Efektivitas Pelayanan Publik
Efektivitas Pelayanan Publik
(Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Pemerintah
RUSWATI
F1B001050
PURWOKERTO
2005
====================================================================
==
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
(Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Pemerintah
Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap)
Oleh :
Ruswati
F1B001050
Pembimbing
1. Pembimbing I
Drs. Andi Antono, M.Si.
.
NIP. 131691611
2. Pembimbing II
3. Penilai Pendamping
Drs. M. Imron
.
NIP. 131996098
Mengetahui
====================================================================
==
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka. Dengan kata lain semua isi
yang ada dalam skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.
( Ruswati )
F1B001050
====================================================================
==
Presented for
and attentions
Barakallahu
====================================================================
==
MOTTO
Jadikanlah Allah sebagai penolongmu dengan sabar dan mengerjakan shalat, sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu
Kita hidup hanya sekali, maka sekiranya ada kebaikan yang bisa kita tunjukkan terhadap sesama,
biarlah itu kita lakukan sekarang juga dan jangan menundanya sebab kita tidak akan pernah
melewati jalan ini lagi untuk yang kedua kalinya.
(William Pen)
Jangan menunggu keadaan paling ideal, jangan pula menunggu kesempatan yang paling baik.
Keduanya tak akan pernah datang.
Tiada kesalahan atau kegagalan yang lebih buruk selain berhenti dan tidak mencoba lagi.
(John Wanamaker)
Tak selamanya kegagalan berakhir dengan kesedihan. Ada keajaiban yang akan membuat kita
tersenyum.
(Emi)
Try and try, never giving up and face all the things with smile, cause smile will give us The
Power.
(My Self)
=====================================================================
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS
PELAYANAN PUBLIK (Pengaruh Disiplin Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas
Pelayanan Aparat Pemerintah Kelurahan Di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap). Karya ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Penulis menyadari bahwa karya ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Drs. Andi Antono, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Darmanto S.S., M.Si. selaku pembimbing dua yang telah menyumbangkan
tenaga dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. M. Imron selaku penilai pendamping yang telah memberikan saran,
bimbingan dan petunjuk untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Bambang Kuncoro, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UNSOED.
5. Seluruh staff dan dosen pengajar Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UNSOED.
6. Seluruh aparat pemerintah kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
Cilacap yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data selama penelitian
berlangsung.
7. Bapak dan Mama tersayang yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, doa,
dorongan dan segalanya serta kakak dan adik-adikku tersayang atas dukungannya selama
ini.
8. Teman-teman AN 2001 terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Lisna, Emi, Imung,
Upi, Erni, Peni, Bambang, Mas Jay, Astri, Ria, Siti Diah, Qiah, terimakasih atas perhatian
dan dukungannya, semoga harapan dan cita-cita kita tercapai.
9. Teman-teman kost di Wisma An Najah Neta, Vita, Lusi, Tamah, Hany, Mega dan Iis,
atas pesahabatan dan rasa kekeluargaan yang indah selama ini. Thanks for this beautiful
friendship. Keep it forever !
10. Semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun spirituil sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharap masukan dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat di kemudian hari.
Penulis
=====================================================================
THANKS TO
Sujud syukurku pada Allah SWT atas segala anugerah, cinta dan kasih sayang yang telah
diberikan sehingga Ana bisa melewati satu langkah dalam perjalanan hidup yang panjang ini.
Bapak dan Mama yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, doa, dorongan dan
segalanya, Aku Bangga pada kalian, dan aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian dan
akan membuat kalian bahagia!
Mbak WaryMy Best sisterthanks for everything youve gived to meIll do the best! Buat
adik-adikku tersayang De Mus dan De Agus terimakasih sudah menjadi adik yang manis dan
baik. Jangan lupa belajar dan terus berdoa. Tiru yang baik dari kaka, dan buang yang jelek
dari kaka.
My Best Friend Ika&Fitri terimakasih atas perhatian, semangat, nasihat, dan persahabatan
yang manis ini semoga kita selalu bersama selamanya.
Teman seperjuanganku Lisna, Ika, Ria, Bambang, Ahmad, Imung, Mas Jay, Yuli, Mas Tanjung,
Mas Wiwit, Mas Momo, Evi, Diah, Resi, Q-yah terimakasih untuk semua bantuan dan support
kalian.. terimakasih sudah bersama-sama selama ini.
Dewi, Peni, Upi, Erni, Astri, Somad, Siti, Miing, Samsiyah, Probo, Desi, Thanks for your
attentions, semoga harapan dan cita-cita kita tercapai
Teman-teman kost di Wisma An Najah mbak neta, vita, lusi, tamah, hany, rina, sumini, mega
dan iis, atas persahabatan dan rasa kekeluargaan yang indah
terimakasih atas persahabatan, keceriaan, kebahagiaan dan semangat yang kalian berikan
untukkuKehadiran kalian memberikan warna dalam hidupku.
Untuk masa depankuSekarang aku bekerja keras dan terus berjuang untukmu
Terakhir kuingin mengucapkan banyak terimakasih untuk orang-orang yang telah menyakitiku
dan membuatku sedihkarena kalianlah sekarang aku menjadi lebih kuat dan menjadi lebih
baik.
Barakallahu
=====================================================================
RINGKASAN
Pada saat ini pemerintah banyak mendapat sorotan publik terutama dalam hal pelayanan.
Masyarakat Indonesia semakin kritis dan menginginkan pelayanan yang maksimal dari
pemerintah. Mereka menuntut pelayanan yang efektif dalam berbagai hal. Tidak hanya di pusat
pemerintahan, di semua tingkat pemerintahan dari pusat sampai kelurahan mendapatkan tuntutan
yang sama dari publik yaitu pelayanan yang efektif. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi
efektivitas pelayanan suatu organisasi, diantaranya disiplin kerja dan iklim kerja aparat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh disiplin kerja dan iklim kerja
terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap.
Penelitian ini dilakukan di lima kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara dengan sasaran
penelitiannya adalah seulurh pegawai pada lima kelurahan tersebut. Jumlah responden sebanyak
82 pegawai. Penentuan sampel menggunakan teknik Total Sampling dengan asumsi
menggunakan teknik total sampel maka sampel akan representatif. Metode yang digunakan
adalah kuantitatif sehingga data-data yang ditampilkan berupa angka-angka. Untuk validitas data
digunakan validitas konstruksi dan reliabilitas data menggunakan internal consistency dengan
teknik belah dua (split half) dari Spearman brown. Pengujian hipotesis dianalisis dengan
menggunakan teknik korelasi kendall tau dan regresi ordinal.
Berdasarkan hasil perhitungan secara statistik, koefisien korelasi kendall antara variabel disiplin
kerja (X1) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,518; antara variabel iklim kerja
(X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,540; antara variabel disiplin kerja (X1)
dan variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,779.
Hubungan-hubungan ini bersifat signifikan dan positif. Dari hasil perhitungan regresi ordinal
didapatkan nilai beta () sebesar 54,627 artinya pengaruh disiplin kerja (X1) dan iklim kerja
(X2) terhadap efektivitas pelayanan (Y) sebesar 54,627 dan sisanya sebesar 45,373 dipengaruhi
oleh variabel lain. Hasil-hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang
dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima.
=====================================================================
SUMMARY
At the moment the government often received the attention of public especially in the matter of
service. The Indonesian community increasingly critical and wanted the maximal service from
the government. They demanded the effective service in various matters. Not only in the center of
the government, in all the levels of the government from the center until the district got the same
demand from public that is the effective service. There were many factors that could influence
the service effectiveness in an organization, such as dicipline and climate of the work from
officials. This research aimed to know the influence dicipline and climate of work towards the
service effectiveness of district officials in the North Cilacap Subdistrict in the Cilacap Regency.
This research done in five districts in the Cilacap Subdistrict North, with target was all the
officials of five districts. The number of respondents totalling 82 officials. The determination of
sample made use the Total Sampling technique with the assumption that sample will be
representative. The method was used quantitative so the datas that was put forward took the
form of figures. For the validity of the data was used by the validity of the construction and
reliabilitas the data used internal consistency technically the crack two (split half) from
Spearman Brown. The testing of the hypothesis was analysed by use kendall tau correlation and
ordinal regression technique.
Based on the results statistically, the correlation coefficient kendall between dicipline of work
(X1) with the effectiveness of service (Y) variabel is 0,518; between the climate of work (X2) with
the effectiveness of service (Y) variable is 0,540; between the dicipline (X1) and climate of work
(X2) variable with the effectiveness of service variable (Y) is 0,779. These relations were
significant and positive. From results of ordinal regression was obtained beta () as big as
54,627 meaning that the influence dicipline of work variable (X1) and climate of work variable
(X2) toward the effectiveness of the service variable (Y) as big as 54,627 and the rest of them as
big as 45,373 was influenced by the other variable. From these results the conclusion is the
hypothesis that was raised in this research could be accepted.
The key word : discipline of work, climate of work and effectiveness of service.
=====================================================================
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN . ii
PERNYATAAN .. iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
KATA PENGANTAR . vi
RINGKASAN . viii
SUMMARY ix
BAB I PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah .. 12
C. Pembatasan Masalah . 12
D. Tujuan Penelitian .. 12
E. Kegunaan Penelitian . 13
A. Landasan Teoritik..................... 14
B. Hipotesis........................... 34
A. Metode Penelitian................... 42
1. Sasaran Penelitian .. 42
3. Metode Penelitian .. 42
B. Metode Analisis...................... 48
1. Pengukuran Variabel .. 48
Kelurahan........................ 69
3. Karakteristik Responden. 74
1. Uji Validitas... 77
2. Uji Reliabilitas... 80
D. Pengujian Hipotesis...................... 85
1. Tabulasi Silang.. 86
E. Pembahasan . 101
A. Kesimpulan.. 107
B. Implikasi... 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
=====================================================================
DAFTAR TABEL
Halaman
Masyarakat. 8
Pendidikan.. 57
Tenaga Kerja.. 57
Usia Pendidikan. 59
Tenaga Kerja.. 60
Mata Pencaharian... 61
Pendidikan.. 62
Tenaga Kerja. 63
Mata Pencaharian.. 63
Pendidikan. 65
Pencaharian 66
Pendidikan. 68
Tenaga Kerja. 68
Pencaharian... 69
Tabel 32. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan
Tabel 33. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Iklim Kerja (X2)
=====================================================================
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
segala aspek kehidupan oleh penyelenggara negara yaitu lembaga tertinggi dan lembaga tinggi
negara bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.
Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk
memperbaiki keterbelakangan dan ketertinggalan dalam semua bidang kehidupan menuju suatu
keadaan yang lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Tujuan pembangunan nasional bangsa
Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual.
dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah menuju terwujudkan masyarakat adil dan
makmur. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk
Keberhasilan pembangunan nasional tidak lepas dari peran dan fungsi organisasi
dalam mencapai tujuan sangat mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Dalam
rangka pencapaian tujuan nasional dan tujuan pembangunan nasional tersebut diperlukan peran
serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi
masyarakat yang tugasnya adalah untuk melaksanakan pemerintahan dan tugas pembangunan.
Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pada Bab II, Pasal 3 ayat 1 ditegaskan bahwa
Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas
negara, pemerintahan, dan pembangunan.
Widjaja menyebutkan bahwa Pegawai Negeri Sipil bukan hanya unsur aparatur
pemerintah, melainkan juga abdi negara dan abdi masyarakat yang pada dasarnya adalah pelayan
Pegawai negeri sebagai aparat birokrasi selain sebagai aparatur negara dan abdi negara, juga merupakan
abdi masyarakat. Sehingga kepada kepentingan masyarakatlah aparat birokrasi harus mengabdikan diri.
Aparat birokrasi memang sangat diharapkan memiliki jiwa pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat
(Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004).
Dengan demikian output dari pelaksanaan tugas adalah berupa jasa pelayanan kepada
masyarakat sehingga pelayanan dikatakan efektif apabila aparat berhasil dalam melaksanakan
tugasnya. Dengan kata lain keberhasilan tugas pemerintah dalam pembangunan nasional banyak
tergantung pada kerja dan kemampuan pegawai negeri. Dari penjelasan tersebut kita dapat
melihat bahwa kedudukan dan peranan pegawai negeri sangat penting dan menentukan
Aparat kelurahan sebagai bagian dari pegawai negeri dituntut untuk dapat menjadi
masyarakat sehingga akan lebih memahami keadaan dan kondisi masyarakat. Dalam penjelasan
dari kesempurnaan aparatur negara, dan kesempurnaan aparatur negara tergantung dari
kesempurnaan pegawai negeri. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kesempurnaan
birokrasi tergantung dari kesempurnaan aparatur negara sehingga kualitas birokrasi kita
Tugas pemerintah tidak hanya mengatur saja, akan tetapi juga memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Fungsi pelayanan selama ini belum mendapat perhatian dari para aparat
birokrasi kita sebab fungsi mengaturnya lebih dominan dibandingkan porsi pelayanannya. Deddy
Mulyadi menjelaskan bahwa aparat birokrasi merasa ada dalam posisi penguasa yang lebih
menempatkan diri sebagai pengarah daripada pamong, oleh karena itu timbul kecenderungan
untuk melihat warga masyarakat sebagai objek pasif dalam pelayanan publik (Pikiran Rakyat, 7
Agustus 2004).
Birokrasi pemerintah menempati posisi yang penting dalam pelaksanaan pembangunan karena
merupakan salah satu instrumen penting yang akan menopang dan memperlancar usaha-usaha
pembangunan. Berhasilnya pembangunan ini memerlukan sistem dan aparatur pelaksana yang
mampu tanggap dan kreatif serta pengelolaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen
modern dalam sikap perilaku dan kemampuan teknisnya termasuk di dalamnya adalah
memberikan pelayanan yang efektif kepada masyarakat. Karena pelayanan yang efektif akan
memperlancar jalannya proses pembangunan. Dengan alasan itulah penulis mengambil
efektivitas pelayanan sebagai variabel yang diteliti.
Sejak masa orde baru sampai saat ini, kondisi birokrasi di Indonesia terkenal sangat buruk seperti
inefisiensi, penyalahgunaan wewenang, kolusi, korupsi dan nepotisme. Hal ini dibuktikan
dengan adanya tuntutan dan keluhan masyarakat terhadap pelayanan jasa yang dinilai kurang
memuaskan (Deddy Mulyadi, Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004). Masyarakat semakin jauh dari
harapan memperoleh pelayanan sesuai hak yang dimiliki sebagai warga negara. Birokrasi dalam
hal ini pemerintah menjadi kurang mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat.
Untuk mewujudkan birokrasi pemerintahan yang netral kenyataannya masih menghadapi banyak
rintangan, sementara masyarakat selalu menuntut efektivitas pelayanan dari pemerintah. Seperti
disebutkan dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Deddy Mulyadi bahwa :
Kebijakan untuk mewujudkan birokrasi yang netral dalam penyelenggaraan administrasi dan
pemerintahan negara, ternyata dalam praktiknya memang banyak menghadapi rintangan. Padahal di
tengah rintangan itu, masyarakat sangat merindukan pelayanan publik yang baik, dalam arti proporsional
dengan kepentingan, yaitu birokrasi yang berorientasi kepada penciptaan keseimbangan antara kekuasaan
(power) yang dimiliki dengan tanggung jawab (accountability) yang mesti diberikan kepada masyarakat
yang dilayani (Pikiran Rakyat, 15 Mei 2004).
pemerintah. Aparat kelurahan harus mampu melaksanakan fungsi utamanya yaitu memberikan
daerah, pasal 127 ayat 1 bahwa kelurahan dibentuk dalam wilayah kecamatan dengan Peraturan
Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kemudian, dalam ayat 2 dijelaskan bahwa
kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dipimpin oleh lurah yang dalam pelaksanaan
kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang dalam pelaksanaan tugas pokoknya
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Pemerintah Kelurahan disebutkan bahwa Susunan Organisasi Pemerintahan
a. Lurah
b. Sekretaris Kelurahan
c. Kepala Seksi
- seksi pembangunan
d. Kepala Lingkungan
Sekretaris kelurahan dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Lurah, sekretaris
kelurahan dibantu oleh beberapa orang staf. Kepala Lingkungan merupakan jabatan non
struktural yang mempunyai tugas pokok membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional Lurah
Lurah dan aparat-aparat di pemerintah kelurahan memiliki tugas pokok dan fungsi yang
berat dan kompleks. Oleh karena itu birokrat di tingkat kelurahan ini dituntut untuk dapat
memberikan kontribusi yang maksimal. Akan tetapi perbandingan jumlah aparat yang tidak
seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani akan menimbulkan persoalan apabila
Demikian juga yang terjadi di wilayah Kecamatan Cilacap Utara, jumlah penduduk
dibandingkan dengan jumlah aparat kelurahan sangat tidak seimbang. Aparat kelurahan yang
jumlahnya terbatas harus melayani penduduk yang jumlahnya ribuan. Jumlah aparat kelurahan di
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Bulan Januari Juni
2004
Kecamatan Cilacap Utara secara keseluruhan adalah berjumlah 82 orang. Jumlah ini tidak
seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani. Oleh karena itulah perlu adanya
efisiensi dalam pelayanannya. Jumlah penduduk di Kecamatan Cilacap Utara yang tersebar di
Tabel 2. Jumlah Penduduk di Kecamatan Cilacap Utara Berdasarkan Keadaan Data Bulan
Desember 2004
No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk
1. Gumilir 13.570
2. Karang Talun 10.083
3. Kebonmanis 9.917
4. Mertasinga 14.241
5. Tritih Kulon 15.747
Jumlah 63.558
Efisiensi dalam memberikan pelayanan selain disebabkan oleh jumlah aparat yang tidak
seimbang dengan jumlah penduduk yang harus dilayani, juga disebabkan oleh banyaknya jenis
pelayanan yang diberikan kelurahan kepada masyarakat. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan
aparat kelurahan kepada masyarakat antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Jenis-jenis pelayanan tersebut hanya sebagian dari banyaknya pelayanan yang diberikan
kelurahan kepada masyarakat, karena sering ada program-program pemerintah yang biasanya
diberikan kewenangan kepada kelurahan untuk menanganinya, seperti misalnya program bantuan
untuk masyarakat miskin. Kelurahan bertugas mendistribusikan beras kepada masyarakat yang
benar-benar membutuhkan. Selain itu, kelurahan juga sering menangani surat-surat perijinan
pendirian bangunan, surat-surat keterangan tidak mampu masyarakat yang membutuhkan untuk
keringanan pengobatan, keringanan biaya pendidikan, yang semuanya itu menuntut pelayanan
yang efektif agar masyarakat yang dilayani merasa puas.
Bapak Sungkowo (nama samaran) salah seorang warga di salah satu kelurahan ada di Kecamatan
Cilacap Utara, mengatakan bahwa pada saat beliau datang ke kantor kelurahan untuk meminta
surat keterangan kelakuan baik, aparat yang melayaninya sangat lamban dan berbelit-belit.
Beliau mengatakan :
Pada saat saya minta surat pengantar, saya memang dilayani, tapi wajah mereka sangat tidak
menyenangkan dan sangat lambat dalam mengerjakannya. Selain itu, mereka sambil ngobrol sendiri
dengan petugas yang lain, pada waktu saya tegur supaya cepat-cepat karena saya sedang tergesa-gesa,
malah saya dimarahi suruh bersabar. Saya jadi malas untuk pergi ke kantor itu lagi.
Penulis juga memperoleh keluhan dari bapak Kisnaji (nama samaran) salah seorang warga yang
tidak puas atas pelayanan yang diberikan aparat kelurahan pada saat beliau datang ke kantor
untuk meminta surat pengantar pembuatan KTP, beliau mengatakan :
Saya kan mau buat KTP untuk anak saya yang baru datang dari luar kota, pada waktu saya datang ke
kantor untuk minta surat pengantar, ternyata disuruh datang lagi esok hari, sebab pak lurah lagi tidak ada
di tempat. Saya maklum mungkin beliau lagi ada rapat di kecamatan, tapi kenapa tidak ada orang yang
diberi wewenang untuk mengurus surat pengantar tersebut, ini jadi membuat tidak efektif pelayanannya,
mana perilaku petugasnya tidak menyenangkan.
Aparat juga sering datang terlambat, tidak sesuai dengan jam kerja. Ada salah seorang penjaga di
salah satu kantor kelurahan tempat penulis melakukan observasi, mengatakan :
Dulu jam kerja itu jam 07.00 mereka berangkatnya sekitar setengah delapan sampai jam delapan,
sekarang jam kerjanya jadi jam 07.30 mereka tetap sama berangkatnya sampai jam delapanan. Padahal
sering jam tujuh itu sudah ada warga yang membutuhkan pelayanan dari aparat, tapi mereka belum pada
datang, saya jadi yang tidak enak sendiri sama warga, saya tidak punya hak apa-apa untuk melayani
mereka, tugas saya kan hanya bersih-bersih disini.
Dari hasil wawancara terhadap beberapa warga yang membutuhkan pelayanan dari aparat
kelurahan ternyata masih banyak keluhan yang muncul dari masyarakat seperti adanya pegawai
yang sering datang terlambat dan pelayanan yang kurang adil yang menyebabkan keterlambatan
penyelesaian pekerjaan, dalam hal ini adalah melayani keperluan yang dibutuhkan oleh warga
masyarakat. Merujuk pada kenyataan tersebut, dapat dirumuskan masalah bahwa pelayanan yang
kepentingan umum dalam masyarakat yang dilayani kelurahan. Kepentingan umum yang ada di
publik bukanlah suatu sasaran, melainkan suatu proses atau kegiatan untuk mencapai sasaran
Sasaran yang dimaksudkan dalam lingkup pemerintahan adalah sasaran pembangunan. Sebagai
suatu proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh
kehidupan dalam masyarakat. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pelayanan publik
akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor.
Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelayanan, seperti yang
dikemukakan oleh Weber dan Moenir bahwa efektivitas pelayanan dari birokrasi pemerintah
dapat dipengaruhi oleh kepuasan masyarakat yang dilayani dan juga tingkat kedisiplinan
pegawai dengan mentaati peraturan dan prosedur yang ada sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai. Selain itu, Steers juga mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk
meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling
berhubungan yaitu optimasi tujuan, perspektif sistematika dan tekanan pada segi perilaku
manusia dalam susunan organisasi.
Lain halnya dengan Sondang P. Siagian yang menerangkan bahwa efektivitas dapat diukur dari
tingkat disiplin pegawai, apakah pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau tidak.
Kemudian, Manullang menambahi bahwa efektivitas dapat juga diukur melalui koordinasi yang
baik dan tingkat prestasi pegawainya, bagaimana cara pegawai mengintepretasikan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya.
Hasibuan mengatakan bahwa efektivitas juga dapat diukur dari motivasi pegawai dalam
melaksanakan pekerjaanya. Lain halnya dengan Thoha yang menjelaskan bahwa efektivitas
suatu organisasi juga dipengaruhi oleh perilaku-perilaku pegawai yang ada dalam organisasi
tersebut. Sedangkan Kotler berpendapat bahwa efektivitas suatu organisasi dapat dipengaruhi
oleh iklim kerja, manajemen, pemasaran, lingkungan dan kinerja organisasi tersebut.
Dari beberapa teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh di atas, kita dapat mengetahui
bahwa tercapainya efektivitas pelayanan yang diberikan kelurahan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti perbedaan dalam mengintepretasikan tugas-tugas yang harus
dilaksanakan, disiplin, motivasi, kinerja, manajemen dan perilaku aparat dalam bekerja serta
pelayanan pada disiplin kerja pegawai kelurahan pada saat melayani masyarakat dan iklim kerja
yang ada di kelurahan yang bersangkutan. Bagaimana kedisiplinan mereka terhadap pekerjaan
yang mereka kerjakan sehingga dapat memuaskan masyarakat yang dilayani. Bagaimana suasana
B. Perumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja dan iklim kerja terhadap
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi faktor yang mempengaruhi efektivitas
pelayanan pada disiplin kerja pegawai kelurahan pada saat melayani masyarakat dan iklim kerja
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan aparat
2. Untuk mengetahui pengaruh antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat
3. Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dan iklim kerja dengan efektivitas
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh cakrawala dan wawasan pengetahuan yang
lebih mendalam tentang efektifitas pelayanan publik sehingga dapat memberikan sumbangan
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah
=====================================================================
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritik
1. Konsep Teori
Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa dalam penelitian ini menyajikan dua variabel
bebas yaitu variabel disiplin dan iklim kerja serta variabel efektivitas pelayanan sebagai variabel
terikat. Namun sebelum membahas variabel-variabel tersebut terlebih dahulu akan dijelaskan
pengertian landasan teori dan teori itu sendiri.
Dalam melakukan penelitian diperlukan landasan teori yang digunakan sebagai kerangka berfikir
untuk menjelaskan fenomena-fenomena sosial yang akan diteliti. Sugiyono mengungkapkan
bahwa :
Landasan Teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel
yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan (hipotesis) (Sugiyono, 2002:200).
Menurut Kerlinger, Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan
proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Menurut definisi ini, teori mengandung tiga hal :
2. Teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar
konsep;
3. Teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan
konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya (Kerlinger, dalam Singarimbun, 1989:37).
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keberadaan sebuah teori dalam penelitian
sangat penting, karena teori dapat memandu peneliti untuk mencoba menerangkan fenomena
sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya dalam penelitian tersebut, sekaligus
dapat memperoleh pengetahuan tentang hubungan antar variabel yang mengandung fenomena-
Dalam penelitian ini, penulis ingin mencoba membahas mengenai perilaku aparat
pemerintah kelurahan dalam pelayanan publik, meninjau efektivitas pelayanan yang dilakukan
aparat pemerintah kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara dari segi disiplin kerja
pegawai dalam melayani masyarakat dan iklim kerja dalam organisasi tempat pegawai bekerja.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan yang diberikan kelurahan tergolong dalam jenis pelayanan publik. Pelayanan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :
2. servis, jasa
3. kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa
Moenir (2000:26-27) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan
metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu perbuatan (deed), suatu kinerja
(performance) atau suatu usaha (effort), jadi menunjukkan secara inheren pentingnya penerima
jasa pelayanan terlibat secara aktif di dalam produksi atau penyampaian proses pelayanan itu
sendiri (Warella, 1997:18).
Kata pelayanan itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah asing, yaitu service. Menurut
Reading (1986:380), pengertian service adalah pekerjaan yang harus dilakukan seorang pelayan
pada tuannya. Thoha (1989:78) menyatakan bahwa pelayanan masyarakat merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu instansi tertentu untuk
memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari pengertian di atas terlihat bahwa service atau pelayanan merupakan jasa yang diberikan
oleh orang perorangan organisasi swasta maupun instansi pemerintah.
Kotler (dalam Nasution, 2001:61) menjelaskan bahwa jasa (service) adalah aktivitas atau
manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Menurut Parasuraman et. al. dan Haywood Farmer
(dalam Warella, 1997:17-18), ada tiga karakteristik utama pelayanan jasa yaitu :
1. Intangibility, berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat performance dan hasil pengalaman dan bukannya
suatu obyek. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung, diukur, diraba atau ditest sebelum disampaikan untuk
menjamin kualitas. Jadi berbeda dengan barang yang dihasilkan oleh suatu pabrik yang dapat ditest kualitasnya
sebelum disampaikan kepada pelanggan.
2. Heterogenity, berarti pemakai jasa atau klien atau pelanggan memiliki kebutuhan yang sangat heterogen.
Pelanggan dengan pelayanan yang sama mungkin memiliki prioritas yang berbeda. Demikian pula performance
sering bervariasi dari satu produser ke produser lainnya bahkan dari waktu ke waktu.
3. Inseparability, berarti produksi dan konsumsi suatu pelayanan tidak terpisahkan. Konsekuensinya di dalam
industri pelayanan kualitas tidak direkayasa ke dalam produksi di sektor pabrik dan kemudian disampaikan
kepada pelanggan; tetapi kualitas terjadi selama penyampaian pelayanan, biasanya selama interaksi antara klien
dan penyedia jasa.
Suatu pelayanan akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh
beberapa faktor :
6. tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas/pekerjaan pelayanan (Moenir, 2000:123-
124).
Dari pengertian di atas tersirat bahwa suatu pelayanan pada dasarnya melibatkan dua
pihak yang saling berhubungan yaitu organisasi pemberi pelayanan di satu pihak dan masyarakat
sebagai penerima pelayanan di pihak lainnya. Jika organisasi mampu memberikan pelayanan
yang optimal dan memenuhi tuntutan dari masyarakat, maka dapat dikatakan organisasi tersebut
Publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang banyak (umum).
Sedangkan menurut Ensiklopedi Administrasi adalah sejumlah orang (yang tidak mesti berada
dalam satu tempat) yang dipersatukan oleh faktor kepentingan yang sama, yang berbeda dengan
1. Publik intern, yakni publik di dalam lingkungan suatu instansi atau perusahaan, misal dalam suatu perusahaan
mulai dari penjaga malam sampai dengan presiden direkturnya, adalah merupakan publik intern dari perusahaan
tersebut.
2. Publik ekstern, yakni publik di luar organisasi, instansi atau perusahaan yang mempunyai kepentingan dengan
instansi atau perusahaan tadi (Westra dalam Ensiklopedi Administrasi, 1989:359).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan
dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang dilayani dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Pelayanan ini diberikan kepada seluruh masyarakat atau yang berhak mendapatkan
pelayanan tanpa terkecuali dengan tidak membedakan satu dengan yang lainnya.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang
dikehendaki dalam sesuatu perbuatan (Ensiklopedi Administrasi, 1989:149). Efektif dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut
Handoko (1993:7) efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan
yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya sesuatu efek
atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud
tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat
sebagaimana yang dikehendakinya (Ensiklopedi Administrasi, 1989:147).
Dalam kenyataannya, sulit sekali memperinci apa yang dimaksud dengan konsep
efektivitas dalam suatu organisasi. Pengertian efektivitas dalam suatu organisasi mempunyai arti
yang berbeda-beda bagi setiap orang, begantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Bagi
sejumlah sarjana ilmu sosial, efektivitas seringkali ditinjau dari sudut kualitas kehidupan pekerja
(Steers, 1985:1).
Richard M. Steers mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk
meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling
berhubungan yaitu :
1. Paham mengenai optimasi tujuan : efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil
mencapai tujuan yang layak dicapai;
2. Perspektif sistematika : tujuan mengikuti suatu daur dalam organisasi;
3. Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi : bagaimana tingkah laku individu dan
kelompok akhirnya dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi (Steers, 1985:4-7)
Orientasi dalam penelitian tentang efektivitas sebagian besar dan sedikit banyak pada akhirnya
bertumpu pada pencapaian tujuan. Georgepoulus dan Tenenbaum (Richard M. Steers, 1985:20)
berpendapat bahwa konsep efektivitas kadang-kadang disebut sebagai keberhasilan yang
biasanya digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan. Chester I. Barnard (dalam Gibson,
1994:27), mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha
bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas. Definisi lain yang
dapat dijadikan acuan ialah menurut Emerson (dalam Handayaningrat, 1985:16) :
Efektivitas ialah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Jelaslah bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan
sebelumnya, hal ini dikatakan efektif. Jadi apabila tujuan atau sasaran tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan, maka pekerjaan itu dikatakan tidak efektif.
Katz dan Kahn (Richard M. Steers, 1985:48) berpendapat bahwa efektivitas sebagai usaha untuk
mencapai suatu keuntungan bahwa efektivitas sebagai usaha untuk mencapai suatu keuntungan
maksimal bagi organisasi dengan segala cara. Berkaitan dengan konsep efektivitas, The Liang
Gie (1988:34) berpendapat :
Efektivitas merupakan keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat
yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang
dikehendaki, maka perbuatan itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mencapai maksud
sebagaimana yang dikehendaki.
Prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila
tiap anggota organisasi secara terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan
baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul.
Dari bermacam-macam pendapat di atas terlihat bahwa efektivitas lebih menekankan pada aspek
tujuan dari suatu organisasi, jadi jika suatu organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, maka dapat dikatakan telah mencapai efektivitas. Dengan demikian efektivitas pada
hakekatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Moenir (2000:vii) mengatakan bahwa pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha
atau kegiatan yang bersifat jasa. Jadi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus
seefektif mungkin. Secara umum pelayanan yang efektif dapat berarti tercapainya tujuan
pelayanan yang telah ditetapkan organisasi dan masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang
didapatnya. Weber (dalam Azhar Kasim, 1993:9) mengatakan :
Bahwa konsep birokrasi yang rasional sangat mengandalkan pada peraturan-peraturan dan prosedur yang
kesemuanya dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan dan terlaksananya nilai-nilai dan norma-
norma yang diinginkan.
Dengan melihat konsep tentang pelayanan publik yang telah diuraikan di atas, bahwa pelayanan
publik adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi
tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok yang
dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Maka, dapat dikatakan bahwa efektivitas
pelayanan aparat adalah tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelayanan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih menekankan pada aspek tujuan
dari suatu organisasi. Untuk mengukur efektivitas pelayanan maka kita dapat melihatnya dari
optimasi tujuan, perspektif sistematika dan perilaku pegawai dalam organisasi. Dari konsep
tersebut, indikator-indikator efektivitas pelayanan aparat adalah sebagai berikut :
a. Optimasi tujuan,
Efektivitas pelayanan dapat diukur dengan indikator optimasi tujuan yaitu bagaimana kita
melihat pada pencapaian target kerja, apakah sesuai dengan yang telah direncanakan atau
tidak. Kita juga melihat apakah ada keluhan yang datang dari masyarakat tentang pelayanan
yang sudah diberikan pegawai atau tidak, sebab adanya keluhan berarti menunjukkan tujuan
organisasi belum tercapai sepenuhnya.
b. Perspektif sistematika,
Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah perspektif
sistematika yaitu melihat pada kemampuan masing-masing pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan kedudukannya dalam organisasi tersebut, apakah pegawai mampu
mengerjakan tugasnya dengan kemampuan sendiri, apakah pegawai memiliki keterampilan
atau keahlian khusus.
Indikator ketiga yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan adalah perilaku
pegawai dalam organisasi, yaitu bagaimana tingkat ketelitian pegawai dalam melaksanakan
pekerjaannya, baik ketelitian dalam hal kebersihan maupun tingkat kesalahan yang mungkin
terjadi pada saat bekerja. Bagaimana kita melihat pada kecepatan dan ketepatan waktu
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya, bagaimana konsentrasi pegawai dalam bekerja.
4. Disiplin Kerja Aparat
Peraturan sebagai salah satu sarana dalam mencapai tujuan bukan hanya satu kata yang
tidak bermakna dan diabaikan tanpa ditaati. Dalam rangka mencapai tujuan, peraturan harus
benar-benar ditaati oleh setiap individu yang menjadi obyek dari peraturan tersebut. Ketaatan
terhadap peraturan yang ada lazim disebut dengan disiplin. Dalam organisasi disiplin diperlukan
agar jangan sampai terjadi keteledoran atau kelalaian serta pemborosan dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan sebagai ketaatan atau
kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdasarkan asal katanya, disiplin berasal
dari kata disiplina yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta
pengembangan tabiat.
Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu
organisasi, tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati (Kerlinger dan
Pedhazur, 1987:160). Gordon S. Watkins mengartikan disiplin sebagai suatu kondisi atau sikap
yang ada pada semua anggota organisasi yang tunduk dan taat pada aturan organisasi (dalam
Moenir, 2000:94).
Disiplin menurut Moenir adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis
maupun tidak tertulis, yang telah ditetapkan (Moenir, 2000:94). Moenir berpendapat bahwa :
Dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan disiplin terdiri atas dua jenis disiplin, yaitu disiplin waktu dan
disiplin perbuatan. Kedua jenis disiplin tersebut merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan serta
saling mempengaruhi. Disiplin waktu tanpa disertai disiplin kerja tidak ada artinya, dengan kata lain tidak
ada hasil sesuai dengan ketentuan organisasi. Sebaliknya disiplin kerja tanpa didasari dengan disiplin
waktu tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu usaha pendisiplinan tidak dapat dilakukan separuh-separuh
melainkan harus serentak kedua-duanya (Moenir, 2000:95-96).
Kemudian Tjing Bing Tie (dalam Kerlinger dan Pedhazur, 1987:160) menyatakan
bahwa :
Pada umumnya disiplin yang baik terdapat apabila pegawai datang ke kantor atau perusahaan dengan
teratur dan tepat pada waktunya, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempat pekerjaannya, apabila
menggunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan
kualitet pekerjaan yang memuaskan, dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan dan
apabila menyelesaikan dengan semangat yang baik.
1. Suatu sikap mental (state of mind, mental attitude) tertentu yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai
hasil daripada latihan dan pengendalian pikiran dan watak oleh pribadi secara teratur;
2. Suatu pengetahuan tingkat tinggi tentang sistem aturan-aturan perilaku, sistem atau norma-norma kriteria
dan standar sekaligus keseluruhan dan kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, kriteria standar struktur dan
sistem organisasi tersebut itu adalah syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan;
3. Sikap kelakuan (behavior) yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, pengertian kesadaran untuk
mentaati segala apa yang diketahui itu secara cermat dan tertib. (Atmosudirjo, 1987)
Bedasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah
suatu sikap taat pada peraturan dan tata tertib serta tanggung jawab dalam kaitannya dengan
pelaksanaan pekerjaan. Dari konsep ini indikator-indikator dari disiplin kerja dapat dikemukakan
sebagai berikut :
Indikator disiplin kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan salah satunya
adalah tingkat ketaatan pegawai pada peraturan dan tata tertib. Taat berarti mematuhi semua
petunjuk-petunjuk atau aturan yang ada. Ketepatan aparat pada jam-jam kerja, pada saat
datang dan pulang apakah selalu tepat waktu, faktor keterlambatan pegawai saat masuk
kantor. Kemudian kepatuhan pegawai pada perintah atau instruksi dari atasan. Apakah
pegawai selalu melaksanakan instruksi dari atasan atau tidak. Apakah pegawai selalu
mengikuti prosedur dalam melaksanakan tugasnya, apakah pegawai pernah melanggar aturan
tata tertib yang ada di kantor, bagaimana cara berpakaian pegawai, apakah selalu memakai
seragam atau tidak dan bagaimana tingkat kehadiran pegawai pada jam kerja.
b. Tanggung jawab.
Indikator lain dari disiplin kerja yang digunakan untuk mengukur efektivitas pelayanan
dalam penelitian ini adalah rasa tanggungjawab dari para pegawainya. Tanggungjawab dalam
hal ini berarti melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan mau menanggung akibat dari
semua resiko hasil kerjanya. Bagaimana para aparat menggunakan dan memelihara alat-alat
perlengkapan kantor yang ada. Apakah mereka menggunakannya hanya untuk keperluan
pekerjaan atau malah mereka menggunakannya untuk kepentingan pribadi mereka sendiri.
dengan ketentuan dengan jumlah dan kualitas yang memuaskan serta bagaimana
kesanggupan mereka untuk menanggung resiko terhadap tindakan yang sudah dilakukan.
Menurut Steers, bila kita membahas konsep iklim kerja dalam suatu organisasi, itu
berarti kita sedang membicarakan mengenai sifat-sifat atau ciri yang dirasa terdapat dalam
lingkungan kerja dan timbul terutama karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar
atau tidak dan yang dianggap mempengaruhi perilaku kemudian (Steers, 1985:120). Menurut
Steers ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan definisi iklim kerja
organisasi, yaitu :
Pertama, iklim organisasi tertentu adalah iklim yang dilihat oleh para pekerjanya, jadi tidak selalu iklim yang
sebenarnya. Kedua, iklim organisasi adalah anggapan adanya hubungan antara ciri dan kegiatan lainnya dari
organisasi dan iklim.
Davis dan Newstrom (1990:20), iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam
mana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Sedangkan pendapat yang senada
juga diungkapkan oleh Kuncorohadi (1983:99), iklim organisasi adalah suasana dalam suatu
organisasi yang diciptakan oleh para hubungan antar pribadi yang berlaku dalam organisasi
tersebut.
Iklim kerja dalam suatu organisasi menurut Widyarto pada dasarnya terbentuk karena
proses menyatunya tiga unsur, yaitu karyawan, manajemen dan penjabaran kegiatan organisasi.
Hal tersebut akan berjalan baik jika semua berjalan sesuai secara fungsional yaitu : Pertama,
karyawan dapat memahami hal-hal teknis pekerjaannya, sehingga tidak diperlukan supervisi
yang ketat dari atasannya. Kedua, atasan sebagai bagian dari manajemen, selain memahami hal-
hal teknis dari pekerjaan dan unit kerjanya, juga harus menguasai kemampuan manajerial,
kebijaksanaan organisasi berupa peraturan organisasi dan kesepakatan kerja yang dijalankan
dengan baik, sistem penggajian dan pemberian tunjangan yang memadai dan adanya perhatian
struktur organisasi, teknologi organisasi, lingkungan tugas luar atau dari kebijakan dan praktek
yang ditetapkan oleh manajemen puncak. Selanjutnya untuk memperjelas dimensi-dimensi iklim
organisasi bisa dilihat dalam pendapat Campbell dan Beaty (dalam Steers, 1985:122) yang
1. struktur tugas
3. sentralisasi keputusan
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa iklim kerja dalam organisasi merupakan
sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan
organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi
kelancaran aktivitas organisasi. Apabila iklim yang ada bermanfaat bagi para pegawai maka
dapat diharapkan tingkat perilaku ke arah tujuan semakin tinggi dan itu berarti efektivitas
organisasi dapat tercapai. Sebaliknya bila iklim yang ada bertentangan dengan tujuan, kebutuhan
dan motivasi karyawan maka dapat mengganggu kinerja dan prestasi serta kepuasan karyawan
sehingga dapat mengurangi optimalisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.
pelayanannya dituntut terlebih dahulu untuk melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung ke
arah iklim kerja yang lebih kondusif. Dari konsep ini, kita dapat mengambil indikator-indikator
a. Struktur tugas,
Salah satu indikator yang diambil dari variabel iklim kerja yang digunakan untuk mengukur
efektivitas pelayanan adalah indikator Struktur tugas. Disini kita melihat adanya struktur
organisasi yang tegas dan tergambar dalam bagan organisasi yang ada di kantor tersebut.
Karena dengan adanya gambar struktur organisasi yang jelas, maka masing-masing pegawai
akan lebih memahami bagaimana kedudukan dan tugasnya dalam bekerja. Selain itu juga
harus ada pembagian tugas / pekerjaan yang jelas dalam organisasi tersebut, hal ini untuk
menjaga terjadi over lapping. Selain itu kita juga melihat dari terjalinnya komunikasi yang
Yang dimaksud hubungan imbalan hukum disini adalah tingkat batas pemberian imbalan
tambahan seperti promosi dan kenaikan gaji didasarkan pada prestasi dan jasa dan bukan
indikator ini, kita dapat mengukur iklim kerja dengan melihat ada tidaknya pemberian
imbalan tambahan bagi pegawai yang berprestasi, bagaimana tingkat penghargaan bagi
pegawai yang berprestasi serta adakah pemberian hukuman bagi pegawai yang melanggar
peraturan.
c. Pengambilan keputusan,
Dari indikator pengambilan keputusan, apabila kita ingin mengukur efektivitas pelayanan
dari variabel iklim kerja maka yang dapat kita perhatikan adalah bagaimana peran atau
partisipasi anggota dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi tersebut, serta
adakah kebebasan pegawai biasa untuk mengambil tindakan dalam situasi darurat.
Dari indikator ini, kita melihat bagaimana organisasi berusaha menekan prestasi dan
semangat kerja para pegawainya dengan berbagai cara termasuk juga latihan dan
pengembangan bagi pegawai yang sangat berguna untuk menaikkan prestasi pegawainya
dalam bekerja. Disini kita mengukur sejauh mana peraturan organisasi dijalankan oleh
pegawai, melihat bagaimana semangat pegawai dalam bekerja. Selain itu kita juga ingin
mengetahui tentang ada tidaknya sistem penilaian kerja dalam organisasi tersebut. Adakah
besar frekuensi pengadaan pendidikan dan latihan bagi pegawainya sebab hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap kenaikan prestasi kerja pegawai. Apakah ada bimbingan dan
pengawasan dari supervisor / atasan supaya hasil kerja mereka sesuai dengan yang
diinginkan. Selain itu kita juga akan melihat bagaimana tingkat kedisiplinan pelaksanaan
evaluasi kerja pegawai dalam organisasi tersebut. Melihat ketersediaan fasilitas dan sarana
bagi kelancaran pekerjaan juga sangat penting supaya iklim kerja di kantor akan menjadi
organisasi yang menimbulkan perasaan kurang aman dan kecemasan pada para anggota. Dari
indikator ini kita melihat dari segi rasa aman dan nyaman pegawai pada saat bekerja,
besarnya insentif, munculnya resiko pekerjaan yang berat dan bagaimana sikap pegawai
Suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya akan berhasil melalui usaha yang sungguh-
sungguh. Oleh karena itu efektivitas yang tinggi dicapai organisasi tidak diperoleh secara
kebetulan. Dari sikap disiplin inilah, aparat akan taat serta patuh terhadap aturan yang ada
sehingga pencapaian sasaran organisasi dapat diperoleh secara optimal.
Disiplin adalah sikap mental yang tercermin dari perilaku pribadi atau kelompok berupa
kepatuhan, ketaatan terhadap hukum dan norma yang berlaku dan dilaksanakan secara sadar dan
ikhlas lahir batin. Birokrat di tingkat kelurahan sebagai aparat teknis harus mempunyai disiplin
tinggi, karena disiplin akan menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Miftah Thoha bahwa birokrasi itu cirinya harus disiplin, harus menegakkan
aturan yang sudah disepakati atau telah ditetapkan (Thoha, 1987:54). Dalam kehidupan sehari-
hari dapat kita amati bahwa mereka yang berdisiplin tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi
Disiplin itu mutlak diperlukan untuk membuat segala urusan dapat berjalan lancar. Aturan-aturan disiplin harus
diketahui, dipahami, diingat dan ditaati oleh setiap anggota organisasi, untuk mensukseskan operasi-operasi yang
harus dijalankan setiap organisasi. Tidak satupun organisasi atau badan usaha yang dapat berkembang jika tidak ada
disiplin.
Pentingnya disiplin diungkapkan oleh Widjaja (1990:28) bahwa disiplin adalah termasuk dalam
unsur-unsur penting yang mempengaruhi prestasi suatu organisasi. Dalam penelitian ini yang
dimaksud organisasi adalah organisasi pemerintah yang melaksanakan tugas-tugas negara.
Widjaja kembali mengungkapkan tentang pentingnya disiplin dalam organisasi pemerintah, yaitu
:
Pelaksanaan disiplin pegawai sangat penting peranannya dalam pengelolaan Departemen secara
keseluruhan. Berhasil tidaknya pembangunan di bidang pendidikan sebagian besar ditentukan oleh tingkat
disiplin pegawainya. Makin disiplin pegawai, makin berhasil pula dalam mengemban misinya. (Widjaja,
1990:156).
Dari uraian tersebut terlihat arti penting dari disiplin kerja bagi pencapaian efektivitas pelayanan.
Oleh karena itu aparat pemerintah kelurahan dituntut harus punya disiplin kerja yang baik agar
tugas-tugas pemerintah yang menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik. Karena
tugas yang diemban oleh kelurahan bersifat kompleks, maka lurah beserta perangkatnya harus
punya disiplin tinggi sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif atau berdaya guna bagi
masyarakat. Disiplin yang baik juga berarti terlaksananya tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
aparat kelurahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama.
Suasana iklim kerja tempat pegawai bekerja perlu diperhatikan. Iklim kerja dalam suatu
organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul
karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap
mempengaruhi kelancaran aktivitas organisasi. Bagaimana cara pegawai berinteraksi dengan
masyarakat pada saat melayani, bagaimana hubungan antar pegawai dalam organisasi tersebut,
sehingga pelayanannya menjadi efektif. Dalam hal ini yang dimaksud adalah iklim organisasi
dalam kantor kelurahan tempat aparat kelurahan melayani kepentingan masyarakat. Hal ini
sangat penting guna mendukung tercapainya pelayanan yang efektif terhadap masyarakat.
Iklim kerja yang baik dalam suatu organisasi sangat penting artinya karena efektivitas setiap
organisasi sangat ditentukan oleh iklim kerja yang ada dalam organisasi setiap pegawai bekerja,
dalam hal ini adalah organisasi kelurahan. Seperti diungkapkan oleh Steers bahwa : iklim
memang merupakan faktor pengaruh yang penting bagi prestasi dan kepuasan kerja. (Steers,
1985:130). Dari pendapat Steers tersebut kita dapat melihat bahwasannya iklim kerja sangat
berpengaruh pada prestasi dan kepuasan kerja pegawai yang dalam penelitian ini adalah
tercapainya efektivitas pelayanan aparat kelurahan.
Dari indikator-indikator iklim kerja yang sudah diterangkan dalam konsep iklim kerja diatas, kita
dapat menyimpulkan bahwa kemampuan pegawai, struktur tugas yang jelas, adanya pelatihan,
kesejahteraan dan rasa aman yang semakin meningkat akan sangat mendukung kelancaran kerja
dan secara otomatis meningkatkan efektivitas pelayanan pemerintah kelurahan. Selain itu juga
sarana penunjang kerja yang semakin memadai akan memperlancar kerja dan tugas-tugas yang
pada akhirnya akan meningkatkan efektivitas pelayanan.
Aparat pemerintah kelurahan merupakan penanggung jawab atas tugas-tugas yang diemban oleh
kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Masalah-masalah yang ditangani
oleh kelurahan sangat kompleks sifatnya, maka dari itu diperlukan iklim kerja yang baik untuk
menunjang hasil kerja pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan maupun dalam melayani
masyarakat agar semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa iklim kerja yang baik dalam organisasi sangat penting dalam
rangka mewujudkan efektivitas pelayanan suatu organisasi, dalam hal ini pencapaian efektivitas
pelayanan kelurahan. Apabila iklim yang ada bermanfaat bagi para pegawai maka dapat
diharapkan tingkat perilaku ke arah tujuan semakin tinggi dan itu berarti efektivitas pelayanan
kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara dapat tercapai.
8. Pengaruh Bersama Antara Disiplin Kerja Dan Iklim Kerja Terhadap Efektivitas
Pelayanan Aparat Kelurahan
Disiplin kerja yang baik dan iklim yang menunjang dalam pemerintah kelurahan akan
menciptakan pelayanan yang efektif. Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat pada peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak serta
sanggup menerima sanksi-sanksi apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya (Siswanto, 1987:278). Sedangkan iklim kerja dalam organisasi merupakan sifat-sifat
atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang
dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan dianggap mempengaruhi kelancaran aktivitas
organisasi (Steers, 1985:120).
M. Manullang (1986:214) mengatakan bahwa prestasi atau efektivitas organisasi pada dasarnya
adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara
terkoordinasi melaksanakan tugas dan pekerjaannya masing-masing dengan baik, efektivitas
organisasi secara keseluruhan akan timbul. Yang dimaksud koordinasi disini adalah iklim kerja
yang tercipta di lingkungan kerja. Terkoodinasi dengan baik berarti kedisiplinan tiap-tiap
individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat mengetahui bahwa ada hubungan
yang erat antara kedisiplinan dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu organisasi.
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa efektivitas pelayanan akan dipengaruhi oleh disiplin
aparat dan iklim kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan dalam melayani
kepentingan masyarakat. Adanya disiplin kerja dan iklim kerja yang baik akan menciptakan
interaksi yang harmonis baik antara aparat dengan sesama aparat birokrasi maupun antara aparat
dengan masyarakat. Sehingga apabila ada suatu prosedur pelayanan yang harus dipatuhi oleh
masyarakat, masyarakat akan mematuhinya dengan senang hati. Hal itu disebabkan oleh karena
interaksi yang baik tadi. Suasana ini juga akan menciptakan ketertiban dalam jalannya pelayanan
di kelurahan sehingga efektivitas pelayanan bisa tercapai jika kedua hal tersebut maksimal.
B. Hipotesis
a. Semakin tinggi disiplin kerja aparat pemerintah kelurahan maka akan semakin
meningkat efektivitas pelayanannya.
b. Semakin baik iklim kerja yang ada dalam pemerintah kelurahan maka semakin
meningkat pula efektivitas pelayanannya.
c. Semakin tinggi disiplin dan iklim kerja pada pemerintah kelurahan maka semakin
meningkat pula efektivitas pelayanannya.
Keterangan :
Efektivitas pelayanan aparat kelurahan sebagai variable terikat (Y)
1. Definisi Konsep
Yaitu tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelayanan sesuai
Yaitu suatu sikap taat pada peraturan dan tata tertib serta tanggung jawab dalam
Yaitu sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan timbul
karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan
2. Definisi Operasional
- cara berpakaian
- terjalinnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan maupun sesama
rekan kerja
2). Hubungan imbalan - hukum, meliputi :
Matriks definisi operasional variabel penelitian akan diperlihatkan pada tabel 4 berikut
ini :
b. keluhan dari
penerima hasil kerja 3-4
c. prioritas pencapaian
tujuan
5
2. Perspektif a. kesesuaian cara 6
sistematika kerja pegawai
dengan sistem kerja
yang ada
b. pencapaian tujuan
dengan mengikuti
prosedur yang ada
7
c. memahami dan
menguasai hal-hal
teknis pekerjaannya
8-9
3. Perilaku pegawai a. partisipasi anggota 10-11
dalam organisasi dalam program-
program yang
dilaksanakan
organisasi
b. tingkat kerjasama
dalam organisasi
c. tingkat pelanggaran
terhadap peraturan
organisasi 12-13
14
B. Disiplin Kerja 1. Ketaatan aparat a. ketepatan aparat 15-16
terhadap peraturan pada jam-jam kerja
b. kepatuhan aparat
pada perintah atau 17
instruksi atasan
20
21-22
2. Tanggung jawab a. penggunaan dan 23-25
pemeliharaan alat-
alat perlengkapan
kantor
b. penyelesaian
pekerjaan sesuai
dengan ketentuan
26-27
c. kesanggupan
menanggung resiko
terhadap tindakan
yang dilakukan
28
C. Iklim Kerja 1. Struktur tugas a. adanya struktur 29
organisasi yang
tegas dan tergambar
dalam bagan
b. adanya pembagian
tugas/pekerjaan
yang jelas dalam
organisasi
30
c. terjalinnya
komunikasi yang
baik antara atasan
dan bawahan
maupun sesama
rekan kerja
31
2. Hubungan imbalan a. pemberian imbalan 32
hukum tambahan bagi
pegawai yang
berprestasi
b. tingkat penghargaan
bagi pegawai yang
berprestasi
33
c. pemberian
hukuman bagi
pegawai yang
melanggar peraturan
34
b. kebebasan pegawai
mengambil tindakan
dalam situasi darurat
36
4. Tekanan pada a. peraturan organisasi 37
prestasi dan yang dijalankan
semangat kerja dengan baik oleh
pegawai
b. semangat pegawai
dalam bekerja
c. kejelasan sistem
38-39
penilaian kerja
d. aktivitas organisasi
yang mempunyai
orientasi 40
pengembangan bagi
pegawai
e. frekuensi 41
pengadaan
pendidikan dan
latihan bagi pegawai
f. adanya bimbingan
dan pengawasan
dari atasan
g. tingkat kedisiplinan
pelaksanaan
42
evaluasi kerja
pegawai
h. ketersediaan
fasilitas dan sarana
bagi kelancaran
pekerjaan 43-44
45
46
5. Keamanan versus a. rasa aman dan 47-49
Resiko nyaman pada saat
bekerja
b. adanya insentif
yang sesuai dengan
pekerjaannya 50
c. munculnya resiko
pekerjaan yang berat
d. sikap pegawai
dalam menghadapi
resiko pekerjaan 51
yang ada
52
=====================================================================
BAB III
A. Metode Penelitian
1. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah seluruh aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap
Utara Kabupaten Cilacap. Dan untuk melengkapi kevalidan data, penulis juga
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap
Utara Kabupaten Cilacap. Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada banyaknya keluhan
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan aparat kelurahan yang ada di Kecamatan
Cilacap Utara.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan
metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Masri Singarimbun
Effendi, 1989:3).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu dengan mengambil
seluruh populasi sebagai sampel selama jumlah populasi diketahui terbatas. Sampel yang
jumlahnya sebesar populasi tersebut sering disebut sampel total (Surakhmad, 1989:100).
Penentuan sampel total sebagai teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini mengacu
pada pendapat Arikunto yang menyatakan apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik
1998:120). Penelitian ini menggunakan sampel total atau sampel yang sebesar
Jadi dalam penelitian ini sampelnya adalah seluruh aparat kelurahan yang ada di
Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yang berjumlah 82 orang. Dan untuk
Suatu penelitian mengenai suatu masalah yang dilakukan dengan jalan mengedarkan
suatu pertanyaan berupa formulir, diajukan secara tertulis kepada responden untuk
2. Wawancara
Suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Hal ini merupakan
proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.
Wawancara ini akan dilakukan pada pegawai kelurahan yang lebih mengetahui
tentang keadaan di kelurahan dan juga kepada masyarakat yang datang ke kelurahan
untuk memperoleh pelayanan dari aparat. Hal ini dilakukan untuk mendukung data
3. Observasi
Suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala psikis
dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Metode ini digunakan untuk mengamati
keadaan responden yang tidak secara mudah dapat ditangkap melalui metode
wawancara dan kuesioner. Dari sini dapat diketahui keadaan sebenarnya dari
4. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang ada pada instansi atau
lembaga yang relevan untuk menyusun deskriptif wilayah penelitian dan untuk
7. Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan ada dua macam, yaitu :
1. Data Primer
Data ini bersumber dari responden secara langsung. Dalam prakteknya diperoleh dari
wawancara dan jawaban responden pada kuesioner yang telah diberikan. Selain itu
2. Data Sekunder
koran dan keterangan lainnya yang ada kaitannya dengan obyek penelitian yang
Kabupaten Cilacap.
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil
secara cermat dan tepat apa yang ingin diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang
1998:160). Menurut Sugiyono, instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 1999:97). Adapun uji validitas
yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct validity) yaitu
dengan para ahli. Instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruksi jika instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur gelaja sesuai dengan yang didefinisikan.
Untuk melahirkan definisi yang benar, maka didasarkan pada teori-teori atau
pendapat para ahli. Sutrino Hadi (dalam Sugiyono, 1999:97) menyatakan bahwa bila
bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen)
yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Sugiyono berpendapat bahwa instrumen yang reliabel
adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 1999:97). Demikian pula yang
dikatakan Arikunto bahwa instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai
dengan kenyataannya maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama (Arikunto,
1998:170). Pengujian reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah internal
consistency dengan Teknik Belah Dua (split half). Menurut Masri Singarimbun dan
Sofyan Effendi (1989:143) cara pengujian reliabilitas teknik belah dua adalah sebagai
berikut:
a. Menyajikan alat pengukur kepada sejumlah responden, kemudian dihitung
validitas itemnya. Item-item yang valid dikumpulkan jadi satu, sedangkan yang
tidak valid dibuang.
b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan, untuk membelah alat
pengukur menjadi dua dilakukan dengan cara:
1. Membagi item dengan cara acak (random), separuh masuk belahan pertama
(X), separuh lagi masuk belahan kedua (Y).
3. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini
akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yakni skor
total untuk belahan pertama (X) dan skor total belahan kedua (Y).
4. Mengkorelasikan skor total belahan pertama (X) dengan skor total belahan
kedua (Y) dengan menggunakan tekhnik korelasi product moment (r x y).
Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka
korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya kedalam rumus Spearman-Brown,
yaitu:
Keterangan :
Apabila nilai r.tot lebih besar daripada nilai pada r tabel maka dapat dinyatakan
bahwa item tersebut reliable (terandalkan).
B. Metode Analisis
1. Pengukuran Variabel
Alat pengumpul data utama dalam penelitian ini adalah kuesioner. Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala Likert (Sugiyono, 2002:74) dimana pemberian skor berkisar
dari nilai tertinggi 3 sampai terendah 1, dengan scoring/pemberian skor terhadap jawaban
Penelitian ini menggunakan metode survai, oleh karena itu untuk menganalisa
hasil penelitian digunakan metode analisa kuantitatif. Metode analisis ini adalah dengan
bekerja dengan angka-angka, maka metode ini memungkinkan deskripsi tentang suatu
kegiatan secara eksak dan obyektif. Sifatnya lebih efisien dibandingkan dengan bahan
verbal sehingga rangkuman hasil penelitian lebih singkat dan menggambarkan kesatuan
menggunakan Analisa Tabulasi Silang, Kendall Tau, Korelasi Parsial dan Konkordansi
Kendall. Apabila hasil korelasi valid maka akan dilanjutkan dengan model Regresi
Ordinal. Kendall Tau digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara 2
variabel atau lebih bila datanya berbentuk ordinal atau rangking. Korelasi parsial
disebutkan di atas, maka akan diperoleh koefisien korelasi. Untuk dapat memberikan
penafsiran terhadap koefisien korelasi, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang
a. Kendall Tau c ( c)
b. Korelasi Parsial
n = jumlah sample
t = t hitung
Fungsinya adalah untuk mengetahui derajat asosiasi antara variabel bebas pertama
dan kedua secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Pengukuran ini dapat
bermanfaat dalam mempelajari reliabilitas saling menentukan dan menguji (Siegel,
1997: 292). Dalam penelitian ini koefisien ini digunakan untuk mengetahui derajat
asosiasi antara variabel disiplin kerja aparat dengan variabel iklim kerja secara
bersama-sama terhadap variabel efektivitas pelayanan aparat. Adapun rumusnya
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
N = Jumlah obyek
Rumus :
Dimana, T = Faktor koreksi
Keterangan :
N = Jumlah obyek
Hasil uji signifikansi ini lalu dibandingkan dengan tabel, bila hasilnya lebih besar dari
harga tabel berarti signifikan, dan jika hasilnya lebih kecil dari harga tabel berarti
tidak signifikan. Untuk uji signifikansi koefisien konkordansi kendall ini tergantung
pada besarnya sampel N (sampel).
1. Jika N 7 maka hasilnya dapat langsung dibandingkan dengan tabel pada tingkat
signifikansi 0,05. tabel untuk ini adalah tabel R
Hasil ini baru dapat dilihat pada tabel, apabila hasilnya lebih besar berarti
signifikan. Tabel ini adalah tabel .
Dalam penelitian ini yang harus dilakukan sehubungan hal tersebut adalah:
1. Mencari koefisien konkordansi kendall antara variabel disiplin kerja aparat
kelurahan dan iklim kerja dalam kelurahan.
2. Karena dalam penelitian ini sudah pasti N lebih besar dar 7 maka langkah
selanjutnya mencari harga signifikansi dengan rumus = k(N-1)W.
d. Analisis Regresi
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi
ordinal. Analisis regresi ordinal digunakan bila variabel yang dianalisis memiliki
skala pengukuran ordinal. Tujuan analisis regresi ini sebagaimana analisis regresi
yang lain adalah mendapatkan model terbaik dan sederhana yang menggambarkan
antar variabel.
Persamaan yang dipakai dalam penelitian ini dikenal dengan Proportional Odds
Model (PO) atau Ordinal Regression Model atau disebut McCullaghs Grouped
Continuous Model.
1. Model menjadi stabil atau invariant pada kondisi timbal balik (reversal) dari
2. Keadaan model yang stabil tersebut pada kondisi pemampatan atau collapsibility
=====================================================================
BAB IV
a. Kelurahan Gumilir
Kelurahan Gumilir memiliki luas 310,013 Ha atau sekitar 16,69 persen luas kecamatan Cilacap
Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 0,5 km. Secara administratif, batas-batas wilayah
atas permukaan laut. Kelurahan Gumilir mempunyai sifat iklim tropis dengan musim penghujan
dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun. Curah hujan rata-rata 2012 mm dan suhu
udara rata-rata 20C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada lampiran 3.
Berdasarkan tabel dalam lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang ada
dipakai untuk pekarangan, pemukiman/perumahan dan bangunan umum. Selain itu ada tanah
Penduduk kelurahan Gumilir terdiri dari 3.017 KK. Jumlah penduduk menurut jenis
kelamin sebanyak 13.626 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 6.894 orang dan
perempuan 6.732 orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat dilihat
Usia Jumlah
00 03 tahun 1.097
04 06 tahun 803
07 11 tahun 970
13 15 tahun 801
16 18 tahun 720
19 keatas 9.235
Jumlah Total 13.626
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia
pendidikan sebesar 13.626 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 keatas
yaitu 9.235 orang. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan ini cukup
tinggi yaitu 10.973 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 27 40 tahun. Namun angka
ini tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah tenaga kerja pada usia 41 56 tahun dan 57 ke
atas.
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Gumilir
bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak 32,05 persen. Sedangkan yang bermata
pencaharian sebagai swasta menduduki ranking dua yaitu sebanyak 19,56 persen. Sedangkan
yang bermata pencaharian paling sedikit adalah sebagai ABRI, yaitu sebanyak satu persen dari
keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Gumilir.
Kelurahan Karang Talun memiliki luas 353,02 Ha atau sekitar 19 persen luas kecamatan Cilacap
Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 4,5 km. Secara administratif, batas wilayah
kelurahan Karang Talun adalah sebagai berikut :
6 m di atas permukaan laut. Kelurahan Karang Talun mempunyai sifat iklim tropis dengan
musim penghujan dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun. Curah hujan rata-rata
2000-3000 mm dan suhu udara rata-rata 26C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat
pada lampiran 3. Berdasarkan tabel pada lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan
yang ada dipakai untuk sawah, ladang dan pemukiman/perumahan. Selain itu ada tanah yang
Penduduk kelurahan Karang Talun terdiri dari 2.627 KK. Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin sebanyak 10.615 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 5.446 orang
dan perempuan 5.169 orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat
Usia Jumlah
00 03 tahun 1.131
04 06 tahun 998
07 11 tahun 1.971
13 15 tahun 1.857
16 18 tahun 2.838
19 keatas 2.849
Jumlah Total 11.644
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia
pendidikan sebesar 11.644 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk 16-18 tahun yaitu
sebanyak 2.838 orang dan penduduk usia 19 keatas yaitu 2.849 orang. Sedangkan jumlah
penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Usia Tenaga kerja
Usia Jumlah
10 14 tahun 999
15 19 tahun 2.435
20 26 tahun 2.443
27 40 tahun 2.373
41 56 tahun 1.326
57 keatas 1.133
Jumlah Total 10.709
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di kelurahan ini cukup tinggi
yaitu 10.709 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 20 26 tahun yaitu sebanyak 2.443
orang. Namun angka ini tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah tenaga kerja pada usia 15 19
tahun yaitu sebanyak 2.435 orang dan 27 40 tahun yaitu sebanyak 2.373 orang.
Penduduk kelurahan Karang Talun memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam
mulai dari pertani, nelayan, pertukangan, buruh sampai dengan pegawai negeri sipil dan ABRI.
Rincian komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 11. Komposisi Penduduk Kelurahan Karang Talun Berdasarkan Mata Pencaharian
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Karang Talun
bermata pencaharian sebagai swasta, yaitu sebanyak 1.542 orang atau sekitar 28,37 persen.
Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai buruh menduduki ranking dua yaitu sebanyak
1198 orang atau sekitar 22,04 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah
sebagai pemulung, yaitu sebanyak 2 orang atau 0,04 persen dan ABRI sebanyak 4 orang atau
sekitar 0,07 persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Karang Talun.
c. Kelurahan Kebonmanis
Kelurahan Kebonmanis memiliki luas 198,641 Ha atau sekitar 10,69 persen luas kecamatan
Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2 km. Secara administratif, batas-batas
wilayah kelurahan Kebonmanis adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Karang Talun dan Tritih Kulon.
m di atas permukaan laut. Kelurahan Kebonmanis mempunyai sifat iklim tropis dengan musim
penghujan dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000 mm
Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada lampiran 3. Berdasarkan tabel
dalam lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang ada dipakai untuk irigasi
yaitu seluas 163,286 Ha. Dengan luas yang hampir sama, tanah di Kebonmanis digunakan untuk
sawah, pemukiman/perumahan, dan pekarangan. Selain itu ada tanah yang digunakan untuk jalan
Penduduk Kebonmanis terdiri dari 2.252 KK. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
sebanyak 10.030 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 5.062 orang dan
Usia Jumlah
00 03 tahun 943
04 06 tahun 703
07 12 tahun 979
13 15 tahun 904
16 18 tahun 1.021
19 keatas 5.470
Jumlah Total 10.020
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Tabel 13. Jumlah Penduduk di Kelurahan Kebonmanis Berdasarkan Usia Tenaga Kerja
Usia Jumlah
10 14 tahun 851
15 19 tahun 973
20 26 tahun 1779
27 40 tahun 1874
41 56 tahun 1488
57 keatas 1190
Jumlah Total 8.155
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia pendidikan
sebesar 10.020 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu
sebanyak 5.470 orang. Kemudian dari tabel 13 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
d. Kelurahan Mertasinga
Kelurahan Mertasinga memiliki luas 492,660 Ha atau sekitar 26,52 persen luas kecamatan
Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 2,5 km. Secara administratif, batas-batas
wilayah kelurahan Mertasinga adalah sebagai berikut :
m di atas permukaan laut. Kelurahan Mertasinga mempunyai sifat iklim tropis dengan musim
penghujan dan kemarau yang silih berganti selama satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000-3000
mm dan suhu udara rata-rata 27C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel di
lampiran 3. Berdasarkan tabel dalam lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan
yang ada dipakai untuk sawah dan ladang yaitu seluas 343,194 Ha. Dengan luas yang hampir
sama, tanah di Mertasinga digunakan untuk irigasi, yaitu seluas 317,356 Ha. Selain itu ada tanah
Penduduk kelurahan Mertasinga terdiri dari 4.198 KK. Jumlah penduduk menurut jenis
kelamin sebanyak 15.114 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 7.850 orang dan
perempuan 7.264 orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat dilihat
Usia Jumlah
00 03 tahun 718
04 06 tahun 487
07 12 tahun 1549
13 15 tahun 845
16 18 tahun 888
19 keatas 10.628
Jumlah Total 15.115
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel 16
berikut ini :
Tabel 16. Jumlah Penduduk di Kelurahan Mertasinga Berdasarkan Usia Tenaga Kerja
Usia Jumlah
10 14 tahun 1.384
15 19 tahun 1.477
20 26 tahun 2.237
27 40 tahun 3.363
41 56 tahun 3.229
57 keatas 1.616
Jumlah Total 13.306
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 15 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia pendidikan
sebesar 15.115 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu
sebanyak 10.628 orang. Kemudian dari tabel 16 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 17 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Mertasinga
bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak 1.309 orang atau sekitar 26,84 persen.
Sedangkan yang bermata pencaharian sebagai tani menduduki ranking dua yaitu sebanyak 1.256
orang atau sekitar 25,75 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah
sebagai pemulung, yaitu sebanyak 2 orang atau 0,04 persen dari keseluruhan jumlah penduduk
kelurahan Mertasinga.
e. Kelurahan Tritih Kulon
Kelurahan Tritih Kulon memiliki luas 503,530 Ha atau sekitar 27,10 persen luas kecamatan
Cilacap Utara. Jarak dari pusat pemerintah kecamatan 1,8 km. Secara administratif, batas-batas
wilayah kelurahan Tritih Kulon adalah sebagai berikut :
m di atas permukaan laut. Kelurahan Tritih Kulon mempunyai sifat iklim tropis dengan musim
penghujan dan kemarau yang silih berganti selamas satu tahun. Curah hujan rata-rata 2000-3000
mm dan suhu udara rata-rata 29C. Peruntukan dan penggunaan tanah dapat dilihat pada tabel di
lampiran 3. Berdasarkan tabel di lampiran 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan yang
ada dipakai untuk pekarangan dan tegalan yaitu seluas 233,162 Ha dan 154,519 Ha. Selain itu
ada tanah yang digunakan untuk jalan umum sepanjang 14.039 km.
Penduduk kelurahan Tritih Kulon terdiri dari 3.570 KK. Jumlah penduduk menurut
jenis kelamin sebanyak 15.830 orang dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 8.038 orang
dan perempuan 7.792 orang. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia pendidikan dapat
Tabel 18. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Pendidikan
Usia Jumlah
00 03 tahun 1.079
04 06 tahun 936
07 12 tahun 1.848
13 15 tahun 1.398
16 18 tahun 2.437
19 keatas 8.132
Jumlah Total 15.830
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel
19 berikut ini :
Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Usia Tenaga Kerja
Usia Jumlah
10 14 tahun 1.461
15 19 tahun 4.066
20 26 tahun 1.147
27 40 tahun 2.290
41 56 tahun 2.466
57 keatas 1.399
Jumlah Total 12.829
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui bahwa usia penduduk yang masih dalam usia pendidikan
sebesar 15.830 orang. Jumlah paling banyak adalah pada penduduk usia 19 tahun ke atas yaitu
sebanyak 8.132 orang. Kemudian dari tabel 19 dapat diketahui bahwa angka tenaga kerja di
kelurahan ini sangat tinggi hampir sama dengan jumlah di kelurahan Mertasinga yaitu sebanyak
12.829 orang. Jumlah paling banyak adalah pada usia 15 19 tahun yaitu sebanyak 4.066 orang.
Penduduk kelurahan Tritih Kulon memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam.
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 20. Komposisi Penduduk Kelurahan Tritih Kulon Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1. Pegawai Negeri Sipil 405 6,28
2. ABRI 8 0,13
3. Swasta 1.466 22,74
4. Wiraswasta/pedagang 1.420 22,02
5. Tani 158 2,45
6. Pertukangan 2.003 31,06
7. Buruh 304 4,72
8. Pensiun 118 1,83
9. Nelayan 387 6,00
10. Jasa 173 2,68
11. Pemulung 6 0,09
Jumlah Total 6.448 100
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari Juni 2005
Berdasarkan tabel 20 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Tritih Kulon
bermata pencaharian di bidang pertukangan, yaitu sebanyak 2.003 orang atau sekitar 31,06
persen. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai swasta dan pedagang memiliki jumlah yang
hampir sama yaitu sebanyak 1.466 orang atau sekitar 22,74 persen dan 1.420 orang atau sekitar
22,02 persen. Sedangkan yang bermata pencaharian paling sedikit adalah sebagai pemulung,
yaitu sebanyak 6 orang atau 0,04 persen dari keseluruhan jumlah penduduk kelurahan Tritih
Kulon.
Dari penjelasan tersebut kita dapat mengetahui bahwa pemerintah kelurahan adalah
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat yang tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Sebuah kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah
yang menjadi penanggung jawab atas tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh kelurahan.
b. Sekretaris Kelurahan
c. Kepala Seksi
- seksi pembangunan
d. Kepala Lingkungan
Adapun bagan struktur organisasi kelurahan dapat ditunjukkan dalam skema gambar
berikut ini :
sekretaris kelurahan dibantu oleh beberapa orang staf. Kepala Lingkungan merupakan jabatan
non struktural yang mempunyai tugas pokok membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 61 Tahun 2003 itu juga disebutkan
mengenai tugas pokok Sekretaris Kelurahan yaitu membantu pelaksanaan tugas Lurah di bidang
pembinaan dan pelayanan administrasi kepada masyarakat serta memberikan pelayanan teknis
d. pelaksanaan pelayanan;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Untuk tugas pokok dan fungsi masing-masing seksi dijelaskan pula dalam pasal 10-15.
Tugas Seksi Pemerintahan adalah melakukan urusan pemerintahan. Dan fungsi Seksi
d. penyusunan program dan pembinaan kegiatan politik, ideologi negara dan kesatuan
bangsa;
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
perekonomian, produksi dan distribusi serta pembinaan lingkungan hidup. Fungsinya antara lain
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
melaksanakan pembinaan sosial dan ekonomi. Seksi Sosial Ekonomi memiliki fungsi :
a. penyusunan program dan pembinaan pelayanan bantuan sosial, pembinaan
kepemudaan, pemberdayaan wanita dan olah raga;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
dan ketertiban wilayah. Seksi Ketentraman dan Ketertiban mempunyai fungsi sebagai berikut :
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya
operasional Lurah dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Lurah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
3. Karakteristik Responden
responden penelitian. Dari data hasil penelitian dapat diperoleh gambaran mengenai ciri-ciri
khusus dari responden sehubungan dengan masalah yang diteliti. Responden yang dimaksud
berjumlah 82 orang yang merupakan keseluruhan dari aparat kelurahan yang ada di Kecamatan
Cilacap Utara. Karakteristik responden secara keseluruhan dapat dijelaskan sebagai berikut :
2. Perempuan 13 15,85
Jumlah 82 100
sebagai data penelitian ini adalah laki-laki yaitu sejumlah 69 orang atau sekitar 84,15
2. 41 45 tahun 5 6,10
3. 46 50 tahun 18 21,95
4. 51 55 tahun 31 37,80
5. 56 60 tahun 22 26,83
tahun yaitu sebanyak 31 orang atau sekitar 37,80 persen. Kemudian responden yang
berusia 46 50 tahun sebanyak 18 orang atau sekitar 21,95 persen. Kemudian responden
yang berusia 41 45 tahun sebanyak 5 orang atau sekitar 6,10 persen. Sedangkan untuk
responden yang berusia di bawah 40 tahun jumlahnya sama dengan responden yang
berusia di atas 60 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau sekitar 3,66 persen dari jumlah
2. SMP 8 9,76
3. SMU/SMK 22 26,83
4. D3 3 3,65
5. S1 8 9,76
Jumlah 82 100
Dari tabel 23 di atas dapat diketahui bahwa responden tamatan SD jumlahnya paling
banyak, yaitu 41 orang atau sekitar 50 persen. Berdasarkan data penelitian hampir seluruh
sebanyak 22 orang atau sekitar 26,83 persen dari keseluruhan jumlah responden.
Kemudian responden dengan tingkat pendidikan SMP dan S1 memiliki jumlah yang
sama yaitu sebanyak 8 orang atau sekitar 9,76 persen. Sedangkan responden tamatan D3
hanya ada 3 orang atau sekitar 3,65 persen dari jumlah keseluruhan responden penelitian.
Kualitas data suatu penelitian ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau instrumen
penelitiannya. Kalau instrumen penelitiannya cukup valid dan reliabel, makan data yang
dihasilkan juga cukup valid dan reliabel. Berkenaan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini
dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang digunakan dalam
pengambilan data.
Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor
butir dengan skor total dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Harga korelasi
tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel korelasi pada taraf signifikansi 5 persen. Suatu
butir pertanyaan dikatakan valid apabila didapatkan angka korelasi lebih besar atau sama dengan
r-tabel.
penelitian dikatakan reliabel/andal apabila didapatkan koefisien reliabilitas yang lebih besar dari
1. Uji Validitas
sebagai berikut :
Untuk variabel efektivitas pelayanan dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat
adalah 82 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi lima persen nilai r-
tabel = 0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner
efektivitas pelayanan bersifat valid. Hal ini berarti bahwa instrumen efektivitas pelayanan
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen penelitian
sebagai berikut :
Untuk variabel disiplin kerja dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat adalah
82 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi lima persen nilai r-tabel =
0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner disiplin kerja
bersifat valid. Hal ini berarti bahwa instrumen disiplin kerja tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen penelitian yang digunakan telah
sebagai berikut :
Untuk variabel iklim kerja dengan jumlah responden 82 maka N yang didapat adalah 82
2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf signifikansi lima persen nilai r-tabel =
0,220, sehingga bisa dikatakan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner iklim kerja
bersifat valid. Hal ini berarti bahwa instrumen iklim kerja tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen penelitian yang digunakan telah memenuhi
menganalisa data.
2. Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan
Spearman Brown sebesar 0,8694. Untuk variabel efektivitas pelayanan dengan jumlah
responden 82 maka N yang didapat adalah 822 yaitu 80 sehingga sesuai tabel maka
untuk taraf signifikansi 5 persen nilai r-tabelnya adalah 0,220. Sehingga koefisien
Spearman Brown lebih besar dari r-tabel (0,8694>0,220), maka kuesioner efektivitas
digunakan untuk menguji variabel efektivitas pelayanan beberapa kali maka akan
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan
Spearman Brown sebesar 0,9274. Untuk variabel disiplin kerja dengan jumlah responden
82 maka N yang didapat adalah 82 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf
signifikansi 5 persen nilai r-tabel = 0,220. Sehingga koefisien Spearman Brown lebih
besar dari r-tabel (0,9274>0,220), maka kuesioner disiplin kerja seluruhnya reliabel.
disiplin kerja beberapa kali maka akan didapatkan hasil yang relatif sama.
c. Variabel Iklim Kerja
Berdasarkan hasil pengujian dengan SPSS for Windows release 11.05 didapatkan
Spearman Brown sebesar 0,8682. Untuk variabel iklim kerja dengan jumlah responden
82 maka N yang didapat adalah 82 2 = 80 sehingga sesuai tabel maka untuk taraf
signifikansi 5 persen nilai r-tabel = 0,220. Sehingga koefisien Spearman Brown lebih
besar dari r-tabel (0,8682>0,220), maka kuesioner iklim kerja seluruhnya reliabel.
Artinya adalah jika instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk menguji variabel iklim
kerja beberapa kali maka akan didapatkan hasil yang relatif sama.
Spearman
No. Variabel r-tabel Status
Brown
1. Efektivitas Pelayanan (Y) 0,8694 0,220 Reliabel
Variabel efektivitas pelayanan (Y) dalam penelitian ini diambil dengan kuesioner
dengan skala 1 sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 14. Berdasarkan hal tersebut
maka rentang data teoritik adalah 14 sampai dengan 42. Adapun interval kelas dan
Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan didapat data dengan frekuensi sebagai
berikut :
Tabel 28 menjelaskan bahwa dari 82 responden yang diteliti, 8 responden (9,8 persen)
menilai bahwa efektivitas pelayanan yang ada di kelurahan masih rendah, 33 responden (40,2
persen) menilai efektivitas pelayanan yang ada di kelurahan tergolong sedang dan 41
responden (50,0 persen) menilai efektivitas pelayanan yang ada di kelurahan tergolong
tinggi.
Variabel disiplin kerja (X1) dalam penelitian ini diambil dengan kuesioner dengan
skala 1 sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 14 item. Berdasarkan hal tersebut maka
rentang data teoritik adalah 14 sampai dengan 42. Adapun interval kelas dan penafsirannya
Kemudian dari hasil penelitian yang dilak ukan didapat data dengan frekuensi
sebagai berikut :
menilai bahwa disiplin kerja aparat kelurahan tergolong rendah, 32 responden (39,0 persen)
menilai disiplin kerja aparat kelurahan tergolong sedang dan 44 responden (53,7 persen)
Variabel iklim kerja (X2) dalam penelitian ini diambil dengan kuesioner berskala 1
sampai 3, dan jumlah pertanyannya sebanyak 24 soal. Berdasarkan hal tersebut maka rentang
data teoritik adalah 24 sampai dengan 72. Adapun interval kelas dan penafsirannya adalah
sebagai berikut :
Kemudian dari hasil penelitian yang dilakukan didapat data dengan frekuensi sebagai
berikut :
Tabel 30 di atas menjelaskan bahwa dari 82 responden yang diteliti, 16 responden (19,5
persen) menilai bahwa iklim kerja yang terdapat di kelurahan tergolong rendah, 27 responden
(32,9 persen) menilai iklim kerja yang ada di kelurahan tergolong sedang dan 39 responden
(47,6 persen) menilai iklim kerja yang ada di kelurahan tergolong tinggi.
Berdasarkan tabel 31 di atas dapat dikatakan bahwa efektivitas pelayanan aparat kelurahan
lebih banyak dipengaruhi oleh variabel iklim kerja yaitu sebesar 54,98. Sedangkan pengaruh
variabel disiplin kerja terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan relatif kecil apabila
D. Pengujian Hipotesis
Analisis data merupakan cara untuk menyajikan data yang telah diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner penelitian. Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui
hubungan variabel yang dioperasionalkan yaitu variabel Disiplin Kerja (X1), Iklim Kerja (X2)
dan variabel Efektivitas Pelayanan (Y).
Penelitian ini menggunakan teknik satistik non parametrik yaitu dengan menggunakan
Analisa Tabulasi Silang, Korelasi Kendall Tau dan Koefisien Konkordansi Kendall. Korelasi
Kendall Tau digunakan untuk menguji hipotesis pertama yaitu pengaruh antara disiplin kerja
pegawai dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan dan hipotesis kedua yaitu pengaruh
antara iklim kerja yang ada dalam kelurahan dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan.
Sedangkan Korelasi Konkordansi Kendall digunakan untuk mengetahui derajat asosiasi semua
variabel bebas secara bersama-sama. Hasil analisis dengan teknik-teknik tersebut akan dibahas
1. Tabulasi Silang
Pada analisa tabulasi silang data yang sudah ada dikelompokkan dalam jenjang kategori.
Tabulasi silang digunakan untuk mengamati kecenderungan pengaruh antara dua variabel dengan
memperhatikan beberapa prinsip dalam tabulasi silang kemudian dihitung persentasenya tiap
kelompok untuk memperjelas dan melihat pengaruh antara dua variabel. Berikut rinciannya :
Kecenderungan pengaruh antara variabel disiplin kerja (X1) dengan variabel efektivitas
Tabel 32. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Disiplin Kerja (X1) dengan Variabel
Efektivitas Pelayanan (Y)
Disiplin Kerja Efektivitas Pelayanan (Y)
Jumlah
(X1) Rendah Sedang Tinggi
2 5 37 44
Tinggi
25,0% 15,2% 90,2% 53,7%
5 25 2 32
Sedang
62,5% 75,8% 4,9% 39,0%
1 3 2 6
Rendah
12,5% 9,1% 4,9% 7,3%
8 33 41 82
Jumlah
100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Merujuk tabulasi silang pada tabel 32 di atas, kecenderungan pengaruh antara disiplin kerja
1). Dari 82 responden terdapat 6 responden yang disiplin kerjanya rendah. Dari 6 responden
tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :
2). Dari 82 responden terdapat 32 responden yang disiplin kerjanya sedang. Dari 32 responden
tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :
3). Dari 82 responden terdapat 44 responden yang disiplin kerjanya tinggi. Dari 44 responden
tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa variabel disiplin kerja (X1) cenderung
Kecenderungan pengaruh antara variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas pelayanan
Tabel 33. Analisis Hasil Tabulasi Silang antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan Variabel
Efektivitas Pelayanan (Y)
1 3 35 39
Tinggi
12,5% 9,1% 85,4% 47,6%
6 17 4 27
Sedang
75,0% 51,5% 9,8% 32,9%
1 13 2 16
Rendah
12,5% 39,4% 4,9% 19,5%
8 33 41 82
Jumlah
100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Merujuk tabulasi silang pada tabel 33 di atas, kecenderungan pengaruh antara iklim kerja dengan
1). Dari 82 responden terdapat 16 responden yang menyatakan iklim kerja rendah. Dari 16
responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :
2). Dari 82 responden terdapat 27 responden yang menyatakan iklim kerja sedang. Dari 27
responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :
3). Dari 82 responden terdapat 39 responden yang menyatakan iklim kerja tinggi. Dari 39
responden tersebut menunjukkan kecenderungan sebagai berikut :
a. 1 responden menyatakan iklim kerja yang tinggi cenderung berpengaruh terhadap
rendahnya efektivitas pelayanan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa variabel iklim kerja (X2) cenderung
2. Korelasi Kendal c
Korelasi Kendal c digunakan untuk mencari pengaruh dan menguji hipotesis antara
variabel disiplin kerja (x1) dan variabel iklim kerja (x2) sebagai variabel bebas dengan variabel
efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara sebagai variabel terikat.
Hasil perhitungan secara statistik pengaruh antara variabel disiplin kerja terhadap
efektivitas pelayanan aparat dan pengaruh antara variabel iklim kerja terhadap efektivitas
Berdasarkan tabel 39 di atas koefisien korelasi antara variabel disiplin kerja (X1) dan
variabel efektivitas pelayanan (Y) adalah sebesar 0,518. Koefisien ini menunjukkan pengaruh
yang positif dan signifikan. Artinya disiplin kerja berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan
dan diterima pada taraf signifikansi 5 persen ( lebih besar dari nilai approximate
dimana bila Z hitung lebih besar dari Z tabel maka koefisien korelasi yang ditemukan adalah
signifikan (Sugiono, 2004:240). Harga Z untuk variabel disiplin kerja dapat dihitung dengan
Sedangkan besarnya Z tabel untuk taraf signifikansi 5 persen dan pengujian dua sisi
diketahui sebesar 1,96. Kemudian harga ini dibandingkan dengan Z hitung, sehingga Z
hitung yang diperoleh lebih besar dari Z tabel (6,888>1,96) sehingga hipotesis diterima. Hal
ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel disiplin kerja (X1) dengan variabel
efektivitas pelayanan (Y) sebesar 0,518 adalah signifikan. Dengan hasil ini maka terlihat
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel disiplin kerja dengan variabel efektivitas
Cilacap. Disiplin kerja aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara sudah baik.
Hal ini ditujukkan dengan taatnya aparat pada peraturan-peraturan yang berlaku dalam
organisasi, ketaatan aparat pada jam kerja, cara berpakaian yang selalu memakai baju
seragam, dan tingkat kehadiran yang tinggi serta tanggung jawab pegawai yang tinggi dalam
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat Kerlinger dan Pedhazur (1987:160)
bahwa disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu
organisasi, tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati. Widjaja
(1990:28) berpendapat bahwa disiplin adalah termasuk dalam unsur-unsur penting yang
mempengaruhi prestasi suatu organisasi, dalam kehidupan sehari-hari dapat kita amati bahwa
mereka yang berdisiplin tinggi, umumnya berprestasi lebih tinggi pula. Dari pendapat
tersebut dapat ditarik pengertian bahwa seorang pegawai yang memiliki disiplin kerja yang
tinggi maka akan dapat berprestasi lebih tinggi pula. Prestasi pegawai yang tinggi akan
memberikan sumbangan yang optimal kepada organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Begitu pula halnya bagi kelurahan yang mempunyai tujuan memberikan
pelayanan yang baik bagi masyarakat, pelayanan yang efektif bagi masyarakat. Tujuan
tersebut dapat tercapai melalui disiplin kerja yang tinggi dari pada pegawainya dalam
bahwa :
perilaku, sistem atau norma-norma kriteria dan standar sekaligus keseluruhan dan
kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, kriteria standar struktur dan sistem organisasi
bahwa :
Aparat pemerintah kelurahan dituntut harus punya disiplin kerja yang baik agar tugas-
tugas pemerintah yang menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik. Karena tugas
yang diemban oleh kelurahan bersifat kompleks, maka lurah beserta perangkatnya harus
punya disiplin tinggi sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif atau berdaya guna
bagi masyarakat. Disiplin yang baik juga berarti terlaksananya tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh aparat kelurahan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-
sama.
pegawai memiliki arti penting dalam mencapai pelayanan yang efektif. Dengan demikian
dengan kenyataan di lapangan mengenai faktor disiplin kerja yang mempengaruhi efektivitas
b. Analisis Hubungan antara Variabel Iklim Kerja (X2) dengan Variabel Efektivitas
Pelayanan (Y)
Berdasarkan tabel 34 di atas koefisien korelasi antara variabel iklim kerja (X2) dan
variabel efektivitas pelayanan (Y) adalah sebesar 0,540. Koefisien ini menunjukkan pengaruh
yang positif dan signifikan. Artinya iklim kerja berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan
dan diterima pada taraf signifikansi 5 persen ( lebih besar dari nilai approximate
dimana bila Z hitung lebih besar dari Z tabel maka koefisien korelasi yang ditemukan adalah
signifikan (Sugiono, 2004:240). Harga Z untuk variabel iklim kerja dapat dihitung dengan
diketahui sebesar 1,96. Kemudian harga ini dibandingkan dengan Z hitung, sehingga Z
hitung yang diperoleh lebih besar dari Z tabel (7,181>1,96) sehingga hipotesis diterima. Hal
ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel iklim kerja (X2) dengan variabel efektivitas
pelayanan (Y) sebesar 0,540 adalah signifikan. Dengan hasil ini, terlihat terdapat hubungan
antara variabel iklim kerja dengan variabel efektivitas pelayanan aparat kelurahan di
Cilacap. Iklim kerja aparat kelurahan yang ada di Kecamatan Cilacap Utara sudah baik. Hal
pembagian tugas yang jelas dalam organisasi, komunikasi yang baik, partisipasi dan
kebebasan pegawai dalam setiap pengambilan keputusan serta adanya hukuman dan imbalan
1993:34) bahwa pada dasarnya terbentuk karena proses menyatunya tiga unsur, yaitu
karyawan, manajemen dan penjabaran kegiatan organisasi. Hal tersebut akan berjalan baik
jika semua berjalan sesuai secara fungsional yaitu : Pertama, karyawan dapat memahami hal-
hal teknis pekerjaannya, sehingga tidak diperlukan supervisi yang ketat dari atasannya.
Kedua, atasan sebagai bagian dari manajemen, selain memahami hal-hal teknis dari
pekerjaan dan unit kerjanya, juga harus menguasai kemampuan manajerial, perencanaan,
organisasi berupa peraturan organisasi dan kesepakatan kerja yang dijalankan dengan baik,
sistem penggajian dan pemberian tunjangan yang memadai dan adanya perhatian terhadap
karyawan.
Iklim kerja dalam suatu organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan
dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar
Berdasarkan pada pendapat Steers (1985:130) bahwa iklim memang merupakan faktor
pengaruh yang penting bagi prestasi dan kepuasan kerja. Dari pendapat tersebut dapat
ditarik pengertian bahwa dalam sebuah organisasi yang memiliki iklim kerja yang baik maka
organisasi akan dapat memberikan pelayanan yang efektif. Begitu pula halnya bagi kelurahan
yang mempunyai tujuan memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat, pelayanan yang
efektif bagi masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila dalam kelurahan tercipta
Suasana iklim kerja tempat pegawai bekerja perlu diperhatikan. Iklim kerja dalam
suatu organisasi merupakan suatu sifat atau ciri yang dirasakan dalam lingkungan kerja dan
timbul karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar dan
berinteraksi dengan masyarakat pada saat melayani, bagaimana hubungan antar pegawai
dalam organisasi tersebut, sehingga pelayanannya menjadi efektif. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah iklim organisasi dalam kantor kelurahan tempat aparat kelurahan melayani
kepentingan masyarakat. Hal ini sangat penting guna mendukung tercapainya pelayanan
Pendapat-pendapat di atas memberikan gambaran pada kita bahwa iklim kerja yang
tercipta di suatu organisasi memiliki arti penting dalam mencapai pelayanan yang efektif dari
suatu organisasi. Demikian pula halnya dengan organisasi kelurahan. Harus tercipta suatu
iklim kerja yang baik agar kelurahan dapat memberikan pelayanan yang efektif kepada
pelayanan aparat kelurahan dengan kenyataan di lapangan mengenai faktor iklim kerja yang
3. Korelasi Parsial
Uji korelasi parsial digunakan untuk melihat tingkat kemurnian pengaruh antara
variabel independen dengan dependen, dimana salah satu variabel independennya dibuat
tetap/dikontrol.
a. Perhitungan Korelasi Antara Variabel Disiplin Kerja (X1) Dengan Variabel Efektivitas
Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel disiplin kerja dengan variabel
efektivitas pelayanan yang dikontrol oleh variabel iklim kerja sebesar 0,5724. Koefisien
korelasi ini lebih besar dibandingkan dengan koefisien korelasi sebelum dikontrol yaitu 0,518
sehingga pengaruhnya dapat dikatakan murni. Jadi setiap subyek dalam sampel bila iklim
kerjanya sama, maka pengaruh antara disiplin kerja dengan efektivitas pelayanan lebih kuat.
Hal ini berarti bila pegawai yang disiplin kerjanya tinggi dan iklim kerjanya sama dengan
pegawai yang disiplin kerjanya rendah, maka efektivitas pelayanannya akan jauh lebih tinggi.
b. Perhitungan Korelasi Antara Variabel Iklim Kerja (X2) Dengan Variabel Efektivitas
Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel iklim kerja dengan variabel
efektivitas pelayanan yang dikontrol oleh variabel disiplin kerja sebesar 0,3549. Koefisien
korelasi ini lebih kecil dibandingkan dengan koefisien korelasi sebelum dikontrol yaitu 0,54
sehingga pengaruhnya dapat dikatakan tidak murni. Jadi setiap subyek dalam sampel bila
disiplin kerjanya sama, maka pengaruh antara iklim kerja dengan efektivitas pelayanan
menjadi lebih lemah. Hal ini berarti bila pegawai yang bekerja pada iklim kerja yang tinggi
dan disiplin kerjanya sama dengan pegawai yang bekerja pada iklim kerja yang rendah, maka
Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas secara bersama-
sama terhadap variabel terikat, yaitu pengaruh secara bersama-sama antara variabel disiplin kerja
(X1) dan iklim kerja (X2) terhadap efektivitas pelayanan (Y). Rumus ini akan membuktikan
hipotesis bahwa disiplin kerja aparat dan iklim kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan. Hasil perhitungan data dengan
analisis konkordansi kendall (W) diperoleh koefisien yang dapat dilihat pada tabel 35 berikut ini
Dari tabel 35 di atas dapat dilihat hasil perhitungan X1.X2.Y yang merupakan pengaruh disiplin
kerja dan iklim kerja secara bersama-sama dengan efektivitas pelayanan aparat pada tingkat
kepercayaan 5 persen. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien
konkordasi kendall sebesar 0,779. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat kuat antara
disiplin kerja (X1) dan iklim kerja (X2) dengan efektivitas pelayanan aparat dengah arah positif.
sebesar 127,696. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2 tabel pada taraf
signifikansi 5 persen menunjukkan angka 5,991 sehingga dengan demikian X2 hitung sebesar
127,696 lebih besar dari X2 tabel (127,696 > 5,991). Hasil perhitungan tersebut membuktikan
bahwa pengaruh antara disiplin kerja (X1) dan iklim kerja (X2) terhadap efektivitas pelayanan
(Y) siginifikan diterima pada taraf signifikansi 5 persen sehingga dapat dikatakan bahwa
peningkatan disiplin kerja dan iklim kerja secara bersama-sama akan diikuti pula peningkatan
efektivitas pelayanan aparat kelurahan. Dengan demikian hipotesis pengaruh antara disiplin kerja
dan iklim kerja dengan efektivitas pelayanan aparat kelurahan dapat diterima.
Dari hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa peningkatan efektivitas pelayanan kelurahan di
Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap dapat dipengaruhi oleh faktor disiplin kerja aparat
dan iklim kerja yang ada pada lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
oleh M. Manullang (1986:214) yang mengatakan bahwa prestasi atau efektivitas organisasi pada
dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap anggota organisasi secara
organisasi secara keseluruhan akan timbul. Yang dimaksud koordinasi disini adalah iklim kerja
yang tercipta di lingkungan kerja. Melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik berarti
kedisiplinan tiap-tiap individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat mengetahui
bahwa ada pengaruh yang erat antara disiplin dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu
organisasi. Dengan demikian signifikansi pengaruh disiplin kerja aparat dan iklim kerja yang ada
di kelurahan terhadap efektivitas pelayanan dengan kenyataan di lapangan mengenai faktor
5. Regresi Ordinal
Hasil perhitungan regresi ordinal pengaruh variabel disiplin kerja (X1) dan variabel
iklim kerja (X2) secara bersama-sama terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y) diperoleh nilai
beta () sebesar 54,627 dan signifikan pada taraf 0,001 ( 0,05 > 0,001). Hasil regresi ordinal
sebesar 54,627 menunjukkan arah positif sehingga model regresi ini cocok (fitting) digunakan
untuk meramalkan pengaruh antara variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim kerja (X2)
terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y) sehingga dapat dikatakan setiap kenaikan satu unit
pada variabel disiplin kerja dan iklim kerja sebesar 54,627 akan mengakibatkan kenaikan satu
bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Nilai Negelkerke R2 dapat diiterpretasikan seperti
nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2002:129). Hasil pengujian dengan SPSS for
Windows release 11.05 didapatkan nilai Negelkerke R2 sebesar 0,642. Hal ini berarti bahwa
pengaruh disiplin kerja aparat kelurahan dan iklim kerja yang ada di kelurahan terhadap
efektivitas pelayanan aparat kelurahan sebesar 64,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 35,8
persen dipengaruhi variabel di luar model. Dengan demikian hipotesis diterima, artinya bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja aparat kelurahan dan iklim kerja yang ada di
Tabulasi silang digunakan untuk mengetahui kecenderungan pengaruh dua variabel dengan
memperhatikan beberapa prinsip dalam tabulasi silang kemudian dihitung presentasenya tiap
kelompok untuk memperjelas dan melihat pengaruh antara dua variabel. Dari hasil perhitungan
tabulasi silang didapatkan dua kecenderungan. Yang pertama, bahwa disiplin kerja cenderung
berpengaruh terhadap efektivitas pelayanan aparat. Yang kedua, bahwa iklim kerja cenderung
Adanya pengaruh ini dibuktikan melalui perhitungan korelasi kendall tau-c, dimana didapatkan
koefisien korelasi antara X1 terhadap Y adalah sebesar 0,518. Nilai koefisien menunjukkan
disiplin kerja memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Artinya semakin tinggi disiplin
kerja aparat, maka efektivitas pelayanan akan semakin tinggi pula. Besarnya pengaruh tersebut
adalah sebanyak 51,8 persen. Koefisien ini dinyatakan signifikan karena nilai approximate
significance lebih kecil dari nilai (0,001 < 0,005) dan diperkuat dengan perbandingan harga Z
hitung dan Z tabel, dimana Z hitung lebih besar dari Z tabel (6,888 > 1,96). Dengan demikian
maka hipotesis pertama yang menyatakan bahwa semakin tinggi disiplin kerja aparat pemerintah
Dari perhitungan korelasi kendall tau-c juga didapatkan koefisien korelasi antara X2 terhadap Y
yaitu sebesar 0,540. Nilai koefisien menunjukkan iklim kerja memiliki hubungan yang positif
dan signifikan. Artinya semakin baik iklim kerja maka efektivitas pelayanan akan cenderung
meningkat. Besarnya pengaruh tersebut adalah sebanyak 54 persen. Koefisien ini dinyatakan
signifikan karena nilai approximate significance lebih kecil dari nilai (0,001 < 0,005) dan
diperkuat dengan perbandingan harga Z hitung dan Z tabel, dimana Z hitung lebih besar dari Z
tabel (7,181 > 1,96). Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa semakin tinggi
iklim kerja maka akan semakin meningkat efektivitas pelayanannya dapat diterima.
Uji korelasi parsial digunakan untuk melihat kemurnian pengaruh antara variabel
independen dengan dependen, dimana salah satu variabel independennya dibuat tetap/dikontrol.
Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel disiplin kerja dengan variabel efektivitas
pelayanan yang dikontrol variabel iklim kerja sebesar 0,5724. Nilai koefisien ini lebih besar dari
nilai koefisien setelah dikontrol yaitu sebesar 0,518 sehingga pengaruhnya dapat dikatakan
murni. Hasil perhitungan korelasi parsial antara variabel iklim kerja dengan variabel efektivitas
pelayanan yang dinkontrol oleh variabel disiplin kerja sebesar 0,3549. Nilai koefisien ini lebih
kecil dari nilai koefisien sebelum dikontrol yaitu sebesar 0,540 sehingga pengaruhnya dapat
dikatakan tidak murni. Dari hasil tersebut diperoleh dua kesimpulan. Pertama, pegawai yang
disiplin kerjanya tinggi dan iklim kerjanya sama dengan pegawai yang disiplin kerjanya rendah,
maka efektivitas pelayanannya akan jauh lebih tinggi. Kedua, pegawai yang bekerja pada iklim
kerja yang tinggi dan disiplin kerjanya sama dengan pegawai yang bekerja pada iklim kerja yang
korelasi antara X1 dan X2 terhadap Y sebesar 0,779. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa
variabel disiplin kerja (X1) dan variabel iklim kerja (X2) memiliki pengaruh yang kuat dan
positif terhadap variabel iklim efektivitas pelayanan (Y). artinya semakin tinggi disiplin kerja
dan iklim kerja, maka efektivitas pelayanan akan cenderung meningkat. Koefisien korelasinya
dinyatakan signifikan berdasarkan perbandingan antara X2 hitung dengan X2 tabel dan juga
berdasarkan hasil perhitungan regresi ordinal. Perbandingan antara X2 hitung dengan X2 tabel
menunjukkan bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel pada taraf signifikansi 5 persen (127,696
> 5,991). Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa antara X1 dan X2 mempunyai
signifikan pada taraf 0,001 ( 0,05 > 0,001). Hasil ini menunjukkan arah positif sehingga model
regresi ini cocok (fitting) digunakan untuk meramalkan pengaruh antara variabel disiplin kerja
(X1) dan variabel iklim kerja (X2) terhadap variabel efektivitas pelayanan (Y) sehingga dapat
dikatakan setiap kenaikan satu unit pada variabel disiplin kerja dan iklim kerja akan
mengakibatkan kenaikan satu unit pada variabel efektivitas pelayanan sebesar 54,627. Hasil
signifikan terhadap Y. Hal ini memperkuat diterimanya hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa
semakin tinggi disiplin kerja dan iklim kerja maka semakin meningkat pula efektivitas
pelayanannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat M. Manullang (1986:214) yang menyatakan bahwa prestasi atau
efektivitas organisasi pada dasarnya adalah efektivitas perorangan, atau dengan kata lain bila tiap
dengan baik, efektivitas organisasi secara keseluruhan akan timbul. Yang dimaksud koordinasi
disini adalah iklim kerja yang tercipta di lingkungan kerja. Terkoodinasi dengan baik berarti
kedisiplinan tiap-tiap individu dalam organisasi tersebut baik. Dari situlah kita dapat mengetahui
bahwa ada hubungan yang erat antara kedisiplinan dan iklim kerja terhadap efektivitas suatu
Disiplin kerja aparat dan iklim kerja yang ada di suatu organisasi memiliki peranan sentral dalam
membutuhkan dukungan kuat dari para pegawainya dan dukungan kuat dari suasana iklim kerja
yang ada di organisasi tersebut. Adanya disiplin kerja dan iklim kerja yang baik akan
menciptakan interaksi yang harmonis baik antara aparat dengan sesama aparat birokrasi maupun
antara aparat dengan masyarakat. Sehingga apabila ada suatu prosedur pelayanan yang harus
dipatuhi oleh masyarakat, masyarakat akan mematuhinya dengan senang hati, hal itu disebabkan
oleh karena interaksi yang baik. Suasana ini juga akan menciptakan ketertiban dalam jalannya
pelayanan di kelurahan sehingga efektivitas pelayanan bisa tercapai jika kedua hal tersebut
maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan diperoleh bahwa pengaruh disiplin
kerja dan iklim kerja secara serentak terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan adalah
sebanyak 0,779. Dari nilai ini dapat dikatakan bahwa sumbangan disiplin kerja dan iklim kerja
terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan sebesar 77,9 persen, sedangkan sisanya sebesar
22,1 persen dipengaruhi variabel di luar model, seperti kemampuan aparat dalam
Selain secara statistik yaitu yang tertera dalam hipotesis kerja model verbal, penelitian
ini juga menyajikan hipotesis secara geometrikal. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada sekam
berikut ini :
Gambar 3. Pengujian Hipotesis Model Geometrikal
0,518
0,779
0,540
Berdasarkan gambar 3 di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja aparat pemerintah
kelurahan mempunyai pengaruh yang cukup kuat dengan efektivitas pelayanan aparat di
Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yaitu sebesar 0,518 atau 51,8 persen. Hal yang
sama juga terjadi pada iklim kerja yang di kelurahan terhadap efektivitas pelayanan aparat
kelurahan yaitu sebesar 0,540 atau 54 persen. Selanjutnya pengaruh variabel disiplin kerja dan
iklim kerja secara bersama-sama terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan
Cilacap Utara Kabupaten Cilacap yaitu sebesar 0,779 atau 77,9 persen. Pengaruh kedua variabel
ini kuat, akan tetapi masih ada faktor lain yang mempengaruhi efektivitas pelayanan aparat
kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap sebesar 0,221 atau 22,1 persen. Faktor
pagawai, fasilitas kerja, motivasi pegawai, kinerja organisasi, manajemen organisasi, perilaku
aparat dalam bekerja dan sebagainya yang mendorong peningkatan efektivitas pelayanan aparat
=====================================================================
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian secara kuantitatif dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tabulasi silang diperoleh kecenderungan bahwa disiplin kerja berpengaruh
pengaruhnya sebesar 0,518. Dengan demikian hipotesis pertama dapat diterima, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja pegawai dengan efektivitas
pengaruhnya sebesar 0,540. Dengan demikian hipotesis kedua dapat diterima, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara iklim kerja pegawai dengan efektivitas
0,779. Pengaruhnya yang sangat kuat dan positif. Berdasarkan korelasi parsial didapatkan
pengaruh yang murni untuk X1 terhadap Y yang dikontrol X2 sebesar 0,5724 dan
pengaruh yang tidak murni untuk X2 terhadap Y yang dikontrol X1 sebesar 0,3549.
64,2 persen, sedangkan sisanya sebesar 35,8 persen dipengaruhi variabel di luar model.
Dengan demikian, hipotesis ketiga yang menyatakan adanya pengaruh yang signifikan
antara disiplin kerja dan iklim kerja terhadap efektivitas pelayanan aparat kelurahan di
Dari hasil penelitian tentang pengaruh dari disiplin kerja dan iklim kerja terhadap
efektivitas pelayanan aparat kelurahan tersebut, dapat diberikan implikasi yang dapat digunakan
untuk mencapai efektivitas pelayanan aparat kelurahan di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten
1. Adanya pegawai yang masih kurang memahami dan menguasai hal-hal teknis
pekerjannya membuat pekerjaan terhambat. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Organisasi
harus menindak lanjuti antara lain dengan mengadakan suatu pelatihan seperti pelatihan
komputer, kursus pembukuan dan akuntansi. Pelatihan ini bisa dibuat wajib untuk semua
pegawai. Dengan adanya pelatihan yang wajib ini, diharapkan partisipasi anggota dalam
aparat semakin meningkat. Caranya antara lain dengan memberikan hukuman kepada
aparat yang datang terlambat sesuai dengan tingkat keterlambatannya dan diberikan
penghargaan kepada yang datang tepat waktu. Misalnya setiap satu semester diadakan
rekapitulasi daftar hadir, kemudian diberikan hadiah kepada yang selalu datang tepat
waktu.
3. Pemeliharaan alat-alat kantor masih kurang. Perlu perbaikan sistem pemeliharaan agar
peralatan yang sudah usang tetap dapat digunakan secara maksimal. Selain petugas
kebersihan, pengguna barang juga harus memiliki kesadaran untuk memelihara dan
4. Tidak ada pembagian tugas yang jelas di kantor. Pemimpin perlu membuat deskripsi
pekerjaan yang jelas agar tidak terjadi over lapping dalam pekerjaan. Selain itu, tingkat
penghargaan bagi pegawai yang berprestasi juga perlu diadakan agar para pegawai
=====================================================================
KUESIONER
I. Pengantar
Dengan Hormat,
Dalam rangka menyelesaikan studi akhir pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP
UNSOED, kami mohon dengan hormat kesediaan bapak / ibu / saudara meluangkan waktu
sejenak. Maksud dari daftar ini semata-mata hanya untuk kepentingan ilmiah. Jawaban yang
anda berikan sangat berharga bagi kami sebagai bahan untuk menyusun skripsi.
Oleh karena itu jawaban yang sejujur-jujurnya merupakan harapan kami. Adapun judul
skripsi yang kami susun yaitu PENGARUH DISIPLIN DAN IKLIM KERJA TERHADAP
EFEKTIVITAS PELAYANAN APARAT PEMERINTAH KELURAHAN DI KECAMATAN
CILACAP UTARA KABUPATEN CILACAP.
Pada kesempatan yang baik ini peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas kesediaan bapak / ibu / saudara, yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi
angket ini. Peneliti mohon maaf apabila ada pertanyaan yang kurang berkenan di hati bapak / ibu
/ saudara.
Hormat kami,
Ruswati
Angket yang peneliti sediakan ini terdiri dari dua bagian yaitu: bagian pertama yang berisi
tentang identitas responden. Pada bagian ini bapak / ibu / saudara cukup mengisi bagian yang
telah disediakan. Bagian kedua yang berisi daftar pertanyaan. Pada bagian ini bapak / ibu /
saudara memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar.
1. Nama / Umur : / ..
4. Pendidikan Terakhir :.
5. Alamat :.
* Daftar Pertanyaan
Berilah tanda silang pada salah satu jawaban a, b, c, dari pertanyaan dibawah ini :
1. Apakah bapak/ibu saat ini masih memiliki tunggakan pekerjaan yang belum selesai ?
a. tidak ada
b. mungkin ada
c. ya, ada
2. Apakah atasan bapak/ibu pernah menegur bapak/ibu berkaitan dengan hasil pekerjaan
bapak/ibu ?
a. jarang
b. kadang-kadang
c. sering
a. jarang
b. kadang-kadang
c. sering
Apabila jawaban sering, sebutkan macam keluhan apa saja yang pernah bapak/ibu terima :
1).
2).
3).
a. ada
b. tidak ada
Bila jawaban a, berapa banyak kritik dan saran yang masuk dalam sebulan ?
a. banyak
b. agak banyak
c. sedikit
Bila jawaban b, apakah bapak/ibu mengetahui alasan mengapa di kantor bapak/ibu tidak
ada kotak saran ?
a. tahu
b. tidak tahu
c. tidak perduli
Bila jawaban bapak/ibu tahu, sebutkan alasannya ?
1).
2).
3).
5. Apa yang akan bapak/ibu lakukan apabila memiliki kepentingan kelurga yang sangat
mendesak pada saat jam kerja ?
6. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang sistem kerja yang berlaku di lingkungan kantor
bapak/ibu saat ini ?
7. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap prosedur atau peraturan yang ada di kantor
bapak/ibu ?
a. sangat mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baik
b. cukup mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baik
c. kurang mendorong pegawai untuk selalu patuh dan bekerja dengan baik
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
11. Apakah yang bapak/ibu lakukan apabila organisasi sedang mengadakan suatu acara diklat ?
12. Apakah bapak/ibu merasa senang bekerja sama dengan rekan-rekan kerja bapak/ibu di kantor
?
a. sangat senang
b. senang
c. biasa saja
13. Apakah semua rekan kerja bapak/ibu mudah diajak kerjasama dalam rangka mewujudkan
tujuan organisasi ?
14. Ada berapa kasus pelanggaran yang terjadi di kantor bapak/ibu dalam waktu satu bulan ?
a. banyak
b. sedang
c. sedikit
a. pagi sekali
b. agak siang
c. siang
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
18. Apakah bapak/ibu pernah melanggar tata tertib yang ada di kantor ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
19. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang peraturan dan tata tertib di kantor ?
a. terlalu ketat
b. biasa
c. terlalu longgar
20. Apakah bapak/ibu selalu memakai pakaian dinas yang telah ditentukan ?
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak pernah
21. Apakah bapak/ibu selalu hadir setiap hari pada jam kerja kantor ?
22. Berapa kali bapak/ibu ijin tidak masuk kantor dalam satu bulan ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
1).
2).
3).
23. Apakah bapak/ibu dalam bekerja selalu menggunakan perlengkapan kantor yang tersedia ?
a. selalu
b. kadang-kadang
c. tidak selalu
24. Apakah bapak/ibu pernah menggunakan peralatan dan perlengkapan kantor untuk
kepentingan pribadi ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
25. Bagaimana keadaan peralatan dan perlengkapan kantor tempat bapak/ibu bekerja ?
26. Bagaimana tindakan bapak/ibu mengahdapi tumpukan pekerjaan yang begitu banyak di
kantor ?
27. Apakah waktu yang tersedia sudah cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan ?
28. Apakah bapak/ibu menanggung resiko dan kerugian yang terjadi pada saat bekerja selama ini
?
a. pernah
b. mungkin pernah
c. tidak pernah
Sebutkan kerugian yang pernah ditanggung :
1). .
2). .
3). .
a. ya, ada
b. tidak ada
Jika jawaban a apakah bapak/ibu mengetahui maksud dari bagan struktur organisasi
tersebut ?
a. tahu betul
b. bingung
c. tidak tahu
Jika jawaban b apakah bapak/ibu tahu alasan mengapa di kantor bapak/ibu tidak ada bagan
struktur organisasi ?
a. tahu betul
b. bingung
c. tidak tahu
1). .
2). .
3). .
30. Apakah di kantor bapak/ibu sering terjadi overlap atau tumpang tindih pekerjaan ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
31. Apakah bapak/ibu pernah berselisih dengan salah satu rekan kerja ataupun atasan bapak/ibu ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
32. Bagaimana sikap organisasi terhadap pegawai yang berprestasi di kantor bapak/ibu ?
1). .
2). .
3). .
33. Bagaimana tingkat penghargaan di kantor bapak/ibu terhadap pegawai yang berprestasi ?
a. tinggi
b. sedang
c. rendah
34. Bagaimana sikap organisasi terhadap pegawai yang melanggar peraturan di kantor bapak/ibu
?
36. Bagaimana sikap organisasi apabila terjadi masalah yang sangat mendesak dalam situasi
yang sangat darurat ?
a. tinggi
b. sedang
c. rendah
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
1).
2). .
3). .
39. Apakah keluarga bapak/ibu sering memotivasi bapak/ibu untuk selalu bersemangat dalam
bekerja ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
40. Bagaimana pendapat bapak/ibu tentang sistem penilaian kerja yang ada di kantor bapak/ibu
saat ini ?
41. Bagaimana tindakan organisasi untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh
pegawainya ?
42. Apakah di kantor bapak/ibu sering mengadakan pelatihan seperti diklat, kursus komputer,
management training atau sejenisnya ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
Bila jawaban a, berapa kali organisasi mengadakan acara tersebut dalam setahun terakhir
.. kali dan sebutkan jenis kegiatannya :
1).
2). .
3). .
43. Bagaimana sikap atasan apabila melihat bawahan yang tidak dapat bekerja dengan baik ?
a. memberikan bimbingan
b. tidak perduli
c. memarahi bawahan
a. rutin dilaksanakan
b. jarang dilaksanakan
c. tidak ada evaluasi
46. Apakah bapak/ibu menunda pekerjaan yang disebabkan oleh terbatasnya sarana dan fasilitas
yang tersedia ?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
47. Apakah di ruang kerja bapak/ibu terdapat filing cabinet (lemari) untuk menyimpan berkas-
berkas kerja atau dokumen penting ?
a. ada
b. tidak ada
c. tidak tahu
48. Apakah bapak/ibu merasa aman meletakkan kendaraan di tempat parkir yang tersedia di
kantor ?
a. sangat nyaman
b. kurang nyaman
c. tidak nyaman
49. Apakah bapak/ibu merasa nyaman bekerja di ruangan kerja yang bapak/ibu tempati saat ini ?
a. sangat nyaman
b. kurang nyaman
c. tidak nyaman
50. Apakah bapak/ibu merasa puas dengan besarnya insentif yang diterima ?
a. sangat puas
b. kurang puas
c. tidak puas
a. ya
b. kadang-kadang
c. tidak
-------------------------
LAMPIRAN
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Kebonmanis
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
" Peruntukan dan Penggunaan Tanah di Kelurahan Tritih Kulon
Sumber : Data Monografi Desa dan Kelurahan Bulan Januari - Juni 2005
Reliability
****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
N of Cases = 82,0
Reliability
**** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis *****
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
Correlation Matrix
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
N of Cases = 82,0
Reliability
**** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis *****
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
Correlation Matrix
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Y6 Y7 Y8 Y9 Y10
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (S P L I T)
N of Cases = 82,0
Frequency Table
Crosstabs
Disiplin Kerja * Efektivitas Pelayanan
Controlling for.. X2
X1 Y
X1 1,0000 ,5724
( 0) ( 79)
P= , P= ,000
Y ,5724 1,0000
( 79) ( 0)
P= ,000 P= ,
Controlling for.. X1
X2 Y
X2 1,0000 ,3549
( 0) ( 79)
P= , P= ,001
Y ,3549 1,0000
( 79) ( 0)
P= ,001 P= ,
NPar Tests
Kendall's W Test