Anda di halaman 1dari 19

KONTRASEPSI HORMONAL DAN NON HORMONAL

Arditya Destian
102013136

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

1. PENDAHULUAN
Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia
mendapatkan haid pertama (menarke), dan kesuburan sesorang perempuan akan terus
berlangsung sampai mati haid (menopause). Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya
risikonya paling rendah untuk ibu dan anak, antara 20-35 tahun sedangkan persalinan
pertama dan kedua paling rendah risikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2-4 bulan.
Dari data WHO (1997) didapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi lebih dari 100x106
sanggama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru perhari dimana 50% di antaranya
tidak direncanakan dan 25% tidak diharapkan. Dari 150.000 kasus abortus provokatus yang
terjadi per hari, 50.000 diantaranya abortus illegal dan lebih dari 500 perempuan meninggal
akibat komplikasi abortus setiap harinya.1

Keluarga Berencana merupakan bagian dari program kesehatan yang lebih luas.
Kesehatan tidak saja penting bagi pribadi akan tetapi juga bagi kepentingan masyarakat
seluruhnya serta dapat pula dikatakan bahwa program KB adalah suatu program pemerintah
yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Kontrasepsi
berasal dari kata kontra yang berarti mencegah/menghalangi dan konsepsi yang berarti
pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan
berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur
operasi. Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi melakukan
hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi tersebut secara benar.
Banyak metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan
secara tepat. Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil (baik
yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik, patch/koyo kontrasepsi,
diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan tubektomi.2

1
2. PEMBAHASAN

2.1 Program Keluarga Berencana


Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan kependudukan dan
Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat; dan Keluarga
Berencana (KB) adalah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. UU ini mendukung program KB sebagai
salah satu upaya untuk mewujudkan keluarga sehat berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam
Program KB dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi.3

2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut.4
Jenis metode KB pasca persalinan terbagi menjadi dua yaitu non hormonal dan hormonal.
Jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi mantap
(tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi hormonal terbagi dua yaitu progestin
(pil, injeksi dan implan) dan kombinasi (pil dan injeksi). Sedangkan Akseptor merupakan
orang//yang//sedang menggunakan suatu alat kontrasepsi atau pengguna KB.4

2.3 Panduan Pemilihan Kontrasepsi


Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan kemandirian pada ibu dan
pasangan untuk memilih metode yang diinginkan. Pemberi pelayanan berperan sebagai
konselor dan fasilitator, sesuai langkah-langkah di bawah ini.5

1. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu

Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri Anda. Gunakan komunikasi verbal dan
non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas dan keinginannya
pada kunjungan ini. 5

2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu

Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat diguakan untuk
tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan metode tertentu. Tanyakan
status kesehatan ibu dan kondisi medis yang dimilikinya. 5

2
Gambar 1. Pemilihan metode kontrasepsi berdasarkan tujuan pemakaiannya

3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan ibu

Berikan informasi yang obyektif dan lengkap tentang berbagai metode kontrasepsi:
efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya
untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang merugikan tersebut (termasuk
sistem rujukan). 5

4. Bantu ibu menentukan pilihan

Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi dirinya. Beri
kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. 5

5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu

Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskanlah mengenai: waktu, tempat,
tenaga, dan cara pemasangan/pemakaian alat kontraseps, rencana pengamatan lanjutan
setelah pemasanga, cara mengenali efek samping/komplikasi, lokasi klinik keluarga
berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan ulang bila diperlukan, waktu
penggantian/pencabutan alat kontrasepsi

Bila ibu ingin memulai pemakaian kontrasepsi saat itu juga, lakukan penapisan kehamilan
dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini: Apakah Anda mempunyai bayi
yang berumur kurang dari 6 bulan DAN menyusui secara eksklusif DAN tidak mendapat haid
selama 6 bulan tersebut?, apakah Anda pantang senggama sejak haid terakhir atau bersalin?,
apakah Anda baru melahirkan bayi kurang dari 4 minggu?, apakah haid terakhir dimulai 7
hari terakhir (atau 12 hari terakhir bila klien ingin menggunakan AKDR)?, apakah Anda
mengalami keguguran dalam 7 hari terakhir (atau 12 hari terakhir bila klien ingin
menggunakan AKDR)?, apakah Anda menggunakan metode kontrasepsi secara tepat dan
konsisten? Bila ada jawaban YA pada satu atau lebih pertanyaan di atas, metode

3
kontrasepsi dapat mulai digunakan. Bila semua dijawab TIDAK, ibu harus melakukan tes
kehamilan atau menunggu haid berikutnya. 5

6. Rujuk ibu bila diperlukan

Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini ibu belum mendapat informasi
yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan kontrasepsi/kesehatan yang lebih
lengkap apabila klinik KB setempat tidak mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau
memenuhi keinginan ibu. Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh
fasilitas rujukan (kunjungan ulang pasca pemasangan). 5

2.4 Perencanaan Keluarga


1. Urutan pemilihan kontrasepsi yang rasional
1.1 Fase menunda kehamilan : pil, IUD, sederhana, suntikan, implant
1.2 Fase menjarangkan kehamilan : jarak antara dua kelahiran <2 tahun : IUD,
suntikan, minipil, pil, implant, sederhana. Jarak antara dua kelahiran >4 tahun
: IUD, suntikan, minipil, pil, implant, sederhana, steril
1.3 Fase tidak hamil lagi : steril, IUD, implant, suntikan, sederhana, pil.1

2.5 Pembagian Kontrasepsi1

1. Pembagian menurut jenis kelamin : cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria) dan
yang dipakai oleh isteri (wanita)
2. Menurut pelayanannya : cara medis dan non medis; cara klinis dan non klinis
3. Pembagian menurut efek kerjanya : tanpa mempengaruhi fertilitas, menyebabkan
infertilitas temporer (sementara), kontrasepsi permanen dimana infertilitas menetap
4. Pembagian menurut cara kontrasepsi :
4.1 menurut cara biologis : sanggama terputus, metode kalender, suhu badan,
abstinensia dll
4.2 memakai alat barrier (kondom, diafragma, kap porsio, spermisida)
4.3 kontrasepsi intrauterine (IUD)
4.4 hormonal (pil KB, suntikan KB dan AKBK)
4.5 operatif : tubektomi dan vasektomi
5. Pembagian KB secara umum :
5.1 metode merakyat : coitus interruptus, postcoital douche, prolonged lactation
5.2 metode tradisional : pantang berkala, kondom, difragma vaginal, spermisida
5.3 metode modern : pil KB, suntik KB, AKBK atau norplant, IUD
5.4 metode permanen operatif : tubektomi dan vasektomi

2.6 Epidemiologi

Menurut World Population Data Sheet 2013. Indonesia merupakan negara ke 5 di


dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Diantara negara ASEAN,

4
Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak,
jauh di atas 9 negara anggota lain. Dengan Angka Fertilisasi atau Total Fertility Rate (TFR)
2,6, Indonesia masih berada di atas rata-rata TFR negara ASEAN, yaitu 2,4. Data Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun
2013 ada 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) yang merupakan peserta KB baru, dan
hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi suntikan. Dilihat dari jenis
kelamin, metode kontrasepsi perempuan yang digunakan jauh lebih besar disbanding dengan
metode kontrasepsi lak-laki. Metode perempuan sebesar 93,66% sementara metode laki-laki
hanya sebesar 6,34%. Ini menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam menggunakan alat
kontrasepsi masih sangat kecil. Penggunaan alat kontrasepsi masih dominan dilakukan oleh
perempuan.3

Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia 15-49 tahun dengan status
kawin sebesar 59,3% menggunakan metode KB modern (implant, MOW, MOP, IUD,
kondom, suntikan, pil), 0,4% menggunakan metode KB tradisional (menyusui/MAL, pantang
berkala/kalender, senggama terputus, lainnya). 24,7% pernah melakukan KB dan 15,5% tidak
pernah melakukan KB.3

2.7 Risiko Kematian Akseptor Kontrasepsi1

METODE Kematian per 100.000 perempuan


Tanpa kontrasepsi 420
Abortus legal trimester I 92
Pil sampai menopause 188
Pil sampai 40 tahun,bila disambung 80
kondom/diafragma
IUD 25
Diafragma 55
Diafragma/kondom + abortus legal 14
Tubektomi 10-29
Vasektomi 0
Tabel. 2 Mulai KB pada umur 30 tahun

2.8 Patofisiologi
1. Mekanisme kerja estrogen
Estrogen mempunyai khasiat kontrasepsi dengan jalan mempengaruhi ovulasi, perjalanan
ovum, atau implantasi. 6
Ovulasi sihambat melalui pengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya
menghambat FSH dan LH. Ovulasi tidak selalu dihambat oleh pil kombinasi yang
mengandung estrogen 50 mikrogram atau kurang. Kalaupun daya guna preparat ini tinggi
(95-98% menghambat ovulasi), hal itu adalah pengaruh progesteron di samping estrogen.6
Implantasi telur yang sudah dibuahi dihambat oleh estrogen dosis tinggi (dietil stilbestrol,
etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus haid. Jarak waktu antara konsepsi dan

5
implantasi rata-rata 6 hari. Biopsi endometrium yang dilakukan setelah pemberian estrogen
dosis tinggi pasca konsepsi menunjukkan efek antiprogesteron, yang dapat menghambat
implantasi. Perjalanan ovum di percepat dengan pemberian estrogen pasca konsepsi.6
Efek samping esterogen :
Mual, muntah, oedem, rasa berat pada tungkai bawah, dapat jadi gemuk.
Hipertensi, sakit kepala.
Mudah tersinggung, mastalgia, gangguan fungsi hati, timbul chloasma pada wajah

2. Mekanisme kerja progesteron


Fungsi progesteron ialah menyiapkan endometrium untuk implantasi dan
mempertahankan kehamilan. Disamping itu progesteron mempunyai pula khasiat kontrasepsi,
sebagai berikut: 6
a. Lendir serviks mengalami perubahan menjadi lebih pekat, sehingga penetrasi dan
transportasi sperma selanjutnya lebih sulit
b. Kapasitas sperma dihambat oleh progesteron. Kapasitas diperlukan sperma untuk
membuahi sel telur dan menembus rintangan disekeliling ovum.
c. Jika progesteron diberikan sebelum konsepsi, maka perjalanan ovum dalam tuba
akan terhambat.
d. Implantasi dihambat bila progesteron diberikan sebelum ovulasi. Walaupun
ovulasi dapat terjadi, produksi progesteron dari korpus luteum akan berkurang
sehinga implantasi dihambat.
e. Penghambatan ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Efek samping progesterone :
Langsung: Varices, obstipasi, kaki rasa kejang, fluor albus, lendir serviks jadi
kental.
Tidak Langsung: Lekas marah, depresi, apati, lekas capek, metrorrhagia,
hipermenorrhoea.

2.9 Jenis-jenis Kontrasepsi

2.9.1 Kontrasepsi Non Hormonal

Kontrasepsi Non hormonal adalah kontrasepsi yang bukan berasal dari hormonal seperti
obat per-oral, injeksi, dan implant, akan tetapi dari kontrasepsi non hormonal seperti IUD,
Kondom, Tubektomi dan Vasektomi. Metode-metode Kontrasepsi Non Hormonal terbagi
menjadi 3 yaitu metode alamiah, dengan alat, dan kontrasepsi mantap.

2.9.1.1 Metode alamiah

Salah satu metode dalam kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau operasi seperti :

a. Metode Kalender (Ogino-Knaus)

Metode kalender dilakukan dengan cara menentukan waktu ovulasi dari daur haid yang
dicatat selama 6-12 bulan terakhir. Masa berpantang dapat dapat dilakukan pada waktu

6
yang sama dengan masa subur bisa ditentukan dengan perhitungan kalender. Keuntungan
dari metode kalender adalah dapat digunakan untuk menghindari dan merencanakan
kehamilan, tidak ada efek samping, dan tanpa biaya. Sedangkan kekurangannya adalah
angka kegagalan tinggi, tidak mencegah IMS dan memerlukan motivasi yang tinggi.7

b. Metode Suhu Badan Basal/Termal

Metode KB alami yang dilakukan berdasarkan perubahan suhu tubuh yang terjadi segera
setelah ovulasi, bersama dengan penggunaan progesteron oleh korpus luteum. Wanita
yang menggunakan metode suhu badan basal harus mencatat suhu tubuhnya setiap hari.
Metode ini hanya dapat dipakai untuk mnegenali fase tak subur pasca ovulasi pada setiap
daur. Metode suhu badan basal dilakukan dengan menghindari senggama pada masa
subur melalui pengukuran suhu badan atau tubuh. Kelebihan dari metode ini adalah tanpa
biaya, tanpa pemeriksaan medis dan melibatkan partisipasi suami istri. Kekurangannya
adalah bahwa abstinens sudah harus dilakukan pada masa pra-ovilasi.7

c. Metode Lendir Serviks/Billings

Metode KB alami dimana wanita harus mengamati perubahan ciri lendir yang
dikeluarkan dari serviks sepanjang daur. Metode ini dilakukan dengan berpantang
senggama mulai dari hari keluarnya lendir serviks sampai 3 hari penuh sesudah hari
puncak. Kelebihannya adalah tanpa biaya, dapat digunakan untuk merencanakan
kehamilan, mencegah kehamilan, tanpa efek samping dan melibatkan partisipasi suami.
Sedangkan kekurangannya membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajarinya, tidak
dapat melindungi dari IMS, memerlukan kesabaran dan ketelitian, memerlukan motivasi.8

d. Senggama Terputus

Metode pencegahan terjadinya kehamilan yang dilakukan dengan cara menarik penis dari
liang senggama sebelum ejakulasi, sehingga sperma dikeluarkan diluar liang senggama.
Kelebihannya adalah tanpa biaya, mudah diterima dan dapat dilakukan setiap waktu.
Kekurangannya adalah diperlukan penguasaan diri yang kuat, metode kontrasepsi ini
tidak selalu berhasil, tidak dapat melindungi dari IMS.7

e. Metode Amenorea Laktasi/MAL

Metode KB tradisional yang mengandalkan pemberian air susu ibu bekerja dengan
penundaan atau penekanan ovulasi. MAL dilakukan sebagai kontrasepsi apabila
menyusui secara penuh, belum haid dan umur bayi kurang dari 6 bulan. Metode
kontrasepsi MAL hanya efektif sampai 6 bulan dan selanjutnya dilakukan dengan metode
pemakaian kontrasepsi lainnya. Kelebihan metode ini adalah efektifitas tinggi, tidak
menganggu senggama, tidak ada efek samping dan tanpa biaya. Kekurangannya adalah
sulit dilaksanakan karena kondisi sosial, tidak melindungi terhadap IMS, memerlukan
persiapan sejak perawatan kehamilan.9

7
2.9.1.2 Metode kontrasepsi dengan alat

Salah satu metode dalam kontrasepsi yang menggunakan alat seperti:

a. Kondom

Kondom merupakan kontrasepsi yang mudah dan praktis digunakan. Selain mencegah
kehamilan, kondom juga dapat mencegah terjadinya infeksi HIV/AIDS. Kondom efektif
menunda kehamilan jika digunakan dengan benar. Kondom dapat digunakan oleh baik
pria maupun wanita. Kontrasepsi dapat efektif jika kondom dipakai secara benar dan
konsisten pada setiap senggama, karena umumnya kegagalan yang timbul disebabkan
pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten tidak teratur dan tidak hati-hati. Prinsip kerja
kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus dan mencegah
pengumpulan sperma dalam vagina. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang
merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu
melakukan koitus.1,7

b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Device). IUD terbuat
bahan plastik yang lentur yang kemudian dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh bidan
atau dokter yang terlatih. Bentuknya kecil dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama,
yaitu sekitar 8 tahun. Meskipun demikian permeriksaan rutin tetap perlu dilakukan karena
jika pemasangan IUD tidak terdapat atau posisinya berubah, bisa memungkinkan
terjadinya kehamilan. IUD sangat efektif mencegah kehamilan. Efek samping yang
mungkin timbul antara lain masa haid lebih lama dan banyak, serta terdapat kemungkinan
terjadi infeksi panggul. Keuntungan IUD umumnya hanya perlu satu kali pemasangan dan
demikian satu kali motivasi; tidak menimbulkan efek sistemik; alat itu ekonomis dan
cocok untuk penggunaan secara massal; efektivitas cukup tinggi; reversible.1,7

c. Metode sederhana atau Vaginal

Kontrasepsi yang dapat digunakan adalah spermisid atau tisu KB, difragma, dan kap
dapat dipakai sendiri oleh perempuan. Caranya adalah dengan memasukkannya ke dalam
vagina sebelum berhubungan seks. Alat kontrasepsi ini efektif jika digunakan dengan
benar. Efek samping yang dapat muncul atau terjadi adalah kemungkinan terjadinya
infeksi saluran kencing.7

2.9.1.3 Metode kontrasepsi mantap

a. Tubektomi

Tubektomi adalah tindakan oklusi/pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk


mencegah proses fertilisasi. Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah persalinan atau

8
pada masa interval. Setelah tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti
secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pasca persalinan ialah
tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari
subumbilikus dan rendahnya risiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah
terlampaui maka pilihan untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu
persalinan atau pada masa interval. Tubektomi merupakan cara KB permanen bagi
perempuan yang yakin tidak ingin mempunyai anak sehingga memperpendek periode
reproduksi seksual eksposur. 10

Tubektomi dilakukan dengan cara operasi yang sederhana, hanya membutuhkan bius
lokal. Cara ini sangat efektif mencegah kehamilan dan belum ditemukan adanya efek
samping jangka panjang, hanya rasa tidak nyaman setelah melakukan operasi.
Keuntungannya adalah tidak mempengaruhi proses menyusui, efektif, pembedahan
sederhana, praktis. Sedangkan kekurangannya adalah tidak melindungi akseptor dari IMS,
Rasa sakit atau ketidaknyamanan, klien dapat menyesal dikemudian hari, tidak dapat
dipulihkan kecuali operasi.11

b. Vasektomi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria


dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.Vasektomi
merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi reproduksi merupakan
ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga. Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami-isteri
tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi
dilakukan pada dirinya. Kelebihannya adalah efektifitas tinggi, tidak ada angka kematian,
angka kesakitan rendah, lebih aman dan tidak menganggu hubungan seksual.
Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya komplikasi, tidak melindungi akseptor
dari IMS. Komplikasi infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematoma oleh
karena perdarahan kapiler, epididymitis, terbentuknya granuloma.1,8,12

2.9.2 Kontrasepsi hormonal

Berdasarkan jenis dan cara pemakaiannya dikenal tiga macam kontrasepsi hormonal yaitu
kontrasepsi oral (Pil), kontrasepsi suntikan, dan kontrasepsi implant.
1. Kontrasepsi Oral (Pil)
a. Pil kombinasi
Kontrasepsi oral yang kini paling sering dipakai terdiri atas kombinasi estrogen
dengan preparat progesterone (=gestagen, progestagen), yang sangat efektif dari beberapa
kontrasepsi, dan banyak perempuan lebih menerimanya. Pil ini diminum setiap hari selama 3
minggu dan dihentikan pemakaiannya selama 1 minggu (tanpa pil atau plasebo) ini biasanya
akan terjadi perdarahan dari uterus akibat penghentian pemakaian obat. Estrogennya ialah
etinil estradiol atau mestranol, dalam dosis 0,05; 0,08; atau 0,1 mg per tablet. Progestinnya
bervariasi : Nortestosteron yang merupakan androgen, Hydroxyprogesteron yang merupakan

9
progesteron, atau mempunyai pengaruh estrogen instrinsik. Daya guna teoritis hampir 100%
(tingkat kehamilan 0,1/100 tahun wanita). Daya guna pemakaian ialah 95-98% efektif
(tingkat kehamilan 0,7/100 tahun wanita).13

Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak pemakaian pil kombinasi ialah terdapatnya riwayat tromboflebitis
atau tromboflebitis, kelainan serebrovaskular, fungsi hati tidak atau kurang baik, keganasan
pada payudara dan alat reproduksi, kehamilan dan varises berat.13,14
Kontraindikasi relatif ialah hipertensi, perdarahan abnormal pervaginam yang tidak jelas
sebabnya, laktasi, fibromioma uterus, penyakit jantung atau ginjal, dan lain-lain. 13

Mekanisme Kerja
Preparat steroidal gabungan estrogen-progestin memiliki khasiat kontrasepsi yang
multipel. Salah satu efek yang penting adalah mencegah ovulasi yang hampir dipastikan akan
terjadi lewat supresi faktor-faktor pelepasan hipotalamus, yang selanjutnya menimbulkan
sekresi hormon FSH dan LH yang tidak tepat oleh kelenjar hipofise. Efek kontrasepsi lainnya
yang diinduksi oleh preparat steroid kombinasi adalah perubahan maturasi endometrium yang
membuatnya tidak tepat untuk implantasi yang berhasil bila blastokista akan terbentuk dan
produksi lendir serviks yang menghalangi penetrasi sperma. Peranan yang mungkin terdapat
pada perubahan motilitas tuba dan uterus yang ditimbulkan oleh hormon-hormon tersebut,
bila ada, masih belum jelas. Sebagai konsekuensi kerja preparat kontrasepsi oral kombinasi.

Esterogen plus progestin ini, bila diminum setiap hari selama 3 minggu dari setiap 4
minggu,menghasilkan perlindungan mutlak terhadap pembuahan. Namun demikian
pengecualian yang penting adalah periode sekitar 1 minggu sesudah pemberian kontrasepsi
oral. Sebenarnya pada wanita dengan folikel yang matur dan segera akan mengalami ovulasi
yang spontan, maka ovulasi sesungguhnya dapat dipicu dengan memulai pemberian
kontrasepsi oral dalam situasi ini.15,16

Cara makan pil


Pil pertama diminum pada hari kelima siklus haid. Pada pasca persalinan, pil mulai
dimakan sesudah bayi berumur 30-40 hari, sedangkan pasca keguguran 1-2 minggu pasca
kejadian. Usahakan minum pil pada waktu yang sama, seperti sehabis makan malam pada
tiap harinya. Tiap pagi dilakukan kontrol apakah pil tadi malam sudah diminum. Jika lupa 1
pil, minumlah segera disaat ingat. Jika lupa 2 pil berturut-turut, minum 2 pil segera ketika
ingat dan 2 pil lagi pada waktu biasanya pada hari berikut. Pada keadaan in mungkin terjadi
spotting. Jika lupa 3 pil, kemungkinan hamil menjadi besar. Sangat dianjurkan pemeriksaan
sitologi vagina dan pemeriksaan payudara setahun sekali.

Efek samping
Pil kombinasi estrogen plus progestin yang diminum 3 minggu dari setiap 4 minggu,
merupakan bentuk kontrasepsi reversibel paling efektif yang tersedia. Angka kegagalan 0,32
per 100 tahun wanita atau lebih rendah pernah tercatat. 15

10
Efek menguntungkan lainnya yang pernah dilaporkan adalah berkurangnya jumlah darah
menstruasi, menurunnya insiden dismenore, kista ovari fungsional serta salpingitis, dan lebih
sedikitnya keluhan premenstruasi; berkurangnya insiden kanker endometrium dan ovarium;
penurunan frekuensi berbagai penyakit payudara yang benigna serta mungkin pula kanker
payudara; dan lebih sedikitnya insiden artritis rematoid.13

Efek samping yang merugikan dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu efek samping yang
ringan dan efek samping yang berat. Efek samping ringan dapat berupa pertambahan berat
badan, perdarahan diluar daur haid, enek, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis, amenorea
pascapil, retensi cairan, dan keluhan gastrointestinal. Efek samping ini akan hilang dan
berkurang dengan sendirinya. Umumnya efek samping ini timbul beberapa bulan pertama
pemakaian pil.13,15

Efek samping yang berat adalah tromboemboli, yang mungkin terjadi karena peningkatan
aktivitas faktor-faktor pembekuan, atau mungkin juga pengaruh vaskuler secara langsung.
Pengguna kontrasepsi oral, terutama wanita diatas 35 dan merokok, meningkatkan resiko
infark miokard dan stroke. Penyakit arterial sebagian besar dihubungkan dengan efek dari
progesteron. Kontrasepsi oral juga meningkatkan tekanan darah, kadang-kadang sampai ke
tahap hipertensi. Volume darah ditingkatkan oleh retensi cairan, dan sekresi angiotensin
bertambah.13,15

b. Pil sekuensial
Diberikan estrogen selama 14-15 hari pertama, selanjutnya kombinasi estrogen dan
progesteron selama 7 hari lalu 7 hari tidak makan pil. Pada akhir minggu ke-4 akan terjadi
withdrawal bleeding. Khasiatnya untuk menghambat ovulasi. Cara pemakaian, efek
samping dan kontraindikasi sama dengan pil kombinasi.

Keuntungan :
- Perubahan pada endometrium mendekati keadaan alamiah
- Perdarahan/spotting jarang terjadi
- Jumlah darah haid biasa/normal
- Efek samping sedikit
Kekurangan:
- Kegagalan lebih tinggi
- Efek samping pada wanita yang peka terhadap oestrogen lebih banyak.

c. Pil mini
Pil mini mengandung progestin saja, tanpa estrogen. Dosis progestinnya pun kecil; 0,5
mg atau kurang. Pil mini harus diminum tiap hari, juga pada waktu haid.13
Pencegahan kehamilan mungkin karena pengaruh terhadap motilitas tuba, korpus luteum,
endometrium dan lendir serviks serta pencegahan ovulasi.
Indikasi :
1. Kontraindikasi estrogen atau tidak cocok dengan estrogen.
2. Umur diatas 35 tahun.

11
3. Perokok
4. Hipertensi
5. Menyusui
6. Pasien diabetes.14
Kontraindikasi
1. Sebelumnya pernah hamil ektopik
2. Kista ovarium
3. Kanker payudara
4. Penyakit hati aktif, penyakit arterial, obat seperti valproate, spironolaktone,
dan meprobamate.14
Mekanisme Kerja
Para peneliti belum mengetahui benar mengenai mekanisme kerjanya, tetapi mungkin
sekali pencegahan kehamilan terjadi oleh gabungan beberapa efek, termasuk motilitas tuba,
pengaruh terhadap korpus luteum, endometrium, lendir serviks, dan juga pencegahan
ovulasi.1 Tidak seperti pil kombinasi, pil mini dapat menghambat ovulasi. Tetapi,
keefektifannya menimbulkan pembentukan mukus serviks yang menghalangi penetrasi
sperma serta mengubah maturasi endometrium yang cukup untuk mencegah keberhasilan
implantasi blastokist. Karena mukus tidak akan tahan lebih dari 24 jam, pil mini yang
diminum pada waktu yang sama tiap hari akan efektif.14,15

Keuntungan
Pil mini efek minimal pada metabolisme karbohidrat dan koagulasi, dan tidak
menyebabkan eksaserbasi hipertensi. Dapat ideal bagi beberapa wanita yang memiliki faktor
resiko komplikasi kardiovaskuler. Disini termasuk juga wanita yang memiliki riwayat
trombosis, hipertensi, atau migren, atau wanita lebih dari 35 tahun dan perokok. Pil mini juga
pilihan yang tepat bagi ibu menyusui.14
Kerugian
Kekurangan utama dari pil mini adalah kegagalan kontrasepsi. Dengan kegagalan, relatif
meningkatkan proporsi kehamilan ektopik. Adapun efek samping utama pil mini beberapa
perdarahan tidak teratur, dan spotting.13,14

d. Kontrasepsi Postkoitus
Isi: Lynoral atau Stillbestrol. Dosis: sangat tinggi yaitu Stillbestrol 25-50 mg atau
Lynoral 1 mg. Stilbestrol yang diberikan setelah senggama untuk mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan, dikenal dengan instilah morning-after pill. Kuchara (1971) melaporkan
tidak terjadinya kehamilan pada 1.000 orang wanita yang tidak mendapatkan perlindungan
kontrasepsi secara memadai pada saat senggama namun dalam waktu 3 hari mulai
menggunakan stilbestrol, 25 mg dua kali sehari, selama 5 hari berikutnya.15
Alat kontrasepsi darurat yang dikenal dengan Morning After Pill kian populer
terutama di masyarakat barat yang dikenal permisif dalam masalah seks. Morning After
Pill termasuk jenis alat kontrasepsi darurat yang idealnya hanya dipakai pada kondisi pelaku
hubungan seks tidak menginginkan terjadinya pembuahan padahal, saat melakukan hubungan

12
seks mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun baik itu pil, spiral, susuk atau
bahkan kontrasepsi instan seperti kondom.13
Mekanisme kerja senyawa ini belum dipahami sepenuhnya tetapi sangat besar
kemungkinannya terdapat gangguan implantasi dengan cara tertentu. Nusea dan vomiting
merupakan efek samping yang umum terjadi. Efek teratogenik yang mungkin terdapat pada
pemakaian obat tersebut harus dipikirkan bila kehamilan tetap terjadi. Pencegahan kehamilan
juga pernah dilaporkan dengan pemakaian etinil estradiol atau preparat ekuina estrogen
konjugasi (Premarin) kalau diminum dengan dosis tinggi selama waktu beberapa hari.15
Yupze dkk. (1982) menggunakan preparat estrogen plus progestin dimana kombinasi
tersebut digunakan dalam 2 kali pemberian dengan interval waktu 12 jam yang dimulai dalam
waktu 72 jam setelah senggama. Pada suatu uji coba yang melibatkan 692 orang wanita,
angka kehamilan yang terlihat pada para wanita tersebut adalah 1,6 persen.15

2. Kontrasepsi suntikan
Suntikan hormonal adalah hormon steroid yang dipakai untuk keperluan kontrasepsi
dalam bentukan suntikan. Untuk mengatasi kerepotan dari pelaksanaan dari Pil Mini,
maka preparat injeksi diperkenalkan.17 Yang digunakan adalah long-acting progestin,
yaitu Norestiteron enantat (NETEN) dengan nama dagang depomedroksi progesterone
acetat (DPMA). Suntikan diberikan pada hari ke 3 5 pasca persalinan, segera setelah
keguguran.

Contoh preparat:
Suntikan progestin
o Depomedroxyprogesteron acetate (DMPA). Preparat : DEPOPROVERA
o Norethisterone enanthate (NETO / NEE/Net-En). Preparat:

NORISTERAT
Suntikan kombinasi dari estrogen dan progesteron yang diberikan tiap bulan.
Depo Medroxy Progesteron Acetat 25 mg + Estradiol Sipionat 5 mg. Preparat:
CYCLOFEM 17
Dua preparat tersebut dapat digunakan untuk penggunaan waktu yang panjang.
Medroxyprogesterone acetat 150 mg setiap 3 bulan serta 300 mg setiap 6 bulan, sedangkan
norethisterone oenanthate 200 mg 2 bulan. Suntikan diberikan pada hari ke 3-5 hari pasca
persalinan, segera setelah keguguran, dan pada masa interval sebelum hari kelima haid.
Teknik penyuntikan ialah secara injeksi intramuskular dalam, di daerah m. Gluteus maksimus
atau deltoideus. 13,14
Kontraindikasi 17
- DMPA dan Net-En
Kehamilan
Perdarahan abnormal uterus
Karsinoma payudara
Karsinoma traktus genitalia (kecuali karsinoma endometrium)
Penyakit hati
Kelainan tromboemboli

13
Diabetes Melitus
Nulipara
- DMPA 25 mg + Estradiol Sipionat 5 mg
Kehamilan
Perdarahan abnormal uterus
Karsinoma payudara
Karsinoma traktus genitalia (kecuali karsinoma endometrium)
Penyakit hati
Kelainan tromboemboli
Diabetes Melitus
Nulipara
o Sekresi abnormal dari puting susu dan tidak sementara menetekkan bayinya
o Pemakaian obat-obatan : barbiturat, antikonvulsan, rifampisin, steroid sistemik, obat-
obatan yang mempengaruhi sistem kardiovaskuler atau hepatik atau obat yang
digunakan sebagai profilaksis untuk jangka panjang terhadap sistem kardiovaskuler
atau hepatik.

Mekanisme Kerja
- DMPA : 14
Menghambat ovulasi
Mempengaruhi endometrium sehingga menghambat implantasi dari blastosis
Mengubah lendir serviks menjadi lebih kental
Menghambat transportasi ovum melalui saluran tuba.
- NEE/Net-EN : 17
Mekanisme kerja Net-En serupa dengan DMPA, tetapi ada perbedaan sedikit, Net-
En tidak begitu kuat menghambat hipofisis dan hipotalamus, tetapi cukup hanya
dengan mengganggu keseimbangan FSH dan LH.
- DMPA 25 mg + Estradiol Sipionat 5 mg : 17
Mekanisme kerja nya sama dengan DMPA. Penambahan estrogen dimaksudkan
agar endometrium berada dalam keadaan yang sama dengan siklus haid normal.

Keuntungan
Keuntungan pada preparat suntikan medroksiprogesteron asetat (Depo-Provera)
adalah keefektifan dengan preparat kotrasepsinya yang sebanding dengan preparat
kontrasepsi oral kombinasi. Kerjanya yang berlangsung lama dengan penyuntikan yang
diperlukan hanya sebanyak dua hingga empat kali setahun. Laktasi yang cenderung untuk
tidak terganggu dan dapat digunakan oleh wanita > 35 tahun. 15
Kerugian
Kerugian yang ditimbulkan adalah gangguan haid berupa siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan yang
tidak teratyr atau perdarahan bercak yang biasanya dirasakan pada bulan pertama
penyuntikan serta amenore yang timbul pada kebanyakan wanita setelah satu atau dua
tahun setelah penyuntikan. Keadaan anovulasi yang berlangsung lama sesudah

14
pemakaiannya dihentikan. Berat badan bertambah, sakit kepala. Pada sistem
kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian dari kadar
insulin dan penurunan HDL-kolesterol. 15,17

Waktu Pemberian
a. Pasca persalinan
1). Hari ke 3-5 post partum atau setelah 6 minggu post partum dan sebelum
berkumpul dengan suami.
2). Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.

b. Pasca Abortus
1). Segera setelah dilakukan kuretase atau sebelum 14 hari.
2). Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.

c. Interval
1). Hari kelima menstruasi
2). Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.

3. Kontrasepsi implant
Kerepotan untuk datang ke klinik dan ketergantungan pada suntikan dapat
diatasi dengan inplant subdermal long acting (3-5 tahun). Sistem Norplant, yang
memberikan progestin levonorgestrel dalam sebuah wadah silastik yang ditanamkan
intradermal.15
Norplant I berisi 6 kapsul silastik (polydimethyl silaxone) masing-masing
berisi 36 mg. Levonorgestrol suatu sintetik progestin dalam bentuk kristal kering
dimana ujung-ujungnya ditutup dengan silastic medical grade adhesive dengan
diameter 2,4 mm dan panjang 3,4 cm. Melepaskan 85 g per hari selama 3 bulan, 50
g tiap hari sampai 18 bulan dan setelah itu sampai tingkat akhir 30 g. Implant ini
efektif untuk 5 tahun. 17
Norplant II memiliki 2 tangkai mengandung masing-masing 70 mg
levonorgestrel. Tiap tangkai melepaskan 50 g hormon tiap hari dan memberikan
proteksi untuk 3 sampai 5 tahun. 17
Indikasi 17
- Wanita yang sudah punya anak dan tidak ingin hamil dalam waktu 5 tahun atau tidak
ingin anak lagi tetapi tidak mau mengalami proses implantasi.
- Tidak cocok dengan estrogen dan AKDR.
Kontraindikasi 17
- Hamil atau diduga hamil
- Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
- Kanker payudara, jenis kanker lain yang ada kaitannya dengan ketergantungan
hormon
- Penyakit hati akut
- Gangguan tromboemboli atau thrombophlebitis

15
- Penyakit jantung koroner atau gangguan serebrovaskuler
- Diabetes melitus

Mekanisme Kerja
1. Menekan ovulasi
2. Membuat lendir serviks menjadi kental
3. Menekan perkembangan siklik endometrium sehingga mengganggu proses
implantasi 13.17

Efek Samping
Efek samping utama dari kontrasepsi progestin adalah gangguan siklus haid berupa
perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea. Nyeri kepala terutama disertai
pandangan kabur, nyeri perut bagian bawah/nyeri panggul, Norplant hilang, nyeri payudara,
ikterus, thrombophlebitis, thromboemboli, gangguan libido, depresi, perubahan berat badan,
mual, pusing, dan gelisah.13,17
Implanon implanon adalah jenis kontrasepsi susuk tidak terdegradasi yang terdiri dari
simpai kopolimer etilen-viniasetat (EVA) sebagai pembawa substansi aktif senyawa
progestin 3-keto-dogestrel (3-keto-DSG). Bentuknya batang putih lentur dengan panjang 40
mm dan diameter 2 mm dalam suatu jarum yang terpasang pada inserter khusus berbentuk
semprit sekali pakai dalam kemasan steril kantong aluminium.13
Implanon memiliki keuntungan dengan menggunakan satu tangkai berisi 67 mg
desogestrel. Impalnon hanya menggunakan implant progesteron. Dan mengeluarkan 30 g
per hari dan implant tetap efektif sampai 3 tahun.13

Indikasi
Sebagai kontrasepsi jangka panjang untuk menjarangkan / dan / atau mengakhiri
kesuburan selama laktasi, serta bila penggunaan estrogen merupakan kontraindikasi.13
Kontraindikasi Relatif
Diduga atau diketahui hamil, tromboemboli aktif, perdarahan vagina tanpa sebab
jelas, penyakit hati akut, tumor jinak atau ganas, dan dugaan menderita kanker
payudara.13
Mekanisme Kerja
Implanon menghalang ovulasi, dinding endometrium menipis maka menyukarkan
penempelan embrio. Mukus di kawasan serviks juga menebal menyukarkan sperma
untuk berenang ke kawasan uterus. 13
Efek Samping
Terutama berupa gangguan siklus haid, yaitu perdarahan tak teratur dan amenore.
Aliran haid menjadi sedikit dan sakit ketika haid berkurang. Menyebabkan kitaran
yang tidak tetap atau tidak datang haid bagi beberapa bulan. Semua peringatan, efek
samping, dan perhatian khusus yang berlaku untuk metode kontrasepasi yang hanya
mengandung progesterone juga berlaku untuk Inplanon.18

16
4.Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR / IUD )

AKDR adalah alat yang terbuat dari polietilen dengan atau tanpa metal / steroid dan
ditempatkan dalam rongga rahim.17
Dimasa lampau AKDR dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan berbeda-beda, saat ini
AKDR yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe saja :
1. Inert, dibuat dari plastik (Lipppes Loop) atau baja anti karat (The Chinese Ring)
2. Mengandung tembaga, CuT 380 A, CuT 200 C, Multiload ( ML Cu 250 dan 375 )
dan Nova T
3. Mengandung hormon steroid : seperti progesteron dan levonorgetrel.17
Salah satu AKDR yang saat ini beredar adalah yang berbentuk T, yang
mengandung progesteron atau levanorgestrel, AKDR yang mengandung 38 mg progesteron
akan melepaskan 65 mg prgesteron dan disimpan dalam endometrium. Kadar yang
dikeluarkan tersebut terlalu rendah sehingga tidak memiliki efek sistemik, dan fungsi
ovarium pun tidak terpengaruh sama sekali.
Mekanisme kerja untuk AKDR yang mengandung hormon progesteron :
1. Gangguan proses pematangan proliferasi-sekretoris sehingga timbul penekanan
terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi ( endometrium tetap
dalam fase proliferasi )
2. Lendir serviks lebih kental / tebal karena pengaruh progestin.
3. Menekan ovulasi 17
Preparat levonogestrel (Mirena). Preparat ini melepaskan levonogestrel ke dalam
uterus secara relatif 20 g per hari, dimana menurunkan efek sistemik dari progestin. Terbuat
dari T-shaped struktur polyethylene memiliki batang yang dibungkus dengan silinder
polydimetilsiloxane / levonogestrel campuran untuk mengatur kecepatan pelepasan hormon.
Dan dimasukkan seperti AKDR normal. 14
Indikasi 17
- Menyukai metode kontrasepsi yang efektif, berjangka panjang, tetapi belum
menerima metode permanen saat ini.
- Menyukai metode praktis (tidak perlu metode barrier atau menelan pil setiap hari).
- Punya anak satu atau lebih
- Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
- Wanita perokok berat (? 15 batang rokok sehari), umur 35 tahun
- Berisiko rendah mendapat PMS

Kontra Indikasi 17
- Dugaan hamil
- Sedang atau sering terkena infeksi panggul (gonorea, chlamidia) atau
servisitis dengan cairan mukopurulen
- Menderita keputihan berbau dari saluran serviks/gonorea atau servitis chlamedia.
- Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya
Kembalinya kesuburan dengan cepat setelah pencabutan AKDR
adalah keuntungan dari AKDR, selain itu AKDR efektif sampai 3 tahun. Angka
kegagalan pengguan Mirena 0,1 % dmana lebih rendah dibandingkan CuT 380 A.14

17
KESIMPULAN
Kontrasepsi merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan prinsip dasar menekan
ovulasi, menghalangi sperma, mencegah nidasi. Terdapat berbagai macam metode
kontrasepsi, pemilihan metode yang tepat disesuaikan dengan kurun tahap reproduksi, ada
tidaknya kontraindikasi, situasi dan kondisi klien. Dan dibutuhkan KIE (konseling,
informasi, dan edukasi) yang memadai sehingga masyarakat dapat mengetahui dan
mengatasi efek samping metode kontrasepsi dan meningkatkan efektivitas pemakaiannya

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S., Wiknjosastro H. Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. 2011;h.436-462
2. (E-Jurnal. Pengertian kontrasepsi dan jenis-jenis kontrasepsi. 2016. Diakses dari
http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-kontrasepsi-dan-jenis-jenis_3.html, 26
Mei 2017)
3. Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan analisis keluarga berencana. Jakarta:
InfoDATIN.2014;h.2-4)
4. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan
(BKKBN dan Kemenkes R.I., 2012)
5. WHO Country office for Indonesia. Panduan pemilihan kontrasepsi. Jakarta:
Edukia;2013 diakses 26 Mei 2017)
6. Wiknjosastro Hanifa, Bari Saifuddin Abdul, Rachinhadhi Trijatmo, editor.
Kontrasepsi Hormonal. In: Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.2007;hal 543 556.
7. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.
Anggota Ikapi Jakarta
8. BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN.
9. Depkes RI. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010
dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat.
Jakarta.
10. Srividya and Jayanth K. 2013. Family Planning Practices Prior to the Acceptance of
Tubectomy : A study Among Women Attending a Maternity Home in Bangalore,
India. Journal of Clinical and Diagnostic Research Aug, Vol-7(8): 1640-1643.
11. BKKBN. 1995. Petunjuk Pelaksanaan Bina Keluarga dan Anak (BKR). Jakarta.
12. Saifuddin., Abdul B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta
13. Wiknjosastro H., Bari SA., Rachinhadhi T. editor. Kontrasepsi Hormonal. In: Ilmu
Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo;
2007. Hal 543 556.
14. Hanretty KP. Contraception. In: Obstetrics Illustrared. 6th ed. Glasgow. 2003.
15. Contraception, Chapter 32. William Obstetrics. 22th ed. Cunningham : McGraw-Hill
Companies. 2007
16. Pil KB dan Cara Kerjanya. [cited 2008 Mar 12]; 3 screens. Available in
http://www.medicastore.com/oc/pilkbplus.htm

18
17. Manoe M., Rauf S., Usmany H editor. Kesehatan Reproduksi Wanita. In: Pedoman
Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Ujung Pandang: Bagian SMF
Obstetri Dan Ginekologi FKUH: 1999.
18. Mansjoer Arif, dkk, editor. Kontrasepsi. In: Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 3rd ed.
Jakarta. Media Aesculapius FKUI. 2001.

19

Anda mungkin juga menyukai