Anda di halaman 1dari 6

1

Analisis Produksi Emisi CO2 Pada Industri


Gula Di PT. Perkebunan Nusantara X
(Persero) Tbk.
(Studi Kasus Di Pabrik Gula Lestari)
Renda Avista, Ridho Hantoro, dan Nur Laila Hamidah
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
e-mail: hantoro@ep.its.ac.id

Abstrak Jejak karbon di Pabrik Gula Lestari merupakan pengangkutan tebu dari perkebunan tebu ke tempat
jumlah total emisi CO 2 yang dihasilkan dari kegiatan proses penggilingan [3]. Semua proses produksi gula tersebut
produksi gula, dimana emisi CO 2 tersebut akan berdampak pada membutuhkan energi yang besar untuk menghasilkan produk
pemanasan global. Tujuan dari penelitian ini adalah
gula pasir.
menganalisis jejak karbon yang dihasilkan oleh industri gula
dengan data penelitian diperoleh dari obseravasi langsung dan Penggunaan energi dalam skala besar pada industri gula
wawancara. Datadata tersebut meliputi jumlah penggunaan akan meningkatkan produksi gas-gas rumah kaca yang
transportasi pengangkut tebu dari perkebunan ke pabrik yang berpengaruh terhadap isu mengenai pemanasan global (global
menggunakan bahan bakar, proses produksi yang melibatkan warming). Gas rumah kaca pada industri gula berasal dari
penggunaan konsumsi listrik, dan penggunaan bahan bahan proses produksi, pembakaran, pemanfaatan energi listrik, serta
bakar untuk pembakaran. Untuk mengetahui hasil emisi CO 2
limbah hasil produksi [4]. Gas yang dihasilkan ini akan
industri gula, maka dilakukan perhitungan emisi CO 2 yang
mengacu pada sumber IPCC. Dari hasil penelitian diperoleh terlepas dan diserap oleh atmosfer sehingga akan berdampak
total emisi CO 2 yang dihasilkan Pabrik Gula Lestari selama pada meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi sebesar
musim giling 2013 sebesar 493,983.76 tCO 2 . Dengan emisi CO 2 0.18 0.74oC selama seratus tahun terakhir [5].
yang dihasilkan dari transportasi sebesar 337,588.48 tCO 2 , Untuk menghambat meningkatnya pemanasan global maka
untuk proses produksi gula menghasilkan emisi CO 2 sebesar diperlukan penelitian mengenai analisis produksi emisi pada
15,320.79 tCO 2 , sedangkan penggunaan bahan bakar utnuk
Pabrik Gula Lestari yang merupakan salah satu industri gula
pembakaran menghasilkan emisi CO 2 sebesar 141,074.49 tCO 2 .
Dengan melakukan reduksi emisi CO 2 dari setiap kegiatan untuk menentukan peluang penurunan emisi gas rumah kaca
diperoleh penurunan emisi CO 2 sebesar 24.7% dari penggunaan selanjutnya. Dalam penelitian ini hasil emisi gas rumah kaca
transportasi, 27.96% untuk proses produksi, dan penggunaan di Pabrik Gula Lestari diperoleh dari sumber-sumber yang
bahan bakar untuk pembakaran dapat direduksi sebesar 6.59%.. menghasilkan emisi dari proses penyiapan bahan baku sampai
proses produksi yang biasanya disebut dengan jejak karbon
Kata kunci: Jejak karbon, emisi CO 2 , kegiatan proses (Carbon Footprint) [6]. Jejak karbon industri gula diperoleh
produksi gula, transportasi, pembakaran dari perhitungan matematis dari data faktor emisi, konsumsi
listrik dan bahan bakar yang digunakan di industri gula.
I. PENDAHULUAN

G ula merupakan kebutuhan pokok masyarakat sebagai


bahan pangan sumber kalori yang menempati urutan
keempat setelah padi-padian,pangan hewani serta minyak dan
II. URAIAN PENELITIAN
A. Emisi yang Dihasilkan Dari Proses Penyediaan Bahan
Baku
lemak dengan pangsa sebesar 6.7% [1]. Sebagai kebutuhan
pokok, permintaan gula akan meningkat dari tahun ke tahun Proses penyediaan bahan baku yang berupa tebu di Pabrik
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Sebagai Gula Lestari telah diperoleh dari beberapa daerah yang
negara dengan penduduk besar maka Indonesia akan menjadi nantinya dijadikan satu untuk proses produksi gula. Dalam
salah satu konsumen gula terbesar, dengan perkiraan tingkat proses ini emisi karbon telah diproduksi dari kendaraan
konsumsi sebesar 2.9 juta ton pada tahun 2013 da n akan bermotor berupa truk yang digunakan untuk mengangkut tebu
meningkat pada tahun 2014 [2]. Untuk itu industri gula akan ke tempat penyimpanan sementara (emplasemen) Pabrik Gula
terus meningkatkan hasil produksi tiap tahunnya. Proses Lestari. Tebu yang digunakan oleh Pabrik Gula Lestari
produksi pada industri gula meliputi pengolahan tebu melalui dipasok dari daerah Malang, Nganjuk, Madiun, Kediri,
beberapa tahap yaitu pemerahan cairan tebu (ekstrasi nira), Lamongan, Tuban, Blitar, dan Sidoarjo, dimana setiapa daerah
pembersihan kotoran dari dalam nira, penguapan, dan memiliki kapasitas pemasokan berbeda-beda. Selain
pengkristalan gula. Sebelum tahap pengolahan, terdapat tahap transportasi yang digunakan utnuk mengangkut tebu dari
penyediaan bahan yang terdiri dari memanen tebu serta perkebunan ke pabrik, transportasi lain berupa lori juga
2

digunakan untuk distribusi tebu dari emplasemen ke staisun Alat-alat tersebut antara lain pompa-pompa yang digunakan
gilingan. Untuk emisi CO 2 yang dihasilkan dari penyediaan untuk menyalurkan nira dari satu tempat ke tempat lain, mixer
bahan baku diperoleh dari penggunaan kendaraan untuk tangki floculant, defakator, dll. Dari data mengenai konsumsi
mengangkut tebu, dengan perhitungan yang menggunakan listrik yang digunakan oleh mesin pada satsiun pemurnian
persamaan sebagai berikut. dapat diketahui emisi CO 2 yang dihasilka dengan

2 = (1) menggunakan
(1) (3.1) persamaan (3).
2 =
2 (2) D. Emisi yang Dihasilkan Dari Proses Produksi di Stasiun
dengan m adalah jumlah kendaraan yang digunakan Penguapan
perjamnya (kendaraan/jam), Konsumsi Bahan Bakar
Nira encer dari stasiun pemurnian ditampung di clear juice
merupakan konsumsi bahan bakar spesifik yang diperoleh dari
tank yang kemudian dipompa ke badan pemanas (evaporator)
tabel (15.82 L/100km, untuk truk dengan bahan bakar solar),
dengan suhu sekitar 110oC, seanjutnya dari evaporator 1
EF adalah emisi faktor dari kendaraan dan jenis bahan bakar
dipompa lagi menuju evaporator berikutnya sampai menuju
yang digunakan (gr/L), dan untuk jarak tempuh merupakan
evaporator 5 h al ini untuk menguapkan nira encer a gar
jarak antara perkebunan tebu sampai pabrik (km).
diperoleh nira kental. Nira yang keluar dari evaporator 5
B. Emisi yang Dihasilkan Dari Proses Produksi Gula di berupa nira kental dengan warna yang hitam kelam yang
Stasiun Penggilingan disebut stroop. Utnuk mengurangi intensitas warna kelam
Proses produksi di stasiun gilingan merupakan proses maka ditambahkan gas SO 2 . Dari proses penguapan ini emisi
penggilingan tebu untuk menghasilkan nira (bahan utama CO2 yang dihasilkan juga dari konsumsi listrik yang
gula). Tebu yang diperoleh sebelum digiling akan dicacah digunakan untuk proses produksi. Dimana alat-alat yang
menggunakan cane cutter dan dicacah lebih lembut lagi mengkonsumsi listrik dari proses penguapan antara lain adalah
menggunakan unigrator untuk memudahkan proses pompa-pompa yang digunakan untuk medistribusikan nira dari
penggilingan. Setelah tebu dicacah proses selanjutnya adalah evaporator satu ke evaporator lainnya. Dengan menggunakan
penggilingan tebu untuk menghasilkan perasan nira, nira persamaan (3) emisi CO 2 dari proses penguapan dapat
inilah yang digunakan untuk proses produksi gula. Pada diketahui.
stasiun penggilingan emisi CO 2 dipeoleh dari konsumsi listrik E. Emisi yang Dihasilkan Dari Proses Produksi Gula di
yang digunakan oleh alat-alat produksi, seperti crane, cane Stasiun Kristalisasi dan Putaran
table, cane carrier, cane cutter, unigrator, gilingan, dan
Proses kristalisai diawali dengan membuat semua pan
pompa-pompa yang digunakan untuk berlangsungnya proses
menjadi vakum, kemudian afsluiter yang berhubungan dengan
produksi. Dari data konsumsi listrik yang digunakan untuk
kondensor (alat pembuat hampa) dibuka sampai pan menjadi
proses produksi maka dapat diketahui hasil emisi CO 2 dari
vakum. Dimana pada proses kristalisasi terdapat tiga pan, pan
stasiun gilingan menggunakan persamaan sebagai berikut..
A untuk bahan utama produk yang akan diputar untuk
2 = (3)
menghasilkan gula kristal, sedangkan pan C dan pan D yang
dengan EF adalah emisi faktor untuk penggunaan listrik digunaakn sebagai bibit untuk proses kristalisasi. Pembuatan
(kgCO 2 /kWh), sedangkan konsumsi listrik merupakan bibit ini dilakukan dengan pemberian inti penuh dengan
konsumsi listrik yang digunakan oleh alat proses produksi fondan untuk menghasilkan kristal. Pada proses kristalisasi ini
selama musim giling (kWh). akan menghasilkan tiga produk, yaitu magma yang merupakan
gula yang sudah terbentuk yang dapat diproses pada pan
C. Emisi yang Dihasilkan Dari Proses Produksi Gula di
selanjutnya, klare cairan nira yang belum dikristalkan, dan
Stasiun Pemurnian
stroop yang hampir sama dengan klare, namun stroop dapat
Proses produksi di stasiun pemurnian merupakan proses diolah lebih lanjut untuk menghasilkan magma. Klare dan
pemurnian nira hasil gilingan,. Nira yang berasal dari stasiun stroop yang dihasilkan akan digunakan untuk bahan
gilingan dipanaskan dan ditamabah P 2 O 5 untuk pemurnian, pembibitan. Setelah keluar dari proses kristalisasi selanjtnya
dan susu kapur Ca(OH) 2 untuk menaikkan pH nira. Setelah gula akan diputar untuk emmisahkan kadar air yang terdapat
nira memiliki pH yang tinggi maka diturunkan lgi dengan pada gula dengan gula kristalnya. Pada proses kristalisasi dan
menambahkan gas SO 2 dalam sulfitator. Nira yang tersulfitasi putaran ini emisi CO 2 juga diperoleh dai konsumsi listrik yang
selanjutnya dipanaskan dengan suhu 105oC dan dibawa digunakan untuk proses produksi pada stasiun kristalisasi dan
menuju DAT (Dual Action Tower) untuk menghilangkan gas- putaran. Alat-alat yang digunakan untuk proses ini antara lain
gas yang terbawa oleh nira agar tidak menggangu proses adalah pompa, putaran, sugar mixer, dll. Sama dengan proses
pengendapan. Dari DTC nira dipompa menuju STC (Single produksi lainnya dengan menggunakan persamaan (3) dan
Tray Clarifier) untuk ditambah dengan floculant (zat mengetahui konsumsi listrik yang digunakan maka dapat
penggumpal). Dari STC terdapat dua produk nira yaitu nira diperoleh hasil emisi CO 2 yang diperoleh dari proses
kotor dan nira bersih, dimana nira kotor dipompa menuju RVF kristalisasi dan putaran.
(Rotary Vacuum Filter) yang merupakan saringan hampa
berputar untuk disaring antara nira tapis dan blotong. Pada
proses produksi di stasiun pemurnian emisi CO 2 dihasilkan
dari penggunaan listrik untuk alat-alat di stasiun pemurnian.
3

F. Emisi yang Dihasilkan Dari Proses Pembakaran Pada


Stasiun Ketel
Pembakaran yang dilakukan oleh Pabrik Gula Lestari
bertujuan untuk menghasilkan uap panas pada boiler yang
digunakan untuk pembangkit listrik tenaga uap. Pada Pabrik
Gula Lestari bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran
adalah bagasse yang merupakan hasil samping dari proses
produksi gula pada stasiun gilingan. Pada proses pembakaran
bahan bakar akan terjadi pelepasan gas CO 2 ke udara, gas
inilah yang diidentifikasi sebagai salah satu emisi gas rumah
kaca yang dominan di atmosfer. Berikut merupakan blok
diagram proses pembakaran yang menghasilkan emisi CO 2
untuk pembangkit listrik pabrik Gula Lestari.Pabrik Gula
Lestari menggunakan bagasse beserta moulding sebagai bahan
bakar yang digunakan untuk pembakaran pada ketel. Selain itu
untuk memenuhi kekurangan bahan yang digunakan maka Gambar 1. Grafik Hasil Emisi CO 2 dari Transportasi
Pabrik Gula Lestari menggunakan bahan bakar berupa solar
dan kayu bakar untuk tambahannya. Dari penggunaan Pabrik Gula Lestari menggunakan armada truk dengan 3
pembakaran menggunakan bahan bakar inilah emisi CO 2 jenis truk yang berbeda kapasitas yaitu 6 ton, 7 ton, dan 8 ton,
diproduksi. Untuk mengetahui jumlah emisi CO 2 yang dengan jumlah penggunaan truk sebanyak 83,132 unit dari
dihasilkan oleh Pabrik Gula Lestari dari pembakaran maka semua daerah pemasok tebu selama musim giling 2013.Dari
menggunakan persamaan berikut. grafik diatas produksi emisi CO 2 yang dihasilkan oleh Pabrik
Dengan menggunakan persamaan berikut maka emisi CO 2 Gula Lestari menurut penggunaan truk dan daerah pemasok
dari pembakaran diketel dapat diketahui. tebu yang paling banyak menghasilkan emisi CO 2 adalah dari
2 = (4) daerah Malang. Hal ini disebabkan oleh bahan baku tebu yang
dengan n adalah jumlah bahan bakar yang diguanakan dipasok dari daerah Malang untuk produksi lebih banyak
(kWh), dan EF meruapakan faktor emisi dari bahan bakar dibanding dengan daerah lainnya, sehingga untuk
yang digunakan (tCO 2 /kWh). mendistribusikan tebu ke Pabrik Gula Lestari tersebut juga
membutuhkan armada truk yang lebih banyak dibanding
daerah lainnya. Selama musim giling 2013 Pabrik Gula Lestari
III. HASIL DAN PEMBAHASAN telah memproduksi emisi CO 2 yang dihasilkan dari sektor
A. Hasil Emisi CO 2 Dari Transportasi trasnportasi pengangkut tebu di tiap-tiap daerah sebesar
Pabrik Gula Lestari memasok bahan baku utama (tebu) dari 337,586.69 tCO 2 .
berbagai kota, diantaranya adalah Nganjuk, Kediri, Madiun, B. Hasil Emisi CO 2 Dari Proses Produksi Gula
Blitar, Sidoarjo, Malang, Lamongan, dan Tuban. Pada daerah- Emisi CO 2 yang dihasilkan proses produksi gula di Pabrik
daerah ini terdapat banyak lahan pertanian yang digunakan Gula Lestari diperoleh dari penggunaan listrik oleh mesin-
untuk menanam tebu, sehingga mampu memasok tebu dalam mesin produksi. Terdapat enam tahapan proses produksi untuk
jumlah banyak untuk keperluan produksi gula di pabrik gula menghasilkan gula yaitu, tahap penggilingan (ekstrasi), tahap
sekitarnya. Untuk sistem distribusi tebu dari perkebunan pemurnian, tahap penguapan, tahap kristalisasi, tahap
sampai ketempat penyimpanan sementara, Pabrik Gula Lestari pendinginan, dan terakhir tahap pemisahan gula. Dari setiap
menggunakan truk sebagai armadanya karena mampu memuat tahap proses produksi gula akan mengkonsumsi listrik dengan
tebu dalam kapasitas besar. Dari proses pendistribusian tebu jumlah yang berbeda-beda sesuai kebutuhannya, listrik yang
mulai tempat penebangan sampai ke pabrik dengan digunakan oleh Pabrik Gula Lestari sendiri disuplay dari PLN
menggunakan kendaraan inilah emisi CO 2 dilepas ke dan pembangkit listrik milik sendiri. Berikut merupakan profil
atmosfer. Untuk hasil produksi emisi CO 2 yang dihasilkan konsumsi listrik yang digunakan pada setiap proses produksi
dari penggunaan transportasi di Pabrik Gula Lestari selama di Pabrik Gula Lestari.
musim giling 2013 dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Konsumsi listrik Pabrik Gula Lestari selama musim giling
2013 sebesar 17,134,898.9 kWh, dimana 385,442 kWh
konsumsi listrik berasal dari PLN yang digunakan untuk
penerangan. Pabrik Gula Lestari pada tahun 2013 telah
memproduksi gula sebanyak 41,460.1 ton gula kistal putih
dengan waktu operasi 3,441.08 jam selama 155 h ari. Dari
hasil konsumsi listrik yang digunakan oleh setiap stasiun
proses produksi di Pabrik Gula Lestari dapat dihitung produksi
emisi CO 2 yang dihasilkan.
Untuk mengetahui produksi emisi CO 2 maka dapat dihitung
dengan mengalikan hasil dari konsumsi listrik pada proses
4

produksi dengan faktor emisi dari listrik yang digunakan. Tabel 1


Faktor emisi yang digunakan untuk konsumsi listrik dari PLN Konsumsi Bahan Bakar Untuk Ketel
di Indonesia tahun 2013 diketahui sebesar 0.778 kg CO 2 /kWh Konsumsi Konsumsi Konsumsi
[7], sedangkan faktor emisi untuk konsumsi listrik dari Tahun Bulan Bagasse Moulding Solar
pembangkit listrik milik sendiri yang menggunakan bahan (Ton) (Ton) (Liter)
bakar utama berupa bagasse dapat dihitung menggunakan Juni 22,791.70 340.3 2,696
persamaan berikut. Juli 35,871.10 215.4 2,557
44
= (5)
12 Agustus 21,598.80 93.3 2,169
Sehingga diperoleh emisi faktor sebesar 0.8968 kg 2013
CO 2 /kWh. Sehingga emisi CO 2 yang dihasilkan dari September 34,718.30 25.2 2,073
konsumsi listrik dapat digrafikkan sebagai berikut. Oktober 33,834.70 189.6 1,873
Nopember 19,762.60 - 1,132
TOTAL 168,762.60 863.8 12,500
Dari penggunaan bahan bakar untuk ketel diperoleh
produksi emisi CO2 yang dilepaskan ke udara. Untuk
mengetahui nilai emisi CO2 yang diperoleh dari pembakaran
maka hasil konsumsi bahan bakar untuk ketel dikonversi ke
satuan MWh untuk mempermudah perhitungan dan dikalikan
dengan nilai faktor emisi dari setiap bahan bakar yang
digunakan. Untuk faktor emisi dari bagasse d an moulding
yang merupakan ampas berupa kayu diperoleh sebesar 0.4032
tCO2/MWh sedangkan untuk bahan bakar solar diperoleh nilai
faktor emisi sebesarnya 0.2667 tCO2/MWh (hasil konversi
IPCC, 2006). Hasil perhitungan emisi CO2 dari pembakaran
untuk ketel Pabrik Gula Lestari selama musim giling 2013
dapat dilihat pada lampiran, dan berikut merupakan hasil
akumulasi dari total emisi CO2 yang diproduksi dari
Gambar 2. Grafik Produksi Emisi CO 2 Dari Proses Produksi pembakaran untuk ketel.

Dari grafik diatas dapat diketahui bagaimana grafik antara


konsumsi listrik yang digunakan di setiap stasiun produksi
dengan emisi CO2 yang dihasilkan. Produksi emisi CO 2 yang
dihasilkan dari proses produksi gula paling banyak terjadi
pada stasiun penggilingan sebesar 11,053.91 tCO 2 . Hal ini
disebabkan oleh konsumsi listrik yang digunkan untuk
menggerakkan mesin-mesin penggiling memiliki daya yang
besar, selain itu pada stasiun penggilingan terdapat banyak
unit mesin untuk proses produksi gula. Selain stasiun
penggilingan produksi emisi CO 2 paling banyak selanjutnya
adalah stasiun penguapan. Pada stasiun penguapan
penggunaan pompa-pompa yang digunakan untuk
menyalurkan nira yang akan diuapkan juga memiliki daya Gambar 3. Grafik Produksi Emisi CO 2 Dari Proses Produksi
yang besar hal inilah yang mempengaruhi terjadinya produksi
emisi CO 2 yang besar. Dari grafik diatas diperoleh produksi Produksi emisi CO 2 tiap bulannya berbeda-beda dapat
emisi CO 2 yang dihasilkan dari proses produksi gula dan dilihat dari grafik yang bergerak secara fluktuatif. Perbedaan
penggunaan listrik untuk penerangan adalah sebesar 15,320.79 produksi emisi CO 2 ini disebabkan oleh jam kerja efektif yang
tCO 2 selama musim giling 2013. berbeda tiap bulannya, berhentinya waktu giling
C. Emisi CO 2 Dari Proses Pembakaran mempengaruhi produksi emisi CO 2 nya. Selain dari jam
Pabrik Gula Lestari melakukan pembakaran bahan bakar efektif giling faktor yang mempengaruhi fluktuatifnya
pada stasiun ketel untuk keperluan pembangkit listrik. Bahan produksi emisi CO 2 dipengaruhi oleh persediaan tebu yang
bakar yang digunakan untuk pembakaran pada boiler tiap harinya terus berdatangan sehingga harus digiling untuk
menggunakan solar dan ampas tebu (bagasse) yang merupakan mengurangi terjadinya pengurangan kualitas dari tebu itu
hasil sisa dari proses penggilingan. Konsumsi bahan bakar sendiri. Total produksi emisi CO 2 yang dihasilkan dari
bagasse dan solar yang digunakan untuk pembakaran ketel pembakaran di Pabrik Gula Lestari adalah 141,074.49 tCO 2 ,
dapat dilihat dari grafik dibawah ini. dimana 140,319.81 tCO 2 dari pembakaran menggunakan
bahan bakar bagasse, 719.01 tCO 2 dari pembakaran dengan
5

bahan bakar moulding, dan sisanya 35.67 tCO 2 dari Pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rida
pembakaran dengan bahan bakar solar. mengenai emisi gas rumah kaca pada industri gula di PT. PG
Rajawali II Unit PG Subang, dihasilkan emisi sebesar 4.54
D. Total Emisi CO 2 Pabrik Gula Lestari
tCO 2 eq/ton gula dari semua emisi gas rumah kaca yang
Pabrik Gula Lestari dalam pelaksanaan produksi gula dihasilkan oleh PG Rajawali termasuk emisi N 2 O dan CH 4
selama musim giling 2013 t elah memproduksi 41,460.1 ton yang berada dalam lingkup pabrik saja [8]. Hal ini yang
gula kristal putih. Untuk menghasilkan produks gula sebanyak membedakan hasil emisi yang dihasilkan dari PG Rajawali
itu dibutuhkan energi listrik sebesar 17,134,898.90 kWh. dengan Pabrik Gula Lestari. Apabila emisi CO 2 yang
selain memproduksi gula Pabrik Gula Lestari juga dihasilkan oleh Pabrik Gula Lestari hanya dalam lingkup
memproduksi emisi CO2 yang berasal dari proses produksi, pabrik maka emisi yang dihasilkan per satuan ton gula adalah
pembakaran untuk ketel, dan transportasi kendaraan untuk sebesar 3.77 tCO 2 /ton gula. Hal ini membuktikan bahwa emisi
pengangkutan tebu. Total emisi CO2 yang dihasilkan selama yang dihasilkan oleh Pabrik Gula Lestari lebih rendah
musim giling 2013 sebesar 493,983.76 tCO2. Dengan dibanding dengan emisi di Pabrik Gula Rajawali dalam
prosentase produksi emisi CO2 dari berbagai aktivitas Pabrik catatan emisi yang dihasilkan oleh Pabrik Gula Lestari hanya
Gula Lestari adalah sebagai berikut. sebatas emisi CO 2 .
Dari hasil emisi CO 2 yang diperoleh dari Pabrik Gula
Lestari tahun 2013 ini dapat dilakukan reduksi emisi dengan
menganalisa hasil emisi CO 2 yang berlebihan dari setiap
aktivitas produksi penghasil emisi CO 2 . Salah satu upaya
untuk mereduksi emisi CO 2 dapat dilakukan dengan
mengetahui efisiensi dari penggunaan ketel. Dengan
mengetahui efisiensi ketel maka dapat dianalisa mengenai
konsumsi bahan bakar dari ketel. Selain itu menganalisa
penggunaan mesin-mesin pada proses produksi yang
menggunakan listrik berlebihan, serta mengefisiensikan antara
transportasi dengan daerah pemasok tebu agar tidak
menghasilkan emisi yang berlebihan.
Gambar 4. Grafik Produksi Emisi CO 2 Dari Proses Produksi
E. PeluangReduksi Emisi CO 2 Pada Sektor Transportasi
Dari data diatas diketahui bahwa produksi emisi CO 2 paling Peluang reduksi emisi CO 2 dari sektor transportasi dapat
besar terdapat pada penggunaan transportasi, hal ini dilakukan dengan memperpendek jarak tempuh transportasi
disebabkan oleh penggunaan bahan bakar solar untuk yang diguanakan. Dari persamaan (2.7) diketahui bahwa nilai
kendaraan truk pengangkut tebu. Konsumsi solar yang emisi CO 2 dipengaruhi oleh jarak tempuh suatu kendaraan.
digunakan untuk transportasi truk pengangkut tebu selama Dari hasil perhitungan setiap satu kendaraan truk per jamnya
musim giling 2013 di Pabrik Gula Lestari sebesar 514,802.1 akan menghasilkan emisi sebesar 462.72 gramCO 2 / jam.km,
liter dengan jumlah armada truk sebanyak 83,132 unit. jika hal ini dikalikan dengan jarak yang ditempuh sepanjang
Dari total emisi CO 2 sebesar 493,983.76 tCO 2 yang 134 km untuk daerah Malang maka akan dihasilkan emisi CO 2
diproduksi oleh Pabrik Gula Lestari diperoleh produk gula sebesar 62,004.48 gramCO 2 /jamnya atau setara dengan 62.004
kristal putih sebesar 41,460.1 ton, sehingga perbandingan kg CO 2 /jamnya. Jika dalam satu musim giling Pabrik Gula
antara emisi CO 2 dengan produksi gula sebesar 11.91 memasok gula selama 155 hari maka diperoleh tiap satu
tCO2/ton gula dengan kata lain setiap memproduksi satu ton kendaraan yang digunakan menghasilkan emisi CO 2 sebesar
gula kristal putih maka menghasilkan emisi CO 2 sebesar 11.91 230.65 tCO 2 . Berbeda dengan jika jarak tempuh untuk truknya
ton CO 2 . Berikut merupakan rincian dari emisi CO 2 dan sepanjang 110 km maka emisi CO 2 yang dihasilkan sebesar
produksi gula. 50.90 kgCO 2 /jam, jika kendaraan yang digunakan
mengangkut tebu selama 155 hari diperoleh emisi CO 2
Tabel 2 sebesar 189.35 tCO 2 . Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan
Total Emisi CO 2 Pabrik Gula Lestari mengurangi jarak tempuh suatu kendaraan akan mereduksi
Jumlah Emisi emisi CO 2 yang dihasilkan oleh Pabrik Gula Lestari.
Jenis Sumber
CO 2 (tCO 2 ) Selain itu, hal lain yang mempengaruhi emisi CO 2 yang
Bahan Bakar Untuk Boiler 141,074.49 dihasilkan adalah jumlah kendaraan yang digunakan untuk
Penggunaan Listrik 15,320.79 memasok tebu tiap jamnya. Semakin banyak kendaraan yang
Bahan Bakar Untuk Transportasi 337,586.69 digunakan untuk mengangkut tebu tiap jamnya maka emisi
Total Emisi CO 2 493,983.76 CO 2 yang dihasilkan juga semakin banyak, salah satu cara
Total Gula Kristal Putih (ton) 41,460.10 untuk mereduksi emisi CO 2 dari masalah ini adalah
Total Tebu Digiling (ton) 578,243.90 menggunakan kendaraaan truk dengan kapasitas angkut tebu
Emisi CO 2 /produk gula (tCO 2 /ton gula) 11.91 yang lebih besar. Dimisalkan kendaraan yang digunakan untuk
Emisi CO 2 /tebu digiling (tCO 2 /ton tebu) 0.85 mengangkut tebu berkapasitas 8 ton semua, yang sebelumnya
terdiri dari tiga jenis truk dengan kapasitas berbeda maka
6

dapat diperoleh penurunan emisi CO 2 sebesar 96,672.45 tCO2 efisiensi untuk boiler baru mampu mencapai 89% menurut
atau sebesar 24.7% dari total emisi yang dihasilkan Industrial Process Applications. Apabila hal ini dilakukan
sebelumnya sebesar 391,602.52 tCO 2 . dengan mengganti boiler Yoshimine dan meningkat efisiensi
F. Peluang Reduksi EmisiCO 2 Pada Proses Produksi maka ketel Takuma menjadi 70% maka dapat menghemat
bahan bakar sebesar 15,969.1 ton bagasse, dengan
Pada proses produksi gula terdapat penggunaan energi
pengurangan bahan bakar maka emisi CO 2 dapat direduksi
listrik yang begitu besar di setiap stasiun proses produksi gula.
sebesar 13,292.32 tCO 2 atau sama dengan 9.42% dari hasil
Untuk mereduksi emisi dari proses produksi gula maka perlu
emisi CO 2 sebelumnya.
dilakukan perhitungan mengenai efisiensi dari penggunaan
mesin-mesin produksi yang berpengaruh besar dalam
penggunaan daya listrik. Mesin-mesin produksi yang akan IV. KESIMPULAN
dianalisis pada Pabrik Gula Lestari adalah motor listrik yang Jumlah emisi CO 2 yang dihasilkan untuk memproduksi
berperan penting dalam proses produksi gula. gula di Pabrik Gula Lestari selama musim giling 2013 sebesar
Dari hasil penelitian diperoleh pembebanan yang 493,983.76 tCO 2 , dengan jumlah emisi yang dihasilkan dari
dihasilkan dari 22 motor listrik berkisar antara 50% - 80% sektor transportasi sebesar 337,588.48 tCO 2 , untuk proses
serta effisiensi yang tidak lebih dari 88%. Dengan efisiensi produksi menghasilkan emisi sebesar 15,320.79 tCO 2 ,
dari motor yang berkisar antara 72% - 88%, motor sedangkan untuk proses pembakaran menghasilkan emisi CO 2
mengkonsumsi listrik sebesar 3,045,854.97 kWh dengan sebesar 141,074.49. Peluang reduksi dapat dilakukan dengan
emisi CO 2 yang dihasilkan sebesar 2,731.52 tCO 2 selama
meningkatkan efisiensi dari mesin-mesin Pabrik Gula Lestari
musim giling 2013. Untuk mengurangi penggunaan daya oleh
serta mengurangi jarak tempuh truk atau mengganti truk
motor listrik maka dapat dilakukan dengan meningkatkan
efisiensi kerja dari motor listrik tersebut atau mengganti motor dengan kapasitas muat lebih besar. Dari peluang reduksi emisi
listrik yang efisiensinya rendah. Untuk nilai efisiensi paling CO 2 diperoleh peluang reduksi dari sektor transportasi sebesar
tinggi motor listrik adalah sebesar 91% dan paling rendah 96,672.45 tCO 2 , untuk proses produksi gula sebesar 4,283.28
pada efisiensi 72 % [9] tCO 2 , dan dari proses pembakaran sebesar 9,296.44 tCO 2 .
Dimisalkan dengan meningkatkan efisiensi motor listrik
menjadi 88%, yang merupakan nilai effisiensi paling besar UCAPAN TERIMA KASIH
untuk motor listrik yang digunakan di Pabrik Gula Lestari,
maka diperoleh penghematan energi sebesar 205,322.24 kWh Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Laboratorium
dari 22 motor listrik. Dengan begitu emisi CO 2 yang Energi dan Pengkondisian Lingkungan, PT. Perkebunan
dihasilkan dari penggunaaan listrik oleh motor-motor listrik Nusantara X, dan Pabrik Gula Lestari.
dapat direduksi sebesar 184.13 tCO2 dari hasil emisi
sebelumnya. Jika 188 motor dilakukan peningkatan efisiensi DAFTAR PUSTAKA
sebesar 88%, dan diketahui motor listrik yang memiliki
[1] Sugiyanto, Catur. 2007. Permintaan Gula Di Indonesia. Jurnal
efisiensi 88% sebanyak 58 unit, sehingga mampu menghemat Pembangunan No.2, Vol. 8, hal.113-127.
27.87% dari penggunaan listrik sebelumnya yang sebesar [2] Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbangtan). 2012.
17,134,898.9 kWh selama musim giling 2013. Kegiatan 2013 Untuk Terwujunya Swasembada Gula Tahun 2014 :
Dengan meningkatan semua efisiensi dari motor listrik yang Jakarta
[3] Mubyarto. 1984. Masalah Industri Gula di Indonesia. Fakultas Ekonomi.
digunakan maka pabrik gula hanya mengkonsumsi listrik Universitas Gajah Mada : Yogyakarta
sebesar 12,358,712.18 kWh selama musim giling, dengan [4] Rida, Siti Anugrah BR S. 2012. Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah
begitu emisi CO 2 yang dapat direduksi sebesar 4,283.28 tCO 2 Kaca Pada Industri Gula (Studi Kasus PT PG RAJAWALI II Unit PG
SUBANG). Bogor : Teknologi Industri Pertanian IPB
atau sekitar 27.96 % dari 15,320.79 tCO 2 total emisi CO 2 [5] IPCC. 2006. Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Vol.2:
yang dihasilkan sebelumnya Energy, Chapter 2 : Stasionary Combustion. Washington D.C, USA
[6] Wiedmann, Thomas. dan John Barrett. 2011. A greenhouse gas footprint
G. Peluang Reduksi Emisi CO 2 Pada Pembakaran analysis of UK Central Government. Article Environmental Science &
Untuk mengurangi emisi CO 2 yang dihasilkan dari Policy, Volume 14, Issue 8, hal. 1041-1051
[7] Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero) 2013-2022.
penggunaan bahan bakar untuk pembakaran ketel maka hal [8] Rida, Siti Anugrah BR S. 2012. Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah
yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan efisiensi Kaca Pada Industri Gula (Studi Kasus PT PG RAJAWALI II Unit PG
dari tiap ketel yang digunakan. Untuk ketel Yoshimine yang SUBANG). Bogor : Teknologi Industri Pertanian IPB
telah beroperasi selama 28 tahun sudah tidak dapat [9] United Nation Environment Programme. 2006. Pedoman Efisiensi Energi
Untuk Industri di Asia. www.energyefficiencyasia.org. 15 Mei 2014
ditingkatkan efisiensinya, karena usia operasi yang sudah (12.45)
cukup lama. Sesuai dengan peraturan pemerintah ketel yang
berusia 30 tahun akan diganti dengan yang baru, pergantian
ketel ini akan mampu mengurangi emisi CO 2 yang dihasilkan
saat ini. Sedangkan untuk ketel Takuma masih dapat
ditingkatkan efisiensinya sebesar 70%, hal ini dikarenakan
menurut SEAI boiler yang berusia 15 tahun masih mempu
menghasilkan efisiensi sebesar 70%.
Jika Pabrik Gula Lestari mengganti boiler Yoshimine, maka

Anda mungkin juga menyukai