Anda di halaman 1dari 166

EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

(Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Pemerintah

Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap)


Oleh :

RUSWATI

F1B001050

Diajukan untuk menyusun skripsi Program Strata Satu (S1)

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Jenderal Soedirman

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

PURWOKERTO

2005

====================================================================
==
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK

(Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Pemerintah
Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap)

Oleh :

Ruswati

F1B001050

Diterima dan disahkan

Purwokerto, November 2005

Pembimbing

1. Pembimbing I
Drs. Andi Antono, M.Si.
.
NIP. 131691611

2. Pembimbing II

Drs. Darmanto S.S., M.Kes.


.
NIP. 131657334

3. Penilai Pendamping

Drs. M. Imron
.
NIP. 131996098

Mengetahui

Dekan FISIP UNSOED

Drs. Bambang Kuncoro, M.Si.


NIP. 131569011

====================================================================
==

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka. Dengan kata lain semua isi

yang ada dalam skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.

Purwokerto, November 2005

( Ruswati )

F1B001050
====================================================================
==

Presented for

My beloved parents, Bapak and Mama


Thanks for the sincerity in praying and supporting me

My beloved sister Wary thanks for your love

and attentions

My little sister and brotherMusliah & Agus

Praying, study hard and never stop trying. Must !

Barakallahu

Ill love all of you forever

====================================================================
==
MOTTO

Jadikanlah Allah sebagai penolongmu dengan sabar dan mengerjakan shalat, sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu

(Qs. Albaqarah : 45)

Kita hidup hanya sekali, maka sekiranya ada kebaikan yang bisa kita tunjukkan terhadap sesama,
biarlah itu kita lakukan sekarang juga dan jangan menundanya sebab kita tidak akan pernah
melewati jalan ini lagi untuk yang kedua kalinya.

(William Pen)

Jangan menunggu keadaan paling ideal, jangan pula menunggu kesempatan yang paling baik.
Keduanya tak akan pernah datang.

(Janet Erskine Stuart)

Tiada kesalahan atau kegagalan yang lebih buruk selain berhenti dan tidak mencoba lagi.

(John Wanamaker)
Tak selamanya kegagalan berakhir dengan kesedihan. Ada keajaiban yang akan membuat kita
tersenyum.

(Emi)

Try and try, never giving up and face all the things with smile, cause smile will give us The
Power.

(My Self)

=====================================================================

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS
PELAYANAN PUBLIK (Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas
Pelayanan Aparat Pemerintah Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap). Karya ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Penulis menyadari bahwa karya ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Drs. Andi Antono, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Darmanto S.S., M.Si. selaku pembimbing dua yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. M. Imron selaku penilai pendamping yang telah memberikan saran,
bimbingan dan petunjuk untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Bambang Kuncoro, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UNSOED.

5. Seluruh staff dan dosen pengajar Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UNSOED.

6. Seluruh aparat pemerintah kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data selama penelitian
berlangsung.

7. Bapak dan Mama tersayang yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, doa,
dorongan dan segalanya serta kakak dan adik-adikku tersayang atas dukungannya selama
ini.

8. Teman-teman AN 2001 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Lisna, Emi, Imung,
Upi, Erni, Peni, Bambang, Mas Jay, Astri, Ria, Siti Diah, Qiah, terimakasih atas perhatian
dan dukungannya, semoga harapan dan cita-cita kita tercapai.

9. Teman-teman kost di Wisma An Najah Neta, Vita, Lusi, Tamah, Hany, Mega dan Iis,
atas pesahabatan dan rasa kekeluargaan yang indah selama ini. Thanks for this beautiful
friendship. Keep it forever !

10. Semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun spirituil sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.

Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharap masukan dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat di kemudian hari.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Purwokerto, November 2005

Penulis

=====================================================================

THANKS TO

Sujud syukurku pada Allah SWT atas segala anugerah, cinta dan kasih sayang yang telah
diberikan sehingga Ana bisa melewati satu langkah dalam perjalanan hidup yang panjang ini.

Nabi besar Muhammad SAW sebagai panutan hidup Ana di dunia.

Bapak dan Mama yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, doa, dorongan dan
segalanya, Aku Bangga pada kalian, dan aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian dan
akan membuat kalian bahagia!
Mbak WaryMy Best sisterthanks for everything youve gived to meIll do the best! Buat
adik-adikku tersayang De Mus dan De Agus terimakasih sudah menjadi adik yang manis dan
baik. Jangan lupa belajar dan terus berdoa. Tiru yang baik dari kaka, dan buang yang jelek
dari kaka.

My Best Friend Ika&Fitri terimakasih atas perhatian, semangat, nasihat, dan persahabatan
yang manis ini semoga kita selalu bersama selamanya.

Teman seperjuanganku Lisna, Ika, Ria, Bambang, Ahmad, Imung, Mas Jay, Yuli, Mas Tanjung,
Mas Wiwit, Mas Momo, Evi, Diah, Resi, Q-yah terimakasih untuk semua bantuan dan support
kalian.. terimakasih sudah bersama-sama selama ini.

Dewi, Peni, Upi, Erni, Astri, Somad, Siti, Miing, Samsiyah, Probo, Desi, Thanks for your
attentions, semoga harapan dan cita-cita kita tercapai

dan teman-teman AN 2001 atas kebersamaannya selama ini. Kompak Selalu!!

Teman-teman kost di Wisma An Najah mbak neta, vita, lusi, tamah, hany, rina, sumini, mega
dan iis, atas persahabatan dan rasa kekeluargaan yang indah

selama ini. Thanks for this beautiful friendship. Keep it forever !

Teman-Teman Kenanga Crew terimakasih atas kerjasama, persahabatan, kekompakan,


pengertian dan pertolongannya selama ini. Semoga kita selalu bersahabat selamanya.

My Friends on cyber especially niceguy community, mas burhan, mas mul,

mbak liany, mbak ika, dan teman-teman yang lain

terimakasih atas persahabatan, keceriaan, kebahagiaan dan semangat yang kalian berikan
untukkuKehadiran kalian memberikan warna dalam hidupku.
Untuk masa depankuSekarang aku bekerja keras dan terus berjuang untukmu

Terakhir kuingin mengucapkan banyak terimakasih untuk orang-orang yang telah menyakitiku
dan membuatku sedihkarena kalianlah sekarang aku menjadi lebih kuat dan menjadi lebih
baik.

Barakallahu

=====================================================================

RINGKASAN

Pada saat ini pemerintah banyak mendapat sorotan publik terutama dalam hal pelayanan.
Masyarakat Indonesia semakin kritis dan menginginkan pelayanan yang maksimal dari
pemerintah. Mereka menuntut pelayanan yang efektif dalam berbagai hal. Tidak hanya di pusat
pemerintahan, di semua tingkat pemerintahan dari pusat sampai kelurahan mendapatkan tuntutan
yang sama dari publik yaitu pelayanan yang efektif. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi
efektivitas pelayanan suatu organisasi, diantaranya disiplin kerja dan iklim kerja aparat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh disiplin kerja dan iklim kerja
terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

Penelitian ini dilakukan di lima kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara dengan sasaran
penelitiannya adalah seulurh pegawai pada lima kelurahan tersebut. Jumlah responden sebanyak
82 pegawai. Penentuan sampel menggunakan teknik Total Sampling dengan asumsi
menggunakan teknik total sampel maka sampel akan representatif. Metode yang digunakan
adalah kuantitatif sehingga data-data yang ditampilkan berupa angka-angka. Untuk validitas data
digunakan validitas konstruksi dan reliabilitas data menggunakan internal consistency dengan
teknik belah dua (split half) dari Spearman brown. Pengujian hipotesis dianalisis dengan
menggunakan teknik korelasi kendall tau dan regresi ordinal.

Berdasarkan hasil perhitungan secara statistik, koefisien korelasi kendall antara variabel disiplin
kerja (X1) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,518; antara variabel iklim kerja
(X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,540; antara variabel disiplin kerja (X1)
dan variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,779.
Hubungan-hubungan ini bersifat signifikan dan positif. Dari hasil perhitungan regresi ordinal
didapatkan nilai beta () sebesar 54,627 artinya pengaruh disiplin kerja (X1) dan iklim kerja
(X2) terhadap efektivitas pelayanan (Y) sebesar 54,627 dan sisanya sebesar 45,373 dipengaruhi
oleh variabel lain. Hasil-hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang
dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima.

Kata kunci : disiplin kerja, iklim kerja dan efektivitas pelayanan.

=====================================================================

SUMMARY

At the moment the government often received the attention of public especially in the matter of
service. The Indonesian community increasingly critical and wanted the maximal service from
the government. They demanded the effective service in various matters. Not only in the center of
the government, in all the levels of the government from the center until the district got the same
demand from public that is the effective service. There were many factors that could influence
the service effectiveness in an organization, such as dicipline and climate of the work from
officials. This research aimed to know the influence dicipline and climate of work towards the
service effectiveness of district officials in the North Cilacap Subdistrict in the Cilacap Regency.

This research done in five districts in the Cilacap Subdistrict North, with target was all the
officials of five districts. The number of respondents totalling 82 officials. The determination of
sample made use the Total Sampling technique with the assumption that sample will be
representative. The method was used quantitative so the datas that was put forward took the
form of figures. For the validity of the data was used by the validity of the construction and
reliabilitas the data used internal consistency technically the crack two (split half) from
Spearman Brown. The testing of the hypothesis was analysed by use kendall tau correlation and
ordinal regression technique.

Based on the results statistically, the correlation coefficient kendall between dicipline of work
(X1) with the effectiveness of service (Y) variabel is 0,518; between the climate of work (X2) with
the effectiveness of service (Y) variable is 0,540; between the dicipline (X1) and climate of work
(X2) variable with the effectiveness of service variable (Y) is 0,779. These relations were
significant and positive. From results of ordinal regression was obtained beta () as big as
54,627 meaning that the influence dicipline of work variable (X1) and climate of work variable
(X2) toward the effectiveness of the service variable (Y) as big as 54,627 and the rest of them as
big as 45,373 was influenced by the other variable. From these results the conclusion is the
hypothesis that was raised in this research could be accepted.

The key word : discipline of work, climate of work and effectiveness of service.

=====================================================================

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN . ii
PERNYATAAN .. iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR . vi

RINGKASAN . viii

SUMMARY ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah .. 12

C. Pembatasan Masalah . 12

D. Tujuan Penelitian .. 12
E. Kegunaan Penelitian . 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritik..................... 14

1. Konsep Teori ... 14

2. Pelayanan Publik ..... 15

3. Efektivitas Pelayanan Aparat ...... 18

4. Disiplin Kerja Aparat .. 22

5. Iklim Kerja Organisasi .... 25

6. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat... 29

7. Pengaruh Iklim Kerja Dalam Kelurahan Terhadap Efektivitas

Pelayanan Aparat Kelurahan ... 31


8. Pengaruh Bersama Antara Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap

Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan ..... 33

B. Hipotesis........................... 34

1. Hipotesis Model Verbal ... 34

2. Hipotesis Model Geometrikal ...... 35

C. Definisi Konsep Dan Definisi Operasional.......... 35

1. Definisi Konsep ... 35


2. Definisi Operasional 36

3. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian........ 38

BAB III METODE PENELITIAN DAN


ANALISIS

A. Metode Penelitian................... 42

1. Sasaran Penelitian .. 42

2. Lokasi Penelitian ... 42

3. Metode Penelitian .. 42

4. Variabel-Variabel Yang Digunakan .. 42

5. Teknik Pengambilan Sampel . 43

6. Metode Pengumpulan Data .... 44

7. Sumber Data ... 45

8. Validitas dan Reliabilitas Data ... 45

B. Metode Analisis...................... 48

1. Pengukuran Variabel .. 48

2. Model Analisis Yang Digunakan ... 49


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian................ 56

1. Keadaan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara... 56

2. Struktur Organisasi dan Rinciann Tugas Pokok Pemerintah

Kelurahan........................ 69

3. Karakteristik Responden. 74

B. Uji Validitas dan Reliabilitas................ 76

1. Uji Validitas... 77

2. Uji Reliabilitas... 80

C. Deskripsi Variabel Penelitian................ 82

1. Deskripsi Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)... 82

2. Deskripsi Variabel Disiplin Kerja (X1). 83

3. Deskripsi Variabel Iklim Kerja (X2). 84

4. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean... 85

D. Pengujian Hipotesis...................... 85

1. Tabulasi Silang.. 86

2. Korelasi Kendall Tau 90


3. Korelasi Parsial..................... 97

4. Koefisien Konkordasi Kendall (W).. 98

5. Regresi Ordinal. 100

E. Pembahasan . 101

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan.. 107

B. Implikasi... 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

=====================================================================

DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Jumlah Aparat Pemerintah Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara

Berdasarkan Keadaan Data Bulan Januari-Juni 2004 ........................... 7

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan

Keadaan Data Bulan Desember 2004. 7

Tabel 3. Jenis-Jenis Pelayanan yang Diberikan Kelurahan Kepada

Masyarakat. 8

Tabel 4. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian.. 39

Tabel 5. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi... 50

Tabel 6. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia

Pendidikan.. 57

Tabel 7. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia

Tenaga Kerja.. 57

Tabel 8. Komposisi Penduduk Kelurahan Gumilir Berdasarkan Mata


Pencaharian 58

Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan

Usia Pendidikan. 59

Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia

Tenaga Kerja.. 60

Tabel 11. Komposisi Penduduk Kelurahan Karang Talun Berdasarkan

Mata Pencaharian... 61

Tabel 12. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia

Pendidikan.. 62

Tabel 13. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia

Tenaga Kerja. 63

Tabel 14. Komposisi Penduduk Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan

Mata Pencaharian.. 63

Tabel 15. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia

Pendidikan. 65

Tabel 16. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia


Tenaga Kerja. 65

Tabel 17. Komposisi Penduduk Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Mata

Pencaharian 66

Tabel 18. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia

Pendidikan. 68

Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia

Tenaga Kerja. 68

Tabel 20. Komposisi Penduduk Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Mata

Pencaharian... 69

Tabel 21. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. 74

Tabel 22. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia. 75

Tabel 23. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. 76

Tabel 24. Hasil Pengujian Validitas Efektivitas Pelayanan.. 77

Tabel 25. Hasil Pengujian Validitas Disiplin Kerja.. 78

Tabel 26. Hasil Pengujian Validitas Iklim Kerja.. 79


Tabel 27. Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas.. 81

Tabel 28. Distribusi Frekuensi Variabel


Efektivitas Pelayanan ... 82

Tabel 29. Distribusi Frekuensi Variabel


Disiplin Kerja ... 83

Tabel 30. Distribusi Frekuensi Variabel Iklim


Kerja 84

Tabel 31. Penafsiran Variabel Berdasarkan


Nilai Mean ... 85

Tabel 32. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan

Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)................ 86

Tabel 33. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Iklim Kerja (X2)

dengan Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)... 88


Tabel 34. Hasil Perhitungan Kendall c... 90

Tabel 35. Hasil Perhitungan Koefisien Konkordansi Kendall (W) 99

=====================================================================

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hipotesis Model Geometrikal... 35

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan 71

Gambar 3. Pengujian Hipotesis Model


Geometrikal.. 106
=====================================================================

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Input Data Penelitian

Lampiran 3. Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Lima Kelurahan di Kecamatan Kabupaten


Cilacap

Lampiran 4. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Disiplin Kerja

Lampiran 5. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Iklim Kerja

Lampiran 6. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan Publik


Lampiran 7. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Lampiran 8. Tabulasi Silang Variabel Penelitian dilanjutkan Analisis Kendall c

Lampiran 9. Hasil Pengujian Korelasi Parsial

Lampiran 10. Hasil Pengujian Konkordansi Kendall (W)

Lampiran 11. Hasil Pengujian Regresi Ordinal

Lampiran 12. Tabel Nilai-nilai r Product Moment

Lampiran 13. Tabel Nilai-nilai Chi Kuadrat

Lampiran 14. Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 15. Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 16. Daftar Riwayat Hidup


=====================================================================

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, diwujudkan melalui

pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan

mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam

segala aspek kehidupan oleh penyelenggara negara yaitu lembaga tertinggi dan lembaga tinggi

negara bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk

memperbaiki keterbelakangan dan ketertinggalan dalam semua bidang kehidupan menuju suatu

keadaan yang lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Tujuan pembangunan nasional bangsa

Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual.

Pencapaian tujuan nasional di atas dilakukan dengan rangkaian upaya pembangunan

berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang

dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah menuju terwujudkan masyarakat adil dan
makmur. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk

mengarahkan, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang.

Keberhasilan pembangunan nasional tidak lepas dari peran dan fungsi organisasi

pemerintah yang mengemban tugas-tugas pemerintah karena keberhasilan organisasi pemerintah

dalam mencapai tujuan sangat mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam

rangka pencapaian tujuan nasional dan tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan peran

serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi

masyarakat yang tugasnya adalah untuk melaksanakan pemerintahan dan tugas pembangunan.

Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pada Bab II, Pasal 3 ayat 1 ditegaskan bahwa

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas
negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Widjaja menyebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil bukan hanya unsur aparatur

pemerintah, melainkan juga abdi negara dan abdi masyarakat yang pada dasarnya adalah pelayan

masyarakat. Pendapat serupa juga dilontarkan oleh Deddy Mulyadi bahwa :

Pegawai negeri sebagai aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara dan abdi negara, juga merupakan
abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan masyarakatlah aparat birokrasi harus mengabdikan diri.
Aparat birokrasi memang sangat diharapkan memiliki jiwa pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat
(Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004).

Dengan demikian output dari pelaksanaan tugas adalah berupa jasa pelayanan kepada

masyarakat sehingga pelayanan dikatakan efektif apabila aparat berhasil dalam melaksanakan
tugasnya. Dengan kata lain keberhasilan tugas pemerintah dalam pembangunan nasional banyak

tergantung pada kerja dan kemampuan pegawai negeri. Dari penjelasan tersebut kita dapat

melihat bahwa kedudukan dan peranan pegawai negeri sangat penting dan menentukan

keberhasilan pembangunan nasional.

Aparat kelurahan sebagai bagian dari pegawai negeri dituntut untuk dapat menjadi

motor penggerak pembangunan karena aparat kelurahan bersentuhan langsung dengan

masyarakat sehingga akan lebih memahami keadaan dan kondisi masyarakat. Dalam penjelasan

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dinyatakan bahwa kelancaran

menyelenggarakan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional, terutama tergantung

dari kesempurnaan aparatur negara, dan kesempurnaan aparatur negara tergantung dari

kesempurnaan pegawai negeri. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kesempurnaan

birokrasi tergantung dari kesempurnaan aparatur negara sehingga kualitas birokrasi kita

tercermin dari kualitas aparatur negara.

Tugas pemerintah tidak hanya mengatur saja, akan tetapi juga memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Fungsi pelayanan selama ini belum mendapat perhatian dari para aparat

birokrasi kita sebab fungsi mengaturnya lebih dominan dibandingkan porsi pelayanannya. Deddy

Mulyadi menjelaskan bahwa aparat birokrasi merasa ada dalam posisi penguasa yang lebih

menempatkan diri sebagai pengarah daripada pamong, oleh karena itu timbul kecenderungan

untuk melihat warga masyarakat sebagai objek pasif dalam pelayanan publik (Pikiran Rakyat, 7

Agustus 2004).
Birokrasi pemerintah menempati posisi yang penting dalam pelaksanaan pembangunan karena
merupakan salah satu instrumen penting yang akan menopang dan memperlancar usaha-usaha
pembangunan. Berhasilnya pembangunan ini memerlukan sistem dan aparatur pelaksana yang
mampu tanggap dan kreatif serta pengelolaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen
modern dalam sikap perilaku dan kemampuan teknisnya termasuk di dalamnya adalah
memberikan pelayanan yang efektif kepada masyarakat. Karena pelayanan yang efektif akan
memperlancar jalannya proses pembangunan. Dengan alasan itulah penulis mengambil
efektivitas pelayanan sebagai variabel yang diteliti.

Sejak masa orde baru sampai saat ini, kondisi birokrasi di Indonesia terkenal sangat buruk seperti
inefisiensi, penyalahgunaan wewenang, kolusi, korupsi dan nepotisme. Hal ini dibuktikan
dengan adanya tuntutan dan keluhan masyarakat terhadap pelayanan jasa yang dinilai kurang
memuaskan (Deddy Mulyadi, Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004). Masyarakat semakin jauh dari
harapan memperoleh pelayanan sesuai hak yang dimiliki sebagai warga negara. Birokrasi dalam
hal ini pemerintah menjadi kurang mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat.

Untuk mewujudkan birokrasi pemerintahan yang netral kenyataannya masih menghadapi banyak
rintangan, sementara masyarakat selalu menuntut efektivitas pelayanan dari pemerintah. Seperti
disebutkan dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Deddy Mulyadi bahwa :

Kebijakan untuk mewujudkan birokrasi yang netral dalam penyelenggaraan administrasi dan
pemerintahan negara, ternyata dalam praktiknya memang banyak menghadapi rintangan. Padahal di
tengah rintangan itu, masyarakat sangat merindukan pelayanan publik yang baik, dalam arti proporsional
dengan kepentingan, yaitu birokrasi yang berorientasi kepada penciptaan keseimbangan antara kekuasaan
(power) yang dimiliki dengan tanggung jawab (accountability) yang mesti diberikan kepada masyarakat
yang dilayani (Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004).

Aparat kelurahan sebagai birokrat di tingkat kelurahan dituntut untuk mampu

menangani kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha-usaha pembangunan yang digalakkan

pemerintah. Aparat kelurahan harus mampu melaksanakan fungsi utamanya yaitu memberikan

pelayanan kepada masyarakat dengan baik, cekatan, efektif dan efisien.

Dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah, pasal 127 ayat 1 bahwa kelurahan dibentuk dalam wilayah kecamatan dengan Peraturan

Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kemudian, dalam ayat 2 dijelaskan bahwa

kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh lurah yang dalam pelaksanaan

tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota. Penjelasan tersebut di atas memberikan


pengertian bahwa pemerintah kelurahan adalah organisasi pemerintahan yang berada di wilayah

kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang dalam pelaksanaan tugas pokoknya

memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan disebutkan bahwa Susunan Organisasi Pemerintahan

Kelurahan terdiri dari :

a. Lurah

b. Sekretaris Kelurahan

c. Kepala Seksi

Membawahi : - seksi pemerintahan

- seksi pembangunan

- seksi sosial ekonomi

- seksi ketentraman ketertiban

d. Kepala Lingkungan

Sekretaris kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah, sekretaris

kelurahan dibantu oleh beberapa orang staf. Kepala Lingkungan merupakan jabatan non

struktural yang mempunyai tugas pokok membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional Lurah

dalam wilayah kerjanya.

Lurah dan aparat-aparat di pemerintah kelurahan memiliki tugas pokok dan fungsi yang

berat dan kompleks. Oleh karena itu birokrat di tingkat kelurahan ini dituntut untuk dapat

memberikan kontribusi yang maksimal. Akan tetapi perbandingan jumlah aparat yang tidak
seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani akan menimbulkan persoalan apabila

kerja aparat lamban dan tidak efisien dalam pelayanannya.

Demikian juga yang terjadi di wilayah Kecamatan Cilacap Utara, jumlah penduduk

dibandingkan dengan jumlah aparat kelurahan sangat tidak seimbang. Aparat kelurahan yang

jumlahnya terbatas harus melayani penduduk yang jumlahnya ribuan. Jumlah aparat kelurahan di

Kecamatan Cilacap Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Aparat Pemerintah Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan


Keadaan Data Bulan Januari Juni 2004

No. Nama Kelurahan Aparat


1. Gumilir 13
2. Karang Talun 13
3. Kebonmanis 17
4. Mertasinga 14
5. Tritih Kulon 25
Jumlah 82

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Bulan Januari Juni
2004

Tabel 1 memperlihatkan jumlah aparat pemerintah kelurahan dalam wilayah

Kecamatan Cilacap Utara secara keseluruhan adalah berjumlah 82 orang. Jumlah ini tidak

seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani. Oleh karena itulah perlu adanya

efisiensi dalam pelayanannya. Jumlah penduduk di Kecamatan Cilacap Utara yang tersebar di

lima kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data Bulan
Desember 2004
No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk
1. Gumilir 13.570
2. Karang Talun 10.083
3. Kebonmanis 9.917
4. Mertasinga 14.241
5. Tritih Kulon 15.747
Jumlah 63.558

Sumber : Laporan Kependudukan di Kecamatan Cilacap Utara Bulan Desember 2004

Efisiensi dalam memberikan pelayanan selain disebabkan oleh jumlah aparat yang tidak
seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani, juga disebabkan oleh banyaknya jenis
pelayanan yang diberikan kelurahan kepada masyarakat. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan
aparat kelurahan kepada masyarakat antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Jenis-Jenis Pelayanan yang Diberikan Kelurahan Kepada Masyarakat

No. Jenis Pelayanan


1. Pengantar pembuatan KTP
2. Pengantar pembuatan akte kelahiran
3. Pengantar pembuatan SKKB
4. Kependudukan (nikah, cerai, lahir, mati)
5. Pelayanan pembayaran PBB
6. Pelayanan pembayaran listrik

Sumber : Kantor Kecamatan Cilacap Utara

Jenis-jenis pelayanan tersebut hanya sebagian dari banyaknya pelayanan yang diberikan
kelurahan kepada masyarakat, karena sering ada program-program pemerintah yang biasanya
diberikan kewenangan kepada kelurahan untuk menanganinya, seperti misalnya program bantuan
untuk masyarakat miskin. Kelurahan bertugas mendistribusikan beras kepada masyarakat yang
benar-benar membutuhkan. Selain itu, kelurahan juga sering menangani surat-surat perijinan
pendirian bangunan, surat-surat keterangan tidak mampu masyarakat yang membutuhkan untuk
keringanan pengobatan, keringanan biaya pendidikan, yang semuanya itu menuntut pelayanan
yang efektif agar masyarakat yang dilayani merasa puas.
Bapak Sungkowo (nama samaran) salah seorang warga di salah satu kelurahan ada di Kecamatan
Cilacap Utara, mengatakan bahwa pada saat beliau datang ke kantor kelurahan untuk meminta
surat keterangan kelakuan baik, aparat yang melayaninya sangat lamban dan berbelit-belit.
Beliau mengatakan :

Pada saat saya minta surat pengantar, saya memang dilayani, tapi wajah mereka sangat tidak
menyenangkan dan sangat lambat dalam mengerjakannya. Selain itu, mereka sambil ngobrol sendiri
dengan petugas yang lain, pada waktu saya tegur supaya cepat-cepat karena saya sedang tergesa-gesa,
malah saya dimarahi suruh bersabar. Saya jadi malas untuk pergi ke kantor itu lagi.

Penulis juga memperoleh keluhan dari bapak Kisnaji (nama samaran) salah seorang warga yang
tidak puas atas pelayanan yang diberikan aparat kelurahan pada saat beliau datang ke kantor
untuk meminta surat pengantar pembuatan KTP, beliau mengatakan :

Saya kan mau buat KTP untuk anak saya yang baru datang dari luar kota, pada waktu saya datang ke
kantor untuk minta surat pengantar, ternyata disuruh datang lagi esok hari, sebab pak lurah lagi tidak ada
di tempat. Saya maklum mungkin beliau lagi ada rapat di kecamatan, tapi kenapa tidak ada orang yang
diberi wewenang untuk mengurus surat pengantar tersebut, ini jadi membuat tidak efektif pelayanannya,
mana perilaku petugasnya tidak menyenangkan.

Aparat juga sering datang terlambat, tidak sesuai dengan jam kerja. Ada salah seorang penjaga di
salah satu kantor kelurahan tempat penulis melakukan observasi, mengatakan :

Dulu jam kerja itu jam 07.00 mereka berangkatnya sekitar setengah delapan sampai jam delapan,
sekarang jam kerjanya jadi jam 07.30 mereka tetap sama berangkatnya sampai jam delapanan. Padahal
sering jam tujuh itu sudah ada warga yang membutuhkan pelayanan dari aparat, tapi mereka belum pada
datang, saya jadi yang tidak enak sendiri sama warga, saya tidak punya hak apa-apa untuk melayani
mereka, tugas saya kan hanya bersih-bersih disini.

Dari hasil wawancara terhadap beberapa warga yang membutuhkan pelayanan dari aparat

kelurahan ternyata masih banyak keluhan yang muncul dari masyarakat seperti adanya pegawai

yang sering datang terlambat dan pelayanan yang kurang adil yang menyebabkan keterlambatan

penyelesaian pekerjaan, dalam hal ini adalah melayani keperluan yang dibutuhkan oleh warga

masyarakat. Merujuk pada kenyataan tersebut, dapat dirumuskan masalah bahwa pelayanan yang

diberikan oleh aparat kelurahan belum efektif.


Pelayanan kelurahan tergolong dalam jenis pelayanan publik karena adanya

kepentingan umum dalam masyarakat yang dilayani kelurahan. Kepentingan umum yang ada di

masyarakat merupakan sasaran utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan

publik bukanlah suatu sasaran, melainkan suatu proses atau kegiatan untuk mencapai sasaran

tertentu yang telah ditetapkan.

Sasaran yang dimaksudkan dalam lingkup pemerintahan adalah sasaran pembangunan. Sebagai
suatu proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh
kehidupan dalam masyarakat. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pelayanan publik
akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor.

Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan, seperti yang
dikemukakan oleh Weber dan Moenir bahwa efektivitas pelayanan dari birokrasi pemerintah
dapat dipengaruhi oleh kepuasan masyarakat yang dilayani dan juga tingkat kedisiplinan
pegawai dengan mentaati peraturan dan prosedur yang ada sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai. Selain itu, Steers juga mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk
meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling
berhubungan yaitu optimasi tujuan, perspektif sistematika dan tekanan pada segi perilaku
manusia dalam susunan organisasi.

Lain halnya dengan Sondang P. Siagian yang menerangkan bahwa efektivitas dapat diukur dari
tingkat disiplin pegawai, apakah pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau tidak.
Kemudian, Manullang menambahi bahwa efektivitas dapat juga diukur melalui koordinasi yang
baik dan tingkat prestasi pegawainya, bagaimana cara pegawai mengintepretasikan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya.

Hasibuan mengatakan bahwa efektivitas juga dapat diukur dari motivasi pegawai dalam

melaksanakan pekerjaanya. Lain halnya dengan Thoha yang menjelaskan bahwa efektivitas

suatu organisasi juga dipengaruhi oleh perilaku-perilaku pegawai yang ada dalam organisasi

tersebut. Sedangkan Kotler berpendapat bahwa efektivitas suatu organisasi dapat dipengaruhi

oleh iklim kerja, manajemen, pemasaran, lingkungan dan kinerja organisasi tersebut.

Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas, kita dapat mengetahui

bahwa tercapainya efektivitas pelayanan yang diberikan kelurahan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti perbedaan dalam mengintepretasikan tugas-tugas yang harus

dilaksanakan, disiplin, motivasi, kinerja, manajemen dan perilaku aparat dalam bekerja serta

iklim kerja yang ada dalam organisasi tempat aparat bekerja.

Dalam penelitian ini, penulis membatasi faktor yang mempengaruhi efektivitas

pelayanan pada disiplin kerja pegawai kelurahan pada saat melayani masyarakat dan iklim kerja

yang ada di kelurahan yang bersangkutan. Bagaimana kedisiplinan mereka terhadap pekerjaan

yang mereka kerjakan sehingga dapat memuaskan masyarakat yang dilayani. Bagaimana suasana

iklim organisasi yang dapat menunjang efektivitas pelayanan terhadap masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan

aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap ?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat

kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap ?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dan iklim kerja terhadap

efektifitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap ?

C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi faktor yang mempengaruhi efektivitas

pelayanan pada disiplin kerja pegawai kelurahan pada saat melayani masyarakat dan iklim kerja

yang ada di kelurahan yang bersangkutan.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan aparat

kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

2. Untuk mengetahui pengaruh antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat

kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dan iklim kerja dengan efektivitas

pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh cakrawala dan wawasan pengetahuan yang

lebih mendalam tentang efektifitas pelayanan publik sehingga dapat memberikan sumbangan

bagi pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya Ilmu Administrasi Negara.

2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah

setempat, khususnya bagi pemerintah kelurahan yang bersangkutan dalam meningkatkan

efektivitas pelayanan publik.

=====================================================================

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritik

1. Konsep Teori

Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa dalam penelitian ini menyajikan dua variabel
bebas yaitu variabel disiplin dan iklim kerja serta variabel efektivitas pelayanan sebagai variabel
terikat. Namun sebelum membahas variabel-variabel tersebut terlebih dahulu akan dijelaskan
pengertian landasan teori dan teori itu sendiri.

Dalam melakukan penelitian diperlukan landasan teori yang digunakan sebagai kerangka berfikir
untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang akan diteliti. Sugiyono mengungkapkan
bahwa :
Landasan Teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel
yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan (hipotesis) (Sugiyono, 2002:200).

Menurut Kerlinger, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan

proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antar konsep. Menurut definisi ini, teori mengandung tiga hal :

1. Teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan;

2. Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar
konsep;

3. Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan
konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya (Kerlinger, dalam Singarimbun, 1989:37).

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keberadaan sebuah teori dalam penelitian

sangat penting, karena teori dapat memandu peneliti untuk mencoba menerangkan fenomena

sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya dalam penelitian tersebut, sekaligus

dapat memperoleh pengetahuan tentang hubungan antar variabel yang mengandung fenomena-

fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis ingin mencoba membahas mengenai perilaku aparat

pemerintah kelurahan dalam pelayanan publik, meninjau efektivitas pelayanan yang dilakukan

aparat pemerintah kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara dari segi disiplin kerja

pegawai dalam melayani masyarakat dan iklim kerja dalam organisasi tempat pegawai bekerja.

2. Pelayanan Publik
Pelayanan yang diberikan kelurahan tergolong dalam jenis pelayanan publik. Pelayanan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :

1. perihal atau cara melayani

2. servis, jasa

3. kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa

Moenir (2000:26-27) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu perbuatan (deed), suatu kinerja
(performance) atau suatu usaha (effort), jadi menunjukkan secara inheren pentingnya penerima
jasa pelayanan terlibat secara aktif di dalam produksi atau penyampaian proses pelayanan itu
sendiri (Warella, 1997:18).

Kata pelayanan itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah asing, yaitu service. Menurut
Reading (1986:380), pengertian service adalah pekerjaan yang harus dilakukan seorang pelayan
pada tuannya. Thoha (1989:78) menyatakan bahwa pelayanan masyarakat merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu instansi tertentu untuk
memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari pengertian di atas terlihat bahwa service atau pelayanan merupakan jasa yang diberikan
oleh orang perorangan organisasi swasta maupun instansi pemerintah.

Kotler (dalam Nasution, 2001:61) menjelaskan bahwa jasa (service) adalah aktivitas atau
manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Menurut Parasuraman et. al. dan Haywood Farmer
(dalam Warella, 1997:17-18), ada tiga karakteristik utama pelayanan jasa yaitu :

1. Intangibility, berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat performance dan hasil pengalaman dan bukannya
suatu obyek. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung, diukur, diraba atau ditest sebelum disampaikan untuk
menjamin kualitas. Jadi berbeda dengan barang yang dihasilkan oleh suatu pabrik yang dapat ditest kualitasnya
sebelum disampaikan kepada pelanggan.

2. Heterogenity, berarti pemakai jasa atau klien atau pelanggan memiliki kebutuhan yang sangat heterogen.
Pelanggan dengan pelayanan yang sama mungkin memiliki prioritas yang berbeda. Demikian pula performance
sering bervariasi dari satu produser ke produser lainnya bahkan dari waktu ke waktu.

3. Inseparability, berarti produksi dan konsumsi suatu pelayanan tidak terpisahkan. Konsekuensinya di dalam
industri pelayanan kualitas tidak direkayasa ke dalam produksi di sektor pabrik dan kemudian disampaikan
kepada pelanggan; tetapi kualitas terjadi selama penyampaian pelayanan, biasanya selama interaksi antara klien
dan penyedia jasa.
Suatu pelayanan akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh
beberapa faktor :

1. kesadaran para pejabat pimpinan dan pelaksana

2. adanya aturan yang memadai

3. organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis

4. pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum

5. kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas/pekerjaan yang dipertanggungjawabkan

6. tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas/pekerjaan pelayanan (Moenir, 2000:123-
124).

Dari pengertian di atas tersirat bahwa suatu pelayanan pada dasarnya melibatkan dua

pihak yang saling berhubungan yaitu organisasi pemberi pelayanan di satu pihak dan masyarakat

sebagai penerima pelayanan di pihak lainnya. Jika organisasi mampu memberikan pelayanan

yang optimal dan memenuhi tuntutan dari masyarakat, maka dapat dikatakan organisasi tersebut

telah mampu memberikan pelayanan yang memuaskan pada masyarakat.

Publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang banyak (umum).

Sedangkan menurut Ensiklopedi Administrasi adalah sejumlah orang (yang tidak mesti berada

dalam satu tempat) yang dipersatukan oleh faktor kepentingan yang sama, yang berbeda dengan

kelompok orang lain. Penggolongan publik dapat dilakukan dalam :

1. Publik intern, yakni publik di dalam lingkungan suatu instansi atau perusahaan, misal dalam suatu perusahaan
mulai dari penjaga malam sampai dengan presiden direkturnya, adalah merupakan publik intern dari perusahaan
tersebut.

2. Publik ekstern, yakni publik di luar organisasi, instansi atau perusahaan yang mempunyai kepentingan dengan
instansi atau perusahaan tadi (Westra dalam Ensiklopedi Administrasi, 1989:359).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang

dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan

dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang dilayani dalam rangka mencapai tujuan

tertentu. Pelayanan ini diberikan kepada seluruh masyarakat atau yang berhak mendapatkan

pelayanan tanpa terkecuali dengan tidak membedakan satu dengan yang lainnya.

3. Efektivitas Pelayanan Aparat

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang
dikehendaki dalam sesuatu perbuatan (Ensiklopedi Administrasi, 1989:149). Efektif dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut
Handoko (1993:7) efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan
yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya sesuatu efek
atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud
tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat
sebagaimana yang dikehendakinya (Ensiklopedi Administrasi, 1989:147).

Dalam kenyataannya, sulit sekali memperinci apa yang dimaksud dengan konsep

efektivitas dalam suatu organisasi. Pengertian efektivitas dalam suatu organisasi mempunyai arti

yang berbeda-beda bagi setiap orang, begantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi

sejumlah sarjana ilmu sosial, efektivitas seringkali ditinjau dari sudut kualitas kehidupan pekerja

(Steers, 1985:1).

Richard M. Steers mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk

meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling

berhubungan yaitu :

1. Paham mengenai optimasi tujuan : efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil
mencapai tujuan yang layak dicapai;
2. Perspektif sistematika : tujuan mengikuti suatu daur dalam organisasi;

3. Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi : bagaimana tingkah laku individu dan
kelompok akhirnya dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi (Steers, 1985:4-7)

Orientasi dalam penelitian tentang efektivitas sebagian besar dan sedikit banyak pada akhirnya
bertumpu pada pencapaian tujuan. Georgepoulus dan Tenenbaum (Richard M. Steers, 1985:20)
berpendapat bahwa konsep efektivitas kadang-kadang disebut sebagai keberhasilan yang
biasanya digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan. Chester I. Barnard (dalam Gibson,
1994:27), mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha
bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas. Definisi lain yang
dapat dijadikan acuan ialah menurut Emerson (dalam Handayaningrat, 1985:16) :

Efektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan
sebelumnya, hal ini dikatakan efektif. Jadi apabila tujuan atau sasaran tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan, maka pekerjaan itu dikatakan tidak efektif.

Katz dan Kahn (Richard M. Steers, 1985:48) berpendapat bahwa efektivitas sebagai usaha untuk
mencapai suatu keuntungan bahwa efektivitas sebagai usaha untuk mencapai suatu keuntungan
maksimal bagi organisasi dengan segala cara. Berkaitan dengan konsep efektivitas, The Liang
Gie (1988:34) berpendapat :

Efektivitas merupakan keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat
yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang
dikehendaki, maka perbuatan itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mencapai maksud
sebagaimana yang dikehendaki.

Sondang P. Siagian (1981:151) berpendapat bahwa efektivitas terkait penyelesaian pekerjaan


tepat pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya atau dapat dikatakan apakah pelaksanaan
sesuatu tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. M. Manullang (1986:214)
berpendapat :

Prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila
tiap anggota organisasi secara terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan
baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.

Dari bermacam-macam pendapat di atas terlihat bahwa efektivitas lebih menekankan pada aspek
tujuan dari suatu organisasi, jadi jika suatu organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, maka dapat dikatakan telah mencapai efektivitas. Dengan demikian efektivitas pada
hakekatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Moenir (2000:vii) mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha
atau kegiatan yang bersifat jasa. Jadi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus
seefektif mungkin. Secara umum pelayanan yang efektif dapat berarti tercapainya tujuan
pelayanan yang telah ditetapkan organisasi dan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang
didapatnya. Weber (dalam Azhar Kasim, 1993:9) mengatakan :

Bahwa konsep birokrasi yang rasional sangat mengandalkan pada peraturan-peraturan dan prosedur yang
kesemuanya dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan dan terlaksananya nilai-nilai dan norma-
norma yang diinginkan.

Dengan melihat konsep tentang pelayanan publik yang telah diuraikan di atas, bahwa pelayanan
publik adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi
tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang
dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Maka, dapat dikatakan bahwa efektivitas
pelayanan aparat adalah tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelayanan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih menekankan pada aspek tujuan
dari suatu organisasi. Untuk mengukur efektivitas pelayanan maka kita dapat melihatnya dari
optimasi tujuan, perspektif sistematika dan perilaku pegawai dalam organisasi. Dari konsep
tersebut, indikator-indikator efektivitas pelayanan aparat adalah sebagai berikut :

a. Optimasi tujuan,

Efektivitas pelayanan dapat diukur dengan indikator optimasi tujuan yaitu bagaimana kita
melihat pada pencapaian target kerja, apakah sesuai dengan yang telah direncanakan atau
tidak. Kita juga melihat apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat tentang pelayanan
yang sudah diberikan pegawai atau tidak, sebab adanya keluhan berarti menunjukkan tujuan
organisasi belum tercapai sepenuhnya.

b. Perspektif sistematika,

Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah perspektif
sistematika yaitu melihat pada kemampuan masing-masing pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan kedudukannya dalam organisasi tersebut, apakah pegawai mampu
mengerjakan tugasnya dengan kemampuan sendiri, apakah pegawai memiliki keterampilan
atau keahlian khusus.

c. Perilaku pegawai dalam organisasi.

Indikator ketiga yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah perilaku
pegawai dalam organisasi, yaitu bagaimana tingkat ketelitian pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya, baik ketelitian dalam hal kebersihan maupun tingkat kesalahan yang mungkin
terjadi pada saat bekerja. Bagaimana kita melihat pada kecepatan dan ketepatan waktu
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya, bagaimana konsentrasi pegawai dalam bekerja.
4. Disiplin Kerja Aparat

Peraturan sebagai salah satu sarana dalam mencapai tujuan bukan hanya satu kata yang

tidak bermakna dan diabaikan tanpa ditaati. Dalam rangka mencapai tujuan, peraturan harus

benar-benar ditaati oleh setiap individu yang menjadi obyek dari peraturan tersebut. Ketaatan

terhadap peraturan yang ada lazim disebut dengan disiplin. Dalam organisasi disiplin diperlukan

agar jangan sampai terjadi keteledoran atau kelalaian serta pemborosan dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai ketaatan atau

kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdasarkan asal katanya, disiplin berasal

dari kata disiplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta

pengembangan tabiat.

Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu

organisasi, tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati (Kerlinger dan

Pedhazur, 1987:160). Gordon S. Watkins mengartikan disiplin sebagai suatu kondisi atau sikap

yang ada pada semua anggota organisasi yang tunduk dan taat pada aturan organisasi (dalam

Moenir, 2000:94).

Disiplin menurut Moenir adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis

maupun tidak tertulis, yang telah ditetapkan (Moenir, 2000:94). Moenir berpendapat bahwa :

Dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan disiplin terdiri atas dua jenis disiplin, yaitu disiplin waktu dan
disiplin perbuatan. Kedua jenis disiplin tersebut merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan serta
saling mempengaruhi. Disiplin waktu tanpa disertai disiplin kerja tidak ada artinya, dengan kata lain tidak
ada hasil sesuai dengan ketentuan organisasi. Sebaliknya disiplin kerja tanpa didasari dengan disiplin
waktu tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu usaha pendisiplinan tidak dapat dilakukan separuh-separuh
melainkan harus serentak kedua-duanya (Moenir, 2000:95-96).

Kemudian Tjing Bing Tie (dalam Kerlinger dan Pedhazur, 1987:160) menyatakan

bahwa :

Pada umumnya disiplin yang baik terdapat apabila pegawai datang ke kantor atau perusahaan dengan
teratur dan tepat pada waktunya, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempat pekerjaannya, apabila
menggunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan
kualitet pekerjaan yang memuaskan, dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan dan
apabila menyelesaikan dengan semangat yang baik.

Disiplin menurut Atmosudirjo adalah :

1. Suatu sikap mental (state of mind, mental attitude) tertentu yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai
hasil daripada latihan dan pengendalian pikiran dan watak oleh pribadi secara teratur;

2. Suatu pengetahuan tingkat tinggi tentang sistem aturan-aturan perilaku, sistem atau norma-norma kriteria
dan standar sekaligus keseluruhan dan kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, kriteria standar struktur dan
sistem organisasi tersebut itu adalah syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan;

3. Sikap kelakuan (behavior) yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, pengertian kesadaran untuk
mentaati segala apa yang diketahui itu secara cermat dan tertib. (Atmosudirjo, 1987)

Bedasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah

suatu sikap taat pada peraturan dan tata tertib serta tanggung jawab dalam kaitannya dengan

pelaksanaan pekerjaan. Dari konsep ini indikator-indikator dari disiplin kerja dapat dikemukakan

sebagai berikut :

a. Ketaatan aparat terhadap peraturan,

Indikator disiplin kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan salah satunya

adalah tingkat ketaatan pegawai pada peraturan dan tata tertib. Taat berarti mematuhi semua
petunjuk-petunjuk atau aturan yang ada. Ketepatan aparat pada jam-jam kerja, pada saat

datang dan pulang apakah selalu tepat waktu, faktor keterlambatan pegawai saat masuk

kantor. Kemudian kepatuhan pegawai pada perintah atau instruksi dari atasan. Apakah

pegawai selalu melaksanakan instruksi dari atasan atau tidak. Apakah pegawai selalu

mengikuti prosedur dalam melaksanakan tugasnya, apakah pegawai pernah melanggar aturan

tata tertib yang ada di kantor, bagaimana cara berpakaian pegawai, apakah selalu memakai

seragam atau tidak dan bagaimana tingkat kehadiran pegawai pada jam kerja.

b. Tanggung jawab.

Indikator lain dari disiplin kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan

dalam penelitian ini adalah rasa tanggungjawab dari para pegawainya. Tanggungjawab dalam

hal ini berarti melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan mau menanggung akibat dari

semua resiko hasil kerjanya. Bagaimana para aparat menggunakan dan memelihara alat-alat

perlengkapan kantor yang ada. Apakah mereka menggunakannya hanya untuk keperluan

pekerjaan atau malah mereka menggunakannya untuk kepentingan pribadi mereka sendiri.

Kemudian bagaimana tanggungjawab mereka dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai

dengan ketentuan dengan jumlah dan kualitas yang memuaskan serta bagaimana

kesanggupan mereka untuk menanggung resiko terhadap tindakan yang sudah dilakukan.

5. Iklim Kerja Organisasi

Menurut Steers, bila kita membahas konsep iklim kerja dalam suatu organisasi, itu

berarti kita sedang membicarakan mengenai sifat-sifat atau ciri yang dirasa terdapat dalam
lingkungan kerja dan timbul terutama karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar

atau tidak dan yang dianggap mempengaruhi perilaku kemudian (Steers, 1985:120). Menurut

Steers ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan definisi iklim kerja

organisasi, yaitu :

Pertama, iklim organisasi tertentu adalah iklim yang dilihat oleh para pekerjanya, jadi tidak selalu iklim yang
sebenarnya. Kedua, iklim organisasi adalah anggapan adanya hubungan antara ciri dan kegiatan lainnya dari
organisasi dan iklim.

Davis dan Newstrom (1990:20), iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam

mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Sedangkan pendapat yang senada

juga diungkapkan oleh Kuncorohadi (1983:99), iklim organisasi adalah suasana dalam suatu

organisasi yang diciptakan oleh para hubungan antar pribadi yang berlaku dalam organisasi

tersebut.

Iklim kerja dalam suatu organisasi menurut Widyarto pada dasarnya terbentuk karena

proses menyatunya tiga unsur, yaitu karyawan, manajemen dan penjabaran kegiatan organisasi.

Hal tersebut akan berjalan baik jika semua berjalan sesuai secara fungsional yaitu : Pertama,

karyawan dapat memahami hal-hal teknis pekerjaannya, sehingga tidak diperlukan supervisi

yang ketat dari atasannya. Kedua, atasan sebagai bagian dari manajemen, selain memahami hal-

hal teknis dari pekerjaan dan unit kerjanya, juga harus menguasai kemampuan manajerial,

perencanaan, membagi pekerjaan memimpin dan mengarahkan serta memotivasi. Ketiga,

kebijaksanaan organisasi berupa peraturan organisasi dan kesepakatan kerja yang dijalankan

dengan baik, sistem penggajian dan pemberian tunjangan yang memadai dan adanya perhatian

terhadap karyawan (dalam Handoko, 1993:34).


Faktor-faktor yang membentuk iklim organisasi menurut Steers (1985:125) yaitu

struktur organisasi, teknologi organisasi, lingkungan tugas luar atau dari kebijakan dan praktek

yang ditetapkan oleh manajemen puncak. Selanjutnya untuk memperjelas dimensi-dimensi iklim

organisasi bisa dilihat dalam pendapat Campbell dan Beaty (dalam Steers, 1985:122) yang

mengemukakan 10 dimensi iklim organisasi, yaitu :

1. struktur tugas

2. hubungan imbalan hukum

3. sentralisasi keputusan

4. tekanan pada prestasi

5. tekanan pada latihan dan pengembangan

6. keamanan versus risiko

7. keterbukaan versus ketertutupan

8. status dan semangat

9. pengakuan dan umpan-balik

10. kompetensi dan keluwesan organisasi secara umum

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa iklim kerja dalam organisasi merupakan
sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan
organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi
kelancaran aktivitas organisasi. Apabila iklim yang ada bermanfaat bagi para pegawai maka
dapat diharapkan tingkat perilaku ke arah tujuan semakin tinggi dan itu berarti efektivitas
organisasi dapat tercapai. Sebaliknya bila iklim yang ada bertentangan dengan tujuan, kebutuhan
dan motivasi karyawan maka dapat mengganggu kinerja dan prestasi serta kepuasan karyawan
sehingga dapat mengurangi optimalisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Demikian juga kelurahan-kelurahan dalam upaya meningkatkan efektivitas

pelayanannya dituntut terlebih dahulu untuk melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung ke
arah iklim kerja yang lebih kondusif. Dari konsep ini, kita dapat mengambil indikator-indikator

iklim kerja sebagai berikut :

a. Struktur tugas,

Salah satu indikator yang diambil dari variabel iklim kerja yang digunakan untuk mengukur

efektivitas pelayanan adalah indikator Struktur tugas. Disini kita melihat adanya struktur

organisasi yang tegas dan tergambar dalam bagan organisasi yang ada di kantor tersebut.

Karena dengan adanya gambar struktur organisasi yang jelas, maka masing-masing pegawai

akan lebih memahami bagaimana kedudukan dan tugasnya dalam bekerja. Selain itu juga

harus ada pembagian tugas / pekerjaan yang jelas dalam organisasi tersebut, hal ini untuk

menjaga terjadi over lapping. Selain itu kita juga melihat dari terjalinnya komunikasi yang

baik antara atasan dan bawahan maupun sesama rekan kerja.

b. Hubungan imbalan - hukum,

Yang dimaksud hubungan imbalan hukum disini adalah tingkat batas pemberian imbalan

tambahan seperti promosi dan kenaikan gaji didasarkan pada prestasi dan jasa dan bukan

pada pertimbangan-pertimbangan lain seperti senioritas, favoritisme, dan seterusnya. Dari

indikator ini, kita dapat mengukur iklim kerja dengan melihat ada tidaknya pemberian

imbalan tambahan bagi pegawai yang berprestasi, bagaimana tingkat penghargaan bagi

pegawai yang berprestasi serta adakah pemberian hukuman bagi pegawai yang melanggar

peraturan.

c. Pengambilan keputusan,
Dari indikator pengambilan keputusan, apabila kita ingin mengukur efektivitas pelayanan

dari variabel iklim kerja maka yang dapat kita perhatikan adalah bagaimana peran atau

partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi tersebut, serta

adakah kebebasan pegawai biasa untuk mengambil tindakan dalam situasi darurat.

d. Tekanan pada prestasi dan semangat kerja,

Dari indikator ini, kita melihat bagaimana organisasi berusaha menekan prestasi dan

semangat kerja para pegawainya dengan berbagai cara termasuk juga latihan dan

pengembangan bagi pegawai yang sangat berguna untuk menaikkan prestasi pegawainya

dalam bekerja. Disini kita mengukur sejauh mana peraturan organisasi dijalankan oleh

pegawai, melihat bagaimana semangat pegawai dalam bekerja. Selain itu kita juga ingin

mengetahui tentang ada tidaknya sistem penilaian kerja dalam organisasi tersebut. Adakah

aktivitas organisasi yang mempunyai orientasi pengembangan bagi pegawainya, seberapa

besar frekuensi pengadaan pendidikan dan latihan bagi pegawainya sebab hal ini akan sangat

berpengaruh terhadap kenaikan prestasi kerja pegawai. Apakah ada bimbingan dan

pengawasan dari supervisor / atasan supaya hasil kerja mereka sesuai dengan yang

diinginkan. Selain itu kita juga akan melihat bagaimana tingkat kedisiplinan pelaksanaan

evaluasi kerja pegawai dalam organisasi tersebut. Melihat ketersediaan fasilitas dan sarana

bagi kelancaran pekerjaan juga sangat penting supaya iklim kerja di kantor akan menjadi

baik sehingga efektivitas pelayanan akan meningkat.

e. Keamanan versus resiko.


Yang dimaksud dengan keamanan versus resiko disini adalah tingkat batas tekanan dalam

organisasi yang menimbulkan perasaan kurang aman dan kecemasan pada para anggota. Dari

indikator ini kita melihat dari segi rasa aman dan nyaman pegawai pada saat bekerja,

besarnya insentif, munculnya resiko pekerjaan yang berat dan bagaimana sikap pegawai

dalam menghadapi resiko pekerjaan yang ada.

6. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Kelurahan

Suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya akan berhasil melalui usaha yang sungguh-
sungguh. Oleh karena itu efektivitas yang tinggi dicapai organisasi tidak diperoleh secara
kebetulan. Dari sikap disiplin inilah, aparat akan taat serta patuh terhadap aturan yang ada
sehingga pencapaian sasaran organisasi dapat diperoleh secara optimal.

Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dari perilaku pribadi atau kelompok berupa

kepatuhan, ketaatan terhadap hukum dan norma yang berlaku dan dilaksanakan secara sadar dan

ikhlas lahir batin. Birokrat di tingkat kelurahan sebagai aparat teknis harus mempunyai disiplin

tinggi, karena disiplin akan menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Miftah Thoha bahwa birokrasi itu cirinya harus disiplin, harus menegakkan

aturan yang sudah disepakati atau telah ditetapkan (Thoha, 1987:54). Dalam kehidupan sehari-

hari dapat kita amati bahwa mereka yang berdisiplin tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi

pula (Widjaja, 1990:28).

Disiplin itu mutlak diperlukan untuk membuat segala urusan dapat berjalan lancar. Aturan-aturan disiplin harus
diketahui, dipahami, diingat dan ditaati oleh setiap anggota organisasi, untuk mensukseskan operasi-operasi yang
harus dijalankan setiap organisasi. Tidak satupun organisasi atau badan usaha yang dapat berkembang jika tidak ada
disiplin.

Pentingnya disiplin diungkapkan oleh Widjaja (1990:28) bahwa disiplin adalah termasuk dalam
unsur-unsur penting yang mempengaruhi prestasi suatu organisasi. Dalam penelitian ini yang
dimaksud organisasi adalah organisasi pemerintah yang melaksanakan tugas-tugas negara.
Widjaja kembali mengungkapkan tentang pentingnya disiplin dalam organisasi pemerintah, yaitu
:

Pelaksanaan disiplin pegawai sangat penting peranannya dalam pengelolaan Departemen secara
keseluruhan. Berhasil tidaknya pembangunan di bidang pendidikan sebagian besar ditentukan oleh tingkat
disiplin pegawainya. Makin disiplin pegawai, makin berhasil pula dalam mengemban misinya. (Widjaja,
1990:156).

Dari uraian tersebut terlihat arti penting dari disiplin kerja bagi pencapaian efektivitas pelayanan.
Oleh karena itu aparat pemerintah kelurahan dituntut harus punya disiplin kerja yang baik agar
tugas-tugas pemerintah yang menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik. Karena
tugas yang diemban oleh kelurahan bersifat kompleks, maka lurah beserta perangkatnya harus
punya disiplin tinggi sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif atau berdaya guna bagi
masyarakat. Disiplin yang baik juga berarti terlaksananya tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
aparat kelurahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama.

7. Pengaruh Iklim Kerja Dalam Kelurahan Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat


Kelurahan

Suasana iklim kerja tempat pegawai bekerja perlu diperhatikan. Iklim kerja dalam suatu
organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul
karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap
mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi. Bagaimana cara pegawai berinteraksi dengan
masyarakat pada saat melayani, bagaimana hubungan antar pegawai dalam organisasi tersebut,
sehingga pelayanannya menjadi efektif. Dalam hal ini yang dimaksud adalah iklim organisasi
dalam kantor kelurahan tempat aparat kelurahan melayani kepentingan masyarakat. Hal ini
sangat penting guna mendukung tercapainya pelayanan yang efektif terhadap masyarakat.

Iklim kerja yang baik dalam suatu organisasi sangat penting artinya karena efektivitas setiap
organisasi sangat ditentukan oleh iklim kerja yang ada dalam organisasi setiap pegawai bekerja,
dalam hal ini adalah organisasi kelurahan. Seperti diungkapkan oleh Steers bahwa : iklim
memang merupakan faktor pengaruh yang penting bagi prestasi dan kepuasan kerja. (Steers,
1985:130). Dari pendapat Steers tersebut kita dapat melihat bahwasannya iklim kerja sangat
berpengaruh pada prestasi dan kepuasan kerja pegawai yang dalam penelitian ini adalah
tercapainya efektivitas pelayanan aparat kelurahan.

Dari indikator-indikator iklim kerja yang sudah diterangkan dalam konsep iklim kerja diatas, kita
dapat menyimpulkan bahwa kemampuan pegawai, struktur tugas yang jelas, adanya pelatihan,
kesejahteraan dan rasa aman yang semakin meningkat akan sangat mendukung kelancaran kerja
dan secara otomatis meningkatkan efektivitas pelayanan pemerintah kelurahan. Selain itu juga
sarana penunjang kerja yang semakin memadai akan memperlancar kerja dan tugas-tugas yang
pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas pelayanan.

Aparat pemerintah kelurahan merupakan penanggung jawab atas tugas-tugas yang diemban oleh
kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Masalah-masalah yang ditangani
oleh kelurahan sangat kompleks sifatnya, maka dari itu diperlukan iklim kerja yang baik untuk
menunjang hasil kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan maupun dalam melayani
masyarakat agar semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna.

Dari uraian tersebut terlihat bahwa iklim kerja yang baik dalam organisasi sangat penting dalam
rangka mewujudkan efektivitas pelayanan suatu organisasi, dalam hal ini pencapaian efektivitas
pelayanan kelurahan. Apabila iklim yang ada bermanfaat bagi para pegawai maka dapat
diharapkan tingkat perilaku ke arah tujuan semakin tinggi dan itu berarti efektivitas pelayanan
kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara dapat tercapai.

8. Pengaruh Bersama Antara Disiplin Kerja Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas
Pelayanan Aparat Kelurahan

Disiplin kerja yang baik dan iklim yang menunjang dalam pemerintah kelurahan akan
menciptakan pelayanan yang efektif. Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat pada peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak serta
sanggup menerima sanksi-sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya (Siswanto, 1987:278). Sedangkan iklim kerja dalam organisasi merupakan sifat-sifat
atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang
dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas
organisasi (Steers, 1985:120).

M. Manullang (1986:214) mengatakan bahwa prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya
adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara
terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan baik, efektivitas
organisasi secara keseluruhan akan timbul. Yang dimaksud koordinasi disini adalah iklim kerja
yang tercipta di lingkungan kerja. Terkoodinasi dengan baik berarti kedisiplinan tiap-tiap
individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat mengetahui bahwa ada hubungan
yang erat antara kedisiplinan dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu organisasi.
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa efektivitas pelayanan akan dipengaruhi oleh disiplin
aparat dan iklim kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan dalam melayani
kepentingan masyarakat. Adanya disiplin kerja dan iklim kerja yang baik akan menciptakan
interaksi yang harmonis baik antara aparat dengan sesama aparat birokrasi maupun antara aparat
dengan masyarakat. Sehingga apabila ada suatu prosedur pelayanan yang harus dipatuhi oleh
masyarakat, masyarakat akan mematuhinya dengan senang hati. Hal itu disebabkan oleh karena
interaksi yang baik tadi. Suasana ini juga akan menciptakan ketertiban dalam jalannya pelayanan
di kelurahan sehingga efektivitas pelayanan bisa tercapai jika kedua hal tersebut maksimal.

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis Model Verbal

a. Semakin tinggi disiplin kerja aparat pemerintah kelurahan maka akan semakin
meningkat efektivitas pelayanannya.

b. Semakin baik iklim kerja yang ada dalam pemerintah kelurahan maka semakin
meningkat pula efektivitas pelayanannya.

c. Semakin tinggi disiplin dan iklim kerja pada pemerintah kelurahan maka semakin
meningkat pula efektivitas pelayanannya.

2. Hipotesis Model Geometrikal


Gambar 1.
Hipotesis Model Geometrikal

Keterangan :
Efektivitas pelayanan aparat kelurahan sebagai variable terikat (Y)

Disiplin kerja aparat kelurahan sebagai variable bebas pertama (X1)

Iklim kerja pemerintah kelurahan sebagai variable bebas kedua (X2)

--------> : menunjukkan adanya pengaruh

C. Definisi Konsep dan Definisi Operasional

1. Definisi Konsep

a. Efektivitas Pelayanan Aparat

Yaitu tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelayanan sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

b. Disiplin Kerja Aparat

Yaitu suatu sikap taat pada peraturan dan tata tertib serta tanggung jawab dalam

kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan.

c. Iklim Kerja Dalam Organisasi

Yaitu sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul

karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan

dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi.

2. Definisi Operasional

a. Efektivitas pelayanan aparat


Indikator untuk mengukur efektivitas pelayanan aparat antara lain :

1). Optimasi tujuan, meliputi :

- tercapainya target kerja

- keluhan dari penerima hasil kerja

- prioritas pencapaian tujuan

2). Perspektif sistematika, meliputi :

- kesesuaian cara kerja pegawai dengan sistem kerja yang ada

- pencapaian tujuan dengan mengikuti prosedur yang ada

- memahami dan menguasai hal-hal teknis pekerjannya

3). Perilaku pegawai dalam organisasi, meliputi :

- partisipasi anggota dalam program-program yang dilaksanakan organisasi

- tingkat kerjasama dalam organisasi

- tingkat pelanggaran terhadap peraturan organisasi

b. Disiplin kerja aparat

Indikator-indikator disiplin kerja antara lain :

1). Ketaatan aparat terhadap peraturan, antara lain :


- ketepatan aparat pada jam-jam kerja

- kepatuhan aparat pada perintah/instruksi dari atasan

- taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku

- cara berpakaian

- absensi atau daftar hadir

2). Tanggung jawab, antara lain :

- penggunaan dan pemeliharaan alat-alat perlengkapan kantor

- penyelesaian pekerjaan sesuai dengan ketentuan (tepat waktu)

- kesanggupan menanggung resiko tindakan yang dilakukan

c. Iklim Kerja dalam Organisasi

Indikator-indikator iklim kerja antara lain :

1). Struktur tugas, meliputi :

- adanya struktur organisasi yang tegas tergambar dalam bagan

- adanya pembagian tugas/pekerjaan yang jelas dalam organisasi

- terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan maupun sesama

rekan kerja
2). Hubungan imbalan - hukum, meliputi :

- pemberian imbalan tambahan bagi pegawai yang berprestasi

- tingkat penghargaan bagi pegawai yang berprestasi

- pemberian hukuman bagi pegawai yang melanggar peraturan

3). Pengambilan keputusan, meliputi :

- partisipasi anggota dalam mengambil keputusan

- kebebasan pegawai mengambil tindakan dalam situasi darurat

4). Tekanan pada prestasi dan semangat kerja, meliputi :

- peraturan organisasi yang dijalankan dengan baik oleh pegawai

- semangat pegawai dalam bekerja

- kejelasan sistem penilaian kerja

- aktivitas organisasi yang mempunyai orientasi pengembangan bagi pegawai

- frekuensi pengadaan pendidikan dan latihan bagi pegawai

- adanya bimbingan dan pengawasan dari supervisor / atasan

- tingkat kedisiplinan pelaksanaan evaluasi kerja pegawai

- ketersediaan fasilitas dan sarana bagi kelancaran pekerjaan


5). Keamanan versus resiko, meliputi :

- rasa aman dan nyaman pada saat bekerja

- adanya insentif yang sesuai dengan pekerjaannya

- munculnya resiko pekerjaan yang berat

- sikap pegawai dalam menghadapi resiko pekerjaan yang ada

3. Matriks Definisi Operasional Variabel Penelitian

Matriks definisi operasional variabel penelitian akan diperlihatkan pada tabel 4 berikut

ini :

Tabel 4. Matriks Definisi Operasional Variabel


Penelitian
No. Variabel Dimensi Indikator Item
A. Efektivitas Pelayanan 1. Optimasi tujuan a. tercapainya target 1-2
kerja

b. keluhan dari
penerima hasil kerja 3-4

c. prioritas pencapaian
tujuan
5
2. Perspektif a. kesesuaian cara 6
sistematika kerja pegawai
dengan sistem kerja
yang ada

b. pencapaian tujuan
dengan mengikuti
prosedur yang ada
7
c. memahami dan
menguasai hal-hal
teknis pekerjaannya

8-9
3. Perilaku pegawai a. partisipasi anggota 10-11
dalam organisasi dalam program-
program yang
dilaksanakan
organisasi

b. tingkat kerjasama
dalam organisasi

c. tingkat pelanggaran
terhadap peraturan
organisasi 12-13

14
B. Disiplin Kerja 1. Ketaatan aparat a. ketepatan aparat 15-16
terhadap peraturan pada jam-jam kerja

b. kepatuhan aparat
pada perintah atau 17
instruksi atasan

c. taat pada peraturan


dan tata tertib yang
berlaku
18-19
d. cara berpakaian

e. absensi dan daftar


hadir

20

21-22
2. Tanggung jawab a. penggunaan dan 23-25
pemeliharaan alat-
alat perlengkapan
kantor

b. penyelesaian
pekerjaan sesuai
dengan ketentuan
26-27
c. kesanggupan
menanggung resiko
terhadap tindakan
yang dilakukan

28
C. Iklim Kerja 1. Struktur tugas a. adanya struktur 29
organisasi yang
tegas dan tergambar
dalam bagan

b. adanya pembagian
tugas/pekerjaan
yang jelas dalam
organisasi
30
c. terjalinnya
komunikasi yang
baik antara atasan
dan bawahan
maupun sesama
rekan kerja

31
2. Hubungan imbalan a. pemberian imbalan 32
hukum tambahan bagi
pegawai yang
berprestasi

b. tingkat penghargaan
bagi pegawai yang
berprestasi
33
c. pemberian
hukuman bagi
pegawai yang
melanggar peraturan

34

3. Pengambilan a. partisipasi anggota 35


keputusan dalam mengambil
keputusan

b. kebebasan pegawai
mengambil tindakan
dalam situasi darurat

36
4. Tekanan pada a. peraturan organisasi 37
prestasi dan yang dijalankan
semangat kerja dengan baik oleh
pegawai

b. semangat pegawai
dalam bekerja

c. kejelasan sistem
38-39
penilaian kerja

d. aktivitas organisasi
yang mempunyai
orientasi 40
pengembangan bagi
pegawai

e. frekuensi 41
pengadaan
pendidikan dan
latihan bagi pegawai

f. adanya bimbingan
dan pengawasan
dari atasan

g. tingkat kedisiplinan
pelaksanaan
42
evaluasi kerja
pegawai

h. ketersediaan
fasilitas dan sarana
bagi kelancaran
pekerjaan 43-44

45

46
5. Keamanan versus a. rasa aman dan 47-49
Resiko nyaman pada saat
bekerja

b. adanya insentif
yang sesuai dengan
pekerjaannya 50

c. munculnya resiko
pekerjaan yang berat

d. sikap pegawai
dalam menghadapi
resiko pekerjaan 51
yang ada

52

=====================================================================

BAB III

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Metode Penelitian

1. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah seluruh aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap

Utara Kabupaten Cilacap. Dan untuk melengkapi kevalidan data, penulis juga

mengadakan wawancara dengan beberapa masyarakat yang dipilih secara acak.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap

Utara Kabupaten Cilacap. Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada banyaknya keluhan

masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan aparat kelurahan yang ada di Kecamatan

Cilacap Utara.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan

metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Masri Singarimbun

Effendi, 1989:3).

4. Variabel - Variabel Yang Digunakan

1). Efektifitas pelayanan aparat sebagai variabel terikat (Y)

2). Disiplin kerja aparat sebagai variabel bebas pertama (X1)


3). Iklim kerja sebagai variabel bebas kedua (X2)

5. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu dengan mengambil

seluruh populasi sebagai sampel selama jumlah populasi diketahui terbatas. Sampel yang

jumlahnya sebesar populasi tersebut sering disebut sampel total (Surakhmad, 1989:100).

Penentuan sampel total sebagai teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengacu

pada pendapat Arikunto yang menyatakan apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto,

1998:120). Penelitian ini menggunakan sampel total atau sampel yang sebesar

populasinya dengan mempertimbangkan hal sebagai berikut :

a. jumlah populasi terbatas dan masih dalam jangkauan

b. dalam menggunakan total sampel maka sampel akan representatif

c. responden adalah orang yang sudah jelas diketahui

Jadi dalam penelitian ini sampelnya adalah seluruh aparat kelurahan yang ada di

Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yang berjumlah 82 orang. Dan untuk

melengkapi kevalidan data, penulis juga mengadakan wawancara dengan beberapa

masyarakat yang dipilih secara acak.

6. Metode Pengumpulan Data


1. Kuesioner

Suatu penelitian mengenai suatu masalah yang dilakukan dengan jalan mengedarkan

suatu pertanyaan berupa formulir, diajukan secara tertulis kepada responden untuk

mendapatkan jawaban tertulis.

2. Wawancara

Suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Hal ini merupakan

proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.

Wawancara ini akan dilakukan pada pegawai kelurahan yang lebih mengetahui

tentang keadaan di kelurahan dan juga kepada masyarakat yang datang ke kelurahan

untuk memperoleh pelayanan dari aparat. Hal ini dilakukan untuk mendukung data

yang sudah ada dari menyebaran kuesioner.

3. Observasi

Suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala psikis

dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Metode ini digunakan untuk mengamati

keadaan responden yang tidak secara mudah dapat ditangkap melalui metode

wawancara dan kuesioner. Dari sini dapat diketahui keadaan sebenarnya dari

kegiatan-kegiatan sehari-hari responden.

4. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada pada instansi atau

lembaga yang relevan untuk menyusun deskriptif wilayah penelitian dan untuk

melengkapi bahan analisa.

7. Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu :

1. Data Primer

Data ini bersumber dari responden secara langsung. Dalam prakteknya diperoleh dari

wawancara dan jawaban responden pada kuesioner yang telah diberikan. Selain itu

dari pengamatan langsung terhadap situasi lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen data statistik, buku-buku, majalah,

koran dan keterangan lainnya yang ada kaitannya dengan obyek penelitian yang

penulis lakukan di kelurahan-kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara

Kabupaten Cilacap.

8. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan reliabel (Sugiyono, 1999:97).


1. Validitas Instrumen

Validitas instrumen menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur

secara cermat dan tepat apa yang ingin diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,

1998:160). Menurut Sugiyono, instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan

untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 1999:97). Adapun uji validitas

yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct validity) yaitu

yang membuat konstruk atau kerangka instrumen yang kemudian dikonsultasikan

dengan para ahli. Instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruksi jika instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur gelaja sesuai dengan yang didefinisikan.

Untuk melahirkan definisi yang benar, maka didasarkan pada teori-teori atau

pendapat para ahli. Sutrino Hadi (dalam Sugiyono, 1999:97) menyatakan bahwa bila

bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen)

yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Sugiyono berpendapat bahwa instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 1999:97). Demikian pula yang
dikatakan Arikunto bahwa instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai
dengan kenyataannya maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama (Arikunto,
1998:170). Pengujian reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah internal
consistency dengan Teknik Belah Dua (split half). Menurut Masri Singarimbun dan
Sofyan Effendi (1989:143) cara pengujian reliabilitas teknik belah dua adalah sebagai
berikut:
a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung
validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu, sedangkan yang
tidak valid dibuang.

b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan, untuk membelah alat
pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara:

1. Membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan pertama
(X), separuh lagi masuk belahan kedua (Y).

2. Membagi item berdasarkan nomor genap ganjil, item bernomor ganjil


dimasukkan kedalam belahan pertama (X) dan yang bernomor genap
dikelompokkan dalam belahan kedua (Y).

3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini
akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skor
total untuk belahan pertama (X) dan skor total belahan kedua (Y).

4. Mengkorelasikan skor total belahan pertama (X) dengan skor total belahan
kedua (Y) dengan menggunakan tekhnik korelasi product moment (r x y).

5. Mengkorelasikan r x y dengan formula Spearman-Brown, sehingga akan


diperoleh angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah.

Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka
korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya kedalam rumus Spearman-Brown,
yaitu:

(Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1989: 144)

Keterangan :

r.tot = angka reliabilitas keseluruhan item.

t.tt = angka korelasi belahan pertama dan kedua

Apabila nilai r.tot lebih besar daripada nilai pada r tabel maka dapat dinyatakan
bahwa item tersebut reliable (terandalkan).

B. Metode Analisis
1. Pengukuran Variabel

Alat pengumpul data utama dalam penelitian ini adalah kuesioner. Skala pengukuran

yang digunakan adalah skala Likert (Sugiyono, 2002:74) dimana pemberian skor berkisar

dari nilai tertinggi 3 sampai terendah 1, dengan scoring/pemberian skor terhadap jawaban

yang diberikan responden sebagai berikut :

- Apabila responden memilih alternatif jawaban A diberi skor 3

- Apabila responden memilih alternatif jawaban B diberi skor 2

- Apabila responden memilih alternatif jawaban C diberi skor 1

2. Metode Analisis Yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan metode survai, oleh karena itu untuk menganalisa

hasil penelitian digunakan metode analisa kuantitatif. Metode analisis ini adalah dengan

cara perhitungan statistik untuk menganalisis variabel-variabel penelitian karena statistik

bekerja dengan angka-angka, maka metode ini memungkinkan deskripsi tentang suatu

kegiatan secara eksak dan obyektif. Sifatnya lebih efisien dibandingkan dengan bahan

verbal sehingga rangkuman hasil penelitian lebih singkat dan menggambarkan kesatuan

yang mudah dimengerti.

Penelitian ini menggunakan teknik satistik non parametrik yaitu dengan

menggunakan Analisa Tabulasi Silang, Kendall Tau, Korelasi Parsial dan Konkordansi

Kendall. Apabila hasil korelasi valid maka akan dilanjutkan dengan model Regresi
Ordinal. Kendall Tau digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara 2

variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau rangking. Korelasi parsial

digunakan untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen dengan dependen

setelah dikontrol. Sedangkan, Korelasi Konkordansi Kendall digunakan untuk mengetahui

derajat asosiasi semua variabel bebas secara bersama-sama.

Setelah dilakukan perhitungan data menggunakan rumus analisa yang telah

disebutkan di atas, maka akan diperoleh koefisien korelasi. Untuk dapat memberikan

penafsiran terhadap koefisien korelasi, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang

tertera pada tabel berikut :

Tabel 5. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 0,19 Sangat Rendah
0,20 0,39 Rendah
0,40 0,59 Sedang
0,60 0,79 Kuat
0,80 1,00 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono, 2004:216

Rumus-rumus yang digunakan untuk menganalisa data meliputi :

a. Kendall Tau c ( c)

Korelasi kendall tau - c ( c) digunakan untuk mencari hubungan dan menguji


hipotesis antara 2 variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau rangking.
Teknik ini digunakan karena dapat dikembangkan untuk mencari koefisien korelasi
parsial. Rumus dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan:

= koefisien korelasi kendall tau yang besarnya (-1<0<1)

N = jumlah anggota sampel

Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi digunakan rumus z, karena

distribusinya mendekati normal. Rumus z adalah sebagai berikut :

(Sugiono, 2002 : 238)

b. Korelasi Parsial

Korelasi parsial digunakan untuk menganalisis bila bermaksud mengetahui pengaruh

atau mengetahui hubungan antara variabel independen dengan dependen, di mana

salah satu variabel independennya dibuat tetap/dikendalikan (Sugiono, 2004:220).

Rumus korelasi parsial :

Untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan rumus :


Keterangan :

rp = korelasi parsial ditemukan

n = jumlah sample

t = t hitung

c. Koefisien Konkordansi Kendall (W)

Fungsinya adalah untuk mengetahui derajat asosiasi antara variabel bebas pertama
dan kedua secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Pengukuran ini dapat
bermanfaat dalam mempelajari reliabilitas saling menentukan dan menguji (Siegel,
1997: 292). Dalam penelitian ini koefisien ini digunakan untuk mengetahui derajat
asosiasi antara variabel disiplin kerja aparat dengan variabel iklim kerja secara
bersama-sama terhadap variabel efektivitas pelayanan aparat. Adapun rumusnya
adalah sebagai berikut:

Keterangan :

W = Koefisien Konkordansi Kendall

K = Banyaknya variabel yang diobservasi (banyaknya ranking penjenjangan)

N = Jumlah obyek

S = Jumlah kuadrat deviasi

T = Menjumlahkan harga T untuk ke semua k rangking

Rumus :
Dimana, T = Faktor koreksi

t = Banyaknya observasi dalam suatu kelompok yang memperoleh angka


yang sama untuk rangking tertentu.

I2 = Angka tetap (konstanta).

Sementara untuk uji signifikan tidaknya digunakan koefisien kontuinitas atau


chissquare, dengan rumus:

Atau = k (N- 1) W (Siegel, 1997: 292).

Keterangan :

k = Banyaknya rangking penjenjangan

N = Jumlah obyek

W = Angka koefisien konkordansi kendall

S = Jumlah kuadrat deviasi

Dengan derajat kebebasan (db) = N-1 (Siegel,1997: 292)

Hasil uji signifikansi ini lalu dibandingkan dengan tabel, bila hasilnya lebih besar dari
harga tabel berarti signifikan, dan jika hasilnya lebih kecil dari harga tabel berarti
tidak signifikan. Untuk uji signifikansi koefisien konkordansi kendall ini tergantung
pada besarnya sampel N (sampel).

1. Jika N 7 maka hasilnya dapat langsung dibandingkan dengan tabel pada tingkat
signifikansi 0,05. tabel untuk ini adalah tabel R

2. Jika N 7 maka digunakan rumus X = k (N-1)W.

Hasil ini baru dapat dilihat pada tabel, apabila hasilnya lebih besar berarti
signifikan. Tabel ini adalah tabel .

Dalam penelitian ini yang harus dilakukan sehubungan hal tersebut adalah:
1. Mencari koefisien konkordansi kendall antara variabel disiplin kerja aparat
kelurahan dan iklim kerja dalam kelurahan.

2. Karena dalam penelitian ini sudah pasti N lebih besar dar 7 maka langkah
selanjutnya mencari harga signifikansi dengan rumus = k(N-1)W.

3. Hasil perhitungan tersebut (nomor 2) kemudian dibandingkan dengan nilai yang


terdapat pada tabel dengan db = N-1 apabila hasilnya lebih besar daripada
harga tabel. Berarti signifikan. Dengan demikian maka antara variabel disiplin
kerja aparat dan iklim kerja dalam kelurahan dengan variabel efektivitas
pelayanan aparat terbukti ada hubungannya.

d. Analisis Regresi

Analisis regresi bermanfaat untuk menggambarkan hubungan sebab akibat (cause


effect ) antara satu atau beberapa variabel explanatory dengan satu variabel respon.
Tujuan analisis regresi adalah untuk mendapatkan model terbaik dan sederhana untuk
menggambarkan hubungan antara kedua jenis variabel tersebut. Hasil dari analisis
regresi adalah suatu persamaan matematik yang berguna untuk melakukan peramalan
atau prediksi.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi
ordinal. Analisis regresi ordinal digunakan bila variabel yang dianalisis memiliki
skala pengukuran ordinal. Tujuan analisis regresi ini sebagaimana analisis regresi
yang lain adalah mendapatkan model terbaik dan sederhana yang menggambarkan
antar variabel.

Persamaan yang dipakai dalam penelitian ini dikenal dengan Proportional Odds
Model (PO) atau Ordinal Regression Model atau disebut McCullaghs Grouped
Continuous Model.

Ciri-ciri nya adalah sebagai berikut :

1. Model menjadi stabil atau invariant pada kondisi timbal balik (reversal) dari

kategori dimana hanya tanda koefisien regresi yang berubah.

2. Keadaan model yang stabil tersebut pada kondisi pemampatan atau collapsibility

dari kategori berurutan.

3. Model menghasilkan koefisien regresi yang paling mudah untuk ditafsirkan.


Adapun persamaan PO tersebut adalah sebagai berikut :

log {j (X) / (1j (X))} = j + x

j (X) = exp (j + x) / {1 + exp (j + x)}

=====================================================================

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Keadaan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara

a. Kelurahan Gumilir

Kelurahan Gumilir memiliki luas 310,013 Ha atau sekitar 16,69 persen luas kecamatan Cilacap

Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 0,5 km. Secara administratif, batas-batas wilayah

kelurahan Gumilir adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan Tritih Kulon.

Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Kamulyan.

Sebelah Barat : Kelurahan Kebonmanis.

Sebelah Timur : Kelurahan Mertasinga.


Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Gumilir memiliki ketinggian tanah 7 m di

atas permukaan laut. Kelurahan Gumilir mempunyai sifat iklim tropis dengan musim penghujan

dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun. Curah hujan rata-rata 2012 mm dan suhu

udara rata-rata 20C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada lampiran 3.

Berdasarkan tabel dalam lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang ada

dipakai untuk pekarangan, pemukiman/perumahan dan bangunan umum. Selain itu ada tanah

yang digunakan untuk jalan umum sepanjang 18.765 km.

Penduduk kelurahan Gumilir terdiri dari 3.017 KK. Jumlah penduduk menurut jenis

kelamin sebanyak 13.626 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 6.894 orang dan

perempuan 6.732 orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat dilihat

dalam tabel berikut ini :

Tabel 6. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia Pendidikan

Usia Jumlah
00 03 tahun 1.097
04 06 tahun 803
07 11 tahun 970
13 15 tahun 801
16 18 tahun 720
19 keatas 9.235
Jumlah Total 13.626

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia
pendidikan sebesar 13.626 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 keatas
yaitu 9.235 orang. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 7. Jumlah Penduduk di Kelurahan Gumilir Berdasarkan Usia Tenaga Kerja


Usia Jumlah
10 14 tahun 1.283
15 19 tahun 1.400
20 26 tahun 1.402
27 40 tahun 2.355
41 56 tahun 2.271
57 ke atas 2.262
Jumlah Total 10.973

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan ini cukup
tinggi yaitu 10.973 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 27 40 tahun. Namun angka
ini tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah tenaga kerja pada usia 41 56 tahun dan 57 ke
atas.

Penduduk kelurahan Gumilir memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam.

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Komposisi Penduduk Kelurahan Gumilir Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)


1. Pegawai Negeri Sipil 465 11,36
2. ABRI 41 1
3. Swasta 801 19,56
4. Wiraswasta/pedagang 505 12,33
5. Tani 315 7,7
6. Perukangan 56 1,37
7. Buruh 1312 32,05
8. Pensiun 370 9,04
9. Nelayan 71 1,73
10. Jasa 158 3,86
Jumlah Total 4094 100

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Gumilir
bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak 32,05 persen. Sedangkan yang bermata
pencaharian sebagai swasta menduduki ranking dua yaitu sebanyak 19,56 persen. Sedangkan
yang bermata pencaharian paling sedikit adalah sebagai ABRI, yaitu sebanyak satu persen dari
keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Gumilir.

b. Kelurahan Karang Talun

Kelurahan Karang Talun memiliki luas 353,02 Ha atau sekitar 19 persen luas kecamatan Cilacap
Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 4,5 km. Secara administratif, batas wilayah
kelurahan Karang Talun adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan Kali Donan.

Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Kebonmanis.

Sebelah Barat : Kelurahan Lomanis.

Sebelah Timur : Kelurahan Tritih Kulon.

Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Karang Talun memiliki ketinggian tanah

6 m di atas permukaan laut. Kelurahan Karang Talun mempunyai sifat iklim tropis dengan

musim penghujan dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun. Curah hujan rata-rata

2000-3000 mm dan suhu udara rata-rata 26C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat

pada lampiran 3. Berdasarkan tabel pada lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan

yang ada dipakai untuk sawah, ladang dan pemukiman/perumahan. Selain itu ada tanah yang

digunakan untuk jalan umum sepanjang 1.027 km.

Penduduk kelurahan Karang Talun terdiri dari 2.627 KK. Jumlah penduduk menurut

jenis kelamin sebanyak 10.615 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 5.446 orang

dan perempuan 5.169 orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :


Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia Pendidikan

Usia Jumlah
00 03 tahun 1.131
04 06 tahun 998
07 11 tahun 1.971
13 15 tahun 1.857
16 18 tahun 2.838
19 keatas 2.849
Jumlah Total 11.644

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia
pendidikan sebesar 11.644 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk 16-18 tahun yaitu
sebanyak 2.838 orang dan penduduk usia 19 keatas yaitu 2.849 orang. Sedangkan jumlah
penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia Tenaga kerja

Usia Jumlah
10 14 tahun 999
15 19 tahun 2.435
20 26 tahun 2.443
27 40 tahun 2.373
41 56 tahun 1.326
57 keatas 1.133
Jumlah Total 10.709

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan ini cukup tinggi
yaitu 10.709 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 20 26 tahun yaitu sebanyak 2.443
orang. Namun angka ini tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah tenaga kerja pada usia 15 19
tahun yaitu sebanyak 2.435 orang dan 27 40 tahun yaitu sebanyak 2.373 orang.
Penduduk kelurahan Karang Talun memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam

mulai dari pertani, nelayan, pertukangan, buruh sampai dengan pegawai negeri sipil dan ABRI.

Rincian komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 11. Komposisi Penduduk Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)


1. Pegawai Negeri Sipil 129 2,37
2. ABRI 4 0,07
3. Swasta 1.542 28,37
4. Wiraswasta/pedagang 348 6,4
5. Tani 310 5,7
6. Pertukangan 986 18,14
7. Buruh 1.198 22,04
8. Pensiun 474 8,72
9. Nelayan 377 6,94
10. Pemulung 2 0,04
11. Jasa 66 1,21
Jumlah Total 5.436 100

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Karang Talun
bermata pencaharian sebagai swasta, yaitu sebanyak 1.542 orang atau sekitar 28,37 persen.
Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai buruh menduduki ranking dua yaitu sebanyak
1198 orang atau sekitar 22,04 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah
sebagai pemulung, yaitu sebanyak 2 orang atau 0,04 persen dan ABRI sebanyak 4 orang atau
sekitar 0,07 persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Karang Talun.

c. Kelurahan Kebonmanis

Kelurahan Kebonmanis memiliki luas 198,641 Ha atau sekitar 10,69 persen luas kecamatan
Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2 km. Secara administratif, batas-batas
wilayah kelurahan Kebonmanis adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Karang Talun dan Tritih Kulon.

Sebelah Selatan : Kelurahan Tegal Kamulyan.

Sebelah Barat : Kelurahan Gunung Simping.

Sebelah Timur : Kelurahan Gumilir.

Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Kebonmanis memiliki ketinggian tanah 7

m di atas permukaan laut. Kelurahan Kebonmanis mempunyai sifat iklim tropis dengan musim

penghujan dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000 mm

dan suhu udara rata-rata 21C.

Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan tabel

dalam lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang ada dipakai untuk irigasi

yaitu seluas 163,286 Ha. Dengan luas yang hampir sama, tanah di Kebonmanis digunakan untuk

sawah, pemukiman/perumahan, dan pekarangan. Selain itu ada tanah yang digunakan untuk jalan

umum sepanjang 2.500 km.

Penduduk Kebonmanis terdiri dari 2.252 KK. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

sebanyak 10.030 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 5.062 orang dan

perempuan 4.968 orang. Kemudian lihat tabel berikut :

Tabel 12. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia Pendidikan

Usia Jumlah
00 03 tahun 943
04 06 tahun 703
07 12 tahun 979
13 15 tahun 904
16 18 tahun 1.021
19 keatas 5.470
Jumlah Total 10.020

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Tabel 13. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia Tenaga Kerja

Usia Jumlah
10 14 tahun 851
15 19 tahun 973
20 26 tahun 1779
27 40 tahun 1874
41 56 tahun 1488
57 keatas 1190
Jumlah Total 8.155

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia pendidikan

sebesar 10.020 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu

sebanyak 5.470 orang. Kemudian dari tabel 13 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di

kelurahan ini cukup tinggi yaitu 8.155 orang.

Penduduk kelurahan Kebonmanis memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam.

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Komposisi Penduduk Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)


1. Pegawai Negeri Sipil 374 19,72
2. ABRI 46 2,42
3. Swasta 450 23,72
4. Wiraswasta/pedagang 215 11,33
5. Tani 150 7,91
6. Buruh 500 26,36
7. Pensiun 160 8,43
8. Nelayan 2 0,11
Jumlah Total 1897 100

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Kebonmanis


bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak 500 orang atau sekitar 26,36 persen.
Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai swasta menduduki ranking dua yaitu sebanyak
450 orang atau sekitar 23,72 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah
sebagai nelayan, yaitu sebanyak 2 orang atau 0,11 persen dari keseluruhan jumlah penduduk
kelurahan Kebonmanis.

d. Kelurahan Mertasinga

Kelurahan Mertasinga memiliki luas 492,660 Ha atau sekitar 26,52 persen luas kecamatan
Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2,5 km. Secara administratif, batas-batas
wilayah kelurahan Mertasinga adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Tritih Wetan.

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia.

Sebelah Barat : Kelurahan Gumilir.

Sebelah Timur : Desa Menganti.

Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Mertasinga memiliki ketinggian tanah 6

m di atas permukaan laut. Kelurahan Mertasinga mempunyai sifat iklim tropis dengan musim

penghujan dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000-3000

mm dan suhu udara rata-rata 27C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel di

lampiran 3. Berdasarkan tabel dalam lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan

yang ada dipakai untuk sawah dan ladang yaitu seluas 343,194 Ha. Dengan luas yang hampir
sama, tanah di Mertasinga digunakan untuk irigasi, yaitu seluas 317,356 Ha. Selain itu ada tanah

yang digunakan untuk jalan umum sepanjang 42.750 km.

Penduduk kelurahan Mertasinga terdiri dari 4.198 KK. Jumlah penduduk menurut jenis

kelamin sebanyak 15.114 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 7.850 orang dan

perempuan 7.264 orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat dilihat

dalam tabel 15 berikut ini :

Tabel 15. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia Pendidikan

Usia Jumlah
00 03 tahun 718
04 06 tahun 487
07 12 tahun 1549
13 15 tahun 845
16 18 tahun 888
19 keatas 10.628
Jumlah Total 15.115

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel 16

berikut ini :

Tabel 16. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia Tenaga Kerja

Usia Jumlah
10 14 tahun 1.384
15 19 tahun 1.477
20 26 tahun 2.237
27 40 tahun 3.363
41 56 tahun 3.229
57 keatas 1.616
Jumlah Total 13.306

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia pendidikan

sebesar 15.115 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu

sebanyak 10.628 orang. Kemudian dari tabel 16 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di

kelurahan ini sangat tinggi yaitu 13.306 orang.

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 17. Komposisi Penduduk Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)


1. Pegawai Negeri Sipil 274 5,62
2. ABRI 8 0,16
3. Swasta 656 13,45
4. Wiraswasta/pedagang 309 6,34
5. Tani 1.256 25,75
6. Pertukangan 256 5,25
7. Buruh 1.309 26,84
8. Pensiun 72 1,48
9. Nelayan 600 12,3
10. Jasa 135 2,77
11. Pemulung 2 0,04
Jumlah Total 4.877 100

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Mertasinga
bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak 1.309 orang atau sekitar 26,84 persen.
Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai tani menduduki ranking dua yaitu sebanyak 1.256
orang atau sekitar 25,75 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah
sebagai pemulung, yaitu sebanyak 2 orang atau 0,04 persen dari keseluruhan jumlah penduduk
kelurahan Mertasinga.
e. Kelurahan Tritih Kulon

Kelurahan Tritih Kulon memiliki luas 503,530 Ha atau sekitar 27,10 persen luas kecamatan
Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 1,8 km. Secara administratif, batas-batas
wilayah kelurahan Tritih Kulon adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Jeruk Legi.

Sebelah Selatan : Kelurahan Gumilir.

Sebelah Barat : Kelurahan Karang Talun.

Sebelah Timur : Kelurahan Mertasinga.

Berdasarkan kondisi geografisnya, kelurahan Tritih Kulon memiliki ketinggian tanah 5

m di atas permukaan laut. Kelurahan Tritih Kulon mempunyai sifat iklim tropis dengan musim

penghujan dan kemarau yang silih berganti selamas satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000-3000

mm dan suhu udara rata-rata 29C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel di

lampiran 3. Berdasarkan tabel di lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang

ada dipakai untuk pekarangan dan tegalan yaitu seluas 233,162 Ha dan 154,519 Ha. Selain itu

ada tanah yang digunakan untuk jalan umum sepanjang 14.039 km.

Penduduk kelurahan Tritih Kulon terdiri dari 3.570 KK. Jumlah penduduk menurut

jenis kelamin sebanyak 15.830 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 8.038 orang

dan perempuan 7.792 orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat

dilihat dalam tabel 18 berikut ini :

Tabel 18. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Pendidikan
Usia Jumlah
00 03 tahun 1.079
04 06 tahun 936
07 12 tahun 1.848
13 15 tahun 1.398
16 18 tahun 2.437
19 keatas 8.132
Jumlah Total 15.830

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel
19 berikut ini :

Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Tenaga Kerja

Usia Jumlah
10 14 tahun 1.461
15 19 tahun 4.066
20 26 tahun 1.147
27 40 tahun 2.290
41 56 tahun 2.466
57 keatas 1.399
Jumlah Total 12.829

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia pendidikan
sebesar 15.830 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu
sebanyak 8.132 orang. Kemudian dari tabel 19 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di
kelurahan ini sangat tinggi hampir sama dengan jumlah di kelurahan Mertasinga yaitu sebanyak
12.829 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 15 19 tahun yaitu sebanyak 4.066 orang.

Penduduk kelurahan Tritih Kulon memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam.

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 20. Komposisi Penduduk Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1. Pegawai Negeri Sipil 405 6,28
2. ABRI 8 0,13
3. Swasta 1.466 22,74
4. Wiraswasta/pedagang 1.420 22,02
5. Tani 158 2,45
6. Pertukangan 2.003 31,06
7. Buruh 304 4,72
8. Pensiun 118 1,83
9. Nelayan 387 6,00
10. Jasa 173 2,68
11. Pemulung 6 0,09
Jumlah Total 6.448 100

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005

Berdasarkan tabel 20 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Tritih Kulon
bermata pencaharian di bidang pertukangan, yaitu sebanyak 2.003 orang atau sekitar 31,06
persen. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai swasta dan pedagang memiliki jumlah yang
hampir sama yaitu sebanyak 1.466 orang atau sekitar 22,74 persen dan 1.420 orang atau sekitar
22,02 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah sebagai pemulung,
yaitu sebanyak 6 orang atau 0,04 persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Tritih
Kulon.

2. Struktur Organisasi dan Rincian Tugas Pokok Pemerintah Kelurahan

Disebutkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003


Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan dalam pasal 1, Kelurahan adalah
merupakan perangkat Kecamatan yang dipimpin oleh Kepala Kelurahan yang disebut Lurah
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Camat.

Dari penjelasan tersebut kita dapat mengetahui bahwa pemerintah kelurahan adalah
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat yang tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Sebuah kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah
yang menjadi penanggung jawab atas tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh kelurahan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 Tentang


Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan disebutkan bahwa Susunan Organisasi
Pemerintahan Kelurahan terdiri dari :
a. Lurah

b. Sekretaris Kelurahan

c. Kepala Seksi

Membawahi : - seksi pemerintahan

- seksi pembangunan

- seksi sosial ekonomi

- seksi ketentraman ketertiban

d. Kepala Lingkungan

Adapun bagan struktur organisasi kelurahan dapat ditunjukkan dalam skema gambar
berikut ini :

Gambar 2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan


Sumber : Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003

Sekretaris Kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah,

sekretaris kelurahan dibantu oleh beberapa orang staf. Kepala Lingkungan merupakan jabatan

non struktural yang mempunyai tugas pokok membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional

Lurah dalam wilayah kerjanya.

Berdasarkan pasal 4, tugas pokok seorang Lurah adalah melakukan penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan


pemerintahan umum dan urusan pemerintahan di wilayahnya. Dalam pasal 5 disebutkan

mengenai fungsi Lurah antara lain :

a. pengkoordinasian atas jalannya penyelenggaraan pemerintah kelurahan,


pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat;

b. pelaksanaan tugas di bidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang


menjadi tanggung jawabnya;

c. pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan partisipasi dan swadaya gotong


royong masyarakat;

d. pelaksanaan kegiatan dalam rangka pembinaan ketentraman dan ketertiban


wilayah;

e. pelaksana tugas lain yang dilimpahkan kepada pemerintah kelurahan.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 itu juga disebutkan

mengenai tugas pokok Sekretaris Kelurahan yaitu membantu pelaksanaan tugas Lurah di bidang

pembinaan dan pelayanan administrasi kepada masyarakat serta memberikan pelayanan teknis

administratif kepada Perangkat Pemerintah Kelurahan serta mengkoordinasikan pelaksanaan

tugas seksi-seksi. Fungsi Sekretaris Kelurahan antara lain :

a. penyusunan rencana dan program, pengendalian serta pengevaluasian


pelaksanaannya;

b. pengadministrasian keuangan, kepegawaian, tata usaha, perlengkapan dan rumah


tangga;

c. pengkoordinasian pelaksanaan tugas seksi-seksi dan lingkungan;

d. pelaksanaan pelayanan;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Untuk tugas pokok dan fungsi masing-masing seksi dijelaskan pula dalam pasal 10-15.

Tugas Seksi Pemerintahan adalah melakukan urusan pemerintahan. Dan fungsi Seksi

Pemerintahan antara lain :

a. penyelenggaraan pemerintahan umum;

b. pengadministrasian kependudukan dan catatan sipil;

c. pelaksanaan tugas-tugas di bidang pertanahan;

d. penyusunan program dan pembinaan kegiatan politik, ideologi negara dan kesatuan
bangsa;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

Tugas Seksi Pembangunan adalah melakukan pembinaan pembangunan di bidang

perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan lingkungan hidup. Fungsinya antara lain

a. penyusunan program dan pembinaan pembangunan prasarana dan sarana fisik;

b. penyusunan program dan pembinaan perekonomian masyarakat, produksi dan


distribusi;

c. penyusunan program dan pembinaan pembangunan pada umumnya serta


pembinaan lingkungan hidup;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

Tugas Seksi Sosial Ekonomi adalah mengkoordinasikan penyusunan program dan

melaksanakan pembinaan sosial dan ekonomi. Seksi Sosial Ekonomi memiliki fungsi :
a. penyusunan program dan pembinaan pelayanan bantuan sosial, pembinaan
kepemudaan, pemberdayaan wanita dan olah raga;

b. penyusunan program dan pembinaan kehidupan keagamaan, pendidikan,


kebudayaan dan kesehatan masyarakat;

c. penyusunan program dan pembinaan kegiatan pembangunan perkoperasian,


pengusaha ekonomi lemah dan kegiatan ekonomi lainnya dalam rangka
meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

Tugas Seksi Ketentraman dan Ketertiban adalah melakukan pembinaan ketentraman

dan ketertiban wilayah. Seksi Ketentraman dan Ketertiban mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. penyusunan rencana dan program pembinaan ketentraman dan ketertiban umum;

b. penyusunan rencana dan program peningkatan kesatuan bangsa dan perlindungan


masyarakat;

c. pemberian batuan pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengamanan akibat


bencana alam dan bencana lainnya;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya

Tugas pokok Kepala Lingkungan adalah membantu pelaksanaan tugas-tugas

operasional Lurah dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala

Lingkungan memiliki fungsi sebagai berikut :

a. pelaksanaan tugas Lurah dalam wilayah kerjanya;

b. pembinaan dan pengkoordinasian kegiatan kelompok/lembaga/ organisasi


kemasyarakatan di wilayah kerjanya;

c. pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat;


d. pelaksanaan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.

3. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dimaksudkan untuk mengetahui dengan jelas karakteristik dari

responden penelitian. Dari data hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai ciri-ciri

khusus dari responden sehubungan dengan masalah yang diteliti. Responden yang dimaksud

berjumlah 82 orang yang merupakan keseluruhan dari aparat kelurahan yang ada di Kecamatan

Cilacap Utara. Karakteristik responden secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sesuai data penelitian ditunjukkan

pada tabel 21 di bawah ini :

Tabel 21. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1. Laki-laki 69 84,15

2. Perempuan 13 15,85
Jumlah 82 100

Sumber : Data Primer Diolah


Berdasarkan tabel 21 di atas, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden yang dijadikan

sebagai data penelitian ini adalah laki-laki yaitu sejumlah 69 orang atau sekitar 84,15

persen dari keseluruhan responden. Sedangkan responden perempuan hanya 13 orang

atau sekitar 15,85 persen dari keseluruhan jumlah responden penelitian.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.

Karakteristik responden berdasarkan usia/umur sesuai data penelitian ditunjukkan pada

tabel 22 di bawah ini :

Tabel 22. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Persentase (%)


1. Di bawah 40 tahun 3 3,66

2. 41 45 tahun 5 6,10

3. 46 50 tahun 18 21,95

4. 51 55 tahun 31 37,80

5. 56 60 tahun 22 26,83

6. Di atas 60 tahun 3 3,66


Jumlah 82 100

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 22 di atas menjelaskan bahwa sebagian besar responden berusia antara 51 55

tahun yaitu sebanyak 31 orang atau sekitar 37,80 persen. Kemudian responden yang

berusia 46 50 tahun sebanyak 18 orang atau sekitar 21,95 persen. Kemudian responden

yang berusia 41 45 tahun sebanyak 5 orang atau sekitar 6,10 persen. Sedangkan untuk
responden yang berusia di bawah 40 tahun jumlahnya sama dengan responden yang

berusia di atas 60 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau sekitar 3,66 persen dari jumlah

keseluruhan responden penelitian.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan sesuai data penelitian

ditunjukkan pada tabel 23 di bawah ini :

Tabel 23. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1. SD 41 50

2. SMP 8 9,76

3. SMU/SMK 22 26,83

4. D3 3 3,65

5. S1 8 9,76
Jumlah 82 100

Sumber Data Primer Diolah

Dari tabel 23 di atas dapat diketahui bahwa responden tamatan SD jumlahnya paling

banyak, yaitu 41 orang atau sekitar 50 persen. Berdasarkan data penelitian hampir seluruh

responden yang tingkat pendidikannya SD menjabat sebagai kepala lingkungan di

masing-masing kelurahan. Untuk responden tamatan SMU/SMK cukup banyak yaitu

sebanyak 22 orang atau sekitar 26,83 persen dari keseluruhan jumlah responden.

Kemudian responden dengan tingkat pendidikan SMP dan S1 memiliki jumlah yang
sama yaitu sebanyak 8 orang atau sekitar 9,76 persen. Sedangkan responden tamatan D3

hanya ada 3 orang atau sekitar 3,65 persen dari jumlah keseluruhan responden penelitian.

B. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kualitas data suatu penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau instrumen

penelitiannya. Kalau instrumen penelitiannya cukup valid dan reliabel, makan data yang

dihasilkan juga cukup valid dan reliabel. Berkenaan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan dalam

pengambilan data.

Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor

butir dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Harga korelasi

tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel korelasi pada taraf signifikansi 5 persen. Suatu

butir pertanyaan dikatakan valid apabila didapatkan angka korelasi lebih besar atau sama dengan

r-tabel.

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan rumus Spearman Borwn. Suatu instrumen

penelitian dikatakan reliabel/andal apabila didapatkan koefisien reliabilitas yang lebih besar dari

tabel korelasi pada taraf siginifikansi 5 persen.

1. Uji Validitas

a. Variabel Efektivitas Pelayanan


Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 24. Hasil Pengujian Validitas Efektivitas Pelayanan

Butir ke r-hitung r-tabel Status


1 0,5315 0,220 Valid
2 0,5690 0,220 Valid
3 0,5383 0,220 Valid
4 0,3902 0,220 Valid
5 0,5844 0,220 Valid
6 0,3521 0,220 Valid
7 0,4887 0,220 Valid
8 0,2232 0,220 Valid
9 0,4073 0,220 Valid
10 0,2456 0,220 Valid
11 0,2279 0,220 Valid
12 0,4310 0,220 Valid
13 0,4773 0,220 Valid
14 0,3057 0,220 Valid

Sumber : Data Primer Diolah

Untuk variabel efektivitas pelayanan dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat

adalah 82 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi lima persen nilai r-

tabel = 0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner

efektivitas pelayanan bersifat valid. Hal ini berarti bahwa instrumen efektivitas pelayanan

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen penelitian

yang digunakan telah memenuhi pengujian validitas konstruksi sehingga seluruh

pertanyaan tersebut disertakan dalam menganalisa data.

b. Variabel Disiplin Kerja


Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 25. Hasil Pengujian Validitas Disiplin Kerja

Butir ke r-hitung r-tabel Status


1 0,6778 0,220 Valid
2 0,3993 0,220 Valid
3 0,7575 0,220 Valid
4 0,7741 0,220 Valid
5 0,5934 0,220 Valid
6 0,2550 0,220 Valid
7 0,4658 0,220 Valid
8 0,2740 0,220 Valid
9 0,4753 0,220 Valid
10 0,7571 0,220 Valid
11 0,3399 0,220 Valid
12 0,2803 0,220 Valid
13 0,5922 0,220 Valid
14 0,4074 0,220 Valid

Sumber : Data Primer Diolah

Untuk variabel disiplin kerja dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat adalah

82 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi lima persen nilai r-tabel =

0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner disiplin kerja

bersifat valid. Hal ini berarti bahwa instrumen disiplin kerja tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen penelitian yang digunakan telah

memenuhi pengujian validitas konstruksi sehingga seluruh pertanyaan tersebut disertakan

dalam menganalisa data.

c. Variabel Iklim Kerja


Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 26. Hasil Pengujian Validitas Iklim Kerja

Butir ke r-hitung r-tabel Status


1 0,3278 0,220 Valid
2 0,4185 0,220 Valid
3 0,6199 0,220 Valid
4 0,3615 0,220 Valid
5 0,4931 0,220 Valid
6 0,3899 0,220 Valid
7 0,3148 0,220 Valid
8 0,3941 0,220 Valid
9 0,5255 0,220 Valid
10 0,3148 0,220 Valid
11 0,3740 0,220 Valid
12 0,3771 0,220 Valid
13 0,4129 0,220 Valid
14 0,4306 0,220 Valid
15 0,4476 0,220 Valid
16 0,3897 0,220 Valid
17 0,4168 0,220 Valid
18 0,3863 0,220 Valid
19 0,4655 0,220 Valid
20 0,4203 0,220 Valid
21 0,4149 0,220 Valid
22 0,3158 0,220 Valid
23 0,5604 0,220 Valid
24 0,4674 0,220 Valid

Sumber : Data Primer Diolah

Untuk variabel iklim kerja dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat adalah 82

2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi lima persen nilai r-tabel =

0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner iklim kerja

bersifat valid. Hal ini berarti bahwa instrumen iklim kerja tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen penelitian yang digunakan telah memenuhi

pengujian validitas konstruksi sehingga seluruh pertanyaan tersebut disertakan dalam

menganalisa data.

2. Uji Reliabilitas

a. Variabel Efektivitas Pelayanan

Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan

Spearman Brown sebesar 0,8694. Untuk variabel efektivitas pelayanan dengan jumlah

responden 82 maka N yang didapat adalah 822 yaitu 80 sehingga sesuai tabel maka

untuk taraf signifikansi 5 persen nilai r-tabelnya adalah 0,220. Sehingga koefisien

Spearman Brown lebih besar dari r-tabel (0,8694>0,220), maka kuesioner efektivitas

pelayanan seluruhnya reliabel. Artinya adalah jika instrumen-instrumen tersebut

digunakan untuk menguji variabel efektivitas pelayanan beberapa kali maka akan

didapatkan hasil yang relatif sama.

b. Variabel Disiplin Kerja

Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan

Spearman Brown sebesar 0,9274. Untuk variabel disiplin kerja dengan jumlah responden

82 maka N yang didapat adalah 82 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf

signifikansi 5 persen nilai r-tabel = 0,220. Sehingga koefisien Spearman Brown lebih

besar dari r-tabel (0,9274>0,220), maka kuesioner disiplin kerja seluruhnya reliabel.

Artinya adalah jika instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk menguji variabel

disiplin kerja beberapa kali maka akan didapatkan hasil yang relatif sama.
c. Variabel Iklim Kerja

Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan

Spearman Brown sebesar 0,8682. Untuk variabel iklim kerja dengan jumlah responden

82 maka N yang didapat adalah 82 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf

signifikansi 5 persen nilai r-tabel = 0,220. Sehingga koefisien Spearman Brown lebih

besar dari r-tabel (0,8682>0,220), maka kuesioner iklim kerja seluruhnya reliabel.

Artinya adalah jika instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk menguji variabel iklim

kerja beberapa kali maka akan didapatkan hasil yang relatif sama.

Hasil pengujian reliabilitas dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 27. Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas

Spearman
No. Variabel r-tabel Status
Brown
1. Efektivitas Pelayanan (Y) 0,8694 0,220 Reliabel

2. Disiplin Kerja (X1) 0,9274 0,220 Reliabel

3. Iklim Kerja (X2) 0,8682 0,220 Reliabel

Sumber : Data Primer Diolah

C. Deskripsi Variabel Penelitian

Langkah awal dalam menganalisis data

hasil penelitian adalah melakukan deskripsi


pada setiap variabel penelitian sebagai upaya

untuk mengetahui kondisi variabel-variabel

tersebut. Deskripsi variabel akan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekwensi karena

dianggap sebagai cara yang paling sederhana

guna mengatur data secara sistematis dan mudah

dimengerti. Cara yang dilakukan adalah dengan

membuat rentang kelas dengan jumlah kelas

sebanyak 3 dengan rentang merupakan rentang

skor. Kemudian masing-masing interval kelas

ditafsirkan dengan kalimat kualitatif rendah,

sedang dan tinggi.


1. Deskripsi Variabel Efektivitas Pelayanan (Y)

Variabel efektivitas pelayanan (Y) dalam penelitian ini diambil dengan kuesioner

dengan skala 1 sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 14. Berdasarkan hal tersebut

maka rentang data teoritik adalah 14 sampai dengan 42. Adapun interval kelas dan

penafsirannya adalah sebagai berikut :

14,0 23,3 = Rendah

23,4 32,7 = Sedang

32,8 42,1 = Tinggi

Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan didapat data dengan frekuensi sebagai

berikut :

Tabel 28. Distribusi Frekuensi Variabel Efektivitas Pelayanan

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)


14,0 23,3 Rendah 8 9,8

23,4 32,7 Sedang 33 40,2

32,8 42,1 Tinggi 41 50,0


Jumlah 82 100,0

Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 28 menjelaskan bahwa dari 82 responden yang diteliti, 8 responden (9,8 persen)

menilai bahwa efektivitas pelayanan yang ada di kelurahan masih rendah, 33 responden (40,2

persen) menilai efektivitas pelayanan yang ada di kelurahan tergolong sedang dan 41
responden (50,0 persen) menilai efektivitas pelayanan yang ada di kelurahan tergolong

tinggi.

2. Deskripsi Variabel Disiplin Kerja (X1)

Variabel disiplin kerja (X1) dalam penelitian ini diambil dengan kuesioner dengan

skala 1 sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 14 item. Berdasarkan hal tersebut maka

rentang data teoritik adalah 14 sampai dengan 42. Adapun interval kelas dan penafsirannya

adalah sebagai berikut :

14,0 23,3 = Rendah

23,4 32,7 = Sedang

32,8 42,1 = Tinggi

Kemudian dari hasil penelitian yang dilak ukan didapat data dengan frekuensi

sebagai berikut :

Tabel 29. Distribusi Frekuensi Variabel Disiplin Kerja

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)


14,0 23,3 Rendah 6 7,3

23,4 32,7 Sedang 32 39,0

32,8 42,1 Tinggi 44 53,7


Jumlah 82 100,0

Sumber : Data Primer Diolah


Tabel 29 di atas menjelaskan bahwa dari 82 responden yang diteliti, 6 responden (7,3 persen)

menilai bahwa disiplin kerja aparat kelurahan tergolong rendah, 32 responden (39,0 persen)

menilai disiplin kerja aparat kelurahan tergolong sedang dan 44 responden (53,7 persen)

menilai disiplin kerja aparat kelurahan tergolong tinggi.

3. Deskripsi Variabel Iklim Kerja (X2)

Variabel iklim kerja (X2) dalam penelitian ini diambil dengan kuesioner berskala 1

sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 24 soal. Berdasarkan hal tersebut maka rentang

data teoritik adalah 24 sampai dengan 72. Adapun interval kelas dan penafsirannya adalah

sebagai berikut :

24,0 40,0 = Rendah

40,0 56,0 = Sedang

56,0 72,0 = Tinggi

Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan didapat data dengan frekuensi sebagai

berikut :

Tabel 30. Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Kerja

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)


24,0 40,0 Rendah 16 19,5

40,0 56,0 Sedang 27 32,9

56,0 72,0 Tinggi 39 47,6


Jumlah 82 100,0
Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 30 di atas menjelaskan bahwa dari 82 responden yang diteliti, 16 responden (19,5

persen) menilai bahwa iklim kerja yang terdapat di kelurahan tergolong rendah, 27 responden

(32,9 persen) menilai iklim kerja yang ada di kelurahan tergolong sedang dan 39 responden

(47,6 persen) menilai iklim kerja yang ada di kelurahan tergolong tinggi.

4. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS for Windows

release 11.05 didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 31. Penafsiran Variabel Berdasarkan Nilai Mean

No. Variabel Mean


1. Disiplin Kerja (X1) 31,87

2. Iklim Kerja (X2) 54,98

Sumber : Data Primer Diolah

Berdasarkan tabel 31 di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas pelayanan aparat kelurahan

lebih banyak dipengaruhi oleh variabel iklim kerja yaitu sebesar 54,98. Sedangkan pengaruh

variabel disiplin kerja terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan relatif kecil apabila

dibandingkan dengan variabel iklim kerja yaitu sebesar 31,87.

D. Pengujian Hipotesis
Analisis data merupakan cara untuk menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner penelitian. Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui
hubungan variabel yang dioperasionalkan yaitu variabel Disiplin Kerja (X1), Iklim Kerja (X2)
dan variabel Efektivitas Pelayanan (Y).

Penelitian ini menggunakan teknik satistik non parametrik yaitu dengan menggunakan

Analisa Tabulasi Silang, Korelasi Kendall Tau dan Koefisien Konkordansi Kendall. Korelasi

Kendall Tau digunakan untuk menguji hipotesis pertama yaitu pengaruh antara disiplin kerja

pegawai dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan dan hipotesis kedua yaitu pengaruh

antara iklim kerja yang ada dalam kelurahan dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan.

Sedangkan Korelasi Konkordansi Kendall digunakan untuk mengetahui derajat asosiasi semua

variabel bebas secara bersama-sama. Hasil analisis dengan teknik-teknik tersebut akan dibahas

satu persatu, sebagai berikut :

1. Tabulasi Silang

Pada analisa tabulasi silang data yang sudah ada dikelompokkan dalam jenjang kategori.

Tabulasi silang digunakan untuk mengamati kecenderungan pengaruh antara dua variabel dengan

memperhatikan beberapa prinsip dalam tabulasi silang kemudian dihitung persentasenya tiap

kelompok untuk memperjelas dan melihat pengaruh antara dua variabel. Berikut rinciannya :

a. Kecenderungan Pengaruh Antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan Variabel


Efektivitas Pelayanan (Y)

Kecenderungan pengaruh antara variabel disiplin kerja (X1) dengan variabel efektivitas

pelayanan (Y) dapat dilihat pada tabel 32 di bawah ini :

Tabel 32. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan Variabel
Efektivitas Pelayanan (Y)
Disiplin Kerja Efektivitas Pelayanan (Y)
Jumlah
(X1) Rendah Sedang Tinggi

2 5 37 44
Tinggi
25,0% 15,2% 90,2% 53,7%
5 25 2 32
Sedang
62,5% 75,8% 4,9% 39,0%
1 3 2 6
Rendah
12,5% 9,1% 4,9% 7,3%
8 33 41 82
Jumlah
100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Sumber : Data Primer Diolah.

Merujuk tabulasi silang pada tabel 32 di atas, kecenderungan pengaruh antara disiplin kerja

dengan efektivitas pelayanan menunjukkan bahwa :

1). Dari 82 responden terdapat 6 responden yang disiplin kerjanya rendah. Dari 6 responden
tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :

a. 1 responden yang disiplin kerjanya rendah cenderung berpengaruh terhadap rendahnya


efektivitas pelayanan.

b. 3 responden yang disiplin kerjanya rendah cenderung berpengaruh terhadap efektivitas


pelayanan yang sedang.

c. 2 responden yang disiplin kerjanya rendah cenderung berpengaruh terhadap tingginya


efektivitas pelayanan.

2). Dari 82 responden terdapat 32 responden yang disiplin kerjanya sedang. Dari 32 responden
tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :

a. 5 responden yang disiplin kerjanya sedang cenderung berpengaruh terhadap rendahnya


efektivitas pelayanan.
b. 25 responden yang disiplin kerjanya sedang cenderung berpengaruh terhadap efektivitas
pelayanan yang sedang pula.

c. 2 responden yang disiplin kerjanya sedang cenderung berpengaruh terhadap tingginya


efektivitas pelayanan.

3). Dari 82 responden terdapat 44 responden yang disiplin kerjanya tinggi. Dari 44 responden
tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :

a. 2 responden yang disiplin kerjanya tinggi cenderung berpengaruh terhadap rendahnya


efektivitas pelayanan.

b. 5 responden yang disiplin kerjanya tinggi cenderung berpengaruh terhadap efektivitas


pelayanan yang sedang.

c. 37 responden yang disiplin kerjanya tinggi cenderung berpengaruh terhadap efektivitas


pelayanan yang tinggi pula.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa variabel disiplin kerja (X1) cenderung

berpengaruh terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y).

b. Kecenderungan Pengaruh Antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan Variabel


Efektivitas Pelayanan (Y)

Kecenderungan pengaruh antara variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan

(Y) dapat dilihat pada tabel 33 di bawah ini :

Tabel 33. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan Variabel
Efektivitas Pelayanan (Y)

Iklim Kerja Efektivitas Pelayanan (Y)


Jumlah
(X2) Rendah Sedang Tinggi

1 3 35 39
Tinggi
12,5% 9,1% 85,4% 47,6%
6 17 4 27
Sedang
75,0% 51,5% 9,8% 32,9%
1 13 2 16
Rendah
12,5% 39,4% 4,9% 19,5%
8 33 41 82
Jumlah
100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Sumber : Data Primer Diolah

Merujuk tabulasi silang pada tabel 33 di atas, kecenderungan pengaruh antara iklim kerja dengan

efektivitas pelayanan menunjukkan bahwa :

1). Dari 82 responden terdapat 16 responden yang menyatakan iklim kerja rendah. Dari 16
responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :

a. 1 responden menyatakan iklim kerja yang rendah cenderung berpengaruh terhadap


rendahnya efektivitas pelayanan.

b. 13 responden menyatakan iklim kerja yang rendah cenderung berpengaruh terhadap


efektivitas pelayanan yang sedang.

c. 2 responden menyatakan iklim kerja yang rendah cenderung berpengaruh terhadap


tingginya efektivitas pelayanan.

2). Dari 82 responden terdapat 27 responden yang menyatakan iklim kerja sedang. Dari 27
responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :

a. 6 responden menyatakan iklim kerja yang sedang cenderung berpengaruh terhadap


rendahnya efektivitas pelayanan.

b. 17 responden menyatakan iklim kerja yang sedang cenderung berpengaruh terhadap


efektivitas pelayanan yang sedang pula.

c. 4 responden menyatakan iklim kerja yang sedang cenderung berpengaruh terhadap


tingginya efektivitas pelayanan.

3). Dari 82 responden terdapat 39 responden yang menyatakan iklim kerja tinggi. Dari 39
responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :
a. 1 responden menyatakan iklim kerja yang tinggi cenderung berpengaruh terhadap
rendahnya efektivitas pelayanan.

b. 3 responden menyatakan iklim kerja yang tinggi cenderung berpengaruh terhadap


efektivitas pelayanan yang sedang.

c. 35 responden menyatakan iklim kerja yang tinggi cenderung berpengaruh terhadap


efektivitas pelayanan yang tinggi pula.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa variabel iklim kerja (X2) cenderung

berpengaruh terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y).

2. Korelasi Kendal c

Korelasi Kendal c digunakan untuk mencari pengaruh dan menguji hipotesis antara

variabel disiplin kerja (x1) dan variabel iklim kerja (x2) sebagai variabel bebas dengan variabel

efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara sebagai variabel terikat.

Hasil perhitungan secara statistik pengaruh antara variabel disiplin kerja terhadap

efektivitas pelayanan aparat dan pengaruh antara variabel iklim kerja terhadap efektivitas

pelayanan aparat kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 34. Hasil Perhitungan Kendall c

Korelasi Koefisien Korelasi Keterangan


0,518 Signifikan
X1Y
0,540 Signifikan
X2Y

Sumber : Data Primer Diolah


a. Analisis Pengaruh antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan Variabel Efektivitas
Pelayanan (Y)

Berdasarkan tabel 39 di atas koefisien korelasi antara variabel disiplin kerja (X1) dan

variabel efektivitas pelayanan (Y) adalah sebesar 0,518. Koefisien ini menunjukkan pengaruh

yang positif dan signifikan. Artinya disiplin kerja berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan

dan diterima pada taraf signifikansi 5 persen ( lebih besar dari nilai approximate

significance yaitu 0,05 > 0,001).

Hasil tersebut diperkuat dengan membandingkan Z hitung dengan harga Z tabel,

dimana bila Z hitung lebih besar dari Z tabel maka koefisien korelasi yang ditemukan adalah

signifikan (Sugiono, 2004:240). Harga Z untuk variabel disiplin kerja dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Sedangkan besarnya Z tabel untuk taraf signifikansi 5 persen dan pengujian dua sisi

diketahui sebesar 1,96. Kemudian harga ini dibandingkan dengan Z hitung, sehingga Z
hitung yang diperoleh lebih besar dari Z tabel (6,888>1,96) sehingga hipotesis diterima. Hal

ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel disiplin kerja (X1) dengan variabel

efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,518 adalah signifikan. Dengan hasil ini maka terlihat

terdapat hubungan yang signifikan antara variabel disiplin kerja dengan variabel efektivitas

pelayanan aparat kelurahan.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa disiplin kerja aparat berpengaruh

terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten

Cilacap. Disiplin kerja aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara sudah baik.

Hal ini ditujukkan dengan taatnya aparat pada peraturan-peraturan yang berlaku dalam

organisasi, ketaatan aparat pada jam kerja, cara berpakaian yang selalu memakai baju

seragam, dan tingkat kehadiran yang tinggi serta tanggung jawab pegawai yang tinggi dalam

menggunakan peralatan kantor dan dalam menyelesaikan tugas-tugas.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Kerlinger dan Pedhazur (1987:160)

bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu

organisasi, tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati. Widjaja

(1990:28) berpendapat bahwa disiplin adalah termasuk dalam unsur-unsur penting yang

mempengaruhi prestasi suatu organisasi, dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati bahwa

mereka yang berdisiplin tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi pula. Dari pendapat

tersebut dapat ditarik pengertian bahwa seorang pegawai yang memiliki disiplin kerja yang

tinggi maka akan dapat berprestasi lebih tinggi pula. Prestasi pegawai yang tinggi akan

memberikan sumbangan yang optimal kepada organisasi untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Begitu pula halnya bagi kelurahan yang mempunyai tujuan memberikan
pelayanan yang baik bagi masyarakat, pelayanan yang efektif bagi masyarakat. Tujuan

tersebut dapat tercapai melalui disiplin kerja yang tinggi dari pada pegawainya dalam

mengerjakan semua tugas-tugas yang telah menjadi tanggungjawabnya.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Atmosudirjo yang mengemukakan

bahwa :

Disiplin adalah suatu pengetahuan tingkat tinggi tentang sistem aturan-aturan

perilaku, sistem atau norma-norma kriteria dan standar sekaligus keseluruhan dan

kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, kriteria standar struktur dan sistem organisasi

tersebut itu adalah syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan.

Pentingnya disiplin dalam organisasi pemerintah ditegaskan oleh Widjaja (1990:156)

bahwa :

Pelaksanaan disiplin pegawai sangat penting peranannya dalam pengelolaan

Departemen secara keseluruhan. Berhasil tidaknya pembangunan di bidang

pendidikan sebagian besar ditentukan oleh tingkat disiplin pegawainya. Makin

disiplin pegawai, makin berhasil pula dalam mengemban misinya.

Aparat pemerintah kelurahan dituntut harus punya disiplin kerja yang baik agar tugas-

tugas pemerintah yang menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik. Karena tugas

yang diemban oleh kelurahan bersifat kompleks, maka lurah beserta perangkatnya harus
punya disiplin tinggi sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif atau berdaya guna

bagi masyarakat. Disiplin yang baik juga berarti terlaksananya tugas-tugas yang harus

dilakukan oleh aparat kelurahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-

sama.

Pendapat-pendapat di atas memberikan gambaran pada kita bahwa disiplin kerja

pegawai memiliki arti penting dalam mencapai pelayanan yang efektif. Dengan demikian

siginifikansinya pengaruh disiplin kerja terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan

dengan kenyataan di lapangan mengenai faktor disiplin kerja yang mempengaruhi efektivitas

pelayanan terbukti kebenarannya.

b. Analisis Hubungan antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan Variabel Efektivitas

Pelayanan (Y)

Berdasarkan tabel 34 di atas koefisien korelasi antara variabel iklim kerja (X2) dan

variabel efektivitas pelayanan (Y) adalah sebesar 0,540. Koefisien ini menunjukkan pengaruh

yang positif dan signifikan. Artinya iklim kerja berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan

dan diterima pada taraf signifikansi 5 persen ( lebih besar dari nilai approximate

significance yaitu 0,05 > 0,001).

Hasil tersebut diperkuat dengan membandingkan Z hitung dengan harga Z tabel,

dimana bila Z hitung lebih besar dari Z tabel maka koefisien korelasi yang ditemukan adalah

signifikan (Sugiono, 2004:240). Harga Z untuk variabel iklim kerja dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :


Sedangkan besarnya Z tabel untuk taraf signifikansi 5 persen dan pengujian dua sisi

diketahui sebesar 1,96. Kemudian harga ini dibandingkan dengan Z hitung, sehingga Z

hitung yang diperoleh lebih besar dari Z tabel (7,181>1,96) sehingga hipotesis diterima. Hal

ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas

pelayanan (Y) sebesar 0,540 adalah signifikan. Dengan hasil ini, terlihat terdapat hubungan

antara variabel iklim kerja dengan variabel efektivitas pelayanan aparat kelurahan di

Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa iklim kerja aparat berpengaruh

terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten

Cilacap. Iklim kerja aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara sudah baik. Hal

ini ditujukkan dengan terdapatnya struktur tugas di masing-masing kelurahan, adanya

pembagian tugas yang jelas dalam organisasi, komunikasi yang baik, partisipasi dan
kebebasan pegawai dalam setiap pengambilan keputusan serta adanya hukuman dan imbalan

bagi pegawai yang berprestasi dan melanggar aturan.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Widyarto (dalam Handoko,

1993:34) bahwa pada dasarnya terbentuk karena proses menyatunya tiga unsur, yaitu

karyawan, manajemen dan penjabaran kegiatan organisasi. Hal tersebut akan berjalan baik

jika semua berjalan sesuai secara fungsional yaitu : Pertama, karyawan dapat memahami hal-

hal teknis pekerjaannya, sehingga tidak diperlukan supervisi yang ketat dari atasannya.

Kedua, atasan sebagai bagian dari manajemen, selain memahami hal-hal teknis dari

pekerjaan dan unit kerjanya, juga harus menguasai kemampuan manajerial, perencanaan,

membagi pekerjaan memimpin dan mengarahkan serta memotivasi. Ketiga, kebijaksanaan

organisasi berupa peraturan organisasi dan kesepakatan kerja yang dijalankan dengan baik,

sistem penggajian dan pemberian tunjangan yang memadai dan adanya perhatian terhadap

karyawan.

Iklim kerja dalam suatu organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan

dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar

maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi.

Berdasarkan pada pendapat Steers (1985:130) bahwa iklim memang merupakan faktor

pengaruh yang penting bagi prestasi dan kepuasan kerja. Dari pendapat tersebut dapat

ditarik pengertian bahwa dalam sebuah organisasi yang memiliki iklim kerja yang baik maka

organisasi akan dapat memberikan pelayanan yang efektif. Begitu pula halnya bagi kelurahan

yang mempunyai tujuan memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat, pelayanan yang
efektif bagi masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila dalam kelurahan tercipta

iklim kerja yang baik.

Suasana iklim kerja tempat pegawai bekerja perlu diperhatikan. Iklim kerja dalam

suatu organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan

timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan

dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi. Bagaimana cara pegawai

berinteraksi dengan masyarakat pada saat melayani, bagaimana hubungan antar pegawai

dalam organisasi tersebut, sehingga pelayanannya menjadi efektif. Dalam hal ini yang

dimaksud adalah iklim organisasi dalam kantor kelurahan tempat aparat kelurahan melayani

kepentingan masyarakat. Hal ini sangat penting guna mendukung tercapainya pelayanan

yang efektif terhadap masyarakat.

Pendapat-pendapat di atas memberikan gambaran pada kita bahwa iklim kerja yang

tercipta di suatu organisasi memiliki arti penting dalam mencapai pelayanan yang efektif dari

suatu organisasi. Demikian pula halnya dengan organisasi kelurahan. Harus tercipta suatu

iklim kerja yang baik agar kelurahan dapat memberikan pelayanan yang efektif kepada

masyarakat. Dengan demikian siginifikansinya pengaruh iklim kerja terhadap efektivitas

pelayanan aparat kelurahan dengan kenyataan di lapangan mengenai faktor iklim kerja yang

mempengaruhi efektivitas pelayanan terbukti kebenarannya.

3. Korelasi Parsial
Uji korelasi parsial digunakan untuk melihat tingkat kemurnian pengaruh antara

variabel independen dengan dependen, dimana salah satu variabel independennya dibuat

tetap/dikontrol.

a. Perhitungan Korelasi Antara Variabel Disiplin Kerja (X1) Dengan Variabel Efektivitas

Pelayanan (Y) Dikontrol Variabel Iklim Kerja (X2)

Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel disiplin kerja dengan variabel

efektivitas pelayanan yang dikontrol oleh variabel iklim kerja sebesar 0,5724. Koefisien

korelasi ini lebih besar dibandingkan dengan koefisien korelasi sebelum dikontrol yaitu 0,518

sehingga pengaruhnya dapat dikatakan murni. Jadi setiap subyek dalam sampel bila iklim

kerjanya sama, maka pengaruh antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan lebih kuat.

Hal ini berarti bila pegawai yang disiplin kerjanya tinggi dan iklim kerjanya sama dengan

pegawai yang disiplin kerjanya rendah, maka efektivitas pelayanannya akan jauh lebih tinggi.

b. Perhitungan Korelasi Antara Variabel Iklim Kerja (X2) Dengan Variabel Efektivitas

Pelayanan (Y) Dikontrol Variabel Disiplin Kerja (X1)

Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel iklim kerja dengan variabel

efektivitas pelayanan yang dikontrol oleh variabel disiplin kerja sebesar 0,3549. Koefisien

korelasi ini lebih kecil dibandingkan dengan koefisien korelasi sebelum dikontrol yaitu 0,54

sehingga pengaruhnya dapat dikatakan tidak murni. Jadi setiap subyek dalam sampel bila

disiplin kerjanya sama, maka pengaruh antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan

menjadi lebih lemah. Hal ini berarti bila pegawai yang bekerja pada iklim kerja yang tinggi
dan disiplin kerjanya sama dengan pegawai yang bekerja pada iklim kerja yang rendah, maka

efektivitas pelayanannya justru akan jauh lebih rendah.

4. Koefisien Konkordansi Kendall (W)

Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh secara bersama-sama antara variabel disiplin kerja

(X1) dan iklim kerja (X2) terhadap efektivitas pelayanan (Y). Rumus ini akan membuktikan

hipotesis bahwa disiplin kerja aparat dan iklim kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan. Hasil perhitungan data dengan

analisis konkordansi kendall (W) diperoleh koefisien yang dapat dilihat pada tabel 35 berikut ini

Tabel 35. Hasil Perhitungan Koefisien Konkordansi Kendall (W)

Korelasi W X2 Hitung X2Tabel Keterangan

X1.X2.Y 0,779 127,696 5,991 Signifikan

Sumber : Data Primer Diolah

Dari tabel 35 di atas dapat dilihat hasil perhitungan X1.X2.Y yang merupakan pengaruh disiplin

kerja dan iklim kerja secara bersama-sama dengan efektivitas pelayanan aparat pada tingkat

kepercayaan 5 persen. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien
konkordasi kendall sebesar 0,779. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat antara

disiplin kerja (X1) dan iklim kerja (X2) dengan efektivitas pelayanan aparat dengah arah positif.

Melalui pengujian signifikansi pengaruh antara tiga variabel penelitian diperoleh X2

sebesar 127,696. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2 tabel pada taraf

signifikansi 5 persen menunjukkan angka 5,991 sehingga dengan demikian X2 hitung sebesar

127,696 lebih besar dari X2 tabel (127,696 > 5,991). Hasil perhitungan tersebut membuktikan

bahwa pengaruh antara disiplin kerja (X1) dan iklim kerja (X2) terhadap efektivitas pelayanan

(Y) siginifikan diterima pada taraf signifikansi 5 persen sehingga dapat dikatakan bahwa

peningkatan disiplin kerja dan iklim kerja secara bersama-sama akan diikuti pula peningkatan

efektivitas pelayanan aparat kelurahan. Dengan demikian hipotesis pengaruh antara disiplin kerja

dan iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan dapat diterima.

Dari hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa peningkatan efektivitas pelayanan kelurahan di

Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap dapat dipengaruhi oleh faktor disiplin kerja aparat

dan iklim kerja yang ada pada lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan

oleh M. Manullang (1986:214) yang mengatakan bahwa prestasi atau efektivitas organisasi pada

dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara

terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan baik, efektivitas

organisasi secara keseluruhan akan timbul. Yang dimaksud koordinasi disini adalah iklim kerja

yang tercipta di lingkungan kerja. Melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik berarti

kedisiplinan tiap-tiap individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat mengetahui

bahwa ada pengaruh yang erat antara disiplin dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu

organisasi. Dengan demikian signifikansi pengaruh disiplin kerja aparat dan iklim kerja yang ada
di kelurahan terhadap efektivitas pelayanan dengan kenyataan di lapangan mengenai faktor

disiplin kerja dan iklim kerja terhadap efektivitas pelayanan terbukti.

5. Regresi Ordinal

Hasil perhitungan regresi ordinal pengaruh variabel disiplin kerja (X1) dan variabel

iklim kerja (X2) secara bersama-sama terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y) diperoleh nilai

beta () sebesar 54,627 dan signifikan pada taraf 0,001 ( 0,05 > 0,001). Hasil regresi ordinal

sebesar 54,627 menunjukkan arah positif sehingga model regresi ini cocok (fitting) digunakan

untuk meramalkan pengaruh antara variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim kerja (X2)

terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y) sehingga dapat dikatakan setiap kenaikan satu unit

pada variabel disiplin kerja dan iklim kerja sebesar 54,627 akan mengakibatkan kenaikan satu

unit pada variabel efektivitas pelayanan sebesar 54,627 pula.

Nilai Negelkerke R2 dalam penelitian dipakai untuk mengetahui pengaruh variabel

bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Nilai Negelkerke R2 dapat diiterpretasikan seperti

nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2002:129). Hasil pengujian dengan SPSS for

Windows release 11.05 didapatkan nilai Negelkerke R2 sebesar 0,642. Hal ini berarti bahwa

pengaruh disiplin kerja aparat kelurahan dan iklim kerja yang ada di kelurahan terhadap

efektivitas pelayanan aparat kelurahan sebesar 64,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 35,8

persen dipengaruhi variabel di luar model. Dengan demikian hipotesis diterima, artinya bahwa

ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja aparat kelurahan dan iklim kerja yang ada di

kelurahan terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan.


E. Pembahasan

Tabulasi silang digunakan untuk mengetahui kecenderungan pengaruh dua variabel dengan

memperhatikan beberapa prinsip dalam tabulasi silang kemudian dihitung presentasenya tiap

kelompok untuk memperjelas dan melihat pengaruh antara dua variabel. Dari hasil perhitungan

tabulasi silang didapatkan dua kecenderungan. Yang pertama, bahwa disiplin kerja cenderung

berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan aparat. Yang kedua, bahwa iklim kerja cenderung

berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan aparat.

Adanya pengaruh ini dibuktikan melalui perhitungan korelasi kendall tau-c, dimana didapatkan

koefisien korelasi antara X1 terhadap Y adalah sebesar 0,518. Nilai koefisien menunjukkan

disiplin kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Artinya semakin tinggi disiplin

kerja aparat, maka efektivitas pelayanan akan semakin tinggi pula. Besarnya pengaruh tersebut

adalah sebanyak 51,8 persen. Koefisien ini dinyatakan signifikan karena nilai approximate

significance lebih kecil dari nilai (0,001 < 0,005) dan diperkuat dengan perbandingan harga Z

hitung dan Z tabel, dimana Z hitung lebih besar dari Z tabel (6,888 > 1,96). Dengan demikian

maka hipotesis pertama yang menyatakan bahwa semakin tinggi disiplin kerja aparat pemerintah

kelurahan maka akan semakin meningkat efektivitas pelayanannya dapat diterima.

Dari perhitungan korelasi kendall tau-c juga didapatkan koefisien korelasi antara X2 terhadap Y

yaitu sebesar 0,540. Nilai koefisien menunjukkan iklim kerja memiliki hubungan yang positif

dan signifikan. Artinya semakin baik iklim kerja maka efektivitas pelayanan akan cenderung

meningkat. Besarnya pengaruh tersebut adalah sebanyak 54 persen. Koefisien ini dinyatakan
signifikan karena nilai approximate significance lebih kecil dari nilai (0,001 < 0,005) dan

diperkuat dengan perbandingan harga Z hitung dan Z tabel, dimana Z hitung lebih besar dari Z

tabel (7,181 > 1,96). Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa semakin tinggi

iklim kerja maka akan semakin meningkat efektivitas pelayanannya dapat diterima.

Uji korelasi parsial digunakan untuk melihat kemurnian pengaruh antara variabel

independen dengan dependen, dimana salah satu variabel independennya dibuat tetap/dikontrol.

Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel disiplin kerja dengan variabel efektivitas

pelayanan yang dikontrol variabel iklim kerja sebesar 0,5724. Nilai koefisien ini lebih besar dari

nilai koefisien setelah dikontrol yaitu sebesar 0,518 sehingga pengaruhnya dapat dikatakan

murni. Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel iklim kerja dengan variabel efektivitas

pelayanan yang dinkontrol oleh variabel disiplin kerja sebesar 0,3549. Nilai koefisien ini lebih

kecil dari nilai koefisien sebelum dikontrol yaitu sebesar 0,540 sehingga pengaruhnya dapat

dikatakan tidak murni. Dari hasil tersebut diperoleh dua kesimpulan. Pertama, pegawai yang

disiplin kerjanya tinggi dan iklim kerjanya sama dengan pegawai yang disiplin kerjanya rendah,

maka efektivitas pelayanannya akan jauh lebih tinggi. Kedua, pegawai yang bekerja pada iklim

kerja yang tinggi dan disiplin kerjanya sama dengan pegawai yang bekerja pada iklim kerja yang

rendah, maka efektivitas pelayanannya justru akan lebih rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi konkordansi kendall (W) didapatkan koefisien

korelasi antara X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0,779. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa

variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim kerja (X2) memiliki pengaruh yang kuat dan

positif terhadap variabel iklim efektivitas pelayanan (Y). artinya semakin tinggi disiplin kerja

dan iklim kerja, maka efektivitas pelayanan akan cenderung meningkat. Koefisien korelasinya
dinyatakan signifikan berdasarkan perbandingan antara X2 hitung dengan X2 tabel dan juga

berdasarkan hasil perhitungan regresi ordinal. Perbandingan antara X2 hitung dengan X2 tabel

menunjukkan bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel pada taraf signifikansi 5 persen (127,696

> 5,991). Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa antara X1 dan X2 mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Y diterima pada taraf signifikansi 5 persen.

Berdasarkan perhitungan regresi ordinal didapatkan nilai sebesar 54,627 dan

signifikan pada taraf 0,001 ( 0,05 > 0,001). Hasil ini menunjukkan arah positif sehingga model

regresi ini cocok (fitting) digunakan untuk meramalkan pengaruh antara variabel disiplin kerja

(X1) dan variabel iklim kerja (X2) terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y) sehingga dapat

dikatakan setiap kenaikan satu unit pada variabel disiplin kerja dan iklim kerja akan

mengakibatkan kenaikan satu unit pada variabel efektivitas pelayanan sebesar 54,627. Hasil

perhitungan tersebut membuktikan bahwa antara X1 dan X2 mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap Y. Hal ini memperkuat diterimanya hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa

semakin tinggi disiplin kerja dan iklim kerja maka semakin meningkat pula efektivitas

pelayanannya.

Hal ini sesuai dengan pendapat M. Manullang (1986:214) yang menyatakan bahwa prestasi atau

efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap

anggota organisasi secara terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing

dengan baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul. Yang dimaksud koordinasi

disini adalah iklim kerja yang tercipta di lingkungan kerja. Terkoodinasi dengan baik berarti

kedisiplinan tiap-tiap individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat mengetahui
bahwa ada hubungan yang erat antara kedisiplinan dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu

organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Disiplin kerja aparat dan iklim kerja yang ada di suatu organisasi memiliki peranan sentral dalam

memacu efektivitas pelayanan dalam suatu organisasi karena keefektifan pelayanan

membutuhkan dukungan kuat dari para pegawainya dan dukungan kuat dari suasana iklim kerja

yang ada di organisasi tersebut. Adanya disiplin kerja dan iklim kerja yang baik akan

menciptakan interaksi yang harmonis baik antara aparat dengan sesama aparat birokrasi maupun

antara aparat dengan masyarakat. Sehingga apabila ada suatu prosedur pelayanan yang harus

dipatuhi oleh masyarakat, masyarakat akan mematuhinya dengan senang hati, hal itu disebabkan

oleh karena interaksi yang baik. Suasana ini juga akan menciptakan ketertiban dalam jalannya

pelayanan di kelurahan sehingga efektivitas pelayanan bisa tercapai jika kedua hal tersebut

maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan diperoleh bahwa pengaruh disiplin

kerja dan iklim kerja secara serentak terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan adalah

sebanyak 0,779. Dari nilai ini dapat dikatakan bahwa sumbangan disiplin kerja dan iklim kerja

terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan sebesar 77,9 persen, sedangkan sisanya sebesar

22,1 persen dipengaruhi variabel di luar model, seperti kemampuan aparat dalam

mengintepretasikan tugas-tugas, pendidikan pegawai, fasilitas kerja, motivasi pegawai, kinerja

organisasi, manajemen organisasi, perilaku aparat dalam bekerja dan sebagainya.

Selain secara statistik yaitu yang tertera dalam hipotesis kerja model verbal, penelitian

ini juga menyajikan hipotesis secara geometrikal. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada sekam

berikut ini :
Gambar 3. Pengujian Hipotesis Model Geometrikal

0,518

0,779

0,540

Berdasarkan gambar 3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja aparat pemerintah

kelurahan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dengan efektivitas pelayanan aparat di

Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yaitu sebesar 0,518 atau 51,8 persen. Hal yang

sama juga terjadi pada iklim kerja yang di kelurahan terhadap efektivitas pelayanan aparat
kelurahan yaitu sebesar 0,540 atau 54 persen. Selanjutnya pengaruh variabel disiplin kerja dan

iklim kerja secara bersama-sama terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan

Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yaitu sebesar 0,779 atau 77,9 persen. Pengaruh kedua variabel

ini kuat, akan tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pelayanan aparat

kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap sebesar 0,221 atau 22,1 persen. Faktor

lain tersebut misalnya kemampuan aparat dalam menginterpretasikan tugas-tugas, pendidikan

pagawai, fasilitas kerja, motivasi pegawai, kinerja organisasi, manajemen organisasi, perilaku

aparat dalam bekerja dan sebagainya yang mendorong peningkatan efektivitas pelayanan aparat

kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

=====================================================================

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian secara kuantitatif dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tabulasi silang diperoleh kecenderungan bahwa disiplin kerja berpengaruh

terhadap efektivitas pelayanan. Merujuk pada hasil korelasi kendall didapatkan

pengaruhnya sebesar 0,518. Dengan demikian hipotesis pertama dapat diterima, artinya

terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja pegawai dengan efektivitas

pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

2. Berdasarkan tabulasi silang diperoleh kecenderungan bahwa iklim kerja berpengaruh

terhadap efektivitas pelayanan. Merujuk pada hasil korelasi kendall didapatkan

pengaruhnya sebesar 0,540. Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima, artinya

terdapat pengaruh yang signifikan antara iklim kerja pegawai dengan efektivitas

pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.

3. Berdasarkan perhitungan Konkordasi Kendall (W) untuk analisis pengaruh secara

bersama-sama antara X1 dan X2 terhadap Y diperoleh koefisien korelasinya sebesar

0,779. Pengaruhnya yang sangat kuat dan positif. Berdasarkan korelasi parsial didapatkan

pengaruh yang murni untuk X1 terhadap Y yang dikontrol X2 sebesar 0,5724 dan

pengaruh yang tidak murni untuk X2 terhadap Y yang dikontrol X1 sebesar 0,3549.

Kemudian berdasarkan regresi ordinal pengaruh antara variabel X1 dan X2 secara

bersama-sama terhadap Y diperoleh nilai sebesar 54,627. Nilai Negelkerke R2 sebesar

0,642 menunjukkan bahwa pengaruh X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y sebesar

64,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 35,8 persen dipengaruhi variabel di luar model.

Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan adanya pengaruh yang signifikan

antara disiplin kerja dan iklim kerja terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di

Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap dapat diterima.


B. Implikasi

Dari hasil penelitian tentang pengaruh dari disiplin kerja dan iklim kerja terhadap

efektivitas pelayanan aparat kelurahan tersebut, dapat diberikan implikasi yang dapat digunakan

untuk mencapai efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten

Cilacap sebagai berikut :

1. Adanya pegawai yang masih kurang memahami dan menguasai hal-hal teknis

pekerjannya membuat pekerjaan terhambat. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Organisasi

harus menindak lanjuti antara lain dengan mengadakan suatu pelatihan seperti pelatihan

komputer, kursus pembukuan dan akuntansi. Pelatihan ini bisa dibuat wajib untuk semua

pegawai. Dengan adanya pelatihan yang wajib ini, diharapkan partisipasi anggota dalam

kegiatan organisasi akan meningkat dan keterampilan pegawai akan bertambah.

2. Banyaknya pegawai yang datang terlambat mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat

menjadi kurang maksimal. Kedisiplinan pegawai perlu ditingkatkan agar pelayanan

aparat semakin meningkat. Caranya antara lain dengan memberikan hukuman kepada

aparat yang datang terlambat sesuai dengan tingkat keterlambatannya dan diberikan

penghargaan kepada yang datang tepat waktu. Misalnya setiap satu semester diadakan

rekapitulasi daftar hadir, kemudian diberikan hadiah kepada yang selalu datang tepat

waktu.

3. Pemeliharaan alat-alat kantor masih kurang. Perlu perbaikan sistem pemeliharaan agar

peralatan yang sudah usang tetap dapat digunakan secara maksimal. Selain petugas

kebersihan, pengguna barang juga harus memiliki kesadaran untuk memelihara dan

menggunakan peralatan kantor sebagaimana mestinya. Peralatan juga perlu disesuaikan


dengan perkembangan teknologi yang ada, seperti misalnya komputer harus ada di setiap

kantor untuk memperlancar dan mempercepat pekerjaan.

4. Tidak ada pembagian tugas yang jelas di kantor. Pemimpin perlu membuat deskripsi

pekerjaan yang jelas agar tidak terjadi over lapping dalam pekerjaan. Selain itu, tingkat

penghargaan bagi pegawai yang berprestasi juga perlu diadakan agar para pegawai

bersemangat dalam bekerja.

=====================================================================

KUESIONER

I. Pengantar

Dengan Hormat,

Dalam rangka menyelesaikan studi akhir pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP
UNSOED, kami mohon dengan hormat kesediaan bapak / ibu / saudara meluangkan waktu
sejenak. Maksud dari daftar ini semata-mata hanya untuk kepentingan ilmiah. Jawaban yang
anda berikan sangat berharga bagi kami sebagai bahan untuk menyusun skripsi.
Oleh karena itu jawaban yang sejujur-jujurnya merupakan harapan kami. Adapun judul
skripsi yang kami susun yaitu PENGARUH DISIPLIN DAN IKLIM KERJA TERHADAP
EFEKTIVITAS PELAYANAN APARAT PEMERINTAH KELURAHAN DI KECAMATAN
CILACAP UTARA KABUPATEN CILACAP.

Pada kesempatan yang baik ini peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas kesediaan bapak / ibu / saudara, yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi
angket ini. Peneliti mohon maaf apabila ada pertanyaan yang kurang berkenan di hati bapak / ibu
/ saudara.

Hormat kami,

Ruswati

II. Petunjuk Pelaksanaan

Angket yang peneliti sediakan ini terdiri dari dua bagian yaitu: bagian pertama yang berisi
tentang identitas responden. Pada bagian ini bapak / ibu / saudara cukup mengisi bagian yang
telah disediakan. Bagian kedua yang berisi daftar pertanyaan. Pada bagian ini bapak / ibu /
saudara memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar.

III. Angket Penelitian


* Identitas Responden

1. Nama / Umur : / ..

2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)

3. Kedudukan dalam kantor :....

4. Pendidikan Terakhir :.

5. Alamat :.

Keterangan *) Coret yang tidak perlu

* Daftar Pertanyaan

Berilah tanda silang pada salah satu jawaban a, b, c, dari pertanyaan dibawah ini :

A. Variabel Efektivitas Pelayanan

1. Apakah bapak/ibu saat ini masih memiliki tunggakan pekerjaan yang belum selesai ?

a. tidak ada

b. mungkin ada

c. ya, ada

2. Apakah atasan bapak/ibu pernah menegur bapak/ibu berkaitan dengan hasil pekerjaan
bapak/ibu ?

a. jarang
b. kadang-kadang

c. sering

3. Apakah bapak/ibu pernah menerima keluhan masyarakat yang sedang dilayani ?

a. jarang
b. kadang-kadang
c. sering

Apabila jawaban sering, sebutkan macam keluhan apa saja yang pernah bapak/ibu terima :

1).

2).

3).

4. Apakah di kantor bapak/ibu terdapat kotak saran ?

a. ada
b. tidak ada

Bila jawaban a, berapa banyak kritik dan saran yang masuk dalam sebulan ?

a. banyak
b. agak banyak
c. sedikit

Bila jawaban b, apakah bapak/ibu mengetahui alasan mengapa di kantor bapak/ibu tidak
ada kotak saran ?

a. tahu
b. tidak tahu
c. tidak perduli
Bila jawaban bapak/ibu tahu, sebutkan alasannya ?

1).

2).

3).

5. Apa yang akan bapak/ibu lakukan apabila memiliki kepentingan kelurga yang sangat
mendesak pada saat jam kerja ?

a. menyelesaikan tugas kantor terlebih dahulu


b. membawa pekerjaan ke rumah
c. pulang karena urusan mendesak

6. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang sistem kerja yang berlaku di lingkungan kantor
bapak/ibu saat ini ?

a. sangat cocok dengan kemampuan pegawainya

b. lumayan cocok dengan kemampuan pegawainya

c. kurang cocok dengan kemampuan pegawainya

7. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap prosedur atau peraturan yang ada di kantor
bapak/ibu ?

a. sangat mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baik

b. cukup mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baik

c. kurang mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baik

8. Bagaimana bapak/ibu mengerjakan semua tugas-tugas yang dibebankan kepada bapak/ibu ?

a. mengerjakan dengan cepat dan yakin pekerjaannya benar


b. mengerjakan dengan baik dan sesekali meminta bantuan pada rekan kerja

c. kadang merasa bingung sehingga meminta bantuan kepada rekan kerja

9. Bagaimana tindakan atasan bapak/ibu apabila timbul masalah dalam organisasi ?

a. berhasil mengatasinya dengan baik

b. berhasil mengatasinya namun butuh waktu yang lama

c. berhasil mengatasinya namun cara penyelesaiannya tidak tepat

10. Apakah bapak/ibu pernah berpartisipasi dalam program-program yang dilaksanakan


organisasi (seperti diklat dan management training) ?

a. sering

b. kadang-kadang

c. jarang

11. Apakah yang bapak/ibu lakukan apabila organisasi sedang mengadakan suatu acara diklat ?

a. berpartisipasi sebagai panitia

b. berpartisipasi sebagai peserta

c. tidak ikut berpartisipasi

12. Apakah bapak/ibu merasa senang bekerja sama dengan rekan-rekan kerja bapak/ibu di kantor
?

a. sangat senang
b. senang
c. biasa saja
13. Apakah semua rekan kerja bapak/ibu mudah diajak kerjasama dalam rangka mewujudkan
tujuan organisasi ?

a. semua mudah diajak kerjasama


b. ada yang sulit diajak kerjasama
c. hanya beberapa saja yang mudah diajak kerjasama

14. Ada berapa kasus pelanggaran yang terjadi di kantor bapak/ibu dalam waktu satu bulan ?

a. banyak
b. sedang
c. sedikit

B. Variabel Disiplin Kerja


15. Bagaimana biasanya bapak/ibu datang ke kantor ?

a. pagi sekali
b. agak siang
c. siang

16. Bagaimana biasanya bapak/ibu pulang dari kantor ?

a. sebelum jam kerja habis


b. tepat pada saat jam kerja habis
c. setelah jam kerja habis

17. Apakah bapak/ibu pernah tidak mengerjakan perintah dari atasan ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

18. Apakah bapak/ibu pernah melanggar tata tertib yang ada di kantor ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

19. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang peraturan dan tata tertib di kantor ?

a. terlalu ketat
b. biasa
c. terlalu longgar

20. Apakah bapak/ibu selalu memakai pakaian dinas yang telah ditentukan ?

a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah

21. Apakah bapak/ibu selalu hadir setiap hari pada jam kerja kantor ?

a. selalu hadir setiap hari


b. kadang-kadang ijin untuk tidak hadir
c. sering ijin tidak masuk kerja

22. Berapa kali bapak/ibu ijin tidak masuk kantor dalam satu bulan ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

Sebutkan alasan bapak/ibu mengajukan ijin tidak masuk kerja :

1).

2).

3).
23. Apakah bapak/ibu dalam bekerja selalu menggunakan perlengkapan kantor yang tersedia ?

a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak selalu

24. Apakah bapak/ibu pernah menggunakan peralatan dan perlengkapan kantor untuk
kepentingan pribadi ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

25. Bagaimana keadaan peralatan dan perlengkapan kantor tempat bapak/ibu bekerja ?

a. terpelihara dengan baik


b. sedikit terpelihara dengan baik
c. tidak terpelihara dengan baik

26. Bagaimana tindakan bapak/ibu mengahdapi tumpukan pekerjaan yang begitu banyak di
kantor ?

a. menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik


b. mendahulukan pekerjaan yang disukai
c. hanya menyelesaikan pekerjaan yang diminta atasan saja

27. Apakah waktu yang tersedia sudah cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan ?

a. lebih dari cukup


b. cukup
c. kurang

28. Apakah bapak/ibu menanggung resiko dan kerugian yang terjadi pada saat bekerja selama ini
?

a. pernah
b. mungkin pernah
c. tidak pernah
Sebutkan kerugian yang pernah ditanggung :

1). .

2). .

3). .

C. Variabel Iklim Kerja dalam Organisasi


29. Apakah di kantor bapak/ibu terdapat bagan struktur organisasi ?

a. ya, ada
b. tidak ada

Jika jawaban a apakah bapak/ibu mengetahui maksud dari bagan struktur organisasi
tersebut ?

a. tahu betul
b. bingung
c. tidak tahu

Jika jawaban b apakah bapak/ibu tahu alasan mengapa di kantor bapak/ibu tidak ada bagan
struktur organisasi ?

a. tahu betul
b. bingung
c. tidak tahu

Bila tahu alasannya, coba bapak/ibu sebutkan :

1). .

2). .
3). .

30. Apakah di kantor bapak/ibu sering terjadi overlap atau tumpang tindih pekerjaan ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

31. Apakah bapak/ibu pernah berselisih dengan salah satu rekan kerja ataupun atasan bapak/ibu ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

32. Bagaimana sikap organisasi terhadap pegawai yang berprestasi di kantor bapak/ibu ?

a. diberi imbalan tambahan


b. tidak diperhatikan
c. tidak tahu

Bila jawaban a sebutkan imbalan yang pernah diberikan organisasi :

1). .

2). .

3). .

33. Bagaimana tingkat penghargaan di kantor bapak/ibu terhadap pegawai yang berprestasi ?

a. tinggi
b. sedang
c. rendah

34. Bagaimana sikap organisasi terhadap pegawai yang melanggar peraturan di kantor bapak/ibu
?

a. diberi hukuman sesuai perbuatannya


b. diberi hukuman sama rata untuk semua perbuatan
c. tidak dihukum

35. Bagaimana sistem pengambilan keputusan di kantor bapak/ibu ?

a. melibatkan seluruh pegawai


b. hanya melibatkan pegawai tertentu
c. tidak melibatkan pegawai biasa

36. Bagaimana sikap organisasi apabila terjadi masalah yang sangat mendesak dalam situasi
yang sangat darurat ?

a. bawahan boleh mengambil tindakan sendiri


b. bawahan harus menunggu instruksi dari atasan
c. pekerjaan diambil alih oleh atasan

37. Bagaimana tingkat pelanggaran tata tertib di kantor bapak/ibu ?

a. tinggi
b. sedang
c. rendah

38. Apakah bapak/ibu sering terlambat datang ke kantor ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

Jika jawaban a sebutkan alasan mengapa sering terlambat :

1).

2). .

3). .
39. Apakah keluarga bapak/ibu sering memotivasi bapak/ibu untuk selalu bersemangat dalam
bekerja ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

40. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang sistem penilaian kerja yang ada di kantor bapak/ibu
saat ini ?

a. dijalankan dengan baik


b. kadang tidak dijalankan
c. tidak ada sistem penilaian kerja yang jelas

41. Bagaimana tindakan organisasi untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh
pegawainya ?

a. mengadakan pelatihan seperti diklat


b. memberikan pengarahan pada bawahan
c. tidak melakukan tindakan apapun

42. Apakah di kantor bapak/ibu sering mengadakan pelatihan seperti diklat, kursus komputer,
management training atau sejenisnya ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

Bila jawaban a, berapa kali organisasi mengadakan acara tersebut dalam setahun terakhir
.. kali dan sebutkan jenis kegiatannya :

1).

2). .

3). .

43. Bagaimana sikap atasan apabila melihat bawahan yang tidak dapat bekerja dengan baik ?
a. memberikan bimbingan
b. tidak perduli
c. memarahi bawahan

44. Menurut bapak/ibu bagaimana atasan bapak/ibu bekerja ?

a. mengerjakan kewajibannya dan mengawasi bawahannya dengan baik


b. hanya mengawasi bawahan dan tidak mengerjakan kewajibannya
c. mengerjakan kewajibannya tetapi tidak mengawasi bawahannya

45. Bagaimana pelaksanaan evaluasi kerja di kantor bapak/ibu ?

a. rutin dilaksanakan
b. jarang dilaksanakan
c. tidak ada evaluasi

46. Apakah bapak/ibu menunda pekerjaan yang disebabkan oleh terbatasnya sarana dan fasilitas
yang tersedia ?

a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang

47. Apakah di ruang kerja bapak/ibu terdapat filing cabinet (lemari) untuk menyimpan berkas-
berkas kerja atau dokumen penting ?

a. ada
b. tidak ada
c. tidak tahu

48. Apakah bapak/ibu merasa aman meletakkan kendaraan di tempat parkir yang tersedia di
kantor ?

a. sangat nyaman
b. kurang nyaman
c. tidak nyaman
49. Apakah bapak/ibu merasa nyaman bekerja di ruangan kerja yang bapak/ibu tempati saat ini ?

a. sangat nyaman
b. kurang nyaman
c. tidak nyaman

50. Apakah bapak/ibu merasa puas dengan besarnya insentif yang diterima ?

a. sangat puas
b. kurang puas
c. tidak puas

51. Apakah pekerjaan bapak/ibu memunculkan resiko pekerjaan yang berat ?

a. ya
b. kadang-kadang
c. tidak

52. Bagaimana sikap bapak/ibu menghadapi resiko berat yang muncul ?

a. menghadapi dengan sabar dan berusaha sebaik-baiknya


b. melaporkan pada atasan
c. menghindari pekerjaan yang mengandung resiko

-------------------------

LAMPIRAN

Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Lima Kelurahan di Kecamatan Kabupaten Cilacap


" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Gumilir

No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah


1. Sawah dan ladang 56,965 Ha
2. Bangunan umum 102,500 Ha
3. Empang 13 Ha
4. Pemukiman/perumahan 114,783 Ha
5. Pekuburan 2,500 Ha
6. Pertokoan/perdagangan 0,500 Ha
7. Perkantoran 2,750 Ha
8. Tanah wakaf 1,500 Ha
9. Tanah sawah 51,365 Ha
10. Irigasi 51,365 Ha
11. Pekarangan 212,533 Ha
12. Perladangan 3,100 Ha
13. Tegalan 7,500 Ha

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005

" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Karang Talun

No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah


1. Sawah dan ladang 116,1 Ha
2. Bangunan umum 60 Ha
3. Empang 20 Ha
4. Pemukiman/perumahan 131,15 Ha
5. Pekuburan 1,5 Ha
6. Industri 20 Ha
7. Perkantoran 50,20 Ha
8. Tanah wakaf 15 Ha
9. Tanah sawah 116 Ha
10. Irigasi 32 Ha
11. Pekarangan 204 Ha
12. Jalur Hijau 0,5 Ha
13. Pasar Desa 20 Ha

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Kebonmanis

No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah


1. Sawah 92,457 Ha
2. Pemukiman/perumahan 85,892 Ha
3. Pekuburan 2,398 Ha
4. Petokoan/perdagangan 0,366 Ha
5. Perkantoran 1,112 Ha
6. Irigasi 163,286 Ha
7. Pekarangan 85,892 Ha
8. Jalur Hijau 0,250 Ha
9. Tegalan 7,393 Ha
10. Perladangan 10,544 Ha
11. Lain-lain 5,721 Ha

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005

" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Mertasinga

No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah


1. Sawah dan ladang 343,194 Ha
2. Bangunan umum 1,34 Ha
3. Jalur Hijau 2,5 Ha
4. Pemukiman/perumahan 88,85 Ha
5. Pekuburan 4,5 Ha
6. Pertokoan/perdagangan 1,5 Ha
7. Perkantoran 0,595 Ha
8. Tanah wakaf 1,459 Ha
9. Pasar Desa 0,860Ha
10. Irigasi 317,356 Ha
11. Pekarangan 253,462 Ha
12. Rawa 8 Ha
13. Lain-lain 9,513 Ha

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Tritih Kulon

No. Peruntukan dan Penggunaan Tanah Jumlah


1. Sawah dan ladang 91,568 Ha
2. Bangunan umum 20,284 Ha
3. Jalur Hijau 0,15 Ha
4. Pemukiman/perumahan 0,50 Ha
5. Pekuburan 4,745 Ha
6. Empang 5 Ha
7. Perkantoran 1,652 Ha
8. Tanah wakaf 0,883 Ha
9. Pasar Desa 0,094Ha
10. Irigasi 91,565 Ha
11. Pekarangan 233,162 Ha
12. Tegalan 154,519 Ha

Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas


Variabel Disiplin Kerja

Reliability

****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)

Correlation Matrix

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5

X1 ,6778 ,3993 ,7575 ,7741 ,5934

X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10


X1 ,2550 ,4658 ,2740 ,4753 ,7571

X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1

X1 ,3399 ,2803 ,5922 ,4074 1,0000

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)

N of Cases = 82,0

Reliability Coefficients 14 items

Correlation between forms = ,8641 Equal-length Spearman-Brown = ,9271

Guttman Split-half = ,7972 Unequal-length Spearman-Brown = ,9274

Alpha for part 1 = ,6923 Alpha for part 2 = ,5160

7 items in part 1 7 items in part 2

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas


Variabel Iklim Kerja

Reliability

**** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis *****

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)

Correlation Matrix

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5

X2 ,3278 ,4185 ,6199 ,3615 ,4931


R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)

Correlation Matrix

X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10

X2 ,3899 ,3148 ,3941 ,5255 ,3148

X2.11 X2.12 X2.13 X2.14 X2.15

X2 ,3740 ,3771 ,4129 ,4306 ,4476

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)

Correlation Matrix

X2.16 X2.17 X2.18 X2.19 X2.20

X2 ,3897 ,4168 ,3863 ,4655 ,4203

X2.21 X2.22 X2.23 X2.24 X2

X2 ,4149 ,3158 ,5604 ,4674 1,0000

N of Cases = 82,0

Reliability Coefficients 24 items

Correlation between forms = ,7668 Equal-length Spearman-Brown = ,8680

Guttman Split-half = ,7852 Unequal-length Spearman-Brown = ,8682

Alpha for part 1 = ,5334 Alpha for part 2 = ,4167

12 items in part 1 12 items in part 2

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas


Variabel Efektivitas Pelayanan

Reliability
**** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis *****

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)

Correlation Matrix

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5

Y ,5315 ,5690 ,5383 ,3902 ,5844

Y6 Y7 Y8 Y9 Y10

Y ,3521 ,4887 ,2232 ,4073 ,2456

Y11 Y12 Y13 Y14 Y

Y ,2279 ,4310 ,4773 ,3057 1,0000

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)

N of Cases = 82,0

Reliability Coefficients 14 items

Correlation between forms = ,7683 Equal-length Spearman-Brown = ,8690

Guttman Split-half = ,7929 Unequal-length Spearman-Brown = ,8694

Alpha for part 1 = ,6077 Alpha for part 2 = ,4356

7 items in part 1 7 items in part 2


Frequencies

Frequency Table

Crosstabs
Disiplin Kerja * Efektivitas Pelayanan

Iklim Kerja * Efektivitas Pelayanan


Partial Corr
- - - PARTIAL CORRELATION COEFFICIENTS - - -

Controlling for.. X2

X1 Y

X1 1,0000 ,5724
( 0) ( 79)
P= , P= ,000

Y ,5724 1,0000
( 79) ( 0)
P= ,000 P= ,

(Coefficient / (D.F.) / 2-tailed Significance)

" , " is printed if a coefficient cannot be computed

Controlling for.. X1

X2 Y

X2 1,0000 ,3549
( 0) ( 79)
P= , P= ,001

Y ,3549 1,0000
( 79) ( 0)
P= ,001 P= ,

(Coefficient / (D.F.) / 2-tailed Significance)

" , " is printed if a coefficient cannot be computed

Hasil Pengujian Konkordansi Kendall (W)

NPar Tests
Kendall's W Test

PLUM - Ordinal Regression


Home Gallery Biografy Story Blue Words Friends
Islamic Tips

Get a free website at Webs.com


S

Anda mungkin juga menyukai