Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit-peyakit infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual (Sjaiful, 2010). Infeksi menular
seksual dahulu dikenal sebagai penyakit menular seksual (PMS) tetapi sejak
tahun 1998 istilah Penyakit menular seksual berubah menjadi infeksi
menular seksual, agar dapat mencangkup penderita asimptomatik (Hakim,
2007).
Infeksi menular seksual sering disebut penyakit kelamin (Venereal
disease) dan pada saat itu infeksi menular seksual baru dikenal penyakit
Syphilis dan Gonorrhea. Organisme penyebab infeks menular seksual
meliputi bakteri, virus, jamur, ektoparasit, protozoa. Penyakit yang
termasuk IMS adalah Syphilis, Gonorrhea, Chlamydia, Trichomoniasis,
Infeksi genital nonspesifik, Herpes genitalis, Ulkus molle, Condilomata
acuminata, Bacterial vaginosis, Scabies, Hepatitis B, infeksi human
immunodeficiency virus (Sjaiful, 2010).
Infeksi menular seksual merupakan masalah kesehatan yang cukup
serius di dunia karena penyakit ini terus meningkat setiap tahunnya.
Epidemiologinya saat ini berkembang sangat cepat karena erat
hubungannya dengan pertambahan, migrasi penduduk disertai dengan pola
perilaku seksual yang semakin bebas, perubahan demografik dalam bidang
agama dan moral, sehingga meningkatkan insidensi dan prevalensi.
Penyakit IMS di Indonesia mulai menjalar dengan perkembangan
penularannya yang cukup cepat. Hal ini tidak lain di picu oleh faktor
kurangnya pendidikan seksual di kalangan remaja dan mata rantai yang
penularannya sulit diputus yaitu peran pekerja seks komersil (Sjaiful, 2010).

1
1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Memahami cara pengambilan bahan pemeriksaan (sample/spesimen)


pada penderita IMS

1.2.2 Mampu melakukan pemeriksaan gram untuk menunjang diagnosis


IMS

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infeksi Menular Seksual (IMS)


Penyakit Menular seksual atau PMS, kini dikenal dengan istilah Infeksi
Menular Seksual atau IMS, adalah penyakit atau infeksi yang umumnya
ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran bisa melalui
darah, sperma, cairan vagina, atau pun cairan tubuh lainnya.

2.2 Etiologi
Menurut Handsfield (2001), infeksi menular seksual dapat
diklasifikasikan menurut agen penyebabnya, yakni:

a. Dari golongan bakteri, yakni Neisseria gonorrhoeae, Treponema


pallidum, Chlamydia trachomatis, Haemophilus ducreyi,
Calymmatobacterium granulomatis, Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Salmonella sp., Shigella
sp., Campylobacter sp., Streptococcus grup B., Mobiluncus sp.

b. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas vaginalis, Entamoeba


histolytica, Giardia lamblia, dan protozoa enterik lainnya.

c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan


2), Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human Papiloma Virus

(banyak tipe), Cytomegalovirus, Epstein-Barr Virus, Molluscum


contagiosum virus, dan virus-virus enterik lainnya.

d. Dari golongan ekoparasit, yakni Pthirus pubis, Sarcoptes scabei.

Sedangkan menurut Daili (2009), selain disebabkan oleh agen-agen


diatas, infeksi menular seksual juga dapat disebabkan oleh jamur, yakni
jamur Candida albicans.

3
2.3 Cara Penularan
Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu
kontak dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat
melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa
terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan hampir
seluruhnya terjadi karena hubungan seksual (vaginal, oral, anal).

Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain, yaitu :

Melalui darah :

1. transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV.

2. saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba.

3. tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/ tidak sengaja.

4. menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril.

5. penggunaan alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika


terluka dan menyisakan darah pada alat).

6. dari ibu kepada bayi: saat hamil, saat melahirkan, dan saat menyusui.

Menurut Depkes RI (2006), penularan infeksi menular seksual dapat


melalui beberapa cara, yakni bisa melalui hubungan seksual, berkaitan
dengan prosedur medis (iatrogenik), dan bisa juga berasal dari infeksi
endogen. Infeksi endogen adalah infeksi yang berasal dari pertumbuhan
organisme yang berlebihan secara normal hidup di vagina dan juga
ditularkan melalui hubungan seksual. Sedangkan infeksi menular seksual
akibat iatrogenik disebabkan oleh prosedurprosedur medis seperti
pemasangan IUD (Intra Uterine Device), aborsi dan proses kelahiran bayi.

2.4 Gejala Klinis


Terkadang infeksi menular seksual tidak memberikan gejala, baik
pria maupun wanita. Beberapa infeksi menular seksual baru menunjukkan
gejalanya berminggu-minggu, berbulan-bulan, maupun bertahun-tahun
setelah terinfeksi. Mayoritas infeksi menular seksual tidak memberikan

4
gejala (asimtomatik) pada perempuan (60-70% dari infeksi gonore dan
klamidia). Pada perempuan, konsekuensi infeksi menular seksual sangat
serius dan kadang-kadang bersifat fatal (misalnya kanker serviks,
kehamilan ektopik, dan sepsis). Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang
dikandungnya, jika perempuan tersebut terinfeksi pada saat hamil (bayi
lahir mati, kebutaan).
Gejala infeksi menular seksual bisa berupa gatal dan adanya sekret
di sekitar alat kelamin, benjolan atau lecet disekitar alat kelamin, bengkak
disekitar alat kelamin, buang air kecil yang lebih sering dari biasanya,
demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri disekujur tubuh, kehilangan
berat badan, diare, keringat malam, pada wanita bisa keluar darah diluar
masa menstruasi, rasa panas seperti terbakar atau sakit saat buang air kecil,
kemerahan disekitar alat kelamin, rasa sakit pada perut bagian bawah pada
wanita diluar masa menstruasi, dan adanya bercak darah setelah
berhubungan seksual (WHO, 2001).

2.5 Diagnosis
Diagnosis infeksi menular seksual dilakukan melalui proses
anamnesa, diikuti pemeriksaan fisik, dan pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan laboratorium (Daili, 2009).
2.5.1 Pengambilan Spesimen Untuk Pemeriksaan Laboratorium
a. Alat dan Bahan
1. Bunsen
2. Swab
3. Obyek glass
4. Mikroskop
5. Korek Api
6. Pewarnaan gram :
- Gram 1 : Crystal Violet
- Gram 2 : Povidon Iodin
- Gram 3 : Alkohol

5
- Gram 4 : Safranin
b. Langkah Kerja
- Pengambilan Spesimen
Pasien laki-laki dengan gejala duh tubuh uretra
1. Beri penjelasan terlebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa
takut saat pengambilan bahan duh tubuh genitalia dengan
sengkelit atau dengan swab berujung kecil
2. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril
3. Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium uretra eksterna
sampai kedalaman 1-2 cm, putar swab (untuk sengkelit tidak
perlu diputar namun cukup menekan dinding uretra), dan tarik
keluar perlahan-lahan
4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan
5. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan
(milking) oleh pasien.

- Cara Pewarnaan Gram


1. Menyalakan Bunsen
2. Panaskan obyek glass di atas api bunsen
3. Panaskan swab di atas api sampai berwarna kemerahan
4. Ambil duh dengan swab yang sudah dipanaskan dan letakkan di
obyek glass dan dioleskan tipis bentuk oval
5. Diamkan sampai kering
6. Melakukan pewarnaan gram :
- Gram 1 : Crystal Violet (selama 1 menit)
- Gram 2 : Povidon Iodin (selama 1 menit)
- Gram 3 : Alkohol (selama 30 detik)
- Gram 4 : Safranin (selama 1 menit)
Pewarnaan dilakukan sesuai urutan dan setiap selesai
melakukan pewarnaan didiamkan sesuai waktu yang

6
ditentukan di atas dan dibilas dengan air mengalir setiap
selesai diberi pewarnaan gram.
7. Tunggu sampai kering
8. Letakkan dan amati dibawah mikroskop

- Hasil Pengamatan Dibawah Mikroskop

Saat dilakukan pengamatan dibawah mikroskop, ditemukan


mikroorganisme yang masuk dalam kelompok bakteri yaitu
Neisseria gonorrhoeae. Jadi dapat diketahui bahwa pasien yang
diambil spesimennya dalam praktikum ini adalah pasien yang
mengalami infeksi menular seksual yaitu penyakit gonore.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang umumnya ditularkan
melalui hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran bisa melalui darah,
sperma, cairan vagina, atau pun cairan tubuh lainnya. Dalam praktikum
yang dilakukan didapatkan hasil dari pengambilan spesimen dan
pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri Neisseria gonorrhoeae,
artinya pasien yang diambil spesimennya mengalami infeksi menular
seksual yaitu penyakit gonore.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Daili, S.F., 2009. Pemeriksaan Klinis pada Infeksi Menular Seksual. In:
Daili, S.F., et al., Infeksi Menular Seksual. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI, 19-61.
2. Depkes RI, 2006. Infeksi Menular Seksual dan Saluran Reproduksi
Lainnya Pada Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu. Jakarta : Depkes
RI
3. Hakim, Lukman. 2007. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual, Editor:
Sjaiful Handsfield, Hunter H., 2001. Color Atlas and Synopsis of Sexually
Transmitted Diseases. 2nd ed. Vaginal Infections. USA: McGraw Hill, 163
167
4. Sjaiful Fahmi. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Infeksi
Menular Seksual. Jakarta: Balai Pustaka FKUI. Ed 6. Hal 363-64
5. World Health Organization, 2001. Global Prevalence and Incidence of
Selected Curable Sexually Transmitted Infections Overview and
Estimates. Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai