PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Menurut Handsfield (2001), infeksi menular seksual dapat
diklasifikasikan menurut agen penyebabnya, yakni:
3
2.3 Cara Penularan
Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu
kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat
melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa
terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan hampir
seluruhnya terjadi karena hubungan seksual (vaginal, oral, anal).
Melalui darah :
3. tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/ tidak sengaja.
6. dari ibu kepada bayi: saat hamil, saat melahirkan, dan saat menyusui.
4
gejala (asimtomatik) pada perempuan (60-70% dari infeksi gonore dan
klamidia). Pada perempuan, konsekuensi infeksi menular seksual sangat
serius dan kadang-kadang bersifat fatal (misalnya kanker serviks,
kehamilan ektopik, dan sepsis). Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang
dikandungnya, jika perempuan tersebut terinfeksi pada saat hamil (bayi
lahir mati, kebutaan).
Gejala infeksi menular seksual bisa berupa gatal dan adanya sekret
di sekitar alat kelamin, benjolan atau lecet disekitar alat kelamin, bengkak
disekitar alat kelamin, buang air kecil yang lebih sering dari biasanya,
demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri disekujur tubuh, kehilangan
berat badan, diare, keringat malam, pada wanita bisa keluar darah diluar
masa menstruasi, rasa panas seperti terbakar atau sakit saat buang air kecil,
kemerahan disekitar alat kelamin, rasa sakit pada perut bagian bawah pada
wanita diluar masa menstruasi, dan adanya bercak darah setelah
berhubungan seksual (WHO, 2001).
2.5 Diagnosis
Diagnosis infeksi menular seksual dilakukan melalui proses
anamnesa, diikuti pemeriksaan fisik, dan pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan laboratorium (Daili, 2009).
2.5.1 Pengambilan Spesimen Untuk Pemeriksaan Laboratorium
a. Alat dan Bahan
1. Bunsen
2. Swab
3. Obyek glass
4. Mikroskop
5. Korek Api
6. Pewarnaan gram :
- Gram 1 : Crystal Violet
- Gram 2 : Povidon Iodin
- Gram 3 : Alkohol
5
- Gram 4 : Safranin
b. Langkah Kerja
- Pengambilan Spesimen
Pasien laki-laki dengan gejala duh tubuh uretra
1. Beri penjelasan terlebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa
takut saat pengambilan bahan duh tubuh genitalia dengan
sengkelit atau dengan swab berujung kecil
2. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril
3. Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium uretra eksterna
sampai kedalaman 1-2 cm, putar swab (untuk sengkelit tidak
perlu diputar namun cukup menekan dinding uretra), dan tarik
keluar perlahan-lahan
4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan
5. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan
(milking) oleh pasien.
6
ditentukan di atas dan dibilas dengan air mengalir setiap
selesai diberi pewarnaan gram.
7. Tunggu sampai kering
8. Letakkan dan amati dibawah mikroskop
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili, S.F., 2009. Pemeriksaan Klinis pada Infeksi Menular Seksual. In:
Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI, 19-61.
2. Depkes RI, 2006. Infeksi Menular Seksual dan Saluran Reproduksi
Lainnya Pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. Jakarta : Depkes
RI
3. Hakim, Lukman. 2007. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual, Editor:
Sjaiful Handsfield, Hunter H., 2001. Color Atlas and Synopsis of Sexually
Transmitted Diseases. 2nd ed. Vaginal Infections. USA: McGraw Hill, 163
167
4. Sjaiful Fahmi. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Infeksi
Menular Seksual. Jakarta: Balai Pustaka FKUI. Ed 6. Hal 363-64
5. World Health Organization, 2001. Global Prevalence and Incidence of
Selected Curable Sexually Transmitted Infections Overview and
Estimates. Geneva: World Health Organization.