Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
230 0C 350 0C
II-1
kecil pengotor. Oleh karena itu, gas ethylene dicuci dengan air pencuci dan
pada saat yang sama akan dilepaskan alkohol yang tidak ikut bereaksi.
Tahapan selanjutnya dengan larutan NaOH yang bertujuan untuk melepaskan
karbondioksida.
Ethylene kemudian dikirim ke gas holder, dimana ethylene akan
dikompresi lalu didinginkan dengan refrigeration system sampai
temperaturnya 460C. selanjutnya gas dari gas holder dilewatkan pada adsorber
untuk ,menghilangkan kandungan pengotor seperti butana (C4H10). Setelah itu
kadar air yang terkandung dalam ethylene dihilangkan sehingga didapatkan
ethylene dengan kemurnian 99%.
C2H6 C2H4 + H2
Etana Ethylene Hidrogen
Selanjutnya dilakukan pendinginan secara tiba-tiba oleh quencher. Di
unit pendingin ini dihasilkan uap bertekanan tinggi (saturated steam) yang
nantinya digunakan di unit cracking, reboiler, deethanizer dan C2-splitter.
Pemisahan produk dari hasil sampingnya juga dilakukan secara
bertahap meliputi proses absorpsi, adsorbsi dan distilasi. Absorber yang
memisahkan hidrokarbon gas terhadap hidrokarbon cair dalam alirannya
II-2
dengan media pencuci air. Aliran hidrokarbon cair (fuel oil) dan air keluar dari
dasar menara, sedangkan aliran hidrokarbon gas keluar dari atas lalu masuk ke
unit kompresi, setelah itu diteruskan ke unit pencucian dengan kaustik (kaustik
tower) dilakukan pemisahan gas CO2 dengan cara mereaksikan dengan NaOH.
Gas keluar unit pencuci kaustik masuk ke compressor untuk dikompres
lagi sebelum masuk ke unit adsorpsi. Adsorber memisahkan air yang
terkandung dalam aliran hidrokarbon gas. Gas keluar adsorber masuk ke
dalam prechiller sehingga masuk ke unit pemisah distilasi 1 dalam fasa cair.
Unit pemisah distilasi adalah deethanizer yang memisahkan fraksi C1
dan C2 terhadap fraksi C3. Produk dasar menara distilasi dipisahkan sebagai
produk samping untuk bahan bakar, sedangkan produk puncak menara masuk
reactor asetilen. Asetilen dikonversikan menjadi etilen dengan bantuan katalis
palladium dalam fixed bed reaktor.
Sebelum masuk ke unit pemisahan berikutnya, dilakukan penurunan
temperature dan penurunan tekanan terhadap aliran gas. Hidrokarbon keluar
ekspander terdiri dari dua fasa yaitu fasa cair dan gas. Unit pemisah berikutnya
adalah demethanizer yang memisahkan fraksi gas CH4 dan H2 dari fraksi cair
C2. Produk diatas menara dipisahkan sebagai produk samping berupa bahan
bakar metana dan hydrogen yang digunakan pada unit perengkahan. Produk
bawah masuk ke unit pemisah distilasi II.
Unit pemisah distilasi II adalah C2-splitter yang memisahkan etilen
sebagai produk atas dan etana sebagai produk bawah yang didaur ulang
sebagai umpan di unit cracking (rizki 2010).
II-3
(asam sulfat pekat atau katalis
Temperatur asam fosfat)
Tekanan 600-1000oC
300-400oC
2-47,7 atm
Atmosfer
3. Proses yang proven Jarang digunakan Sering digunakan
4. Kemurnian Produk 94-95% 99,97%
5. Sumber energy panas Fuel gas (supply dari Metana, LNG (Fuel gas
luar) dari hasil samping
proses)
6. Segi ekonomi Harga bahan baku Harga bahan baku
lebih mahal lebih murah
Cadangan gas alam
dibandingkan harga
masih tersedia
produknya
banyak
Proses berlangsung
tanpa katalis
sehingga biaya
proses lebih murah
Dari data diatas terlihat bahwa pada proses Thermal Cracking lebih
menguntungkan dibandingkan dengan proses Dehidrasi Etanol. Dalam aplikasi
di industri juga lebih banyak menggunakan proses thermal cracking
dibandingkan dengan dehidrasi etanol. Dari kedua proses pembuatan Ehylene
diatas, maka dipilih proses pembuatan ethylene dari etana dengan cara thermal
cracking.
II-4
LNG Arun (Aceh) yang berkapasitas 12,85 mtpa (metric tons per annum/
metric ton per tahun), kilang LNG Badak (Bontang) berkapasitas 21,64 mtpa,
dan kilang LNG Tangguh (Papua) berkapasitas 7,6 mtpa.
b. Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku
Berikut adalah komposisi dari bahan baku yang digunakan yaitu gas alam:
Tabel 2.2 Kandungan Gas Alam (oeqi.wordpress.com)
Komponen Komposisi (%)
Metana 80-95
Etana 5-15
Propana dan Butana <5
1. Metana (CH4)
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari metana adalah sebagai berikut:
Berat Molekul : 16.04 g/mol
Titik Didih : -161,4oC
Titik Lebur : -182,6oC
Bentuk zat : Gas
Sifat Kimia:
Larut dalam air, alkohol dan eter.
Dalam oksigen berlebih, alkana dapat terbakar menghasilkan kalor,
karbondioksida dan uap air.
Mudah terbakar
Merupakan senyawa kovalen nonpolar
2. Etana (C2H6)
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari etana adalah sebagai berikut:
Berat Molekul : 30.07 g/mol
Titik Didih :-88.6 oC
Titik Lebur : -172 oC
Bentuk zat : Gas
Sifat Kimia:
Mudah terbakar
Merupakan senyawa kovalen nonpolar
Dengan asam halogen akan mengalami reaksi adisi
3. Propana (C3H8)
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari propana adalah sebagai berikut:
Berat Molekul : 44.09 g/mol
Titik Didih : -42.2 oC
Titik Lebur : -187.1 oC
Bentuk zat : Gas
Sifat Kimia:
Merupakan senyawa kovalen nonpolar
Mudah terbakar
Memiliki ikatan tunggal
4. Butana (C4H10)
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari butana adalah sebagai berikut:
Berat Molekul : 58.12 g/mol
II-5
Titik Didih : -10oC
Titik Lebur : -145oC
Bentuk Zat : Gas
Sifat Kimia:
Memiliki ikatan tunggal
Mudah terbakar
5. Karbon Dioksida (CO2)
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari karbon dioksida adalah sebagai
berikut:
Berat Molekul : 44,01 g/mol
Titik Didih : -78.5oC (menyublim)
Titik Lebur : -56.6oC (dibawah tekanan)
Bentuk Zat : Gas
Sifat Kimia:
Gas yang tidak berwarna
Tidak berbau
Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar
6. Air (H2O)
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari air adalah sebagai berikut:
Berat Molekul : 18.016 g/mol
Titik Didih : 100oC
Titik Lebur : 0oC
Bentuk Zat :
Sifat Kimia
Tidak berwarna
Tidak berbau
Pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
7. Hidrogen Sulfida (H2S)
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari hydrogen sulfida adalah sebagai
berikut:
Berat molekul : 34,08 g/mol
Titik Didih : -59,6oC
Titik Lebur : -82,9oC
Bentuk Zat : Gas
Sifat Kimia:
Tidak Berwarna
Berbau yang merangsang
Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan orang jadi pingsan
secara cepat bila mencium baunya
Sangat beracun
Bersifat korosif, sehingga dapat menyebabkan karat pada peralatan
logam
Bersifat iritasi terhadap mata, dan saluran pernafasan
II-6
Bersifat flammable (mudah terbakar)
Produk Samping
Sedangkan kegunaan produk samping yang berupa metana dan butana adalah
sebagai bahan bakar.
1. Metana (CH4)
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari metana adalah sebagai berikut:
Berat Molekul : 16.04 g/mol
Titik Didih : -161,4oC
Titik Lebur : -182,6oC
Bentuk zat : Gas
Sifat Kimia:
Larut dalam air, alkohol dan eter.
Dalam oksigen berlebih, alkana dapat terbakar menghasilkan kalor,
karbondioksida dan uap air.
Mudah terbakar
Merupakan senyawa kovalen nonpolar
2. Butana (C4H10)
II-7
Menurut Perry (1973), sifat fisik dari butana adalah sebagai berikut:
Berat Molekul : 58.12 g/mol
Titik Didih : -10oC
Titik Lebur : -145oC
Bentuk Zat : Gas
Sifat Kimia:
Memiliki ikatan tunggal
Mudah terbakar
3. Hidrogen (H2)
Menurut Kusnandini (2011), sifat fisik dari hydrogen sebagai berikut:
Berat Molekul : 2.016 g/mol
Titik Didih : -252.87 oC
Titik Lebur : -259.14 oC
Bentuk Zat : Gas
Warna : Tidak berwarna
Sifat Kimia:
Merupakan unsur yang paling ringan
Mudah terbakar
II-8
Tabel 2.5 Perkembangan Konsumsi Ethylene Indonesia tahun 2005-2009 (BPS,2009)
Tahun Konsumsi (ton/tahun)
2005 1.300.000
2006 1.500.000
2007 1.590.000
2008 1.685.400
2009 1.786.524
Pabrik Ethylene ini direncanakan akan berdiri pada tahun 2017, dengan
mengacu pada kebutuhan impor. Dengan analogi dari persamaan untuk menghitung
bunga, maka perkiraan volume impor ethylene (dalam ton) pada tahun 2017 dihitung
berdasarkan persamaan berikut :
F = F0(1+i)n . (1)
Dimana :
F = Perkiraan kebutuhan ethylene pada tahun 2017
Fo = Kebutuhan ethylene pada tahun terakhir
i = Perkembangan rata-rata
n = Selisih waktu
(Peter&Timmerhauss, 2003)
Hasil perhitungan proyeksi dari produksi dan konsumsi dari ethylene
Indonesia pada tahun 2017 dengan menggunakan persamaan diatas adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.6 Proyeksi produksi, komsumsi ethylene tahun 2017
Proyeksi Kapasitas (ton/tahun)
Produksi 1.968.270
Konsumsi 6.353.091
Dari data diatas, perkiraan konsumsi ethylene pada tahun 2017 adalah
6.353.091 ton dan perkiraan produksi ethylene yang sudah ada pada tahun tersebut
hanya mencapai 1.968.270 ton, sehingga terdapat ketergantungan impor sebesar
4.384.821. Karena pertimbangan dari ketersediaan bahan baku yang tersedia, maka
ditentukan kapasitas perancangan 400.000 ton/tahun. Kapasitas perancangan ini
dimaksudkan untuk memenuhi setidaknya 9,1% kebutuhan impor ethylene.
II-9
Untuk menenetukan perhitungan neraca massa maka dibutuhkan basis
perhitungan. Dimana basis perhitungan pada pabrik Ethylene ini adalah sebagai
berikut :
1 tahun = 330 hari kerja
1 hari = 24 jam
II-10
dalam jumlah besar. Hal ini dapat mengurangi biaya transportasi dan
penyimpanan sehingga perlu diperhatikan harga bahan baku, jarak dari sumber
bahan baku, biaya transportasi, ketersediaan bahan baku yang
berkesinambungan dan penyimpanannya. Bahan baku yang digunakan adalah
gas alam, dimana cadangan gas alam masih melimpah untuk daerah papua dan
natuna. Pabrik ethylene ini mengambil gas alam di Papua Barat.
Ketersediaan Utilitas
Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti tersedianya air,
listrik dan sarana lainnya sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik.
Kawasan tersebut merupakan kawasan industri, sehingga kemudahan
pemenuhan air proses lebih terjamin. Kebutuhan air proses diambil dari air
sumur. Sedangkan unit pengadaan listrik dipenuhi oleh pembangkit lisrik milik
pabrik sendiri dan bahan bakar dapat diambil dari sisa gas proses.
Ketersediaan Lahan
Kabupaten Teluk Bintuni mempunyai luas wilayah 18.637 km2.
Luasnya lahan yang terdapat di kabupaten Teluk Bintuni sangat
memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam pembangunan pabrik ethylene.
Tenaga kerja
Tersedianya tenaga kerja yang terampil diperlukan untuk menjalankan
mesin-mesin produksi dan juga bagian pemasaran dan administrasi. Tenaga
kerja dapat direkrut dari daerah Teluk Bintuni dan sekitarnya, selain dapat
memenuhi kebutuhan tenaga kerja juga dapat membantu meningkatkan taraf
hidup penduduk sekitarnya.
Sarana Transportasi
Sarana transportasi sangat diperlukan untuk proses penyediaan bahan
baku dan penjualan produk. Untuk penyediaan bahan baku, penjualan produk
samping metana digunakan system perpipaan langsung dengan LNG Tangguh,
untuk penjualan produk utama ethylene digunakan kapal, dan untuk penjualan
hasil samping LPG digunakan jalur darat dengan truk tangki, untuk diluar
pulau menggunakan kapal laut.
Pemasaran
Pemasaran produk ethylene yang akan didirikan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri, diantaranya akan dijual ke beberapa
pabrik yang menggunakan ethylene sebagai bahan bakunya. Sedangkan hasil
samping yang berupa gas metana 90% akan dijual ke LNG Tangguh untuk
akhirnya dicairkan menjadi LNG, sedangkan hasil samping yang berupa
butana 94% akan dijual sebagai LPG ke Pertamina Kasim.
II-11
Berikut ini adalah kondisi wilayah dari Bontang berdasarkan data dari
Badan Meteorologi dan Geofisika Propinsi Papua Barat tahun 2014. Kondisi
wilayah ini dapat dijadikan basis desain data pabrik ethylene yang akan
direncanakan mulai beroperasi pada tahun 2017.
Kelembaban udara rata-rata = 61 - 97%
Suhu udara rata-rata = 24 32oC
Gempa = tidak ada data
Kecepatan angin rata-rata = 20 km/jam
(BMKG.go.id pada tanggal 20 Maret 2014)
II-12
Proses pembuatan ethylene pada pabrik ini menggunakan proses
thermal cracking ini terdiri dari beberapa unit proses yaitu :
1. Persiapan Bahan Baku
2. Tahap Proses Reaksi
3. Tahap Pemurnian Produk
II-13
dalam furnace). Fuel gas berasal dari sebagian hasil atas demethanizer yang
dibakar di dalam suatu furnace dengan udara excess 20%.
Hasil keluaran reaktor bersuhu 1000oC didinginkan dalam HE keempat
dengan arus masuk reaktor hingga bersuhu 565.3oC. Pendinginan ini
dimaksudkan agar reaksi berhenti sehingga tidak terbentuk zat-zat yang tidak
diinginkan seperti propilen. Setelah keluar dari HE keempat, produk
didinginkan kembali dalam HE ketiga dan HE kedua untuk ditukarkan panasnya
dengan arus yang akan memasuki reaktor. Kemudian arus ini dimasukkan ke
dalam HE kelima untuk didinginkan kembali sekaligus menghasilkan steam.
Kemudian produk dikompresi di dalam compressor hingga bertekanan 7 atm.
Produk keluar compressor bersuhu 375oC. Produk keluar dari compressor
kemudian didinginkan dengan Fin Fan hingga bersuhu 200oC. Kemudian
produk dikompresi kembali dalam compressor hingga bertekanan 20 atm. Arus
keluar compressor bersuhu 288oC. Kemudian produk didinginkan kembali
dengan Fin Fan hingga bersuhu 120oC. Kemudian produk dikompresi kembali
dengan compressor hingga tekanan 30 atm. Akibat proses kompresi ini suhu
arus naik hingga mencapai 152oC. Arus keluar compressor didinginkan dalam
Fin Fan hingga bersuhu 70oC. Arus keluar dari Fin Fan kemudian dicampurkan
dengan fresh feed untuk kemudian masuk unit pemurnian.
II.9.3 Tahap Pemurnian Produk
Produk yang telah bercampur dengan umpan dimasukkan dalam
Demethanizer untuk menghilangkan metana. Arus masuk demethanizer pada
suhu -33oC dalam keadaan saturated. Hasil atas demethanizer yang berupa
campuran 9% hydrogen, 90.5% metana dan 0.5% ethylene bersuhu -93oC
dikeluarkan sebagai by produk dimana gas metana akan dijual untuk akhirnya
akan dicairkan menjadi LNG, sedangan butana akan dijual sebagai LPJ.
Sedangkan hasil bawah dari demethanizer yang berupa campuran fraksi berat
dimasukkan ke dalam deethanizer pada suhu 16oC. Dalam deethanizer fraksi
C2 dipisahkan menjadi hasil atas dan C3, C4 sebagai hasil bawah. Deethanizer
beroperasi pada tekanan 30 atm, suhu atas -8.47oC, suhu bawah 111.15oC.
Hasil atas deethanizer yang berupa campuran etana dan ethylene
diekspansikan terlebih dahulu pada compressor hingga tekanan menjadi 15
atm. Kemudian arus didinginkan kembali dalam HE hingga bersuhu 21 oC
dengan menggunaan Multi Component Refrigerant. Arus keluar dari HE
kemudian dimasukkan ke dalam ethylene tower untuk memisahkan produk
II-14
ethylene dengan bahan baku yang akan diumpankan ke dalam reaktor. Hasil
bawah Deethanizer digunakan sebagai pemanas dalam ekspansi bertingkat
untuk selanjutnya digunakan sebagai fuel gas. Ethylene tower beroperasi pada
tekanan 15 atm, suhu atas -37,5oC, dan suhu bawah -16.5oC. Hasil atas
ethylene tower berupa 99,95% ethylene, 0.01% metana, dan 0.04% etana yang
diambil sebagai produk utama. Sedangkan hasil bawahnya berupa 99.95%
etana, 1% ethylene dan 4% propana, diekspansi secara bertingkat untuk
kemudian dimasukkan dalam reaktor untuk mereaksikan etana menjadi
ethylene.
II-15