Anda di halaman 1dari 7

Keperawatan klien fraktur kruris

Fraktur kruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang
biasanya terjadi pada bagian proksimal ( kondilus) , diafisis , atau persendian
pergelangan kaki. Pada beberapa rumah sakit , kejadian fraktur kruris biasanya
terbanyak kedua setelah fraktur femur. Oleh karena itu, peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan trauma muskuloskeletal pada fraktur kruris
akan semakin besar sehingga diperlukan pengetahuan mengenai
anatomi,fisiologi dan patofisiologi tulang normal dan kelainan yang terjadi
pada klien fraktur kruris.

Fraktur kondilus tibia lebih sering mengenai kondilus lateral daripada medial
dan fraktur pada kedua kondilus

1. mekanisme trauma . fraktur biasanya disebabkan oleh adanya trauma


abduksi tibia terhadap femur saat kaki terfiksasi pada dasar,misalnya trauma
sewaktu mengendarai mobil. Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya
riwayat trauma pada lutut. Setelah pemeriksaan fisik,perawat akan
menemukan adanya pembengkakan , nyeri , dan hemartrosis sehingga terjadi
gangguan pergerakan sendi lutut.

2. klasifikasi kompleks : ( rockwood )

Fraktur yang tidak bergeser


Kompresi lokal
Depresi total kondilus
Fraktur split
Fraktur kominutif
Fraktur tidak bergeser apabila depresi kurang dari 4mm, sedangkan
fraktur bergeser apabila depresi.

3. penatalaksanaan. Secara umum, penatalaksanaan fraktur kondilus tibia


hampir sama prinsipnya dengan penatalaksanaan fraktur tulang panjang yang
meliputi hal-hal sebagai berikut.

Konservatif. Prinsip penatalaksanaannya adalah mencegah


bertambahnya depresi, tidak menahan beban , dan segera memobilisasi
sendi lutut agar tidak terjadi kekakuan sendi. Pada fraktur yang tidak
bergeser dengan depresi kurang dari 4mm dapat dilakukan beberapa
pilihan penatalaksanaan dengan perban elastis, traksi , atau gips
sirkuler.
Operatif. Apabila depresi lebih dari 4mm,kita perlu melakukan operasi
dengan mengangkat bagian yang mengalami depresi dan menopangnya
dengan bone graft. Pada fraktur split, kita dapat melakukan
pemasangan screw atau kombinasi screw dan plate untuk menahan
bagian fragmen terhadap tibia.

4. komplikasi yang biasa terjadi pada fraktur daerah ini adalah genuvalgum
( terjadi karena depresi yang tidak direduksi dengan baik ), kekakuan lutut, (
terjadi karena tidak dilakukan latihan yang lebih awal ), osteoartritis (
terjadi karena adanya kerusakan pada permukaan sendi sehingga bersifat
tidak rata yang menyebabkan inkongruensi sendi lutut ) .

Fraktur diafisis tibia dan atau fibula. Pada banyak keadaan trauma ekstremitas
bawah yang mengenai tulang tibia dan fibula, fraktur dialisis tibia dan fibula
lebih sering ditemukan bersama sama. Fraktur dapat juga terjadi hanya pada
tulang tibia dan fibula saja. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit
ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka. Fraktur
terbuka adalah fraktur yang berhubungan dengan lingkungan luar melalui kulit
sehingga terkontaminasi oleh bakteri yang menimbulkan komplikasi berupa
infeksi. Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar
menembus kulit ( from within ) atau dari luar karena tertembus oleh trauma
langsung ( from without ). Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat
yang memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi risiko
infeksi. Selain mencegah infeksi, penanganan tersebut dapat menyembuhkan
fraktur dan merestorasi fungsi anggota gerak.

Fraktur diafisis tibia dan fibula bervariasi menurut usia klien dan jenis trauma
yang terjadi. Pada bayi dan anak kecil, fraktur bersifat spiral pada tibia dengan
fibula yang utuh. Pada usia 3 6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada
tibia bagian medial yang akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis
atau diafisis proksimal dengan fibula yang utuh. Pada usia 5 10 tahun, fraktur
biasanya bersifat transversal dengan atau tanpa fraktur fibula. Fraktur tibia dan
fibula dapat bersifat tertutup atau terbuka.

1. Mekanisme trauma. Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena


adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe
spiral.fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah
dan 1/3 bagian distal, sedangkan fraktur fibula pada batas 1/3 bagian
tengah dengan 1/3 bagian proksimal sehingga fraktur tidak terjadi pada
ketinggian yang sama. Penyebab utama terjadinya fraktur adalah
kecelakaan lalu lintas.
2. Status lokalis. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah sebagai
berikut.
Look : perhatikan adanya pembengkakan yang tidak biasa
(abnormal ) dan deformitas. Pada bagian ini sering terjadi patah
tulang terbuka dengan adanya tanda tanda trauma jaringan
lunak sampai kerusakan integritas kulit dan penonjolan tulang
keluar kulit. Ada tanda tanda cedera dan kemungkinan
keterlibatan berkas neurovaskular ( saraf dan pembuluh darah )
tungkai, seperti bengkak / edema. Selain itu,didapatkan
ketidakmampuan menggerakkan kaki dan penurunan kekuatan
otot ekstremitas bawah dalam melakukan pergerakan.
Feel : kaji adanya nyeri tekan ( tenderness ) dan krepitasi
Move : berdasarkan pemeriksaan , didapatkan adanya gangguan /
keterbatasan gerak ekstremitas bawah.

3. penatalaksanaan :

Konservatif
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reduksi fraktur
dengan manipulasi tertutup dan pembiusan umum. Gips sirkuler untuk
imobilisasi dipasang sampai diatas lutut.prinsip reposisi pada fraktur
tertutup adalah ada kontak antara kedua tulang 70% atau lebih, tidak
ada rotasi, dan tidak ada anggulasi. Apabila ada anggulasi, perawat
dapat melakukan koreksi setelah tiga minggu ( union secara fibrosa ).
Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi dengan gips biasanya sulit
dipertahankan sehingga mungkin tindakan operasi.
Operatif. Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka, kegagalan
dalam terapi konservatif , fraktur tidak stabil, dan non union. Metode
pengobatan operatif perlu diketahui oleh perawat agar dapat
memberikan informasi praoperasi kepada klien. Informasi tersebut
bertujuan agar klien dan keluarga mengetahui bahwa tindakan operasi
ini menggunakan alat yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Metode
penatalaksanaan meliputi pemasangan plate dan screw, nail
intramedular , pemasangan screw saja, atau pemasangan fiksasi
eksternal.

4. Komplikasi. Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada fraktur kruris


yang perlu diketahui oleh perawat agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang baik sehingga resiko komplikasi dapat dihindari adalah
infeksi, delayed union dan non union , mal union, kerusakan pembuluh
darah ( sindrom kompartemen anterior ) , trauma saraf ( terutama pada
nervus peroneal komunis, dan gangguan pergerakan sendi pergelangan
kaki. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh adanya adhesi pada otot
otot tungkai bawah.

FRAKTUR CRURIS

Fraktur crucis atau tubia-fibula adalah terputusnya hubungan tulang tibia dan
fibula. Secara klinis bisa berupa fraktur bila disertai kerusakan pada jaringan
lunak ( otot, kulit jaringan saraf, pembuluh darah ) sehingga memungkinkan
terjadinya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan udara luar
dan fraktur tertutup

Patofisiolog

Kondisi anatomis dari tulang tibia yang terletak di bawah subkutan


memberikan dampak terjadinya resiko fraktur terbuka lebih sering di
bandingkan tulang panjang lainya apabila mendapat suatu trauma

Pada tingkat yang sama. Pada cidera tak langsung, salah satu dari fragmen
tulang dapat menembus kulit . cidera langsung akan menembus atau
merobek kulit di atas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah
penyebabnya yang paling sering.
Pada kondisi klinik fraktur cirus terbuka di klasifikasikan menurut Gustillo
(1990) dengan menyesuaikan derajat kerusakan dari jaringan lunak yang
terjadi.

Manifestasi klinik

Kaji kronologis dari mekanisme trauma pada tungkai bawah. Sering di


dapatkan adanya keluhan meliputi nyeri pada tungkai bawah, keluhan luka
terbuka pada tungkai.

Look. Terlihat adanya luka terbuka pada tungkai bawah dengan di


formalitasyang jelas (Gambar 13.56). kaji berapa luas kerusakan jaringan
lunakyang terlibat. Kaji apakah pada luka terbuka ada frigmen tulang yang
beresiko akan meningkatnya respons syok hipovolemik. Pada fase awal
trauma sering di dapatkan adanya serpihan di dalam luka terutama pada
traumakecelakaan lalu lintas darat yang mempunyai indikasi pada resiko
tinggi infeksi

Kaji adanya keluhan nyeri local hebat disertai, parestesia, adanya


perubahan nadi,ferpusi yang baik (akral dingin dan pucat pada sisi lesi) dan
CRT >3 detik pada bagian distal kaki yang merupakan respons dari
pembengkakan pada bagian proksimalbetis dimana hal ini merupakan
tanda-tanda penting terjadinya sindrom kompartemen yang harus dihindari
perawat. Apabila kondisi ini tidak segera di lakukan intervensi lebih dari 6
jam dalam batas waktu kemampuan jaringan perifer, maka akan terjadi
nekronis jaringan distal.

Penatalksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan fraktur crusis terbuka secara umum


tanpa melihat daerah patah tulang sebagai berikut:

1. Profilaksis antibiotic

2. Debridemen dan fasiotomi. Pada kondisi akut dengan pembengkakan hebat


dilakukan fasiotomi untuk menghindari sindrom kompartemen
3. Stabilisasi. Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau fiksasi eksterna

4. Penundaan penutup

5. Penundaan rehabilitasi

Anti biotic dimulai dengan segera. Dilakukan debridement pada luka dan luka
dibersihkan seluruhnya. Cedera tingkat I Gustilo dapat ditutup dengan
sangat baik dan kemudian diterapi seperti pada cedera tertutup. Luka yang
lebih berat dibiarkan terbuka dan diperiksa setelah 3 hari. Jika perlu,
selanjutnya dilakukan debridement.

Intervensi pada pasien fraktur tertutup secara ringkas, meliputi hal-hal sebagai
berikut:

1. Prioritas yang pertama adalah menilai tingkat kerusakan jaringan lunak.


Meskipun fraktur itu tertutup, fraktur berat dengan kontusio jaringan lunak

Pengkajian

Manifestasi klinis fraktur tibia fibula atau fraktur kruris hampir sama dengan
manifestasi klinis fraktur umum tulang panjang, yaitu nyeri, hilangnya fungsi,
deformitas, pemendekan ekstremitas bawah karena kontraksi otot yang
melekat di atas dan di bawah tempat fraktur,krepitasi, serta pembengkakan,
dan perubahan warna lokal pada kulit akibat trauma dan pendarahan pada
fraktur. Tanda ini baru terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.

1. Anamnesis

Identitas klien
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat psikososialspiritual

Dalam tahap pengkajian, perawat juga perlu mengetahui pola pola fungsi
kesehatan dalam proses keperawatan klien fraktur tibia fibula

Pola hubungan dan peran


Pola persepsi dan konsep diri
Pola sensori dan kognitif
Pola tata nilai dan keyakinan

2. pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi 2 yaitu : pemeriksaan


umum (status general) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan
stempat ( lokal ) .

Keadaan umum
B1 ( breathing )
B2 ( blood )
B3 ( brain )
Pemeriksaan fungsi serebral
Pemeriksaan saraf kranial
B4 ( bladder )
B5 ( bowel )
Auskultasi
B6 ( bone )
Look
Feel
Move

3. Pemeriksaan radiologi. Dengan pemeriksaan radiologi, perawat dapat


menentukan lokasi fraktur, jenis fraktur , apakah fraktur terjadi pada tibia dan
fibula. Selain itu, perawat juga dapat menentukan apakah fraktur bersifat
segmental.

Anda mungkin juga menyukai