Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penuaan populasi dunia adalah suatu fenomena global abad 21 ini. Fenomena ini
terjadi karena adanya proses penuaan struktur penduduk yang terjadi di dunia. Ratio
populasi lansia sekarang yaitu 1:10 dan diperkirakan tahun 2050, ratio akan meningkat
1:5. Diperkirakan antara tahun 1970-2025 penduduk lansia dunia bertambah 694 juta
atau 233% menjadi 1,2 miliar (Sidik et al, 2004).
Populasi lansia di Indonesia pada satu dekade terakhir ini mengalami peningkatan
cukup berarti. Menurut data Pusat Stasitik, jumlah lansia di Indonesia pada tahun 1980
adalah sebanyak 7,7 juta jiwa atau hanya 5,2% dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun
1990 jumlah penduduk lansia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9%. Data terbaru
menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 23,9 juta jiwa
dan diperkirakan akan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4% atau sebanyak
28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini berkorelasi positif dengan peningkatan
kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan
yang ditunjukkan dengan semakin tingginya angka harapan hidup masyarakat Indonesia.
Pada tahun 1980, angka harapan hidup masyarakat Indonesia hanya sebesar 52,2 tahun,
sepuluh tahun kemudian meningkat menjadi 59,8 tahun pada tahun 1990 dan satu dasa
warsa berikutnya naik lagi menjadi 64,5 tahun. Pada tahun 2010 usia harapan hidup
lansia 2 adalah 67,4 tahun dan diperkirakan pada tahun 2020 harapan hidup penduduk
Indonesia akan mencapai 71,1 tahun (Subijanto et al, 2011).
Semakin bertambahnya angka harapan hidup seseorang berarti semakin banyak
jumlah lansia. Di sisi lain, jumlah lansia yang semakin banyak justru menjadi
permasalahan tersendiri jika tidak disertai penanganan yang tepat. Banyak masalah
kesehatan yang harus dihadapi oleh kaum lansia baik fisik maupun mental (Apriani,
2009).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami konsep lansia serta permasalahannya

1.3 Manfaat

1
Dapat mengetahui, menjelaskan dan mengaplikasikan konsep lansia serta
permasalahannya

1.4 Sistematika Penulisan


1) Metode kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan
buku atau refrensi jurnal yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
2) Metode media informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP LANSIA
2.1 Definisi

2
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode di mana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 1980).
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2011).
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi
orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang
sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih
dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang
yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia
dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera
dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60
-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.

2.2 Batasan Lansia


Barbara Newman dan Philip Newman membagi masa lansia ke dalam 2 periode, yaitu
masa dewasa akhir (later adulthood) (usia 60 sampai 75 tahun) dan usia yang sangat tua
(very old age) (usia 75 tahun sampai meninggal dunia) (Hayati, 2010).
Sementara batasan usia lansia menurut WHO meliputi lanjut usia (elderly), antara 60
sampai 74 tahun; lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun; usia sangat tua (very
old), diatas 90 tahun. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Sosial membagi
lansia ke dalam 2 kategori yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Usia
lanjut potensial adalah usia lanjut yang memiliki potensi dan dapat membantu dirinya
sendiri bahkan membantu sesamanya. Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia
lanjut yang tidak memperoleh penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk
mencukupi kebutuhannya sendiri (Hayati, 2010).

3
2.3 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifiaksi pada lansia
a) Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b) Lansia
Seseorang yang berusia antara 60 tahun atau lebih.
c) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan. (Depkes RI, 2003)
d) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)

2.4 Tipe lansia


Beberapa tipe pada lansia tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Nugroho, 2000).
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif dan bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas


Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut,
4) Tipe pasrah

4
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
kegiatan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh
tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/frustasi
(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada
diri sendiri).
Sedangkan bila dilhat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan utuk melakukan aktifitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia
dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia
mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara
tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial. Lansia di panti wreda, lansia yang
dirawat di rumah sakit dan lansia dengan gangguan mental.

2.5 Ciri - ciri masa tua


Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,
yaitu Usia lanjut merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian
datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada
psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah,
sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas. Lansia memiliki status kelompok
minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendadapatnya
daripada mendengarkan pendapat orang lain.
Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena
lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia
membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih

5
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

2.6 Proses Menua


Proses menua (aging) adalah suatu keadaan alami selalu berjalan dengan disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi. Hal
tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan
jiwa. Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi proses menua secara alamiah
(Halis et al, 2008).
Menua didefinisikan sebagai perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran
sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang
terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan
(disability) dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses
kemunduran (Santi, 2009).
Proses menua dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Apabila seseorang
mengalami proses menua secara fisiologis maka proses menua terjadi tujuh secara
alamiah atau sesuai dengan kronologis usianya (penuaan primer). Proses menua
seseorang yang lebih banyak dipengaruhi faktor eksogen, misalnya lingkungan, sosial
budaya dan gaya hidup disebut mengalami proses menua secara patologis (penuaan
sekunder) (Fatimah, 2008).

2.7 Kebutuhan hidup Lansia


Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011):
a) Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
b) Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan mendapatkan
perhatian lebih dari sekelilingnya.
c) Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
d) Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga mempunyai kebutuhan
secara ekonomi sehingga harus terdapat sumber pendanaan dari luar, sementara
untuk lansia yang potensial membutuhkan adanya tambahan keterampilan, bantuan
modal dan penguatan kelembagaan.

6
e) Kebutuhan spiritual.

B. PERUBAHAN DAN PERMASALAHAN PADA LANSIA


2.8 Perubahan Akibat Proses Menua
a) Perubahan Fisik
1) Perubahan sistem kulit & Jaringan ikat.
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adipose, Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. Kulit pucat dan
terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel
sel yang meproduksi pigmen. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga
menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik. Kuku pada jari tangan dan
kaki menjadi tebal dan rapuh. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan
botak serta warna rambut kelabu. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah
meningkat kadang kadang menurun. Temperatut Tubuh Temperatur tubuh
menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. Keterbatasan reflek
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas
otot.
2) Sistem muskuloskeletal.
Tulang kehilangan densikusnya rapuh. Resiko terjadi fraktur.Kyphosis.
Persendian besar & menjadi kaku. Pada wanita lansia > resiko fraktur.Pinggang,
lutut & jari pergelangan tangan terbatas. Pada diskus intervertebralis menipis dan
menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). Gerakan volunter gerakan
berlawanan.Gerakan reflektonik Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus..
3) Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak). Tekanan darah

7
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal
170/95 mmHg ).
4) Sistem genito urinaria.
Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ;
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. Atropi vulva.
Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun
tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
5) Sistem pernafasan pada lansia.
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. Penurunan aktivitas silia
menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan
sekret. Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
6) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah & biasanya
timbul konstipasi. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7) Penglihatan
Kornea lebih berbentuk skeris. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa). Meningkatnya

8
ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
melihat dalam cahaya gelap. Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas
pandang.
8) Sistem persyarafan.
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. Lambat dalam merespon dan
waktu untuk berfikir. Mengecilnya syaraf panca indera. Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih
sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
9) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
Selaput lendir vagina menurun/kering. Menciutnya ovarium dan uterus.
Atropi payudara. Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur berangsur. Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun,
asal kondisi kesehatan baik.

b) Perubahan-perubahan mental/ psikologis


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa. kesehatan umum
Ttingkat pendidikan. Keturunan (herediter). Lingkungan

c) Perubahan psikososial
Proses penuaan yang terjadi pada lansia akan mengalami suatu perubahan
psikososial, lansia akan merasa malu dan tidak berdaya ketika akan melakukan
sosialisasi terhadap lingan disekitarnya dibandingakn dengan yang dulu yang
terjadi masih muda. Perubahan kognitif (Kemunduran umumnya terjadi pada
tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori
jangka pendek. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran
Kemampuan verbal dalam bidang vocabolar ( kosakata) akan menetap bila tidak
ada penyakit.

d) Perubahan Spiritual

9
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970).
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir
dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970)

2.9 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia


a) Permasalahan berkaitan pencapaian kesejahteraan lansia
Di Indonesia ini masih banyak permasalahan yang terjadi pada lansia terutama
dalam kesejahteraan lansia yang masih banyak dan belum teratasi. Berbagai
masalah yang sedang dihadapi yakni factor ekonomi kesehatan, maupun gizi pada
lansia belum sepenuhnya tercapai.
b) Masalah kesehatan utama
Peningkatan kesehatan utama dalam memperoleh kesehatan lansia sangat minim
dan masalah utama dari kesehatan tersebut adalah perhatian dari berbagai pihak
yang sangat minim
c) Peningkatan stressor
Peningkatan stressor pada lansia sangatlah berat, berbagai masalah yang dihadapi
dan kondisi yang sangat berbeda dari yang sebelumnya pernah terjadi pada
individu tersebut sangat berbeda.
d) Respon obat
Respon obat terhadap lansia sangat lambat karena lansia telah mengalami
degenerasi perubahan sel-sel tubuh terhadap dirinya. Permasalahan yang
berkaitan dengan respon obat pada lanjut usia banyak factor yang mempengarui
diantanya adalah:
1) Menurunnya absorbsi obat
Hal ini disebabkan oleh : menurunnya HCL asam lambung dan perubahan
pergerakan gastrointestinal.
2) Perubahan distribusi obat
Hal ini disebabkan oleh : menurunnya serum albumin yang mengikat obat dan
tersimpannya obat pada jaringan lemak
3) Perubahan metabolisme obat
Akibat menurunya aktifitas enzim hati.

4) Menurunnya eskresi obat

10
Terjadi akibat menurunnya aliran darah ke ginjal, menurunnya kecepatan
filtrasi glomerurus dan menurunnya beberapa fungsi tubulus ginjal
5) Post power syndrome
Post power syndro adalah suatu keadaan mal adjustment dari seseorang yang
mempunyai kedudukan dari ada menjadi tidak ada dan menunjukkan gejala-
gejala diantaranya frustasi, depresi, dan lainnya pada orang yang
bersangkutan.
Ada empat factor yang perlu diperhatikan:
1. Perkembangan kepribadian yang kurang dewasa
2. Kedudukan yang relatit memberikan kekuasaan dan kepuasan
3. Proses kehilangan kedudukan yang relative cepat
4. Lingkungan yang mungkin memberikan suasana terhadap timbulnya post
power syndrome.

2.10 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia


1) Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui perhatian
terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau
progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua
bagian, yaitu: Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya
sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri. Klien lanjut usia yang pasif atau
tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat
harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang
terhubung dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
2) Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan
dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk keluhan agar lanjut

11
usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar,
simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung
mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan
bahagia di masa lanjut usianya.
3) Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan
sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk
mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk membaca
surat kabar dan majalah. Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan
komunikasi, baik dengan sesama mereka maupun petugas yang secara lansung
berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan
keperawatan lansia dipanti sosial tresna wherda

BAB III
PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan
Pada umunya setiap lansia sangat membututuhkan dan menginginkan perhatian dan
kasih sayang dari piha-pihak yang berada disekitarnya.Lansia juga mempunyai hak
dalam menentukan dimana ia ingin menghabiskan masa tuanya, baik di lingkungan
keluarga maupun lingkungan sosial masyarakat tanpa paksaan dari pihak
manapun.Perawat mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memberi motivasi
kepada lansia dalam menjalani hari-hari tuanya dan ikut membantu dalam pemenuhan
kebutuhan lansia.Perawat harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi lansia, dan
memiliki sifat yang sabar dan telaten dalam menghadapi lansia

4.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa konsep lansia dan permasalahannya ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian sangat saya perlukan guna kesempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

13
1. Tamher, S. dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

2. Nugroho, H. wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik edisi 3

3. Mubarak, W Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas : Konsep Dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika.

4. Maryam, R. siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.

5. Efendi, Ferry dan Makhfludli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

14

Anda mungkin juga menyukai