Anda di halaman 1dari 31

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
1. Hernia Abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut,
baik secara congenital atau didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap
alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut (Mansjoer,
Suprohaita, Wardhani & Setiowulan, 2000)
2. Jenis jenis Hernia Abdominalis
a. Berdasarkan penyebab
1) Hernia congenital atau bawaan
2) Hernia yang didapat
b. Berdasarkan letaknya
1) Hernia Diafragma
2) Hernia Inguinal
3) Hernia Umbilikal
4) Hernia Femoral
5) Hernia Hiatal
6) Hernia Paraumbilikal
7) Hernia Epigastrika
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia Reponibel
2) Hernia Ireponibel
3. Hernia Inguinalis Lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus (Mansjoer, dkk., 2000)

B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :

1. Kongenital

1
Kelemahan pada otot merupakan salah satu factor resiko yang
berhubungan dengan factor peningkatan tekanan intra abdomen.
Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olah raga atau latihan-
latihan

2. Obesitas

Obesitas salah satu penyebab peningkatan tekanan intra abdomen karena


banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong
peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolanberat badan.

3. Ibu Hamil

Pada ibu hamil tekanan intra abdomen meningkat terutama pada daerah
rahim dan sekitarnya.

4. Mengedan

Mengedan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra


abdomen.Pengangkatan beban berat

C. PATOFISIOLOGI

Defek pada dinding otot mungkin congenital karena kehamilan jaringan atau
ruang luas pada ligamen inguinal, atau dapat disebababkan oleh trauma.
Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari
kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan
peningkatkan tekanan seperti pada batuk dan cedera traumatic karena
tekanan tumpul. Bila dua dari factor ini ada bersama dengan kelemahan otot,
individu akan mengalami hernia. Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan
ke rongga abdomen dengan manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia
iredusibel dan inkarserata adalah istilah yang menunjukan hernia yang tidak

2
dapat dipindahkan atau dikurangi dengan manipulasi. Bila tekanan dari
cincin hernia(cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protrusi usus)
memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi
terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus
terlepas, usus ini cepat menjadi ganggren karena kekurangan suplai darah.
Hernia inguinalis Indirek. Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinali. Ini umumnya terjadi
pada pria daripada wanita. Insidennya tertinggi pada bayi dan anak kecil.
Hernia ini dapat menjadi sangat besar sangat besar dan sering turun ke
skrotum.Hernia inguinalis Direk. Hernia ini melewati dinding abdomen di
area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara
bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi konginetal.
Hernia Femoralis terjadi melalui terjadi melalui cincin femoral dan lebih
umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di
kanalis femoralis yang membesar secara bertahap menarik peritoneum dan
hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Ada
insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
Hernia Umblikalis pada orng dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdomen. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak tidak adekuat karena masalah pascaoperasi
seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.

D. TANDA DAN GEJALA

Umumnya penderita mengatakan turun berok dan mengatakan adanya


benjolan yang bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang

3
disebabkan oleh keluarnya suatu organ sehingga dapat menimbulkan rasa
nyeri, kadang-kadang disertai mual dan muntah. Bila terjadi stangulasi
maka rasa nyeri akan bertambah hebat karena suplay darah kedaerah hernia
terhenti, sehingga kulit menjadi merah dan panas.

E. KOMPLIKASI

Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantung


hernia sehingga isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan lagi,
keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis ireponibins pada
keadaan ini belum gangguan penyaluran isi usus, isi hernia yang
menyebabkan ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat
pada dinding hernia.
2. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia, akibat makn benyaknya
usus yang masuk cincin hernia relatif semakin sempit dan
menimbulkan gangguan isi perut, ini dsebut hernia inguinalis
lateralis inkarserata.

3. Bila hernia inkarserata dibiarkan maka akan timbul edem dan


terjadi penekanan pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis
keadaan ini disebut hernia ingunalis lateralis stranggulasi, terjadi
karena usus berputar (melintar) pada keadaan inkarserasi dan
stranggulasi maka timbul gejala illeusmuntah, kembung dan
obstipasi pada stranggulasi nyeri hebat daerah tonjolan menjadi
lebih merah dan penderita sangat gelisah.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Sinar X
2. Fluoroskopi
3. Radiografi
4. Endoskopi

4
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi penghambat H2 (ranitidin)
b. Terapi protektif (sukralat)
c. Terapi metoklopramid untuk mencegah refluk
d. Terapi omeprazol untuk menekan sekresi asam lambung
e. Pembedahan (herniotomi & herniorafi)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mengajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
b. Memberi informasi yang berhubungan dengan penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan
c. Memberi dukungan pada pasien, keluarga atau orang terdekat

A. ASKEP Teori pada Pasien Hernia


1. Pengkajian Keperawatan
A. Pre operasi
Data Subjektif:
a) Ps mengatakan nyeri pada perut bagian bawah atau pelipatan
paha. Skala nyeri sedang
b) Ps mengatakan susah buang air besar
c) Ps mengatakan mual
d) Nafsu makan ps menurun

Data Objektif:
a) Terdapat benjolan di selangkangan/ kemaluan ps
b) Tekanan intra abdominal meningkat
c) Pasien tampak bertanya tanya tentang penyakitnya

5
d) Pasien tampak bingung
e) Pasien tampak meringis
f) Perut ps terlihat kembung
g) Ps tampak muntah
h) Ps terlihat gelisah
i) Ekspresi wajah ps tegang

B. Post operasi
Data Subjektif
a) Ps mengatakan nyeri pada perutnya pada daerah luka operasi,
skala nyeri sedang
b) Ps mengatakan ADL dibantu, ps tampak lemas

Data Objektif
a) Terdapat luka operasi
b) Ps merasa gelisah
c) Ps tampak meringis
d) Ps bertanya tanya tentang keadaanya dan perawatan luka yang
benar

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri Akut b/d Tekanan intra abdominal yang meningkat dan
kompresi saraf ditandai dengan terdapat benjolan di selangkangan
/kemaluan, pasien tampak meringis, pasien mengatakan nyeri
2) Konstipasi b/d proses Strangulasi ditandai dengan pasien
mengatakan tidak / sulit BAB (obstipasi)
3) Resiko Tinggi Nutrisi Kurang dari Kebutuhan b/d ps merasa mual,
muntah dan nafsu makan pasien menurun ditandai dengan pasien
mengatakan mual dan tidak nafsu makan
4) Ansietas b/d faktor psikologis dan ancaman konsep diri (dirasakan
atau aktual) ditandai dengan Ekspresi wajah ps tegang dan pasien
gelisah
5) Kurang Pengetahuan b/d kurang mendapat informasi tentang
penyakit, prognosis dan proses pengobatan serta tidak mengenal
sumber informasi ditandai dengan Pasien tampak bertanya-tanya,
pasien tampak bingung, pasien mengatakan stress terhadap
penyakitnya

b. Post Operasi

6
1. Nyeri (akut) b/d Insisi bedah dan distensi abdomen ditandai
dengan pasien mengeluhan nyeri pada luka operasi, pasien tampak
gelisah, dan pasien tampak meringis
2. Kerusakan Integritas Kulit b/d faktor eksternal (insisi bedah)
ditandai dengan adanya luka post operasi
3. Resiko Tinggi Infeksi b/d luka operasi dengan kemungkinan
kontaminasi dan kemungkinan ketidak adekuatan pertahanan primer
ditandai dengan luka bekas operasi dan tindakan invasive.
4. Kurang Pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi,
kurang pemajanan atau mengingat dan kesalahan interpretasi informasi
ditandai dengan pasien bertanya-tanya tentang perawatan luka

7
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pre Operasi

Diagnosa Tujuan & criteria hasil Intervesi Rasional

1. Nyeri (Akut) b/d Setelah diberi askep 1. Identifikasi faktor penyebab nyeri. 1. Dengan memahami penyebab
tekanan intra diharapkan nyeri pasien nyeri, dapat ditentukan intervensi
abdominal yang berkurang 2. Monitor TTV pasien. selanjutnya.
menigkat dan 2. Perubahan TTV menunjukkan
Dengan kriteria hasil : 3. Pertahankan tirah baring selama fase
kompresi saraf adanya perubahan tingkat nyeri.
akut, letakkan pasien pada posisi
a) 3. Tirah baring dalam posisi
semifowler.
TTV normal yang nyaman memungkinkan
- RR = 16-20x/mnt pasien untuk menurunkan spasme
4. Instruksikan pasien untuk melakukan
- N = 80-100x/mnt otot dan menurunkan penekanan
teknik distraksi dan relaksasi
- TD = 120/80 mmHg pada bagian tubuh tertentu
b) 4. Memfokuskan perhatian
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
Nyeri ps berkurang di perut pasien, membantu menurunkan
analgetik
bagian bawah tegangan otot dan meningkatkan
c) proses penyembuhan
5. Menurunkan nyeri
Skala nyeri 0-1 dari 10 skala

8
nyeri yang diberikan
d)
pasien tampak rileks
e)
Ps tidak merasa gelisah

2 Konstipasi b/d Setelah diberi askep selama 1. Catat adanya distensi abdomen dan 1. Distensi dan hilangnya
proses strangulasi diharapkan pasien dapat auskultasi peristaltik usu peristaltik usus merupakan
BAB dengan lancar. tanda fungsi defekasi hilang
2. Indikator kembalinya fungsi
Dengan kriteria hasil : 2. Observasi gerakan usus, perhatikan
GI dan mengidentifikasi
warna, konsistensi dan jumlah
a) Mendapat ketetapan intervensi
kan kembali pola fungsi 3. Kolaborasi dalam pemberian
usus yang normal. pelunak feses, suposituria, gliserin
b) Ps dapat
sesuai indikasi 3. Mungkin perlu untuk
BAB dengan lancar
merangsang peristaltic secara
c) Perut ps
perlahan atau evakuasi feses
tidak tampak kembung
lagi

9
3. Kurang pengetahuan Setelah diberi askep selama, 1. Berikan informasi tentang penyakit, 1. Pasien mengerti akan
b/d Kurang mendapat diharapkan pasien prognosis, dan proses pengobatan penyakitnya dan dapat kooperatif
informasi tentang mengetahui tentang dalam perawatan serta
2. Memberi dukungan pada pasien,
penyakit, prognosis penyakitya dengan kriteria pengobatannya
keluarga, dan orang terdekat
dan proses pengobatan hasil : 2. Meningkatkan motivasi pasien
dan tidak mengenal dalam mengikuti pengobatan
a) Mengungk
sumber informasi
apkan pemahaman tentang
penyakit, prognosis dan
proses pengobatan
b) Ps
mengerti tentang
penyakitnya
c) Mematuhi
semua tindakan yang
dianjurkan

4. Resiko Tinggi Nutrisi Setelah diberi askep selama 1. Lakukan pengkajian nutrisi secara 1. Mengidentifikasi kekurangan
Kurang dari iharapkan pasien dapat seksama atau kebutuhan untuk
Kebutuhan b/d Pasien memenuhi nutrisi yang membantu memilih

10
mengatakan mual, kurang dari kebutuhan intervensi
2. Mulai dengan makanan cair
muntah dan nafsu dengan kriteria hasil : 2. Menurunkan insiden kram
perlahan-lahan
makan menurun abdomen atau mual
a) Merencan 3. Berikan makan porsi kecil tapi
3. Dapat meningkatkan dan
akan diet untuk sering dan sajikan dalam
menambah nafsu makan
memenuhi kebutuhan keadaan hangat
nutrisi atau membatasi 4. Kolaborasi dalam pemberian anti
gangguan GI emetic
b) Tidak 4. Anti emetic dapat
terjadi nutrisi kurang dari mengurangi mual dan
kebutuhan muntah sehingga dapat
c) Ps tidak menambah nafsu makan
mual dan muntah
d) Nafsu
makan ps meningkat

5. Ansietas b/d faktor Setelah diberi askep selama 1. Catat petunjuk perilaku, misal : 1. Indikator derajat ansietas (pasien
psikologis dan ancaman diharapkan pasien tidak gelisah dapat merasa tidak terkontrol)
2. Dorong menyatakan perasaan,
konsep diri merasa cemas dan takut 2. Membuat hubungan terapiutik dan

11
terhadap peyakitnya dengan berikan umpan balik membantu pasien atau orang
kriteria hasil : terdekat dalam mengidentifikasi
masalah pasien
a) Menunjukaan rileks
3. Berikan lingkungan tenang dan
b)Melaporkan penurunan
istirahat
ansietas sampai tingkat dapat 3. Memindahkan pasien dari stress
ditangani luar, meningkatkan relaksasi,
membantu menurunkan ansietas

Post Operasi

Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri (akut) b/d insisi Setelah diberi askep 1. Identifikasi faktor penyebab nyeri 1.Dengan memahami penyebab
bedah dan distensi diharapkan nyeri pasien nyeri dapat ditentukan intervensi
abdomen terkontrol/hilang dengan selanjutnya
2. Monitor TTV ps
kriteria hasil :
2. Perubahan TTV menunjukkan
3. Selidiki keluhan nyeri, perhatikan

12
a) TTV ps normal lokasi, intensitas (skala) dan faktor adanya perubahan tingkat nyeri
b) Pasien tampak rileks
pemberat
c) Melaporkan nyeri hilang 3. Nyeri insisi bermakna pada fase
atau terkontrol 4. Anjurkan pasien untuk melaporkan pasca operasi awal, diperberat oleh
nyeri segera setelah mulai gerakan, batuk, distensi abdomen
dan mual
4. Intervensi dini pada control nyeri,
memudahkan pemulihan otot atau
5. Anjurkan menggunakan teknik
jaringan dengan menurunkan
distraksi dan relaksasi untuk
tegangan otot dan memperbaiki
mengontrol nyeri
sirkulasi
6. Kolaborasi dalam pemberian
5.Distarksi dan relaksasi dapat
analgetik sesuai indikasi
mengalihkan perhatian pasien dari
nyeri dan menurunkan rasa nyeri
pasien
6. Membantu menurunkan rasa nyeri
pasien

2. Kerusakan integritas Setelah diberi askep selama 1. Periksa luka dengan sering terhadap 1. Mungkin indikatif dari
kulit b/d faktor diharapkan terjadi kerusakan bengkak, insisi berlebihan, pembentukan hematoma atau

13
eksternal (insisi bedah) integritas kulit dengan inflamasi dan drainase terjadinya infeksi yang
kriteria hasil : menunjang pemulihan luka dan
meningkatkan resiko pemisahan
a) Mencapai pemulihan luka 2. Bebat insisi selama batuk dan
luka
tepat waktu tanpa latihan nafas
2. Meminimalkan stress atau
komplikasi
b) Integritas kulit terjaga 3. Gunakan plaster kertas atau bebat tegangan pada tepi luka yang
yang mudah dilepas sembuh
3. Penggantian balutan sering dapat
4. Lakukan perawatan Mois
mengakibatkan kerusakan kulit
5. Berikan diet tinggi kalori dan tinggi karena perlekatan yang kuat
protein 4. Mempercepat pertumbuhan sel
yang rusak akibat pembedahan

5. Membantu dalam proses


penyembuhan luka

3. Risiko infeksi b/d Luka Setelah diberi askep, 1. Pantau TTV ( nadi, suhu, RR, TD) 1. Peningkatan suhu 4-7 hari setelah
operasi dengan diharapkan infeksi tidak pembedahan sering menandakan
kemungkinan terjadi dengan kriteria hasil : abses luka atau kebocoran cairan
2. Observasi penyatuan luka, karakter
kontaminasi dan dari sisi anastomosis
a) Mencapai pemulihan drainase, adanya inflamasi
Kemungkinan ketidak 2. Perkembangan infeksi dapat

14
adekuatan pertahanan luka tepat waktu, bebas menghambat pemulihan
3. Pertahankan perawatan luka aseptic
primer dari drainase purulen
3. Melindungi pasien dari
atau eritema dan demam
b) Tanda-tanda infeksi (-) 4. Kolaborasi dalam pemberian kontaminasi silang selama
c) Luka mengering penggantian balutan
antibiotic
d) Bekas luka paska operasi
sudah mulai tak tampak 4. Mencegah terjadinya infeksi

4.Kurang pengetahuan b/d Setelah diberi askep selama 1. Berikan informasi tentang penyakit, 1. Pasien mengerti akan
Tidak mengenal sumber diharapkan pengetahuan prognosis, dan proses pengobatan penyakitnya dan dapat
informasi, kurang pasien meningkat dengan kooperatif dalam perawatan
2. Memberi dukungan pada pasien,
pemajanan atau kriteria hasil : serta pengobatannya
keluarga, dan orang terdekat
mengingat dan 2. Meningkatkan motivasi pasien
a) Mengungkapkan
kesalahan interpretasi dalam mengikuti pengobatan
pemahaman tentang
informasi
informasi yang diberikan
b) Ps
mengerti tentang
penyakitnya
c) Me
matuhi semua tindakan

15
yang dianjurkan

16
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah

rencana intervensi disusun dan ditujukan pada (nursing orders) untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2011, hal.

126).

5. Evaluasi
a. Nyeri pasien teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

b. Pasien dapat BAB dengan lancar setelah dilakukan tindakan


keperawatan

c. Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan

d. Integritas kulit terjaga

e. Tidak terjadi risiko infeksi pada bekas luka operasi

f. Ansietas pasien teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan

g. Pengetahuan pasien meningkat

17
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., Setiowulan, W. (2000). Kapita Selekta


Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

18
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Juni 2008, pada pukul 10.00
WITA di Ruang C RSUD Sanjiwani Gianyar berdasarkan atas wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi atau list pasien
A. Pengumpulan Data
1. Identitas Pasien Penanggung (anak)
Nama : BA AS
Umur : 55 tahun 30 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki perempuan
Status Perkawinan : kawin kawin
Suku bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA S.1
Pekerjaan : Pedagang Guru
Alamat : Jl. Kebo Iwa gianyar Jl. Kebo Iwa Gianyar
No. Tlp : 941236 941236
No. Register : 22986
Tgl MRS : 10 Juni 2008

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama MRS
Pasien mengatakan teraba benjolan yang nyeri di daerah
selangkangan.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri di daerah luka bekas operasi.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bekerja sebagai pedagang dan sering
mengangkat benda benda berat yang merupakan barang
dagangannya. Pada tanggal 8 juni 2008, pasien mengatakan nyeri
di daerah selangkangan dan pasien mengatakan ada benjolan.
Pasien tidak memeriksakan diri ke Dokter, hanya istirahat di rumah
karena pasien mengira dirinya hanya kelelahan setelah mengangkat
benda yang berat. Tanggal 10 Juni 2008, pasien merasa kadaanya
tidak membaik. Oleh anaknya, pasien diajak ke IRD RSUD
Gianyar untuk memeriksakan diri. Oleh dokter, pasien diperiksa
bagian perut dan selangkanganya dan dilakukan beberapa test
medis dimana pasien tidak tahu apa nama test tersebut. Setelah

19
menunggu beberapa saat, dokter mangatakan diagnosis pasien
adalah hernia inguinalis lateralis, kemidian saat itu juga, pasien
dirawat inap di Ruang C untuk direncanakan tindakan bedah
terhadap penyakit hernia tersebut. Tanggal 11 Juni 2008, pasien
dioperasi. Dari Ruang Operasi pasien mendapatkan terapi IVFD
RL 20 tetes/ menit, kaltropen supp 1 tab, sulferason 3x1 gr,
cendantron 3x1 gr, ketorolak 3x1 gr.
d. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
ini ataupun penyakit lainnya. Dan ini merupakan pertama kalinya
pasien dirawat di RS.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya, tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengannya ataupun penyakit menular lainnya.

3. Pola Kebiasaan Pasien


a. Bernafas
Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien tidak pernah mengalami
sesak, baik saat menarik maupun mengeluarkan nafas. Pasien
mengatakan pernafasannya tidak mengalami keluhan.
b. Makan dan minum
Sebelum sakit pasien mengatakan makan dan minumnya tidak
mengalami gangguan. Setelah sakit, pasien mengatakan sring mual
dan kadang- kadang muntah, sreta nafsu makanya menurun. Pada
saat pengkajian nafsu makannya sudah mulai membaik, pasien
tampak menghabiskan porsi makan yang diberikan oleh RS, dan
pasien juga tidak memilikimakanan pantangan. Minum pasien 7-8
gelas sehari.
c. Eliminasi
BAB : Sebelum sakit, pasien mengatakan tidak mengalami
gangguan dalam eliminasi BAB. Setelah sakit pasien
mengatakan perut kembung dan sulit BAB. Saat
pengkajian, pasien mengatakan sudah BAB 1 kali dengan
konsistensi lembek dan jumlah yang sedikit, pasien juga

20
mengatakan BAB dapat dilakukan setelah memasukkan
obat ke dalam pantat.
BAK : Sebelum sakit, setelah sakit, dan saat pengkajian pasien
mengatakan tidak mengalami gangguan dalam BAK.
d. Gerak dan aktivitas
Sebelum sakit, pasien mengatakan gerak dan aktivitasnya tidak
terganggu. Setelah sakit, pasien mengatakan gerak dan aktivitasnya
terganggu karena nyeri. Pada saat pengkajian, pasien mengatakan
gerak dan aktivitasnya tidak begitu terganggu, karena sudah bias
bergerak miring kanan dan miring kiri.
e. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
dalam istirahat dan tidur. Setelah sakit, pasien mengatakan sulit
tidur karena nyeri dan pasien juga sering mengalami gelisah di
malam hari. Pada saat pengkajian pasien mengatakan sudah dapat
tidur, karena dokter sudah memberikan obat tidur (sedatif) sebelum
tidur.
f. Kebersihan diri
Sebelum sakit, pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari dan
keramas 2 hari sekali, pasien biasa berpakaian rapi. Pada saat
pengkajian, pasien mengatakan hanya di lap 1 kali sehari dan
menggosok gigi 2 kali sehari dan tiap hari mengganti bajunya.
Pasien juga mengatakan plester pada luka bekas operasinya belum
ada yang membuka.
g. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum pangkajian dan saat pengkajian, pasien mengatakan susu
tubuhnya tidak mengalami peningkatan, suhu tubuh pasien 37C.
h. Rasa nyaman
Sebelum sakit, pasien mengatakan tidak ada gangguan rasa
nyaman. Setelah sakit, pasien mengatakan merasa nyeri terutama di
daerah selangkangan karena ada benjolan dan nyeri bertambah saat
beraktivitas. Pada saat pengkajian, pasien mengatakan tidak
nyaman karena merasa nyeri di daerah luka bekas operasinya dan
pasien tampak meringis. Skala nyeri pasien 5 dari 10 skala nyeri
yang diberikan oleh perawat.

21
i. Rasa aman
Sebelum sakit, pasien mengatakan merasa aman. Setelah sakit
pasien mengatakan cemas dan tampak tegang karena penyakit,
prognosis, dan proses pengobatannya. Pada saat pengkajian, pasien
mengatakan sudah mendapatkan informasi tentang penyakit,
prognosis dan prosedur pembedahannya, namun pasien masih
tampak bertanya tanya tentang keadaannya saat ini (setelah
operasi) dan tampak nertanya tanya tentang perawatan luka
operasi yang tepat.
j. Data sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya baik, peran dalam keluarga
adalah sebagai bapak dan keluarganya harmonis. Hubungan pasien
dengan pasien lain dan perawat yang merawatnya juga baik.
k. Prestasi dan produktivitas
Pasien mengatakan sebelum sakit bisa bekerja dengan baik. Setelah
sakit, pasien mengatakan mengalami gangguan saat bekerja. Saat
pengkajian, pasien mengatakan tidak dapat bekerja karena dirawat
di RS.
l. Rekreasi
Sebelum sakit, pasien biasa berkumpul dengan keluarga dan
temannya. Saat pengkajian, pasien hanya tidur di tempat tidur.
m. Belajar
Pasien mengatakan tidak mengerti tentang perawatan luka
operasinya dan mengatakan tidak mengerti tentang keadaanya saat
ini (setelah operasi).
n. Ibadah
Pasien beragama Hindu dan pasien biasa sembahyang setiap hari
dan hari raya tertentu. Tapi saat pengkajian, pasien hanya dapat
berdoa di tempat tidur.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : CM
2) Bangun tubuh : Sedang
3) Postur tubuh : Tegak
4) Cara berjalan : Lancar terkoordinir
5) Gerak motorik : Normal
6) Keadaan kulit :

22
- Warna kulit : Normal
- Turgor : Elastis
- Kebersihan : Cukup
- Luka : Terdapat luka di perut kanan bawah yaitu
di area inguinalis (selangkangan)
7) Gejala cardinal :
- Suhu : 37C
- Nadi : 88 x/menit
- RR : 20 x/menit
- TD : 130/80 mmHg
8) Ukuran lain :
- BB sebelum MRS : 70 Kg
- BB saat pengkajian : 68 Kg
- Tinggi badan : 168 cm
b. Kepala
Kebersihan cukup, rambut agak botak, tidak ada benjolan, tidak
ada nyeri tekan, persebaran rambut tidak merata.
c. Mata
Bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada, sclera putih, konjungtiva
merah muda, pergerakan mata terkoordinir, reflek pupil baik, pupil
isokor.
d. Hidung
Bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada, secret tidak ada dan
penciuman baik.
e. Telinga
Bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada, ada sedikit serumen,
pendengaran cukup baik, pasien mampu menjawab pertanyaan
pertanyaan yang diajukan perawat.
f. Mulut
Bentuk simetris, mukosa bibir lembab, gigi ada karies, gigi ada
yang tanggal, tidak ada pembesaran tonsil.
g. Leher
Nyeri tekan tidak ada, distensi vena jugularis/ kelenjar tiroid, dan
kelenjar limfe tidak ada. Tidak ada benjolan.
h. Thorak
Bentuk dada simetris, gerak dada bebas, suara paru normal,
payudara simetris, tidak ada nyeri atau benjolan.
i. Abdomen
Bentuk simetris, terdapat distensi / perut kembung, terdapat nyeri
tekan pada perut kanan bawah di area inguinal pada selangkangan.

23
Terdapat luka bekas operasi di daerah inguinal / selangkangan,
panjang 10 cm yang ditutup oleh gaas dan hipapik. Peristaltic usus
9 x/menit.
j. Genitalia
Terdapat luka bekas operasi di selangkangan dengan panjang 10
cm.
k. Anus
Tidak diobservasi.
l. Ekstremitas
Atas : tidak ada odema, tidak terjadi sianosis, pada tangan kiri
terpasang infuse RL
Bawah : tidak ada odema, tidak terjadi sianosis pada ujung kuku
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555

5. Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil Unit Normal Range
WBC 12,4 1013/ul 4-11
RBC 4,46 1016/ul 3,5-5,5
HGB 13,6 gr/dl 11,5-16
HCT 38,9 % 35-54
MCV 87,2 fL 86-100
MCH 29,1 g 27-31
MCHC 33,4 g/dl 32-36
RDW 14,3 fL 35-47
PLT 282 1013/ul 150-450
MPH 3,2 fL 6-10
NE 9,8lt 1013/ul 80,8%(1,7-7,7/46,0-85,0)
3
LY 10 /ul 16,9%(0,4-4,4/1,0-49,0)
MO 103/ul 2,2%(0.0-0,8/0,0-9,0)
EO 103/ul 0,1%(0,0-0,6/0,0-6,0)
BA 103/ul 0,1%(0,0-0,2/0,0-2,0)
LED 1 < 15 mm/jam
LED 2 < 20 mm/jam

B. Analisa Data
ANALISA DATA
PASIEN BA DENGAN POST OP HERNIOTOMI INGUINALIS
LATERALIS
DI RUANG C RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 12 JUNI 2008

No Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan

24
1 -Pasien mengatakan tidak -Pasien tampak Gangguan
nyaman karena merasa meringis rasa nyaman
nyeri di daerah luka bekas -Terdapat nyeri tekan nyeri
operasinya pada perut kanan
bawah di area
inguinal pada
selangkangan
-skala nyeri 5 dari 10
skala nyeri yang
diberikan
-Nadi = 88 x/menit
-TD = 130/80 mmHg
2 -Pasien mengatakan tidak -Pasien tampak Kurang
mengerti tentang perawatan bertanya tanya pengetahuan
luka operasinya dan tentang keadaanya
mengatakan tidak mengerti setelah operasi dan
tentang keadannya saat ini tentang perawatan
(setelah operasi) luka yang tepat
3 -Pasien mengatakan plester -Terdapat luka bekas Kerusakan
pada luka bekas operasinya operasi di integritas
belum ada yang membuka selangkangan dengan kulit
panjang 10 cm
4 -Terdapat luka bekas Resiko
operasi di infeksi
selangkangan dengan
panjang 10 cm
-Terdapat infuse RL
pada tangan kiri

C. Rumusan Masalah Keperawatan


1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
2. Kurang Pengetahuan
3. Kerusakan Integritas Kulit
4. Resiko Infeksi

D. Analisa Masalah
1. P : Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
E : Pembedahan
S : Pasien mengatakan tidak nyaman karena merasa nyeri di daerah
luka bekas operasinya, Pasien tampak meringis, terdapat nyeri
tekan pada perut kanan bawah di area inguinal pada

25
selangkangan, skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang diberikan,
nadi = 88 x/menit, TD = 130/80 mmHg
Proses terjadinya :
Pembedahan menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan.
Sehingga akan merangsang keluarnya zat zat kimia dan bioaktif
lainya sperti histamine dan bradikinin dimana pada akhirnya
akan merangsang reseptor nyeri, sehingga dapat menimbulkan
nyeri.
Akibat bila tidak ditangani :
Gangguan pola tidur, gangguan mobilisasi dan menghambat
proses penyembuhan
2. P : Kurang Pengetahuan
E : Kurang mengenal sumber sumber informasi
S : Pasien mengatakan tidak mengerti tentang perawatan luka
operasinya dan mengatakan tidak mengerti tentang keadannya
saat ini (setelah operasi), pasien tampak bertanya tanya tentang
keadaanya setelah operasi dan tentang perawatan luka yang tepat
Proses terjadinya :
Sumber informasi yang kurang menyebabkan pemahaman pasien
tentang suatu penyakit akan berkurang.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Pasien tidak kooperatif dalam pengobatan dan perawatan
sehingga menghambat proses penyembuhan.
3. P : Kerusakan Integritas Kulit
E : Insisi bedah
S : Pasien mengatakan plester pada luka bekas operasinya belum ada
yang membuka, terdapat luka bekas operasi di selangkangan
dengan panjang 10 cm.
Proses terjadinya :
Insisi bedah menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan yang
menimbulkan luka bekas operasi di selangkangan dengan
panjang 10 cm yang pada akhirnya diangkat diagnose kerusakan
integritas kulit.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Memperparah kondisi umum pasien dan menghambat proses
penyembuhan.
4. P : Resiko Infeksi
Factor resiko :

26
Terdapat luka bekas operasi di selangkangan dengan panjang 10
cm, terdapat infuse pada tangan RL kiri
Proses terjadinya :
Karena terdapat luka operasi dan infuse di tangan kiri, apabila
perawatannya tidak dilakukan dengan benar dan tidak steril akan
beresiko terjadinya infeksi.
Akibat bila tidak ditanggulangi :
Dapat terjadi infeksi dan memperparah penyakit pasien.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembedahan
ditandai dengan Pasien mengatakan tidak nyaman karena merasa nyeri
di daerah luka bekas operasinya, Pasien tampak meringis, terdapat
nyeri tekan pada perut kanan bawah di area inguinal pada
selangkangan, skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang diberikan, nadi =
88 x/menit, TD = 130/80 mmHg.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal sumber
sumber informasi ditandai dengan pasien mengatakan tidak mengerti
tentang perawatan luka operasinya dan mengatakan tidak mengerti
tentang keadannya saat ini (setelah operasi), pasien tampak bertanya
tanya tentang keadaanya setelah operasi dan tentang perawatan luka
yang tepat.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah ditandai
dengan pasien mengatakan plester pada luka bekas operasinya belum
ada yang membuka, terdapat luka bekas operasi di selangkangan
dengan panjang 10 cm.
4. Resiko infeksi dengan factor resiko terdapat luka bekas operasi di
selangkangan dengan panjang 10 cm dan terdapat infuse RL pada
tangan kiri

II. Perencanaan
A. Prioritas Masalah
Prioritas masalah yang digunakan berdasarkan Hirarki kebutuhan dasar A.
Maslow dan keluhan pasien yaitu :
1. Dx 1
2. Dx 3
3. Dx 4

27
4. Dx 2

28
B. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
PASIEN BA DENGAN POST OP HERNIOTOMI INGUINALIS LATERALIS
DI RUANG C RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 12 JUNI 14 JUNI 200

Hari/
No Tanggal/ Dx Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional
jam
1 2 3 4 5 6
1 Kamis Dx 1 Setelah diberikan -Selidiki keluhan nyeri, -Nyeri insisi bermakna pada
12 Juni ASKEP selama perhatikan lokasi, intensitas fase pasca operasi awal,
2008 3x24 jam (skala) dan factor pemberat diperberat oleh gerakan,
diharapkan nyeri batuk, distensi abdomen dan
pasien terkontrol/ mual
hilang dengan
criteria hasil : -Anjurkan pasien untuk -Intervensi dini pada control
-Pasien tidak melaporkan nyeri segera nyeri memudahkan
mengeluh nyeri setelah mulai pemulihan otot / jaringan
lagi dengan menurunkan
-Tidak terdapat tegangan otot dan
nyeri tekan memperbaiki sirkulasi darah
-Skala nyeri 1-3
dari 10 skala nyeri -Anjurkan menggunakan -Distarksi dan relaksasi
yang diberikan teknik distraksi dan relaksasi dapat mengalihkan perhatian
perawat untuk mengontrol nyeri pasien dari nyeri dan
-Pasien tidak menurunkan rasa nyeri
meringis pasien
-TTV :
Nadi = 60-100 -Kolaborasi dalam -Membantu menurunkan
x/menit pemberian analgetik sesuai rasa nyeri pasien
TD = 120/70 indikasi
mmHg

2 Kamis Dx 3 Setelah diberikan -Periksa lika dengan sering -Mungkin indikatif dari
12 Juni ASKEP selama terhadap bengkak, insisi pembentukan hematoma
2008 3x24 jam, berlebihan, inflamasi dan atau terjadinya infeksi yang
diharapkan tidak drainase menunjang pemulihan luka
terjadi kerusakan dan meningkatkan resiko
integritas kulit, pemisahan luka
dengan criteria
hasil : -Bebat insisi selama batuk -Meminimalkan stress atau
-Tercapai dan latihan nafas tegangan pada tepi luka
pemulihan tepat yang sembuh
waktu tanpa
komplikasi -Gunakan plaster kertas atau -Penggantian balutan sering
-Kulit tampak bebat yang mudah dilepas dapat mengakibatkan
sehat dan tidak kerusakan kulit karena
ada drainase perlekatan yang kuat
-Penyembuhan
luka sama seperti
semula (sebelum
dilakukan operasi)
3 Kamis Dx 4 Setelah diberikan -Pantau TTV ( nadi, suhu, -Peningkatan suhu 4-7 hari

29
1 2 3 4 5 6
12 Juni ASKEP selama RR, TD) setelah pembedahan sering
2008 3x24 jam, menandakan abses luka atau
diharapkan infeksi kebocoran cairan dari sisi
tidak terjadi, anastomosis.
dengan criteria
hasil : -Observasi penyatuan luka, -Perkembangan infeksi
-Tidak ada tanda karakter drainase, adanya dapat menghambat
tanda infeksi inflamasi pemulihan.
-Bebas dari
drainase purulen -Pertahankan perawatan luka -Melindungi pasien dari
-Pemulihan luka aseptic kontaminasi silang selama
tepat waktu penggantian balutan
-TTV
Nadi = 60- -Kolaborasi dalam -Mencegah terjadinya
100x/menit pemberian antibiotic infeksi
Suhu = 36,9
-37,4C
TD = 120/70
mmhg
RR = 16-20
x/menit

4 Kamis Dx 2 Setelah diberikan -Tinjau ulang prosedur dan -Memberikan dasar


12 Juni ASKEP selama harapan pasca operasi pengetahuan dimana pasien
2008 1x30 menit, dapat membuat pilihan
diharapkan berdasar informasi
pengetahuan
pasien meningkat -Diskusikan pentingnya -Meningkatkan
dengan criteria masukan cairan adekuat, penyembuhan dan
hasil : kebutuhan diet normalisasi fungsi usus
-Pasien mengerti
tentang penyakit, -Demonstrasikan perawatan -Meningkatkan
pengobatan, luka atau mengganti balutan penyembuhan, menurunkan
keadaanya saat ini yang tepat resiko infeksi, memberikan
(setelah operasi) kesempatan untuk
dan perawatan mengobservasi pemulihan
yang tepat dalam luka
merawat luka
bekas operasi
-Pasien tidak
bertanya tanya
lagi
-Pasien bias
menjelaskan cara
merawat luka
yang benar
-Pasien
melakukan
perawatan luka
yang benar

III.Pelaksanaan

30
Disesuaikan dengan rencana tindakan pada perencanaan keperawatan

IV. Evaluasi
Disesuaikan dengan criteria hasil pada rencana tujuan masing masing
diagnosa.

31

Anda mungkin juga menyukai