Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

A. INFLUENZA
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling sering didapat
pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Penyakit
influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada 412 sebelum Masehi. Pandemi
pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul pada 1580, dimana muncul dari Asia dan
meyebar ke Eropa melalui Africa. Sampai saat ini telah terdokumentasi sebanyak 31
kemungkinan terjadinya pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi pada abad ini
yakni pada 1918 (Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta kematian oleh virus influenza
A subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-1,5 juta kematian oleh virus influeza A
subtipe H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta kematian oleh virus
ifluenza A subtipe H3N2.
Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar populasi manusia
setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali memproduksi
strain baru di mana manusia tidak mempunyai imunitas terhadapnya. Ketika keadaan ini
terjadi, mortalitas influenza berkembang sangat cepat. Di Amerika Serikat epidemi influenza
yang biasanya muncul setiap tahun pada musim dingin atau salju menyebabkan rata-rata
hampir 20.000 kematian. Sedangkan di Indonesia atau di negara-negara tropis pada umumnya
kejadian
wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan puncaknya akan terjadi pada bulan Juli.
Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami evolusi dan
adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan pandemic pada
manusia. Burung air liar dan itik menjadi sumber virus yang potensial sebagai pemicu
pandemi di Indonesia. Sedangkan ternak babi berperan sebagai tempat reassortment virus
avian influenza (VAI) dengan virus human influenza. Burung puyuh dapat juga menjadi
tempat reassortment dari VAI asal berbagai burung yang dijual di pasar burung.
Sementara peternakan unggas menyediakan hewan peka dalam jumlah yang banyak yang
memungkinkan VAI mengalami evolusi yang cepat. Suatu Rencana Gawat Influenza
diusulkan untuk segera dikembangkan.
WHO menyatakan bahwa awal tahun 2006 ini merupakan saat terdekat terjadinya
pandemi flu sejak pandemi terakhir tahun 1968. Data yang ada menunjukkan bahwa wabah
avian influenza hanya kurang satu syarat lagi untuk menjadi calon pandemi, yaitu belum
ditemukan bukti penularan antarmanusia di masyarakat. Pengalaman masa lalu, pandemi
tahun 1918, misalnya, menunjukkan bahwa korban manusia dapat sampai puluhan juta orang.
Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang terkonfirmasi.
Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di Vietnam (93 kasus) dan
Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus namun jumlah kematian di Indonesia
yang tertinggi, yaitu 63 dari 81 kasus.
B. SARS
Pada tanggal 12 Maret 2003, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan suatu
peringatan ke seluruh dunia tentang adanya suatu penyakit yang disebutnya sebagai sindrom
pernapasan akut parah (SARS). Penyakit ini digambarkan sebagai radang paru (pneumonia)
yang berkembang secara sangat cepat, progresif dan seringkali bersifat fatal, dan diduga
berawal dari suatu propinsi di Cina Utara yaitu propinsi Guangdong.
Kekuatiran lainnya adalah masih belum diketahui secara pasti cara peneyebaran virus
tersebut. Penularannya dari orang ke orang melalui udara, feses, dan toilet yang terinfeksi.
Masih menjadi pertanyaan berapa lama virus mampu bertahan hidup di lingkungan. Hasil
penelitian terakhir menunjukkan bahwa coronavirus mampu bertahan hidup di luar tubuh
manusia sampai satu minggu.
Oleh karena itu,SARS harus cepat ditanggapi karena termasuk suatu ancaman yang serius
terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS bertahan pada keadaannya seperti
sekarang serta penyebarannya yang sangat cepat, maka SARS dapat menjadi penyakit baru
dengan keganasan yang tinggi dan potensi epidemik global.

C. SARS
Rabies yaitu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus RNA dari genus Lyssavirus,
famili Rhabdoviridae, virus berbentuk seperti peluru yang bersifat neurotropis, menular dan
sangat ganas. Reservoir utama rabies adalah anjing domestik. Sebagian besar kasus (98%)
disebabkan oleh gigitan anjing, sedangkan sisanya oleh hewan lain seperti monyet dan
kucing. Rabies adalah infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat manusia dan
mamalia. Penyakit ini sangat ditakuti karena prognosisnya sangat buruk. Pada pasien yang
tidak divaksinasi, kematian mencapai 100%. Di Indonesia, sampai tahun 2007, rabies masih
tersebar di 24 propinsi, hanya 9 propinsi yang bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, NTB, Bali, Papua
Barat dan Papua.(Zakaria,2005;Susanto,2009)

1.2 Perumusan masalah


A. Influenza
Apa pengertian virus influenza ?
Bagaimana cara penularannya ?
Apa saja komplikasi dari virus influenza ?
Ada berapa macam tipe virus influenza ?
Sifat dari virus influenza ?
Bagaimana gambaran klinis dari virus influenza ?
Bagaimana cara pencegahan yang dapat di lakukan ?

B. Sars
Apakah penyakit SARS itu?
Bagaimana penyebaran penyakit SARS?
Bagaimana gejala penyakit SARS?
Bagaimana pencegahan terhadap penyakit SARS?
Bagaimana pengobatan penyakit SARS?
C.RABIES
Bagaimana sifat-sifat virus Rabies
Penyebab penyakit Rabies
Bagaimana gejala klinik yang ditimbulkan
Bagaimana cara mendeteksi viruss rabies
Bagaimana pengobatan penyakit rabies
Bagaimana pencegahan penyakit Rabies
Tipe-tipe penyakit Rabies

1.3. Tujuan Penulisan


1. Influenza
Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, serta dapat memahami bagaimana
cara pencegahan tarhadap virus influenza dangan tepat.

2. Sars
Untuk mengetahui pengertian penyakit SARS.
Untuk mengetahui penyebaran penyakit SARS.
Untuk mengetahui gejala penyakit SARS.
Untuk mengetahui pencegahan penyakit SARS.
Untuk mengetahui pengobatan penyakit SARS

3.Rabies
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui diagnosis rabies seawal mungkin dengan
memahami sifat-sifat virus penyebab, patogenesis, gejala klinik dan diagnosis agar angka
mortalitas dapat dikurangi. Tulisan ini menggunakan kajian kepustakaan dan data penelitian
lainnya dengan pendekatan deskriptif, eksploratif.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

Bagi mahasiswa dapat melatih keterampilan dan kemampuan dalam membuat karya
tulis ilmiah
Bagi pembaca dapat menambah sumber informasi tentang teknologi virus influenza,
Sars dan Rabies
II. PEMBAHASAN

A. VIRUS INFLUENZA

1. Definisi
Influenza yang dikenal sebagai flu adalah penyakit pernapasan yang sangat
menular dan disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan bisa juga C.Influenza
merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh
demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorok
dan batuk non produktif. Influenza adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang
burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA famili orthomyxoviridae.
2. Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di
lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka
yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang
terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau
ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal tidak
berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di
negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik. Pada saat ini
sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3
tahun sekali. Jumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang
dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka pada keadaan non-epidemik. Risiko
komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu diatas 65
tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu. Pada
anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi angka morbiditasnya
adalah 500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi. Pada
epidemi influenza 1969-1970 hingga 1994-1995, diperkirakan jumlah penderita
influenza yang masuk rumah sakit 16.000 sampai 220.000/epidemik. Kematian
influenza dapat terjadi karena pneumonia dan juga eksaserbasi kardiopulmoner serta
penyakit kronis lainnya. Penelitian di Amerika dari 19 musim influenza diperkirakan
kematian yang berkaitan influenza kurang lebih 30 hingga lebih dari 150 kematian /
100.000 penderita dengan usia > 65 tahun. Lebih dari 90% kematian yang disebabkan
oleh pneumonia dan influenza terjadi pada penderita usia lanjut.
Di Indonesia telah ditemukan kasus flu burung pada manusia, dengan demikian
Indonesia merupakan negara ke lima di Asia setelah Hongkong, Thailand, Vietnam
dan Kamboja yang terkena flu burung pada manusia. Hingga 5 Agustus 2005, WHO
melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan
mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Kasus terbanyak dari Vietnam, disusul
Thailand, Kamboja dan terakhir Indonesia. Hingga Agustus 2005, sudah jutaan
ternak mati akibat avian influenza. Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak
dengan unggas yang terkena wabah. Ternyata kasus avian influenza pada manusia
yang terkonfirmasi hanya sedikit diatas seratus. Dengan demikian walau terbukti
adanya penularan dari unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan mudah.
Terlebih lagi penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih kecil lagi.

3. Etiologi
Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenza yakni A, B dan C. Ketiga tipe ini
dapat dibedakan dengan complement fixasion test
Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya
hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja
sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya
untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab
influenza merupakan yang mempunyai afinitas untuk myxoatau musin.

Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan tanda berupa


tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A
yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuraminidase
dilambangkan dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga H15, sedangkan N
terdiri dari sembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua protein ini bisa
menghasilkan banyak sekali varian subtipe dari virus influenza tipe A.

Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang merupakan
pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai avian influenza
atau flu burung. Sebagian virus influenza A juga menyerang manusia, anjing, kuda
dan babi. Variasi virus ini sering dinamai dengan hewan yang terserang, seperti flu
burung, flu manusia, flu babi, flu kuda dan flu anjing. Subtipe yang lazim dijumpai
pada manusia adalah dari kelompok H1, H2, H3 serta N1, N2 dan disebut human
influenza.

Sekarang ini dihebohkan dengan penyakit flu burung atau avian influenza dimana
penyebabnya adalah virun influenza tipe A subtipe H5N1. Virus avian influenza ini
digolongkan dalam Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).

4. Sifat Virus Influenza


Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada
suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 60 C selama
30 menit atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 800C selama 1 jam. Virus akan mati
dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin dan
alkohol 70%.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa:
antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S
merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini
spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung virus
dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol
keluar dari selubung virus dan hanya memegang peran yang minim 8 pada imunitas.
Selubung inti virus berlapis matriks protein sebelah dalam dan membran lemak
disebelah luarnya.
Salah satu ciri penting dari virus influenza adalah kemampuannya untuk mengubah
antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat atau mendadak maupun lambat.
Peristiwa terjadinya perubahan besar dari struktur antigen permukaan yang terjadi
secara singkat disebut antigenic shift.
Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut antigenic drift.
Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A dan antigenic drift hanya terjadi
pada virus influenza B, sedangkan virus influenza C relatif stabil. Teori yang
mendasari terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan kembali dari gen-gen
pada H dan N diantara human dan avian influenza virus melalui perantara host ketiga.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya proses antigenic shift akan
memungkinkan terbentuknya virus yang lebih ganas, sehingga keadaan ini
menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang berat karena sistem imun host baik
seluler maupun humoral belum sempat terbentuk. Sejak dulu diduga kondisi yang
memudahkan terjadinya antigenic shift adalah adanya penduduk yang bermukim
didekat daerah peternakan unggas dan babi. Karena babi bersifat rentan terhadap
infeksi baik oleh avian maupun human virus makan hewan tersebut dapat berperan
sebagai lahan pencampur (mixing vesel) untuk penyusunan kembali gen-gen yang
berasal dari kedua virus tersebut, sehingga menyebabkan terbentuknya subtiper virus
baru.

5. Patogenesis
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada traktus
respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang membawa virus
tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius, 10 virus/droplet, maka 50%
orang-orang yang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada
epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel,
dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian
akan menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat meninggalkan sel
untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi tidak
sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram-negatif.
Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata dua hari). Pada
orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum timbulnya gejala influenza
hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini. Anak-anak dapat menyebarkan virus ini
sampai lebih dari sepuluh hari dan anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus
influenza kira-kira enam hari sebelum tampak gejala pertama penyakit ini. Para penderita
imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga berminggu-minggu dan bahkan
berbulan-bulan.
Pada avian influenza (AI) juga terjadi penularan melalui droplet, dimana virus dapat
tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki
alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus selanjutnya akan melekat pada epitel
permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi
virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu 10 singkat virus dapat menyebar ke
sel-sel di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi
yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan
intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya
disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. Adanya
perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab
mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.

6. Gambaran Klinis
Pada umumnya pasien yang terkena influenza mengeluh demam, sakit kepala, sakit
otot, batuk, pilek dan kadang-kadang sakit pada waktu menelan dan suara serak. Gejala-
gejala ini dapat didahului oleh perasaan malas dan rasa dingin. Pada pemeriksaan fisik
tidak dapat ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali hiperemia ringan sampai berat
pada selaput lendir tenggorok. Gejala-gejala akut ini dapat berlangsung untuk beberapa
hari dan hilang dengan spontan. Setelah periode sakit ini, dapat dialami rasa capek dan
cepat lelah untuk beberapa waktu. Badan dapat mengatasi infeksi virus influenza melalui
mekanisme produksi zat anti dan pelepasan interferon. Setelah sembuh akan terdapat
resistensi terhadap infeksi oleh virus yang homolog. Pada pasien usia lanjut harus
dipastikan apakah influenza juga menyerang paru-paru. Pada keadaan tersebut, pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan bunyi napas yang abnormal. Penyakit umumnya akan
membaik dengan sendirinya tapi 11 kemudian pasien acapkali mengeluh lagi mengenai
demam dan sakit dada. Permeriksaan radiologis dapat menunjukkan infiltrat di paru-paru.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada virus influenza adalah: Pneumonia influenza
primer, ditandai dengan batuk yang progresif, dispnea, dan sianosis pada awal infeksi.
Foto rongten menunjukkan gambaran infiltrat difus bilateral tanpa konsolidasi, dimana
menyerupai ARDS. Pneumonia bakterial sekunder, dimana dapat terjadi infeksi beberapa
bakteri (seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Haemophilus
influenza).

8. Pencegahan
Yang paling pokok dalam menghadapi influenza adalah pencegahan. Infeksi dengan
virus influenza akan memberikan kekebalan terhadap infeksi virus yang homolog. Karena
sering terjadi perubahan akibat mutasi gen, antigen pada virus influenza akan berubah,
sehingga seseorang masih mungkin diserang berulang kali dengan jalur (strain) virus
influenza yang telah mengalami perubahan ini. Kekebalan yang diperoleh melalui
vaksinasi sekitar 70%. Vaksin influenza mengandung virus subtipe A dan B saja karena
subtipe C tidak berbahaya. Diberikan 0,5 ml subkutan atau intramuskuler. Vaksin ini
dapat mencegah tejadinya mixing dengan virus yang sangat pathogen H5N1 yang dikenal
sebagai penyakit avian influenza atau flu burung. Nasal spray flu vaccine (live attenuated
influenza vaccine) dapat juga digunakan untuk pencegahan flu pada usia 5-50 tahun dan
tidak sedang hamil. Vaksinasi perlu diberikan 3-4 minggu sebelum terserang influenza.
Karena terjadi perubahan-perubahan pada virus maka pada permulaan wabah influenza
biasanya hanya tersedia vaksin dalam jumlah terbatas dan vaksinasi dianjurkan hanya
untuk beberapa golongan masyarakan tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya
infeksi dengan kemungkinan komplikasi yang fatal.
Ada beberapa kebiasaan yang di sarankan untuk dilakukan sebagai upaya pencegahan
lebih dini:

1.Mencuci tangan
Sebagian besar virus flu dapat menyebar melalui kontak langsung. Seseorang yang
bersin dan menutupnya dengan tangan kemudian dia memegang telepon, keyboard
komputer, atau gelas minum, maka virusnya akan mudah menular pada orang lain
yang menyentuh benda-benda tersebut. Virus mampu bertahan hidup berjam-jam
bahkan hingga berminggu-minggu. Oleh karena itu, usahakan untuk mencuci tangan
sesering mungkin.
2.Jangan menutup bersin dengan tangan
Bila kita menutup bersin dengan tangan, maka virus flu akan mudah menempel pada
tangan dan dapat menyebar pada orang lain.
Jika kita merasa ingin bersin atau batuk, gunakanlah tisu dan kemudian segera
membuangnya.
3. Jangan menyentuh muka
Virus flu masuk ke dalam tubuh melalui mata, hidung, maupun mulut. Menyentuh
muka merupakan cara yang paling umum dilakukan oleh anak-anak yang terserang flu
dan akhirnya menjadi cara mudah menularkan virus tersebut pada orang lain di
sekitarnya.
4. Minum banyak air
Air berfungsi untuk membersihkan racun dari dalam tubuh dan memberikan cairan
pada tubuh. Orang dewasa yang sehat umumnya membutuhkan delapan gelas air per
hari.
Bagaimana menandai bahwa tubuh kita sudah mendapatkan cairan yang cukup? Jika
warna urine berwarna relatif jernih berarti tubuh kita memang mendapatkan cukup
cairan, sebaliknya jika berwarna kuning gelap berarti tubuh kita memerlukan lebih
banyak cairan lagi.
5. Mandi sauna
Meskipun belum terbukti bahwa mandi sauna dapat berpengaruh terhadap pencegahan
flu, namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang mandi sauna
dua kali per minggu akan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk terserang flu.
Hal tersebut memang sesuai dengan teori bahwa ketika kita menghirup uap panas
lebih dari suhu 80 derajat celcius akan menyebabkan virus flu akan sulit untuk
bertahan.
6. Menghirup udara segar
Menghirup udara yang segar memang sangat penting bagi kesehatan tubuh,
khususnya di cuaca yang dingin karena cuaca seperti ini akan membuat tubuh menjadi
rentan terhadap virus flu.
7. Lakukan olahraga aerobik secara teratur
Olahraga aerobik dapat mempercepat jantung untuk memompa darah lebih banyak
sehingga kita bernafas lebih cepat untuk membantu mentransfer oksigen ke paru-paru
dan ke dalam darah. Olahraga ini juga akan membantu meningkatkan kekebalan tubuh
secara alami.
8. Konsumsi makanan yang mengandung phytochemical
Phytochemical merupakan bahan kimia alami yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan
yang berperan memberikan vitamin pada makanan.
9. Konsumsi yogurt
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi yogurt yang rendah lemak setiap
hari dapat mengurangi risiko terserang flu sekitar 25 persen.
Bakteri menguntungkan yang terdapat di dalam yogurt diketahui dapat menstimulus
produksi sistem kekebalan tubuh untuk menyerang virus.
10. Relaksasi
Jika kita dapat mengajari diri sendiri untuk relaks atau santai, maka dengan sendirinya
kita juga dapat mengaktifkan sistem imunitas tubuh.
Diduga ketika kita melakukan relaksasi, maka interleukin (bagian sistem imunitas
yang merespon terhadap virus flu) akan meningkat dalam aliran darah kita.

B.Virus Sars

1. Pengertian
Sindrom Pernapasan Akut Berat (bahasa Inggris: Severe Acute Respiratory Syndrome,
SARS) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia. SARS pertama kali muncul pada
November 2002 di Provinsi Guangdong, Tiongkok. SARS sekarang dipercayai disebabkan
oleh virus SARS. Sekitar 10% dari penderita SARS meninggal dunia.

2. Penyebaran dan Penularan Penyakit SARS


Para ilmuwan percaya, SARS pertama kali berkembang di dalam tubuh binatang. Hal ini
berdasarkan temuan mereka akan virus yang sama di dalam tubuh musang. Musang di Negara
Cina dikonsumsi sebagai makanan saat keadaan terdesak.
Para ilmuwan semakin yakin bahwa virus dari keluarga corona adalah penyebab SARS.
Ilmuwan dari Hong Kong mengaku bahwa mereka telah berhasil menunjukkan dengan tepat
virus corona itu setelah mengidentifikasi bagian kecil dari sampel DNA pasien yang
terinfeksi SARS. Hasil riset ilmuwan Hong Kong ini didukung hasil riset Institut Pasteur di
Perancis dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, AS. Dr Mark Salter
dari WHO menyatakan, virus itu biasanya menyerang binatang, umumnya babi ( Virus ini
pertama kali ditemukan oleh Twnell dari USA pada tahun 1965 dan berhasil melakukan
kultur yang ditemukan pada manusia dengan gejala Commond Cold dan penyakit Infeksi
saluran pernapasan bagian atas, biasanya virus ini muncul pada musim dingin dan awal
musim semi, jika virus ini berasal dari Babi, maka pada manusia akan menyebabkan kelainan
Gastro Enteritis, jika berasal dari ayam , pada manusia akan menyebabkan bronchitis dan jika
berasal dari tikus, pada manusia akan menyebabkan Hepatitis, virus ini juga dapat ditemukan
pada penderita HIV/AIDS yang menderita Diare), yang dengan berbagai cara akhirnya
menyebar ke manusia.
Penyebaran coronavirus terutama terjadi dirumah sakit dan lingkungan rumah.
Coronavirus juga dapat menyebar kepada mereka yang merawat penderita SARS. Penularan
terjadi karena kontak yang sangat dekat atau intens dengan penderita, contohnya kontak
langsung dengan air ludah dan cairan yang tersembur pada saat batuk serta terhirupnya udara
yang telah tercemar oleh coronavirus.

Identifikasi Coronavirus
Coronavirus adalah virus yang berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 100-120 nm yang
dapat menyebabkan penyakit pada manusia, mamalia, dan burung. Strukturtubuh virus
(virion) ini terdiri dari membran, selubung lipid bilayer (envelope), glikoprotein yang
menyerupai paku (spike), genom RNA positif, dan
protein nukleokapsid. Glikoprotein koronovirus dapat berikatan dengan glikoprotein
permukaan sel inang secara spesifik untuk memulai terjadinya infeksi. Koronavirus
diklasifikasikan menjadi tiga golongan utama, golongan 1 dan 2 menginfeksi mamalia, mulai
darikelelawar hingga manusia, sedangkan golongan 3 hanya ditemukan pada spesies avian
(burung).

3. Gejala Penyakit SARS

Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa


mencakup: demam, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan
gejala non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah
demam di atas 38 C . Sesak napas bisa terjadi kemudian. Gejala tersebut biasanya muncul 2
10 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada
kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 3 hari. Sekitar 1020% kasus
membutuhkan ventilasi mekanis. Awalnya tanda jasmani tidak begitu kelihatan dan mungkin
tidak ada. Beberapa pasien akanmengalami tachypnea dan crackle pada auscultation.
Kemudian, tachypnea dan lethargykelihatan jelas.
Kemunculan SARS pada Sinar X di dada (CXR) bermacam-macam bentuknya.
Kemunculan patognomonic SARS tidak kelihatan tetapi biasanya dapat dirasakan dengan
munculnya lubang di beberapa bagian di paru-paru. Hasil CXR awalnya mungkin lebih
kelihatan. Jumlah sel darah putih dan platelet cenderung rendah. Laporan awal
mengindikasikan jumlah neutrophilia danlymphopenia yang cenderung relatif, disebut
demikian karena angka total sel darah putih cenderung rendah. Hasil laboaratorium lainnya
seperti naiknya kadar lactat dehydrogenase,creatinine kinase dan C-Reactive protein.

Tindakan preventif penyakit SARS

Pengobatan para penderita SARS biasanya dilakukan dengan perawatan intensif di


rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita akan ditempatkan di ruang
isolasi agar tidak menyebarkan virus ke mana-mana. sampai saat ini belum ada satu
pun obat yang efektif dalam mengobati SARS.
Hindarilah bepergian atau naik kendaraan umum namun jika terpaksa maka jangan
menutup jendela atau pintu
Hindarilah tempat-tempat umum dan ramai khususnya di daerah dekat rumah sakit,
internet cafe, tempat-tempat nongkrong, bioskop, dan perpustakaan, jika
melakukannya maka pakailah masker dan cucilah tangan anda secara bersih dan
teratur.
Hindarilah mengunjungi pasien dan periksa ke dokter di rumah sakit khususnya yang
ada pasien SARSnya.
Sering seringlah cuci tangan dengan sabun dan jangan menyentuh mulut, hidung, dan
mata dengan tangan telanjang
Jagalah keseimbangan gizi dan hendalah berolahraga secara teratur untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya melemah harus memakai masker
sepanjang waktu untuk menhindari menyebarnya cairan tubuh seperti ludah/air liur
Periksalah suhu badan secara teratur dan tetaplah hati-hati dengan kondisi kesehatan
Anda

4. Pengobatan Penyakit SARS

Pengobatan para penderita SARS biasanya dilakukan dengan perawatan intensif di


rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita akan ditempatkan di ruang isolasi
agar tidak menyebabkan virus ke mana-mana.
Obat yang dipakai biasanya adalah obat yang mengandung Kortikosoid dan Antivirus
Ribavirin. Walaupun demikian, obat ini belum 100% efektif mengobati SARS. Sampai saat
ini, belum ada satu pun obat yang efektif dalam mengobati SARS.
Kematian penderita pasien biasanya adalah karena adanya penyakit lain yang ada di
dalam tubuh penderita, misalnya saja diabetes dan penyakit jantung.
Antibiotik juga masih belum efektif digunakan untuk menyembuhkan para penderita
SARS. Pengobatan SARS hingga saat ini masih bergantung pada anti-pyretic, supplemen
oksigen dan bantuan ventilasi. Jika terdapat kasus SARS yang mencurigakan, pasien harus
diisolasi, lebih baik di ruangan yang bertekanan negatif, disertai dengan kostum pengaman
lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien SARS. Pada awalnya akan digunakan
steroid dan antiviral drug ribavirin untuk pengobatan, namun tidak ada bukti yang
mendukung terapi ini, bahkan sekarang ini justru banyak yang mencurigai bahwa ribavirin
tidak baik bagi kesehatan.
Ribavirin analog dengan nukleosid, dimana pemakaiannya :

Ribavirin 400 mg tiap 8 jam (1200 mg sehari) dengan cara intravena untuk paling tidak 3 hari
(atau sampai mencapai kondisi stabil)

Lalu ribavirin 1200 mg 3 kali sehari (2400 mg sehari ) secara oral Di china, obat dari
tanaman tradisional telah digunakan secara teratur dan dikombinasikan dengan obat sintetik
untuk mengobati SARS dan di percaya dapat bekerja secara efektif. Test in vitro
memperlihatkan interferon dapat melawan SARS Co-V, sehingga menghasilkan pendapat
bahwa interferon diperbolehkan dan menjadi pilihan dalam oengobatan SARS.

C.VIRUS RABIES

1. Sifat-sifat Virus
Virus rabies adalah single stranded RNA, berbentuk seperti peluru berukuran 180 x 75 m.
Sampai saat ini sudah dikenal 7 genotip Lyssavirus dimana genotip 1 merupakan penyebab
rabies yang paling banyak di dunia. Virus ini bersifat labil dan tidak viable bila berada diluar
inang. Virus menjadi tidak aktif bila terpapar sinar matahari,sinar ultraviolet, pemanasan 1
jam selama 50 menit, pengeringan, dan sangat peka terhadap pelarut alkalis seperti sabun,
desinfektan, serta alkohol 70%. Reservoir utama rabies adalah anjing domestik.
(Jawetz,2010).

2. Penyebab penyakit Rabies


Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan
genus Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki
satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan
yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai
letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain
rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah
(Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan
Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang
yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan.Infeksi juga dapat terjadi melalui
jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui
saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya
virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan
masuk ke dalam air liur.Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun
rabies jinak/ tenang.Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif,
menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah
kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi
mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap,
mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan
Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka
terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies
terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan
kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak
ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini memularkan
infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus
akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan
otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf
menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur Banyak hewan yang bisa menularkan
rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan
lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun,
sigung, rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan
Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak.
Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh
dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.

3. Cara penyebaran penyakit Rabies


Rabies adalah penyakit zoonosis dimana manusia terinfeksi melalui jilatan atau
gigitan hewan yang terjangkit rabies seperti anjing, kucing, kera, musang, serigala, raccoon,
kelelawar. Virus masuk melalui kulit yang terluka atau melalui mukosa utuh seperti
konjungtiva mata, mulut, anus, genitalia eksterna, atau transplantasi kornea. Infeksi melalui
inhalasi virus sangat jarang ditemukan. Setelah
virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada
tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf
posterior tanpa menunjukkan perubahan fungsinya. Masa inkubasi virus rabies sangat
bervariasi, mulai dari 7 hari sampai lebih dari 1 tahun, rata-rata 1-2 bulan, tergantung jumlah
virus yang masuk, berat dan luasnya kerusakan jaringan tempat gigitan, jauh dekatnya lokasi
gigitan ke sistem saraf pusat, persarafan daerah luka gigitan dan sistem kekebalan tubuh.
Pada gigitan di kepala, muka dan leher 30 hari,gigitan di lengan, tangan, jari tangan 40 hari,
gigitan di tungkai, kaki, jari kaki 60 hari, gigitan di badan rata-rata 45 hari. Asumsi lain
menyatakan bahwa masa inkubasi tidak ditentukan dari jarak saraf yang ditempuh ,
melainkan tergantung dari luasnya persarafan pada tiap bagian tubuh, contohnya gigitan pada
jari dan alat kelamin akan mempunyai masa inkubasi yang lebih cepat. Tingkat infeksi dari
kematian paling tinggi pada gigitan daerah wajah, menengah pada gigitan daerah lengan dan
tangan,paling rendah bila gigitan ditungkai dan kaki. (Jackson,2003. WHO,2010).
Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebarluas dalam semua
bagian neuron, terutama predileksi terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang
otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian ke arah
perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan
demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan berkembang
biak dalam jaringan, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.

4. Gejala Klinik
Gejala prodomal biasanya non spesifik berlangsung 1-4 hari dan ditandai dengan demam,
sakit kepala, malaise, mialgia, gejala gangguan saluran pernafasan, dan gejala
gastrointestinal. Gejala prodomal yang sugestif rabies adalah keluhan parestesia, nyeri, gatal,
dan atau fasikulasi pada atau sekitar tempat inokulasi virus yang kemudian akan meluas ke
ekstremitas yang terkena tersebut. Sensasi ini berkaitan dengan multiplikasi virus pada
ganglia dorsalis saraf sensorik yang mempersarafi area gigitan dan dilaporkan pada 50-80%
penderita. Setelah timbul gejala prodromal, gambaran klinis rabies akan berkembang menjadi
salah satu dari 2 bentuk, yaitu ensefalitik (furious) atau paralitik (dumb). Bentuk ensefalitik
ditandai aktivitas motorik berlebih, eksitasi, agitasi, bingung, halusinasi, spasme muskular,
meningismus, postur epistotonik, kejang dan dapat timbul paralisis fokal. Gejala
patognomonik, yaitu hidrofobia dan aerofobia, tampak saat penderita diminta untuk mencoba
minum dan meniupkan udara ke wajah penderita. Keinginan untuk menelan cairan dan rasa
ketakutan berakibat spasme otot faring dan laring yang bisa menyebabkan aspirasi cairan ke
dalam trakea. Hidrofobia timbul akibat adanya spasme otot inspirasi yang disebabkan oleh
kerusakan batang otak saraf penghambat nukleus ambigus yang mengendalikan inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik, temperatur dapat mencapai '3d39C. Abnormalitas pada sistem saraf
otonom mencakup pupil dilatasi ireguler, meningkatnya lakrimasi, salivasi, keringat, dan
hipotensi postural. Gejala kemudian berkembang berupa manifestasi disfungsi batang otak.
Keterlibatan saraf kranial menyebabkan diplopia, kelumpuhan saraf fasial, neuritis optik, dan
kesulitan menelan yang khas. Kombinasi salivasi berlebihan dan kesulitan dalam menelan
menyebabkan gambaran klasik, yaitu mulut berbusa. Disfungsi batang otak yang muncul
pada awal penyakit membedakan rabies dari ensefalitis virus lainnya. Bentuk paralitik lebih
jarang dijumpai. Pada bentuk ini tidak ditemukan hidrofobia, aerofobia, hiperaktivitas, dan
kejang. Gejala awalnya berupa ascending paralysis atau kuadriparesis. Kelemahan lebih
berat pada ekstremitas tempat masuknya virus. Gejala meningeal (sakit kepala, kaku kuduk)
dapat menonjol walaupun kesadaran normal. Pada kedua bentuk, pasien akhirnya akan
berkembang menjadi paralisis komplit, kemudian menjadi koma, dan akhirnya meninggal
yang umumnya karena kegagalan pernafasan. Tanpa terapi intensif, umumnya kematian akan
terjadi dalam 7 hari setelah onset penyakit. (Jackson, 2008.WHO, 2010). Manifestasi klinis
pada hewan dimulai dengan gejala prodromal tidak spesifik seperti lemah dan malas. Rabies
dapat berkembang menjadi rabies yang ganas atau rabies yang tenang. Kematiannya
umumnya disebabkan kelumpuhan pernafasan dan akan timbul dalam waktu 7- 10 hari
setelah gejala prodromal. Pada rabies yang tenang, anjing tampak senang bersembunyi di
tempat yang gelap dan dingin, serta tampak letargi. Dapat ditemukan kelumpuhan otot
tenggorokan yang tampak dari banyaknya air liur yang keluar karena sulit menelan. Bisa juga
ditemukan kejang-kejang singkat. Pada rabies yang ganas, terdapat perubahan sifat dan
perilaku hewan. Hewan yang awalnya jinak menjadi ganas, tidak menuruti perintah
pemiliknya lagi, dapat menyerang manusia terutama adanya rangsang cahaya dan suara, suka
menggigit apa saja yang dijumpai. Suara akan menjadi parau, mudah terkejut, gugup, air liur
banyak keluar, ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara kedua paha. Anjing
kejangkejang, kemudian menjadi lumpuh, dan akhirnya mati(Jackson,2008).

5. Diagnosis
Selama periode awal infeksi rabies, temuan laboratorium tidak spesifik. Seperti temuan
ensefalitis oleh virus lainnya, pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis
dengan limfositosis, protein dapat sedikit meningkat, glukosa umumnya normal. Untuk
mendiagnosis rabies antemortem diperlukan beberapa tes, tidak bisa dengan hanya satu tes.
Tes yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kasus rabies antara lain deteksi antibodi
spesifik virus rabies, isolasi virus, dan
deteksi protein virus atau RNA. Spesimen yang digunakan berupa cairan serebrospinal,
serum, saliva, dan biopsi kulit. Pada pasien yang telah meninggal, digunakan sampel jaringan
otak yang masih segar. Diagnosis pasti postmortem ditegakkan dengan adanya badan Negri
pada jaringan otak pasien, meskipun hasil positif kurang dari 80% kasus. Tidak adanya badan
Negri tidak menyingkirkan
kemungkinan rabies. Badan Negri adalah badan inklusi sitoplasma berbentuk oval atau bulat,
yang merupakan gumpalan nukleokapsid virus. Ukuran badan Negri bervariasi, dari 0,25
sampai 27 m, paling sering ditemukan di sel piramidal Ammons horn dan sel
Purkinjeserebelum. (Jawetz, 2010).Rabies perlu dipertimbangkan jika terdapat indikator
positif seperti adanya gejala prodromal nonspesifik sebelum onset gejala neurologik,terdapat
gejala dan tanda neurologik ensefalitis atau mielitis seperti disfagia, hidrofobia, paresis dan
gejala neurologi yang progresif disertai hasil tes laboratorium negatif terhadap etiologi
ensefalitis yang lain. Bentuk paralitik rabies didiagnosis banding dengan sindrom Guillain-
Barre. Pada sindrom Guillain-Barre, sistem saraf perifer yang terkena adalah sensorik dan
motorik, dengan kesadaran yang masih baik. Spasme tetanus dapat menyerupai gejala rabies,
namun tetanus dapat dibedakan dengan rabies dengan adanya trismus dan tidak adanya
hidrofobia. (Merlin, 2009).

6. Pengobatan Penyakit Rabies


Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis.Rabies dapat diobati, namun
harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala.Bila
gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini.Kematian
biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama. Jika terjadi kasus gigitan
oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah,
kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir
selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum
diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang
belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang
dikombinasikan dengan vaksin.Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan
separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang.Dalam periode 28 hari diberikan
5 kali suntikan.Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas
gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28.Kadang-kadang terjadi rasa
sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin.

7. Pencegahan Penyakit Rabies


Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin,
hindarimemelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies,
segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
Vaksinasi idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring
berjalannya waktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi
terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya
vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga merupakan salah satu cara
pencegahan yang harus diperhatikan.
Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan sesegera mungkin setelah terjadi
gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies, karena bila tidak dapat mematikan (letal)
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera
setelah terkena gigitan Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang
berisiko tinggi terhadap terjangkitnya virus, yaitu: Dokter hewan ,Petugas laboratorium yang
menangani hewan-hewan yang terinfeksi Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari
30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan
Para penjelajah gua kelelawar.
Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa
memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya, Menjaga kesehatan hewan peliharaan
dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan
Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan
Praktek. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang
diajak berjalan-jalan.

8. Tipe Rabies
a. Rabies Ganas :
o Tidak menuruti lagi perintah pemilik

o Air liur keluar berlebihan

o Hewan menjaadi ganas, menyerang atau menggigit apa saja yang ditemui dan ekor
dilengkungkan ke bawah perut di antara dua paha

o Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4 sampai 7 hari sejak timbul gejala
atau paling lama 12 hari setelah penggigitan

b. Rabies Tenang :

Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk

Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat

Kelumpuhan, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar berlebihan

Kematian terjadi dalam waktu singkat

Perubahan umumnya terjadi di susunan syaraf pusat. Pada selaput otak tampak padat dan
biasanya ditemukan adanya oedema. Pada hewan yang terkena Rabies apabila dibuka di
daerah perut biasanya ditemukan benda asing seperrti kayu, batu atau sepotong logam.
Sedangkan dilihat di bawah mikroskop akan ditemukan cytoplasmic inclusion bodies (Negri
bodies) pada sel-sel syaraf. Pada umumnya banyak ditemukan di dalam hypocampus tetapi
kadang-kadang juga ditemukan di ganglia.
III. PENUTUP

Kesimpulan

o Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang sangat
menulardapat menyerag burung dan mamalia.
o Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C yang merupakan suatu
orthomixovirus golongan RNA.
o Virus influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1 yang menyebabkan
flu burung dan termasuk HPAI.
o Penularan virus influenza melalui droplet dan lokalisasinya di traktus respiratorius.
o Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan disfagia.
o Komplikasi influenza dapat terjadi pneumonia influenza primer dan pneumonia bakterial
sekunder.
o Influenza dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat memperpendek
angka sakit.
o Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan imunoprofilaksis.
o SARS (severe acute respiratory syndrome ) adalah suatu jenis penyakit pernapasan akibat
virus yang pertama kali terjadi di beberapa negara Asia. SARS disebabkan oleh Virus
yang bernama SARS-CoV (Coronavirus) yang menyerang saluran pernapasan bagian
atas.
o SARS pertama kali berkembang di dalam tubuh binatang seperti musang dan babi
o SARS mempunyai gejala mirip seperti flu,seperti demam, gejala
gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya. Sesak
napas bisa terjadi kemudian.
o Pencegahan SARS meliputi Contact person dan Lingkungan. Pencegahan secara contact
person yaitu menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh kita sedangkan pencegahan secara
o Rabies adalah penyakit zoonosis ditemukan hampir diseluruh tempat di dunia kecuali
Antartika. Sebagian besar kasus (95%) berasal dari Asia dan Afrika, dan korban
umumnya anak-anak dibawah 15 tahun (30%-60%)
o penyakit Rabies disebabkan oleh virus rabi
o Penyakit ini menginfeksi hewan domestik dan liar, yang menyebar ke orang melalui
kontak dekat dengan air liur yang terinfeksi melalui gigitan atau cakaran.
o Gejala rabies pada manusia biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala, sulit menelan,
hipersalivasi, takut air, peka terhadap rangsangan angin dan suara, kemudian diakhiri
dengan kematian
Saran
Jagalah kesehatan yang telah diberikan allah sebagai anugrah terbesar sehingga kita terhindar
dari virus influenza,Sars, dan Rabies yang dapat mengganggu aktifitas kita sehari-hari dengan
melakukan pencegahan di secara dini dan jangan lupa menjaga kebersihan baik dari badan,
tempat, maupun pakaian karena dengan kebersihan semoga kita terhindar dari virus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan


J.pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press
Jackson AV, Warrel MJ, Rupprecth VE. Management of Rabies in Human. Clin
Infect Dis 2003.
Jackson AC, Johannsen EC. Rabies and other Rhabdovirus infection: Harrisons
Principles of internal medical, 17th ed, Vol. 1. Mc
Graw-Hill, New York, 2008. Jawetz E., Melnick JL, Adelberg EA.. Medical
Microbiology, 25th ed.. Mc Graw Hill, New York, 2010.
Rupprecht CE. Gibbon RV. Prophylaxis against Rabies. N. Engl.J.Med, 2009.
Zakaria F, Yudianingtyas DW, Kertayadnya G. Situasi Rabies di Beberapa Wilayah
Indonesia Timur Berdasarkan Hasil Diagnose Balai Besar Veteriner Maros. Maros.
2005.

Anda mungkin juga menyukai