PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami konsep lansia serta permasalahannya
1.3 Manfaat
1
Dapat mengetahui, menjelaskan dan mengaplikasikan konsep lansia serta
permasalahannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP LANSIA
2.1 Definisi
2
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode di mana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 1980).
Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2011).
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi
orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang
sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih
dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang
yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia
dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera
dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60
-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun.
3
2.3 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifiaksi pada lansia
a) Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b) Lansia
Seseorang yang berusia antara 60 tahun atau lebih.
c) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan. (Depkes RI, 2003)
d) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003)
4
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
kegiatan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh
tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan serius, tipe pemarah/frustasi
(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada
diri sendiri).
Sedangkan bila dilhat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan
kemampuan utuk melakukan aktifitas sehari-hari (indeks kemandirian Katz), para lansia
dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia
mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara
tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial. Lansia di panti wreda, lansia yang
dirawat di rumah sakit dan lansia dengan gangguan mental.
5
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
6
e) Kebutuhan spiritual.
7
meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal
170/95 mmHg ).
4) Sistem genito urinaria.
Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis
urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ;
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
Pembesaran prostat 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. Atropi vulva.
Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun
tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
5) Sistem pernafasan pada lansia.
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. Penurunan aktivitas silia
menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan
sekret. Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
6) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah & biasanya
timbul konstipasi. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Penglihatan
Kornea lebih berbentuk skeris. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa). Meningkatnya
8
ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
melihat dalam cahaya gelap. Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas
pandang.
8) Sistem persyarafan.
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. Lambat dalam merespon dan
waktu untuk berfikir. Mengecilnya syaraf panca indera. Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih
sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
9) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
Selaput lendir vagina menurun/kering. Menciutnya ovarium dan uterus.
Atropi payudara. Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur berangsur. Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun,
asal kondisi kesehatan baik.
c) Perubahan psikososial
Proses penuaan yang terjadi pada lansia akan mengalami suatu perubahan
psikososial, lansia akan merasa malu dan tidak berdaya ketika akan melakukan
sosialisasi terhadap lingan disekitarnya dibandingakn dengan yang dulu yang
terjadi masih muda. Perubahan kognitif (Kemunduran umumnya terjadi pada
tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori
jangka pendek. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran
Kemampuan verbal dalam bidang vocabolar ( kosakata) akan menetap bila tidak
ada penyakit.
d) Perubahan Spiritual
9
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970).
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir
dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970)
10
Terjadi akibat menurunnya aliran darah ke ginjal, menurunnya kecepatan
filtrasi glomerurus dan menurunnya beberapa fungsi tubulus ginjal
5) Post power syndrome
Post power syndro adalah suatu keadaan mal adjustment dari seseorang yang
mempunyai kedudukan dari ada menjadi tidak ada dan menunjukkan gejala-
gejala diantaranya frustasi, depresi, dan lainnya pada orang yang
bersangkutan.
Ada empat factor yang perlu diperhatikan:
1. Perkembangan kepribadian yang kurang dewasa
2. Kedudukan yang relatit memberikan kekuasaan dan kepuasan
3. Proses kehilangan kedudukan yang relative cepat
4. Lingkungan yang mungkin memberikan suasana terhadap timbulnya post
power syndrome.
11
usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu sabar,
simpatik dan service.
Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat ahrus mendukung
mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar mereka merasa puas dan
bahagia di masa lanjut usianya.
3) Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan
sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya, perawat dapat
menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk
mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk membaca
surat kabar dan majalah. Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan
komunikasi, baik dengan sesama mereka maupun petugas yang secara lansung
berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan
keperawatan lansia dipanti sosial tresna wherda
BAB III
PENUTUP
12
3.1 Kesimpulan
Pada umunya setiap lansia sangat membututuhkan dan menginginkan perhatian dan
kasih sayang dari piha-pihak yang berada disekitarnya.Lansia juga mempunyai hak
dalam menentukan dimana ia ingin menghabiskan masa tuanya, baik di lingkungan
keluarga maupun lingkungan sosial masyarakat tanpa paksaan dari pihak
manapun.Perawat mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memberi motivasi
kepada lansia dalam menjalani hari-hari tuanya dan ikut membantu dalam pemenuhan
kebutuhan lansia.Perawat harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi lansia, dan
memiliki sifat yang sabar dan telaten dalam menghadapi lansia
4.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa konsep lansia dan permasalahannya ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian sangat saya perlukan guna kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Tamher, S. dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
3. Mubarak, W Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas : Konsep Dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika.
4. Maryam, R. siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
5. Efendi, Ferry dan Makhfludli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
14