolah ini. (cooperative learning) diantaranya: 1) semua siswa
dalam kelompoknya harus beranggapan bahwa
Model pembelajaran kooperatif adalah "suatu "sehidupsepenggungan bersama", 2) siswa
model pembelajaran yang dibentuk dalam bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
suatu kelompok kecil dimana siswa kelompoknya,seperti milik mereka sendiri, 3) siswa
bekerjasama dalam mengoptimalkan haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
keterlibatan dirinya dan anggota kelompoknya kelompoknyamemiliki tujuan yang sama, 4) siswa
dalam belajar" (Tantra dan Tengah, 1999: 4). haruslah membagi tugas dalam tanggung jawab
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa yang sama diantara anggota kelompok, 5) siswa
diberikan dua tanggung jawab yang harus akan dikenakan evaluasi atau diberi
mereka laksanakan. Pertama, semua siswa hadiah/penghargaan yangjuga akan dikenakan
terlibat dalam mempelajari dan untuk semua anggota kelompok, 6) siswa
menyelesaikan materi tugas yang diberikan. membagi kepemimpinan dan mereka
Kedua, meyakinkan bahwa semua anggota membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
dalam kelompok mengerti dan memahami selama proses belajarnya, dan 7) siswa akan
tentang tugas yang diberikan. Dengan diminta mempertanggungjawabkan secara
demikian siswa dapat meyakini dirinya bahwa individual materi yang akan ditangani dalam
hasil yang akan diperoleh mempunyai kelompok kooperatif.
manfaat bagi diri mereka dan siswa lainnya Terdapat enam tahapan dalam pembalajaran
dalam kelompok bersangkutan. kooperatif diantaranya : 1) menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa, 2) menyajikan atau
Belajar belum dianggap selesai jika salah menyampaikan informasi, 3) mengorganisasikan
satu teman dalam kelompok belum menguasi siswa dalam kelompok belajar, 4) membimbing
bahan (materi) pelajaran. Jika para siswa kelompok bekerja dan belajar, 5) evaluasi dan
duduk secara bersama dalam kelompok- 6) memberikan penghargaan. (Parwati, 2004).
kelompok kecil dan mempersilahkan salah
satu orang (seorang) diantaranya untuk
84
Disamping membantu pengembangan tingkah laku penulis tampilkan pada kajian teori ini. Menurut
kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara Wordwort dan Marganis (dalam Sudiatmika,
siswa, pembelajaran kooperatif secara bersama 2004:23), hasil belajar adalah kemampuan aktual
membantu siswa dalam pembelajaran akademis siswa yang dapat diukur dengan tes. Jadi,
mereka.Hal ini sesuai dengan teori motivasi yaitu kemampuan siswa menjawab atau mengerjakan
salah satu teori yang melandasi mengapa siswa tes merupakan hasil belajar siswa bersangkutan.
yang belajar dalam kelompok kooperatif belajar Hasil belajar adalah taraf kemampuan anak-anak
lebih banyak dari pada siswa yang diorgnisasikan untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan
secara pola lama (tradisional). Menurut teori keterampilan. Menurut Suryadibrata (dalam
motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran Sudiatmika, 2004:23) hasil merupakan perwujudan
kooperatif terutama terletak pada bagaimana atau rumusan terakhir dari upaya yang dilakukan
bentuk hadiah atau struktur pencapaian tujuan guru dalam memberikan penilaian kepada siswa.
saat siswa malaksanakan kegiatan (Ibrahim dkk,
2000:18).Dalam struktur pencapaian tujuan Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang
pembelajaran kooperatif siswa yakni bahwa tujuan sangat penting bagi anak didik, pendidik, orang
mereka tercapai jika dan hanya jika siswa Iain tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau
mencapai tujuan tersebut. angka yang diberikan merupakan manifestasi dari
prestasi belajar siswa dan berguna dalam
Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap
tehnik pembelajaran untuk meningkatkan hasil siswa yang bersangkutan maupun sekolah.
belajar siswa, tapi juga sebuah cara untuk Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa
menciptakan lingkungan yang menyenangkan yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan
dalam kelas, yang memiliki manfaat penting untuk keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan
menciptakan keluaran yang benwawasan efektif belajar mengajar.
dan interpersonal yang lebih luas. Di samping itu
dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih Dengan mengkaji hal tersebut di atas, maka faktor-
mudah menemukan dan memahami konsep- faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
konsep yang sulit, apabila mereka dapat saling menurut Purwanto (2000: 102) antara lain: (1)
mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri
temannya (Slavin, 1995). yang dapat disebut faktor individual, seperti
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
Menurut Tantra dan Tengah (dalam Pujawan, motivasi, dan faktor pribadi, (2) faktor yang ada
2001) dalam belajar kooperatif siswa diluar individu yang disebut faktor sosial., seperti
diberikan dua macam tanggung jawab yang faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan
mereka harus laksanakan. Pertama, semua cara mengajamya, alat-alat yang dipergunakan
siswa terlihat dalam mempelajari dan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Kedua, meyakinkan dirinya bahwa hasil yang Dalam penelitian ini faktor Hipotesis yang diajukan
diperoleh mempunyai manfaat bagi diri dalam penelitian ini adalah jika model
mereka dan siswa lainnya dalam kelompok pembelajaran kooperatif tipe thing-pair-share
bersangkutan. Peran setiap individu dapat (TPS) dengan pendekatan konstruktivisme dapat
dimaksimalkan dalam pembelajaran diterapkan secara baik maka akan dapat
kooperatif karena: 1) sumbangan setiap meningkatkan prestasi belajar siswa.
kelompok diakui, 2) siswa dapat
mengintegrasikan dan mensintetis pandangan 2. Metode Penelitian
siswa laindalam kelompok, 3) siswa belajar
memilih beberapa altenatif yang tersedia Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK
untuk menujupendapat mereka atau orang Saraswati 1 Denpasar di tempat peneliti
lain, 4) siswa melakukan beraneka macam bertugas. Penelitian tindakan kelas ini
tugas yang selalu disesuaikandengan dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan
kemampauan masing-masing namun dibantu Nopember 2013.
oleh siswa lain dalam satu kelompok, dan 5)
setiap anggota kelompok dapat die valuasi Subjek penelitian ditentukan karena ditemukannya
berdasarkan kriteria tersendiri. permasalahan belum tuntasnya prestasi belajar
sesuai yang diharapkan. Permasalahan tersebut
Prestasi belajar hampir sama pengertiannya ditemukan pada siswa kelas X AP yang
dengan hasil belajar. Oleh karenanya pengertian jumlahnya 34 orang, laki-laki 3 orang perempuan
hasil belajar dari para pakar pendidikan juga perlu
85
31 orang. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar lebih giat dan menuntun mereka untuk
belajar. mempu menguasai materi pelajaran lebih optimal.
Pada akhirnya dengan semua upaya peneliti
Rancangan penelitian yang digunakan pada mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada
penelitian ini berupa rancangan penelitian tindakan siklus II dengan ketuntasan belajarnya menjadi
yang disampaikan oleh Mc. Kernan yang terdiri 91,18 %. Dengan demikian model pembelajaran
atas dua daur atau siklus. Prosedur tindakan daur kooperatif tipe thing-pair-share (TPS) mampu
pertama meliputi: definisi masalah dilanjutkan meningkatkan prestasi belajar siswa.
dengan pelaksanaan di lapangan, merumuskan 4. Simpulan dan Saran
hipotesis, pengembangan hipotesis, implementasi,
evaluasi terhadap hasil yang didapat dan evaluasi Bertitik tolak dari pemicu rendahnya prestasi
diterapkan. Langkah-langkah pada daur II sama belajar ada pada faktor-faktor seperti metode yang
dengan yang di siklus I yaitu dimulai dengan digunakan guru, sehingga penggunaan atau
adanya suatu permasalahan yang baru, penggantian metode diperlukan, akibatnya peneliti
didefinisikan masalahnya, dibuat hipotesisnya, mencoba model pembelajaran kooperatif tipe
direvisi, selanjutnya dilakukan implementasi thing-pair-share (TPS) dalam upaya untuk dapat
dilapangan, dievaluasi, kemudian hasil yang memecahkan permasalahan yang ada.
didapat merupakan penerapan baru apabila masih
ada masalah. Bertumpu pada rendahnya prestasi belajar
siswa yang disampaikan pada latar belakang
Data dalam penelitian ini berupa tes prestasi masalah, penggunaan model pembelajaran
belajar, sedangkan analisis datanya model pembelajaran kooperatif tipe thing-
menggunakan metode deskriptif. Indikator pair-share (TPS) diupayakan untuk dapat
yang diusulkan pada penelitian ini adalah menyelesaikan tujuan penelitian ini yaitu
pada siklus I prestasi belajar siswa mencapai untuk mengetahui peningkatan prestasi
nilai rata-rata 73,44 dengan ketuntasan belajar. Seberapa besar peningkatan yang
belajar sebesar 58,82% dan pada siklus II dicapai sudah dipaparkan dengan jelas pada
mencapai nilai rata-rata 78,29 atau lebih akhir analisis. Kenaikan prestasi belajar
dengan ketuntasan belajar minimal 80%. siswa dapat dilihat dari bukti-bukti berikut:
a. Dari data awal ada 20 siswa mendapat
3. Hasil dan Pembahasan nilai dibawah KKM dan pada siklus I
menurun menjadi 14 siswa dan siklus II
Untuk perolehan data awal dapat disampaikan hanya 3 siswa mendapat nilai di bawah
bahwa indikator yang dituntut yaitu siswa mampu KKM.
mencapai ketuntasan belajar dengan nilai sama b. Dari rata-rata awal 71,26 naik menjadi
dengan KKM, belum tercapai. Data yang diperoleh 73,44 pada siklus I dan pada siklus II naik
menunjukkan hanya 14 orang siswa yang tuntas menjadi 78,29.
atau hanya 41,18 %. Dengan rendahnya c. Dari data awal siswa yang tuntas hanya 14
ketuntasan belajar siswa maka peneliti orang sedangkan pada siklus I menjadi
mengupayakan untuk dapat meningkatkan prestasi lebih banyak yaitu 20 siswa dan pada
belajar siswa dengan menggunakan model model siklus II menjadi cukup banyak yaitu 31
pembelajaran kooperatif tipe thing-pair-share siswa.
(TPS). Penerapan model pembelajaran tersebut
dengan benar sesuai teori berpengaruh pada Dari semua data pendukung pembuktian
peningkatan ketuntasan belajar siswa mencapai pencapaian tujuan pembelajaran dapat
58,82 % pada siklus I. Namun peningkatan disampaikan bahwa model pembelajaran
tersebut belum maksimal karena hanya 20 orang kooperatif tipe thing-pair-share (TPS) dapat
memperoleh nilai di atas atau sama dengan KKM, memberi jawaban yang diharapkan sesuai
Hal ini terjadi karena penggunaan model tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai
pembelajaran kooperatif tipe thing-pair-share adalah akibat kesiapan dan kerja keras
(TPS) belum maksimal dapat dilakukan mengingat peneliti dari sejak pembuatan proposal,
penerapan model tersebut baru dicokan sehingga review hal-hal yang belum bagus bersama
guru masih belum mampu melaksanakannya teman-teman guru, penyusunan kisi-kisi dan
sesuai alur teori yang benar. Pada siklus II instrumen penelitian, penggunaan sarana
perbaikan prestasi belajar siswa diupayakan lebih trianggulasi data sampai pada pelaksanaan
maksimal dengan membuat perencanaan yang penelitian yang maksimal.
lebih baik, menggunakan alur dan teori yang benar
dan maksimal. Peneliti memotivasi siswa agar Daftar Pustaka
86
Astrini, 2005. Pengaruh penerapan Model Tantra, Dewa Komang. 1999. Penelitian
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numered- Tindakan Kelas; Konsep dasar dan
Head-Together Negeri 1 Sidemen Skripsi Pelaksanaan, Singaraja. Pusat Penelitian
(tidak diterbitkan) Fakultas Pendidikan dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M-
MIPA IKIP Negeri Singaraja. STKIP Singaraja).
Dimyati dan Modjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran (cetakan ke-2). Jakarta: Dirjen
Dikti Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu
Tenaga Pendidikan.
Parwati, Ni Nyoman. 2004. Implementasi
Model Pembelajaranberorientasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah dalam seminar
Akademik Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri
Singaraja. 26 Oktober 2004.
Slavin, R.E. 1995. Cooperatif LearningTheori,
Researchand Practice. Second Edition
Boston: allyn Bacon.
Sudiatmika, I W ayan. 2004. Penerapan
Pendekatan Kontekstual dengan Model
Pembelajaran Langsung dalam Kalor
sebagai Upaya Peningkatan Aktivitas dan
Prestasi belajarSiswa Kelas II A SMP
Negeri 3 Singaraja. Skripsi (tidak
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan MIPA IKIP Negeri
Singaraja.

87
PENGGUNAAN BIMBINGAN INDIVIDU DENGAN TEKNIK EKLEKTIF UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN KREATIFITAS PENGEMBANGAN DIRI SISWA DALAM PROSES BELAJAR

Jarwati
SMA Negeri 1 Denpasar

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan bimbingan individu dengan teknik eklektif
dapat meningkatkan motivasi dan kreatifitas pengembangan diri siswa kelas X 3 semester ganjil di SMA
Negeri 1 Denpasar pada tahun pelajaran 2012/2013. Metode pengumpulan datanya adalah dokumentasi,
observasi dan catatan harian. Data penelitian dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bimbingan individu dengan teknik eklektif dapat digunakan untuk meningkatkan
motivasi dan kreatifitas pengembangan diri siswa dalam proses belajar. Ini terbukti dari hasil yang diperoleh,
awalnya skor motivasi 62,91 berada pada kategori kurang, pada siklus I sebesar 71,21 berada pada kategori
cukup dan pada siklus II menjadi 83,60 berada pada kategori baik. Sedangkan kreatifitas pada awalnya
62,47 berada pada kategori kurang, pada siklus I sebesar 71,37 berada pada kategori cukup serta pada
siklus II 83,53 berada pada kategori baik. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bimbingan
individu dengan teknik eklektif dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi dan kreatifitas pengembangan
diri siswa dalam proses belajar kelas X 3 semester ganjil di SMA Negeri 1 Denpasar pada tahun pelajaran
2012/2013.

Kata Kunci : Bimbingan individu, Teknik eklektif, Motivasi, Kreatifitas

1.Pendahuluan kreatifitas pengembangan diri siswa dalam


berbagai kegiatan di sekolah belum diperhatikan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional secara menyeluruh oleh guru. Hanya siswa-siswa
No. 22 Tahun 2006 mengamanatkan bahwa yang mengikuti kegiatan di kegiatan kesiswaan
struktur kurikulum SMA/SMK terdiri dari saja yang sering didorong untuk melakukan
komponen kelompok mata pelajaran, muatan pengembangan diri, sedangkan siswa yang lain
lokal dan pengembangan diri. Pengembangan belum mendapatkan perhatian yang sama.
diri dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Menjadikan siswa insan yang kreatif adalah tugas
ekstrakurikuler dan pelayanan konseling; dengan langsung dari seorang guru, khususnya guru
tujuan untuk memberikan kesempatan kepada Bimbingan Konseling (BK) yang bersentuhan
peserta didik untuk mengembangkan dan langsung dengan upayaupaya pengembangan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, psikologis siswa.
bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah. Dalam Kurikulum Sunaryo dalam Mimbar Pendidikan 2009
Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004, menyebutkan, untuk menjadi profesional seorang
dikatakan bahwa Bimbingan Konseling guru dituntut untuk memiliki empat hal, yaitu
merupakan pelayanan bantuan untuk peserta pertama guru memiliki komitmen pada siswa dan
didik, baik secara perorangan maupun kelompok, proses belajarnya; kedua guru menguasai secara
agar mandiri dan berkembang secara optimal. mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan
serta cara mengajarkannya kepada siswa; ketiga
Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan guru bertanggung jawab memantau hasil belajar
(2009:246) menjelaskan kreatifitas siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara
pengembangan diri sebagai kemampuan untuk pengamatan dalam perilaku sampai tes belajar;
menciptakan suatu produk baru, atau kemampuan dan keempat guru seyogyanya bagian dari
untuk memberikan gagasan baru dan masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya
menerapkannya dalam pemecahan masalah. Di (misalnya dalam PGRI atau organisasi profesi
setiap sekolah pada kenyataannya, masalah lainnya).
88
Penelitian ini akan berlangsung dari bulan Juli
Untuk dapat menumbuhkan kreatifitas sampai bulan Nopember tahun 2012. Data
pengembangan diri siswa yang merupakan salah dikumpulkan dengan metode Observasi dan
satu tugas penting guru seperti yang dikutip dari metode analisis data dengan teknik analisis
http://www.smartnewz.info/, yakni: 1) Amatilah deskriptif. Indikator keberhasilan yang diusulkan
sesuatu yang dikenal; 2) Jangan menunda pada penelitian ini meliputi tingkat keberhasilan
pekerjaan; 3) Pejamkan mata dan biarkan pikiran per siklus pada aspek motivasi dan kreatifitas
mengembara; 4) Ambillah sudut pandang orang pengembangan diri siswa. Tingkat motivasi dan
lain; 5) Melakukan curah-gagasan; 6) Belajar kreatifitas siswa yang diharapkan pada siklus I
menjadi seorang inovator yang baik; 7) Ubahlah mencapai rata-rata cukup dan pada siklus II
kebiasaan dan citra diri. Sementara itu Ibrahim mencapai nilai rata-rata baik.
Elfiky (2010:330) menyatakan ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan diri,
antara lain : 1) Membaca, 2) Mendengarkan kaset 3. Hasil dan Pembahasan
audio, 3) Menonton kaset video, 4) Kajian umum,
5) Pelatihan dan 6) Pelatihan secara rutin. Hasil penelitian menunjukkan motivasi awal siswa
masih rendah atau masih mencapai nilai rata-rata
Jika peserta didik memahami bahwa kreatiftas D dengan prosentase sebesar 76,32% atau nilai
pengembangan diri dalam dirinya bisa diasah rata-rata 62,91. Dari 38 siswa yang diteliti 29
dengan baik maka kreatifitas pengembangan diri siswa mencapai nilai D (kurang) dan 9 siswa atau
dalam mengikuti proses pembelajaran tidak akan 23,68% mencapai nilai C (cukup).
rendah. Bimbingan dan konseling di sekolah
merupakan suatu hal yang sangat penting dan Pada siklus I terdapat 31 siswa atau 81,57%
diperlukan keberadaannya, karena bimbingan dan termasuk kategori cukup, 5 orang atau 13,16%
konseling di sekolah merupakan upaya untuk masuk dalam kategori kurang dan 2 orang siswa
membantu siswa dalam memecahkan masalah- atau 5,26% masuk dalam kategori baik. Dari
masalah dan mengembangkan kreatifitas dirinya hasil tersebut gambaran yang dapat disimpulkan
serta untuk menyongsong masa depannya yang adalah masih banyak siswa yang belum mencapai
cerah. penilaian sesuai harapan atau masih banyak
siswa yang belum mencapai keberhasilan seperti
Winkel dalam bukunya yang berjudul Bimbingan tuntutan indikator.
dan Penyuluhan di Sekolah Menengah
disebutkan bahwa Bimbingan dan konseling Keberhasilan penelitian interpretasi untuk hal itu
dengan teknik eklektif yang merupakan adalah bahwa alat yang digunakan belum sesuai
penggabungan dari unsur-unsur metode direktif harapan. Penyajian dalam bentuk grafik/histogram
dan non direktif banyak digunakan di sekolah sebagai berikut :
menengah. Berdasarkan uraian tersebut dapat
ditarik suatu benang merah bahwa kegiatan Apabila secara kualitas semua kategori data di
pelayanan Bimbingan dan Konseling mutlak perlu atas dibuat interpretasinya maka dibandingkan
dan harus ada pada setiap satuan pendidikan, dengan data awal, pada siklus I ini motivasi siswa
khususnya bimbingan konseling dengan teknik sudah meningkat. Bila dicek hasilnya dalam
eklektif. bentuk nilai, maka pada siklus I ini nilai motivasi
siswa naik dari nilai D ke nilai C dengan
2. Metodologi Penelitian perolehan persentase sebesar 86,84% atau nilai
rata-rata 71,21.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek Pada siklus II nilai motivasi siswa naik dari nilai C
penelitian adalah siswa-siswa kelas X 3 semester ke nilai B dengan perolehan nilai rata-rata 83,60.
ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 1 Dari 38 siswa yang diteliti, 1 orang atau 2,63%
Denpasar. Obyek penelitiannya adalah dalam kategori amat baik, 35 orang atau 92,11%
peningkatan motivasi dan kreatifitas dalam kategori baik dan 2 orang atau 5,26%
pengembangan diri siswa dalam proses belajar di dalam kategori cukup. Hasil yang diperoleh ini
kelas X 3 semester ganjil SMA Negeri 1 sudah memenuhi usulan indikator keberhasilan
Denpasar pada tahun pelajaran 2012/2013, penelitian. Oleh karenanya penelitian tidak
setelah diberikan bimbingan individu dengan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
teknik eklektif.
Hasil observasi yang disampaikan ternyata
kreatifitas awal siswa masih rendah atau masih
89
mencapai nilai D dengan prosentase sebesar o
76,32% atau nilai rata-rata 62,47. Dari 38 siswa

Kreatifitas

Kreatifitas

Kreatifitas
yang diteliti 29 siswa mendapat nilai D/kurang dan

Motivasi

Motivasi

Motivasi
9 siswa atau 23,68% mendapat nilai C/cukup.
Pada siklus I dari 38 siswa yang diteliti, ada 34
orang siswa atau 89,47% yang memperoleh
penilaian dalam kategori cukup dan ada 4 orang

Observasi
siswa atau 10,53% yang memperoleh penilaian X
1

23,68%

23,68%

86,84%

89,47%

94,74%

89,47%
kurang. Dari hasil tersebut gambaran yang dapat .
disimpulkan adalah masih banyak anak yang 3
belum mencapai penilaian sesuai harapan atau
masih banyak anak yang belum mencapai
keberhasilan seperti tuntutan indikator.
Keberhasilan penelitian interpretasi untuk hal itu
adalah bahwa alat yang digunakan belum sesuai 4. Simpulan dan Saran
harapan.
Bertitik tolak dari perumusan masalah yang
Penilaian terhadap kreatifitas siswa pada siklus I diajukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dan
baru pada kategori cukup atau 71,37. Hasil ini berdasarkan data hasil penelitian dan analisisnya
belum maksimal sehingga penelitian harus yang sudah dipaparkan serta sesuai tujuan
dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pada siklus II dari penelitian yaitu mencari peningkatan motivasi dan
38 siswa yang diteliti ada 34 orang siswa atau kreatifitas pengembangan diri siswa, dapat
89,48% yang mendapat penilaian dalam kategori disampaikan kesimpulan bahwa model bimbingan
baik dan masih ada 4 orang siswa atau 10,52% individu dengan teknik eklektif dapat
yang mendapat penilaian dalam kategori cukup. meningkatkan motivasi dan kreatifitas
Observasi pada siklus II menyatakan bahwa pengembangan diri siswa. Sehingga dapat
kreatifitas sudah bagus dengan kategori baik yaitu disarankan bahwa model ini dapat digunakan oleh
rata-rata 83,53. Berikut ini disampaikan penyajian guru BK dan bagi sekolah dalam meningkatkan
dalam bentuk histogram. mutu pendidikan di sekolah.
Setelah diberikan bimbingan, tingkat motivasi dan
kreatifitas siswa meningkat sesuai dengan Daftar Pustaka
harapan. Data peningkatan tersebut disampaikan
seperti tabel berikut. Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Tabel 1. Peningkatan Motivasi Siswa dari Awal ke Bumi Aksara.
Siklus I dan ke Siklus II Badan Standar Nasional Pendidikan.2007.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Awal Siklus I Siklus II Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007.Jakarta: BSNP.
Observa Pengambilan

http://www.smartnewz.info/2011/11/7-...itas-
D (62,47) Kreatifitas

C (71,37) Kreatifitas

B (83,53) Kreatifitas

No
D (62,91) Motivasi

Motivasi

B (83,60) Motivasi

diri.html
Kelas

Ibrahim Elfiky, 2009, Terapi Berpikir Positip,


Data

Jakarta, PT Ikrar Mandiri Abadi.


Koyan, I Wayan. 2003. Konsep Dasar dan Teknik
Evaluasi Hasil Belajar. Singaraja: IKIP
(71,21)

X
1. Singaraja.
3
Suryabrata, Sumadi, 2000, Pengembangan Alat
si

Ukur Psikologis, Yogyakarta : Penerbit


Andi.
Dari hasil rekapitulasi penilaian motivasi dan Sutrisno Hadi, 2000. Metodologi Research.
kreatifitas siswa dengan cara observasi, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
prosentase motivasi dapat dilihat pada tabel UGM Yogyakarta.
berikut. Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2009.
Landasan Bimbingan dan Konseling.
Tabel 2. Kenaikan Prosentase Motivasi dan Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Kreatifitas Winkel, 1982, Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah Menengah, Jakarta, PT
en
ga

an
as
bil

N Awal Siklus I Siklus II


m

at

Gramedia.
el

D
P
K

90
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK
DENGAN TEKNIK BERMAIN MERANGKAI KATA PADA ANAK KELOMPOK B

Srinaning
TK Negeri Pembina Dawan Klungkung

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada anak dengan metode bimbingan
kelompok melalui bermain merangkai kata kelompok B TK Negeri Pembina Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012. Subyek penelitian berjumlah 33 orang anak. Penelitian ini dilaksanakan karena motivasi dan
hasil belajar anak masih rendah, oleh karena itu perlu dilaksanakan pembelajaran dengan metode
bimbingan kelompok melalui bermain merangkai kata. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yaitu tentang pembelajaran yang dilaksanakan dengan bimbingan kelompok untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar anak. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, dimana masing-
masing siklus terdiri dari lima kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan tiap siklus meliputi empat kegiatan
pokok yaitu : rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Data kuantitatif
adalah data yang dapat dihitung atau data yang berupa angka-angka. Dalam penelitian ini adalah nilai
motivasi dan hasil belajar anak, persentase perubahan di masing-masing siklus, rata-rata proses
perubahan/peningkatan, dan rumus persentase peningkatan prestasi belajar anak. Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa Pada saat pra siklus diperoleh hasil belajar yang belum sesuai dengan harapan, rata-rata
motivasi dan hasil belajar anak secara keseluruhan 30% dalam kategori rendah, pada tindakan siklus I rata-
rata motivasi dan hasil belajar 43% meningkat dari pra tindakan sebesar 13%, pada tindakan siklus II rata-
rata motivasi dan hasil belajar anak 54%, meningkat 11% dari siklus I. Jadi peningkatan motivasi dan hasil
belajar anak sebesar 12%.Berdasarkan temuan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
dengan metode bimbingan kelompok melalui bermain merangkai kata dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar anak kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung semester 2
tahun pelajaran 2011/2012.

Kata kunci: pembelajaran, bimbingan kelompok, bermain merangkai kata, motivasi dan hasil belajar

1. Pendahuluan 83) motovasi yang ada pada diri setiap orang itu
memiliki ciri ciri yang tekun menghadapi tugas ,
Perkembangan zaman yang semakin modern ulet menghadapi kesulitan, dan lebih senang
pada era globalisasi seperti sekarang ini bekerja mandiri. Agar anak termotivasi untuk
menurutnya adanya sumber daya manusia yang belajar lebih lanjut perlu diberikan rangsangan
berkualitas tinggi.Peningkatan kualitas sumber berupa hadiah, pijian gerakan tubuh (acungan
daya manusia merupakan persyaratan mutlak jempol dan tepuk tangan). Bertolak dari uraina
usaha untuk mencapai tujuan diatas ditemukan beberapa anak TK Negeri
pembangunan.Salah satunya usaha untuk Pembina Kecamatan Dawan kurang memiliki
meningkatkan kualitas sumber daya manusia motivasi belajar, itu terlihat saat proses belajar
tersebut adalah pendidikan.Motivasi belajar mengajar berlangsung seperti kurang perhatian
merupakan keseluruhan daya penggerak didalam penjelasan guru dengan baik. Kondisi tersebut
diri anak yang mampu menimbulkan semagat harus ada penanganan yang serius dari guru TK
ataau kegiatan belajar .Menurut sardiman (2011: itu sendiri yang mengajar di TK

91
tersebut.Permasalahan yang terjadi disekolah suatu cara memberikan bantuan kepada individu
tersebut akan dicoba mengunakan atau ( anak ) melalaui kegiatan kelompok. Adhiputra
menerapkan teknik permainan guna meningkatan (2009: 06) menyatakan bahwa bimbingan
motivasi belajar. Permainan tidak saja membuat kelompok adalah suatu kegiatan yang
anak merasa senang, gembira dan memperoleh menekankan pada diskusi di dalam kelompok
kepuasan, manun juga dapat meningkatkan mengenai masalah pendidikan, pengarahan
kemampuan intelektual, perkembangan bahasa, bakat, ataupun informasi social lainnya.
perkembangan sosial, perkembangan emosi,
perkembangan fisik dan kreativitas.Fungsi dari Tujuan Bimbingan Kelompok Prayitno (1995:178)
teknik permainan disini adalah merangsang menyatakan bahwa bimbingan kelompok
perkembanagan kognitif, membangun struktur bertujuan agar anak: (1). Mampu berbicara pada
kognif (pengetahuan anak lebih dalam, lebih kaya orang banyak, (2). Mampu mengeluarkan
dan sempurna), belajar memecahkan masalah , pendapat, (3). Belajar menghargai orang lain, (4).
meningkatkan sikap social, belajar berkomunikasi Bertanggung jawab atas pendapat sendiri, (5).
dan lain sebaginya.Disamping itu , manfaat dari Mampu mengendalikan diri, (6) .dapat
permainan adalah dapat saling mengenal, saling bertenggang rasa, (7). Menjadi akrab satu sama
menghargai satu dengan lainnya dan dengan lain. (8). Dapat saling membantu. Tohirin (2007:
perlahanlahan tumbuhlah rasa kebersamaan 173) menyatakan tujuan bimbingan kelompok
yang menjadi landasan bagi pembentukan secara umum adalah untuk pengembangam
perasaan sosial dan juga untuk mengenal kemampuan bersosialisasi, khususnya
kekuatan sendiri. kemampuan komunikasi peserta layanan (anak).
Bimbingan kelompok yaitu penyelenggaraan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk bimbingan yang dimaksudkan untuk membantu
mengetahui peningkatan motivasi belajar anak TK mengatasi masalah bersama atau seorang
Negeri Pembina Kecamatan Dawan tahun individu dengan menempatkannya dalam suatu
pelajaran 2011/2012 setelah melaksanakan kelompok. Prayitno (1995 : 62 ) menyatakan
permainan merangkai kata. Hasil penelitian beberapa bentuk teknik bimbingan kelompok yaitu
diharapkan memberi manfaat sebagai berikut (1) Home rome program : yaitu kegiatan yang
Manfaat Teoritis: Memberikan sumbangan bagi dilakikan dengan tujuan agar guru dapat
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenal muridnya lebih baik sehingga dapat
penerapan bimbingan kelompok dengan teknik membantu secara efisien, (2) Karya wisata atau
penilaian TK. Dan Diharapkan dapat bermanfaat field trip : sebagai kegiatan atau metode
untuk menambah wawasan anak guru dan juga mengajar. Dengan karya wisata dapat meninjau
masyarakat luas dan teori motivasi belajar anak objek objek menarik dan mereka dapat
serta masukan positif terhadap dunia pendidikan informasi yang lebih menarik dari objek objek
pada umumnya dan di TK Negeri Pembina itu, (3) Diskusi kelompok : yaitu anak
Kecamatan Dawan tahun pelajaran 2011/2012 mendapatkan kesempatan untuk
pada khususnya. Manfaat Praktis Bagi penelitian, menyumbangkan pikiran masing masing dan
dapat menambah pengalaman dan keterampilan memecahkan masalah bersama sama, (4)
cara meningkatkan motivasi belajar dengan teknik Kegiatan kelompok : yaitu melalui kegiatan
Permainan., Bagi sekolah, dapat dijadikan acuan kelompok anak dapat kesempatan untuk
atau pedoman untuk memberikan rekomendasi menyumbangkan pikiran dan rasa tanggung
kepada guru guru yang lain dalam pemberian jawab, (5) Organisasi anak : yaitu dalam
keterampilan untuk motivasi belajar anak dengan organisasi siswa dapat kesempatan untuk
teknik permainan., Bagi anak, hasil penelitian ini mengenal berbagai aspek kehidupan
bermanfaat untuk dapat mengubah yang kurang sosial.Permainan anak : yaitu salah satu teknik
baik kea rah yang lebih baik agar motivasi belajar dalam layanan bimbingan kelompok baik sebagi
anak meningkat.; Dapat dijadikan sebagai bahan selingan maupun sebagai wahana yang memuat
rujukan bagi penelitian selanjutnya pada kajian materi pembinaan atau materi layanan tertentu.
yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih
luas. Santrock (dalam suwarjo) dan Eva Imania Eliasa,
2010 : 02) bermain (play) adalah suatu kegiatan
Pengertian Bimbingan Kelompok adalah Prayitno yang menyenagkan yang dilaksanakan untuk
(1995: 178) menyatakan bahwa bimbingan kepentingan kegiatan diri sendiri.Piaget (dalam
kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan Suwarjo dan Eva Imania Elisa, 2010 : 02)
oleh sekelomok orang dengan memfaatkan memandang bahwa bermain sebagai suatu
dinamika kelompok. Tohrin (2007: 170) metode yang meningkatkan perkembangan
menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah kognitif anak.Berdasarkan pendapat para ahli
92
diatas , maka yang dimaksud permainan pada menguasai materi pelajara, mencari tahu
penelitian ini adalah suatu kegiatan yang pemecahan masalah dan mampu
menyenangkan yang berguna untuk mempelajari sendiri soal- soal . 7) Balikan
meningkantkan perkembangan kognitif pada atau penguatan belajar Anak selalu
anak. membutuhkan suatu kepastian dari kegeiatan
yang dilakukan, aakah benar atau
Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya salah.Dengan demikian anak selalu memiliki
motivasi belajar. Motivasi belajar adalah suatu tentang hasil yang sekalugus merupakan
perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang penguatan.Seperti anak menerima teguran
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan dari guru karena hasil belajarnya jelek.Anak
reaksi untuk mencapai tujuan. Mc Donald (dalam menerima kenyataan terhadap skor / nilai
Hamalik, 2011 : 106 ) yang dicapai anak mencocokan jawabn
dengan kunci jawaban.
Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis Sebelum diajukan hipontensis dalam penelitian ini
dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan terlebih dahulu akan dikemukakan secara singkat
belajar, menjamin kelangsungan belajar demi apakah yang dimaksud dengan
tercapainya suatu tujuan. Tadjad M.A ( dalam hipotesis.Suharmini Arikunto (dalam Dessy,
suari, 2003 : 06 ) Menurut pendapat Davies 2012:17) mengatakan bahwa hipotesis dapat
( dalam Artini, 2012 : 29 ) adapun prinsip prinsip diartikan sebagai jawaban yang bersifat
belajar yang terkait dengan motivasi belajar, sementara terhadap permasalahan penelitian,
sehingga muncul perilaku anak terutama dalam sampai terbukti melalui data yang
proses pembelajaran adalah sebagai berik 1) terkumpul.Berdasarkan pendapat diatas dapat
DisiplinAnak dating lebih awal sebelum pelajaran disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu
dimulai dan tidak terlambat dating ke sekolah.2) kesimpulan atau dugaan sementara, sehingga
Kreatif belajar perlu dibuktikan kebenarannya.Dengan demikian
hiotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
Dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam penerapan bimbingan kelompok dengan teknik
kegiatan belajar keatifitas disebut juga permainan merangkai kata dapat meningkatkan
primus motor anak dituntut untuk selalu motivasi belajar anak TK Negeri Pembina Dawan
aktif memproses dan mengolah perolehan tahun pelajaran 2011 /2012.
belajarnya, seperti melakukan Tanya jawab ,
secara aktif, menjelaskan pelajaran kembali 2. Metode Penelitian
dengan baik, mencari informasi yang
dibutuhkan, mampu menjawab soal dan Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
berdikusi terhadap pelajaran yang baru tindakan kelas (PTK) yiatu penelitian yang
selesai diajarkan 3) Keterlibatan langsung dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan
dalam belajar Hal apapunyang dipelajari motivasi belajar anak. Dipilihnya jenis penelitian
anak, maka ia harus mempelajarinya sendiri, ini, karena penelitian tindakan kelas memiliki
secara mutlak adanya keterlibatan langsung keunggulan diantaranya (1). Kerja sama dalam
dari tiap anak dalam kegiatan belajar. penelitian tidaklah dapt menumbuhkan rasa
Dengan keterlibatan langsung ini, secara memiliki, (2). Mendorong kreativitas dan inovasi
logis akan menyebabkan mereka inovasi, (3). Meningkatkan kemungkinan
memperoleh pengalaman. Seprti anak terjadinya perubahan dan miningkatkan lahirnya
mengemukakan pendaat dalam proses kesepakatankesepatakan, dengan keunggulan
pembelajarn, anak mengajukan pertanyaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan
dan berdiskusi memecahkan soalsoal.; 5) peningkatan kemandirian anak dapat dilakukan
Pengulangan belajar melalui perbaikan pembelajaran dengan tindakan
tindakan pembelajaran yang dirancang.
Penguasaan secara penuh dari setiap
langkah memungkinkan belajar secara Pada penelitian ini akan dapat dipaparkan terlebih
keseluruhan lebih berarti.Seperti dahulu tentang subjek dan objek dari penelityian.
mengerjakan soal soal latihan agar anak Subjek penelitian ini adalah anak TK Negeri
tersebut mampu menguasai materi pelajaran, Pembina Dawan tahun ajaran 2011 /2012.
mengafalkan rumusan rumusan dan mampu Sedangkan objek penelitian ini adalah
menganalisis jawaban 6) Tantangan belajar peningkatan motivasi belajar anak dengan teknik
Disini anak dituntut untuk melaksanakan permainan marangkai kata.Ditetapkannya anak
tugas, menyebabkan anak harus dapat ank TK Negeri Pembina Dawan ini menjadi objek
93
penelitian, disebabkan kerena guru / peneliti Menggunakan metode unjuk kerja dalam
merasa perlu melakukan perubahan strategi observasi atau evaluasi.
dalam pembelajaran khususnya yang
berhubungan dengan semangat Observasi. Tujuan dilakukan evaluasi adalah
belajarnya.Dimana banyak anak kurang untuk mengetahui kesesuaian tindakan yang
menunjukkan keinginnya belajar.Ini yang dilakukan dengan perencanaan yang dirancang,
menunjukkan motivasi belajar rendah. instrument yang digunakan untuk observasi
tersebut berupa aspekaspek prilaku anak
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah anak- selama proses belajar mengajar. Pembimbing
anak kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan dapat melakukan observasi langsung pada saat
Dawan Kabupaten Klungkung semester 2 tahun memberikan bimbingan kelompok maupun diluar
pelajaran 2011/2012 yang motivasi dan prestasi layanan kepada anak mengenai gejalagejala
belajarnya rendah. Dari 33 orang anak terdapat yang terkait dengan motivasi belajar.Adapun
25 anak motivasi dan prestasi belajarnya rendah, format observasi yang disiapkan seperti berikut
5 orang anak motivasi dan prestasi cukup, dan 3 ini.
orang anak motivasi dan prestasi belajarnya baik,
dan tidak ada prestasi belajar anak sangat baik. Refleksi
Kesemua anak anak tersebut akan dijadikan Kegiatan refleksi. mencakup kegiatan merenung,
fokus tindakan. mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan,
dan hasilnya merupakan informasi tentang apa
Rancangan penelitian akan dilakukan melalui yang telah terjadi dan apa yang perlu dilakukan
siklus-siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap oleh peneliti pada setiap akhir siklus, Jadi
yaitu; 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan kelebihan dan kekurangan yang menjadi pada
tindakan, 3) Observasi dan evaluasi tindakan, dan suatu siklus digunakan untuk melakukan
4) Refleksi siklus. perbaikan pada tindakan berikutnya.
Dengan keunggulan penelitian tindakan kelas ini
diharapkan peningkatan aktivitas dan prestasi Teknik Analisis Data
belajar anak dapat dilakukan melalui perbaikan Cara agar dapat mengetahui tungkat motivasi
pembelajaran dengan tingkat-tingkat belajar anak adalah :
pembelajaran yang dirancang. 1. Menghitung persentase pencapaian
motivasi belajar anak digunakan rumus
Prosedur penelitian :
Rancangan tindakan direncanakan dilakukan P =X
dengan siklus sampai terjadi perubahan dalam SMI x 100 %
permainan anak. Tahap pelaksanaan tindakan (Nurkancana, 1990 : 99 )
dalam hidup tiap siklus terdiri dari 4 kegiatan yang Keterangan :
sesuai dengan rancanagan siklus. P = Persentase
X = skor yang dicapai
Perencanaan Tindakan. Dalam perencanaan SMI= skor maksimal ideal
tindakan meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) 2. Menghitung katagori motivasi belajar
Meminta izin Kepala UPT Dinas Pendidikan anak menggunakan kriteria Penialaian
Pemuda dan Olahraga Kecamatan Dawan untuk Acuan Patokan (PAP) skala 5
mengadakan penelitian di TK Negeri Pembina 81 % - 100 % : sangat tinggi
Dawan, 2) Mengidentifikasi anak yang motivasi 61 % - 80 % : Tinggi
dan hasil belajarnya rendah, 3) Menyusun materi 41% - 60 % : cukup
yang disesuaikan dengan motivasi belajar, 4) 21% - 40 % : rendah
Menyusun pedoman observasi untuk membantu 1% - 20 % : sangat rendah
kegiatan, 5) Menyusun alat bantu serta (Artini,2012 : 43 )
mempersiapkan strategi dalam permainan, 6)
Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH), 7) Tehnik Pengumpulan Data
Menyiapkan instrumen pengambilan data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa
data tentang motivasi dan hasil belajar anak didik
Pelaksanaan Tindakan. Adapun jenis kegiatan setelah belajar dengan metode bimbingan
yang akan dilakukan pada tahap pelaksanaan kelompok melalui permainan merangkai kata yang
tindakan ini sebagi berikut : 1) Proses belajar dikumpulkan dengan lembar penilaian dengan
mengajar sesuai dengan persiapan yang telah indikator sebagai berikut
dibuat yaitu permainan merangkai kata, 2)
Metode Pengumpulan Data
94
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah
metode bimbingan kelompok, pemberian tugas, Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dari
dan bercakap-cakap (wawancara). Metode dan bulan Januari sampai bulan Juni 2012 di TK
penelitian ini dipilih karena dalam bermain Negeri Pembina Kecamatan Dawan Kabupaten
merangkai kata dilaksanakan pengamatan Klungkung pada anak kelompok B semester 2
langsung pengenalan dan merangkai kata. tahun pelajaran 2011/2012. Anak kelompok B
Metode Bimbingan Kelompok, sebagai salah satu sebagai subyek penelitian sebanyak 33 orang.
wacana menentukan keingintahuan anak melalui Penelitian Tindakan Kelas ini dikemas dan
metode ini bertujuan melatih koordinasi tubuh dilaksanakan dengan siklus-siklus. Pelaksanaan
atau gerakan-gerakan dasar motorik halus yang penelitian dilaksanakan dalam beberapa kali
baik. Pelaksanaan metode bimbingan kelompok pertemuan tentu disesuaikan dengan rencana
ini guru terlebih dahulu membagi anak menjadi yang telah disusun. Berikut ini akan dipaparkan
beberapa kelompok kecil. Tugas guru adalah lebih lanjut deskripsi hasil pra tindakan, hasil
memfasilitasi anak dalam kelompok dan tindakan siklus I dan tindakan siklus II.
melakukan pembimbingan sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Deskripsi Data Pra Tindakan
Instrumennya seperti pada langkah observasi Data hasil belajar tentang kemampuan kognitf
Metode Pemberian Tugas, Anak diberikan tugas anak sengaja ditampilkan dalam tabel ini dengan
untuk pekerjaan untuk diselesaikan dengan baik, tujuan dan perbandingan untuk mengetahui hasil
dengan tujuan memberikan kesempatan kepada kemampuan kognitif sebelum dilaksanakan tindak
anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan dan dilaksanakan sesudah tindakan. Berikut
petunjuk yang dipersiapkan oleh peneliti. Dalam dipaparkan dalam tabel pengembangan
pemberian tugas anak yang lebih dominan kemampuan kognitif anak kelompok B TK Negeri
melakukannya sesuai apa yang mereka pahami. Pembina semester 2 tahun pelajaran 2011/2012
sebagai berikut.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tabel 1. Data Motivasi dan Hasil Belajar Anak Kelompok B TK Negeri Pembina Dawan semester 2 Tahun
Pelajaran 2011/2012 Pra Tindakan

Kode Anak Indikator Jumlah Skor


1 2 3 4 5 6
A 2 2 3 3 3 3 16 48
B 1 2 2 3 3 3 14 42
C 2 2 3 3 2 2 14 42
D 2 2 3 2 3 2 14 42
E 2 2 3 3 3 3 16 48
F 2 2 2 2 3 3 14 42
G 2 2 2 2 2 3 13 39
H 2 1 2 1 3 3 12 36
I 1 1 1 2 2 2 9 27
J 2 1 2 2 2 3 12 36
K 3 2 1 2 3 2 13 39
L 1 2 2 1 2 1 9 27
M 1 2 2 2 2 2 11 33
N 2 3 3 2 2 3 15 45
O 2 2 1 2 3 2 12 36
P 3 3 2 2 2 2 14 42
Q 3 2 2 3 3 2 15 45
R 1 2 1 1 2 3 10 30
S 2 2 3 3 3 2 15 45
T 2 3 3 2 2 3 15 45
U 3 3 2 2 3 2 15 45
V 3 3 3 2 2 3 16 48
W 3 3 2 2 1 1 12 36
X 3 3 2 2 1 1 12 36
Y 3 3 3 2 2 2 15 45
Z 4 3 3 4 2 2 18 55
AA 3 4 3 3 2 2 17 52
95
BB 3 3 2 2 3 2 15 45
CC 4 4 3 3 2 2 18 55
DD 3 3 3 2 2 2 15 45
EE 4 4 3 2 2 2 17 52
FF 3 3 3 2 2 3 16 48
GG 3 3 4 2 3 2 17 52
Jumlah 1403

Penjelasan tabel di atas adalah senagai berikut:: 1 81 % - 100 % Sangat Tinggi


1) Jumlah skor = diperoleh dari hasil penjumlahan 2 61 % - 80 % Tinggi
skor per indikator, contoh anak A memperoleh 3 41 % - 60 % Cukup
jmlah 16, ini berasal dari indikator 1 sampai 6 4 21 % - 40 % Rendah
yaitu, 2+2+3+3+3+3=16; 2) Skor = hasil 5 1 % - 20 % Sangat Rendah
pembagian dari jumlah skor dibagi jmlah anak, ( Artini,2012 : 43 )
anak A jmlah 16 : 33 = 48, dan seterusnya; 3)
Skor dijumlahkan kebawah sejumlah anak 33 Deskripsi Data Tindakan Siklus I
orang = 1403; 4) Jumlah 1403 : jumlah skor Proses pembelajaran pada siklus I berlangsung
maksimal ideal (4752) = 30; 5) Berdasarkan tabel lima kali pertemuan. Tema yang dibahas pada
4.1 di atas jika di rata-rata kan menjadi 30%.; 6) siklus I ini adalah binatang. Dari hasil pengamatan
Jika skor 30 ini dikonversikan ke dalam tabel PAP yang dilakukan pada anak kelompok B TK Negeri
skala 5, maka anak kelompok B TK Negeri Pembina Dawan semester 2 tahun pelajaran
Pembina Dawan ada pada kategori Rendah. 2011/2012 yang berjumlah 33 orang anak ini
Pada motivasi dan hasil belajarnya. dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. PAP Skala 5

No Persentase (%) Kategori

Tabel 3. Data Motivasi dan Hasil Belajar Anak Kelompok B TK Negeri Pembina Dawan semester 2
Tahun Pelajaran 2011/2012 Tindakan Siklus I

Kode Anak Indikator Jumlah Skor


1 2 3 4 5 6
A 3 3 4 4 4 4 22 67
B 3 4 3 4 4 3 21 64
C 4 3 4 4 3 3 21 64
D 3 4 4 3 4 2 20 61
E 3 4 3 4 3 3 20 61
F 3 4 4 3 4 3 21 64
G 3 3 3 3 2 3 17 52
H 4 4 3 3 3 3 20 61
I 3 4 3 3 3 3 19 58
J 4 3 4 3 3 4 19 58
K 4 4 2 3 3 3 19 58
L 3 4 3 3 3 3 19 58
M 2 3 3 3 3 3 17 52
N 3 4 4 3 2 3 19 58
O 3 3 2 3 3 3 17 52
P 4 4 3 3 3 2 19 58
Q 4 3 2 3 4 3 19 58
R 3 4 3 2 4 3 19 58
S 3 3 4 4 4 3 21 64
T 3 4 4 3 2 4 20 61
U 4 4 3 3 3 3 20 61
V 4 4 4 3 2 3 20 61
W 4 3 3 3 3 2 18 55
X 4 4 3 3 3 3 20 61
Y 3 4 4 2 2 2 17 52

96
Z 4 3 3 3 3 2 18 55
AA 4 4 3 3 3 2 19 58
BB 4 4 3 3 4 3 21 64
CC 4 4 4 3 3 3 21 64
DD 3 4 4 3 3 3 20 61
EE 4 4 4 3 3 3 21 64
FF 3 4 4 3 3 4 21 64
GG 4 4 4 3 3 3 21 64
Jumlah 1973

Penjelasan tabel : di atas adalah sebagai berikut: dilaksanakan, antara lain: (1) anak yang
1) Jumlah skor = diperoleh dari hasil penjumlahan mendapatkan tindakan masih terlihat bingung
skor per indikator, contoh anak A memperoleh dengan metode pemberian tugas dan media
jmlah 22, ini berasal dari indikator 1 sampai 6 permainan kata, (2) banyak anak kurang fokus
yaitu, 3+3+4+4+4+4 = 22; 2) Skor = hasil memperhatikan kegiatan yang dilaksanakan
pembagian dari jumlah skor dibagi jmlah anak, sehingga suasana belajar menjadi rebut, dan (3)
anak A jmlah 22 : 33 = 67, demikian seterusnya anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan dan
untuk anak yang lain; 3) Skor dijumlahkan belum mengerti dengan media yang dipakai
kebawah sejumlah anak 33 orang = 1973; 5) dalam pembelajaran. Walaupun terdapat
Jumlah 1973 : jumlah skor maksimal ideal (4752) beberapa kekurangan dalam pelaksanaan
= 4; 6) Berdasarkan tabel 4.3 di atas jika di rata- tindakan siklus I, tapi kekurangan itu tentu ada
rata kan menjadi 43%.; 7) Jika skor 43 ini solusinya, solusinya antara lain dapat
dikonversikan ke dalam tabel PAP skala 5, maka dikemukakan: (1) memberikan penjelasan kembali
anak kelompok B TK Negeri Pembina Dawan ada tentang cara penggunaan media permaianan kata
pada kategori Cukup. Pada motivasi dan hasil kepada anak-anak secara pelan-pelan, (2)
belajarnya. membimbing anak secara individual agar anak
fokus dalam pembelajaran dan anak diberikan
Tabel 4. PAP Skala 5 penghargaan bagi yang serius dan mampu dalam
pembelajaran, (3) memberikan contoh pada
No Persentase (%) Kategori semua anak akan cara penggunaan kartu kata,
1 81 % - 100 % Sangat Tinggi dan memberikan kesempatan pada anak untuk
2 61 % - 80 % Tinggi mencobanya penggunaan kartu kata untuk
3 41 % - 60 % Cukup dipasang dipapan tulis, dan (4) memberikan
4 21 % - 40 % Rendah pujian bagi anak yang mampu dan berhasil dalam
5 1 % - 20 % Sangat Rendah
menebak dan memahami penggunaan media
( Artini,2012 : 43 ) dalam pembelajaran.

Deskripsi Data Tindakan Siklus II


Refleksi Tindakan Siklus I Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung
Dari hasil pengamatan selama pelaksanaan lima kali pertemuan. Tema ynag dibahas pada
tindakan pada siklus I terdapat beberapa siklus II ini adalah binatang. Dari hasil
kekurangan yang menyebabkan motivasi dan pengamatan yang dilakukan pada anak kelompok
hasil belajar anak masih berada pada kategori B TK Negeri Pembina Dawan semester 2 tahun
cukup, oleh karena itu tindakan masih perlu pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 33 orang
dilanjutkan pada siklus II. Ada beberapa kendala anak ini dapat dilihat pada table 5.
yang dihadapi ketika tindakan siklus I

Tabel 5. Data Motivasi dan Hasil Belajar Anak Kelompok B TK Negeri Pembina Dawan semester 2 Tahun
Pelajaran 2011/2012 Tindakan Siklus II

Kode Anak Indikator Jumlah Skor


1 2 3 4 5 6
A 4 4 4 4 4 3 23 70
B 3 4 4 4 4 3 22 67
C 4 3 4 4 3 3 21 64
D 4 4 4 3 4 3 22 67
E 3 4 3 4 4 3 21 64
F 3 4 4 3 4 3 21 64
97
G 4 3 3 3 3 3 19 58
H 4 4 3 3 4 3 21 64
I 3 4 3 3 4 3 20 61
J 4 3 4 3 4 4 20 61
K 4 4 2 3 3 3 19 58
L 3 4 3 3 3 3 19 58
M 4 3 3 3 4 3 20 61
N 3 4 4 3 3 3 20 61
O 4 3 3 3 3 3 20 61
P 4 4 3 3 3 2 19 58
Q 4 3 3 3 4 3 20 61
R 3 4 3 3 4 3 20 61
S 3 3 4 4 4 3 21 64
T 3 4 4 3 3 4 21 64
U 4 4 3 3 4 3 21 64
V 4 4 4 3 4 3 22 67
W 4 3 4 3 3 3 20 61
X 4 4 3 3 3 3 20 61
Y 3 4 4 3 3 2 19 58
Z 4 3 4 3 3 3 20 61
AA 4 4 3 3 3 3 20 61
BB 4 4 3 4 4 3 22 67
CC 4 4 4 3 3 3 21 64
DD 3 4 4 4 3 3 21 64
EE 4 4 4 3 4 3 22 67
FF 3 4 4 3 4 4 22 67
GG 4 4 4 3 3 4 22 67
Jumlah 2576

Penjelasan tabel 5 adalah senagai berikut: anak yang mendapatkan tindakan sudah ada
1)Jumlah skor = diperoleh dari hasil penjumlahan peningkatan terutama motivasi dengan metode
skor per indikator, contoh anak A memperoleh pemberian tugas dan media permainan kata, (2)
jumlah 23, ini berasal dari indikator 1 sampai 6 ada beberapa orang anak yang masih perlu
yaitu, 4+4+4+4+4+3 = 23; 2) Skor = hasil bimbingan guru agar motivasi terus dapat
pembagian dari jumlah skor dibagi jmlah anak, ditingkatkan, dan (3) anak yang kurang aktif
anak A jmlah 23 : 33 = 70, demikian seterusnya dalam mengikuti kegiatan dan belum mengerti
untuk anak yang lain; 3) Skor dijumlahkan dengan media yang dipakai dalam pembelajaran
kebawah sejumlah anak 33 orang = 2576; 4) seyogyanya terus mendapatkan pengawasan dari
Jumlah 2576 : jumlah skor maksimal ideal (4752) guru. Walaupun masih terdapat beberapa
= 54,20; 5) Berdasarkan tabel 4.4 di atas jika di kekurangan dalam pelaksanaan tindakan siklus II,
rata-rata kan menjadi 54%.; 6) Jika skor 54 ini tapi kekurangan itu tentu ada solusinya, solusinya
dikonversikan ke dalam tabel PAP skala 5, maka antara lain dapat dikemukakan: (1) memberikan
anak kelompok B TK Negeri Pembina Dawan ada penjelasan kembali tentang cara penggunaan
pada kategori Cukup. Pada motivasi dan hasil media permaianan kata kepada anak-anak secara
belajarnya. pelan-pelan, (2) membimbing anak secara
individual agar anak fokus dalam pembelajaran
Refleksi Tindakan Siklus II dan anak diberikan penghargaan bagi yang serius
Dari hasil pengamatan selama pelaksanaan dan mampu dalam pembelajaran, (3) memberikan
tindakan pada siklus II masih terdapat beberapa contoh pada semua anak akan cara penggunaan
kekurangan yang menyebabkan motivasi dan kartu kata, dan memberikan kesempatan pada
hasil belajar anak masih berada pada kategori anak untuk mencobanya penggunaan kartu kata
cukup, walaupun di dalam tindakan siklus II ini untuk dipasang dipapan tulis, dan (4) memberikan
sudah ada peningkatan Walaupun terdapat pujian bagi anak yang mampu dan berhasil dalam
beberapa kekurangan namun tindakan tidak akan menebak dan memahami penggunaan media
dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya. Ada dalam pembelajaran.
beberapa catatan yang dapat direkam ketika
tindakan siklus II dilaksanakan, antara lain: (1) Pembahasan

98
Dari hasil penelitian di atas memberikan
gambaran bahwa dengan implementasi metode Setelah direfleksi, maka diselenggarakan tindakan
pemberian tugas melalui bimbingan kelompok siklus I pada anak yang sama, akan tetapi guru
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar menerapkan metode pemberian tugas dan melalui
oleh anak kelompok B TK Negeri Pembina teknik permainan merangkai kata sebagai media
Kecamatan Dawan semester 2 tahun pelajaran pembelajaran, sehingga motivasi dan hasil belajar
2011/2012 dapat diuraikan sebagai anak berada dalam kategori cukup, dengan
berikut.Berdasarkan hasil analisis data penelitian persentase 43%.Berdasarkan hasil refleksi siklus
diperoleh rata-rata persentase motivasi dan hasil I, maka dilaksanakan tindakan siklus II
belajar pada anak kelompok B TK Negeri merupakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan
Pembina Dawan mengalami peningkatan dari pra siklus I, dengan implementasi metode pemberian
tindakan ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II. tugas dan teknik permainan merangkai kata
Rata-rata persentase peningkatan motivasi dan dalam proses pembelajaran lebih dimantapkan,
hasil belajar anak pada pra tindakan 30%, ada maka diperoleh hasil bahwa motivasi dan hasil
pada kategori kurang, pada siklus I 43%, ada belajar anak terus meningkat dan berada pada
pada kategori cukup dan pada siklus II 54%. Oleh kategori cukup dan persentase 54%. Peningkatan
karena itu peningkatan persentase motivasi dan motivasi dan hasil belajar sebesar 13%. Jadi
hasil belajar anak kelompok B TK Negeri Pembina implementasi metode pemberian tugas dengan
Dawan sebesar 12%. teknik merangkai kata dapat dikatakan positif dan
bermakna dalam proses pembelajaran sehingga
Peningkatan ini mencerminkan bahwa dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
implementasi metode pemberian tugas melalui anak kelompok B TK Negeri Pembina Kecamatan
bimbingan kelompok dengan permainan Dawan Kabupaten Klungkung semester 2 tahun
merangkai kata dapat meningkatkan motivasi dan pelajaran 2011/2012.
sekaligus hasil belajar anak dalam proses
pembelajaran. Melalui pembelajaran ini anak akan Berdasarkan temuan dan hasil yang diperoleh
mengenal banyak hal dan dapat memecahkan dalam penelitian ini maka diajukan saran-saran
suatu masalah dengan kegiatannya. Keberhasilan adalah sebagai berikut.: 1) Dalam proses
dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian pembelajaran yang implementasinya metode
teori yang mendukung dalam pelaksanaan pemberian tugas dan teknik merangkai kata serta
penelitian ini. Bimbingan kelompok dalam melibatkan anak secara langsung dan aktif
pembelajaran mampu memotivasi anak untuk sehingga anak dapat menemukan pengetahuan
beraktivitas secara langsung sehingga secara mandiri dan dapat memecahkan suatu
menimbulkan minat anak untuk mencoba dan masalah sederhana., 2) Guru diharapkan agar
mencoba memasukan tangannya ke dalam mengimplementasikan multi metode dalam proses
permaianan merangkai kata. pembelajaran sehingga mampu menarik perhatian
Penelitian dihentikan pada siklus II karena sudah dan minat anak untuk belajar yang pada akhirnya
diperoleh data bahwa motivasi dan hasil belajar motivasi dan hasil belajar anak dapat meningkat;
anak telah mencapai kriteria keberhasilan sesuai 3) Agar guru terus memotivasi anak dan sekaligus
dengan yang diharapkan yaitu dengan kriteria membimbingnya dalam pembelajaran sehingga
cukup tinggi. tujuan pembelajaran bisa tercapai sesuai dengan
yang diharapkan; 4) Pihak sekolah diharapkan
4. Simpulan dan Saran memfasilitasi kebutuhan guru dalam proses
pembelajaran sehingga proses pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
berlangsung dengan optimal.
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil simpulan sebagai berikut: Pada pra
Daftar Pustaka
tindakan kemampuan kognitif anak kelompok B
TK Negeri Pembina Kecamatan Dawan semester
Ahdiputra, A.A.Ngurah. 2009. DasarDasar
2 tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 33
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
orang anak ini motivasi dan hasil belajarnya
Dasar dan Taman Kanak kanak
berada dalam kategori rendah, dengan
Denpasar : Pelawa Sari.
persentase 30%. Hal ini karena guru menerapka
Artini. 2012. Penggunaan konseling kelompok
metode yang kurang menarik bagi perhatian anak
untuk meningkatkan motivasi Belajar
dan masih menggunakan media yang juga kurang
anak kelas VIII A Tk Dwijendra bualu kuta
menarik sehingga membosankan, yang pada
selatan badung tahun pelajaran 2011 /
akhirnya kemampuan kognitif anak kurang
2012. Skripsi.Tidak diterbitkan.
terlatih.
99
Dessy.2012. Penerapan permainan bola tangan Giri Agus Semara Putra.2011.Permainan dalam
untuk meningkatkan kecerdasan bimbingan kelompok Denpasar : IKIP
Kenestetik anak kelompok B1 di taman PGRI BALI
kanakkanak Tri Ratna Pertama Qemar, Hamalik. 2011. Kurikulum dan
Denpasar tahun pelajaran 2011 / pembelajaran. Bumi angkasa Jakarta
2012.Skripsi tidak diterbitkan.

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS DENGAN BANTUAN MEDIA PUZZLE HURUF DALAM
MENINGKATKAN PENGEMBANGAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK A

Mudarti
TK Canti Kusamba Kecamatan Dawan Klungkung

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di TK Canti Kumara Kusamba Kecamatan Dawan Klungkung
yang bertujuan (1). untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif anak kelompok A dengan
penerapan metode pemberian tugas dengan media puzzle huruf TK Canti Kumara Kusamba semester 2
tahun pelajaran 2011/2012 dan (2) untuk mengetahui besarnya peningkatan perkembangan kognitif anak
kelompok A dengan penerapan metode pemberian tugas dengan media puzzle huruf TK Canti Kumara
semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian adalah kelompok A dengan jumlah anak 12 orang.
Masalah yang ditangani dalam penelitian ini adalah ditemukanya sebuah kesulitan meningkatkan
perkembangan kognitif dikalangan anak-anak dan upaya penerapan metode pemberian tugas dalam
meningkatkan perkembangan kognitif anak. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan
kelas. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat kali
pertemuan, pelaksanaan tindakan tiap siklus meliputi empat kegiatan pokok yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi /evaluasi dan refleksi. Untuk mengatasi permasalahann tersebut, dalam
penelitian ini dilakukan dua siklus yang terdiri perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi/evaluasi, dan refleksi. Sebelum tindakan dilaksanakan rata-rata anak kelompok A perkembangan
kognitif berada dalam kategori rendah yaitu dengan satu bintang (*) perlu bimbingan, Hasil penelitian setelah
dilaksanakan tindakan siklus I menunjukkan adanya peningkatan perkembangan kognitif anak ada pada
kategori cukup baik yaitu bintang dua (**) dan hasil setelah dilaksanakan tindakan siklus II perkembangan
kognitif anak mengalami peningkatan yaitu ada pada kategori sangat baik yaitu bintang tiga (***).

Kata Kunci : Pemberian tugas, media puzzle huruf, dan kognitif.

1. Pendahuluan bereksplorasi, belajar dengan teman dan


mempunyai cara belajar yang unik. Untuk
Suatu program Pendidikan Anak Usia Dini selalu
meningkatkan mutu pendidikan anak sangat
bergerak sesuai dengan perkembangan
diperlukan pemahaman yang mendasar mengenai
masyarakatnya. Namun dipihak lain
perkembangan diri anak terutama dalam proses
permasalahan anak sesungguhnya tidaklah
pembelajaran. Anak usia 4 - 6 tahun merupakan
berubah yaitu mengenai kebutuhan kasih sayang
masa peka bagi anak. Anak ini mulai sensitive
dan kebutuhan lainnya seperti keterampilan
untuk menerima berbagai upaya perkembangan
menggunakan pencaindra, mempunyai konsep
seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa
diri yang positif, kebutuhan untuk dapat
terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan
100
psikis yang siap merespon stimulasi yang Pemberian Tugas dengan bantuan Media Puzzle
diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan Huruf untuk Meningkatkan Pengembangan
masa untuk meletakan dasar pertama dalam Kognitif pada Anak Kelompok A TK Canti Kumara
mengembangkan kemampuan fisik. Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten
Klungkung Semester 2 Tahun Pelajaran
Sejalan dengan pokok pikiran tersebut maka 2011/2012.
program kegiatan belajar TK kurikulum 2004 Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui
standar kompetensi disusun untuk menjawab peningkatan perkembangan kognitif anak
tujuan pendidikan nasional yang disesuaikan kelompok A TK Canti Kumara Kusamba
dengan lingkungan kebutuhan pembangunan Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung
nasional dan perkembangan dalam pengetahuan semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 dengan
serta seni (Depdikbud 1994). penerapan metode pemberian tugas dengan
bantuan media puzzle huruf.
Kualitas pendidikan patut ditingkatkan secara
terpadu, sistematis, bertahap dan Manfaat Penelitian secara teoritis: (a).Hasil
berkesinambungan. Guru sebagai ujung tombak penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan sumbangan ilmu kepada pengembangan ilmu dan
perlu ditingkatkan kemampuan potensialnya teknologi pendidikan khususnya tentang ilmu
mengelola kelas dalam proses belajar mengajar, pendidikan pra sekolah; (b).Hasil penelitian ini
sehingga dapat membantu terwujudnya diharapkan dapat memberikan sumbangan
perkembangan kemampuan intelektual yang khususnya tentang strategi pengajaran di taman
optimal, serta berkepribadian peserta didik. kanak-kanak. Manfaat Praktisnya adalah:
Seorang guru yang baik harus memahami dan (a).Bagi anak, dapat meningkatkan kemampuan
menghayati prinsip-prinsip perkembangan peserta kognitif anak melalui pembelajaran berbantuan
didik dari TK sampai perguruan tinggi. pada penggunaan media puzzle angka; (b).Bagi
Sehubungan dengan perkembangan kemampuan guru, dapat meningkatkan kegiatan belajar
kognitif anak, khususnya dalam kemampuan mengajar secara efektif setelah menggunakan
menyusun puzzle huruf maka pengetahuan dan beberapa jenis media; (c).Bagi sekolah, hasil
pengalaman yang diperolehnya di rumah dan di penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
lingkungan kelompok bermainnya sendiri, pedoman dalam memilih media untuk
misalnya Ketika anak sedang bermain dihalaman meningkatkan pengembangan kemampuan
sekolah mereka melihat berbagai macam warna kognitif anak; (d).Bagi peneliti lain, sebagai bahan
dan bentuk bunga yang terdapat disekitar mereka informasi ilmiah untuk kepentingan penelitian
bersama teman mereka, mereka tahu bahwa berikutnya.
beraneka macam warna dan bentuk bunga ada di
kebun bunga. Disanalah mereka akan belajar Pengertian metode pemberian tugas adalah
warna dan bentuk. Pengalaman-pengalaman metode mengajar merupakan suatu cara yang di
tersebut banyak membantu usaha dalam gunakan dalam menyampaikan atau memberi
menanamkan pengertian bentuk dan warna. pelajaran pada anak tentang berbagai ilmu yang
Pengertian ini harus benar-benar dimengerti bermanfaat bagi perkembangan kemampuan
sebelum mereka mempelajari matematika yang berpikimya. Menurut Jusuf Djaja di Sastra (1985)
sebenarnya. Pemahaman tentang bentuk dan Mengatakan bahwa metode mengajar
warna sangat penting diberikan kepada anak merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru
sebagai dasar untuk pengembangan matematika untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada
selanjutnya. Dalam bidang pengembangan anak. Sedangkan oleh Winarno Surakhmad
kognitif di PAUD. (186 : 23) mengatakan pula bahwa metode
adalah cara yang sebaik-baiknya untuk mencapai
Berbagai metode telah dicoba untuk tujuan. Kedua pendapat tersebut dipertegas lagi
meningkatkan perkembangan kognitif anak, dengan pemyataan J. J. Hasibuan, Mudjiono
namun berbagai metode yang diterapkan itupun (1995:3) bahwa yang dimaksud dengan Metode
belum bisa meningkatkan perkembangan kognitif Mengajar adalah alat yang dapat merupakan dan
anak. Oleh karena itu penulis mencoba untuk dalam pelaksanaan suatu strategi belajar
menerapkan metode lain yaitu metode pemberian mengajar. Metode Pemberian Tugas digunakan
tugas dengan media pembelajaran yang berupa oleh guru dengan terlebih dahulu merumuskan
Puzzle Huruf dengan harapan perkembangan tujuan yang ingin dicapai dan membuat petunjuk-
kognitif anak dapat meningkat. Bertitik tolak dari petunjuk yang jelas agar siswa dapat
hal tersebut diatas penulis mencoba mengadakan mengerjakan tugas yang diberikan dengan benar.
penelitian dengan judul Penerapan Metode
101
Pengembangan kognitif adalah: pengembangan kelompok A TK Canti Kumara Kusamba
kemampuan dasar yang telah dimiliki anak secara Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung
ilmiah, misalnya : meningkatkan kemampuan semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
siswa dan berpikir secara kongkrit kepada pemikir
secara abstrak (Depdikbud,1981 : 3). Disamping 2. Metodologi Penelitian
itu pengembangan kognitif juga merupakan salah
satu pengembangan kemampuan dasar yang Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis
penting agar anak didik mampu mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berupa
pengetahuan yang sudah dilaluinya dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu suatu
pengetahuan yang baru diperolehnya. kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas dalam
(Depdikbud, 1997: 44). arti luas. Suharsimi Arikunto (2006 : 2 )
memandang Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Ada beberapa konsep mengenai definisi media bentuk penelitian yang bertujuan untuk
pengajaran. Menurut Gerlach (dalam Sanjaya, meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga
2006:161) secara umum media itu meliputi orang, penelitian harus menyangkut upaya guru dalam
bahan, peralatan, atau kegiatan yang bentuk proses pembelajaran. PTK, selain
menciptakan kodisi yang memungkinkan anak bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar, juga
didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses
sikap. Menurut Sudjana (2007,2) manfaat media pembelajaran. Dengan kata lain, PTK bukan
pengajaran dalam proses belajar antara lain : hanya bertujuan untuk mengungkapkan penyebab
a. Pengajaran akan lebih menarik dari berbagai permasalahan yang dihadapi, tetapi
perhatian anak didik sehingga dapat yang lebih penting adalah memberikan
menumbuhnya motivasi belajar. pemecahan berupa tindakan untuk mengatasi
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan
maknanya sehingga dapat lebih bahwa PTK adalah suatu penelitian yang
dipahami oleh para anak didik, dan dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
memungkinkan siswa menguasai tujuan yang ada dalam proses pembelajaran dan upaya
pengajaran. meningkatkan proses serta hasil belajar.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanan
melalui penuturan kata-kata oleh guru, (TK) Canti Kumara Kusamba, Kecamatan Dawan
sehingga anak didik tidak bosan dan Kabupaten Klungkung. Penelitian ini dilakukan
guru tidak kehabisan tenaga. pada bulan Januari Juni 2012 (semester 2 tahun
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pelajaran 2011/2012).
belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian, tetapi juga Tabel 01 Jadwal Pelaksanaan Tindakan dari
aktivitas lain seperti mengamati, Januari-Juni 2012
melakukan, mendemonstrasikan dan
lain-lain. No Bulan Minggu Ket
e. Membantu tumbuhnya pengertian dan 1 2 3 4 5
membantu perkembangan kemampuan 1 Januari x X x x x x=
2012 Pelaks
berbahasa.
2 Pebruari x X x x x anaan
2012 Tindak
Hipotesis merupakan dugaan yang masih perlu 3 Maret x X x x x an
dibuktikan kebenaranya, jadi hipotesis masih 2012
mempunyai kemungkinan salah (Netra IB.1979 : 4 April x X x x x
9). Pendapat lain mengenai Hipotesis ini adalah, 2012
suatu pernyataan sementara yang belum 5 Mei 2012 x X x x x
dibuktikan kebenarannya, (Rindjin Ketut, 1980 : 6 Juni x X x x x
12). Dari dua pendapat tersebut diatas dapat 2012
disimpulkan bahwa Hipotesis merupakan
kesimpulan sementara yang perlu di buktikan
kebenarannya. Berdasarkan tinjauan pustaka dan Subjek penelitian adalah anak-anak kelompok A
kerangka berpikir seperti yang diuraikan diatas yang berjumlah 22 orang, terdiri dari 9 orang laki-
maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan Jika laki dan 13 orang perempuan. Kondisi belajar
penerapan metode pemberian tugas dengan kondusif, anak-anak kelompok A TK Canti
media puzzle huruf dalam pembelajaran maka Kumara Kusamba ini dipilih sebagai subjek
dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak penelitian karena kondisi anak-anak kelompok A
102
tersebut bermasalah dalam perkembangan 21 Gst Ayu Dwi Aryanthi Perempuan
kognitifnya rendah, sesuai dengan identifikasi 22 Ni Kadek Sukarini Perempuan
masalah yang dipaparkan di atas Adapun subyek
penelitian dapat dilihat pada tabel 02 . Penelitian ini melibatkan variabel sebagai berikut :
(1). Metode Pemberian Tugas dan (2) Media
Tabel 02. Daftar Subyek Penelitian pembelajaran berupa Puzzle Huruf

NO NAMA ANAK Laki/Perempuan Penelitian ini mengambil model tindakan kelas


1 Ni Kadek Dian Ariyanti Perempuan (classroom ation research) yang mengacu pada
2 I Gede Agus Arya Laki teori Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart
Gautama dalam Fx Sudarsono :
3 Ni Putu Mira Arisanti Perempuan a. Rancanangan tindakan : tindakan yang apa
4 I Made Putra Perdana Laki yang akan digunakan untuk memperbaiki,
5 Ni Luh Herdiana Prempuan
meningkatkan atau melakukan perubahan
6 I Gede Wira Putra Laki
perilaku dan sikap sebagai solusi.
7 Ni Ketut Wiwik Yuliawati Perempuan
8 I Kadek Dika Indrawan Laki b. Pelaksanaan tindakan: Apa yang dilakukan
9 I Komang Agus Ardinata Laki oleh guru dan peneliti sebagai upaya
10 I Gede Arya Wiguna Laki perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
11 Ni Putu Dewi Ariyanti Perempuan diinginkan.
12 Ni Nengah Antari Perempuan c. Observasi: mengamati atas hasil atau dampak
13 Ni Komang Darmayanti Perempuan dari yang dilaksankan atau digunakan untuk
14 I Ketut Pradnyana Laki siswa.
15 I Putu Agus Laki d. Refleksi : Peneliti mengkaji, melihat dan
Suwendrawan mempertimbangkan atas hasil atau dampak
16 Ni Komang Dian Pratiwi Perempuan dan tindakan dan berbagai Kriteria.
17 Ni Kadek Diah Perempuan
Darmayanti Berdasarkan hasil refleksi ini peneliti bersama-
18 Ni Kadek Putri Adnyani Perempuan sama guru dapat melakukan revisi, perbaikan
19 I Nengah Dedy Setiawan Laki
terhadap rencana awal. Untuk jelasnya secara
20 Ni Kadek Sintya Dewi Perempuan
keseluruhan dapat digambarkan pada gambar 01.

Refleksi Awal
(1)

Refleksi Siklus I
Rencana Tindakan I Observasi
(5)
Siklus I (3) (4)
(2)

Observasi Tindakan 2 Rencana Siklus


(8) (7) II
Refleksi
(6)
Siklus II (9)

Penyusunan
Laporan (10)

Gambar 01 Alur Kegiatan Tindakan

Dalam penelitian ini keempat komponen diatas 1) Penyusunan rencana program


dijelaskan sebagai berikut : pengajaran untuk satu semester untuk
1. Rancangan Tindakan bidang pengembngan kognitif.
Pada tahap ini dilakukan hal-hal sebagai berikut : 2) Membuat program pengajaran
mingguan.
103
3) Membuat program harian. 4. Refleksi Awal
4) Menyiapkan media yang akan Dari hasil refleksi diperoleh informasi lain bahwa
digunakan dalam belajar mengajar. perkembangan kemampuan kognitif anak
2. Pelaksanaan Tindakan kelompok A berbeda-beda karena adanya
Dalam tindakan ini dilakukan hal-hal sebagai perbedaan keberanian yang dimiliki oleh setiap
berikut : anak sebagai hasil interaksinya dengan
1) Melakukan proses pembelajaran sesuai lingkungan dimana mereka berada. Perbedaan
dengan jadwal dan rencana pengetahuan awal yang dimiliki oleh anak sangat
pembelajaran yang telah disiapkan. berpengaruh terhadap kognitif anak. Hal ini juga
2) Menggunakan metode pemberian disebabkan oleh adanya interaksi sosial baik
tugas. dengan sesama temannya, guru, maupun dengan
orang tuanya.
3. Observasi dan Evaluasi 5. Tindakan Siklus I
Selanjutnya diadakan pengamatan terhadap Rancangan Tindakan
perkembangan kognitif anak kelompok A TK Canti 1) Menyusun persiapan mengajar
Kumara Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten kemampuan kognitif.
Klungkung, sebagai hasil dan tindakan yang 2) Mempersiapkan metode pemberian
dilakukan. Dari observasi awal yang telah tugas dan alat peraga bentuk
dilakukan oleh peneliti kemampuan kognitif anak geometri.
berada pada kategori perlu bimbingan (*). Oleh 3) Menyiapkan instrumen penilaian yaitu
karena itu penulis melakukan penelitian tentang lembar observasi.
perkembangan kognitif anak dengan puzzle huruf.

Tabel 03. Rencana Tindakan Kemampuan Kognitif pada Anak Kelompok A Canti Kumara Kusamba Semester 2
Tahun Pelajaran 2011/2012

Siklus I
Satuan Kegiatan Harian (SKH)
Semester / Minggu : II / 3
Tema : Pekerjaan
Sub tema : Menyebut Profesi

Penilaian
Alat Media
Kegiatan/ Perkem-
Pertemuan ke Indikator Sumber Metode
Pembelajaran Alat bangan
Belajar
Anak
I (Pertama) Mengelompok- Mengelompok-kan Bentuk Pemberian Penugasan
kan benda bentuk geometri geometri tugas
menurut bentuk
dan warna
II. (Kedua) Mengelompok- Mengelompok-kan Alat peraga Pemberian Penugasan
kan benda benda bentuk bentuk tugas dan
menurut bentuk geometri geometri tanya jawab
dan warna
III. (Ketiga) Mengelompok- Mengelompok-kan Alat peraga Pemberian Penugasan
kan benda bentuk geometri bentuk tugas
sesuai bentuk geometri
dan warna
IV. (Keempat) Mengelompok- Mengelompok-kan Alat peraga Pemberian Penugasan
kan benda benda menurut bentuk tugas
sesuai bentuk bentuk geometri
dan warna

Pelaksanaan Tindakan. Dalam tahap Menyediakan media yang diperlukan untuk


pelaksanaan tindakan ini dilakukan dua tahapan menunjang pengembangan kognitif sesuai
yaitu : Kegiatan persiapan dan kegiatan dengan kemampuan kurikulum 2004.3)
pelaksanan. Kegiatan persiapan meliputi : 1) Melakukan penelitian sesuai dengan rencana
Pemberitahuan kepada Kepala PAUD tentang yang telah disiapkan dan mengobservasi dengan
rencana untuk melakukan penelitian.2)
104
mengikuti pedoman observasi tingkat kemampuan perkembangan kognitifnya yang tinggi yang dapat
kognitif yang telah disiapkan. dikategorikan sangat baik (****), setelah
penerapan metode pemberian tugas dengan
Observasi dan Evaluasi. Dampak yang muncul penggunaan puzzle huruf sebagai media
sebagai akibat dari penelitian ini diobservasi dan pembelajaran. Rancangan penelitian tindakan
dianalisis oleh peneliti. Observasi dilakukan kelas (PTK) tersebut diatas dapat digambar dalam
dengan mengamati tingkat kognitif anak kelompok model sebagaimana dikemukakan oleh Kemmis
A TK Canti Kumara Kusamba Kecamatan Dawan dan Mc Taggart (dalam FX, Sudarsono 1996 : 16)
Kabupaten Klungkung semester 2 tahun yaitu bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari
2011/2012 semester 2 tahun 2011/2012, dua siklus sehingga sering disebut penelitian
menggunakan format pengamatan, subyek siklus atau penelitian spiral. Metode dan
penelitian setelah digunakan metode pemberian pengumpulan data yang digunakan dalam
tugas, dan penggunaan alat peraga puzzle huruf. penelitian ini adalah observasi. Mengenai
Refleksi Siklus I Berdasrkan hasil observasi variabel, metode dan alat pengumpulan data dan
secara langsung dapat diambil langkah-langkah sumber data serta sifat data dapat disajikan
perbaikan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bentuk tabel 05 berikut :
untuk mengenal puzzle dalam kemampuan
kognitif. Bilamana siklus I menunjukkan 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
peningkatan kognitif anak masih masih berada
pada kategori cukup baik (**). Maka akan Penelitian ini berlangsung dari Januari sampai
dilanjutkan dengan siklus II akan diberikan Juni 2012 yang terdiri dari anak perempuan 13
perhatian lebih kepada anak yang masih berada orang, dan anak laki-laki 9 orang. Tahun
pada kategori cukup dan perlu bimbingan Pelajaran 2011/2012 Semester 2 di TK Canti
diberikan perlakuan yang sama seperti siklus I. Kumara Kecamatan Dawan Kabupaten
Klungkung.
Berdasarkan hasil dari siklus I perlu 1. Data Tentang Kemampuan Kognitif Dalam
dikembangkan lagi diadakan penelitian siklus II Mengelompokkan Bentuk dan Menyebut
dengan perlakuan yang sama mengarah pada Warna Geometri Sebelum Tindakan.
peningkatan kemampuan perkembangan kognitif Sebelum diadakan penelitian tindakan
anak pada kelompok A Semester 2 TK Uma Sruti kelas kemampuan kognitif anak masih
1 Aan dalam pembelajaran menerapkan metode berada pada kategori perlu bimbingan.
pemeberian tugas dengan media puzzle huruf. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan anak
yang mendapat nilai sangat baik ( *** )
Pelaksanaan Tindakan baru 2 orang (4,55%) dari jumlah anak
Pada siklus II ini, pelaksanaan tindakan meliputi : sebanyak 22 orang anak. Anak yang
1) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai mendapat nilai cukup ( ** ) sebanyak 8
dengan jadwal dan rencana pembelajaran orang (36,36%) dari jumlah anak
yang sudah dipersiapkan. sebanyak 22 orang anak. Sedangkan
2) Menggunakan metode pemberian tugas alat anak yang mendapat nilai perlu bimbingan
peraga puzzle. ( * ) 10 orang (45,45%) anak dari jumlah
anak yaitu 22 orang anak, anak sudah
Observasi dan Evaluasi mampu (****) 2 orang (4,55%) dari 22
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap orang anak. Jadi pada tahap ini anak
perkembangan kognitif pada anak kelompok A TK kelompok A masih berada pada kategori
Canti Kumara Kusamba Kecamatan Dawan perlu bimbingan.
Kabupaten Klungkung semester 2 tahun 2. Data Tentang Kemampuan Kognitif Dalam
2011/2012. Pengamatan dilakukan dengan format Mengelompokkan Bentuk dan Menyebut
pengamatan dalam proses pembelajaran Warna Geometri Tindakan Siklus I
merapkan metode pemberian tugas engan puzzle Hasil penelitian tindakan kelas siklus I
huruf sebagai media pembelajaran. adalah sebagai benikut : Pada siklus I
Refleksi Siklus II tingkat perkembangan kemampuan
Dari hasil observasi dapat direfleksikan tingkat kognitif anak kelompok A TK Canti
keberhasilan yang dicapai dalam keperagaan Kumara Kusamba Kecamatan Dawan
berupa kemampuan kognitif anak. Pada sikulus II Kabupaten Klungkung berada pada
ini anak-anak kelompok A TK Canti Kumara ketegori cukup baik, anak yang mendapat
Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten nilai perlu bimbingan ( * ) sebanyak 4
Klungkung semester 2 tahun 2011/2012 ini orang (18,2%) dari jumlah anak yaitu 22
sudah mencapai tingkat kemampuan orang, anak yang mendapat nilai cukup
105
baik ( ** ) 5 orang (22,73%) dari jumlah orang, dan anak yang mendapat nilai
anak yaitu 22 orang anak, sedangkan amat baik (****) 4 orang anak (18,2%).
anak yang mendapat nilai baik (*** ) 9 Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 06
orang (40,91%) dari jumlah anak 22 berikut.

Tabel 06 Peningkatan Prosentase Kemampuan Kognitif Anak Kelompok A TK Canti Kumara


Kusamba Dawan Tahun Pelajaran 2011/2012, Pra Tindakan dan Siklus I
Jumlah Anak
Nilai Sebelum Presentase Keterangan
Tindakan Siklus I
Tindakan

Nilai perlu bimbingan (*) (10) 45,45% (4) 18,20% 27,25% Meningkat

Nilai cukup (**) (8) 36,36% (5) 22,73% 13,37% Meningkat

Nilai baik (*** (2) 4,55% (9) 40,91% 36,36% Meningkat

Nilai amat baik (****) (2) 4,55% (4) 18,20% 36,36% Meningkat

50
45
40
Kognitif Anak
Kemapuan
Peningkatan

Pra
35
tindakan
30 siklus I
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 Jumlah Anak
Gambar Grafik Kemampuan Koginitf Anak Kelompok A TK Canti Kumara Kusamba Dawan Tahun
Pelajaran 2011/2012 Pra Tindakan dan Siklus I

Data Tentang Kemampuan Kognitif Dalam jumlah anak sebanyak 22 orang sedangkan anak
Mengelompokkan Bentuk dan Menyebut Warna yang mendapat nilai baik ( *** ) 10 orang (45,45%)
Geometri Tindakan Siklus II Pada siklus II tingkat anak dari jumlah anak yaitu 22 orang, dan anak
kemampuan anak dalam menyebut benda yang yang mendapat nilai amat baik (****) 7 orang
baru dilihatnya hasil observasi yang dilakukan (31,82% dari jumlah anak 22 orang. Hasil
pada siklus II yaitu : Anak yang mendapat nilai Penelitian di atas dapat digambarkan dalam tabel
perlu bimbingan ( * ) sebanyak 2 orang (9,10%) 07 berikut:
dari jumlah anak sebanyak 22 orang, Anak yang
mendapat nilai cukup (** ) 3 orang (13,63%) dari

Tabel Peningkatan Prosentase Kemampuan Kognitif Anak Kelompok A TK Canti Kumara Kusamba Dawan
Tahun Pelajaran 2011/2012, Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Nilai Jumlah Anak Presentase Keterangan
Sebelum Tindakan Tindakan
Tindakan Siklus I Siklus II

Nilai perlu (10) 45,45% (4) 18,20% (2) 9,10% 18,15% Meningkat
bimbingan (*)

Nilai cukup (**) (8) 36,36% (5) 22,73% (3) 13,63% 01,00% Meningkat

106
Nilai baik (***) (2) 4,55% (9) 40,91% (10) 45,45% 82% Meningkat

Nilai amat baik (2) 4,55% (4) 18,20% (7) 31,82% 46% Meningkat
(****)

Gambar Grafik Kemampuan Koginitf Anak Kelompok A TK Canti Kumara Kusamba Dawan Tahun Pelajaran
2011/2012 Pra Tindakan dan Siklus I

50
Anak
Peningkatan Kognitif

45
40
35
30 Pra tindakan
25 Siklus I
20 Siklus II
15
10
5
0
1 2 3 4

Pembahasan Jumlah sehingga anak masih belum memahami bentuk


Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa Anak dan warna geometri.Hasil penelitian tindakan
kombinasi metode pemberian tugas dan dengan kelas siklus I adalah sebagai benikut : Pada siklus
media pembelajaran Puzzle Huruf bentuk I tingkat perkembangan kemampuan kognitif anak
geometri warna dapat meningkatkan kelompok A TK Canti Kumara Kusamba
perkembangan kemampuan kognitif anak Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung perlu
kelompok A TK Canti Kumara Kusamba bimbingan ( * ) sebanyak 4 orang (18,2%) dari
Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung jumlah anak yaitu 22 orang, anak yang mendapat
semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 dalam nilai cukup baik ( ** ) 5 orang (22,73%) dari jumlah
mengelompokkan bentuk dan menyebut warna anak yaitu 22 orang anak, sedangkan anak yang
dapat dibahas sebagai berikut. mendapat nilai baik (*** ) 9 orang (40,91%) dari
Sebelum diadakan penelitian tindakan kelas jumlah anak 22 orang, dan anak yang mendapat
kemampuan kognitif anak masih berada pada nilai amat baik (****) 4 orang anak (18,2%).
kategori perlu bimbingan. Hal ini bisa dilihat dari Berdasarkan hasil tindakan siklus I, dapat dibahas
kemampuan anak yang mendapat nilai baik ( *** ) adalah bahwa orang tua anak-anak sudah
baru 2 orang (4,55%) dari jumlah anak sebanyak memperhatikan dan mendampingi anaknya saat
22 orang anak. Anak yang mendapat nilai cukup belajar di rumah, demikian juga guru sudah
( ** ) sebanyak 8 orang (36,36%) dari jumlah anak secara rutin membimbing anak untuk
sebanyak 22 orang anak. Sedangkan anak yang mengenalkan bentuk dan warna dan huruf dari
mendapat nilai perlu bimbingan ( * ) 10 orang media puzzle huruf sehingga perkembangan
(45,45%) anak dari jumlah anak yaitu 22 orang kognitif anak mengalami peningkatan.
anak, anak sudah mampu atau amat baik (****) 2 Pada siklus II tingkat kemampuan anak
orang (4,55%) dari 22 orang anak. Jadi pada dalam menyebut benda yang baru dilihatnya hasil
tahap ini anak kelompok A masih berada pada observasi yang dilakukan pada siklus II yaitu :
kategori perlu bimbingan. Anak yang mendapat nilai perlu bimbingan ( * )
Jadi pada tahap ini anak kelompok A masih sebanyak 2 orang (9,10%) dari jumlah anak
berada pada kategori perlu bimbingan. Hal ini sebanyak 22 orang, Anak yang mendapat nilai
dapat dibahas kemungkinan karena anak cukup (** ) 3 orang (13,63%) dari jumlah anak
kelompok A TK Canti Kumara Kusamba Dawan sebanyak 22 orang sedangkan anak yang
ini belum banyak mengenal bentuk dan warna mendapat nilai baik ( *** ) 10 orang (45,45%) anak
geometri. Hal lain karena juga guru belum banyak dari jumlah anak yaitu 22 orang, dan anak yang
membimbing anak tentang bentuk dan warna. mendapat nilai amat baik (****) 7 orang (31,82%
Disamping itu juga orang tua anak di rumah tidak dari jumlah anak 22 orang
mendampingi anak-anaknya saat belajar
107
Berdasarkan hasil observasi tindakan siklus II baru 2 orang (4,55%) dari jumlah anak sebanyak
tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa 22 orang anak. Anak yang mendapat nilai cukup
penerapan metode pemberian tugas dengan ( ** ) sebanyak 8 orang (36,36%) dari jumlah anak
media Puzzle Huruf bentuk geometri warna dapat sebanyak 22 orang anak. Sedangkan anak yang
meningkatkan perkembangan kemampuan mendapat nilai perlu bimbingan ( * ) 10 orang
kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk dan (45,45%) anak dari jumlah anak yaitu 22 orang
warna pada anak kelompok A Semester 2 TK anak, anak sudah mampu atau amat baik (****) 2
Canti Kumara Kusamba Kecamatan Dawan orang, sesudah tindakan siklus I, perlu bimbingan
Kabupaten Klungkung semester 2 tahun pelajaran ( * ) sebanyak 4 orang (18,2%) dari jumlah anak
2011/2012. yaitu 22 orang, anak yang mendapat nilai cukup
Metode pemberian tugas mengarahkan anak baik ( ** ) 5 orang (22,73%) dari jumlah anak yaitu
dalam kegiatan belajar mengajar mereka melalui 22 orang anak, sedangkan anak yang mendapat
petunjuk-petunjuk atau suruhan-suruhan yang nilai baik (*** ) 9 orang (40,91%) dari jumlah anak
diberikan oleh guru, dapat memancing anak untuk 22 orang, dan anak yang mendapat nilai amat
tetap aktif dalam kegiatan yang terarah melalui baik (****) 4 orang anak (18,2%), dan sesudah
interaksi guru dan anak. tindakan siklus II, Anak yang mendapat nilai perlu
Metode dan media puzzle huruf bentuk bimbingan ( * ) sebanyak 2 orang (9,10%) dari
geometri warna dapat membantu anak untuk jumlah anak sebanyak 22 orang, Anak yang
menguasai kemampuan kognitif dalam mendapat nilai cukup (** ) 3 orang (13,63%) dari
mengelompokkan bentuk dan warna. Sehingga jumlah anak sebanyak 22 orang sedangkan anak
kemampuan kognitif anak dalam yang mendapat nilai baik ( *** ) 10 orang (45,45%)
mengelompokkan bentuk dan warna dapat anak dari jumlah anak yaitu 22 orang, dan anak
meningkat, sehingga perkembangan kemampuan yang mendapat nilai amat baik (****) 7 orang
kognitif anak menjadi sangat baik. (31,82% dari jumlah anak 22 orang Jadi dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa penerapan
IV.KESIMPULAN DAN SARAN Metode Pemberian Tugas dengan media Puzzle
Sebelum dilaksanakan tindakan perkembangan Huruf bentuk Geometri sangat positif dan
kemampuan kognitif anak kelompok A TK Canti bermakna untuk peningkatan perkembangan
Kumara Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten kemampuan kognitif anak kelompok A TK Canti
Klungkung masih berada dalam kategori rendah Kumara Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten
dan masih perlu bimbingan secara intensif kepada Klungkung, Semester 2 Tahun Pelajaran
anak-anak, maka dalam bentuk perolehan nilai 2011/2012.
bintang satu (*). Sesudah pelaksanaan tindakan
siklus I dan siklus II penerapan Metode Saran-saran. Berdasarkan hasil dan
Pemberian Tugas dengan media Puzzle Huruf pembahasan serta kesimpulan, maka saran yang
bentuk dan warna Geometri perkembangan dapat diberikan adalah :
kemampuan kognitif anak kelompok A TK Canti Penerapan Metode Pemberian Tugas dengan
Kumara Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten media Puzzle Huruf adalah salah satu metode
Klungkung mengalami peningkatan yang cukup yang berkontribusi positif untuk meningkatkan
baik. Sesudah tindakan siklus I perkembangan perkembangan kognitif anak, khususnya di
kemampuan anak kelompok A TK Canti Kumara kelompok A TK Canti Kumara Kusamba
Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung,
Klungkung mengalami peningkatan dari Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Untuk itu
perkembangan kognitif pada katedori rendah (*) pada proses pembelajaran dapat ditinjau
sebelum tindakan menjadi cukup baik (**) pada penerapan metode pemberian tugas dalam setiap
siklus I. Sesudah tindakan siklus II perkembangan pelaksanaan proses pembelajaran baik di kelas
kemapuan kognitif anak kelompok A TK Canti maupun di luar kelas dapat dilaksanakan.
Kumara Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Beberapa saran kepada pihak terkait dapat
Klungkung mengalami peningkatan yang cukup diberikan sebagai berikut: 1) Saran untuk Anak:
tajam, dari cukup baik (**) siklus I menjadi baik Melalui penerapan metode pemberian tugas
(***) pada siklus II, walaupun ada beberapa anak diharankan dapat merubah kebiasaan yang
mengalami kenaikan kemampuan kognitif menjadi kurang baik agar minat belajar anak menjadi
amat baik. Besarnya peningkatan perkembangan meningkat dan dengan media puzzle huruf anak
kemampuan kognitif anak kelompok A TK Canti akan tumbuh aktivitasnya dalam pembelajaran
Kumara Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten sehingga perkembangan kognitifnya meningkat.
Klungkung melalui penerapan metode pemberian Saran untuk Guru: Agar guru selalu mencari dan
tugas dengan media puzzle huruf bentuk dan mencari metode yang epektif dalam pembelajaran
warna geometri sebelum tindakan, baik ( *** ) agar lebih terangsang aktivitas anak untuk
108
mengikuti pelajaran, Mengubah metode atau Klungkung, Semester 2 Tahun Pelajaran
strategi dalam pembelajaran sehingga tidak 2011/2012. Untuk itu pada proses pembelajaran
membosankan dalam penyampaian materi dapat ditinjau penerapan metode pemberian
pelajaran, Agar senantiasa menggunakan media tugas dalam setiap pelaksanaan proses
pembelajaran dalam mengajar untuk pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas
merangsang keingintahuan anak tentang materi dapat dilaksanakan.
yang diajarka, Dengan media pembelajaran, hal-
hal yang tidak jelas (abstrak) menjadi jelas DAFTAR PUSTAKA
(konkrit).
Bagi Sekolah di harapkan metode pemberian Adhiputra, 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan
tugas dengan media puzzle huruf dapat menjadi Konseling di Sekolah Dasar dan Bimbingan di
salah satu pertimbangan dalam memandang Taman Kanak-Kanak. Denpasar Palawa
masalah yang ditimbulkan pada saat proses Sari
belajar mengajar, dan diharapkan dapat Depdiknas, 2004. Kurikulum Taman Kanak-Kanak
menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dan Raudlatulahfeai. Jakarta
mendukung proses belajar mengajar menjadi Depdiknas. 2006. Pedoman Pembelajoron di
lebih kondusif, dan berdasarkan hasil dan Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Direktorat
pembahasan serta kesimpulan, maka saran yang Pembinaan TK da SD
dapat diberikan adalah: Penerapan Metode Dhieni, Nurbiana, dkk. 2005.Metode
Pemberian Tugas dengan media Puzzle Huruf Pengembangan Bahasa. Jakarta : Pusat Penerbit
adalah salah satu metode yang berkontribusi Universitas Terbuka
positif untuk meningkatkan perkembangan kognitif Djumhur dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan dan
anak, khususnya di kelompok A TK Canti Kumara Pen yuluhan. Yogyakarta : UGM
Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten

109
110
111
112
113
114
115

Anda mungkin juga menyukai