Pembimbing :
Disusun oleh:
2014
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Disusun Oleh :
Mengetahui,
Pembimbing
A. Latar Belakang
Carcinoma recti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor
ganas saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Salah
satu pemicu carsinoma recti adalah masalah nutrisi. Carcinoma recti
merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling
mematikan di dunia. Jika penderita telah terdeteksi secara dini, maka
kemungkinan untuk sembuh bisa mencapai 50 persen (Cagir, 2014).
Resiko terkena kanker ini akan terus meningkat seiring dengan
penambahan usia. Data dari Amerika Serikat dan Inggris memperlihatkan,
orang yang berusia antara 60 sampai 80 tahun beresiko tiga kali lipat dari
kelompok usia lainnya. Mereka yang memiliki riwayat peradangan saluran
cerna seperti kolitis usus kronis, tergolong beresiko tinggi untuk berkembang
menjadi kanker kolorektal. Demikian juga dengan mereka yang memiliki
riwayat penyakit kanker tersebut, resiko terkena penyakit ini bisa menyerang
pada kelompok usia mana pun di bawah 60 tahun (Varia, 2013).
Umumnya penderita datang dalam stadium lanjut, seperti kebanyakan
tumor ganas lainnya; 40% diagnosis carcinoma recti dapat ditegakkan dengan
colok dubur. Sampai saat ini, pembedahan adalah terapi pilihan untuk
carcinoma recti (Cagir, 2014).
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam referat ini meliputi :
1. Penegakan diagnosis carcinoma recti
2. Penatalaksanaan carcinoma recti
C. Tujuan Penulisan
1. Umum
Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
mengenai cara mendiagnosis dan penatalaksaan pada carcinoma recti.
2. Khusus
Mengetahui definisi, cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan
carcinoma recti dalam praktek klinis.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Penulisan referat ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
tentang carcinoma recti.
2. Manfaat Praktis
a. Referat ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan
referensi bagi klinisi.
b. Memberikan gambaran carcinoma recti dan pelaksanaannya dalam
praktek klinis
c. Bagi Penulis Lain
Referat ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi
bagi penulis lain, khususnya dalam pembahasan diagnosis dan
penatalaksanaan carcinoma recti.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Carcinoma recti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum
terletak di anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm.
Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian
sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum. Di setengah
bagian bawah rektum keseluruhannya adalah ektraperitoneal. Vaskularisasi
rektum berasal dari cabang arteri mesenterika inferior dan cabang dari arteri
iliaka interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemorriodalis
internus dan berjalan ke kranial ke vena mesenterika inferior dan seterusnya
melalui vena lienalis ke vena porta. Ca Recti dapat menyebar sebagai
embulus vena kedalam hati. Pembuluh limfe dari rektum diatas garis
anorektum berjalan seiring vena hemorriodalos superior dan melanjut ke
kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi
carcinoma recti dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe ini. Dinding
rektum terdiri dari 5 lapisan, yaitu mukosa yang tersusun oleh epitel
kolumner, mukosa muskularis, submukosa, muscularis propria dan serosa
(Sjamsuhidajat, 2003) .
B. Epidemiologi
Di USA Ca kolorektal merupakan kanker gastrointestinal yang paling
sering terjadi dan nomor dua sebagai penyebab kematian di negara
berkembang. Tahun 2005, diperkirakan ada 145,290 kasus baru kanker
kolorektal di USA, 104,950 kasus terjadi di kolon dan 40,340 kasus di rektal.
Pada 56,300 kasus dilaporkan berhubungan dengan kematian, 47.700 kasus Ca
kolon dan 8,600 kasus Ca rectal. Ca kolorektal merupakan 11 % dari kejadian
kematian dari semua jenis kanker (Cagir, 2014).
Diseluruh dunia dilaporkan lebih dari 940,000 kasus baru dan terjadi
kematian pada hampir 500,000 kasus tiap tahunnya. (World Health
Organization, 2003). Menurut data di RS Kanker Dharmais pada tahun 1995-
2002, kanker rektal menempati urutan keenam dari 10 jenis kanker dari pasien
yang dirawat di sana. Kanker rektal tercatat sebagai penyakit yang paling
mematikan di dunia selain jenis kanker lainnya. Namun, perkembangan
teknologi dan juga adanya pendeteksian dini memungkinkan untuk
disembuhkan sebesar 50 persen, bahkan bisa dicegah. Dari seluruh pasien
kanker rektal, 90% berumur lebih dari 50 tahun. Hanya 5% pasien berusia
kurang dari 40 tahun. Di negara barat, laki laki memiliki insidensi terbanyak
mengidap kanker rektal dibanding wanita dengan rasio bervariasi dari 8:7 -
9:5 (Cagir, 2014)..
Insiden karsinoma kolon dan rekti di Indonesia cukup tinggi demikian
juga angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita, dan
lebih banyak pada orang muda. Sekitar 75 % ditemukan di rektosigmoid.
C. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala yang dapat ditemukan antara lain (Wibawa, 2009) :
a. Perdarahan perektal merupakan gejala yang paling sering terjadi (60%)
pasien.
b. Perubahan pola defekasi seperti perubahan bentuk feses, tenesnus, rasa
tidak puas setelah BAB.
c. Occult bleeding (tes darah samar) positif pada 26% kasus.
d. Nyeri abdomen, didapatkan sekitar 20% kasus.
e. Malaise (9% kasus).
2. Pemeriksaan fisik
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan
adanya suatu penonjolan tepi, dapat berupa :
a. Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram
dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
b. Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi
umumnya mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi
c. Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang
menonjol dengan suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering)
d. Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan
bentuk cincin
Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:
a. Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian
terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar
prostat atau ujung os coccygis. Pada penderita perempuan sebaiknya
juga dilakukan palpasi melalui vagina untuk mengetahui apakah
mukosa vagina di atas tumor tersebut licin dan dapat digerakkan atau
apakah ada perlekatan dan ulserasi, juga untuk menilai batas atas dari
lesi anular. Penilaian batas atas ini tidak dapat dilakukan dengan
pemeriksaan colok dubur.
b. Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek
terapi pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat
digerakkan pada lapisan otot dinding rektum. Pada lesi yang sudah
mengalami ulserasi lebih dalam umumnya terjadi perlekatan dan
fiksasi karena penetrasi atau perlekatan ke struktur ekstrarektal seperti
kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau dinding
anterior uterus.
c. Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan
karakteristik pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas atau
fiksasi lesi.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan colok dubur merupakan keharusan dan dapat disusul dengan
pemeriksaan rektosigmoidoskopi. Foto kolon dengan barium merupakan
kelengkapan dalam menegakkan diagnosis.
Biopsi dilakukan melalui endoskopi. Pemeriksaan penunjang yang lain
yaitu pemeriksaan CEA (carcinoembrionic antigen), yang penting guna
kepentingan monitor pascaterapi (Wibawa, 2009).
1. Stadium 0
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai
lapisan muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak
menyebar kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum. Disebut
juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak
menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati,
paru, atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer
Gambar 2. Stadium Ca Recti I-IV
Stadium Deskripsi
D. Penatalaksanaan
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa adalah
terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi
standar untuk kanker rektal yang digunakan antara lain ialah (Ziner, 2001):
1. Pembedahan
2. Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan
pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan
untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui
pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan
setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan lokal
di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada penanganan
metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal dari metastasis
tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan sebagai terapi
paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable.
3. Kemoterapi
E. PROGNOSIS
Angka 5 tahun keberhasilan hidup untuk pasien kanker kolorektal adalah
sebagai berikut :
1. Stage I - 72%
2. Stage II - 54%
3. Stage III - 39%
4. Stage IV - 7%
Lima puluh persen pasien biasanya terjadi rekurensi, baik lokal maupun
ditempat yang lain, atau keduanya. Rekurensi lokal lebih sering terjadi pada
kanker rektum daripada kanker kolon. Angka rekurensi berkisar 5-30%, terjadi 2
tahun setelah pembedahan. Faktor yang mempengaruhi rekurensi antara lain
stadium tumor primer, lokasi tumor primer (Fiedberg, B. dan Antillon, 2004).
RINGKASAN
Hodin A Richard, Matthews B Jeffrey. Small intestine. In: Norton Jeffrey A, Barie
Philip S, editors. Surgery Basic Science and Clinical Evidence. 2nd ed. New
York : Springer Science-Business Media; 2008. p.1064-67
Lynch HT, Chapelle ADL. Hereditary Colorectal Cancer. the New England
Journal of Medicine. Available from www.pubmed.com. p.348:919-932
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks, kolon, dan anorektum.
Dalam Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 646-53.